SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  18
KELOMPOK 8
Siti Aisyah ( 1908106024 )
Nailin Ni’mah (1908106029)
Ovita Sari ( 1908106030)
SYARAT – SYARAT HADIST
SHOHIH DAN HADIST DHOIF
SYARAT – SYARAT HADIST SHOHIH
1. Sanadnya Bersambung
Sanadnya bersambung semenjak dari nabi sahabat , hingga periwayat terakhir- terakhir. Sanadnya
bersambung maksudnya adalah setiap rawi hadits yang bersangkutan benar- benar menerimanya dari
rawi yang berada di atasnya dan begitu selanjutnya sampai pada pembicara yang pertama.
setiap perawi menerima hadits secara langsung dari perawi yang berbeda di atasnya, dari awal
sanad sampai akhir sanad dan seterusnya sampai kepada akhir sanad, dan seterusnya sampai pada Nabi
Muhammad SAW sebagai sumber akhir hadist tersebut.
Untuk mengetahui bersambung atau tidak nya suatu
sanad biasanya ulama hadits tata kerja penelitian
sebagai berikut:
◦ a. mencatat semua nama rawi dalam sanad yang teliti.
◦ b. mempelajari sejarah hidup masing- masing rawi.
◦ c. meneliti kata- kata yang menghubungkan antara para rawi dan rawinya yang terdekat
dengan sanad.
suatu sanad hadits dapat dinyakan apabila
bersambung apabila :
◦ Seluruh rawi dalam sanad itu benar-benar tsiqat (adil dan dhabit)
◦ Antara masing-masinng rawi dengan rawi yang lain terdekat sebelumnya dalam sanad itu
benar-benar telah terjadi hubungan periwayatan hadis secara sah menurut ketentuan tahamul
(Tahammul adalah menerima dan mendengar suatu periwayatan hadits dari seorang guru
dengan menggunakan beberapa metode penerimaan hadis, sedangkan al-‘ada adalah proses
menyampaikan dan meriwayatkan hadis ) al-hadis.
2. Rawi bersifat adil
menilai keadilan seorang periwayat cukup dilakukan dengan salah satu teknik
yakni keterangan seseorang atau beberapa ulama ahli ta’dil bahwa seorang itu bersifat
adil, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab-kitab jarh wa at-ta’dil. Ilmu Jarh wa
Ta’dil adalah suatu ilmu yang membahas tentang keadaan para perawi dari segi diterima
atau ditolaknya riwayat mereka. Khusus mengenai perawi hadis pada tingkat sahabat,
jumhur ulama sepakat bahwa seluruh sahabat adalah adil. Pandangan berbeda datang
dari golongan muktazilah yang menilai bahwa sahabat yang terlibat dalam pembunuhan
‘Ali dianggap fasiq, dan periwayatannya pun ditolak.
dapat dinyakatan bahwa yang maksud denag kata adil dalam transformasi hadits adalah bahwa periwayat tersebut
harus beragama islam, mukallaf , melaksanakan ketentuan agama dan memelihara citra dirinya ( muru’ah ). Dengan kata lain,
keadilan periwayat ini terkait erat dengan kualitas pribadinya. Sekalipun ulam mempuyai maksud yang sama dalam mendefinisikan
tentang sifat adil ini, tetapi mereka berbeda dalam hasil redaksi dan kriterianya. Ada beberapa cara menetapkan keadilan
periwayat hadits yang disebukan oleh ulama yakni berdasarkan :
a. popularitas keutamaan periwayat tersebut di kalangan ulama hadis
b. penilaian dari para kritikus periwayat hadis
c. penerapan kaedah al-jarh wa al-ta’dil.
Cara ini ditempuh bila para kritikus periwayat hadis tidak sepakat tentang kualitas pribadi periwayat tertentu. Menurut
Syuhudi Ismail, kriteria-kriteria periwayat yang bersifat adil adalah:
a. Beragama Islam .
b. Berstatus mukalaf (Al-Mukallaf)
c. Melaksanakan ketentuan agama
d. Memelihara muru’ah (kehormatan dirinya)
3. Rawi Bersifat Dhabit
Dhabit adalah bahwa rawi hadis yang bersangkutan dapat menguasai hadis yang diterimanya dengan baik, baik
dengan hafalannya yang kuat ataupun dengan kitabnya, kemudian ia mampu mengungkapkannya kembali ketika
meriwayatkannya kembali.
Dari sudut kuatnya ingatan perawi, para ulama membagi kedhabitan ini menjadi dua yakni :
a.Dhabit Shadr (Dhabit Fuad)
Artinya terpelihara hadis yang diterimanya dalam hafalan, sejak ia menerima hadis tersebut sampai meriwayatkannya
kepada orang lain, kapan saja periwayatan itu diperlukan.
b.Dhabit Kitab
Artinya terpeliharanya periwayatan itu melalui tulisan-tulisan yang dimilikinya, ia memahami dengan baik tulisan hadis yang
tertulis dalam kitab yang ada padanya, dijaganya dengan baik dan meriwayatkannya kepada orang lain dengan benar.
Seorang perawi layak disebut dhabit, apabila dalam dirinya terdapat sifa-sifat berikut:
1)Perawi itu memahami dengan baik riwayat yang telah didengarnya dan diterimanya
2)Perawi itu hafal dengan baik atau mencatat dengan baik riwayat yang telah didengarnya (diterimanya)
3)Perawi itu mampu menyampaikan riwayat hadis yang telah didengarnya dengan baik, kapanpun diperlukan, terutama
hingga saat perawi tersebut menyampaikan riwayat hadisnya kepada orang lain.
4. Tidak Syadz (janggal)
Syadz adalah suatu kondisi dimana seorang rawi berbeda dengan rawi yang lain yang lebih kuat
posisinya. Kondisi ini dianggap janggal karena bila ia berada dengan rawi yang lain yang lebih kuat posisinya,
baik dari segi kekuatan daya ingatnya atau haflalannya atau pun jumlah mereka lebih banyak, maka para
rawi yang lain itu harus. Di unggulkan, dan ia sendiri disebut syads atau janggal. Dan karean kejanggalannya
maka timbunlah penilaian negative terhadap periwayatan hadits yang bersangkutan.
Jadi dapat dikatakan maksud syadz adalah hadis yang bertentangan dengan hadis lain yang lebih
kuat atau yang lebih tsiqah. Berdasarkan dari beberapa defenisi maka hadis syadz dibagi kepada dua bagian,
yaitu syadz pada sanad dan syadz pada matan.
1) Syadz pada Sanad
2) Syad pada Matan
5. Tidak Ber-illat
Kata ‘illat secara lughawi berarti sakit. Adapula yang mengartikan sebab dan kesibukan.
Adapun dalam terminology ilmu hadis, ‘illat didefinisikan sebagai sebuah hadis yang di dalamnya
terdapat sebab-sebab tersembunyi, yang dapat merusak keshahihan hadis. Ibnu shalah, al-
nawawi, dan Nur al-din ‘itr menyatakan bahwa illat adalah sebab yang tersembunyi yang
merusak kualitas hadist, yang menyebabkan hadist yang pada lahirnya tampak berkualitas shahih
menjadi tidak shahih.
Illat terbagi menjadi 2 macam yaitu
1. illat dalam sanad
2. Illat dalam matan
HADITS DHA’IF
Kata dha’if menurut bahasa berasal dari kata dhuifun yang berarti lemah lawan dari kata qawiy yang berarti kuat. Sedangkan
dha’if berarti hadits yang tidak memenuhi hadits hasan. Hadits dhaif disebut juga hadits mardud (ditolak).
Kata dha’if menurut bahasa berarti ‘ajiz atau lemah sebagai lawan dari kata qawiy atau yang kuat. Adapun lawan dari kata
shahih adalah kata dha’if yang berarti saqim atau yang sakit. Sebutan hadits dha’if secara bahasa bearti hadits yang lemah atau hadits yang
kuat ( Ranuwijaya dikutip Suyitno, 2008). Menurut Suyitno (2010) mengemukakan bahwa secara istilah ada beberapa definisi hadits dha’if
yang dikemukakan oleh para ulama, seperti :
Dalam hal ini Al-Nawawi mendefinisikan hadist dhaif sebagai:
‫َﺎﻟﻢﻳﻮﺟﺪﻓﻴﻪﺷﺮﻭﻃﺍﻟﺼﺤﺔﻭﻻﺷﺮﻭﻃﺍﻟﺤﺴﻦ‬‫ﻣ‬
“ Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shahih dan syarat-syarat hadits hasan”
Menurut Firmadani (2012) mengatakan bahwa tidak terkumpulnya sifat-sifat yang menjadikannya dapat diterima, syarat
diterima suatu hadits, antara lain:
◦ 1. Memiliki sanad hingga kepada Nabi Saw
◦ 2. Sanadnya bersambung
◦ 3. Rawinya’adil dan dhabith
◦ 4. Tidak mengandung syadz
◦ 5. Tidak ada illah
1.Ke-dha’if-an dari Segi Sanadnya yang Terputus
Menurut Suyitno (2008) mengemukakan bahwa apabila dilihat dari segi terputusnya sanad, hadits dha’if menjadi lima
macam, yakni:
a.Hadits Mursal
Kata mursal merupakan isim maf’ul dari kata arsala yang berati melepaskan (Atar dikutip Suyitno, 2008). Secara istilah:
‫َﺧﺮﺳﻨﺪﻩﻣﻦﺑﻌﺪﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻰ‬‫ﺍ‬‫ﻫﻮﺍﻟﺬﻯﻳﺴﻘﻄﻣﻦ‬
“Hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seorang setelah tabi’iy.
b.Hadits Munqathi’
Kata munqathi’ merupakan isim fa’il dari inqatha’a lawan dari ittishal yang artinya hadits yang terputus. Secara istilah hadis
munqathi’ adalah:
‫ﺍﻟﻤﻨﻘﻂﻊﻫﻮﺍﻟﺤﺪﻳﺚﺍﻟﺪﻯﺳﻘﻄﻣﻦﺭﻭﺍﺗﻪﺭﺍﻭﺍﻭﺣﺪﻗﺒﻞﺍﻟﺼﺤﺎﺑﻰﻓﻰﻣﻮﺿﻊﻭﺍﺣﺪﺍﻭﻣﻮﺍﺿﻊﻣﺘﻌﺪﺩﺓﺑﺤﻴﺚﻻﺑﺰﻳﺪﺍﻟﺴﺎﻗﻄﻓﻰﻛﻞﻣﻨﻬﻤﺎﻋﻠﻰﻭﺍﺣﺪﻭﺍﻻﻳﻜﻮﻥﺍﻟﺴﺎﻗﻄﻓﻰﺍﻭﻝﺍﻟﺴﻨﺪ‬
“Hadits muqathi’ adalah hadits yang gugur salah seorang rawinya sebelum sahabat disatu tempat atau beberapa tempat dengan
catatan bahwa rawi yang gugur pada setiap tempat tidak lebih dari seorang dan tidak terjadi pada awal sanad”.
c. Hadits Mu’dhal
Kata mu’dhal merupakan isim maf’ul dari fi’il a’dhala yang artinya memayahkan atau memberatkan atau tempat
melemahkan. Secara istilah hadits mu’dhal adalah:
‫ﻣﺎﺳﻘﻄﻣﻦﺭﻭﺍﺗﻪﺍﺛﻨﺎﻥﺃﻭﺍﻛﺜﺮﻋﻠﻲﺍﻟﺘﻮﺍﻟﻰﺳﻮﺍﺀﺳﻘﻄﺍﻟﺼﺤﺎﺑﻰﻭﻟﺘﺎﺑﻌﻰﺃﻭﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻰﻭﺗﺎﺑﻌﻪﺃﻭﺛﻨﺎﻥﻗﺒﻠﻬﻤﺎ‬
“Hadits yang gugur rawi-rawinya dua orang rawi atau lebih, baik bersama sahabat tabi’in, tabi’in bersama tabi’it tabi’in, maupun
dua orang sebelum sahabat dan tabi’in.
Definisi tersebut memberikan pemahaman tentang hadits mu’dhal adalah hadits yang gugur dua orang rawi atau lebih
dari awal sanad-nya
d. Hadits Mudallas
Kata Mudallas merupakan isim maf’ul dari kata tadlis yang berarti gelap. Hadits ini dinamakan demikian dikarnakan mengandung
kesamaran dan ketutupan. Secara istilah hadits mudallas adalah:
‫ﻣﺎﺭﻭﻯﻋﻠﻰﻭﺟﻪﻳﻮﻫﻢﺃﻧﻪﻻﻋﻴﺐﻓﻴ‬
“Hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadits itu tidak ternoda” (Rahman dikutip Suyitno, 2008).
Menurut Ibid dikuti Suyitno (2008) mengatakan bahwa hadits mudallas terbagi menjadi tiga yaitu
Pertama, mudallas isnad, mudallas syuyukh , mudallas taswiyah
d.Hadits Mu’allaq
Kata mu’allaq merupakan isim maf’ul dari fi’il ‘allaqa yang berhati menghubungkan, menguatkan dan
menjadikannya sebagai sesuatu yang tergantung atau digantungkan. Hadits ini dikatakan mu’allaq karena sanadnya hanya
ittishal dengan bagian atas, namun terputus dengan bagian bawah (Jumantoro dikutip Suyitno, 2008). Sedangkan
menurut istilah hadits mu’allaq adalah hadits yang gugur rawinya, seorang atau lebih dari awal sanadnya (Rahman dikutip
Suyitno,2008).
2. Hadits dhoif disebabkan cacat selain keputusan sanad dan macam –
macamnya
1.Hadits matruk, yaitu hadits yang menyendiri dalam periwayatannya, yang diriwayatkan oleh orang yang
tertuduh dusta dalam ilmu haditsatau Nampak kefasikannya baik pada perkataannya maupun perbuatannya
atau orang yang banyak lupa dan banyak ragu. Perawi yang meriwayatkan hadits ini disebut matruk al-
hadits (orang yang ditinggalkan hadits). Para muhaditsin memandang hadits matruk adalah hadits yang
sangat lemah setelah hadits maudhu’
2. Hadits Munkar, adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang
banyak kesalahannnya, banyak kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta.
Sedangkan menurut Muvarok dkk (2010) mengatakan bahwa hadits munkar adalah hadits yang
diriwayatkan oleh perawi yang lemah yang berlawanan dengan riwayat perawi yang kuat dan terpercaya
(tsiqoh).
3. Hadits syadz dan makhfudh, hadits syadz yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang yang maqbul (tsiqah) yang menyalahi
riwayat orang yang lebih rajin karena mempunyai kelebihan kedhabitan atau banyaknya sanad atau lainnya dari segi pentarjihan.
4. Hadits Mu’allal (Ma’lul, Mu’all), adalah hadits yang tampaknya baik, namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan
ternyata ada cacatnya. Hal ini terjadi karena salah sangka dari rawinya dengan menganggap bahwa sanadnya bersambung,
padahal tidak. Hal ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang ahli hadits.
5. Hadits Mudraj (saduran), adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu
termasuk hadits. Menurut Muvarok dkk (2008) mengemukakan bahwa hadits mudraj adalah hadits yang didalamnya berisi
tambahan-tambahan, baik pada mantan atau pada sanad, karena diduga bahwa sanad tambahan tersebut termasuk bagian hadits
tersebut.
6.Hadits Maqlub, adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain), disebabkan mendahului atau mengakhirkan.
Menurut Muvarok dkk(2008) mengatakan bahwa hadits maqlub adalah hadits yang terbalik lafadznya pada matan, nama
seseorang atau nasbnya dalam sanad. Maka perawi mendahulukan apa yang seharusnya diakhirkan, dan sebaliknya, serta
meletakkan sesuatu di tempat sesuatu yang lain. Pembalikan tersebut bisa terjadi pada matan ataupun pada sanad hadits.
KEHUJJAHAN HADITS DHOIF
Cacat yang terdapat pada hadits dhaif berbeda – beda. Hal ini berimbas pada tingkat (martabat) hadits hadits dhoif juga mengalami
perbedaan. Dari hadits yang mengadung cacat pada rawi ( sanad) atau matannya yang paling rendah martabatnya adalah hadits maudhu’
kemudian hadits matruk hadits munkar, hadits muallal, hadist mudraj dan hadits maqlub. Sedangkan hadits yang gugur rawinya atau sejumlah
rawinya lemah adalah hadits muaalaq, hadits mu’dhal atau hadts muqhti’ dan hadits mursal.
Berkaitan demgan hal terebut maka dalam hal kebolehannya (kehujjahan) hadits dha’if untuk diamalkan terdapat beberapa
pendapat salah satu nya:
dipandang baik mengamalkan hadits dha’if dalam fadaitul amal yang berkaitan dengan hal- hal yang di anjurkan maupun dilarang. Segolongan
ulama yang di pimpin oleh Syekh Muhyyiddin An -Nawawi menyatakan sudah menjadi kesepakatan para ulama akan diperbolehkannya
menggunakan hadits dha’if sebagai dalil untuk fadaitul amal. Ibnu Daqiq Al’ld meberikan syarat di bolehkannya menggunakan hadits dha’if
dalam fadaitul amal yaitu:
1. hadist dha’if harus benar-benar ada bedasarkan sumber yang asli. Artinya bukan rekayasa seseorang.
2. tidak menganggapnya sebagai hadits shahih ketika mengamalkannya tetapi menganggapnya sebagai langkah antisipatif saja.
3. telah disepakati untuk diamalkan
4. hadits dha’if yang bersangkutan berada di bawah suatu dalili yang umum, sehingga tidak bisa diamalkan hadits dha’if yang sama sekali tidak
memiliki dalil pokok.
TERIMAKASIH

Contenu connexe

Tendances

Pengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannyaPengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannya
Atiekah Pauzi
 
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling BertentanganJika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Suedi Ahmad
 
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWIHADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
nuzulLaa
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
Moh Yakub
 
Hadith Daif
Hadith DaifHadith Daif
Hadith Daif
dr2200s
 

Tendances (20)

Pengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannyaPengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannya
 
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling BertentanganJika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
 
Hadits Shahih & Dhoif
Hadits Shahih & DhoifHadits Shahih & Dhoif
Hadits Shahih & Dhoif
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
 
Hadits Ahad
Hadits AhadHadits Ahad
Hadits Ahad
 
Makalah hadits mutawatir dan hadits ahad
Makalah hadits mutawatir dan hadits ahadMakalah hadits mutawatir dan hadits ahad
Makalah hadits mutawatir dan hadits ahad
 
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
 
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaKlasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
 
Al hadist (as-sunnah)
Al hadist (as-sunnah)Al hadist (as-sunnah)
Al hadist (as-sunnah)
 
Hadis dhaif
Hadis dhaifHadis dhaif
Hadis dhaif
 
Hadits
HaditsHadits
Hadits
 
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWIHADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
 
HADITS
HADITSHADITS
HADITS
 
Kajian tentang Hadist Shahih dan Hasan
Kajian tentang Hadist Shahih dan HasanKajian tentang Hadist Shahih dan Hasan
Kajian tentang Hadist Shahih dan Hasan
 
Unsur – unsur hadits
Unsur – unsur hadits Unsur – unsur hadits
Unsur – unsur hadits
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul haditsMakalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits
 
Hadith Daif
Hadith DaifHadith Daif
Hadith Daif
 
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
 

Similaire à studi hadits

Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikanQurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Tatik Suwartinah
 
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis hKELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
arifrahman87863
 
8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam
Fakhri Cool
 
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
DeniKesuma1
 
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptxPegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
SawaunAmin
 
Makalah ilmu tentang para rawi fix
Makalah ilmu tentang para rawi   fixMakalah ilmu tentang para rawi   fix
Makalah ilmu tentang para rawi fix
Kinza_com
 

Similaire à studi hadits (20)

PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptxPPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
 
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
 
hadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxhadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptx
 
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikanQurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
 
Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas
Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitasQurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas
Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas
 
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis hKELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
 
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).pptKlasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
 
pengantar studi islam
pengantar studi islampengantar studi islam
pengantar studi islam
 
Tugas ulumul hadits
Tugas ulumul haditsTugas ulumul hadits
Tugas ulumul hadits
 
8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam
 
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasQurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
 
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasqurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
 
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
 
Hadis jurnal bil_3_4
Hadis jurnal bil_3_4Hadis jurnal bil_3_4
Hadis jurnal bil_3_4
 
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptxPengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
 
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptxPegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
 
keshahihan Hadits
keshahihan Haditskeshahihan Hadits
keshahihan Hadits
 
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis, Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis,Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis,Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis, Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
 
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaMakalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
 
Makalah ilmu tentang para rawi fix
Makalah ilmu tentang para rawi   fixMakalah ilmu tentang para rawi   fix
Makalah ilmu tentang para rawi fix
 

Dernier

Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
RIMA685626
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Dernier (20)

KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 

studi hadits

  • 1. KELOMPOK 8 Siti Aisyah ( 1908106024 ) Nailin Ni’mah (1908106029) Ovita Sari ( 1908106030)
  • 2. SYARAT – SYARAT HADIST SHOHIH DAN HADIST DHOIF
  • 3. SYARAT – SYARAT HADIST SHOHIH 1. Sanadnya Bersambung Sanadnya bersambung semenjak dari nabi sahabat , hingga periwayat terakhir- terakhir. Sanadnya bersambung maksudnya adalah setiap rawi hadits yang bersangkutan benar- benar menerimanya dari rawi yang berada di atasnya dan begitu selanjutnya sampai pada pembicara yang pertama. setiap perawi menerima hadits secara langsung dari perawi yang berbeda di atasnya, dari awal sanad sampai akhir sanad dan seterusnya sampai kepada akhir sanad, dan seterusnya sampai pada Nabi Muhammad SAW sebagai sumber akhir hadist tersebut.
  • 4. Untuk mengetahui bersambung atau tidak nya suatu sanad biasanya ulama hadits tata kerja penelitian sebagai berikut: ◦ a. mencatat semua nama rawi dalam sanad yang teliti. ◦ b. mempelajari sejarah hidup masing- masing rawi. ◦ c. meneliti kata- kata yang menghubungkan antara para rawi dan rawinya yang terdekat dengan sanad.
  • 5. suatu sanad hadits dapat dinyakan apabila bersambung apabila : ◦ Seluruh rawi dalam sanad itu benar-benar tsiqat (adil dan dhabit) ◦ Antara masing-masinng rawi dengan rawi yang lain terdekat sebelumnya dalam sanad itu benar-benar telah terjadi hubungan periwayatan hadis secara sah menurut ketentuan tahamul (Tahammul adalah menerima dan mendengar suatu periwayatan hadits dari seorang guru dengan menggunakan beberapa metode penerimaan hadis, sedangkan al-‘ada adalah proses menyampaikan dan meriwayatkan hadis ) al-hadis.
  • 6. 2. Rawi bersifat adil menilai keadilan seorang periwayat cukup dilakukan dengan salah satu teknik yakni keterangan seseorang atau beberapa ulama ahli ta’dil bahwa seorang itu bersifat adil, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab-kitab jarh wa at-ta’dil. Ilmu Jarh wa Ta’dil adalah suatu ilmu yang membahas tentang keadaan para perawi dari segi diterima atau ditolaknya riwayat mereka. Khusus mengenai perawi hadis pada tingkat sahabat, jumhur ulama sepakat bahwa seluruh sahabat adalah adil. Pandangan berbeda datang dari golongan muktazilah yang menilai bahwa sahabat yang terlibat dalam pembunuhan ‘Ali dianggap fasiq, dan periwayatannya pun ditolak.
  • 7. dapat dinyakatan bahwa yang maksud denag kata adil dalam transformasi hadits adalah bahwa periwayat tersebut harus beragama islam, mukallaf , melaksanakan ketentuan agama dan memelihara citra dirinya ( muru’ah ). Dengan kata lain, keadilan periwayat ini terkait erat dengan kualitas pribadinya. Sekalipun ulam mempuyai maksud yang sama dalam mendefinisikan tentang sifat adil ini, tetapi mereka berbeda dalam hasil redaksi dan kriterianya. Ada beberapa cara menetapkan keadilan periwayat hadits yang disebukan oleh ulama yakni berdasarkan : a. popularitas keutamaan periwayat tersebut di kalangan ulama hadis b. penilaian dari para kritikus periwayat hadis c. penerapan kaedah al-jarh wa al-ta’dil. Cara ini ditempuh bila para kritikus periwayat hadis tidak sepakat tentang kualitas pribadi periwayat tertentu. Menurut Syuhudi Ismail, kriteria-kriteria periwayat yang bersifat adil adalah: a. Beragama Islam . b. Berstatus mukalaf (Al-Mukallaf) c. Melaksanakan ketentuan agama d. Memelihara muru’ah (kehormatan dirinya)
  • 8. 3. Rawi Bersifat Dhabit Dhabit adalah bahwa rawi hadis yang bersangkutan dapat menguasai hadis yang diterimanya dengan baik, baik dengan hafalannya yang kuat ataupun dengan kitabnya, kemudian ia mampu mengungkapkannya kembali ketika meriwayatkannya kembali. Dari sudut kuatnya ingatan perawi, para ulama membagi kedhabitan ini menjadi dua yakni : a.Dhabit Shadr (Dhabit Fuad) Artinya terpelihara hadis yang diterimanya dalam hafalan, sejak ia menerima hadis tersebut sampai meriwayatkannya kepada orang lain, kapan saja periwayatan itu diperlukan. b.Dhabit Kitab Artinya terpeliharanya periwayatan itu melalui tulisan-tulisan yang dimilikinya, ia memahami dengan baik tulisan hadis yang tertulis dalam kitab yang ada padanya, dijaganya dengan baik dan meriwayatkannya kepada orang lain dengan benar. Seorang perawi layak disebut dhabit, apabila dalam dirinya terdapat sifa-sifat berikut: 1)Perawi itu memahami dengan baik riwayat yang telah didengarnya dan diterimanya 2)Perawi itu hafal dengan baik atau mencatat dengan baik riwayat yang telah didengarnya (diterimanya) 3)Perawi itu mampu menyampaikan riwayat hadis yang telah didengarnya dengan baik, kapanpun diperlukan, terutama hingga saat perawi tersebut menyampaikan riwayat hadisnya kepada orang lain.
  • 9. 4. Tidak Syadz (janggal) Syadz adalah suatu kondisi dimana seorang rawi berbeda dengan rawi yang lain yang lebih kuat posisinya. Kondisi ini dianggap janggal karena bila ia berada dengan rawi yang lain yang lebih kuat posisinya, baik dari segi kekuatan daya ingatnya atau haflalannya atau pun jumlah mereka lebih banyak, maka para rawi yang lain itu harus. Di unggulkan, dan ia sendiri disebut syads atau janggal. Dan karean kejanggalannya maka timbunlah penilaian negative terhadap periwayatan hadits yang bersangkutan. Jadi dapat dikatakan maksud syadz adalah hadis yang bertentangan dengan hadis lain yang lebih kuat atau yang lebih tsiqah. Berdasarkan dari beberapa defenisi maka hadis syadz dibagi kepada dua bagian, yaitu syadz pada sanad dan syadz pada matan. 1) Syadz pada Sanad 2) Syad pada Matan
  • 10. 5. Tidak Ber-illat Kata ‘illat secara lughawi berarti sakit. Adapula yang mengartikan sebab dan kesibukan. Adapun dalam terminology ilmu hadis, ‘illat didefinisikan sebagai sebuah hadis yang di dalamnya terdapat sebab-sebab tersembunyi, yang dapat merusak keshahihan hadis. Ibnu shalah, al- nawawi, dan Nur al-din ‘itr menyatakan bahwa illat adalah sebab yang tersembunyi yang merusak kualitas hadist, yang menyebabkan hadist yang pada lahirnya tampak berkualitas shahih menjadi tidak shahih. Illat terbagi menjadi 2 macam yaitu 1. illat dalam sanad 2. Illat dalam matan
  • 11. HADITS DHA’IF Kata dha’if menurut bahasa berasal dari kata dhuifun yang berarti lemah lawan dari kata qawiy yang berarti kuat. Sedangkan dha’if berarti hadits yang tidak memenuhi hadits hasan. Hadits dhaif disebut juga hadits mardud (ditolak). Kata dha’if menurut bahasa berarti ‘ajiz atau lemah sebagai lawan dari kata qawiy atau yang kuat. Adapun lawan dari kata shahih adalah kata dha’if yang berarti saqim atau yang sakit. Sebutan hadits dha’if secara bahasa bearti hadits yang lemah atau hadits yang kuat ( Ranuwijaya dikutip Suyitno, 2008). Menurut Suyitno (2010) mengemukakan bahwa secara istilah ada beberapa definisi hadits dha’if yang dikemukakan oleh para ulama, seperti : Dalam hal ini Al-Nawawi mendefinisikan hadist dhaif sebagai: ‫َﺎﻟﻢﻳﻮﺟﺪﻓﻴﻪﺷﺮﻭﻃﺍﻟﺼﺤﺔﻭﻻﺷﺮﻭﻃﺍﻟﺤﺴﻦ‬‫ﻣ‬ “ Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shahih dan syarat-syarat hadits hasan” Menurut Firmadani (2012) mengatakan bahwa tidak terkumpulnya sifat-sifat yang menjadikannya dapat diterima, syarat diterima suatu hadits, antara lain: ◦ 1. Memiliki sanad hingga kepada Nabi Saw ◦ 2. Sanadnya bersambung ◦ 3. Rawinya’adil dan dhabith ◦ 4. Tidak mengandung syadz ◦ 5. Tidak ada illah
  • 12. 1.Ke-dha’if-an dari Segi Sanadnya yang Terputus Menurut Suyitno (2008) mengemukakan bahwa apabila dilihat dari segi terputusnya sanad, hadits dha’if menjadi lima macam, yakni: a.Hadits Mursal Kata mursal merupakan isim maf’ul dari kata arsala yang berati melepaskan (Atar dikutip Suyitno, 2008). Secara istilah: ‫َﺧﺮﺳﻨﺪﻩﻣﻦﺑﻌﺪﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻰ‬‫ﺍ‬‫ﻫﻮﺍﻟﺬﻯﻳﺴﻘﻄﻣﻦ‬ “Hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seorang setelah tabi’iy. b.Hadits Munqathi’ Kata munqathi’ merupakan isim fa’il dari inqatha’a lawan dari ittishal yang artinya hadits yang terputus. Secara istilah hadis munqathi’ adalah: ‫ﺍﻟﻤﻨﻘﻂﻊﻫﻮﺍﻟﺤﺪﻳﺚﺍﻟﺪﻯﺳﻘﻄﻣﻦﺭﻭﺍﺗﻪﺭﺍﻭﺍﻭﺣﺪﻗﺒﻞﺍﻟﺼﺤﺎﺑﻰﻓﻰﻣﻮﺿﻊﻭﺍﺣﺪﺍﻭﻣﻮﺍﺿﻊﻣﺘﻌﺪﺩﺓﺑﺤﻴﺚﻻﺑﺰﻳﺪﺍﻟﺴﺎﻗﻄﻓﻰﻛﻞﻣﻨﻬﻤﺎﻋﻠﻰﻭﺍﺣﺪﻭﺍﻻﻳﻜﻮﻥﺍﻟﺴﺎﻗﻄﻓﻰﺍﻭﻝﺍﻟﺴﻨﺪ‬ “Hadits muqathi’ adalah hadits yang gugur salah seorang rawinya sebelum sahabat disatu tempat atau beberapa tempat dengan catatan bahwa rawi yang gugur pada setiap tempat tidak lebih dari seorang dan tidak terjadi pada awal sanad”.
  • 13. c. Hadits Mu’dhal Kata mu’dhal merupakan isim maf’ul dari fi’il a’dhala yang artinya memayahkan atau memberatkan atau tempat melemahkan. Secara istilah hadits mu’dhal adalah: ‫ﻣﺎﺳﻘﻄﻣﻦﺭﻭﺍﺗﻪﺍﺛﻨﺎﻥﺃﻭﺍﻛﺜﺮﻋﻠﻲﺍﻟﺘﻮﺍﻟﻰﺳﻮﺍﺀﺳﻘﻄﺍﻟﺼﺤﺎﺑﻰﻭﻟﺘﺎﺑﻌﻰﺃﻭﺍﻟﺘﺎﺑﻌﻰﻭﺗﺎﺑﻌﻪﺃﻭﺛﻨﺎﻥﻗﺒﻠﻬﻤﺎ‬ “Hadits yang gugur rawi-rawinya dua orang rawi atau lebih, baik bersama sahabat tabi’in, tabi’in bersama tabi’it tabi’in, maupun dua orang sebelum sahabat dan tabi’in. Definisi tersebut memberikan pemahaman tentang hadits mu’dhal adalah hadits yang gugur dua orang rawi atau lebih dari awal sanad-nya d. Hadits Mudallas Kata Mudallas merupakan isim maf’ul dari kata tadlis yang berarti gelap. Hadits ini dinamakan demikian dikarnakan mengandung kesamaran dan ketutupan. Secara istilah hadits mudallas adalah: ‫ﻣﺎﺭﻭﻯﻋﻠﻰﻭﺟﻪﻳﻮﻫﻢﺃﻧﻪﻻﻋﻴﺐﻓﻴ‬ “Hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadits itu tidak ternoda” (Rahman dikutip Suyitno, 2008). Menurut Ibid dikuti Suyitno (2008) mengatakan bahwa hadits mudallas terbagi menjadi tiga yaitu Pertama, mudallas isnad, mudallas syuyukh , mudallas taswiyah
  • 14. d.Hadits Mu’allaq Kata mu’allaq merupakan isim maf’ul dari fi’il ‘allaqa yang berhati menghubungkan, menguatkan dan menjadikannya sebagai sesuatu yang tergantung atau digantungkan. Hadits ini dikatakan mu’allaq karena sanadnya hanya ittishal dengan bagian atas, namun terputus dengan bagian bawah (Jumantoro dikutip Suyitno, 2008). Sedangkan menurut istilah hadits mu’allaq adalah hadits yang gugur rawinya, seorang atau lebih dari awal sanadnya (Rahman dikutip Suyitno,2008).
  • 15. 2. Hadits dhoif disebabkan cacat selain keputusan sanad dan macam – macamnya 1.Hadits matruk, yaitu hadits yang menyendiri dalam periwayatannya, yang diriwayatkan oleh orang yang tertuduh dusta dalam ilmu haditsatau Nampak kefasikannya baik pada perkataannya maupun perbuatannya atau orang yang banyak lupa dan banyak ragu. Perawi yang meriwayatkan hadits ini disebut matruk al- hadits (orang yang ditinggalkan hadits). Para muhaditsin memandang hadits matruk adalah hadits yang sangat lemah setelah hadits maudhu’ 2. Hadits Munkar, adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannnya, banyak kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta. Sedangkan menurut Muvarok dkk (2010) mengatakan bahwa hadits munkar adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang lemah yang berlawanan dengan riwayat perawi yang kuat dan terpercaya (tsiqoh).
  • 16. 3. Hadits syadz dan makhfudh, hadits syadz yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang yang maqbul (tsiqah) yang menyalahi riwayat orang yang lebih rajin karena mempunyai kelebihan kedhabitan atau banyaknya sanad atau lainnya dari segi pentarjihan. 4. Hadits Mu’allal (Ma’lul, Mu’all), adalah hadits yang tampaknya baik, namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada cacatnya. Hal ini terjadi karena salah sangka dari rawinya dengan menganggap bahwa sanadnya bersambung, padahal tidak. Hal ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang ahli hadits. 5. Hadits Mudraj (saduran), adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits. Menurut Muvarok dkk (2008) mengemukakan bahwa hadits mudraj adalah hadits yang didalamnya berisi tambahan-tambahan, baik pada mantan atau pada sanad, karena diduga bahwa sanad tambahan tersebut termasuk bagian hadits tersebut. 6.Hadits Maqlub, adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain), disebabkan mendahului atau mengakhirkan. Menurut Muvarok dkk(2008) mengatakan bahwa hadits maqlub adalah hadits yang terbalik lafadznya pada matan, nama seseorang atau nasbnya dalam sanad. Maka perawi mendahulukan apa yang seharusnya diakhirkan, dan sebaliknya, serta meletakkan sesuatu di tempat sesuatu yang lain. Pembalikan tersebut bisa terjadi pada matan ataupun pada sanad hadits.
  • 17. KEHUJJAHAN HADITS DHOIF Cacat yang terdapat pada hadits dhaif berbeda – beda. Hal ini berimbas pada tingkat (martabat) hadits hadits dhoif juga mengalami perbedaan. Dari hadits yang mengadung cacat pada rawi ( sanad) atau matannya yang paling rendah martabatnya adalah hadits maudhu’ kemudian hadits matruk hadits munkar, hadits muallal, hadist mudraj dan hadits maqlub. Sedangkan hadits yang gugur rawinya atau sejumlah rawinya lemah adalah hadits muaalaq, hadits mu’dhal atau hadts muqhti’ dan hadits mursal. Berkaitan demgan hal terebut maka dalam hal kebolehannya (kehujjahan) hadits dha’if untuk diamalkan terdapat beberapa pendapat salah satu nya: dipandang baik mengamalkan hadits dha’if dalam fadaitul amal yang berkaitan dengan hal- hal yang di anjurkan maupun dilarang. Segolongan ulama yang di pimpin oleh Syekh Muhyyiddin An -Nawawi menyatakan sudah menjadi kesepakatan para ulama akan diperbolehkannya menggunakan hadits dha’if sebagai dalil untuk fadaitul amal. Ibnu Daqiq Al’ld meberikan syarat di bolehkannya menggunakan hadits dha’if dalam fadaitul amal yaitu: 1. hadist dha’if harus benar-benar ada bedasarkan sumber yang asli. Artinya bukan rekayasa seseorang. 2. tidak menganggapnya sebagai hadits shahih ketika mengamalkannya tetapi menganggapnya sebagai langkah antisipatif saja. 3. telah disepakati untuk diamalkan 4. hadits dha’if yang bersangkutan berada di bawah suatu dalili yang umum, sehingga tidak bisa diamalkan hadits dha’if yang sama sekali tidak memiliki dalil pokok.