Dokumen tersebut membahas tentang epidemiologi yang mencakup pengertian, definisi, peranan, ruang lingkup, fungsi utama, riwayat alamiah penyakit, dan epidemiologi dalam kesehatan masyarakat."
1. Tugas Pengantar Kesmas
EPIDEMIOLOGI
Disusun Oleh :
SUCI PURWANTY (14220120119)
TIARA ISWANDA (1422012128)
ANDI ULFA UMIYANTI (1422012123)
UMMI KALSUM MUSLIHIN (1422012131)
DISCHAANANDYA TALANGO
(1422012125)
NUR RIZKY INDRIA (1422012132)
ROSDIANA (1422012133)
WINDA NIDYA ADNAN (1422012126)
MUTIAH (1422012134)
SRI RAHAYU (1422012127)
NURUL NOVIANA (1422012135)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
Page | 1
2. KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Epimediologi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Makassar, November 2013
Penyusun
3. DAFTAR ISI
Kata Pengantar .…………………………………………………………………………….i
Daftar Isi …………………………………………………………………………………..ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……….…………………………………………………………..…..1
C. Tujuan …………………..……………………………………………………………,,..1
BAB II Pembahasan
A. Pengertian, Defenisi,ruang lingkup …………………………………………………… 2
B. Fungsi utama epidemiologi………..………………………………………………….... 4
C. Natural history of deseases ………...……………………………………………………5
D. Upaya pencegahan dan ukuran frekuensi penyakit ……………………………………..6
E. Ukuran frekuensi penyakit ……………………….……………………………………...7
F. Penelitian epidemiologi ………………………………………………………………7
G. Epidemiologi keperawatan ……………………………………………………………....8
BAB III Penutup
Kesimpulan ……………………………………………………………………………….. 14
Kritik dan Saran ………………………………………………………………………… ...14
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………...... 15
4. BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Di dalam Epidemiologi ada beberapa pembahasan yang perlu diperhatikan diantaranya
yang penting adalah pembahasan tentang Perkembangan Epidemiologi. Epidemiologi
sebagai suatu ilmu berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan itu dilaterbelakangi
oleh beberapa hal :
1. Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit.
Sewaktu zaman John Snow, epidemiologi mengarahkan dirinya untuk masalah
penyakit infeksi dan wabah. Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah
penyakit tidak menular, dan epidemiologi tidak hanya dihadapkan dengan masalah
penyakit semata tetapi hal-hal baik yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung
dengan penyakit, serta masalah kesehatan secara umum.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Pengetahuan kedokteran klinik berkembang
begitu pesat disamping perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti biostatistik,
administrasi dan ilmu perilaku. Perkembangan ilmu-ilmu ini juga membuat ilmu
epidemiologi semakin berkembang.
Dengan demikian, terjadilah perubahan dan perkembangan dasar berpikir para ahli kesehatan
masyarakat, khususnya epidemiologi dari masa ke masa sesuai dengan kondisi zaman dimana
mereka berada.
B. Rumusan Masalah
1. apakah Epidemiologi itu?
2. Bagaimana perkembangannya?
3. bagaimana peranannya dalam kesehatan?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan epidemiologi, kegunaan epidemiologi ,
transisis epidemiologi,peristiwa epidemiologi , epidemiologi dalam kesehatan masyarakat.
Dan hal-hal apa saja harus diperhatikan oleh masyarakat dan juga oleh para tenaga kesehatan
didalam mengaplikasikan ilmu kesehatannya sehari-hari di masyarakat agar tidak terjadi
kesalahan ataupun meminimalisasi kesalahan-kesalahan prosedur.Untuk selanjutnya di dalam
melakukan penyuluhan kesehatan oleh para lulusan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
agar dapat menjadi acuan yang berguna dikemudian hari.
BAB II
5. PEMBAHASAN
A. Pengertian, definisi, peranan dan ruang lingkup epidemiologi
Pengertian
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Epi = upon, pada atau tentang; demos = people,
masyarakat, penduduk; logia = knowledge, ilmu. Epidemiologi berarti ilmu yang berhubungan
tentang apa yang terjadi pada masyarakat atau penduduk
Definisi
Banyak definisi tentang Epidemiologi, beberapa diantaranya :
a. W.H. Welch
Suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan penyakit, terutama
penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, masalah yang dihadapi penduduk tidak
hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif,
kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena batasan
epidemiologi menjadi lebih berkembang.
b. Mausner dan Kramer
Studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada populasi manusia.
c. Last
Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan
kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk menanggulangi masalah kesehatan.
d. Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktorfaktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
e. Omran
Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit
dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang terjadi
pada kelompok penduduk.
f. W.H. Frost
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit
pada manusia menurut waktu dan tempat.
g. Azrul Azwar
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan.
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih
berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:
6. 1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik
3. Penularan penyakit
4. Eksprimen pada manusia
Dalam perkembangannya, epidemiologi mengalami transisi atau perubahan, baik pada
ditribusi maupun faktor-faktor penyebab terkait yang melahirkan masalah epidemiologi yang
baru. Perubahan ini ditandai dengan menurunnya penyakit menular (infeksi) dan
meningkatnya penyakit tidak menular. Ada beberapa penyebab terjadinya transisi
epidemiologi, seperti perkembangan demografi, ekonomi, dan era globalisasi terkait gaya
hidup. Selain itu, transisi ini juga disebabkan karena berkembangnya teknologi medis,
peningkatan taraf hidup, kelahiran yang terkontrol, peningkatan gizi, pengontrolan sanitasi
dan vektor, serta perbaikan dalam gaya hidup. Sebagai contoh, peningkatan taraf hidup setiap
orang menyebabkan semakin baik pola hidupnya, gizi tercukupi dan aktivitas yang dijalani
lebih kompleks. Hal ini telah membuat umur harapan hidup mereka lebih panjang. Namun,
seiring berjalannya waktu terjadi penurunan fungsi tubuh atau dapat juga disebabkan oleh
perubahan gaya hidup sehingga mereka terserang penyakit tidak menular seperti Diabetes
Melitus, penyakit jantung koroner, dan kanker.
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya 3
elemen, yakni :
1. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non
infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun
kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini
mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
2. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit
individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada
populasi (masyarakat) atau kelompok.
3. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan
manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud
pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total
lingkungannya.
7. Ruang lingkup
a. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi
Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja,
tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat.
Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga
kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek
epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.
b. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia
Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari
hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit,
keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya
dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.
c. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam merumuskan
penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan
penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan
penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat.
Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat
dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
B. Fungsi utama epidemiologi:
-Menerangkan besarnya masalah serta penyebarannya.
-Menyiapkan data dan informasi untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
program kesehatan
-Mengidentifikasi faktor yang menjadi penyebab masalah dan faktor yang berhubungan
terjadinya masalah tersebut
Penggunaan epidemiologi adalah tindakan terhadap penyakit pada suatu kelompok secara
sistematis & logis:
1. Penyelidikan terhadap lingkungan yang berkaitan degan penyakit dalam kelompok
2. Mengamati sifat penyakit diantara kelompok2 hewan untuk mengetahui penyebab &
faktor determinant penyakit
3. Perencanaan & evaluasi terhadap pencegahan / pengendalian penyakit
4. Mencari metode baru untuk penyidikan terhadap penyakit dan pengendalianny
5. Penanggulangan terhadap suatu penyakit
1. Sebagai diagnostic discipline
– Clinical diagnosis
– Pathology diagnosis
– Epidemiology diagnosis
2. cara diagnosis epidemiologi
– Intensive follow up
– Surveillance
8. C. Natural history of deseases
Riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :
1. Pre Patogenesis
Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini
terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan
belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda
penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini
disebut sehat.
2. Tahap inkubasi (sudah masuk Patogenesis)
Pada tahap ini biit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum
nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Kolera 1-2 hari, yang
bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.
3. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini penjamu
sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila
penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini
terganting daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang
baik di rumah (self care).
4. Tahap penyakit lanjut
Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertur/tidak
memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit masuk
pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas.
Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
5. Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan
sebelumnya/bebeas dari penyakit)
b. Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya
tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari
serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
c. Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak tampak
lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada suatu saat bila
daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya
membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat,
karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)
9. d. Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit
tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu
masih tetap berada dalam keadaan sakit.
e. Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi,
sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini
bukanlah keadaan yang diinginkan.
D. Upaya pencegahan dan ukuran frekuensi penyakit.
Dalam kesehatan masyarakat ada 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell
and Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa sebelum sakit dan point 3,4,5 dilakukan
pada masa sakit.
Peningkatan kesehatan (health promotion)
a. Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan
sampah, pembuangan tinja dan limbah.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk kalangan menengah ke atas di
negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.
d. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
e. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.
f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and
specific protection)
a. Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit
b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung.
c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja.
d. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun
maupun alergi.
e. Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)
a. Mencari kasus sedini mungkin.
b. Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan
darah, rontgent paru.
c. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact
person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.
d. Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
e. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
10. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi
komplikasi.
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan
perawatan yang lebih intensif.
Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan
moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat
mampu mempertahankan diri.
d. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia
sembuh dari suatu penyakit.
Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian : primordial
prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention (pencegahan
pertama) yaitu health promotion dan general and specific protection , secondary prevention
(pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt treatment dan tertiary
prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation.
E. Ukuran frekuensi penyakit
menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada kelompok
manusia/masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan masalah penyakit menunjukkan
banyaknya kelompok masyarakat yang terserang penyakit. Untuk mengetahui frekuensi
masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok orang/masyarakat dilakukan langkahlangkah :
1) Menemukan masalah kesehatan, melalui cara : penderita yang datang ke puskesmas,
laporan dari masyarakat yang datang ke puskesmas.
2) Research/survei kesehatan. Misal : Survei Kesehatan Rumah Tangga
3) Studi kasus. Misal : kasus penyakit pasca bencana tsunami.
F. Penelitian epidemiologi
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi
atau survei. Studi pendahuluan yang dilakukan pada suatu periode tertentu.
11. 2. Epidemiologi analitik : terdiri dari :
a. Non eksperimental :
1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartiakan
sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
2) Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor
penyebab penyakit.
3) Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan
secara empiris faktor resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di
masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota
besar.
b. Eksperimental. Dimana penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk
menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi,
kontrol, terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya.
Studi eksperimen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1) Clinical Trial. Contoh :
a) Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah
terjadinya stroke.
b) Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus
Neonatorum.
2) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida pada air minum.
G. Epidemiologi keperawatan
Dalam ilmu keperawatan dikenal istilah community health nursing (CHN) atau keperawatan
kesehatan masyarakat, dimana ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan CHN sebagai alat
meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi
literatur riset epidemiologi. Metode epidemiologi sebagai standard kesehatan, disajikan
sebagai alat untuk memperkirakan kebutuhan masyarakat. Monitoring perubahan status
kesehatan masyarakat dan evaluasi pengaruh program pencegahan penyakit, dan peningkatan
kesehatan. Riset/studi epidemiologi memunculkan badan pengetahuan (body of knowledge)
termasuk riwayat asal penyakit, pola terjadinya penyakit, dan faktor-faktor resiko tinggi
terjadinya penyakit, sebagai informasi awal untuk CHN. Pengetahuan ini memberi kerangka
acuan untuk perencanaan dan evaluasi program intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan
pengobatan penyakit, serta meminimalkan kecacatan. Program utama pencegahan difokuskan
pada menjaga jarak perantara penyakit dari host/tuan rumah yang rentan, pengurangan
kelangsungan hidup agent, penambahan resistensi host dan mengubah kejadian hubungan
host, agent, dan lingkungan. Kedua, program mengurangi resiko dan screening, ketiga :
strategi mencegah pada pribadi perawat dengan body of knowlwdge yang berasal dari riset
12. epidemiologi, sebagai dasar untuk pengkajian individu dan kebutuhan kesehatan keluarga dan
intervensi perencanaan perawatan.
1. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit
Suatu penyakit timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen, induk semang
atau lingkungan. Bentuk ini tergambar didalam istilah yang dikenal luas dewasa ini. Yaitu
penyebab majemuk (multiple causation of disease) sebagai lawan dari penyebab tunggal
(single causation).
Didalam usaha para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya penyakit,
mereka telah membuat model-model timbulnya penyakit dan atas dasar model-model tersebut
dilakukan eksperimen terkendali untuk menguji sampai dimana kebenaran dari model-model
tersebut.
Tiga model yang dikenal dewasa ini ialah 1) segitiga epidemiologi (the epidemiologic
triangle) 2) jaring-jaring sebab akibat (the web of causation) dan 3) roda (the wheel).
1.1 Segitiga Epidemiologi (lihat gambar)
1.2 Jaring-Jaring Sebab Akibat
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara
mereka, yang berakibat bertamba atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. (lihat
gambar)
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri
melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka
timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada
berbagai titik.
1.3 Roda
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi
dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu
menekankan pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada
penyakit yang bersangkutan.
Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stress mental,
peranan lingkungan fisik lebih besar dari lainnya pada sunburn, peranan lingkungan biologis
lebih besar dari lainnya pada penyakit yang penularannya melalui vektor (vektor borne
disease) dan peranan inti genetik lebih besar dari lainnya pada penyakit keturunan.
Dengan model-model tersebut diatas hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan yang
lengkap mengenai mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit tidaklah diperuntukkan bagi
usaha-usaha pemberantasan yang efektif.
13. Oleh karena banyaknya interaksi-interaksi ekologis maka seringkali kita dapat mengubah
penyebaran penyakit dengan mengubah aspek-aspek tertentu dari interaksi manusia dengan
lingkungan hidupnya tanpa intervensi langsung pada penyebab penyakit.
2. Penyakit Menular
Yang dimaksud penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari
orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara).
Penyakit menular ini ditandai dengan adanya (hadirnya) agen atau penyebab penyakit yang
hidup dan dapat berpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain ditentukan oleh 3 faktor
tersebut diatas, yakni :
a. Agen (penyebab penyakit)
b. Host (induk semang)
c. Route of transmission (jalannya penularan)
Apabila diumpamakan berkembangnya suatu tanaman, dapat diumpamakan sebagai biji
(agen), tanah (host) dan iklim (route of transmission).
2.1 Agen-Agen Infeksi (Penyebab Infeksi)
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting didalam epidemiologi yang merupakan
penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi :
a. Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya.
b. Golongan riketsia, misalnya typhus.
c. Golongan bakteri, misalnya disentri.
d. Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya.
e. Golongan jamur, yakni bermacam-macam panu, kurap dan sebagainya.
f. Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris (cacing
gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang dan sebagainya.
Agar supaya agen atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive) maka perlu
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Berkembang biak
b. Bergerak atau berpindah dari induk semang
c. Mencapai induk semang baru
14. d. Menginfeksi induk semang baru tersebut.
Kemampuan agen penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia adalah suatu
faktor penting didalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit (penyebab penyakit)
mempunyai habitat sendiri-sendiri sehingga ia dapat tetap hidup.
Dari sini timbul istilah reservoar yang diartikan sebagai berikut 1) habitat dimana bibit
penyakit tersebut hidup dan berkembang 2) survival dimana bibit penyakit tersebut sangat
tergantung pada habitat sehingga ia dapat tetap hidup. Reservoar tersebut dapat berupa
manusia, binatang atau benda-benda mati.
Reservoar didalam Manusia
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoar didalam tubuh manusia antara lain campak
(measles), cacar air (small pox), typhus (typhoid), miningitis, gonoirhoea dan syphilis.
Manusia sebagai reservoar dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier.
Carrier
Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit didalam tubuhnya tanpa menunjukkan
adanya gejala penyakit tetapi orang tersebut dapat menularkan penyakitnya kepada orang
lain. Convalescant carriers adalah orang yang masih mengandung bibit penyakit setelah
sembuh dari suatu penyakit.
Carriers adalah sangat penting dalam epidemiologi penyakit-penyakit polio, typhoid,
meningococal meningitis dan amoebiasis. Hal ini disebabkan karena :
a. Jumlah (banyaknya carriers jauh lebih banyak daripada orang yang sakitnya
sendiri).
b. Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa mereka
menderita / kena penyakit.
c. Carriers tidak menurunkan kesehatannya karena masih dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari.
d. Carriers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang relatif lama.
Reservoar pada Binatang
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoar pada binatang pada umumnya adalah penyakit
zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada binatang vertebrata yang dapat menular pada
manusia. Penularan penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni :
a. Orang makan daging binatang yang menderita penyakit, misalnya cacing pita.
b. Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus,
15. malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan nyamuk.
c. Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang misalnya rabies.
Benda-Benda Mati sebagai Reservoar
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoar pada benda-benda mati pada dasarnya adalah
saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini berkembang biak pada
lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu bila terjadi perubahan temperatur atau
kelembaban dari kondisi dimana ia dapat hidup maka ia berkembang biak dan siap infektif.
Contoh clostridium tetani penyebab tetanus, C. botulinum penyebab keracunan makanan dan
sebagainya.
2.2 Sumber Infeksi dan Penyebaran Penyakit
Yang dimaksud sumber infeksi adalah semua benda termasuk orang atau binatang yang dapat
melewatkan / menyebabkan penyakit pada orang. Sumber penyakit ini mencakup juga
reservoar seperti telah dijelaskan sebelumnya.
Macam-Macam Penularan (Mode of Transmission)
Mode penularan adalah suatu mekanisme dimana agen / penyebab penyakit tersebut
ditularkan dari orang ke orang lain atau dari reservoar kepada induk semang baru. Penularan
ini melalui berbagai cara antara lain :
2.2.1 Kontak (Contact)
Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung melalui bendabenda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini
pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu lebih cenderung
terjadi di kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
2.2.2 Inhalasi (Inhalation)
Yaitu penularan melalui udara / pernapasan. Oleh karena itu ventilasi rumah yang kurang,
berjejalan (over crowding) dan tempat-tempat umum adalah faktor yang sangat penting
didalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit yang ditularkan melalui udara ini sering disebut
air borne infection (penyakit yang ditularkan melalui udara).
2.2.3 Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan dan minuman.
2.2.4 Penetrasi pada Kulit
Hal ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya cacing
tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria atau melalui luka, misalnya tetanus.
2.2.5 Infeksi Melalui Plasenta
16. Yakni infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu
mengandung, misalnya syphilis dan toxoplasmosis.
2.3 Faktor Induk Semang (Host)
Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula oleh faktor-faktor yang
ada pada induk semang itu sendiri. Dengan perkataan lain penyakit-penyakit dapat terjadi
pada seseorang tergantung / ditentukan oleh kekebalan / resistensi orang yang bersangkutan.
2.4 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada 3 pendekatan atau cara yang dapat dilakukan
:
2.4.1 Eliminasi Reservoir (Sumber Penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan :
a. Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat yang
khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
b. Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya
bersama-sama penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain
untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina untuk penderita
kusta.
2.4.2 Memutus Mata Rantai Penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah merupakan usaha yang
penting untuk memutus hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular.
2.4.3 Melindungi Orang-Orang (Kelompok) yang Rentan
Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit
menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lindungan khusus (specific protection) dengan
imunisasi baik imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat profilaksis tertentu juga dapat
mencegah penyakit malaria, meningitis dan disentri baksilus.
Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut.
Oleh sebab itu, meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha pencegahan penyakit
infeksi pada anak.
17. BAB III
PENUTUP
.
A. Kesimpulan
Epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang seberapa sering penyakit
dialami oleh suatu kelompok orang yang berbeda dan mencari tahu bagaimana bisa terjadi
Manfaat dari mempelajari Epidemiologi :
a) Membantu pekerjaan administrasi kesehatan.
b) Dapat menerangkan penyebabab suatu masalah kesehatan.
c) Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit.
d) Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan
2. Saran dan Kritik
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari banyak sekali kekurangan. Untuk itu
kami mohon saran dan kritik yang membangun.
PERTANYAAN DISKUSI
1. Bagaimana contoh epidemiologi non Non eksperimental dan Eksperimental?
[Yunita, klp 5]
2. Bagaimana aspek klinik dari epidemiologi? [Yuyun Faradillah,klp 4]
3. Apa fungsi mempelajari epidemiologi dalam keperawatan [Wulandari Ode,
klp 2]
18. DAFTAR PUSTAKA
Budiarto,eko.2002. pengantar epidemiologi edisi 2.jakarta
www.google.co.id
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta
Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi
Arsip mata kuliah FKM UNHAS 2006 Indan Entjang ( 1979 ). Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Bandung, Penerbit Alumni
Azrul Azwar ( 1999 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Binarupa Aksara.
Bhisma Murti ( 2003 ). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press.