3. Akhlak Kepada Allah
SWT
Akhlak kepada Allah SWT dapat
diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia
sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki
cirri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana
telah disebut dalam latar belakang tadi.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan
mengapa manusia perlu berakhlak
kepada Allah SWT.
Pertama, karena Allah SWT –lah yang
4. Kedua, karena Allah SWT –lah yang
telah member perlengkapan panca
indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal fikiran
dan hati sanubari, disamping anggota
badan yang kokoh dan sempurna kepada
manusia. Firman Allah SWT dalam syrat
An-Nahl ayat 78 :
Ketiga, karena Allah SWT –lah yang
menyediakan berbagai bahan dan sarana
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia, seperti bahan makanan yang
berasal dari tumbuh-
tumbuhan, air, udara, binatang ternak
5. Macam Macam Ahlak
Kepada Allah
1. Taat Terhadap Perintah nya
2. Tawakal
3. Memiliki Rasa Tanggung Jawab Atas
Amanah Yang di embankan Padanya
4. Ridho Terhadap Ketentuan Ketentuan
Allah SWT
5. Senantiasa Bertaubat Kepadanya
6. Obsesinya Keridhoan Ilahi
7. Merealisasikan Ibadah Kepadanya
8. Banyak Mebaca Alquran
6. Taat Terhadap Perintah nya
Hal pertama yang harus dilakukan seorang
muslim dalam beretika kepada Allah SWT,
adalah dengan mentaati segala perintah-
perintah –Nya., padahal Allah SWT –lah yang
telah memberikan segala-galanya pada dirinya.
Allah SWT berfirman dala Al-Qur‟an surat An-
Nisa ayat 65 :
Kendati demikian, taat keada Allah SWT
merupakan konsekwensi keimanan seorang
muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya
ketaatan, maka ini merupakan salah satu
indikasi tidak adanya keimanan. Dalam Sebuah
hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan
makna ayat diatas dengan bersabda :
7. Tawakal
Tawakal bukan berarti meninggalkan
kerja dan usaha, dalam surat Al-Mulk
ayat 15 di jelaskan, bahwa manusia
di syariatkan berjalan di muka bumi
utuk mecari rizki dengan
berdagang, bertani dan lain
sebagainya.
Sahl At-Tusturi mengatakan, “Barang
siapa mencela usaha (meninggalkan
sebab) maka dia telah melncela
sunatullah (ketetentuan yang Allah
8. Memiliki Rasa Tanggung Jawab Atas
Amnanah Yang Di Embankan Padanya
Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim
kepada Allah SWT, adalah memiliki rasa tanggung
jawab terhadap amanah yang diberikan padanya.
Karena pada hakekatnya, kehidupan ini-pun
merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh
karenanya, seorang mukmin senantiasa meyakini
apapun yang Allah SWT berikan padanya, maka itu
meruakan amanah yang kelak akan diminta
pertanggung jawaban dari Allah SWT. Dalam sebuah
hadits Rasulullah SAW bersabda.
Dari „Umar R.A, Rasulullah SAW bersabda :
“Setia kalian adalah peminpin, dan setiap kalian
bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya.
Seorang Amir (presiden/imam/ketua) atas
9. Ridho Terhadap Ketentuan
Allah SWT
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim
terhadap Allah SWT, adala ridla terhadap segala
ketentuan yang telah Allah SWT berikan pada dirinya.
Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang
berada maupun keluarga yang kurang mampu, bentuk
fisik yang Allah SWT berikan padanya, atau hal-hal
lainnya. Karena pada hakekatnya, sikap seorang
muslim senantiasa yakin terhadap apaun yang Allah
SWT berikan padanya. Baik yang berupa kebaikan,
atau berupa keburukan. Rasulullah SAW bersabda
:“Sungguh mempesona perkara orang beriman.
Karena segala urusannya adalah dipandang baik bagi
dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur,
karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal
terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia
10. Senantiasa Bertaubat
Kepadanaya
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga
tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan
lupa. Karena hal ini merupakan sifat dan
tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika
kita kepada Allah SWT manakala kita
sedang terjerumus kedalam “kelupaan”
sehingga berbuat kemaksiatan kepada –
Nya adalah dengan segera bertaubat
kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur‟an Allah
SWT berfirman :
“Dan juga orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri mereka sendiri, mereka
11. Obsesinya Adalah Keridloan Illahi
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah
SWT, akan memiliki obsesi dan orientasi dalam segala
aktifitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak
beramal dan beraktifitas untuk mencari keridloan atau
pujian atau apapun dari manusia. Bahkan terkadang,
untuk mencapai keridloan Allah SWT tersebut,
“terpaksa” harus mendapatkan “ketidaksukaan” dari
para manusia lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah
SAW pernah menggambarkan kepada kita :
“Barang siapa yang mencari keridloan Allah dengan
adanya kemurkaan manusia, maka Allah akan
memberikan keridloan manusia juga. Dan barang
siapa mencari keridloan manusia dengnan cara
kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan
kebencian-Nya pada manusia”. (HR. Tirmidzi Al-Qodlo‟i
12. . Merealisasikan Ibadah Kepada-Nya
Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan
seorang mulim terhadap Allah SWT adalah
merealisasikan ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah
yang bersifat mahdloh, ataupun ibadah yang ghairu
mahdloh. Karena, pada hakekatnya seluruh aktivitas
sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT. Dalam Al-
Qur‟an Allah SWT berfirman :
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Oleh karenanya, sebagai aktivitas, gerak gerik,
kehidupan sosial dan lain sebagainya merupakan
ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah
SWT. Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki skup
mahdloh saja, seperti puasa, shalat, haji dan lain
13. Banyak Membaca Al-Qur‟an
Etika dan akhlak berikutnya yang harus
dilakukan oleh seorang muslim terhadap Allah
SWT adalah dengan memperbanyak membaca
dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan
firman-firman –Nya. Seseorang yang mencintai
sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering
menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin
yang mecintai Allah SWT, tentulah ia akan
selalu menyebut-nyebut asma –Nya dan juga
senantiasa akan membaca firman-firman –Nya.
Apalagi manakala kita mengetahui keutamaan
membaca Al-Qur‟an yang demikian besarnya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
14. Ahlak Kepada Rasullulah
SAW
Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita
juga sebagai umat muslim di haruskan
untuk berakhlak kepada Nabi SAW.
Karena dari beliaulah kita banyak
mendapatkan warisan yang bisa kita
warikan lagi turun-menurun ke anak cucu
kita.
Saat Rasulullah SAW wafat, beliau
meninggalkan dua warisan yang
berharga, yakni Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
Orang yang berpegang teguh pada
keduanya dipastikan tidak akan tersesat
selamanya. Saat ini, tidak sedikit orang
15. Macam Macam Ahlak Pada
Rasullulah SAW
1.Menghidupkan Sunnah
2.Taat
3.Membaca Shalawat dan
Salam
4.Mencintai Keluarga Nabi
SAW
5.Ziarah
16. Menghidupkan Sunnah
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW
bersabda yang menerangkan bahwa, kita
sebagai umat muslim diperintahkan untuk
menghidupkan sunah-sunah yang telah beliau
wariskan. “Barangsiapa yang menghidupkan
satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian
diamalkan oleh manusia, maka dia akan
mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-
orang yang mengamalkannya, dengan tidak
mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR
Ibnu Majah)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi : “Barang siapa menghidupkan
17. Taat
“Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah
dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu maka
kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-
Nya jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih
utama dan lebih baik akibatnya.”
Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yg
beriman dengan seruan “Hai orang-orang yg
beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi
mereka karena merekalah yg siap menerima
perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-
18. Kaum muslimin harus taat kepada Ulil Amri apabila
dalam memerintah mereka menyeru kepada yg
ma‟ruf dan mencegah yg munkar. Akan tetapi jika
mereka menyuruh kepada hal-hal yg dapat
melalaikan kewajiban untuk taat kepada Allah SWT
atau bahkan menyuruh perbuatan yang melanggar
aturan Allah SWT maka tiap kita kaum muslimin tidak
boleh menaatinya. Rasulullah SAW telah bersabda yg
artinya “Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal
yg ma‟ruf dan tidak ada ketaatan terhadap makhluk
dalam maksiat terhadap sang Khaliq.
Jika terjadi perbedaan pendapat di antara kaum
muslimin atau antara mereka dengan Ulil Amri atau
sesama Ulil Amri maka wajib baginya mengembalikan
persoalan itu kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yaitu
dgn merujuk kepada kitabullah dan sunnah Rasul-
19. Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan
hari akhir ia akan taat kepada Allah dan Rasul-Nya
karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT
sesungguhnya Maha Mengetahui segala sesuatu baik
yang nampak maupun yang tersembunyi. Iman
kepada hari akhir akan membuat seseorang berpikir
akan akibat segala perbuatannya yg dilakukannya di
dunia. Pada hari akhir seluruh amal anak Adam akan
dibalas, jika baik maka baik pula balasannya, namun
jika buruk maka buruk pula balasannya. Boleh jadi
seseorang dapat menghindari hukuman di dunia
namun tidak akan dapat seseorang menghindar dari
hukuman akhirat.
Dalam hal taat dan mengembalikan segala perselisihan
kepada Allah dan Rasul-Nya terdapat kebaikan bagi
orang-orang mukmin baik di dunia maupun di akhirat.
Akibatnya lebih baik bagi mereka dari pada bermaksiat
20. Membaca Shalawat dan
Salam
Selawat atau Shalawat (bahasa Arab:
adalah bentuk jamak dari kata salat
yang berarti doa atau seruan kepada Allah
SWT. Membaca shalawat untuk Nabi SAW,
memiliki maksud mendoakan atau
memohonkan berkah kepada Allah SWT
untuk Nabi SAW dengan ucapan,
pernyataan serta pengharapan, semoga
beliau (Nabi SAW) sejahtera (beruntung,
tak kurang suatu apapun, keadaannya
tetap baik dan sehat).
Salam berarti damai, sejahtera, aman
sentosa dan selamat. Jadi saat seorang
21. Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan
sikap hormat kepada Nabi SAW. Orang yang membaca
shalawat untuk Nabi SAW hendaknya disertai dengan niat
dan didasari rasa cinta kepada beliau dengan tujuan untuk
memuliakan dan menghormati beliau. Dalam penjelasan
hadits (Akhbar Al-Hadits) disebutkan bahwa apabila
seseorang membaca shalawat tidak disertai dengan niat
dan perasaan hormat kepada Nabi SAW, maka
timbangannya tidak lebih berat ketimbang selembar
sayap. Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya sahnya amal
itu tergantung niatnya”.
Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari
pada selembar sayap, yaitu :
1. Shalat yang tidak disertai dengan tunduk dan khusyuk.
2. Dzikir dengan tidak sadar. Allah SWT tidak akan
menerima amal orang yang hatinya tidak sadar.
3. Membaca Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW tidak
disertai dengan niat dan rasa hormat.
22. Mencintai Keluarga Nabi
Saw
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai
manusia sesungguhnya aku tinggalkan
dua perkara yang besar untuk
kalian, yang pertama adalah Kitabullah
(Al-Quran) dan yang kedua adalah Ithrati
(Keturunan) Ahlulbaitku. Barangsiapa
yang berpegang teguh kepada
keduanya, maka tidak akan tersesat
selamanya hingga bertemu denganku di
telaga al-Haudh.” (HR. Muslim dalam
Kitabnya Sahih juz.
2, Tirmidzi, Ahmad, Thabrani dan
23. Marilah kita letakkan segala bentuk fanatisme yang
ada di pundak kita selama ini. Tidak dipungkiri lagi
bahwa keluarga Nabi SAW yang terkenal dengan
sebutan Ahlulbait adalah manusia-manusia yang
mempunyai kelebihan dan keutamaan-keutamaan
yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya setelah
Rasulullah SAW. Akan tetapi sangat disayangkan
sekali bahwa banyak sekali kaum Muslimin yang
melupakan dan bahkan tidak mengetahui eksistensi
mereka (keluarga Nabi SAW).
Hadits di atas adalah salah satu dari puluhan bukti
otentik yang sangat jelas yang mengisyaratkan
kepada kita semua bahwa begitu besar keutamaan
mereka hingga Nabi SAW berwasiat kepada para
sahabatnya dan kita khususnya sebagai umat Islam
agar selalu berpegang teguh kepadanya (Al-Quran
24. Mengapa keluarga Nabi Saw? Apakah beliau
Saw berkata seperti itu hanya dikarenakan
faktor kasih sayang beliau terhadap
keluarganya dan juga karena hubungan darah
semata? Tentu saja tidak, karena segala
perkataan yang keluar dari mulut suci beliau
pasti atas dasar petunjuk dari Allah SWT,
sebagaimana firman-Nya: “Dan tiadalah yang
diucapkannya itu menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya). yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat
kuat.” (QS. An-Najm: 3-5).Marilah kita
bertabarruk dengan mempelajari ayat-ayat Al-
25. Ziarah
Kata ziarah berasal dari bahasa arab yaitu
ziaroh, yang berarti masuk atau mengunjungi. Yaitu
kunjungan yang dilakukan oleh orang islam ketempat
tertentu yang dianggap memiliki nilai-nilai sejarah.
Namun sering kali kata ziarah disebut oleh
kebanyakan orang adalah berkunjung ke makam dan
dan mendoakannya sambil mengingat akan diri
sendiri dan mengambil pelajaran tentang kematian.
Kegiatan berziarah tersebut terbagi dua bagian, yakni
beerziarah menurut syari‟at dan berziarah yang
berbentuk bid‟ah.
Pada awal sejarah islam, yang namanya ziarah itu
diharamkan bagi laki-laki maupun
perempuan, dikarenakan hawatir akan goncangnya
keimanan. Namun, ketika aqidah umat islam sudah
26. Kesimpulan
Kajian tentang akhlak Kepada allah dan
Rasulnya merupakan kajian yang sangat
penting, karena jatuh bangunnya suatu
bangsa ataupun masyarakat tergantung
pada bagaimana akhlak manusia. Seseorang
yang berakhlak mulia akan memenuhi
kewajiban terhadap dirinya, memberikan hak
kepada yang berhak, dia akan melakukan
kewajibannya terhadap Allah dan terhadap
Rosulnya, Oleh karena itu, secara tidak
langsung berahlak kepada allah dan rosulnya
dapat mewujudkan kehidupan yang
sejahtera dan harmonis di dunia ini, dan