SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  23
Télécharger pour lire hors ligne
AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA)
ARIMA: Gabungan dua model, yaitu Model Otoregresi (AR) dan Moving Average (MA). 
Model AR berbentuk hubungan antara variabel terikat Y dengan variabel bebas yang merupakan nilai Y pada waktu sebelumnya. 
Model MA menunjukkan ketergantungan variabel terikat Y terhadap nilai-nilai residual pada waktu sebelumnya secara berurutan. 
Model otoregresi dengan orde p:pengamatan ytdibentuk dari rata-rata tertimbang pengamatan-pengamatan masa lalu, sebanyak p periode ke belakang. 
Proses tersebut dinyatakan sebagai AR(p) dan modelnya adalah: 
yt= 1yt-1+ 2yt-2+ . . . +pyt-p+ + et 
Model AR(1) dapat dituliskan dengan: 
yt= (1yt-1+ + et)
Model MA denganordo q: mengasumsikan bahwa tiap-tiap observasi dibentuk dari rata-rata tertimbang deviasi (disturbances) q periode ke belakang. 
Model MA(q) dituliskan sebagai: 
yt= + et-1 et-1-2et-2-. . . -qet-q 
Untuk MA(1) model dapat dituliskan dengan: 
yt = + et-1et-1 
Adakalanya proses random yang stasioner tidak dapat dimodel melalui AR (p) atau MA (q) karena proses tersebut mempunyai karakteristik dua-duanya. Oleh karenanya, proses yang semacam ini perlu didekati dengan model campuran antara otoregresi dan moving average yang dikenal dengan model ARMA (p,q). 
Model ini dinyatakan dalam bentuk: 
yt= 1yt-1+. . . +pyt-p+ + et-1et-1-. . . -qet-q 
Untuk ARMA (1,1), model adalah sebagai berikut: 
yt= 1yt-1+ + et -1et-1
Proses diatas mengasumsikan data stasioner. Bagaimana bila data tidak stasioner? Transformasi dengan pembedaan (difference). 
ARMA (p,q) ARIMA (p,d,q). ‘d’ adalah pembedaan. 
Model dari proses ARIMA(p,d,q) dinyatakan dalam: 
(B) dyt = + (B) et 
Model diatas diberikan notasi yang merupakan bentuk sederhana penulisan model, dimana: 
(B) = 1 -1B -2B2-. . . -pBp 
(B) = 1 -1B -2B2-. . . -qBq 
Bagaimana mengestimasi koefisien model? 
Metode Yule-Walker Dalam kuliah ini tidak akan dijelaskan karena membutuhkan waktu yang cukup lama Akan dimanfaatkan output EViews atau SPSS.
Metode Box Jenkins 
Metode Box Jenkins Mendapat Model ARIMA yang paling tepat. Pada dasarnya, metode ini menggunakan pendekatan iteratif, dengan empat tahapan dalam menentukan model yang cocok. Tahapan tersebut adalah: 
IdentifikasiMencari atau menentukan p,d dan q dengan bantuan korelogram otokorelasi dan korelogram parsial otokorelasi. 
Estimasi 
Tes Diagnostikresidual White Noise? 
Ramalan.
IDENTIFIKASI 
Model 
Pola ACF 
Pola PACF 
AR(p) 
Menyusut secara eksponensial 
Ada tiang pancang sampai lag p 
MA(q) 
Ada tiang pancang yang jelas sampai lag q 
Menyusutsecara eksponensial 
ARMA(p,q) 
Menyusut secara eksponensial 
Menyusut secara eksponensial
KORELOGRAM AR(1) 
ACF Untuk AR(1) PACF Untuk AR(1)
KORELOGRAM MA(1) 
ACF Untuk MA(1) PACF untuk θ positif 
PACF untuk θ positif
Untuk ARMA(p,q) sulit menetapkan p dan q 
ARIMA(p,d,q) sulit ditentukan dengan tepat. 
Korelogram tetap dapat digunakan sebagai sinyal untuk menetapkan ARMA(p,q) dan ARIMA(p,d,q) berdasarkan AR dan MA Belum tentu tepat. 
Perlu disiapkan beberapa alternatif model untuk diuji manakah yang tepat prinsip Metode Box Jenkins. 
Setelah dipersiapkan tahap selanjutnya untuk memilih model.
Estimasi dan Diagnostik 
Estimasi Metode Yule –Walker Output EViews dan SPSS 
Diagnostik apakah residual white noise? 
Pengujian: Gunakan korelogram 
White Noise jika tidak ada residual yang signifikan (melampaui garis ‘Barlett’) 
Uji lain: Statistik Q, dengan formulasi: 
Q = T r2k2k-p-q 
Pada intinya, bila Q terhitung lebih besar dari 2k-p-q ,5% kita yakin dengan 95% bahwa tidak semua k= 0. Bila hal ini terjadi, sudah barang tentu berarti residualnya tidak merupakan white noise. 
Bagaimana jika ada dua atau lebih model yang White Noise? 
Gunakan: 
AIC, SIC, Loglikelihood, R2adj
ANALISIS MATA UANG YANG BEREDAR (M1) 
Data stasioner?
Pembedaan 1 
Data stasioner? 
Meragukan? ADF
ADF Test Statistic 
-5.713418 
1% Critical Value* 
-4.1135 
5% Critical Value 
-3.4836 
10% Critical Value 
-3.1696 
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root. 
Augmented Dickey-Fuller Test Equation 
Dependent Variable: D(M1,2) 
Method: Least Squares 
Date: 09/19/04 Time: 16:38 
Sample(adjusted): 1998:05 2003:05 
Included observations: 61 after adjusting endpoints 
Variable 
Coefficient 
Std. Error 
t-Statistic 
Prob. 
D(M1(-1)) 
-1.632112 
0.285663 
-5.713418 
0.0000 
D(M1(-1),2) 
0.322046 
0.218254 
1.475554 
0.1457 
D(M1(-2),2) 
0.128985 
0.133493 
0.966233 
0.3381 
C 
2341.482 
1568.758 
1.492570 
0.1412 
@TREND(1998:01) 
4.023247 
39.36902 
0.102193 
0.9190 
R-squared 
0.635700 
Mean dependent var 
190.9180 
Adjusted R-squared 
0.609679 
S.D. dependent var 
8662.735 
S.E. of regression 
5412.105 
Akaike info criterion 
20.10908 
Sum squared resid 
1.64E+09 
Schwarz criterion 
20.28210 
Log likelihood 
-608.3268 
F-statistic 
24.42988 
Durbin-Watson stat 
1.946227 
Prob(F-statistic) 
0.000000
Berdasarkan Korelogram, bagaimana model ARIMA-nya? Hasil Estimasi: 
Dependent Variable: D(M1) 
Method: Least Squares 
Date: 09/19/04 Time: 17:01 
Sample(adjusted): 1998:03 2003:05 
Included observations: 63 after adjusting endpoints 
Convergence achieved after 146 iterations 
Backcast: OFF (Roots of MA process too large for backcast) 
Variable 
Coefficient 
Std. Error 
t-Statistic 
Prob. 
C 
1739.835 
182.5051 
9.533075 
0.0000 
AR(1) 
0.507934 
0.107304 
4.733605 
0.0000 
MA(1) 
-1.138817 
0.041948 
-27.14807 
0.0000 
R-squared 
0.321617 
Mean dependent var 
1574.571 
Adjusted R-squared 
0.299005 
S.D. dependent var 
5474.096 
S.E. of regression 
4583.212 
Akaike info criterion 
19.74464 
Sum squared resid 
1.26E+09 
Schwarz criterion 
19.84669 
Log likelihood 
-618.9560 
F-statistic 
14.22283 
Durbin-Watson stat 
1.919021 
Prob(F-statistic) 
0.000009 
Inverted AR Roots 
.51 
Inverted MA Roots 
1.14
Residualnya White Noise?
Penulisan Fungsi Berdasar Output EViews 
Nilai-nilai koefisien yang didapat berdasarkan output EViews, tidaksecara langsung merupakan koefisien dari fungsi atau persamaan ARIMA (p,d,q) yang telah ditetapkan. 
Model AR(p) 
Dalam EViews, model AR(p) dituliskan dengan: 
yt= δ + ut 
dimana: 
ut= ρ1ut-1+ ρ2ut-2+ ρ3ut-3+......+ ρput-p+ εt 
Perhatikan model diatas, berbeda dengan model umum AR(p). Agar persamaan yang didapat sesuai dengan model umumnya, maka harus dilakukan penyelesaian secara manual. 
Sebagai contoh, kita lihat model yang paling sederhana, yaitu AR(1), yang penurunannya adalah sebagai berikut:
AR(1): yt= δ + ut= δ + ρ1ut-1+ εt 
Oleh karena: yt= δ + ut, maka: ut= yt–δ, 
sehingga: ut-1= yt-1–δ 
Dengan demikian, model AR(1) dapat dituliskan dengan: 
yt= δ + ρ1(yt-1–δ) + εt= (1-ρ1) δ + ρ1yt-1+ εt. 
Bila pada output ditemukan nilai koefisien untuk variabel AR(1) = 0,5 Artinya: ρ1=0,5, sehingga model yang didapat: 
yt= (1-0,5) δ +0,5yt-1= 0,5 δ +0,5yt-1. 
Bila pada output C = 1700 δ = 1700, sehingga persamaan: 
yt= 0,5 (1700)+0,5yt-1= 850 + 0,5 yt-1 
Untuk model-model AR dengan orde yang lebih tinggi, tekhnik penyelesaiannya kurang lebih sama dengan AR(1) diatas.
Model MA(q) 
Sama dengan model AR(p), model MA(q) juga didefinisikan dengan: 
yt= δ + ut 
dimana: 
ut= εt+ θ1εt-1+ θ2εt-2+ θ3 εt-3+......+ θqεt-q 
Untuk model MA ini ternyata hampir tidak berbeda dengan model umum MA sebagaimana yang telah dipelajari. 
Perhatikan model MA(1) berikut: 
yt= δ + ut= δ + εt+ θ1εt-1 
Sedang model yang pernah dipelajari adalah: 
yt= + et-1et-1 
Terlihat bahwa yang membedakan keduanya adalah tanda koefisien. 
Bila pada output ditemukan nilai koefisien untuk variabel 
MA(1) = -1.14 θ1= -1,14, dan C = 1700, maka model yang didapat: 
yt= 1700 –1,14 εt-1
Model ARMA(p,q) 
Model ARMA(p,q) juga didefinisikan sebagai: 
yt= δ + ut 
dimana: 
ut= ρ1ut-1+ ρ2ut-2+ ρ3ut-3+......+ ρput-p+ εt+ 
θ1εt-1+θ2εt-2+ θ3εt-3+......+ θqεt-q 
Sekarang perhatikan model ARMA(1,1) berikut: 
ARMA(1,1): yt = δ + ut= δ + ρ1ut-1+ εt+ θ1εt-1 
Ingat kembali bahwa: yt= δ + ut, maka: ut= yt–δ, sehingga: ut-1= yt-1–δ 
Sehingga model ARMA(1,1) dapat dituliskan dengan: 
yt= δ + ρ1(yt-1–δ) + εt + θ1εt-1 
= (1-ρ1) δ + ρ1yt-1+ εt+ θ1εt-1 
Perhatikan model diatas, ternyata merupakan pertambahan antara model AR(1) dan MA(1) yang telah kita selesaikan diatas.
Bila pada output ditemukan nilai koefisien: 
AR(1) = 0,5 
MA(1) = -1.14 
C = 1700 
Maka model ARMA(1,1) adalah: 
yt= 0,5 (1700)+0,5yt-1= 850 + 0,5 yt-1 –1,14 εt-1 
AR(1)MA(1)
Model ARIMA(p,d,q) 
Model untuk ARIMA sedikit berbeda, karena kita harus memperhitungkan pembedaan yang telah dilakukan 
Model dalam EViews: 
yt -yt-1= δ + ut 
Persamaan diatas dapat dijabarkan menjadi: 
(1). yt= yt-1+ δ + ut 
(2). ut = yt-yt-1-δ dan ut-1= yt-1-yt-2-δ 
Model umum ARIMA(p,d,q) dapat kita tuliskan dengan langsung mensubstitusi persamaan ARMA dengan persamaan (1) dan (2) diatas. 
Untuk memudahkan pemahaman, berikut akan diberikan contoh penjabaran dari model ARIMA (1,1,1).
Kita telah ketahui bahwa ut untuk ARMA(1,1) ditulis dengan: ut= ρ1ut-1+ εt+ θ1εt-1 
Dengan mensubstitusi persamaan (2), didapat: 
ut= ρ1(yt-1-yt-2–δ) + εt+ θ1εt-1 
Persamaan ini kita substitusi kembali ke persamaan (1), sehingga menjadi: 
yt= yt-1+ δ + ρ1(yt-1-yt-2–δ) + εt + θ1εt-1 
yt= (1-ρ1) δ + (1+ ρ1) yt-1-ρ1yt-2 + εt + θ1εt-1 
Untuk Analisis M1 ARIMA(1,1,1) dengan nilai koefisien: 
AR(1) = 0,5 
MA(1) = -1.14 
C = 1739 
Maka model ARIMA(1,1,1) adalah: 
yt= (1-0,5) 1739+ (1+ 0,5) yt-1-0,5 yt-2 –1,14εt-1 
yt= 869,5+ 1,5yt-1-0,5 yt-2–1,14εt-1
Model ARIMA(2,1,2): 
Diketahui: 
(1). yt = yt-1+ δ + ut 
(2). ut= yt-yt-1-δ dan ut-1= yt-1-yt-2-δ serta ut-2= yt-2 -yt-3-δ 
ut= ρ1ut-1+ ρ2ut-2+ εt+ θ1εt-1+ θ2εt-2 
Substitusikan persamaan (2): 
ut= ρ1(yt-1-yt-2–δ) + ρ2(yt-2-yt-3-δ) + εt+ θ1εt-1+ θ2εt-2 
ut = -(ρ1+ ρ2) δ + ρ1yt-1+ (ρ2-ρ1) yt-2–ρ2yt-3 + εt + θ1εt-1+ θ2εt-2 
Substitusikan persamaan diatas kedalam persamaan (1), sehingga: 
yt= yt-1+ δ + -(ρ1+ ρ2) δ + ρ1yt-1+ (ρ2-ρ1) yt-2–ρ2yt-3+ εt + θ1εt-1+ θ2εt-2 
yt= (1 -ρ1-ρ2) δ + (1 + ρ1) yt-1+ (ρ2 -ρ1) yt-2–ρ2yt-3+ εt + θ1εt-1+ θ2εt-2

Contenu connexe

Tendances

Tendances (20)

Transformasi Peubah Acak Teknik CDF
Transformasi Peubah Acak Teknik CDFTransformasi Peubah Acak Teknik CDF
Transformasi Peubah Acak Teknik CDF
 
Peramalan ARIMA
Peramalan ARIMAPeramalan ARIMA
Peramalan ARIMA
 
Distribusi multinomial
Distribusi multinomialDistribusi multinomial
Distribusi multinomial
 
Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )
 
Metode simpleks dua fase
Metode simpleks dua faseMetode simpleks dua fase
Metode simpleks dua fase
 
Syntax Macro Minitab (Elvira Dian Safire/ITS)
Syntax Macro Minitab (Elvira Dian Safire/ITS)Syntax Macro Minitab (Elvira Dian Safire/ITS)
Syntax Macro Minitab (Elvira Dian Safire/ITS)
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinu
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
 
Ukuran Keruncingan
Ukuran KeruncinganUkuran Keruncingan
Ukuran Keruncingan
 
Akt 2-tabel-mortalitas
Akt 2-tabel-mortalitasAkt 2-tabel-mortalitas
Akt 2-tabel-mortalitas
 
Metode stepping stone
Metode stepping stoneMetode stepping stone
Metode stepping stone
 
Chap2 prob 2
Chap2 prob 2Chap2 prob 2
Chap2 prob 2
 
DISTRIBUSI SAMPLING & TEOREMA NILAI TENGAH
DISTRIBUSI SAMPLING & TEOREMA NILAI TENGAHDISTRIBUSI SAMPLING & TEOREMA NILAI TENGAH
DISTRIBUSI SAMPLING & TEOREMA NILAI TENGAH
 
Kalkulus modul vi kontinuitas
Kalkulus modul vi kontinuitasKalkulus modul vi kontinuitas
Kalkulus modul vi kontinuitas
 
Statistika: Peluang
Statistika: PeluangStatistika: Peluang
Statistika: Peluang
 
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
 
Koefisien binomial
Koefisien binomialKoefisien binomial
Koefisien binomial
 
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRITBAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
 
Integral Garis
Integral GarisIntegral Garis
Integral Garis
 
Distribusi sampling
Distribusi samplingDistribusi sampling
Distribusi sampling
 

Similaire à K10 arima

Ch123pr ketut-101105084210-phpapp01
Ch123pr ketut-101105084210-phpapp01Ch123pr ketut-101105084210-phpapp01
Ch123pr ketut-101105084210-phpapp01tommathew16
 
Advanced Computer Architecture Chapter 123 Problems Solution
Advanced Computer Architecture Chapter 123 Problems SolutionAdvanced Computer Architecture Chapter 123 Problems Solution
Advanced Computer Architecture Chapter 123 Problems SolutionJoe Christensen
 
Pt 8 barisan dan deret-rev
Pt 8 barisan dan deret-revPt 8 barisan dan deret-rev
Pt 8 barisan dan deret-revparulian
 
Matematika Teknik - Diferensial
Matematika Teknik - DiferensialMatematika Teknik - Diferensial
Matematika Teknik - DiferensialReski Aprilia
 
3 regresi and-korelasi_berganda.ppt
3 regresi and-korelasi_berganda.ppt3 regresi and-korelasi_berganda.ppt
3 regresi and-korelasi_berganda.pptaliff_aimann
 
ECC pertemuan 6.pptx
ECC pertemuan 6.pptxECC pertemuan 6.pptx
ECC pertemuan 6.pptxSuper4sensei
 
Buku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-b
Buku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-bBuku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-b
Buku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-bTri Budi Santoso
 
Buku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-b
Buku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-bBuku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-b
Buku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-btribudi20
 
Hukum linear
Hukum linearHukum linear
Hukum linearnjusohtan
 
[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf
[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf
[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdfHartoyo Mp
 
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfHamzaHamid27
 

Similaire à K10 arima (20)

Persdif
PersdifPersdif
Persdif
 
Parametric Equations
Parametric EquationsParametric Equations
Parametric Equations
 
005 matrik kovarian
005 matrik kovarian005 matrik kovarian
005 matrik kovarian
 
Ch123pr ketut-101105084210-phpapp01
Ch123pr ketut-101105084210-phpapp01Ch123pr ketut-101105084210-phpapp01
Ch123pr ketut-101105084210-phpapp01
 
Advanced Computer Architecture Chapter 123 Problems Solution
Advanced Computer Architecture Chapter 123 Problems SolutionAdvanced Computer Architecture Chapter 123 Problems Solution
Advanced Computer Architecture Chapter 123 Problems Solution
 
K9 stasioneritas ok
K9 stasioneritas okK9 stasioneritas ok
K9 stasioneritas ok
 
Pt 8 barisan dan deret-rev
Pt 8 barisan dan deret-revPt 8 barisan dan deret-rev
Pt 8 barisan dan deret-rev
 
Matematika Teknik - Diferensial
Matematika Teknik - DiferensialMatematika Teknik - Diferensial
Matematika Teknik - Diferensial
 
3 regresi and-korelasi_berganda.ppt
3 regresi and-korelasi_berganda.ppt3 regresi and-korelasi_berganda.ppt
3 regresi and-korelasi_berganda.ppt
 
Ekonometrika.pptx
Ekonometrika.pptxEkonometrika.pptx
Ekonometrika.pptx
 
ECC pertemuan 6.pptx
ECC pertemuan 6.pptxECC pertemuan 6.pptx
ECC pertemuan 6.pptx
 
Buku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-b
Buku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-bBuku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-b
Buku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-b
 
Buku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-b
Buku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-bBuku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-b
Buku speech processing_subp_pengkodean-sinyal-wicara-b
 
Hukum linear
Hukum linearHukum linear
Hukum linear
 
Hukum linear
Hukum linearHukum linear
Hukum linear
 
[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf
[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf
[145] Oriza Candra dkk - UNP_Power word.pdf
 
Handout analisis real
Handout analisis realHandout analisis real
Handout analisis real
 
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
 
materi fisika dasar
materi fisika dasarmateri fisika dasar
materi fisika dasar
 
K12 arch garch
K12 arch garchK12 arch garch
K12 arch garch
 

Plus de Supri yono, MM, Ak, CiPP, CA (7)

K13 kointegrasi
K13 kointegrasiK13 kointegrasi
K13 kointegrasi
 
K11 granger var
K11 granger varK11 granger var
K11 granger var
 
K7 k8 mpl logit multinomial
K7 k8 mpl logit multinomialK7 k8 mpl logit multinomial
K7 k8 mpl logit multinomial
 
K6 dummy
K6 dummyK6 dummy
K6 dummy
 
K5 model fungsional
K5 model fungsionalK5 model fungsional
K5 model fungsional
 
K3 k4 regresi ganda
K3 k4 regresi gandaK3 k4 regresi ganda
K3 k4 regresi ganda
 
Analisis jalur
Analisis jalurAnalisis jalur
Analisis jalur
 

Dernier

BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxchleotiltykeluanan
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 

Dernier (9)

BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptxBAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
BAGAIAMANA PANCASILA MENJADI SISTEM ETIKA.pptx
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 

K10 arima

  • 2. ARIMA: Gabungan dua model, yaitu Model Otoregresi (AR) dan Moving Average (MA). Model AR berbentuk hubungan antara variabel terikat Y dengan variabel bebas yang merupakan nilai Y pada waktu sebelumnya. Model MA menunjukkan ketergantungan variabel terikat Y terhadap nilai-nilai residual pada waktu sebelumnya secara berurutan. Model otoregresi dengan orde p:pengamatan ytdibentuk dari rata-rata tertimbang pengamatan-pengamatan masa lalu, sebanyak p periode ke belakang. Proses tersebut dinyatakan sebagai AR(p) dan modelnya adalah: yt= 1yt-1+ 2yt-2+ . . . +pyt-p+ + et Model AR(1) dapat dituliskan dengan: yt= (1yt-1+ + et)
  • 3. Model MA denganordo q: mengasumsikan bahwa tiap-tiap observasi dibentuk dari rata-rata tertimbang deviasi (disturbances) q periode ke belakang. Model MA(q) dituliskan sebagai: yt= + et-1 et-1-2et-2-. . . -qet-q Untuk MA(1) model dapat dituliskan dengan: yt = + et-1et-1 Adakalanya proses random yang stasioner tidak dapat dimodel melalui AR (p) atau MA (q) karena proses tersebut mempunyai karakteristik dua-duanya. Oleh karenanya, proses yang semacam ini perlu didekati dengan model campuran antara otoregresi dan moving average yang dikenal dengan model ARMA (p,q). Model ini dinyatakan dalam bentuk: yt= 1yt-1+. . . +pyt-p+ + et-1et-1-. . . -qet-q Untuk ARMA (1,1), model adalah sebagai berikut: yt= 1yt-1+ + et -1et-1
  • 4. Proses diatas mengasumsikan data stasioner. Bagaimana bila data tidak stasioner? Transformasi dengan pembedaan (difference). ARMA (p,q) ARIMA (p,d,q). ‘d’ adalah pembedaan. Model dari proses ARIMA(p,d,q) dinyatakan dalam: (B) dyt = + (B) et Model diatas diberikan notasi yang merupakan bentuk sederhana penulisan model, dimana: (B) = 1 -1B -2B2-. . . -pBp (B) = 1 -1B -2B2-. . . -qBq Bagaimana mengestimasi koefisien model? Metode Yule-Walker Dalam kuliah ini tidak akan dijelaskan karena membutuhkan waktu yang cukup lama Akan dimanfaatkan output EViews atau SPSS.
  • 5. Metode Box Jenkins Metode Box Jenkins Mendapat Model ARIMA yang paling tepat. Pada dasarnya, metode ini menggunakan pendekatan iteratif, dengan empat tahapan dalam menentukan model yang cocok. Tahapan tersebut adalah: IdentifikasiMencari atau menentukan p,d dan q dengan bantuan korelogram otokorelasi dan korelogram parsial otokorelasi. Estimasi Tes Diagnostikresidual White Noise? Ramalan.
  • 6. IDENTIFIKASI Model Pola ACF Pola PACF AR(p) Menyusut secara eksponensial Ada tiang pancang sampai lag p MA(q) Ada tiang pancang yang jelas sampai lag q Menyusutsecara eksponensial ARMA(p,q) Menyusut secara eksponensial Menyusut secara eksponensial
  • 7. KORELOGRAM AR(1) ACF Untuk AR(1) PACF Untuk AR(1)
  • 8. KORELOGRAM MA(1) ACF Untuk MA(1) PACF untuk θ positif PACF untuk θ positif
  • 9. Untuk ARMA(p,q) sulit menetapkan p dan q ARIMA(p,d,q) sulit ditentukan dengan tepat. Korelogram tetap dapat digunakan sebagai sinyal untuk menetapkan ARMA(p,q) dan ARIMA(p,d,q) berdasarkan AR dan MA Belum tentu tepat. Perlu disiapkan beberapa alternatif model untuk diuji manakah yang tepat prinsip Metode Box Jenkins. Setelah dipersiapkan tahap selanjutnya untuk memilih model.
  • 10. Estimasi dan Diagnostik Estimasi Metode Yule –Walker Output EViews dan SPSS Diagnostik apakah residual white noise? Pengujian: Gunakan korelogram White Noise jika tidak ada residual yang signifikan (melampaui garis ‘Barlett’) Uji lain: Statistik Q, dengan formulasi: Q = T r2k2k-p-q Pada intinya, bila Q terhitung lebih besar dari 2k-p-q ,5% kita yakin dengan 95% bahwa tidak semua k= 0. Bila hal ini terjadi, sudah barang tentu berarti residualnya tidak merupakan white noise. Bagaimana jika ada dua atau lebih model yang White Noise? Gunakan: AIC, SIC, Loglikelihood, R2adj
  • 11. ANALISIS MATA UANG YANG BEREDAR (M1) Data stasioner?
  • 12. Pembedaan 1 Data stasioner? Meragukan? ADF
  • 13. ADF Test Statistic -5.713418 1% Critical Value* -4.1135 5% Critical Value -3.4836 10% Critical Value -3.1696 *MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(M1,2) Method: Least Squares Date: 09/19/04 Time: 16:38 Sample(adjusted): 1998:05 2003:05 Included observations: 61 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(M1(-1)) -1.632112 0.285663 -5.713418 0.0000 D(M1(-1),2) 0.322046 0.218254 1.475554 0.1457 D(M1(-2),2) 0.128985 0.133493 0.966233 0.3381 C 2341.482 1568.758 1.492570 0.1412 @TREND(1998:01) 4.023247 39.36902 0.102193 0.9190 R-squared 0.635700 Mean dependent var 190.9180 Adjusted R-squared 0.609679 S.D. dependent var 8662.735 S.E. of regression 5412.105 Akaike info criterion 20.10908 Sum squared resid 1.64E+09 Schwarz criterion 20.28210 Log likelihood -608.3268 F-statistic 24.42988 Durbin-Watson stat 1.946227 Prob(F-statistic) 0.000000
  • 14. Berdasarkan Korelogram, bagaimana model ARIMA-nya? Hasil Estimasi: Dependent Variable: D(M1) Method: Least Squares Date: 09/19/04 Time: 17:01 Sample(adjusted): 1998:03 2003:05 Included observations: 63 after adjusting endpoints Convergence achieved after 146 iterations Backcast: OFF (Roots of MA process too large for backcast) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1739.835 182.5051 9.533075 0.0000 AR(1) 0.507934 0.107304 4.733605 0.0000 MA(1) -1.138817 0.041948 -27.14807 0.0000 R-squared 0.321617 Mean dependent var 1574.571 Adjusted R-squared 0.299005 S.D. dependent var 5474.096 S.E. of regression 4583.212 Akaike info criterion 19.74464 Sum squared resid 1.26E+09 Schwarz criterion 19.84669 Log likelihood -618.9560 F-statistic 14.22283 Durbin-Watson stat 1.919021 Prob(F-statistic) 0.000009 Inverted AR Roots .51 Inverted MA Roots 1.14
  • 16. Penulisan Fungsi Berdasar Output EViews Nilai-nilai koefisien yang didapat berdasarkan output EViews, tidaksecara langsung merupakan koefisien dari fungsi atau persamaan ARIMA (p,d,q) yang telah ditetapkan. Model AR(p) Dalam EViews, model AR(p) dituliskan dengan: yt= δ + ut dimana: ut= ρ1ut-1+ ρ2ut-2+ ρ3ut-3+......+ ρput-p+ εt Perhatikan model diatas, berbeda dengan model umum AR(p). Agar persamaan yang didapat sesuai dengan model umumnya, maka harus dilakukan penyelesaian secara manual. Sebagai contoh, kita lihat model yang paling sederhana, yaitu AR(1), yang penurunannya adalah sebagai berikut:
  • 17. AR(1): yt= δ + ut= δ + ρ1ut-1+ εt Oleh karena: yt= δ + ut, maka: ut= yt–δ, sehingga: ut-1= yt-1–δ Dengan demikian, model AR(1) dapat dituliskan dengan: yt= δ + ρ1(yt-1–δ) + εt= (1-ρ1) δ + ρ1yt-1+ εt. Bila pada output ditemukan nilai koefisien untuk variabel AR(1) = 0,5 Artinya: ρ1=0,5, sehingga model yang didapat: yt= (1-0,5) δ +0,5yt-1= 0,5 δ +0,5yt-1. Bila pada output C = 1700 δ = 1700, sehingga persamaan: yt= 0,5 (1700)+0,5yt-1= 850 + 0,5 yt-1 Untuk model-model AR dengan orde yang lebih tinggi, tekhnik penyelesaiannya kurang lebih sama dengan AR(1) diatas.
  • 18. Model MA(q) Sama dengan model AR(p), model MA(q) juga didefinisikan dengan: yt= δ + ut dimana: ut= εt+ θ1εt-1+ θ2εt-2+ θ3 εt-3+......+ θqεt-q Untuk model MA ini ternyata hampir tidak berbeda dengan model umum MA sebagaimana yang telah dipelajari. Perhatikan model MA(1) berikut: yt= δ + ut= δ + εt+ θ1εt-1 Sedang model yang pernah dipelajari adalah: yt= + et-1et-1 Terlihat bahwa yang membedakan keduanya adalah tanda koefisien. Bila pada output ditemukan nilai koefisien untuk variabel MA(1) = -1.14 θ1= -1,14, dan C = 1700, maka model yang didapat: yt= 1700 –1,14 εt-1
  • 19. Model ARMA(p,q) Model ARMA(p,q) juga didefinisikan sebagai: yt= δ + ut dimana: ut= ρ1ut-1+ ρ2ut-2+ ρ3ut-3+......+ ρput-p+ εt+ θ1εt-1+θ2εt-2+ θ3εt-3+......+ θqεt-q Sekarang perhatikan model ARMA(1,1) berikut: ARMA(1,1): yt = δ + ut= δ + ρ1ut-1+ εt+ θ1εt-1 Ingat kembali bahwa: yt= δ + ut, maka: ut= yt–δ, sehingga: ut-1= yt-1–δ Sehingga model ARMA(1,1) dapat dituliskan dengan: yt= δ + ρ1(yt-1–δ) + εt + θ1εt-1 = (1-ρ1) δ + ρ1yt-1+ εt+ θ1εt-1 Perhatikan model diatas, ternyata merupakan pertambahan antara model AR(1) dan MA(1) yang telah kita selesaikan diatas.
  • 20. Bila pada output ditemukan nilai koefisien: AR(1) = 0,5 MA(1) = -1.14 C = 1700 Maka model ARMA(1,1) adalah: yt= 0,5 (1700)+0,5yt-1= 850 + 0,5 yt-1 –1,14 εt-1 AR(1)MA(1)
  • 21. Model ARIMA(p,d,q) Model untuk ARIMA sedikit berbeda, karena kita harus memperhitungkan pembedaan yang telah dilakukan Model dalam EViews: yt -yt-1= δ + ut Persamaan diatas dapat dijabarkan menjadi: (1). yt= yt-1+ δ + ut (2). ut = yt-yt-1-δ dan ut-1= yt-1-yt-2-δ Model umum ARIMA(p,d,q) dapat kita tuliskan dengan langsung mensubstitusi persamaan ARMA dengan persamaan (1) dan (2) diatas. Untuk memudahkan pemahaman, berikut akan diberikan contoh penjabaran dari model ARIMA (1,1,1).
  • 22. Kita telah ketahui bahwa ut untuk ARMA(1,1) ditulis dengan: ut= ρ1ut-1+ εt+ θ1εt-1 Dengan mensubstitusi persamaan (2), didapat: ut= ρ1(yt-1-yt-2–δ) + εt+ θ1εt-1 Persamaan ini kita substitusi kembali ke persamaan (1), sehingga menjadi: yt= yt-1+ δ + ρ1(yt-1-yt-2–δ) + εt + θ1εt-1 yt= (1-ρ1) δ + (1+ ρ1) yt-1-ρ1yt-2 + εt + θ1εt-1 Untuk Analisis M1 ARIMA(1,1,1) dengan nilai koefisien: AR(1) = 0,5 MA(1) = -1.14 C = 1739 Maka model ARIMA(1,1,1) adalah: yt= (1-0,5) 1739+ (1+ 0,5) yt-1-0,5 yt-2 –1,14εt-1 yt= 869,5+ 1,5yt-1-0,5 yt-2–1,14εt-1
  • 23. Model ARIMA(2,1,2): Diketahui: (1). yt = yt-1+ δ + ut (2). ut= yt-yt-1-δ dan ut-1= yt-1-yt-2-δ serta ut-2= yt-2 -yt-3-δ ut= ρ1ut-1+ ρ2ut-2+ εt+ θ1εt-1+ θ2εt-2 Substitusikan persamaan (2): ut= ρ1(yt-1-yt-2–δ) + ρ2(yt-2-yt-3-δ) + εt+ θ1εt-1+ θ2εt-2 ut = -(ρ1+ ρ2) δ + ρ1yt-1+ (ρ2-ρ1) yt-2–ρ2yt-3 + εt + θ1εt-1+ θ2εt-2 Substitusikan persamaan diatas kedalam persamaan (1), sehingga: yt= yt-1+ δ + -(ρ1+ ρ2) δ + ρ1yt-1+ (ρ2-ρ1) yt-2–ρ2yt-3+ εt + θ1εt-1+ θ2εt-2 yt= (1 -ρ1-ρ2) δ + (1 + ρ1) yt-1+ (ρ2 -ρ1) yt-2–ρ2yt-3+ εt + θ1εt-1+ θ2εt-2