2. Latar Belakang
Mengapa Asesmen di Indonesia
diarahkan ke model
Penilaian higher order thinking
Dan contextual assessment?
3. Apakah PISA itu?
PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi internasional
tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15
tahun .
Penyelenggara studi adalah OECD (Organisation for Economic Cooperation and
Development) beserta konsorsium internasional yang membidangi masalah
Sampling, Instrumen, Data, Pelaporan, dan sekretariat.
PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada
tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2012 dan seterusnya. Indonesia mulai sepenuhnya
berpartisipasi sejak tahun 2001. Pada setiap siklus, terdapat 1 domain major sebagai
fokus studi.
PISA tidak hanya memberikan informasi tentang benchmark Internasional tetapi juga
informasi mengenai kelemahan serta kekuatan siswa beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
4. PISA 2012
Diikuti oleh lebih
480.000 siswa
usia 15 tahun
65 negara
berpartisipasi
Diterjemahkan
Ke dalam
47 bahasa
5. Domain Fokus PISA dari siklus ke siklus
2003
Math
2006
Science
2009
reading
2012
Math
2015
Science
2000
read
Trend 9 tahun mengasumsikan perubahan hasil PISA yang
dilakukan suatu negara terhadap sistem pendidikannya.
Perubahan dilakukan berdasarkan hasil PISA sebelumnya, dan
telah diimplementasikan selama masa wajib belajar 9 tahun
8. Math Proficiency Levels
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Singapore
Hongkong China
Korea
Jepang
Finlandia
Thailand
Malaysia
Qatar
Indonesia
Peru
share low performer share middle performer share high performer
15. Konstruksi soal PISA
1) Bersifat divergen, memungkinkan munculnya beberapa
alternatif respons atau jawaban
2) Tidak hanya mengukur kompetensi pengetahuan, tetapi
juga keterampilan proses, dan sikap
3) Stem soal menggunakan stimulus berupa konteks
kehidupan nyata atau fenomena yang dekat dengan
kehidupan siswa
4) Tidak hanya mengukur pengetahuan tentang IPA, tetapi
juga mengukur sikap dan bagaimana menggunakan
pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata
5) Tidak cukup hanya berbentuk pilihan ganda
19. Apakah Higher-Order Thinking?
Higher-order thinking adalah minimalisir
kemampuan mengingat kembali informasi (recall)
dan asesmen lebih mengukur kemampuan:
• Transfer satu konsep ke konsep lainnya
• Memproses dan menerapkan informasi
• Mencari kaitan dari berbagai informasi
yang berbeda-beda
• Menggunakan informasi untuk menyelesaikan
masalah
• Menelaah ide dan informasi secara kritis
20. Pemaknaan (Meaning)
http://jemyconfido.com/2014/06/
Dua buah mobil melalui sebuah belokan dimana seorang nenek tua duduk meminta-minta.
Pengemudi mobil pertama yang berwarna hitam melaju begitu saja melewati nenek tersebut
tanpa memberikan sedekah sedangkan pengemudi mobil kedua yang berwarna putih
menghentikan mobilnya sejenak, membuka kaca jendela dan memberikan sedekah. Beberapa
meter kemudian, mobil hitam terperosok ke dalam lobang dan pengemudinya mati seketika
sedangkan mobil putih melaju dengan selamat. Dua orang mengamati kejadian tersebut. Si A,
orang pertama, memaknai bahwa mobil hitam mengalami musibah tersebut karena tidak
memberikan sedekah sehingga pengemudinya tewas seketika. Si B, orang kedua, memaknai
bahwa setiap ada kesempatan, berikanlah sedekah, karena ia tidak pernah tahu bahwa
kesempatan tersebut merupakan kesempatan terakhir untuk memberikannya.
Kejadian yang sama, dilihat oleh dua orang berbeda dan dimaknai secara berbeda pula.
Inilah yang dimaksud dengan meaning atau pemaknaan. Mengapa Si A dan Si B memaknai
secara berbeda kejadian tersebut? Karena kedua orang tersebut memiliki batasan makna yang
tidak sama. Untuk lebih jelasnya, saya sajikan latihan berikut ini bagi Anda. Amatilah kotak-kotak
berikut ini yang saya beri nomor 1 sampai 25. Pertanyaan saya, ada berapa buah persegi
panjang pada gambar tersebut?
21. 1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
11 12 13 14 15
16 17 18 19 20
21 22 23 24 25
Mungkin sebagian Anda akan menjawab 25. Anda yang mengatakan ada 25 persegi panjang memaknai
bahwa setiap kotak merupakan persegi panjang dan karena terdapat 25 kotak (sesuai nomor yang
diberikan) maka terdapat 25 persegi panjang. Dalam hal ini, Anda memaknai bahwa persegi panjang
identik dengan kotak. Tetapi Anda lupa bahwa ada kotak yang ke 26 yaitu kotak paling besar yang
dibentuk oleh garis-garis paling luar dari kotak-kotak yang terletak di tepi (kotak nomor 1, 2, 3, 4, 5, 10,
15, 20, 25, 25, 24, 23, 22, 21, 16, 11, dan 6). Namun, bagi Anda yang mengatakan terdapat 26 persegi
panjang, Anda juga lupa bahwa ada persegi panjang lain yaitu persegi panjang yang dibentuk oleh kotak-
kotak nomor 1, 2, 7, 6 atau persegi panjang yang dibentuk oleh kotak-kotak nomor 3, 4, 9, 8. Bahkan satu
kotak yang sama bisa digunakan dua kali karena saya tidak membatasi berapa kali sebuah kotak bisa
digunakan sehingga kotak-kotak nomor 2, 3, 8, 7 juga merupakan sebuah persegi panjang. Belum lagi
area yang dibentuk oleh kotak-kotak berukuran 3 x 3 atau 4 x 4 juga merupakan persegi panjang. Bahkan
sesungguhnya sebuah persegi panjang tidak harus memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama
sehingga Anda bisa membentuk persegi panjang dengan ukuran kotak 1 x 2, 2 x 3, 1 x 5, atau 2 x 4. Nah
kalau sudah begini, ada banyak sekali persegi panjang dalam gambar tersebut bukan?
22. Namun demikian, sebagian orang hanya membatasi persegi panjang sebagai kotak berukuran 1 x 1.
Sebagian orang membatasi persegi panjang sebagai area dengan ukuran panjang sama dengan lebar. Sebagian
orang membatasi penggunaan suatu kotak hanya satu kali dan sebagainya dan sebagainya. Singkatnya, setiap
orang bisa memiliki pemaknaan yang berbeda-beda terhadap sebuah fenomena.
Pertanyaannya, mengapa pemaknaan begitu penting? Jawabannya, karena pemaknaan seseorang
akan membentuk sistem nilai yang digunakan oleh orang tersebut. Sebagai contoh, kembali ke kisah dua mobil
dan dua orang pengamat di atas, Si A dan Si B mungkin akan jadi lebih sering memberi sedekah setelah
menyaksikan kejadian tersebut namun keduanya akan memiliki sistem nilai yang berbeda. Si A memberi sedekah
dengan tujuan memperpanjang usianya sedangkan Si B memberi sedekah karena ia ingin memanfaatkan
kesempatan terakhirnya untuk bersedekah. Nah, sistem nilai yang berbeda ini mengakibatkan konsekuensi yang
berbeda pula. Bagi Si A, ketika ia merasa sudah cukup bersedekah sehingga ia merasa umurnya sudah
diperpanjang, maka ia akan berhenti bersedekah. Jadi, bagi Si A, memberi sedekah tidak ubahnya seperti isi
ulang pulsa handphone. Bagi Si B, ia akan terus memberikan sedekah karena ia tidak melakukannya dengan
maksud memperpanjang usianya melainkan dengan maksud menggunakan kesempatan terakhirnya untuk
bersedekah. Karena pemaknaan yang berbeda membentuk sistem nilai yang berbeda sehingga menimbulkan
konsekuensi yang berbeda pula, maka kita perlu mengambil pemaknaan yang paling benar dalam setiap
peristiwa.
Pemaknaan yang paling benar adalah pemaknaan yang berlaku paling universal dan membuka ruang
untuk implikasi yang paling luas. Kembali kepada gambar kotak-kotak di atas, semakin luas Anda memaknai apa
yang dimaksud dengan persegi panjang maka semakin banyak pula persegi panjang yang Anda dapatkan.
Sebaliknya, semakin sempit Anda memaknai apa yang dimaksud dengan persegi panjang maka semakin sedikit
pula persegi panjang yang Anda dapatkan. Itulah misteri kehidupan. Sebagian orang memaknai hidup ini lebih
sempit dan sebagian orang memaknai hidup ini lebih luas. Orang-orang yang memaknai hidup ini lebih luas (atau
lebih dalam) akan memiliki kualitas hidup lebih baik seperti halnya ia akan mendapatkan lebih banyak kotak
dalam gambar di atas.
24. Higher-order thinking termasuk menunjukkan
pemahaman akan informasi dan bernalar bukan
sekedar mengingat kembali/recall informasi.
Higher order thinking tidak berarti soal yang
lebih sulit daripada soal recall.
31. Taxonomi Bloom
Knowledge: mengetahui
Mengingat sesuatu yang pernah dipelajari. Mengulang kembali apa yang
pernah didapat dari fakta sampai teori
Comprehension: memahami
Kemampuan untuk memahami suatu pengetahuan. Dapat menjelaskan,
menginterpretasi.
Application: menggunakan
Kemampuan untuk menggunakan apa yang dipelajari dalam keadaan yang
berbeda.
Analysis: membedah
Kemampuan untuk menguraikan suatu masalah menjadi komponennya
serta strukturnya sehingga dapat difahami.
Synthesis: mensintesa
Kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan
pemahaman.
Evaluation: mengevaluasi
Kemampuan untuk menyimpulkan makna, tujuan dari fenomena yang diamati.
33. Level Kompetensi Ujian Nasional
Menunjukkan
Penerapan Higher Order Thinking
Di soal-soal Ujian Nasional 2014
34. Closing Remark
• Soal-soal bentuk Higher Order Thinking
akan semakin besar proporsinya diujikan
pada penilaian skala nasional
•Bagaimanakah menyiapkan dan
menularkan model higher order thinking di
penilaian tingkat kelas?