SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  34
Asesmen
Higher order thinking dan Contextual
Latar Belakang
Mengapa Asesmen di Indonesia
diarahkan ke model
Penilaian higher order thinking
Dan contextual assessment?
Apakah PISA itu?
PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi internasional
tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15
tahun .
Penyelenggara studi adalah OECD (Organisation for Economic Cooperation and
Development) beserta konsorsium internasional yang membidangi masalah
Sampling, Instrumen, Data, Pelaporan, dan sekretariat.
PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada
tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2012 dan seterusnya. Indonesia mulai sepenuhnya
berpartisipasi sejak tahun 2001. Pada setiap siklus, terdapat 1 domain major sebagai
fokus studi.
PISA tidak hanya memberikan informasi tentang benchmark Internasional tetapi juga
informasi mengenai kelemahan serta kekuatan siswa beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
PISA 2012
Diikuti oleh lebih
480.000 siswa
usia 15 tahun
65 negara
berpartisipasi
Diterjemahkan
Ke dalam
47 bahasa
Domain Fokus PISA dari siklus ke siklus
2003
Math
2006
Science
2009
reading
2012
Math
2015
Science
2000
read
Trend 9 tahun mengasumsikan perubahan hasil PISA yang
dilakukan suatu negara terhadap sistem pendidikannya.
Perubahan dilakukan berdasarkan hasil PISA sebelumnya, dan
telah diimplementasikan selama masa wajib belajar 9 tahun
Bagaimanakah Hasil Trend Kemampuan Membaca?
Bagaimanakah Hasil Trend Kemampuan Matematika?
Math Proficiency Levels
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Singapore
Hongkong China
Korea
Jepang
Finlandia
Thailand
Malaysia
Qatar
Indonesia
Peru
share low performer share middle performer share high performer
Framework Tes PISA
Contoh soal PISA
Contoh soal PISA
Apakah Higher-Order Thinking?
Higher-order thinking adalah
minimalisir kemampuan mengingat
kembali informasi (recall) dan
asesmen lebih mengukur
kemampuan:
13
Contoh
soal PISA
14
Contoh
soal PISA
Konstruksi soal PISA
1) Bersifat divergen, memungkinkan munculnya beberapa
alternatif respons atau jawaban
2) Tidak hanya mengukur kompetensi pengetahuan, tetapi
juga keterampilan proses, dan sikap
3) Stem soal menggunakan stimulus berupa konteks
kehidupan nyata atau fenomena yang dekat dengan
kehidupan siswa
4) Tidak hanya mengukur pengetahuan tentang IPA, tetapi
juga mengukur sikap dan bagaimana menggunakan
pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata
5) Tidak cukup hanya berbentuk pilihan ganda
Contoh Soal PISA mengukur
Aspek Non Kognitif
Apakah Higher-Order Thinking?
Higher-order thinking adalah minimalisir
kemampuan mengingat kembali informasi (recall)
dan asesmen lebih mengukur kemampuan:
• Transfer satu konsep ke konsep lainnya
• Memproses dan menerapkan informasi
• Mencari kaitan dari berbagai informasi
yang berbeda-beda
• Menggunakan informasi untuk menyelesaikan
masalah
• Menelaah ide dan informasi secara kritis
Pemaknaan (Meaning)
http://jemyconfido.com/2014/06/
Dua buah mobil melalui sebuah belokan dimana seorang nenek tua duduk meminta-minta.
Pengemudi mobil pertama yang berwarna hitam melaju begitu saja melewati nenek tersebut
tanpa memberikan sedekah sedangkan pengemudi mobil kedua yang berwarna putih
menghentikan mobilnya sejenak, membuka kaca jendela dan memberikan sedekah. Beberapa
meter kemudian, mobil hitam terperosok ke dalam lobang dan pengemudinya mati seketika
sedangkan mobil putih melaju dengan selamat. Dua orang mengamati kejadian tersebut. Si A,
orang pertama, memaknai bahwa mobil hitam mengalami musibah tersebut karena tidak
memberikan sedekah sehingga pengemudinya tewas seketika. Si B, orang kedua, memaknai
bahwa setiap ada kesempatan, berikanlah sedekah, karena ia tidak pernah tahu bahwa
kesempatan tersebut merupakan kesempatan terakhir untuk memberikannya.
Kejadian yang sama, dilihat oleh dua orang berbeda dan dimaknai secara berbeda pula.
Inilah yang dimaksud dengan meaning atau pemaknaan. Mengapa Si A dan Si B memaknai
secara berbeda kejadian tersebut? Karena kedua orang tersebut memiliki batasan makna yang
tidak sama. Untuk lebih jelasnya, saya sajikan latihan berikut ini bagi Anda. Amatilah kotak-kotak
berikut ini yang saya beri nomor 1 sampai 25. Pertanyaan saya, ada berapa buah persegi
panjang pada gambar tersebut?
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
11 12 13 14 15
16 17 18 19 20
21 22 23 24 25
Mungkin sebagian Anda akan menjawab 25. Anda yang mengatakan ada 25 persegi panjang memaknai
bahwa setiap kotak merupakan persegi panjang dan karena terdapat 25 kotak (sesuai nomor yang
diberikan) maka terdapat 25 persegi panjang. Dalam hal ini, Anda memaknai bahwa persegi panjang
identik dengan kotak. Tetapi Anda lupa bahwa ada kotak yang ke 26 yaitu kotak paling besar yang
dibentuk oleh garis-garis paling luar dari kotak-kotak yang terletak di tepi (kotak nomor 1, 2, 3, 4, 5, 10,
15, 20, 25, 25, 24, 23, 22, 21, 16, 11, dan 6). Namun, bagi Anda yang mengatakan terdapat 26 persegi
panjang, Anda juga lupa bahwa ada persegi panjang lain yaitu persegi panjang yang dibentuk oleh kotak-
kotak nomor 1, 2, 7, 6 atau persegi panjang yang dibentuk oleh kotak-kotak nomor 3, 4, 9, 8. Bahkan satu
kotak yang sama bisa digunakan dua kali karena saya tidak membatasi berapa kali sebuah kotak bisa
digunakan sehingga kotak-kotak nomor 2, 3, 8, 7 juga merupakan sebuah persegi panjang. Belum lagi
area yang dibentuk oleh kotak-kotak berukuran 3 x 3 atau 4 x 4 juga merupakan persegi panjang. Bahkan
sesungguhnya sebuah persegi panjang tidak harus memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama
sehingga Anda bisa membentuk persegi panjang dengan ukuran kotak 1 x 2, 2 x 3, 1 x 5, atau 2 x 4. Nah
kalau sudah begini, ada banyak sekali persegi panjang dalam gambar tersebut bukan?
Namun demikian, sebagian orang hanya membatasi persegi panjang sebagai kotak berukuran 1 x 1.
Sebagian orang membatasi persegi panjang sebagai area dengan ukuran panjang sama dengan lebar. Sebagian
orang membatasi penggunaan suatu kotak hanya satu kali dan sebagainya dan sebagainya. Singkatnya, setiap
orang bisa memiliki pemaknaan yang berbeda-beda terhadap sebuah fenomena.
Pertanyaannya, mengapa pemaknaan begitu penting? Jawabannya, karena pemaknaan seseorang
akan membentuk sistem nilai yang digunakan oleh orang tersebut. Sebagai contoh, kembali ke kisah dua mobil
dan dua orang pengamat di atas, Si A dan Si B mungkin akan jadi lebih sering memberi sedekah setelah
menyaksikan kejadian tersebut namun keduanya akan memiliki sistem nilai yang berbeda. Si A memberi sedekah
dengan tujuan memperpanjang usianya sedangkan Si B memberi sedekah karena ia ingin memanfaatkan
kesempatan terakhirnya untuk bersedekah. Nah, sistem nilai yang berbeda ini mengakibatkan konsekuensi yang
berbeda pula. Bagi Si A, ketika ia merasa sudah cukup bersedekah sehingga ia merasa umurnya sudah
diperpanjang, maka ia akan berhenti bersedekah. Jadi, bagi Si A, memberi sedekah tidak ubahnya seperti isi
ulang pulsa handphone. Bagi Si B, ia akan terus memberikan sedekah karena ia tidak melakukannya dengan
maksud memperpanjang usianya melainkan dengan maksud menggunakan kesempatan terakhirnya untuk
bersedekah. Karena pemaknaan yang berbeda membentuk sistem nilai yang berbeda sehingga menimbulkan
konsekuensi yang berbeda pula, maka kita perlu mengambil pemaknaan yang paling benar dalam setiap
peristiwa.
Pemaknaan yang paling benar adalah pemaknaan yang berlaku paling universal dan membuka ruang
untuk implikasi yang paling luas. Kembali kepada gambar kotak-kotak di atas, semakin luas Anda memaknai apa
yang dimaksud dengan persegi panjang maka semakin banyak pula persegi panjang yang Anda dapatkan.
Sebaliknya, semakin sempit Anda memaknai apa yang dimaksud dengan persegi panjang maka semakin sedikit
pula persegi panjang yang Anda dapatkan. Itulah misteri kehidupan. Sebagian orang memaknai hidup ini lebih
sempit dan sebagian orang memaknai hidup ini lebih luas. Orang-orang yang memaknai hidup ini lebih luas (atau
lebih dalam) akan memiliki kualitas hidup lebih baik seperti halnya ia akan mendapatkan lebih banyak kotak
dalam gambar di atas.
Contoh Pertanyaan dari Wacana
Higher-order thinking termasuk menunjukkan
pemahaman akan informasi dan bernalar bukan
sekedar mengingat kembali/recall informasi.
Higher order thinking tidak berarti soal yang
lebih sulit daripada soal recall.
Contoh Stimulus Matematika
Karakterisasi Instrumen untuk mengukur
HoTs
Taksonomi Bloom
Taxonomi Bloom
Benjamin Bloom (1956)
Taxonomi Bloom
Knowledge: mengetahui
Mengingat sesuatu yang pernah dipelajari. Mengulang kembali apa yang
pernah didapat dari fakta sampai teori
Comprehension: memahami
Kemampuan untuk memahami suatu pengetahuan. Dapat menjelaskan,
menginterpretasi.
Application: menggunakan
Kemampuan untuk menggunakan apa yang dipelajari dalam keadaan yang
berbeda.
Analysis: membedah
Kemampuan untuk menguraikan suatu masalah menjadi komponennya
serta strukturnya sehingga dapat difahami.
Synthesis: mensintesa
Kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan
pemahaman.
Evaluation: mengevaluasi
Kemampuan untuk menyimpulkan makna, tujuan dari fenomena yang diamati.
Capaian soal HOT di UN
Level Kompetensi Ujian Nasional
Menunjukkan
Penerapan Higher Order Thinking
Di soal-soal Ujian Nasional 2014
Closing Remark
• Soal-soal bentuk Higher Order Thinking
akan semakin besar proporsinya diujikan
pada penilaian skala nasional
•Bagaimanakah menyiapkan dan
menularkan model higher order thinking di
penilaian tingkat kelas?

Contenu connexe

Tendances

Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalahKemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Yadi Pura
 
Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)
Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)
Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)
Dhea Budiman
 
Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)
Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)
Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)
Dhea Budiman
 
Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1
Rudy Krabay
 
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah MatematikaProfil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Ahmad Isroil
 
Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )
Ai Nurhasanah
 
Proses berfikir matematis
Proses berfikir matematisProses berfikir matematis
Proses berfikir matematis
Lukman
 
Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaran Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaran
ajrinapia
 

Tendances (20)

Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalahKemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah
 
Materi Bilangan dan logika sma
Materi Bilangan dan logika smaMateri Bilangan dan logika sma
Materi Bilangan dan logika sma
 
Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)
Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)
Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)
 
Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)
Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)
Unsri_Aplikom_2_Dwi Ranti Dhea Karima(06081281419064)
 
Materi Workshop Penyusuna Soal HOTS SMPN 35 Samarinda
Materi Workshop Penyusuna Soal HOTS SMPN 35 SamarindaMateri Workshop Penyusuna Soal HOTS SMPN 35 Samarinda
Materi Workshop Penyusuna Soal HOTS SMPN 35 Samarinda
 
Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1
 
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah MatematikaProfil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
 
Penalaran Matematika
Penalaran MatematikaPenalaran Matematika
Penalaran Matematika
 
Kemampuan Matematika
Kemampuan MatematikaKemampuan Matematika
Kemampuan Matematika
 
Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )Raven progressive matrices ( RPM )
Raven progressive matrices ( RPM )
 
Proses berfikir matematis
Proses berfikir matematisProses berfikir matematis
Proses berfikir matematis
 
Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaran Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaran
 
Analisis soal secara manual
Analisis soal secara manualAnalisis soal secara manual
Analisis soal secara manual
 
Soal psikotes beserta jawabannya
Soal psikotes beserta jawabannyaSoal psikotes beserta jawabannya
Soal psikotes beserta jawabannya
 
Penyusunan instrumen tes inteligensi
Penyusunan instrumen tes inteligensi Penyusunan instrumen tes inteligensi
Penyusunan instrumen tes inteligensi
 
prosedure penelitian
prosedure penelitianprosedure penelitian
prosedure penelitian
 
Panduan analisis-butir-soal
Panduan analisis-butir-soalPanduan analisis-butir-soal
Panduan analisis-butir-soal
 
Analisis butir soal
Analisis butir soalAnalisis butir soal
Analisis butir soal
 
1763192.pdf.pdf
1763192.pdf.pdf1763192.pdf.pdf
1763192.pdf.pdf
 
Acuan pengembangan-soal
Acuan pengembangan-soalAcuan pengembangan-soal
Acuan pengembangan-soal
 

En vedette (6)

Soal soal problem-solving dan pembahasannya
Soal soal problem-solving dan pembahasannyaSoal soal problem-solving dan pembahasannya
Soal soal problem-solving dan pembahasannya
 
Berpikir tingkat tinggi
Berpikir tingkat tinggiBerpikir tingkat tinggi
Berpikir tingkat tinggi
 
Soal higher order thinking (hot) atau level tinggi pada PISA matematika zulk...
Soal higher order thinking (hot) atau level tinggi pada  PISA matematika zulk...Soal higher order thinking (hot) atau level tinggi pada  PISA matematika zulk...
Soal higher order thinking (hot) atau level tinggi pada PISA matematika zulk...
 
Pengenalan konsep hots
Pengenalan konsep hotsPengenalan konsep hots
Pengenalan konsep hots
 
Panduan penulisan soal hots
Panduan penulisan soal hotsPanduan penulisan soal hots
Panduan penulisan soal hots
 
Higher order thinking
Higher order thinkingHigher order thinking
Higher order thinking
 

Similaire à Hot dan contextual assessment

Modul Ajar Materi ALJABAR 1 KELAS 7.docx
Modul Ajar Materi ALJABAR  1 KELAS 7.docxModul Ajar Materi ALJABAR  1 KELAS 7.docx
Modul Ajar Materi ALJABAR 1 KELAS 7.docx
MutifBerkah
 
Tugas makalah media pembelajaran matematika
Tugas makalah media pembelajaran matematikaTugas makalah media pembelajaran matematika
Tugas makalah media pembelajaran matematika
Edah Rossansen
 

Similaire à Hot dan contextual assessment (20)

Matematika 3
Matematika 3Matematika 3
Matematika 3
 
Modul Ajar Materi ALJABAR 1 KELAS 7.docx
Modul Ajar Materi ALJABAR  1 KELAS 7.docxModul Ajar Materi ALJABAR  1 KELAS 7.docx
Modul Ajar Materi ALJABAR 1 KELAS 7.docx
 
RPP Konkret Spikologi Pendidikan
RPP Konkret Spikologi PendidikanRPP Konkret Spikologi Pendidikan
RPP Konkret Spikologi Pendidikan
 
Khazanah matematika sma kelas xii (ips) rosihan ari-2009
Khazanah matematika sma kelas xii (ips) rosihan ari-2009Khazanah matematika sma kelas xii (ips) rosihan ari-2009
Khazanah matematika sma kelas xii (ips) rosihan ari-2009
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SMP Kelas 8
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SMP Kelas 8Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SMP Kelas 8
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SMP Kelas 8
 
Tugas makalah tik adella
Tugas makalah tik adellaTugas makalah tik adella
Tugas makalah tik adella
 
RPP Kurikulum 2013 Geometri PPGT UNNES Tahun 2016
RPP Kurikulum 2013 Geometri PPGT UNNES Tahun 2016RPP Kurikulum 2013 Geometri PPGT UNNES Tahun 2016
RPP Kurikulum 2013 Geometri PPGT UNNES Tahun 2016
 
Tugas pembelajaran matermatika
Tugas pembelajaran matermatikaTugas pembelajaran matermatika
Tugas pembelajaran matermatika
 
Pendekatan open ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open ended dalam pembelajaran matematikaPendekatan open ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open ended dalam pembelajaran matematika
 
Strategi Pembelajaran Matematika #Think_Pair_Share pada Operasi Aljabar
Strategi Pembelajaran Matematika #Think_Pair_Share pada Operasi AljabarStrategi Pembelajaran Matematika #Think_Pair_Share pada Operasi Aljabar
Strategi Pembelajaran Matematika #Think_Pair_Share pada Operasi Aljabar
 
Subtema 4.pptx
Subtema 4.pptxSubtema 4.pptx
Subtema 4.pptx
 
Tugas makalah media pembelajaran matematika
Tugas makalah media pembelajaran matematikaTugas makalah media pembelajaran matematika
Tugas makalah media pembelajaran matematika
 
Rpp
RppRpp
Rpp
 
Artikel Pembelajaran Matematika Materi Segitiga Melalui Kooperatif Group to G...
Artikel Pembelajaran Matematika Materi Segitiga Melalui Kooperatif Group to G...Artikel Pembelajaran Matematika Materi Segitiga Melalui Kooperatif Group to G...
Artikel Pembelajaran Matematika Materi Segitiga Melalui Kooperatif Group to G...
 
MODUL AJAR FASEC MTK.pptx
MODUL AJAR FASEC MTK.pptxMODUL AJAR FASEC MTK.pptx
MODUL AJAR FASEC MTK.pptx
 
Contoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario PembelajaranContoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario Pembelajaran
 
Rpp smp matematika Kelas VII Semester 1
Rpp smp matematika Kelas VII Semester 1Rpp smp matematika Kelas VII Semester 1
Rpp smp matematika Kelas VII Semester 1
 
Rpp smp matematika
Rpp smp matematikaRpp smp matematika
Rpp smp matematika
 
RPP MTK Peluang.pdf
RPP MTK Peluang.pdfRPP MTK Peluang.pdf
RPP MTK Peluang.pdf
 

Dernier

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Dernier (20)

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 

Hot dan contextual assessment

  • 2. Latar Belakang Mengapa Asesmen di Indonesia diarahkan ke model Penilaian higher order thinking Dan contextual assessment?
  • 3. Apakah PISA itu? PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun . Penyelenggara studi adalah OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) beserta konsorsium internasional yang membidangi masalah Sampling, Instrumen, Data, Pelaporan, dan sekretariat. PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2012 dan seterusnya. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 2001. Pada setiap siklus, terdapat 1 domain major sebagai fokus studi. PISA tidak hanya memberikan informasi tentang benchmark Internasional tetapi juga informasi mengenai kelemahan serta kekuatan siswa beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
  • 4. PISA 2012 Diikuti oleh lebih 480.000 siswa usia 15 tahun 65 negara berpartisipasi Diterjemahkan Ke dalam 47 bahasa
  • 5. Domain Fokus PISA dari siklus ke siklus 2003 Math 2006 Science 2009 reading 2012 Math 2015 Science 2000 read Trend 9 tahun mengasumsikan perubahan hasil PISA yang dilakukan suatu negara terhadap sistem pendidikannya. Perubahan dilakukan berdasarkan hasil PISA sebelumnya, dan telah diimplementasikan selama masa wajib belajar 9 tahun
  • 6. Bagaimanakah Hasil Trend Kemampuan Membaca?
  • 7. Bagaimanakah Hasil Trend Kemampuan Matematika?
  • 8. Math Proficiency Levels 0% 20% 40% 60% 80% 100% Singapore Hongkong China Korea Jepang Finlandia Thailand Malaysia Qatar Indonesia Peru share low performer share middle performer share high performer
  • 12. Apakah Higher-Order Thinking? Higher-order thinking adalah minimalisir kemampuan mengingat kembali informasi (recall) dan asesmen lebih mengukur kemampuan:
  • 15. Konstruksi soal PISA 1) Bersifat divergen, memungkinkan munculnya beberapa alternatif respons atau jawaban 2) Tidak hanya mengukur kompetensi pengetahuan, tetapi juga keterampilan proses, dan sikap 3) Stem soal menggunakan stimulus berupa konteks kehidupan nyata atau fenomena yang dekat dengan kehidupan siswa 4) Tidak hanya mengukur pengetahuan tentang IPA, tetapi juga mengukur sikap dan bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata 5) Tidak cukup hanya berbentuk pilihan ganda
  • 16. Contoh Soal PISA mengukur Aspek Non Kognitif
  • 17.
  • 18.
  • 19. Apakah Higher-Order Thinking? Higher-order thinking adalah minimalisir kemampuan mengingat kembali informasi (recall) dan asesmen lebih mengukur kemampuan: • Transfer satu konsep ke konsep lainnya • Memproses dan menerapkan informasi • Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda • Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah • Menelaah ide dan informasi secara kritis
  • 20. Pemaknaan (Meaning) http://jemyconfido.com/2014/06/ Dua buah mobil melalui sebuah belokan dimana seorang nenek tua duduk meminta-minta. Pengemudi mobil pertama yang berwarna hitam melaju begitu saja melewati nenek tersebut tanpa memberikan sedekah sedangkan pengemudi mobil kedua yang berwarna putih menghentikan mobilnya sejenak, membuka kaca jendela dan memberikan sedekah. Beberapa meter kemudian, mobil hitam terperosok ke dalam lobang dan pengemudinya mati seketika sedangkan mobil putih melaju dengan selamat. Dua orang mengamati kejadian tersebut. Si A, orang pertama, memaknai bahwa mobil hitam mengalami musibah tersebut karena tidak memberikan sedekah sehingga pengemudinya tewas seketika. Si B, orang kedua, memaknai bahwa setiap ada kesempatan, berikanlah sedekah, karena ia tidak pernah tahu bahwa kesempatan tersebut merupakan kesempatan terakhir untuk memberikannya. Kejadian yang sama, dilihat oleh dua orang berbeda dan dimaknai secara berbeda pula. Inilah yang dimaksud dengan meaning atau pemaknaan. Mengapa Si A dan Si B memaknai secara berbeda kejadian tersebut? Karena kedua orang tersebut memiliki batasan makna yang tidak sama. Untuk lebih jelasnya, saya sajikan latihan berikut ini bagi Anda. Amatilah kotak-kotak berikut ini yang saya beri nomor 1 sampai 25. Pertanyaan saya, ada berapa buah persegi panjang pada gambar tersebut?
  • 21. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Mungkin sebagian Anda akan menjawab 25. Anda yang mengatakan ada 25 persegi panjang memaknai bahwa setiap kotak merupakan persegi panjang dan karena terdapat 25 kotak (sesuai nomor yang diberikan) maka terdapat 25 persegi panjang. Dalam hal ini, Anda memaknai bahwa persegi panjang identik dengan kotak. Tetapi Anda lupa bahwa ada kotak yang ke 26 yaitu kotak paling besar yang dibentuk oleh garis-garis paling luar dari kotak-kotak yang terletak di tepi (kotak nomor 1, 2, 3, 4, 5, 10, 15, 20, 25, 25, 24, 23, 22, 21, 16, 11, dan 6). Namun, bagi Anda yang mengatakan terdapat 26 persegi panjang, Anda juga lupa bahwa ada persegi panjang lain yaitu persegi panjang yang dibentuk oleh kotak- kotak nomor 1, 2, 7, 6 atau persegi panjang yang dibentuk oleh kotak-kotak nomor 3, 4, 9, 8. Bahkan satu kotak yang sama bisa digunakan dua kali karena saya tidak membatasi berapa kali sebuah kotak bisa digunakan sehingga kotak-kotak nomor 2, 3, 8, 7 juga merupakan sebuah persegi panjang. Belum lagi area yang dibentuk oleh kotak-kotak berukuran 3 x 3 atau 4 x 4 juga merupakan persegi panjang. Bahkan sesungguhnya sebuah persegi panjang tidak harus memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama sehingga Anda bisa membentuk persegi panjang dengan ukuran kotak 1 x 2, 2 x 3, 1 x 5, atau 2 x 4. Nah kalau sudah begini, ada banyak sekali persegi panjang dalam gambar tersebut bukan?
  • 22. Namun demikian, sebagian orang hanya membatasi persegi panjang sebagai kotak berukuran 1 x 1. Sebagian orang membatasi persegi panjang sebagai area dengan ukuran panjang sama dengan lebar. Sebagian orang membatasi penggunaan suatu kotak hanya satu kali dan sebagainya dan sebagainya. Singkatnya, setiap orang bisa memiliki pemaknaan yang berbeda-beda terhadap sebuah fenomena. Pertanyaannya, mengapa pemaknaan begitu penting? Jawabannya, karena pemaknaan seseorang akan membentuk sistem nilai yang digunakan oleh orang tersebut. Sebagai contoh, kembali ke kisah dua mobil dan dua orang pengamat di atas, Si A dan Si B mungkin akan jadi lebih sering memberi sedekah setelah menyaksikan kejadian tersebut namun keduanya akan memiliki sistem nilai yang berbeda. Si A memberi sedekah dengan tujuan memperpanjang usianya sedangkan Si B memberi sedekah karena ia ingin memanfaatkan kesempatan terakhirnya untuk bersedekah. Nah, sistem nilai yang berbeda ini mengakibatkan konsekuensi yang berbeda pula. Bagi Si A, ketika ia merasa sudah cukup bersedekah sehingga ia merasa umurnya sudah diperpanjang, maka ia akan berhenti bersedekah. Jadi, bagi Si A, memberi sedekah tidak ubahnya seperti isi ulang pulsa handphone. Bagi Si B, ia akan terus memberikan sedekah karena ia tidak melakukannya dengan maksud memperpanjang usianya melainkan dengan maksud menggunakan kesempatan terakhirnya untuk bersedekah. Karena pemaknaan yang berbeda membentuk sistem nilai yang berbeda sehingga menimbulkan konsekuensi yang berbeda pula, maka kita perlu mengambil pemaknaan yang paling benar dalam setiap peristiwa. Pemaknaan yang paling benar adalah pemaknaan yang berlaku paling universal dan membuka ruang untuk implikasi yang paling luas. Kembali kepada gambar kotak-kotak di atas, semakin luas Anda memaknai apa yang dimaksud dengan persegi panjang maka semakin banyak pula persegi panjang yang Anda dapatkan. Sebaliknya, semakin sempit Anda memaknai apa yang dimaksud dengan persegi panjang maka semakin sedikit pula persegi panjang yang Anda dapatkan. Itulah misteri kehidupan. Sebagian orang memaknai hidup ini lebih sempit dan sebagian orang memaknai hidup ini lebih luas. Orang-orang yang memaknai hidup ini lebih luas (atau lebih dalam) akan memiliki kualitas hidup lebih baik seperti halnya ia akan mendapatkan lebih banyak kotak dalam gambar di atas.
  • 24. Higher-order thinking termasuk menunjukkan pemahaman akan informasi dan bernalar bukan sekedar mengingat kembali/recall informasi. Higher order thinking tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.
  • 25.
  • 26.
  • 27.
  • 29. Karakterisasi Instrumen untuk mengukur HoTs Taksonomi Bloom
  • 31. Taxonomi Bloom Knowledge: mengetahui Mengingat sesuatu yang pernah dipelajari. Mengulang kembali apa yang pernah didapat dari fakta sampai teori Comprehension: memahami Kemampuan untuk memahami suatu pengetahuan. Dapat menjelaskan, menginterpretasi. Application: menggunakan Kemampuan untuk menggunakan apa yang dipelajari dalam keadaan yang berbeda. Analysis: membedah Kemampuan untuk menguraikan suatu masalah menjadi komponennya serta strukturnya sehingga dapat difahami. Synthesis: mensintesa Kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan pemahaman. Evaluation: mengevaluasi Kemampuan untuk menyimpulkan makna, tujuan dari fenomena yang diamati.
  • 33. Level Kompetensi Ujian Nasional Menunjukkan Penerapan Higher Order Thinking Di soal-soal Ujian Nasional 2014
  • 34. Closing Remark • Soal-soal bentuk Higher Order Thinking akan semakin besar proporsinya diujikan pada penilaian skala nasional •Bagaimanakah menyiapkan dan menularkan model higher order thinking di penilaian tingkat kelas?