SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  43
BIOFARMASI SEDIAAN YANG
DIBERIKAN MELALUI KULIT
Surya Amal
Prepared for Pharmacy Department
University of Darussalam Gontor - Indonesia
Faal Kulit
☻ Kulit merupakan suatu organ dan mempunyai fungsi
tersendiri. Kulit sepintas lalu hanya merupakan suatu organ
yang tipis, tetapi sebenarnya suatu organ yang besar karena
meliputi seluruh tubuh.
☻ Fungsi utama kulit yaitu sebagai proteksi, absorpsi,
ekskresi, persepsi, pengatur suhu tubuh
(termoregulator), membentuk pigmen,
membentuk vitamin D, dan keratinisasi.
RUTE PEMBERIAN PERKUTAN – TOPIKAL
TUJUANTERAPI
Lokal : Obat – lapisan luar kulit diharap
sedikit / tidak terjadi absorpsi
Sistemik – transdermal delivery system :
formulasi yang dipakai secara topikal,
dimaksudkan untuk menghantar bahan
aktif ke sirkulasi sistemik.
☻ Untuk tujuan lokal »» meminimalkan efek
samping
☻ Untuk tujuan sistemik »» obat terbebaskan
ke sirkulasi sistemik secara teratur.
☻ Meningkatkan kepatuhan penderita
menggunakan obat.
☻ Frekwensi pemakaian menurun.
☻ Bila terjadi toksisitas »» pengatasan cepat.
KEUNTUNGAN PEMBERIAN OBAT TRANSDERMAL
☻ Tidak untuk obat dosis besar.
☻ Sifat kulit yang merupakan perintang /
penghalang »» hanya molekul yang kecil
dan lipofilik yang dapat tembus.
☻ Adhesive tidak menempel baik.
☻ Kemungkinan iritasi.
☻ Perubahan ‘flora’ kulit.
☻ Tidak ekonomis.
☻ Pengaturan dosis-regimen yang akurat
perlu diperhatikan.
KEBERATAN PEMBERIAN OBAT TRANSDERMAL
Struktur Anatomi Kulit
TINJAUAN ANATOMI FISIOLOGI KULIT
EPIDERMIS
☻ Merupakan lapisan epitel, tebal rata-rata 200 μm,
dengan sel-sel yang berdiferensiasi bertahap dari
bagian yang lebih dalam menuju ke permukaan dengan
proses keratinisasi
☻ Dua bagian :
A. Sel Malfigi » bagian yang hidup, menempel pada
dermis.
B. Lapisan Tanduk (Stratum Corneum)
» tersusun atas sekumpulan sel-sel mati yang
mengalami keratinisasi.
TINJAUAN ANATOMI FISIOLOGI KULIT Lanjutan …
DERMIS DAN HIPODERMIS
☻ Merupakan jaringan penyangga berserat dengan
ketebalan 3 – 5 mm, peranan utamanya adalah
sebagai pemberi nutrisi pada epidermis.
☻ Anyaman pembuluh darah dan pembuluh getah
bening terletak pada daerah papiler dengan
ketebalan 100-200 μm.
☻ Hipodermis dan jaringan penyangga kendor,
mengandung sejumlah kelenjar lemak dan juga
mengandung glomerulus kelenjar keringat.
ANEKSA KULIT
☻ Aneksa kulit terdiri dari sistem polisebasea
dan kelenjar sudoripori.
☻ Pada umumnya kelenjar sebasea menempel
pada folikel rambut, kecuali pada beberapa
daerah yang berbulu jarang dan terletak
pada jarak sekitar 500 μm dari permukaan
kulit.
TINJAUAN ANATOMI FISIOLOGI KULIT Lanjutan …
ABSORPSI OBAT MELALUI KULIT
Absorpsi obat melalui kulit (perkutan/transdermal) terjadi
bila obat berpenetrasi masuk ke dalam kulit dan melalui
kulit masuk ke dalam tubuh.
Jalurnya ialah :
1. Antara sel dari stratum corneum : terjadi difusi melalui
matriks stratum corneum.
2. Melalui dinding follikel rambut.
3. Melalui kelenjar keringat.
4. Melalui kelenjar sebum.
5. Menembus sel stratum corneum.
Interfacial Boundaries Penetration Routes Some Treatments
Drug dissolves,diffuses,
releases from vehicle
SURFACE
Camoulfage, protective layer,
Insect repellent, antimicrobial/
antifungal
TRANDERMAL
Stratum
corneum
Partition/diffusion
Stratum corneum
Emolliency,
Keratosis (exfolients)
Transappendages
Appendages
Pilocebaceus
unit
Eccrine
gland
Antiperspirant, exfolient,
Antibiotic/antifungal,
dipilatory
Viable
epidermis
Dermis
Partition/diffusion,
dermis
Partition/diffusion
Viable epidermis
Circulation Removal via circulation
Anti-inflamatory, anesthetic,
antipruritic, antihistamin
Transderm system
nitroglycerin
☻The routes by which drugs penetrate the skin and examples of treatments appropriate
to disorders of the various strata.
ABSORPSI OBAT MELALUI KULIT Lanjutan …
Absorpsi obat perkutan dipengaruhi oleh :
1. Struktur kulit
2. Cara difusi pasif
3. Karakteristik kelarutan obat
4. Konsentrasi obat dalam bentuk sediaan
5. Hidrasi kulit
6. Vehikel/konstitutiens sebagai pembawa obat
7. Kondisi kulit
8. Kehadiran bahan/zat pendorong penetrasi.
STRATUM CORNEUM
☻ Stratum corneum dapat menjadi
depot/reservoir untuk obat yang diberikan
secara topikal; ini telah dibuktikan dengan
pemberian secara topikal glukokortikosteroida,
terutama fluorokortikosteroid.
☻ Lamanya stratum corneum berfungsi sebagai depot
yakni 7 – 8 hari
☻ Pemanfaatan stratum corneum sebagai reservoir obat
masih terus dalam penyelidikan.
DIFUSI PASIF
Pergerakan / penembusan molekul
obat melalui kulit sebagian besar
dengan cara difusi pasif.
KARAKTERISTIK KELARUTAN OBAT
☻ Bahan obat untuk dapat diabsorpsi secara
perkutan ialah bahan yang larut dalam lemak
dan dalam air (partisi koefisien lemak/air).
☻ Kecepatan difusi obat untuk melewati kulit
tergantung pada partisi koefisien lemak/air;
kecepatan difusi paling besar bila ratio
distribusi lemak (atau lemak pelarut) dan air
antara 1 & 2.
KONSENTRASI OBAT DALAM BENTUK SEDIAANNYA
Penetrasi obat melalui kulit dipengaruhi oleh
konsentrasi obat dalam sediaannya,
disamping difusi koefisien dari molekul obat
dan kelarutan obat dalam vehikel atau bahan
pembawa yang dipergunakan untuk formulasi
obat.
HIDRASI KULIT
☻ Hidrasi kulit juga berpengaruh dan perlu diperhatikan
dalam hal penetrasi obat melalui kulit. Hidrasi secara
fisik mengubah jaringan kulit dan mengakibatkan
perubahan dalam difusi-koefisien serta aktivitas
koefisien obat yang akan berpenetrasi, sehingga
mempercepat obat melalui kulit.
☻ Rintangan utama penetrasi obat melalui kulit terletak
pada lapisan keratin dari stratum corneum.
☻ Salep yang mengandung cukup air untuk hidrasi
lapisan keratin – misalnya dasar emulsi minyak air
(o/w) akan meningkatkan penetrasi perkutan dari obat-
obat tertentu.
VEHIKEL / KONSTITUENS PEMBAWA OBAT
Perpindahan obat dari vehikelnya ke epidermis
selain dipengaruhi oleh partisi-koefisien dari
bahan obat antara fase lemak air juga ada
pengaruh aktivitas termodinamik, difusifitas
dan kelarutan obat dalam vehikel dan kulit.
KONDISI KULIT
☻ Kondisi atau keadaan kulit sangat menentukan
penetrasi obat. Kulit yang rusak seperti luka,
tergores, lecet, lepuh akan menyebabkan obat lebih
mudah melewati epidermis dibanding kulit yang
normal / utuh.
☻ Permeabilitas meningkat sekali dengan adanya
goresan-goresan pada kulit (NB : goresan-goresan
pada kulit dengan sengaja dimanfaatkan oleh para
morfinis untuk efek Morphine yang lebih cepat).
KEHADIRAN BAHAN / ZAT PENDORONG PENETRASI
☻ Pada formulasi obat luar bila dikehendaki adanya
penetrasi, sering ditambahkan suatu bahan / zat
yang dapat mendorong / meningkatkan penetrasi
obat melalui kulit masuk ke dalam tubuh.
☻ Diantaranya adalah :
 DMSO : Dimetilsulfoksida
 DMA : Dimetilasetamida
 DMF : Dimetilformamida
 Solven organik seperti alkohol, benzena, ether :
»» Bahan-bahan ini dapat melarutkan lemak di
stratum corneum.
IONTOFORESIS (Iontophoresis)
☻ Penyerapan perkutan senyawa kimia yang dapat
terdisosiasi dan dapat ditingkatkan secara iontoforesis
»» pengaliran listrik (0,5 – 1 mA/cm²) secara terus
menerus melintasi kulit yang diolesi.
☻ Elektroda aktif yang diletakkan pada daerah
pengolesan adalah anoda untuk molekul bermuatan
positif dan katoda untuk molekul bermuatan negatif.
☻ Meningkatkan penyerapan ion-ion (kalsium, fosfat,
natrium, fluor), juga obat-obat seperti pilokarpin dan
tiroksin.
FAKTOR FISIOLOGIK YANG MEMPENGARUHI
PENYERAPAN PERKUTAN
KEADAAN DAN UMUR KULIT
☻ Kulit utuh merupakan suatu sawar difusi yang
efektif dan efektivitasnya berkurang bila terjadi
perubahan dan kerusakan sel-sel tanduk.
☻ Keadaan dermotosis dengan eksim, psoriasis,
dermatosis seborheik, maka permeabilitas kulit
akan meningkat.
☻ Kadar hidrokortison yang melintasi kulit akan
berkurang bila lapisan tanduk berjamur dan lain
meningkat dengan eritomatosis.
☻ Difusi kulit juga tergantung pada umur subyek, kulit
anak-anak lebih permiabel dibandingkan kulit orang
dewasa.
☻ Perubahan debit darah ke kulit secara nyata
mengubah kecepatan penembusan molekul.
☻ Bila kulit luka atau bila zat aktif digunakan secara
iontoforesis, jumlah yang menembus jauh lebih
banyak dan peranan debit darah menjadi faktor
yang menentukan.
☻ Pemakaian setempat kortikosteroida »»
penyempitan pembuluh darah kulit » mendorong
efek depo.
☻ Penyerapan perkutan testosteron berkurang dengan
nyata bila ia digunakan setelah pengolesan 6-metil
prednisolon.
ALIRAN DARAH
TEMPAT PEMBERIAN
☻ Jumlah yang diserap untuk suatu molekul yang sama,
akan berbeda tergantung pada anatomi tempat
pemberian »» kulit dada, punggung, tangan, atau
lengan.
☻ Permeabilitas kulit terhadap suatu senyawa akan
meningkat secara berurutan setelah pengolesan pada
kulit telapak tangan dan telapak kaki, di atas kulit
lengan, kulit perut dan akhirnya kulit rambut atau
kantung zakar.
☻ Beragamnya ketebalan membran, sesuai dengan hukum Fick,
pada satu sisi menyebabkan peningkatan waktu laten yang
diperlukan untuk mencapai keseimbangan konsentrasi pada
lapisan tanduk, di sisi lain menyebabkan pengurangan aliran
darah.
CONTOH OBAT
Contoh obat-obat yang efektif diberikan secara
transdermal ialah Nitrogliserin untuk profilaksis
angina pectoris; Steroid seperti Oestradiol; klonidin
untuk hipertensi; analgesika seperti Pirosiksikam,
Metilsalisilat, Niflumic Acid. Skopolamin transdermal
dapat ditempelkan pada kulit di belakang telinga
untuk mencegah mual pada mabuk kendaraan, dll.
DRUG PRODUCT DEVELOPMENT AND
EVALUATION OF TDDS
IDEAL PROPERTIES OF TRANSDERMAL DRUG DELIVERY SYSTEM
FACTORS AFFECTING TRANSDERMAL DRUG DELIVERY SYSTEM
Transdermal drug delivery systems may be constructed of a number
of layers, including :
1) an occlusive backing membrane to protect the system from
environmental entry and from loss of drug from the system or
moisture from the skin;
2) the drug at the skin-site;
3) a release liner, which is removed before application and enables
drug release;
4) an adhesive layer to maintain contact with the skin after application.
TRANSDERMAL PATCH OR SKIN PATCH
o The drug-matrix layer is composed of a
polymeric material in which the drug is dispersed.
o The polymer matrix controls the rate at which
the drug is released for percutaneous absorption.
IONTOFORESIS (Iontophoresis)
MICRONEEDLES PATCHES
Microneedles patches are currently being explored as mechanisms
to deliver vaccines and larger macromolecules.
MICRO NEEDLES PATCHES
TRANSDERMAL VACCINE TECHNOLOGY
METHODS FOR STUDYING TDDS
EVALUATION OF ADHESIVE
IN-VITRO DRUG RELEASE EVALUATION
 Several designs of the in-vitro membrane permeation
cell, the Jhawer-Lord (J-L), Valia-Chien (V-C) Cell,
Ghannam-Chein (G-C) membrane permeation
enhancer, Franz Diffusion Cell and the Keshry-
Chien(K-C) Cell.
 K-C Cell has an effective receptor volume 12ml, skin
surface area of 3.14cm2. The receptor solution is
stirred by star-head magnet rotating at a constant
speed of 600rpm driven by 3W synchronous motor.
OTHER EXAMPLES OF TDDS
BIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULIT

Contenu connexe

Tendances

Laporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamLaporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikam
Siti Zulaikhah
 
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakStandarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Gina Sakinah
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
Trie Marcory
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Novi Fachrunnisa
 

Tendances (20)

Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasi
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
GRANULASI BASAH
GRANULASI BASAHGRANULASI BASAH
GRANULASI BASAH
 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
 
Laporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamLaporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikam
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
Gel
GelGel
Gel
 
Evaluasi Granul
Evaluasi GranulEvaluasi Granul
Evaluasi Granul
 
Tetes Mata
Tetes MataTetes Mata
Tetes Mata
 
Suppo
SuppoSuppo
Suppo
 
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
 
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumBiofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakStandarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
 
Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
 

Similaire à BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT

75456370 sediaan-transdermal
75456370 sediaan-transdermal75456370 sediaan-transdermal
75456370 sediaan-transdermal
Sarah Najib
 

Similaire à BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT (20)

75456370 sediaan-transdermal
75456370 sediaan-transdermal75456370 sediaan-transdermal
75456370 sediaan-transdermal
 
transdermal farmasi
transdermal farmasitransdermal farmasi
transdermal farmasi
 
Biofarmasi rute per kutan dan per rektal.pdf
Biofarmasi rute per kutan dan per rektal.pdfBiofarmasi rute per kutan dan per rektal.pdf
Biofarmasi rute per kutan dan per rektal.pdf
 
Biofarmasi perkutan (STIFI BP Palembang)
Biofarmasi perkutan (STIFI BP Palembang)Biofarmasi perkutan (STIFI BP Palembang)
Biofarmasi perkutan (STIFI BP Palembang)
 
ANFIS Integument.ppt
ANFIS Integument.pptANFIS Integument.ppt
ANFIS Integument.ppt
 
Anatomi dan fisiologi kulit AKPER PEMKAB MUNA
Anatomi dan fisiologi kulit AKPER PEMKAB MUNAAnatomi dan fisiologi kulit AKPER PEMKAB MUNA
Anatomi dan fisiologi kulit AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulitMakalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulit
 
Modul 1 kelompok 1 2014
Modul 1 kelompok 1 2014Modul 1 kelompok 1 2014
Modul 1 kelompok 1 2014
 
Anatomi fisiologi integumen akper
Anatomi fisiologi integumen akperAnatomi fisiologi integumen akper
Anatomi fisiologi integumen akper
 
Makalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulitMakalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulit
 
Askep kgd '' gigitan ular'' AKPER PEMKAB MUNA
Askep kgd '' gigitan ular'' AKPER PEMKAB MUNAAskep kgd '' gigitan ular'' AKPER PEMKAB MUNA
Askep kgd '' gigitan ular'' AKPER PEMKAB MUNA
 
Sph
SphSph
Sph
 
Askep gigitan ular
Askep gigitan ularAskep gigitan ular
Askep gigitan ular
 
Askep gigitan ular AKPER PEMKAB MUNA
Askep gigitan ular AKPER PEMKAB MUNA Askep gigitan ular AKPER PEMKAB MUNA
Askep gigitan ular AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep gigitan ular
Askep gigitan ularAskep gigitan ular
Askep gigitan ular
 
Askep gigitan ular AKPER PEMKAB MUNA
Askep gigitan ular  AKPER PEMKAB MUNA Askep gigitan ular  AKPER PEMKAB MUNA
Askep gigitan ular AKPER PEMKAB MUNA
 
PENGANTAR SISTEM INTEGUMEN.pptx
PENGANTAR SISTEM INTEGUMEN.pptxPENGANTAR SISTEM INTEGUMEN.pptx
PENGANTAR SISTEM INTEGUMEN.pptx
 
Kak fitra
Kak fitraKak fitra
Kak fitra
 
Anfis integumen
Anfis integumenAnfis integumen
Anfis integumen
 
MATERI ANATOMI SISTEM INTEGUMEN SARJANA FISIOTERAPI.pptx
MATERI ANATOMI SISTEM INTEGUMEN SARJANA FISIOTERAPI.pptxMATERI ANATOMI SISTEM INTEGUMEN SARJANA FISIOTERAPI.pptx
MATERI ANATOMI SISTEM INTEGUMEN SARJANA FISIOTERAPI.pptx
 

Plus de Surya Amal

Plus de Surya Amal (20)

Buku pneumonia covid 19 pdpi 2020
Buku pneumonia covid 19  pdpi 2020Buku pneumonia covid 19  pdpi 2020
Buku pneumonia covid 19 pdpi 2020
 
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PHARMACOEPIDEMIOLOGY STUDIES
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PHARMACOEPIDEMIOLOGY STUDIES  INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PHARMACOEPIDEMIOLOGY STUDIES
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PHARMACOEPIDEMIOLOGY STUDIES
 
2015 05-27 ad-art aptfi 2015-konggres makassar 2015
2015 05-27 ad-art aptfi 2015-konggres makassar 20152015 05-27 ad-art aptfi 2015-konggres makassar 2015
2015 05-27 ad-art aptfi 2015-konggres makassar 2015
 
Novel Drug Delivery Systems
Novel Drug Delivery SystemsNovel Drug Delivery Systems
Novel Drug Delivery Systems
 
Panduan Pengelolaan Dislipidemia
Panduan Pengelolaan DislipidemiaPanduan Pengelolaan Dislipidemia
Panduan Pengelolaan Dislipidemia
 
NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN APOTEKER INDONESIA
NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN APOTEKER INDONESIANASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN APOTEKER INDONESIA
NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN APOTEKER INDONESIA
 
GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN
GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN
GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
 
Guidelines for Malaria Prevention in Travellers from the UK 2015
Guidelines for Malaria Prevention in Travellers from the UK 2015Guidelines for Malaria Prevention in Travellers from the UK 2015
Guidelines for Malaria Prevention in Travellers from the UK 2015
 
ANTIMICROBIAL DRUGS (Part 2)
ANTIMICROBIAL DRUGS (Part 2) ANTIMICROBIAL DRUGS (Part 2)
ANTIMICROBIAL DRUGS (Part 2)
 
ANTIMICROBIAL DRUGS (part I)
ANTIMICROBIAL DRUGS (part I)ANTIMICROBIAL DRUGS (part I)
ANTIMICROBIAL DRUGS (part I)
 
WORLD DRUG REPORT 2015
WORLD DRUG REPORT 2015 WORLD DRUG REPORT 2015
WORLD DRUG REPORT 2015
 
Enteral Feeding Tubes for Drug Administration
Enteral Feeding Tubes for Drug AdministrationEnteral Feeding Tubes for Drug Administration
Enteral Feeding Tubes for Drug Administration
 
Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2015
Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2015Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2015
Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2015
 
CHRONIC HEPATITIS B INFECTION GUIDELINES
CHRONIC HEPATITIS B INFECTION GUIDELINESCHRONIC HEPATITIS B INFECTION GUIDELINES
CHRONIC HEPATITIS B INFECTION GUIDELINES
 
A Pocket Guide to Common Arrhythmias
A Pocket Guide to Common ArrhythmiasA Pocket Guide to Common Arrhythmias
A Pocket Guide to Common Arrhythmias
 
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralTatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
 
UU Jaminan Produk Halal 2014
UU Jaminan Produk Halal 2014UU Jaminan Produk Halal 2014
UU Jaminan Produk Halal 2014
 
Pharmaceutical Care HIV/AIDS
Pharmaceutical Care HIV/AIDSPharmaceutical Care HIV/AIDS
Pharmaceutical Care HIV/AIDS
 

Dernier

PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 

Dernier (20)

PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOASCATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 

BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT

  • 1. BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT Surya Amal Prepared for Pharmacy Department University of Darussalam Gontor - Indonesia
  • 2. Faal Kulit ☻ Kulit merupakan suatu organ dan mempunyai fungsi tersendiri. Kulit sepintas lalu hanya merupakan suatu organ yang tipis, tetapi sebenarnya suatu organ yang besar karena meliputi seluruh tubuh. ☻ Fungsi utama kulit yaitu sebagai proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengatur suhu tubuh (termoregulator), membentuk pigmen, membentuk vitamin D, dan keratinisasi.
  • 3. RUTE PEMBERIAN PERKUTAN – TOPIKAL TUJUANTERAPI Lokal : Obat – lapisan luar kulit diharap sedikit / tidak terjadi absorpsi Sistemik – transdermal delivery system : formulasi yang dipakai secara topikal, dimaksudkan untuk menghantar bahan aktif ke sirkulasi sistemik.
  • 4. ☻ Untuk tujuan lokal »» meminimalkan efek samping ☻ Untuk tujuan sistemik »» obat terbebaskan ke sirkulasi sistemik secara teratur. ☻ Meningkatkan kepatuhan penderita menggunakan obat. ☻ Frekwensi pemakaian menurun. ☻ Bila terjadi toksisitas »» pengatasan cepat. KEUNTUNGAN PEMBERIAN OBAT TRANSDERMAL
  • 5. ☻ Tidak untuk obat dosis besar. ☻ Sifat kulit yang merupakan perintang / penghalang »» hanya molekul yang kecil dan lipofilik yang dapat tembus. ☻ Adhesive tidak menempel baik. ☻ Kemungkinan iritasi. ☻ Perubahan ‘flora’ kulit. ☻ Tidak ekonomis. ☻ Pengaturan dosis-regimen yang akurat perlu diperhatikan. KEBERATAN PEMBERIAN OBAT TRANSDERMAL
  • 7. TINJAUAN ANATOMI FISIOLOGI KULIT EPIDERMIS ☻ Merupakan lapisan epitel, tebal rata-rata 200 μm, dengan sel-sel yang berdiferensiasi bertahap dari bagian yang lebih dalam menuju ke permukaan dengan proses keratinisasi ☻ Dua bagian : A. Sel Malfigi » bagian yang hidup, menempel pada dermis. B. Lapisan Tanduk (Stratum Corneum) » tersusun atas sekumpulan sel-sel mati yang mengalami keratinisasi.
  • 8. TINJAUAN ANATOMI FISIOLOGI KULIT Lanjutan … DERMIS DAN HIPODERMIS ☻ Merupakan jaringan penyangga berserat dengan ketebalan 3 – 5 mm, peranan utamanya adalah sebagai pemberi nutrisi pada epidermis. ☻ Anyaman pembuluh darah dan pembuluh getah bening terletak pada daerah papiler dengan ketebalan 100-200 μm. ☻ Hipodermis dan jaringan penyangga kendor, mengandung sejumlah kelenjar lemak dan juga mengandung glomerulus kelenjar keringat.
  • 9. ANEKSA KULIT ☻ Aneksa kulit terdiri dari sistem polisebasea dan kelenjar sudoripori. ☻ Pada umumnya kelenjar sebasea menempel pada folikel rambut, kecuali pada beberapa daerah yang berbulu jarang dan terletak pada jarak sekitar 500 μm dari permukaan kulit. TINJAUAN ANATOMI FISIOLOGI KULIT Lanjutan …
  • 10. ABSORPSI OBAT MELALUI KULIT Absorpsi obat melalui kulit (perkutan/transdermal) terjadi bila obat berpenetrasi masuk ke dalam kulit dan melalui kulit masuk ke dalam tubuh. Jalurnya ialah : 1. Antara sel dari stratum corneum : terjadi difusi melalui matriks stratum corneum. 2. Melalui dinding follikel rambut. 3. Melalui kelenjar keringat. 4. Melalui kelenjar sebum. 5. Menembus sel stratum corneum.
  • 11. Interfacial Boundaries Penetration Routes Some Treatments Drug dissolves,diffuses, releases from vehicle SURFACE Camoulfage, protective layer, Insect repellent, antimicrobial/ antifungal TRANDERMAL Stratum corneum Partition/diffusion Stratum corneum Emolliency, Keratosis (exfolients) Transappendages Appendages Pilocebaceus unit Eccrine gland Antiperspirant, exfolient, Antibiotic/antifungal, dipilatory Viable epidermis Dermis Partition/diffusion, dermis Partition/diffusion Viable epidermis Circulation Removal via circulation Anti-inflamatory, anesthetic, antipruritic, antihistamin Transderm system nitroglycerin ☻The routes by which drugs penetrate the skin and examples of treatments appropriate to disorders of the various strata.
  • 12. ABSORPSI OBAT MELALUI KULIT Lanjutan … Absorpsi obat perkutan dipengaruhi oleh : 1. Struktur kulit 2. Cara difusi pasif 3. Karakteristik kelarutan obat 4. Konsentrasi obat dalam bentuk sediaan 5. Hidrasi kulit 6. Vehikel/konstitutiens sebagai pembawa obat 7. Kondisi kulit 8. Kehadiran bahan/zat pendorong penetrasi.
  • 13. STRATUM CORNEUM ☻ Stratum corneum dapat menjadi depot/reservoir untuk obat yang diberikan secara topikal; ini telah dibuktikan dengan pemberian secara topikal glukokortikosteroida, terutama fluorokortikosteroid. ☻ Lamanya stratum corneum berfungsi sebagai depot yakni 7 – 8 hari ☻ Pemanfaatan stratum corneum sebagai reservoir obat masih terus dalam penyelidikan.
  • 14. DIFUSI PASIF Pergerakan / penembusan molekul obat melalui kulit sebagian besar dengan cara difusi pasif.
  • 15. KARAKTERISTIK KELARUTAN OBAT ☻ Bahan obat untuk dapat diabsorpsi secara perkutan ialah bahan yang larut dalam lemak dan dalam air (partisi koefisien lemak/air). ☻ Kecepatan difusi obat untuk melewati kulit tergantung pada partisi koefisien lemak/air; kecepatan difusi paling besar bila ratio distribusi lemak (atau lemak pelarut) dan air antara 1 & 2.
  • 16. KONSENTRASI OBAT DALAM BENTUK SEDIAANNYA Penetrasi obat melalui kulit dipengaruhi oleh konsentrasi obat dalam sediaannya, disamping difusi koefisien dari molekul obat dan kelarutan obat dalam vehikel atau bahan pembawa yang dipergunakan untuk formulasi obat.
  • 17. HIDRASI KULIT ☻ Hidrasi kulit juga berpengaruh dan perlu diperhatikan dalam hal penetrasi obat melalui kulit. Hidrasi secara fisik mengubah jaringan kulit dan mengakibatkan perubahan dalam difusi-koefisien serta aktivitas koefisien obat yang akan berpenetrasi, sehingga mempercepat obat melalui kulit. ☻ Rintangan utama penetrasi obat melalui kulit terletak pada lapisan keratin dari stratum corneum. ☻ Salep yang mengandung cukup air untuk hidrasi lapisan keratin – misalnya dasar emulsi minyak air (o/w) akan meningkatkan penetrasi perkutan dari obat- obat tertentu.
  • 18. VEHIKEL / KONSTITUENS PEMBAWA OBAT Perpindahan obat dari vehikelnya ke epidermis selain dipengaruhi oleh partisi-koefisien dari bahan obat antara fase lemak air juga ada pengaruh aktivitas termodinamik, difusifitas dan kelarutan obat dalam vehikel dan kulit.
  • 19. KONDISI KULIT ☻ Kondisi atau keadaan kulit sangat menentukan penetrasi obat. Kulit yang rusak seperti luka, tergores, lecet, lepuh akan menyebabkan obat lebih mudah melewati epidermis dibanding kulit yang normal / utuh. ☻ Permeabilitas meningkat sekali dengan adanya goresan-goresan pada kulit (NB : goresan-goresan pada kulit dengan sengaja dimanfaatkan oleh para morfinis untuk efek Morphine yang lebih cepat).
  • 20. KEHADIRAN BAHAN / ZAT PENDORONG PENETRASI ☻ Pada formulasi obat luar bila dikehendaki adanya penetrasi, sering ditambahkan suatu bahan / zat yang dapat mendorong / meningkatkan penetrasi obat melalui kulit masuk ke dalam tubuh. ☻ Diantaranya adalah :  DMSO : Dimetilsulfoksida  DMA : Dimetilasetamida  DMF : Dimetilformamida  Solven organik seperti alkohol, benzena, ether : »» Bahan-bahan ini dapat melarutkan lemak di stratum corneum.
  • 21. IONTOFORESIS (Iontophoresis) ☻ Penyerapan perkutan senyawa kimia yang dapat terdisosiasi dan dapat ditingkatkan secara iontoforesis »» pengaliran listrik (0,5 – 1 mA/cm²) secara terus menerus melintasi kulit yang diolesi. ☻ Elektroda aktif yang diletakkan pada daerah pengolesan adalah anoda untuk molekul bermuatan positif dan katoda untuk molekul bermuatan negatif. ☻ Meningkatkan penyerapan ion-ion (kalsium, fosfat, natrium, fluor), juga obat-obat seperti pilokarpin dan tiroksin.
  • 22. FAKTOR FISIOLOGIK YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN PERKUTAN
  • 23. KEADAAN DAN UMUR KULIT ☻ Kulit utuh merupakan suatu sawar difusi yang efektif dan efektivitasnya berkurang bila terjadi perubahan dan kerusakan sel-sel tanduk. ☻ Keadaan dermotosis dengan eksim, psoriasis, dermatosis seborheik, maka permeabilitas kulit akan meningkat. ☻ Kadar hidrokortison yang melintasi kulit akan berkurang bila lapisan tanduk berjamur dan lain meningkat dengan eritomatosis. ☻ Difusi kulit juga tergantung pada umur subyek, kulit anak-anak lebih permiabel dibandingkan kulit orang dewasa.
  • 24. ☻ Perubahan debit darah ke kulit secara nyata mengubah kecepatan penembusan molekul. ☻ Bila kulit luka atau bila zat aktif digunakan secara iontoforesis, jumlah yang menembus jauh lebih banyak dan peranan debit darah menjadi faktor yang menentukan. ☻ Pemakaian setempat kortikosteroida »» penyempitan pembuluh darah kulit » mendorong efek depo. ☻ Penyerapan perkutan testosteron berkurang dengan nyata bila ia digunakan setelah pengolesan 6-metil prednisolon. ALIRAN DARAH
  • 25. TEMPAT PEMBERIAN ☻ Jumlah yang diserap untuk suatu molekul yang sama, akan berbeda tergantung pada anatomi tempat pemberian »» kulit dada, punggung, tangan, atau lengan. ☻ Permeabilitas kulit terhadap suatu senyawa akan meningkat secara berurutan setelah pengolesan pada kulit telapak tangan dan telapak kaki, di atas kulit lengan, kulit perut dan akhirnya kulit rambut atau kantung zakar. ☻ Beragamnya ketebalan membran, sesuai dengan hukum Fick, pada satu sisi menyebabkan peningkatan waktu laten yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan konsentrasi pada lapisan tanduk, di sisi lain menyebabkan pengurangan aliran darah.
  • 26. CONTOH OBAT Contoh obat-obat yang efektif diberikan secara transdermal ialah Nitrogliserin untuk profilaksis angina pectoris; Steroid seperti Oestradiol; klonidin untuk hipertensi; analgesika seperti Pirosiksikam, Metilsalisilat, Niflumic Acid. Skopolamin transdermal dapat ditempelkan pada kulit di belakang telinga untuk mencegah mual pada mabuk kendaraan, dll.
  • 27. DRUG PRODUCT DEVELOPMENT AND EVALUATION OF TDDS
  • 28.
  • 29. IDEAL PROPERTIES OF TRANSDERMAL DRUG DELIVERY SYSTEM
  • 30. FACTORS AFFECTING TRANSDERMAL DRUG DELIVERY SYSTEM
  • 31. Transdermal drug delivery systems may be constructed of a number of layers, including : 1) an occlusive backing membrane to protect the system from environmental entry and from loss of drug from the system or moisture from the skin; 2) the drug at the skin-site; 3) a release liner, which is removed before application and enables drug release; 4) an adhesive layer to maintain contact with the skin after application.
  • 32. TRANSDERMAL PATCH OR SKIN PATCH
  • 33. o The drug-matrix layer is composed of a polymeric material in which the drug is dispersed. o The polymer matrix controls the rate at which the drug is released for percutaneous absorption.
  • 35.
  • 36. MICRONEEDLES PATCHES Microneedles patches are currently being explored as mechanisms to deliver vaccines and larger macromolecules.
  • 41. IN-VITRO DRUG RELEASE EVALUATION  Several designs of the in-vitro membrane permeation cell, the Jhawer-Lord (J-L), Valia-Chien (V-C) Cell, Ghannam-Chein (G-C) membrane permeation enhancer, Franz Diffusion Cell and the Keshry- Chien(K-C) Cell.  K-C Cell has an effective receptor volume 12ml, skin surface area of 3.14cm2. The receptor solution is stirred by star-head magnet rotating at a constant speed of 600rpm driven by 3W synchronous motor.