2. INTERAKSI
OBAT
Interaksi obat adalah kejadian
di mana suatu zat mempengaruhi
aktivitas obat. Efek-efeknya
bisa meningkatkan atau
mengurangi aktivitas, atau
menghasilkan efek baru yang
tidak dimiliki sebelumnya.
3. Mekanisme Interaksi
Farmasetik
(inkompatibilitas)
Interaksi
farmasetik atau
disebut juga
inkompatibilitas
farmasetik
bersifat langsung
dan dapat secara
fisik atau kimiawi,
Farmakodinamik
Interaksi ini hanya
diharapkan jika zat
berkhasiat yg saling
mempengaruhi
bekerja sinergis
atau antagonis pada
suatu reseptor,
Farmakokinetika
Interaksi obat bisa
ditimbulkan oleh
berbagai proses,
antara lain
perubahan dalam
farmakokinetika
obat tersebut,
seperti ADME
4. Satu sistem yang terkenal dalam
interaksi metabolisme adalah
sistem enzim yang mengandung
cytochrome P450 oxidase. Sebagai
contoh, ada interaksi obat bermakna
antara sipfofloksasin dan metadon.
Siprofloksasin dapat menghambat
cytochrome P450 3A4 sampai sebesar
65%. Karena ini merupakan enzim
primer yang berperan untuk
memetabolisme metadon, sipro bisa
meninggikan kadar metadon secara
bermakna
5. Jika inhibitor atau induser diberikan dalam waktu yang cukup misalnya beberapa hari untuk
inhibitor, dan lebih dari satu minggu untuk inducer untuk menampakkan aksinya.
Jika inhibitor atau induser diberikan dengan dosis besar (refaltif terhadap
jumlah enzim), akan mempengaruhi aktivitas enzim memetabolismee secara signifikan
Jika suatu obat (substrat) hanya dimetabolismee oleh satu jenis
enzim sajamemberikan efek yang signifikan terhadap obat.
Penyesuaian kembali dosis obat mencegah kegagalan terapi.
Efek inhibisi atau induksi enzim hasil terapi sulit diperkirakan jika terjadi
pada pemetabolismee lambat, cepat, atau ultra cepat
6. Metabolisme obat terdiri dari 2 jalur utama dari proses
biokimia yang berbeda, yaitu metabolisme fase I dan fase
II.
7. Metabolisme obat terdiri dari 2 jalur utama dari proses
biokimia yang berbeda, yaitu metabolisme fase I dan fase
II.
8. Bersifat reversibel -
irreversibel.
Mekanisme Inhibisi Kompetitif
• ditandai dengan terjadinya kompetisi antara substrat
dan inhibitor pada sisi aktif enzim yang sama.
Penghambatan enzim secara nonkompetitif tidak dapat
diatasi dengan peningkatan konsentrasi substrat.
Noncompetitif
• inhibitor terikat pada bagian lain dari enzim, yang dapat
mengakibatkan komplek enzim substrat tidak dapat
menghasilkan produk hasil metabolisme.
Penghambatan secara uncompetitive terjadi ketika
inhibitor terikat pada sisi aktif komplek enzim substrat
yang belum jenuh (jarang terjadi).
R
E
V
E
R
S
I
B
L
E
9. Bersifat reversibel -
irreversibel.
”bentuk intermediate” dari ikatan adalah berupa ikatan
kovalen dengan CYP protein atau pada komponen heme,
yang dapat mengakibatkan inaktifasi yg bersifat
permanen. ontoh dari irreversible inhibitors adalah
antibiotik macrolide (erythromycin and troleandomycin),
yang dapat menghambat secara irreversibel CYP3A4
dengan membentuk komplek inhibitor-metabolit yg
sangat stabil.
Irreversibel
11. 1.Menghindari kombinasi obat yang
berinteraksi.
2.Menyesuaikan dosis
3.Memantau pasien
4.Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya
Notes de l'éditeur
Banyak interaksi obat disebabkan oleh perubahan dalam
metabolisme obat
Interaksi pada proses metabolisme merupakan kasus yang paling banyak terjadi, dimana sekitar 50-60% obat yang digunakan dalam terapi dapat slaing berinteraksi pada enzim yang sama. Diantara enzim metabolisme yang lebih banyak terlibat adalah enzim-enzim mikrosomal pada fase-1, yaitu yang melakukan proses oksidasi, reduksi, dan hidroksilasi obat khususnya isoform CYP3A. enzim CYP lainnya juga terlibat dalam interaksi obat, namun presentasinya lebih kecil dibandingkan keterlibatan CYP3A. ada dua mekanisme interaksi pada enzim metabolisme-inhibisi dan induksi enzim, dan hal ini dapat terjadi di saluran usus dan hati sebagai organ-organ utama metabolisme obat.
1. Normalisasi enzim ke keadaan semula setelah penghentian inhibitor atau inducer memerlukan waktu yang relative lebih cepat untuk inhibitor, dan lebih lama untuk induser enzim-tergantung beberapa lama induksi enzim berlangsung.
3. Misalnya atorvastatin dimetabolismee oleh CYP3A, dan inhibisi enzim oleh itrakonazol menyebabkan AUC atorvastatin meningkat 3-4 kali lipat.
5. Selain itu, karena kapasitas metabolisme dipengaruhi berbagai variabel (usia, jenis kelamin, kehamilan, genetic, jenis, dan intensitas patologi) maka manifestasi klinik juga akan tergantung seberapa besar pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap enzim metabolisme.
Sedangkan pengaruh terhadap “CYP-mediated metabolism” adalah mekanisme utama dari interaksi dua obat satu sama lainnya. Interaksi ini diakibatkan oleh pemacuan biosintesis atau penghambatan akitifitas enzim yang terlibat dalam metabolisme fase I.
Merupakan mekanisme utama dari interaksi obat pada fase metabolisme yang mampu mengakibatkan pengaruh klinik yang signifikan. Inhibisi enzim menurunkan kecepatan metabolisme obat, yang kemudian dapat meningkatkan jumlah obat dalam tubuh yang berdampak terjadinya akumulasi dan berpotensi mengakibatkan efek toksik.
Merupakan mekanisme utama dari interaksi obat pada fase metabolisme yang mampu mengakibatkan pengaruh klinik yang signifikan. Inhibisi enzim menurunkan kecepatan metabolisme obat, yang kemudian dapat meningkatkan jumlah obat dalam tubuh yang berdampak terjadinya akumulasi dan berpotensi mengakibatkan efek toksik.
Induksi biosintesis enzim akan meningkatakan clearence (intestinal dan heppar) dari obat yang dimetabolisme oleh enzim yang dipacu, yang selanjutnya akan mepengaruhi konsentrasi dalam plasma.
Langkah pertama dalam penatalaksanaan interaksi obat adalah waspada terhadap pasien yang memperoleh obat-obatan yang mungkin dapat berinteraksi dengan obat lain. Langkah berikutnya adalah memberitahu dokter dan mendiskusikan berbagai langkah yang dapat diambil untuk meminimalkan berbagai efek samping obat yang mungkin terjadi. Strategi dalam penataan obat ini meliputi (di atas) :
1. Jika risiko interaksi obat lebih besar daripada manfaatnya, maka harus dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti.
2. Jika hasil interaksi obat meningkatkan atau mengurangi efek obat, maka perlu dilaksanakan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat tersebut.
3. Jika kombinasi obat yang saling berinteraksi diberikan, pemantauan diperlukan.
4. Jika interaksi obat tidak bermakna klinis, atau jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan tanpa perubahan (Fradgley, 2003).