Dprd prospek ki batang dalam mengembangkan daya saing industri jateng - m saleh | Webinar Prospek Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri Batang | IKA UNDIP | Special Event
Dokumen ini membahas prospek kawasan industri Batang dalam meningkatkan daya saing industri Jawa Tengah di tingkat global. Daya saing industri Indonesia masih rendah berdasarkan peringkat UNIDO, sehingga Jawa Tengah perlu meningkatkan nilai tambah dan ekspor industri, intensitas industrialisasi, serta kualitas ekspor. Strategi yang dibahas antara lain mengembangkan UMK dan industri strategis berbasis SDA, serta mendukung pengembangan kawasan industri
(9) INDUSTRIALISASI DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI
Similaire à Dprd prospek ki batang dalam mengembangkan daya saing industri jateng - m saleh | Webinar Prospek Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri Batang | IKA UNDIP | Special Event
Industrialisasi ^0 perkembangan sektor industrimariam Iam
Similaire à Dprd prospek ki batang dalam mengembangkan daya saing industri jateng - m saleh | Webinar Prospek Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri Batang | IKA UNDIP | Special Event (19)
Permendesa Nomor 3 tahun 2021 Tentang Pendaftaran, Pendataan Dan Pemeringkata...
Dprd prospek ki batang dalam mengembangkan daya saing industri jateng - m saleh | Webinar Prospek Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri Batang | IKA UNDIP | Special Event
1. PROSPEK KAWASAN INDUSTRI BATANG
DALAM MENGEMBANGKAN DAYA SAING
INDUSTRI JAWA TENGAH DI TINGKAT
GLOBAL
Mohammad Saleh (Ikatan Alumni PWK UNDIP, Komisi A DPRD Jawa
Tengah)
4. PERKEMBANGAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI JATENG
TRIWULANAN (Q-TO-Q/%)
Sumber: BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH, Agustus 2020
Masa
Pandemi
Covid - 19
5.
6. DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA
MENURUT UNIDO
PADA TAHUN 2020 DAYA SAING INDUSTRI INDONESIA MENEMPATI PERINGKAT 39 DARI 152
NEGARA DI DUNIA, DI ASEAN MASIH DI BAWAH SINGAPURA (9), MALAYSIA (23), THAILAND (24),
DAN VIETNAM (38).
PERINGKAT INDONESIA INI DISEBABKAN OLEH MASIH RENDAHNYA NILAI TAMBAH INDUSTRI PER
KAPITA, EKSPOR INDUSTRI, PROPORSI PENERAPAN AKTIVITAS BERTEKNOLOGI TINGGI PADA EKSPOR
INDUSTRI, DAN INDEKS KUALITAS EKSPOR INDUSTRI.
7. DIMENSI DAYA SAING INDUSTRI MENURUT
ORGANISASI PENGEMBANGAN INDUSTRI
PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (UNIDO) 1). DIMENSI KAPASITAS UNTUK
MEMPRODUKSI DAN
MENGEKSPOR INDUSTRI,
INDIKATOR:
(a) Nilai tambah industri
manufaktur per kapita, (b)
Ekspor industri manufaktur
per kapita.
2). DIMENSI PENDALAMAN DAN
PENINGKATAN TEKNOLOGI,
INDIKATOR:
(a) Insensitas Industrialisasi
yang diukur dari kontribusi
industri manufaktur pada PDB
dan kontribusi industri
manufaktur berteknologi
menengah dan tinggi pada
sektor industri manufaktur.
3). DIMENSI
DAMPAK PADA
DUNIA,
INDIKATOR:
(a) Kontribusi nilai
tambah Industri
manufaktur dunia,
(b) Kontribusi
ekspor industri
manufaktur dunia
(b) Kualitas eskpor yang diukur dari kontribusi
ekspor manufaktur dalam total ekspor dan
kontribusi manufaktur berteknologi menengah
dan tinggi dalam nilai ekspor industri manufaktur
INDUSTRI JAWA TENGAH HARUS DIARAHKAN UTK
BAGAIMANA MENINGKATKAN NILAI TAMBAH DAN EKSPOR
INDUSTRI, INTENSITAS INDUSTRIALISASI, KUALITAS
EKSPOR, DAN KONTRIBUSINYA DLM NILAI TAMBAH DAN
EKSPOR MANUFAKTUR DUNIA
8. STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA
SAING SEKTOR INDUSTRI JAWA
TENGAH
1. UMK Jawa Tengah yang kompetitif.
2. Pengembangan industri strategis.
3. Pengembangan industri hulu berbasis SDA (pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan).
4. Pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi.
5. Integrasi (forward & backward linkage) industri besar-menengah-
kecil.
6. Kerjasama internasional.
9. FAKTOR KONDISI EKONOMI
GLOBAL YANG HARUS DIANTISIPASI
1. Ketegangan hubungan China – AS dan resiko geopolitik.
2. Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat termasuk beberapa
mitra dagang Jawa Tengah (AS, China, Eropa)
3. Turunnya volume dan harga komoditas global, misal minyak bumi.
4. Persaingan ekspor, misalnya persaingan Indonesia dan Vietnam
pada sub-sector garment.
5. Pandemi global Covid-19.
14. DUKUNGAN PENGEMBANGAN
KAWASAN INDUSTRI DI JAWA
TENGAH
1. Kepastian lokasi sesuai RTRW.
2. Kemudahan perijinan, ijin lingkungan, AMDAL dan pengecualian
ANDALALIN.
3. Fasilitas perpajakan, insentif daerah dan penetapan sebagai Obyek
Vital Nasional.
4. Konektivitas infrastruktur (jalan nasional/tol dan Pelabuhan)
5. Penyediaan infastruktur energi dan pengolahan limbah.