12. PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI
PELAYANAN KESEHATAN
SASARAN INDIKATOR RENSTRA
TARGET RENSTRA 2020-2024
2020 2021 2022 2023 2024
Meningkatnya
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang
siap diakreditasi
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Rujukan yang memenuhi persyaratan
survei akreditasi
1028 751 1050 1169 891
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) yang
memenuhi persyaratan survei
akreditasi
4478 4009 4720 6110 5706
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lain yang memenuhi persyaratan
survei akreditasi
151 228 307 399 500
Persentase Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang melakukan
pengukuran mutu pelayanan
kesehatan
20 40 50 60 70
13.
14.
15. “ Without quality,
Universal Health Coverage
(UHC) remains an empty
promise.”
Pelayanan kesehatan yang bermutu rendah
berbahaya bagi pasien, membuang uang danhttps://www.thelancet.com/action/showPdf?pii=S2214-109X%2818%2930394-2
QUALITY AS A FUNDAMENTAL FEATURE
OF UNIVERSAL HEALTH COVERAGE
Utilization x Quality = Health
16. UNIVERSAL HEALTH COVERAGE
4 DIMENSI UHC:
1.SEBERAPA BESAR PROSENTASE PENDUDUK YANG DIJAMIN
2.SEBERAPA LENGKAP PELAYANAN YANG DIJAMIN
3.SEBERAPA BESAR PROPORSI COST SHARING OLEH PENDUDUK
4.MUTU : MUTU PELAYANAN KESEHATAN
UNIVERSAL HEALTH COVERAGE MERUPAKAN SISTEM KESEHATAN YANG MEMASTIKAN SETIAP WARGA DALAM POPULASI MEMILIKI AKSES YANG ADIL
TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PROMOTIF, PREVENTIF, KURATIF, DAN REHABILITATIF BERMUTU DENGAN BIAYA TERJANGKAU. ( WHO)
PENTAHAPAN CAKUPAN UNIVERSAL SANGAT DIPENGARUHI OLEH DUKUNGAN POLITIK KONSENSUS PENDUDUK,
DAN KEMAMPUAN KEUANGAN SUATU NEGARA.
3 DIMENSI UHC:
1. SEBERAPA BESAR PROSENTASE PENDUDUK YANG DIJAMIN
2. SEBERAPA LENGKAP PELAYANAN YANG DIJAMIN
3. SEBERAPA BESAR PROPORSI COST SHARING OLEH PENDUDUK
TAHUN 2015 TAHUN 2018 QUALITY
17. Poor Quality Care is bigger killer than
Insufficient access to care
THE LANCET Global Health ( 2018)
18. Sumber: Kruk ME, et al. Mortality due to low-quality health systems in the universal health coverage era: a systematic analysis of amenable deaths
in 137 countries. Lancet.2018
PENELITIAN TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN
DI 137 NEGARA
8,6 Juta
kematian yang dapat dicegah
5 Juta
Kematian akibat
mutu pelayanan rendah
3,6 Juta
Kematian akibat
tidak memanfaatkan
pelayanan kesehatan
20. Empowared
people and
communities
Multisectoral
policy and
action
Integrated health
services
prioritizing
essential public
health functions
and primary care
Complementary
domains
Relationship between quality primary health care and achievement of universal health coverage (World
Health Organization 2018)
21.
22. COMPUTER REPAIR & SUPPORT
1 . Akses dan mutu pelayanan kesehat
2. Ketersediaan & kepatuhan terhadap standar mutu klinis &
Keselamatan Pasien
ISU STRATEGIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN
- Jumlah & distribusi fasilitas kesehatan & SDM
- Ketersediaan sarpras, alkes & SDM
- Definisi & dimensi mutu pelayanan belum seragam
- Tata kelola klinis, akses PNPK
- KP & pelayanan kesehatan masyarakat (terkait konteks
UKM & UKP)
3. Budaya mutu di Faskes & Program
- Belum ada Upaya peningkatan mutu di Faskes
- Seluruh Faskes belum terakreditasi
- Akreditasi blm sepenuhnya mendorong budaya mutu
- Pemahaman standar akreditasi
- Budaya peningkatan mutu Program
4. Peran dan pemberdayaan pasien, keluarga dan masyarakat
Masyarakat yang pasif
Pemahaman & literasi masy. tentang mutu & KP
Ketersediaan informasi & akses
5. Penguatan tata kelola, struktur organisasi mutu &
sistem kesehatan lainnya
- Tata kelola & regulasi terfragmentasi blm spesifik
- Peran & tanggung jawab di Pusat & Daerah
- Keterkaitan JKN
6. Komitmen Pemerintah Pusat, Daerah & Pemangku Kebijakan
- Komitmen Pemerintah Pusat & Daerah terkait anggaran
mutu
- Peran pemangku kepentingan
- Advokasi
7. Data, Indikator, Sistem Informasi & pengembangan
pemanfaatannya
- Berbagai Lembaga mengembangkan indikator mutu & tdk
terintegrasi
- Sistem informasi yg beragam & tdk terintegrasi
- Penelitian yg berbasis Lembaga
- Pemanfaatan untuk pengambil keputusan
- Sistem monev & efektivitas peningkatan mutu
2. Meningkatkan kepatuhan seluruh penyedia pelayanan pemerintah dan
swasta terhadap standar mutu klinis dan keselamatan pasien-masyarakat
5. Menguatkan regulasi tata kelola, struktur organisasi, sumber daya
dan peran seluruh komponen dalam sistem kesehatan nasional
PERUMUSAN STRATEGI MUTU
7. Mendorong pengukuran mutu, penelitian dan pemanfaatan informasi
strategis
6. Meningkatkan komitmen pemerintah pusat, daerah dan pemangku
kepentingan
1. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang bermutu dan
mengutamakan keselamatan pasienmasyarakat
3. Mendorong budaya mutu di fasilitas pelayanan kesehatan dan pada
pelaksanaan program kesehatan
4. Memberdayakan pasien, keluarga dan masyarakat
P
R
O
G
R
A
M
23. ISU STRATEGIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN
(MENURUT DIMENSI MUTU)
6
5
3
1 2
4
EFFECTIVE
1. Sistem monev untuk menilai efektivitas program peningkatan mutu blm berjalan baik
2. Peran & tanggungjawab organisasi pusat & daerah blm jelas
3. Pemanfaatan data untuk pengambilan keputusan belum jelas
SAVE
1. Mutu & KP belum menjadi budaya yang berkelanjutan
2. Sarpras blm sepenuhnya mendukung KP & berpotensi menyebabkan
insiden KP
3. Tata kelola klinis & PNPK belum sepenuhnya dipatuhi
PEOPLE - CENTERED
1. Masih ada beberapa kepentingan yg diutamakan pd pelayanan pasien
sehingga mutu & KP bukan yg utama
2. Masih ada Nakes yg blm melibatkan pasien & keluarganya dlm
keputusan terkait proses pengobatan
7
TIMELY
1. Masih ada hambatan akses ke Faskes yg sesuai kebutuhan pasien
2. Masih adanya kebingungan terkait sistem rujukan, rujukan berjenjang
& rujukan kompetensi
3. Waktu kerja dokter yg bersinggungan di beberap Faskes
4. Waktu tunggu lama di unit pelayanan Faskes
EQUITABLE
1. Jumlah & distribusi Faskes & Nakes belum merata INTEGRATED
1. Berbagai Lembaga mengembangkan indikator & tidak terintegrasi
2. Sistem informasi yg beragam & tidak terintegrasi
3. Tata kelola & regulasi terfragmentasi, belum spesifik
4. Pengelolaan pasien yg melibatkan interprofesi kurang berjalan baik
EFFICIENT
1. Tools untuk kendali mutu & kendali biaya seperti clinical pathway & audit medis belum sepenuhnya
dilaksanakan
2. Terdapat beberapa potensi fraud di era JKN yg dilakukan oleh Nakes
24. DEFINISI MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Tingkat Layanan Bagi Individu Dan Populasi Yang Dapat
Meningkatkan Keluaran (Outcome) Kesehatan Yang Optimal,
Diberikan Sesuai Dengan Standar Pelayanan, Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Terkini Serta Memperhatikan Hak Dan
Keterlibatan Pasien-masyarakat.
(The degree to which health services for individuals and populations increase
the likelihood of desired health outcomes and are consistent with current
professional knowledge (IOM, 2001) )
28. Mekanisme Penjaminan Mutu
• Registrasi
Ijin pendiriaan
•Lisensi
•Otorisasi yang diberikan Pemerintah
kepada individu / organisasi utk
melakukan praktek profesinya
• Organisasi telah memenuhi standar
minimal kesehatan dan keselamatan
Ijin Operasional
Pendampingan
Akreditasi
•Menilai dan memberikan pengakuan
bahwa organisasi telah memenuhi
standar yang ditetapkan
•Standar akredtasi : kondis optimal &
dapat dicapai serta dirancang utk
mendorng upaya peningkatan mutu
berkelanjutan dalam organisasi
Akreditasi
Reakreditasi
29. KOMPETENSI
FASYANKES
Sarana
PELAYANAN
KESEHATAN
Prasarana Alat Kesehatan
Farmasi
Sumber Daya Kesehatan
Mutu melalui
akreditasi RS
KOMPETENSI
PROFESIONAL
KOMPETENSI
MANAJERIAL
KEPEMIMPINAN
KLINIS
KEMAMPUAN
TEKNIS MEDIS
DISTRIBUSI
AKSES DAN MUTU
KOMPETENSI
INTERPROFESIONAL
Sistem Pelayanan
dan sistem
rujukan
STANDAR
PELAYANAN
KESEHATAN
PMK 1438 TAHUN 2010
IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN
PRAKTIK KEDOKTERAN
PENATAAN KOMPETENSI FASKES
29
30. KEBIJAKAN MUTU &
AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
UU 36 /2009 TENTANG KESEHATAN
• PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DILAKSANAKAN SECARA BERTANGGUNG JAWAB, AMAN, BERMUTU, SERTA MERATA & NON
DISKRIMINATIF (PS 19)
• PEMERINTAH WAJIB MENETAPKAN STANDAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN, PASAL 55 (1)
• STANDAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) DIATUR DENGAN PERATURAN PEMERINTAH (PS 55 AY 2)
MUTU KESELAMATAN PASIEN
PMK 11/2017
Pasal 5
AYAT 1.
SETIAP FASKES WAJIB
MENYELENGGARAKAN
KESELAMATAN PASIEN
Ayat 2.
Pembentukan sistem
pelayanan yang menerapkan:
a. Standar keselamatan
pasien
b. Sasaran keselamatan
pasien
c. Tujuh langkah menuju
keselamatan pasien
Pasal 3 (1)
Setiap Fasyankes wajib
menyelenggarakan K3 di
Fasyankes
Pasal 11 (4)
Penilaian eksternal K3 di
Fasyankes sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan melalui akreditasi
Fasyankes sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
TERMASUK PASIEN
PMK 75/2014
PASAL 39
(1) Dalam Upaya
Peningkatan Mutu
Pelayanan,
Puskesmas Wajib
Diakreditasi Secara
Berkala Paling Sedikit
3 (Tiga) Tahun Sekali.
PMK 27/2017
PASAL 3
(1) Fasilitas Pelayanan
Kesehatan harus
melaksanakan PPI.
(2) PPI sebagaimana
dilaksanakan melalui
penerapan:
• prinsip kewaspadaan
isolasi (kewaspadaan
standar dan berdasarkan
transmisi);
• penggunaan antimikroba
secara bijak; dan
• bundles
PPI
31. KERANGKA KEBIJAKAN DAN STRATEGI MUTU NASIONAL
YANG DIREKOMENDASIKAN WHO
Sumber: Handbook for national quality policy and strategy: a practical approach for developing policy and strategy to improve quality of care. Geneva: World Health organization; 2018
Saat ini Kementerian Kesehatan sedang menyusun dokumen
Kebijakan dan strategi mutu nasional
32. BUDAYA
MUTU… “AN ORGANIZATION WICH CREATE A
WORKING ENVIRONMENT”:
WICH IS OPEN
PARTICPATIVE
WHERE IDEAS
AND GOOD
PRACTICE SHARE
WHERE
EDUCATION AND
RESEARCH ARE
VALUE
WHERE BLAME
IS USED
EXEPCIONALLY
33. Reaksi Organisasi Terhadap Akreditasi
Pemberitahuan
Panik
Bongkaran /
Lembur
Penilaian
Komitmen
Dekomitmen
Pemberitahuan
Merapikan
Penilaian
Melanjutkan
Hidup?
37. 6
142
525
DISTRIBUSI KELULUSAN
PUSKESMAS REAKREDITASI
PER 30 SEPT 2019
TURUN TETAP NAIK
DARI 673 PUSKESMAS YANG
REAKREDITASI SEBANYAK 525 (80%)
MENGALAMI PENINGKATAN STATUS
KELULUSAN
• 62 (11,8%) LULUS PARIPURNA
• 320 (61 %) LULUS UTAMA
• 143 (27,2%) LULUS MADYA
PER 30 SEPTEMBER 2019
38. 60
44,9
30,2 32,2
28,1
34
43,6
58,5
56,2 55,7
4
10 10,6 10,8
14,7
2 1,4 0,6 0,8 1,50
10
20
30
40
50
60
70
TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019
TREND TINGKAT KELULUSAN AKREDITASI PUSKESMAS
(DALAM PERSENTASI)
DASAR MADYA UTAMA PARIPURNA
TREND TINGKAT KELULUSAN AKREDITASI PUSKESMAS
PER 30 SEPTEMBER 2019
• TREND KELULUSAN DASAR DAN MADYA CENDERUNG MENURUN SEMENTARA TINGKAT
KELULUSAN UTAMA DAN PARIPURNA CENDERUNG MENINGKAT
• TREND TERSEBUT MENUNJUKAN ADANYA PROSES PERBAIKAN MUTU DI PUSKESMAS
41. DASAR PERUBAHAN STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS
• SIMPLIFIKASI
• PRIORITAS KESEHATAN
NASIONAL
• UKM ESENSIAL
• PERATURAN
PERUNDANGAN
• ISSUE2 GLOBAL
• STANDAR PRIMARY
HEALTH CARE - JCI
BAB 1. KEPEMIMPINAN DAN
MANAJEMEN PUSKESMAS (KMP)
BAB 2. PENYELENGGARAAN UPAYA
KESEHATAN MASYARAKAT
(UKM)
BAB 3 . PENYELENGGARAAN UPAYA
KESEHATAN PERSEORANGAN
DAN PENUNJANG (UKPP)
BAB 4. PROGRAM PRIORITAS NASIONAL
BAB 5. PENINGKATAN MUTU
PUSKESMAS (PMP)
9 BAB, 42 STANDAR, 168 KRITERIA, 776 EP 5 BAB, 37 STANDAR, 132 KRITERIA, 510 EP
43. Surveior
Kepemimpinan Manajeman
Kesehatan
Surveior
Upaya Kesehatan Perseorangan &
Penunjang
• Kepemimpinan & Manajemen
Puskesmas
• Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat
• Program Prioritas Nasional
• Peningkatan Mutu Puskesmas
• Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Perseorangan Dan Penunjang
• Program Prioritas Nasional
• Peningkatan Mutu Puskesmas
STANDAR & INSTRUMEN AKREDITASI PUSKESMAS TAHUN 2019
293 EP Atau 265 EP Atau 293 EP 203 EP Atau 231 EP Atau 231 EP
44. Pembawa Perubahan Perbaikan Fasilitas Kesehatan
PPI
SKP
K3
Mutu
PPN
PIS-PK
Upaya Kesehatan
Perseorangan
Manajemen
Puskesmas
Upaya Kesehatan
Masyarakat
MFK
45. Peningkatan Kompetensi Surveior
Standar & Instrumen Akreditasi Puskesmas Tahun 2019
SUCCESS UJI
KOMPETENSISTANDAR EDISI 1 TAHUN 2015
9 BAB 776 EP
MANAJEMEN PUSKESMAS
MANAJEMEN PROGRAM
PROGRAM PRIORITAS NASIONAL
PIS-PK
MFK
MUTU
K3
SKP
PPI
Surveior Akreditasi FKTP
Tersertifikasi SIAP 2019
47. Pentingnya perubahan untuk menuju kondisi
lebih baik
KATALIS
Pemberi alternatif solusi terhadap kendala
dalam melakukan perubahan
PEMBERI SOLUSI
Membina hubungan pihak – pihak terkait
dalam proses perubahan
MEDIATOR
Menghubungkan pegawai dengan pemangku
kebijakan
PENGHUBUNG SUMBER DAYA
Vision
Energizing People
Communication
Charisma
Competence7
ROLE MODEL
48. Kesimpulan
• Kualitas pelayanan adalah jawaban yang
mutlak dalam rangka mempertahankan
eksistensi mutu pelayanan
• Surveior akreditasi FKTP harus dapat terus
meningkatkan kompetensinya terhadap ilmu
dan pengetahuan serta penggunaan teknologi
• Surveior akreditasi FKTP harus menjadi Agent
Of Change untuk fasilitas kesehatan yang di
survei maupun fasilitas kesehatan di domisili
surveior
Presiden RI Bapak Joko Widodo, dalam Pidatonya mengenai Visi Indonesia pada tanggal 14 Juli 2019 menyatakan bahwa Pembangunan SDM menjadi kunci masa depan Indonesia. Titik awal pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah, menurunkan stunting-kematian ibu-kematian bayi, meningkatkan kualitas pendidikan, vokasi, membangun lembaga manajemen talenta Indonesia, dan mendukung diaspora bertalenta tinggi. Golongan tersebut merupakan peluang emas untuk mencetak SDM Indonesia yang unggul ke depan. Oleh karenanya fokus prioritas pembangunan kesehatan diarahkan untuk menyiapkan generasi emas Indonesia.
Ada 7 Fokus Pembangunan atau Arah Kebijakan dalam dalam RPJMN 2020 – 2024 terkait Peningkatan SDM Berkualitas dan Berdaya saing
yang terkait kesehatan adalah pada arah kebijakan 3 meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta (UHC).
Bapak dan Ibu sekalian, berikut adalah Tema RPJMN ke – 4 sebagaimana tercantum dalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL 2005 – 2025 yaitu Indonesia Berpenghasilan menengah – tinggi yang sejahtera adil dan berkesinambungan dengan pengarusutamaan pada Kesetaraan Gender, Pembangunan Berkelanjutan, Tata Kelola, Moda Sosial Budaya dan Pembangunan Transformasi Digital.
Membangun Kemandirian, menjamin Keadilan, dan Menjaga Keberlanjutan perlu diperhatikan sebagai kaidah penyusunan rencana pembangunan jangka menengah. Dari ke – 7 Prioritas RPJMN IV 2020 – 2024, Sektor kesehatan memiliki peran dan tanggungjawab pada prioritas ke – 3: Meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing.
Dalam Kerangka Pikir Pembangunan SDM – RPJMN 2020 – 2024.
Dengan Prioritas Nasional Peningkatan SDM Berkualitas dan berdaya saing
Untuk mencapai manusia yang berkualitas dan berdaya saing saing dengan SDM sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil dan bermartabat dipopang oleh 3 piliar anatara lain :
Layanan Dasar dan Perlindungan Soaisal, Produktifitas dan Pembangunan Karakter.
Dimana Kesehatan menopang dan bagian dari Layanan Dasar dan Perlindungan Sosial
Ada 7 Fokus Pembangunan atau Arah Kebijakan dalam dalam RPJMN 2020 – 2024 terkait Peningkatan SDM Berkualitas dan Berdaya saing
yang terkait kesehatan adalah pada arah kebijakan 3 meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta (UHC).
Kementerian Kesehatan bertanggungjawab terkait dalam 2 program priotitas dan kegiatan prioritas yang terkait penguatan pelaksanaan perlindungan sosial yaitu JKN dan bantuan sosial dam subsidi tepat sasaran
Kemudian dalam program priotitas dan kegiatan prioritas yang terkait akses dan mutu pelayanan kesehatan yaitu peningkatan kesehatan Ibu Anak KB dan kesehatan reproduksi, Percepatan perbaikan gizi masyarakat, peningkatan pengendalian penyakit, penguatan Germas, penguatan pelayanan kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.
Kegiatan priotas untuk program prioritas peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan adalah terdiri dari 5 prioritas sebagaimana tercantum dalam slide berikut ini
Arah kebijakan RPJMN lima tahun mendatang adalah :
Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care); dan
Peningkatan upaya promotif dan preventif yang didukung oleh inovasi dan teknologi. Kita sadari, investasi kesehatan itu jauh lebih penting dibandingkan dengan apabila telah terjadi suatu kesakitan. Untuk itu, upaya promotif dan preventif menjadi fokus utama pada RPJMN 2020 – 2024.
Ada 5 strategi dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju UHC yaitu
Peningkatan KIA, KB dan Kespro
Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat
Peningkatan Pengendalian Penyakit
Penguatan Germas
Penguatan Siste Kesehatan dan POM
Adapun sasaran pokok RPJMN 2020 – 2024 antara lain penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan prevalensi stunting, presentase FKTP dan RS terakreditasi:
Mayor project pembangunan sectoral untuk 5 tahun ke depan diarahkan kepada percepatan penurunan angka kematian Ibu dan Stunting. Untuk itu berbagai proyek2 strategis yang terintegrasi dengan melibatkan K/L; Pusat – Daerah – BUMN dan mayarakat harus difokuskaN dalam penurunan AKI dan Stunting tersebut.
Salah satu Arah Kebijakan dan Strategi yang ditetapkan untuk Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang difokuskan pada peningkatan upaya kesehatan masyarakat sebagai elemen pokok dari pelayanan kesehatan dasar yaitu penyempurnaan sistem akreditasi pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta yang digunakan sebagai acuan pemenuhan standar fasilitas pelayanan kesehatan
INDIKATOR KINERJA PROGRAM
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
AKTIFITAS : Pembinaan Mutu & Akreditasi Yankes
Segala upaya yang dilaksanakan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dimulai dari pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional, penguatan akses terhadap pelayanan kesehatan, serta usaha promotif dan preventif ditujukan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Peningkatan derajat kesehatan mampu mendorong produktivitas dan kualitas hidup masyarakat, generasi masa depan mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan angka harapan hidup dan indeks pembangunan manusia dari tahun ke tahun sebagaimana pada tabel diatas.
Perlu diketahui bahwa apabila dikaitkan dengan kualitas SDM, maka memanjangnya Umur Harapan Hidup saja tidak cukup
Yang penting adalah diperolehnya Umur yang Panjang tetapi Sehat Terus
Dari Grafik ini, tampak bahwa semakin tinggi Umur Harapan Hidup, maka Tahun Hidup dengan menyandang sakit dan disabilitas akan semakin naik
Dalam intervensi pembangunan kesehatan, maka tujuan yang ingin diraih adalah memanjangnya Umur Harapan Hidup tetapi juga diupayakan Tahun Hidup dengan Sakit dan Disabilitas juga semakin mengecil
Bapak dan Ibu,
WHO mendefinisikan, Universal health coverage sebagai sistem kesehatan yang bertujuan memastikan setiap warga memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bermutu dengan biaya terjangkau
World Health Organization (WHO) menambahkan bahwa 4 dimensi dalam pencapaian Universal Health Coverage yang digambarkan melalui kubus/gambar di atas. Ketiga dimensi Universal Health Coverage dapat diterjemahkan sebagai berikut yaitu:
1.seberapa besar jumlah penduduk yang dijamin,
2.seberapa lengkap pelayanan kesehatan yang dijamin
3.seberapa besar proporsi biaya langsung yang masih ditanggung oleh penduduk maksudnya semakin banyak dana yang disediakan, maka semakin banyak pula penduduk yang terlayani, sehingga semakin komprehensif paket pelayanannya serta semakin kecil proporsi biaya yang harus ditanggung oleh penduduk
4. Bagimana mutu pelayanan kesehatan (what is the quality of services delivered)
Sistem pembiayaan kesehatan yang tepat untuk suatu negara adalah sistem yang mampu mendukung tercapainya UHC
UHC dapat di capai secara bertahap, dimana pentahapan cakupan universal sangat dipengaruhi oleh dukungan politik konsensus penduduk, dan kemampuan keuangan suatu negara.
Dan di Indonesia mengembangkan UHC melalui mekanisme
asuransi kesehatan sosial untuk menjamin pembiayaan kesehatan yang yang berkelanjutan.
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan 70% ibu hamil telah melakukan pemeriksaan kehamilan K4, meningkat menjadi 73% tahun 2016 dan 74,1% pada tahun 2018.
Cakupan persalinan di fasyankes memiliki tren peningkatan dari 66,7% pada tahun 2010 menjadi 79,3% pada tahun 2018.
Cakupan indikator kesehatan ibu menunjukkan peningkatan tetapi tidak disertai dengan perbaikan AKI mengindikasikan masih rendahnya tata kelola dan kualitas pelayanan ANC dan persalinan, sistem rujukan yang tidak efektif serta ketidaksiapan FKTP mendeteksi ibu hamil dengan risiko tinggi dan stabilisasi ibu hamil sebelum dirujuk ke FKRTL.
1. Akses dan mutu pelayanan kesehatan
Selama dekade terakhir, jumlah fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia tenaga kesehatan telah menunjukkan peningkatan yang berarti. Namun demikian, terdapat tantangan terutama untuk distribusi fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia sehingga menimbulkan kesenjangan antar wilayah di Indonesia. Demikian pula dalam ketersediaan sarana dan prasarananya, input fasilitas pelayanan kesehatan masih bervariasi. Mutu pelayanan kesehatan telah menjadi agenda penting di bidang pelayanan kesehatan. Terlepas dari jumlah regulasi yang cukup banyak yang mengatur mengenai mutu pelayanan kesehatan, belum tersedia definisi mutu pelayanan kesehatan yang seragam serta dimensi mutunya. Hal ini dapat berimplikasi pada pengukuran mutu yang belum mengarah pada dimensi mutu yang menjadi komitmen program.Berbagai program kesehatan menggunakan indikator berbasis cakupan, namun belum menetapkan mutu dari cakupan tersebut.
2. Ketersediaan dan kepatuhan terhadap standar mutu klinis dan keselamatan pasien
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan klinis yang terstandar dan keselamatan pasien telah semakin nyata, didukung pula oleh pembiayaan dengan sistem jaminan kesehatan nasional. Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer maupun rujukan tingkat lanjutan dituntut untuk memberikan pelayanan sesuai dengan standar mutu klinis dan mengutamakan keselamatan pasien. Untuk itu, ketersediaan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran dan Panduan Praktek Klinis yang dapat diakses dengan mudah sangat dibutuhkan untuk implementasinya, agar dapat meminimalkan variasi dalam pemberian layanan ke masyarakat. Implementasi keselamatan pasien-masyarakat telah menjadi dorongan kuat dalam pelayanan di rumah sakit, akan tetapi implementasi di pelayanan kesehatan primer dalam layanan promotif hingga rehabilitatif serta integrasinya dalam melaksanakan program-program kesehatan masih terbatas. Selain itu, belum tersedia sistem pemantauan, evaluasi dan umpan balik kepatuhan penyedia layanan kesehatan dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan sesuai standar minimal yang telah ditetapkan.
20
3. Budaya mutu di fasilitas kesehatan dan program kesehatan
Berbagai upaya peningkatan mutu telah diterapkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan pendekatan yang berbeda dari waktu ke waktu serta belum digerakkan pada seluruh jenis fasilitas pelayanan kesehatan. Meskipun akreditasi diwajibkan dalam regulasi, akan tetapi belum seluruh fasilitas pelayanan kesehatan terakreditasi. Pemahaman akan standar akreditasi masih bervariasi di antara pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, serta akreditasi belum sepenuhnya mendorong budaya mutu di fasilitas pelayanan kesehatan. Tantangan dalam budaya mutu juga terdapat pada implementasi berbagai program-program kesehatan serta perlu adanya ukuran untuk budaya mutu.
4. Peran dan pemberdayaan pasien, keluarga dan masyarakat
Pasien, keluarga dan masyarakat merupakan mitra yang perlu dilibatkan dan diberdayakan dalam pelayanan dan program kesehatan. Selain pemberian pelayanan dan pelaksanaan program kesehatan yang telah didorong agar berfokus pada manusia (people-centered), pemahaman dan sikap pasien, keluarga dan masyarakat terhadap pelayanan dan program kesehatan yang diberikan menjadi esensial untuk keterlibatan dan perannya dalam pengambil keputusan bersama. Namun literasi pasien, keluarga dan masyarakat terhadap kesehatan secara umum dan mutu pelayanan-keselamatan pasien secara spesifik serta keinginan untuk terlibat aktif dalam pengambilan keputusan akan pelayanan yang diterima masih belum memadai. Tantangan ini diperbesar dengan sikap dan perilaku tenaga kesehatan yang secara umum belum memberikan informasi secara efektif serta ketersediaan informasi yang terbatas.
5. Penguatan tata kelola, struktur organisasi mutu dan sistem kesehatan lainnya
Implementasi sistem jaminan kesehatan nasional di Indonesia sejak tahun 2014 telah membuka akses pelayanan kesehatan secara luas kepada masyarakat dengan target seluruh masyarakat tercakup pada tahun 2019. Intervensi ini telah meminimalkan hambatan finansial masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan, yang perlu diikuti dengan upaya agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan yang bermutu. Peran dan tanggung jawab organisasi di pusat dan daerah terkait mutu dan mutu klinis serta antar para pemangku kepentingan (misalnya Kementerian Kesehatan dan jajarannya, BPJS dan lembaga regulasi independen) perlu dipertegas. Selain itu regulasi umum yang mengatur mengenai definisi dan dimensi mutu pelayanan kesehatan (di berbagai jenis fasilitas pelayanan kesehatan dengan berbagai status kepemilikan) yang spesifik
21
belum tersedia. Konsekuensinya definisi dan dimensi mutu tidak seragam di berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Komitmen pemerintah pusat, daerah dan pemangku kepentingan
Dalam era desentralisasi, pembiayaan upaya peningkatan mutu sangat bergantung pada alokasi dari pemerintah pusat dan daerah, serta penganggaran di fasilitas pelayanan kesehatan. Pendanaan untuk upaya peningkatan mutu yang memadai dapat mencegah biaya mutu yang tidak perlu akibat mutu yang rendah atau insiden keselamatan pasien. Akreditasi pelayanan kesehatan yang bersifat wajib belum diikuti dengan komitmen pemerintah daerah yang tinggi. Hal ini dapat menjadi ancaman dalam keberlangsungan pembiayaan pelayanan kesehatan di era sistem jaminan kesehatan nasional. Pada daerah yang mempunyai kapasitas pembiayaan kesehatan yang terbatas, maka alokasi pemerintah pusat menjadi penentu keberlangsungan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Advokasi upaya peningkatan mutu perlu digerakkan oleh berbagai pemangku kepentingan yang terkait termasuk lembaga swadaya masyarakat.
7. Data, indikator, sistem informasi dan pengembangan-pemanfaatannya
Saat ini berbagai lembaga mengembangkan indikator mutu yang berbeda dan tidak saling terintegrasi. Situasi ini menimbulkan beban yang cukup tinggi pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, dengan kapasitas sistem informasi yang bervariasi pula. Selain dari indikator mutu, data mengenai mutu pelayanan juga diperoleh dari berbagai survei rutin yang dilakukan oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, lembaga perguruan tinggi dan peneliti, serta pihak penjamin pembiayaan kesehatan. Namun data tersebut belum optimal pemanfaatannya untuk pengambilan keputusan ataupun menunjukkan perkembangan upaya peningkatan mutu secara nasional yang dapat diakses oleh publik. Belum tersedia sistem monitoring evaluasi mutu secara sistematik untuk menunjukkan efektivitas peningkatan mutu.
Perlu ada ukuran untuk budaya mutu
Komitmen PEMDA pada point nomor 6, juga NGO yang intrevensi di RS dalam hal manjemen RS masih sangat minim.
Kedepan, ada Sistem informasi bisa dibuka diseluruh level dan semua bisa melihat dan akses bagaimana sih budaya mutu kita.
Kompetensi profesional: Penampilan tingkah laku dari kumpulan terintegrasi pengetahuan, ketrampilandan sikap dalambentuk karya profesi “kesehatan.
Kompetensi interprofesional:
Penampilan tingkah laku dam bentuk kumpulan terintegrasi dari pengetahuan, ketrampilandan sikap untuk
> Bekerja bersama lintas profesi,dengan tenaga kes lain
Dengan pasien dan keluarga, populasi dan komunitas
Untuk meningkatkan hasil pelayanan
Akreditasi : 78 %
Papripurna + 1.5 %
Utama : 14. 7 %
Madya 55.74
Dasar : 28.1