1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PKLI
PKLI (Praktik Kerja Lapangan Integratif) merupakan kegiatan akademik
yang dilaksanakan oleh mahasiswa UIN Malang Jurusan Teknik Arsitektur.
PKLI merupakan mata kuliah wajib dengan beban 4 SKS yang merupakan
kegiatan praktek kerja lapangan (PKL), penelitian dan juga pengabdian kepada
masyarakat dengan jangka waktu yang ditetapkan dengan prinsip belajar
berkelanjutan yang membarikan makna langsung bagi mahasiswa. PKLI
merupakan bentuk upaya integratif dari pendidikan keilmuan dan pengalaman
lapangan. PKLI bukan sekedar memberikan pengalaman lapangan bagi
mahasiswa, akan tetapi merupakan konsep integratif dari teori, PKL, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat dengan paradigma integrasi sains dan
agama. Konsep PKLI terdiri dari aspek pembinaan profesi/ praktek kerja
lapangan, pengabdian kepada masyarakat dan penelitian. Kegiatan PKLI ini
penguasaan materi sangat berpengaruh dan menentukan kualitas hasil PKL,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Praktik Kerja Lapangan dalam
dunia arsitektur pun diangap mempunyai peran yang sangat penting karena
kegiatan tersebut merupakan dasar bagi mahasiswa untuk mengetahui keadaan
praktek lapangan yang sesunguhnya sebelum kerja yang nyata dalam dunia
kerja arsitektur.
Praktik Kerja Lapangan Integratif ini dilaksanakan di Clubhouse
Amarta Hills Batu. Proyek ini merupakan sebuah bangunan yang kompleks
dengan fungsi dari masing-masing ruang. Clubhouse ini terletak dilokasi yang
strategis dekat dengan wisata-wisata kota Batu tepatnya di Jalan Abdul Gani
Atas, Kota Batu. Clubhouse ini dikelilingi oleh panorama yang spektakuler dari
kontur pegunungan yang mengelilingi kota Batu. Clubhouse ini nantinya akan
digunakan sebagai pusat mobilitasasi bisnis dan tempat beristirahat dengan
layanan kualitas dan privasi yang baik. Pembangunan clubhouse ini
2. direncanakan untuk memfasilitasi bagi para investor dan pengunjung ataupun
turis yang berkunjung dengan menikmati pemandangan Kota Batu. Alasan
memilih proyek ini karena ini merupakan suatu proyek berskala besar dan
terdiri dari 3 lantai. Bangunan ini juga berada di area berkontur sehingga perlu
penanganan khusus mengenai manajemen sistem air kotor dan sistem air
bersihnya terlebih mengenai transportasi vertikal meskipun bangunan ini hanya
memiliki 3 lantai. Alasan lainnya adalah untuk mengetahui pertimbangan
dieskpose atau tidaknya sistem plumbing pada plafond clubhouse serta
mengetahui pertimbangan perletakan sistem transportasi vertikal lift, tangga
dan ramp serta prediksi pola perilaku pengunjung yang akan muncul dengan
adanya sistem transportasi vertikal tersebut.
Tim PKLI dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang melakukan
kegiatan intensif penelitian selama 40 hari kepada pihak Manajemen Konstruksi
CV. Handassa Engineering bagian Utilitas dan ME (Mechanical of
Engineering). CV ini baru dibentuk saat proyek Amarta Hillas akan
dilaksanakan. Pihak owner yang ingin membangun villa kawasan Amarta Hills
memanggil masing-masing personal untuk membentuk tim yang mengawasi
serta memanajeman proyek dari awal perencanaan, pembangunan dan
perawatan. Tim yang dibentuk oleh permintaan owner ini akhirnya membentuk
tim Manajemen Konstruksi yang disebut CV. Handasa Engineering.
Selama 40 hari Tim PKLI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
melakukan secara individu dan kelompok. Penelitian secara individu berupa
pengamatan sistem air kotor dan bekas kotor serta sistem air bersih. Sedangkan
penelitian secara berkelompok yaitu melakukan penelitian berupa sistem
transportasi vertikal.
3. 1.2 Tujuan kerja PKLI
1.2.1 Tujuan Umum
PKLI di proyek Clubhouse Amarta Hills ini memiliki beberapa
tujuan-tujuan umum diantaranya:
1. Menyempurnakan program studi dalam bidang arsitektur di UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang
2. Sebagai tolak ukur keberhasilan penyerapan dan pemahaman
mahasiswa dalam penyerapaan teori yang dapat dalam perkuliahan
dengan kondisi nyata yang ada di lapangan.
3. Memberikan pengalaman kuliah kerja nyata pada setiap mahasiswa
4. Mempelajari proses utilitas pada bangunan salah satu masa berskala
besar.
5. Membandingkan secara langsung antara pekerjaan di lapangan
dan teori keilmuan yang di dapat selama perkuliahan dan
memadukan keduanya.
6. Mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul selama proses
pelaksanaan dan pengawasan dari proyek Clubhouse.
1.2.2 Tujuan Khusus
PKLI di proyek Clubhouse Amarta Hills ini memiliki beberapa
tujuan-tujuan khusus diantaranya:
1. Mengetahui sistem plumbing air bersih dan air kotor dan bekas kotor
di Clubhouse. Serta pertimbangan perletakan sistem plumbing
tersebut secara estetis.
2. Mengetahui sistem dan cara bekerjanya sistem trasportasi vertikal di
Clubhouse.
3. Mengetahui pertimbangan perletakan sistem transportasi vertikal
lift, tangga dan ramp.
4. 1.3 Program Kerja PKLI
Program kerja PKLI ini memiliki kegiatan program umum dan khusus.
Adapun program kegiatannya sebagai berikut:
1.3.1 Program Kerja secara Umum
Selama proses PKLI ada beberapa hal yang dikerjakan, secara
umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengaplikasikan keilmuan arsitektur sesuai dengan tempat atau
lokasi PKL pada bidang pelaksanaan dan pengawasan di proyek
Clubhouse.
2. Survei lapangan dan dokumentasi progres harian dan mingguan.
1.3.2 Program Kerja secara khusus
1. Pengamatan pengerjaan utilitas pipa air bersih : air panas & air
dingin.
2. Pengamatan pengerjaan utilitas air kotor dan air bekas kotor.
3. Pengamatan pengerjaan sistem transportasi vertikal clubhouse.
4. Pengamatan dan studi kelayakan sistem plumbing air kotor dan
bekas kotor
5. Pengamatan dan studi kelayakan sistem transportasi clubhouse.
1.4 Waktu PKLI
PKLI ini dilaksanakan dalam dua fase yaitu fase konstruksi dan fase
finishing. Fase konstruksi dilaksanakan seminggu 6 kali dari pukul 08.00
WIB sampai pukul 16.00 WIB, dari hari Senin tanggal 4 Januari 2016 sampai
hari Sabtu tanggal 6 Februari 2016 . Sedangkan pada fase finishing
dilaksanakan selama seminggu sekali dari pukul 08.00 WIB sampai pukul
15.00 WIB, dari hari Sabtu tanggal 5 Maret sampai hari Sabtu tanggal 10
September 2016.
5. BAB II
KONDISI OBJEKTIF PROYEK PKLI
2.1 Deskripsi Instansi/ Lembaga Profesi
CV. Handasa Engineering Consultant (HEC) memulai jasa layanan
konsultasunya pada bidang arsitektur dan bangunan gedung industri, rumah
sakit, pusat perbelanjaan, bangunan hunian, gedung perkantoran, dan
bidang pemetaan. Seiring dengan bertambahnya waktu, HEC
mengembangkan layanannya pada bidang infrastruktur kewilayahan yaitu
pada bidang-bidang : jalan raya dan jembatan, sumber daya air,
pengendalian banjir dan drainase, air bersih, sanitasi dan teknik lingkungan.
2.1.1 Nama dan Latar Belakang atau Sejarah Singkat Perusahaan
Meningkatnya kebutuhan hidup mendorong timbulnya berbagai
jenis usaha, baik dalam bidang pembangunan maupun dalam bidang
manajemen. Mengacu pada kondisi tersebut, pada tahun awal berdiriannya
CV. HANDASA ENGINEERING CONSULTANT berbuah dari ide para
ahli dalam bidang bangunan, sehingga perusahaan ini dalam
mengembangkan diri sebagai perusahaan yang bergerak di bidang konsultan
dan perlu kerja sama dengan perusahaan-perusahaan konsultan terkemuka
sebagai langkah awal yang harus diambil dan sekaligus merupakan modal
dasar dari pengembangan selanjutnya. Keberhasilan dalam mencapai
sasaran pada tahap awal tersebut, mendorong perusahaan untuk
mengembangkan kemampuannya secara mandiri sebagai perusahaan
konsultan profesional. Dilandasi atas kebutuhan tersebut, maka pada tahun
2013 dibentuk badan usaha yang bergerak dalam bidang Jasa Konsultan
dengan nama CV. HANDASA ENGINEERING CONSULTANT sebagai
jawaban atas kebutuhan hidup dan permintaan pasar dunia jasa konstruksi.
Perusahaan ini memiliki SDM yang berkualifikasi ahli sesuai bidangnya
sehingga mampu mengekspresikan karyanya di bidang perencanaan,
pengawasan, manajemen pekerjaan jasa konstruksi.
6. 2.1.2. Lingkup Layanan Perusahaan beserta pengalaman-pengalamannya
Lingkup proyek yang dilayani oleh CV. HANDASA ENGINEERING
CONSULTANT mencakup pada bidang
1. Perencanaan dan perancangan
Pre-desain, master plan, pengembangan desain, detailed engineering
design (DED), spesifikasi teknis dan estimasi biaya proyek.
2. Management Konstruksi dan Supervisi
Procurement rekanan konstruksi & evaluasi tender, pengawasan
pelaksanaan konstruksi & fabrikasi, managemen konstruksi dan
managemen proyek.
3. Survey
Jasa survei teritis, survei penginderaan jarak jauh/ fotogrametri,
survei hidrologi dan investigasi teknik.
4. Studi kelayakan dan Appraisal
Analisa situasi, kelayakan finansial, kelayakan operasi dan jasa
penilai.
5. Engineering, Procurement & Contruction (EPC)
2.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam pelaksanaan proyek, ada suatu organisasi lapangan yang bertindak
sebagai penggerak agar proyek tersebut berjalan secara efektif. Demikian pula
dalam proyek pembangunan Club House Amarta Hills Kota Batu empat
pelaksanaan PKLI yang melibatkan banyak pihak didalamnya dan tidak hanya
berdiri dari satu instansi melainkan terdiri dari berbagai instansi serta memiliki
fungsinya masing-masing dalam menyukseskan kinerja proyek agar kualitas tetap
terjaga dan waktu pengerjaanya tepat sasaran.
7. Adapun susunan struktur organisasi lapangan pada proyek Club House
Amarta Hills Kota Batu sebagai berikut:
Sumber :
Company Profile HEC 2016
2.1.4. Cara Perusahaan mendapatkan proyek yang menjadi kajian
Prosedur dan Proses Pelelangan Tender
Proses dan prosedur pelelangan dapat dijelaskan dengan diagram sebagai
berikut :
1. Prakwalifikasi
Drs BambangS., ST., MT
Direktur
Indyah Kusdarini
Ka. Bag.
Keuangan
Dr. R. Su
gandi, MT.
Project
Management
Ichsan Pamuji
Ka. Bag.
Administrasi
Ir. Joko
Wahono
Ka. Bag.
Gedung
Ir. Edi
Santoso, MT.
Ka. Bag.
Dermaga dan
Bandara
Ir. Susilo, MT
Ka. Bag.
MEP dan
Power Plan
Ir. Henri
Siswanto, MT.
Ka. Bag. Jalan
dan Jembatan
Parmo, St.,
MT.
Ka. Bag.
Quantity
Survey
Ir. Rinto
Sasongko MT.
Ka. Bag.
Surveyor
Ir.
Mangku
Didik P
Engineer
Ir. Saiful
Inspector
Ir Toni
Hartono
Engineer
Ir.
Yulianto
Inspector
Taufiq
Baskoro
Engineer
Angga
Ferdanata
Inspector
Saiful
Anam,
A.Md.
Mechanic
al
Ghufron
Rahmad
ani
Elecrical
Yhouga
AM, S.T
Estimator
Ir. Titi
Rahayuni
ngsih,
M,Si
Engineer
Amalia
R, S.T
Contract
Muh.
Muchlis,
S.T
Surveyor
8. Untuk mengidentifikasikan kemampuan dan ruang lingkup pekerjaan,
maaka diperlukan prkwalifikasi badan-badan organisasi seperti konsultan
perencana, pengawas maupun pemborong. Yang dimaksud dengan
kemampuan dapat dijabarkan seperti : modal kerja, jumlah tenaga ahli kerja,
jumlah peralatan, pengalaman kerja dan fasilitas kerja. Sedangkan ruang
lingkup pekerjaan meliputi bidang-bidang keahlian pekerjaan yang dikuasai
oleh badan-badan tersebut.
2. Pengumuman Pelelangan
Cara yang dipakai untuk mengumumkan pelelangan sebuah proyek
biasanya memakai iklan di media massa yang ditujukan kepada publik
seperti misalnya lewat surat kabar, majalah teknis profesi dan lain
sebagainya. Bila proyek nya bersifat internasional, maka iklannya dibuat
dalam bahsa inggris dan juga lewat bantuan kedutaan asing yang ada.
3. Penjelasan Pekerjaan
Pertemuan ini diadakan untuk bertatap muka antara para peminat
pekerjaan/calon kontraktor dengan pihak pemilik. Dalam hal ini pemilik
diwakili oleh konsultan perencana. Biasanya untuk proyek-proyek
pemerintah rapat ini diselenggarakan oleh panitia pelelangan. Pembicaraan
berkisar kepada dua bidang yaitu bidang adnistratif dan bidang teknis
proyek.
4. Pembukaan tender
Pada hari yang telah ditentukan, semua calon peserta membawa
penawarannya dan dimasukkan ke dalam kotak pelelangan yang telah
disediakan dan dilakukan sebelum tender dibuka. Pada jam yang telah
ditentukan dimana pemasukan surat-surat penawaran dinyatakan ditutup,
baru masing-masing amplop penawaran dibuka satu persatu di hadapan
yang hadir.
5. Proses evaluasi tender
9. Pada proyek-proyek besar, kadang-kadang terdapat data penawaran
yang meragukan dan umumnya calon kontraktor dimintai keterangan secara
tertulis (clarification letters). Jangka waktu evaluasi bisa memakan waktu
beberapa hari atau lebih. Sistem evaluasi bisa bermacam-macam caranya
dan umumnya cara yang banyak dipakai yaitu dengan cara sistem
bobot/sistem skoring.
6. Penetapan dan pembukaan pemenang
Untuk proyek-proyek pemerintah, berdasarkan hasil evaluasi diatas,
maka Panitia pelelangan mengumumkan hasilnya. Bila tidak ada sanggahan
atau penolakan atau apabila semua sanggahan telah dijawab maka tugas
panitia Pelelangan telah selesai. Pada akhirnya pelelangan tender
proyek Amarta hills Clubhouse ini dimenangkan oleh PT. Sinar Waringin
Adikarya.
Proses pemilihan manajemen konstruksi dari owner:
Owner mengundang calon-calon MK untuk diberi penjelasan rencana
proyek.
Calon-calon MK memberikan proposal kepada owner yang akan
menjelaskan pelayanan yang dapat ia berikan kepada owner. Isi proposal
tersebut berisi:
Keahlian-keahlian yang dimiliki.
Berisi masalah-masalah yang dihadapi oleh owner dan
pengetahuannya tentang proses-proses manajemen konstruksi.
Lampiran Curriculum Vitae (CV) dari anggota tim yang akan
menangani proyek.
Pengalaman-pengalaman (para tenaga ahli MK) pada proyek yang
ada hubungannya dengan proyek owner atau proyek-proyek lain.
Penghargaan akademis atau profesi yang diperoleh.
Kemudian calon-calon MK mempresentasikan isi proposal tersebut kepada
owner.
10. Pemilihan MK oleh Owner untuk menangani proyek. Dalam memilih
perusahaan konsultan MK ada dua cara yang dilakukan oleh owner:
Owner mencari informasi, meneliti dan menentukan sendiri
perusahaan MK yang menurutnya mampu memberikan kualitas
pelayanan profesional yang terbaik melalui proposal yang diajukan
dan dipresentasikan oleh perusahaan MK.
Calon MK menghadap langsung kepada owner sebelum proposal
diberikan. Pada umumnya owner lebih tertarik menghadapi calon
yang akan menangani proyek sebelum dipilih, sehingga owner dapat
langsung mendiskusikan proyek dengan key person dan dapat
langsung menilai perusahaaan MK.
Menyiapkan daftar konsultan perencana yang kira-kira sesuai
keinginan, berpengalaman serta mempunyai keahlian.
Setelah terpilihnya MK, MK sebagai koordinator dalam interview
atau wawancara antara owner dengan pihak konsultan perencana. Isi
dalam interview ini berisikan informasi:
1. Data perusahaan konsultan perencana.
2. Reputasi profesional.
3. Pengalaman-pengalaman dalam penanganan proyek sejenis.
Jika tidak satupun memenuhi persyaratan MK menyarankan owner menolak
semua dan membuat daftar baru konsultan perencana lainnya.
Jika owner telah menunjuk konsultan perencana maka tugas MK membuat
dokumen kontrak yang berisikan:
Kesepakatan terhadap program pekerjaan yang akan dikerjakan
konsultan perencana.
Besarnya budget proyek.
Time schedule pekerjaan.
2.2 Informasi dan referensi tentang proyek
Pengertian club house adalah “perkumpulan orang-orang yang
mempunyai minat yang sama dan bertemu untuk bersenang-senang”
(Leisure) yang dapat digunakan sebagai tempat santai, makan, minum
11. dengan sesama lain yang biasanya berkaitan dengan fasilitas olahraga
tertentu dan bersifat rekreatif.
Club house merupakan fasilitas umum, kawasan fasilitas umum,
merupakan kawasan yang didominasi pemanfaatan ruangnya sebagai
tempat untuk melakukan aktifitas sosial dan pelayanan umum kepada
masyarakat. Kebutuhan sosial ini dapat dipenuhi apabila ada sarana berupa
ruang bersama yang dapat menunjang terjadinya interaksi sosial. Fungsi
club house yaitu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan berinteraksi
sosial dengan sesama masyarakat yang lain untuk melakukan kegiatan
rekreasi dan olahraga. Fakta menunjukan persyaratan bangunan club house
haru menyediakan dua fasilitas utama yaitu area golf yakni area untuk
bermain golf dan menyediakan peralatan golf serta area sosial, dimana pada
dasarnya merupakan area untuk berkumpul orang-orang seperti restoran,
café, bar dan yang lainnya atau singkatnya sebuah bangunan club house
harus mempunyai suatu ruangan yang dapat dipakai untuk menggunakan
kegiatan sosial (John and Heard, 1981). Pada prinsipnya club house
merupakan club komersial, tetapi club komersial ini berkembang terus
untuk memenuhi kebutuhan sosial yaitu mengembangkan fasilitas olahraga
selain golf dan tempat melakukan aktivitas sosial (John and Heard, 1981).
12. 2.2.1. Latar Belakang Proyek
Lokasi Club House Amarta Hills berada di Jl. Abdul Ghani Atas
Kota Batu.
Gambar 2.2 Lokasi Pelaksanaan PKLI pada pembangunan Club House Amarta Hills Kotas Batu
Sumber : Google Map, 2016
Perusahaan CV Handasa Engineering mendapatkan proyek
berdasarkan permintaan dan kepercayaan owner. Pihak owner yang
meminta secara langsung kepada perusahaan untuk menjadi pihak
Manajemen Konstruksi dalam proyek owner. Pengalaman kerja perusahaan
Handasa yang dipercaya oleh owner karena memiliki kompeten pada
pengerjaan proyek sebelumnya dalam membangun proyek Condotel.
Berawal dari proyek Condotel perusahaan CV Handasa menjadi
13. kepercayaan owner untuk menagemen proyek kedua yaitu club house yang
masih berlokasi sama dengan Condotel.
2.2.2. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
Dalam pelaksanaan suatu proyek Club House Amarta Hills adanya
suatu oganisasi pelaksanaan yang merupakan tata kerja untuk menunjang
keberhasilan proyek. Organisasi dalam arti badan dapat
didefinisikan sebagai kelompok orang yang bekerjasama dalam suatu
kelompok-kelompok kerja yang saling terkait, bertanggung jawab dan
bekerjasama secara harmonis untuk mencapai tujuan tertentu.
Organisasi merupakan komponen yang sangat penting dalam
pengendalian dan pelaksanaan proyek. Suatu organisasi proyek yang baik
harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Terjadi hubungan yang harmonis dalam kerjasama.
b) Terjadi kerjasama berdasar hak, kewajiban dan tanggung jawab masing-
masing unsur pengelola proyek.
1. Owner (pemilik proyek)
Pemilik proyek disebut juga sebagai pmberi tugas, Owner, atau
Bouwheer adalah suatu badan usaha atau perorangan, baik pemerintah
maupun swasta yang memiliki, memberikan pekerjaan, serta membiayai
suatu proyek dalam proses pembangunan suatu bangunan. Adapun owner
dari Club House Amarta Hills yaitu PT. Batu Alam Permata Malang yang
memiliki tugas atau wewenang dan tanggung jawab sebagai pemilik proyek
antara lain adalah :
Menunjuk dan mengangkat wakilnya bagi kebutuhan perencanaan dan
pelaksanaan, dalam hal ini mengangkat kontraktor pelaksana, pengawas
proyek yang telah terpilih melalui sistem lelang.
14. Mengesahkan keputusan yang menyangkut biaya, mutu dan waktu
pelaksanaan.
Menyelesaikan perselisihan menyangkut proyek yang terjadi antara
bawahannya dengan pihak pemborong.
Menyediakan dan mengusahakan pendanaan bagi kontraktor pelaksana.
Memberikan keputusan terhadap perubahan waktu pelaksanaan dengan
memperhatikan pertimbangan yang diberikan oleh konsultannya.
2. Konsultan QS (Quantity Surveyor)
Konsultan QS ini ditunjuk oleh pemilik proyek sebagai orang atau
badan yang mengatur biaya, waktu, kontrak untuk pekerjaan dalam proyek
serta serta bernegosiasi. Adapun alasan untuk menggunakan jasa Konsultan
QS ini karena pemilik proyek tidak punya suatu badan atau orang yang biasa
mengatur pendanaan.
Wewenang dan tanggung jawab sebagai pengatur biaya, waktu,
kontrak antara lain adalah :
Pengadaan kontrak kepada pihak-pihak penyediakan jasa (kontraktor-
kontraktor dan konsultan-konsultan).
Bernegosiasi harga-harga bahan dan jasa kepada pihak penyedia jasa.
Memastikan lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan dalam proyek.
Melaporkan hasil dari kontrak yang telah di setujui oleh penyedia jasa
kepada pemilik proyek.
3. Konsultan Perencana
Konsultan perencana mempunyai kewajiban atau tugas yang
merencanakan suatu rencana dalam perencanaan struktur, arsitektur, dan
mekanikal / elektrikal, dengan ketentuan yang diinginkan oleh pemilik
proyek. PT Arya Cipta Graha merupakan konsultan arsitek yang berperan
sebagai konsultan perencana proyek Club House Amarta Hills Batu.
Adapun tugas atau kegiatan dari konsultan perencana sebagai berikut :
15. Membuat sketsa dan memberikan suatu gagasan gambaran pekerjaan,
meliputi pembagian ruang, rencana pelaksanaan dan lainnya.
Membuat gambar detail / penjelasan lengkap dengan perhitungan
konstruksinya.
Membuat rencanan kerja dan syarat-syarat (RKS) dan rencana anggaran
biaya (RAB).
Tempat berkonsultasi jika ada hal-hal yang meragukan dibidang
arsitektural, struktur dan ME.
4. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah suatu organisasi atau perorangan yang
bersifat multi disiplin yang bekerja untuk dan atas nama Pemilik Proyek
(owner). Pengawas harus mampu bekerjasama dengan Konsultan Perencana
dalam suatu proyek.
Pengawas Proyek mempunyai kegiatan sebagai berikut :
Melakukan pengawasan berkala serta memberikan pengarahan, petunjuk
dan penjelasan kepada pelaksana konstruksi dan meneliti hasil-hasil yang
telah dikerjakan.
Memberi rekomendasi progress report pekerjaan pelaksana untuk
meminta dana kepada Pemilik Proyek (owner) guna membiayai
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
Memberikan teguran dan atau peringatan kepada pelaksana konstruksi
apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi penyimpangan dari
spesifikasi dan gambar-gambar teknis.
Mempersiapkan, mengawasi dan melaporkan hasil pelaksanaan proyek
kepada Pemilik Proyek (owner).
CV. Handasa Engineering Consultant [HEC] selain menjadi MK,
owner memilih HEC juga manjadi Konsultan pengawas pada proyek Club
House Amarta Hills Batu.
5. Kontraktor
16. Kontraktor pelaksana adalah perusahaan berbadan hukum yang
bergerak dalam bidang pelaksanaan pemborongan. Berupa perorangan
maupun badan hukum baik pemerintah maupun swasta. Yang telah
ditetapkan dari pemilik proyek serta telah menandatangani Surat Perjanjian
Kerja (SPK). Kontraktor pelaksana ini bekerja dengan mengacu pada
gambar kerja (bestek), rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) yang telah
disusun sebelumnya. Kontraktor proyek Club House Amarta Hills adalah
PT. SWA Surabaya. Adapun kegiatan dari Kontraktor Pelaksana yaitu :
Melaksanakan semua kesepakatan yang ada dalam kontrak kerja, baik
dari segi scheduling pelaksanaan maupun masa pemeliharaan.
Mematuhi dan melaksanakan segala petunjuk yang diberikan oleh
Direksi.
Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor pelaksana harus membuat dan
menyerahkan gambar kerja (shop drawing) serta metode kerja.
Menyediakan tenaga kerja, bahan, perlengkapan dan jasa yang
diperlukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar yang telah
ditentukan dengan memperhatikan;
1) biaya pelaksanaan
2) waktu pelaksanaan,
3) kualitas pekerjaan,
4) kuantitas pekerjaan dan
5) keamanan kerja.
Membuat laporan harian, mingguan dan bulanan yang diserahkan kepada
Direksi.
Bertangung jawab atas kualitas dan mutu pekerjaan.
Membayar ganti rugi akibat kecelakaan yang terjadi pada waktu
pelaksanaan pekerjaan.
Berhak menerima sejumlah biaya pelaksanaan pekerjaaan yang telah
selesai dari pemberi tugas dengan kesepakatan yang tercantum dari
kontrak kerja.
17. Kontraktor Pelaksana perlu menyusun sebuah struktur orgnisasi
yang didalamnya tercantum alur-alur pemberian perintah kerja atau tugas
pada masing-masing jabatan untuk bekerja dengan maksimal dan tidak
terjadi overlapping tanggung jawab. Untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan, kontraktor pelaksana dibantu oleh sub-sub kontraktor yang
ditunjuk oleh kontraktor pelaksana yang berupa perorangan maupun badan
hukum.
18. 2.3 Teori-teori Pendukung Pekerjaan di Proyek
Teori-teori atau referensi pendukung yang digunakan pada laporan
Praktek Kerja Lapangan Integratif ini berasal dari Data Arsitek, SNI
pekerjaan air besih dan air kotor, serta pengerjaan tranportasi pada
bangunan dan beberapa referensi terkaiit jurnal ilmiah, website, dll. Adapun
teori-teori mengenai air kotor dan bekas kotor, air bersih, dan transportasi
vertikal mengenai lift, ramp dan tangga sebagai berikut.
2.3.1 Sistem Air Kotor
a.) Pengertian Sistem Pembuangan Air Kotor
Sistem pembuangan air kotor adalah suatu sistem pembuangan yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan menjamin pembuangan semua
zat cair yang ditimbulkan akibat aktifitas yang dilakukan dalam
bangunan beserta zat-zat yang terkandung di dalamnya, secara cepat
dan aman (Anonim, 2002).
Plambing merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung
atau gedung yang berdekatan yang bersangkutan dengan air hujan, air
buangan dan air minum yang dihubungkan dengan sistem kota atau
sistem lain yang dibenarkan (SNI 03 – 6481 – 2000).
Sistem ini berfungsi mengalirkan pembuangan dari alat-alat
pembuangan ke selokan, berikut zat-zat dan gas-gas yang
ditimbulkannya. Sistem ini juga mencegah masuknya air dan gas dari
selokan yang mungkin masuk ke bangunan lewat sistem pipanya,
biasanya gas-gas ini ditahan oleh pipa yang berbentuk “s” yang selalu
berisi sejumlah air, sehingga gas tidak mungkin melaluinya. Alat ini
disebut “trap” (leher angsa).
b). Syarat sistem drainase
19. Sistem drainage yang memenuhi syarat terdiri atas 3 bagian yang
saling melengkapi, yaitu :
Alat-alat penerima seperti closet, bak cuci, talang, dan lainnya.
Saluran di dalam dan di luar gedung, lengkap dengan peralatannya
baik secara horizontal maupun vertikal.
Tempat pembuangan air kotor (Anonim, 2002).
o Sistem Bertekanan
Bila saluran umum atau riol kota letaknya lebih tinggi dari alat-
alat plumbing, sehingga air buangan dikumpulkan terlebih dahulu
dalam suatu bak penampung kemudian dipompakan ke riol kota.
c). Sistem Air Kotor Menurut Letaknya
o Sistem Pembuangan di Dalam Bangunan
Sistem pembuangan yang terletak di dalam gedung sampai jarak
1 m dari dinding luar bangunan tersebut.
o Sistem Pembuangan di Luar Bangunan di Halaman
Mulai 1 m dari dinding, paling luar dari bangunan sampai ke riol
kota.
C). Sistem Buang Air Kotor Pada Multi Stories Building
1. The Fully Vented One System
20. EQ adalah bak ekualisasi; bak penampungan sebelum dibuang
keluar.
Pada one pipe system, semua sistem pembuangan dialirkan
melalui satu pipa (air tinja dan air sabun atau air kotor lainnya).
Pada ujung pipa bangunan bagian atas selalu terbuka dan sering
disebut sebagai vent stack.
Manfaat vent stack adalah untuk menghindari terjadinya cyclone
effect karena sifat pipa merupakan bejana berhubungan.
Jika buntu dan tidak diketahui sebabnya apa, kemungkinan buntu
terbesar terletak pada pipa horizontal.
Dalam sistem ini waste dan soil stack digabungkan dalam satu
saluran dan masing-masing cabang dihubungkan dengan vent
system, keadaan ini lebih baik bila waste dan soil stack masing-
Gambar. 1.1 The Fully Vented One System pada bangunan
Sumber : https://id.scribd.com/doc/219856651/utilits-saluran-buangan
21. masing diatur berkelompok pada setiap dan bersama-sama
dihubungkan dengan vent.
Yang perlu diperhatikan pada sistem ini adalah air kotor pada
tempat yang satu jangan sampai mengalir ke tempat yang lain,
yang berdekatan. Untuk itu dibuat kemiringan saluran dengan
perbandingan 1:12.
Banyak digunakan pada bangunan yang mempunyai
lantai/tingkat banyak (lebih dari 10 lantai).
2. The Fully Vent Two Pipe System
Pada sistem ini, waste dan soil stack dipisahkan satu sama lain
dan masing-masing mempunyai vent.
Keuntungan memakai sistem ini adalah:
Gambar. 1.1 The fully vent two pipe system pada bangunan
Sumber : https://id.scribd.com/doc/219856651/utilits-saluran-buangan
22. 1. Pipa yang digunakan lebih kecil daripada single stack system.
2. Dalam pemasangan pipa dapat lebih teratur dan terarah.
3. Pengontrolan mudah.
Pada Two Pipe System, air tinja dan air kotor atau air sabun
dipisahkan pembuangan dengan 2 jenis pipa.
Soil pipe mengalirkan tinja, water pipe mengalirkan air kotor atau
air sabun.
3 Single Stack System
Pada
single stack system, air tinja dan air kotor atau air sabun
dipisahkan pembuangan dengan 2 jenis pipa pada aliran
mendatar, sedangkan pipa vertikal menjadi satu.
Gambar. 1.1 Single stack sistempada bangunan
Sumber : https://id.scribd.com/doc/219856651/utilits-saluran-buangan
23. Pada pipa bagian atas selalu terbuka dan sering disebut sebagai
vent stack.
Keuntungan sistem ini adalah memudahkannya pengontrolan
pipa mendatar bila terjadi kebuntuan dalam saluran. Hal lain yang
menguntungkan adalah pipa tegak yang berupa vent stack cukup
1 buah saja.
Sistem ini banyak digunakan di Indonesia.
Di dalam sistem ini hanya ada sebuah saluran utama yang
sekaligus sebagai waste stack, soil stack, serta vent, sehingga
sistem ini juga disebut ‘wet venting’.
Saluran utama sistem ini menggunakan pipa dengan diameter
yang cukup besar. Semakin banyak lantai bangunan semakin
besar diameter pipa saluran utama.
Banyak digunakan untuk bangunan-bangunan yang mempunyai
lantai hingga 5 buah. Untuk bangunan yang berlantai lebih dari 7
sistem ini tidak disukai karena diameter pipa saluran utama yang
akan digunakan terlalu besar.
D). Sistem Pembuangan Air Kotor
Sistem pembuangan air Kotor dan bekas kotor beserta
dimensinya sebagai berikut.
24. Tabel 2.5 Unit alat plambing untuk air limbah
D). Syarat Pipa Air Kotor
CATATAN :
1) Reseptor air limbah tidak langsung harus didasarkan pada ukuran kapasitas perlengkapan air
limbah total yang mengalir.
2) Minimum pipa pengering 2 inci (63 mm).
3) Untuk pendingin dan kebutuhan air yang sedikit untuk unit serupa.
25. 1. Pipa menggunakan bahan anti korosi, tidak menimbulkan
kontaminasi.
2. Permukaan dalam pipa harus licin, sehingga terbebas dari
pengumpulan.
3. Sirkulasi udara dalam pipa harus lancar.
4. Pada ujung atas vent stack harus terbuka agar tidak terjadi cyclone
effect maupun efek kapiler.
5. Pada setiap fixture pembuangan harus dengan trap seal yang
berfungsi sebagai penyekat bau, misalnya dengan memakai
prinsip leher angsa pada kloset, westafel, dan floor drain.
6. Kemiringan pipa harus diperhatikan. Peerhatikan tabel di bawah
ini.
Diameter pipa Kemiringan minimal
< 75 mm 2 %
> 75 mm 1 %
(SNI 03 – 6481 – 2000).
E). Kemiringan Pipa dan Kecepatan Aliran
1. Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air
buangan yang biasanya mengandung bahan padat, maka pipa
pembuangan harus mempunyai ukuran kemiringan yang cukup
sesuai dengan banyak dan jenis buangan yang dialirkan.
2. Aliran dalam pipa dianggap tidak penuh dengan air buangan,
tidak lebih dari dari 2/3 terhadap penampang pipa, sehingga
bagian atas yang kosong cukup untuk sirkulasi udara.
3. Kemiringan pipa pembuangan dan riolnya dapat dibuat lebih
landai daripada kemiringan standar, dengan kecepatan tidak
26. kurang dari 0,6 m/det. Dalam hal ini jika kurang, kotoran dari air
buangan akan mengendap dan menyumbat pipa.
4. Kemiringan pipa dapat dibuat sama, atau lebih dari 1/diameter
pipa (dalam mm).
5. Kecepatan terbaik dalam pipa antara 0,6-1,2m/det. Jika air terlalu
cepat akan menimbulkan turbelensi aliran yang dapat
menimbulkan gejolak-gejolak tekanan dalam pipa. Hal ini akan
mengganggu fungsi sealtrap.
6. Kemiringan yang lebih dari 1/50 cenderung menimbulkan efek
siphon yang akan menyedot air penutup dalam sealtrap.
7. Pada jalur pipa yang cukup panjang, ukuran pipa sebaiknya tidak
kurang dari 50 mm.
F). Macam-macam Bagian Saluran Pembuangan.
Secara garis besar sistem ini terdiri atas :
1. House Sewer
House Sewer adalah bagian selokan yang menjadi milik gedung
yang umumnya terpendam dalam tanah dan kedap terhadap air tanah
(Anonimo, 2002). Untuk house sewer ini dapat dipakai pipa dari
tembaga (type K atau L) atau dari glazzed vitrifield clay (tanah liat
yang diglasur kaca), plastik ataupun pipa cast iron
Pada bagian bawah house sewer ini dibuat miring untuk
memungkinkan air mengalir lebih lancar, kemiringan rata-rata 1/8-14
inch tiap ft. Diameter pipa minimum 6” untuk vitrifield clay dan
minimum 4” untuk pipa cast iron atau tembaga (SNI-481-2002).
27. Perletakan house sewer sebelum house trap dan pipa clean out
yang mengalirkan air kotor dan air bekas kotor yang berasal dari
water closet atau floor drain. Perhatikan gambar di bawah ini.
2. House drain
House drain adalah pipa horisontal utama pada jaringan pipa-
pipa soil stack dan waste stack berakhir. Perhatikan gambar di bawah
ini.
Gambar. 1.1 House Drain.
Sumber : https://id.scribd.com/doc/219856651/utilits-saluran-buangan
Keterangan:
Aliran air
28. Pipa ini menggunakan pipa yang tahan tekanan, karena itu
pipa-pipa tembaga, plastik atau heavy iron memenuhi syarat dalam
hal ini.
Untuk sambungan dipergunakan timah, sedang pipa clay tidak
digunakan mengingat sifat-sifatnya. Kemiringan untuk pipa
horisontal adalah 1/8-¼ inch setiap ft dan langsung berhubungan
dengan house sewer.
Lokasi house drain ini harus disesuaikan dengan :
Kedalaman letak public sewer.
Kecepatan aliran yang diinginkan sehingga air dapat bergerak
sendiri dengan gaya tarik bumi.
Tempat yang paling baik untuk house drain adalah di bawah lantai
cellar atau lantai terbawah dari gedung dengan clean out dan flust
pada permukaan lantainya.
Bila house sewer-nya diletakkan lebih tinggi, pipa-pipa ini dapat
digantung di atas dengan memakai jepit-jepit penggantung logam
yang ditanam pada balok penahan lantai pertama. Untuk bangunan
luas yang memiliki basement yang dalam, maka air pembuang
dikumpulkan dahulu dalam sebuah sumur (sump well), baru
kemudian secara otomatis oleh pompa listrik, yang bekerja bila batas
maksimum volume sumur tercapai (Piliang, 2013).
Gambar. 1.1 House Drain.
Sumber : https://id.scribd.com/doc/219856651/utilits-saluran-buanganKeterangan:
Aliran air
29. 3. Clean Out
Clean out adalah pipa tempat keluarnya gas agar tidak terjadi efek
siphone atau kebocoran gas baung yang menimbulkan bau.
Perhatikan gambar dibawah ini
Clean out harus diadakan pada :
Pertemuan pipa cabang dengan house drain.
Pipa akhir house drain, setelah melewati stack vertical yang terakhir.
Pada setiap jarak 50 ft ( 15 meter), lubang ini dipergunakan untuk
memberi kekuatan dorong/kecepatan bila dilakukan pembersihan.
Pada tiap bagian bawah waste dan soil stack yaitu pada setiap
pertemuan stack vertical dengan house drain horizontal.
Clean out ini dibuat dari sepotong pipa yang ditutup plug berulir
yang dibuat dari tembaga dan dapat menutup pipa cast iron. Jika house
drain dilengkapi dengan house trap maka biasanya dipasang di dalam
gedung dibelakang dinding cellar, tepat dibelakang atau setelah clean
out sewer, setelah itu baru inlet udara bersih dibelakangnya.
Gambar. 1.1 Clean out
Sumber : https://id.scribd.com/doc/219856651/utilits-saluran-buangan
30. Clean out tidak diperlukan trap-trap pertemuan apabila soil stack
dan waste stack dihubungkan pada house drain yang telah dilengkapi
dengan house trap. Perencanaan yang matang dibutuhkan agar house
drain ini hanya menerima air pembuangan dari plumbing fixtures,
dalam hal ini maka ada sistem lain yang dipasang untuk menyalurkan
air hujan ke sewer (strom drainage terpisah). Sistem ini khususnya
dipakai pada bangunan-bangunan besar.
4. House trap
House trap adalah bagian sistem plumbing pembuangan air kotor
agar tidak menyebabkan masuknya gas yang berbau dan beracun serta
serangga. House trap dibutuhkan karena plumbing tidak terus menerus
digunakan dan tidak terus menerus terisi oleh air.
Perangkap atau house trap, biasanya berbentuk huruf “U”, yang
akan menahan bagian terakhir dari air penggelontor, sehingga
merupakan suatu “penyekat” atau penutup air yang mencegah
masuknya gas-gas tersebut masuk ke dalam gedung melalui sistem
saluran ini.
2.3.2 Definisi Air Bersih
Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah
kecuali air laut dan air fosil. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di
atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer,
mata air, sungai, rawa, danau, telaga, waduk dan muara. (PP. No. 82 Tahun
2001).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak. Air pemandian umum adalah air yang digunakan pada
tempat-tempat pemandian bagi umum tidak termasuk pemandian untuk
pengobatan tradisional dan kolam renang, yang kualitasnya memenuhi
syarat kesehatan (Permenkes RI no 416 tahun 1990).
31. 1. Sumber Air Bersih
Sumber air yang digunakan sehari-hari haruslah memenuhi syarat-
syarat kesehatan. Air di bumi selalu mengalami siklus hidrologi sehingga
dikenal 4 (empat) sumber air di bumi yaitu : (Sutrisno, 2006)
2. Syarat Kualitas air
Agar air tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya
diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya
diusahakan mendekati persyaratan tersebut yang tercantum dalam
Permenkes RI No 416 tahun 1990 dan PP. No. 82 Tahun 2001. Air yang
sehat harus mempunyai persyaratan secara fisik, kimia dan bakteriologis
(Notoatmodjo, 2003).
3. Kualitas Secara Fisik
Peraturan menteri kesehatan RI Nomor :
416/MENKES/PER/IX/1990, menyatakan bahwa air yang layak
dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan seharihari adalah air yang
mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku
(air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak
berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna.
Kekeruhan
Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak
partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/ rupa yang
berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini
meliputi: tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara
baik dan partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya (Sutrisno,
2006).
Kekeruhan tergantung pada konsentrasi partikel-partikel padat yang
ada di dalam air. Tingkat kekeruhan air biasanya diukur dengan alat
yang disebut dengan turbidimeter. Kekeruhan untuk air minum dibatasi
tidak lebih dari 10 mg/lt (skala silika), lebih baik kalau tidak melebihi
5 mg/lt (Suripin, 2002).
Warna
32. Banyak air permukaan khususnya yang berasal dari daerah rawa-rawa,
seringkali berwarna sehingga tidak dapat diterima oleh masyarakat baik
untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan industri, tanpa
dilakukan pengolahan untuk menghilangkan warna tersebut (Sutrisno,
2006).
Bahan buangan dan air limbah yang berupa bahan anorganik dan bahan
organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan
air limbah dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air.
Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga
tampak bening dan jernih (Wardhana, 2004).
Bau dan Rasa
Rasa dalam air biasanya akibat adanya garam-garam terlarut. Bau dan
rasa yang timbul dalam air karena kehadiran mikroorganisme, bahan
mineral, gas terlarut, dan bahan-bahan organik. Polusi dapat dapat
menimbulkan bau dan rasa yang tidak dikehendaki (Suripin, 2002).
Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk dan tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat
reaksi-reaksi biokimia, mikroorganisme pathogen tidak mudah
berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga
(Slamet, 2007).
Temperatur yang diinginkan adalah ± 30 2.5.2. Kualitas Secara Kimia
C suhu udara disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi
iklim setempat atau jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi
temperatur air.
4. Sumber Air
Sumber air baku bagi suatu penyediaan air bersih sangat penting,
karena selain kuantitas harus mencukupi juga dari segi kualitas akan
berpengaruh terhadap proses pengolahan. Disamping itu letak sumber air
dapat mempengaruhi bentuk jaringan tramsmisi, distribusi dan sebagainya.
Secara umum sumber air dapat dikategorikan sebagai berikut :
33. 1. Air Hujan
Sifat-sifat air hujan:
Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat
mineral.
Air hujan umumnya bersifat bersih
Dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di
udara seperti NH3, CO2 agresif, ataupun SO2. adanya konsentrasi
SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air hujan akan
menyebabkan terjadinya hujan asam (acid rain). Dari segi kuantitas,
air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan. Sehingga
hujan tidak mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya
berfluktuasi. Begitu pula bila dilihat dari segi kontinuitasnya, air
hujan tidak dapat diambil secara terus menerus, karena tergantung
pada musim.
2. Mata Air
Mata Air Dari segi kualitas, mata air adalah sangat baik bila dipakai
sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke
permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh
zat-zat pencemar. Dari segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas mata air
sangat terbatas sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan sejumlah
penduduk tertentu. Begitu pula bila mata air tersebut terus- menerus di
ambil maka semakin lama akan habis.
3. Air Permukaan
Air permukaan yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber atau bahan
baku air bersih adalah :
Air Waduk (berasal dari air hujan)
Air Sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
Air danau (berasal dari air hujan, air sungai, atau mata air)
Di daerah hulu pemenuhan kebutuhan air secara kuantitas dan kualitas
dapat disuplai oleh air sungai, tetapi di daerah hilir pemenuhan
kebutuhan air sudah tidak dapat disuplai secara kualitas lagi karena
34. pengaruh lingkungan seperti sedimentasi serta kontaminasi oleh zat-zat
pencemar seperti Total Suspended Oil (TSS) yang berpengaruh pada
kekeruhan,serta limbah industri.
4. Air Tanah
Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada
waktu air melalui lapisan tanah. Air tanah biasanya mempunyai kualitas
yang baik karena zat-zat pencemar air tetahan oleh lapisan tanah. Bila
ditinjau dari kedalaman air tanah maka air tanah dibedakan menjadi air
tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal mempunyai
kualitas lebih rendah dibanding kualitas air tanah dalam. Hal ini
disebabkan air tanah dangkal lebih mudah terkontaminasi dari luar dan
fungsi tanah sebagai penyaring lebih sedikit.
5. Sistem Distribusi Air Bersih
Menurut Damanhuri, E., (1989) sistem distribusi adalah sistem yang
langsung berhubungan dengan konsumen, yang mempunyai fungsi pokok
mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah
pelayanan.Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya,
hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan, dan reservoir
distribusi.
Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem menurut
Kamala, K. R., (1999), adalah sebagai berikut:
Continuous system. Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke
konsumen mengalir terus menerus selama 24 jam.Keuntungan sistem
ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air bersih dari
jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang kerugiannya
pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit
kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar
jumlahnya.
Intermitten system. Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada
pagi hari dan 2-4 jam pada sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air
tidak bisa setiap saat mendapatkan air dan perlu menyediakan tempat
35. penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter
(pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang digunakan
akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai
dalam beberapa jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan
air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan
sumber air yang terbatas.
6. Sistem Pengaliran Air Bersih
Pendistribusian air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas dan
tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir,
pompa dan dan peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian air
tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen
berada. Menurut Howard, S.P., et.al (1985) sistem pengaliran yang dipakai
adalah sebagai berikut:
Cara Gravitasi.
Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air
mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan,
sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini
dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda
ketinggian lokasi.
Cara Pemompaan.
Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang
diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke
konsumen. Sistem ini digunakan jika elevasi antara sumber air atau
instalasi pengolahan dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan
tekanan yang cukup.
Cara Gabungan.
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan
tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada
kondisi darurat,misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya
energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan
disimpan dalam reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi
36. digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau
pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas
debit rata-rata.
7. Jenis Penyediaan Air Besih
Sistem penyediaan air bersih yang sekarang ini sering digunakan dan
diaplikasikan didalam bangunan antara lain
a) Sistem sambungan lansung
Dalam sistem sambung langsung pipa didistribusikan dalam gedung
langsung dalam pipa utamapenyediaan air bersih. Sistem sambungan
langsung memiliki dua cara penempatan katup penutup, yaitu di
tempatkan dalam persil dan ditempatkan dibawah jalan , seperti yang
terlihat pada gambar dibawah ini
Gambar 2. Sistem sambungan langsung (noerbanmbang M, Soufyan dkk, 2005)
b) Sistem tangki atap
Dalam sistem ini air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah
(dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah muka air
tanah), kemudian dipompa ke tangki atas atap atau diatas lantai
tertinggi bangunan, yang kemudian dari tangki ini air didistribusikan
ke seluruh bangunan.
37. Gambar 2. Sistem tangki Atap (Noerbanmbang M, Soufyan dkk, 2005)
c) Sistem tangki tekan
Sistem Tangki Tekan (Hidrosfor) prinsip hidrosfor yaitu air
dipompakan ke dalam tangki tekan, sehingga udara di dalamnya
terkompresi. kelebihan system tangki tekan ini, antara lain :
1) lebih estetik dibandingkan dengan system tangki atap.
2) perawatannya lebih mudah, karena dapat dipusatkan pada ruang
mesin bersama pompa dan kompresornya.
3) investasi awal lebih murah dibandingkan dengan system tangki atap.
kelemahan sistem tangki hidrosfor :
1) fluktuasi tekanan kerja lebih besar dibandignkan dengan sistem
tangki atap
2) dengan berkurangnya udara, kompresor merupakan kebutuhan
mutlak untuk dipasang
3) lebih berfungsi sebagai pengatur tekanan dibandingkan dengan
fungsinya sebagai penyimpan air
4) volume air yang lebih kecil, mengakibatkan pompa lebih berat.
38. Gambar 2. Sistem tangki Atap (Noerbanmbang M, Soufyan dkk,
2005)
2.3.3 Sistem Transportasi Vertikal
Bangunan tinggi transportasi vertikal meliputi lif, tangga dan ramp. Akibatnya
sifatnya yang banyak memakan ruang vertikal secara menerus, desain sistem
transportasi vertikal menjadi tuntutan awal dalam desain bangunan tinggi. Sebagai
tambahan, teknologi transportasi vertikal selalu berkembang yang menyebabkan
berkembangnya pula spesifikasi alat transportasi yang disediakan pabrikan. Salah
satu tugas kita dalam mendesain sistem transportasi vertikal juga adalah
menjembatani antara ketersediaan alat dengan kebutuhan bangunan secara
keseluruhan. Berikut teori mengenai lift, tangga dan ramp.
1. Lift Lobby Hotel/Clubhouse (Kabin)
Lift lobby untuk hotel/clubhouse merupakan bagian yang
paling dilihat oleh para pemakai, karenanya harus aman, nyaman dan
39. didesain sedemikian agar indah dan sesuai dengan ‘prestige’ bangunan,
tahan lama dan mudah dalam perawatannya . Bagian ini merupakan
bagian yang paling bebas didesain oleh arsitek.
Keamanan kabin, dicerminkan dengan adanya perlengkapan
pintu otomatis, alarm kebakaran dan kelebihan beban, interchome,
bahan-bahan yang tahan api, dan lubang escape.
Kenyamanan, dinyatakan dengan adanya pengkondisian udara,
ventilasi, peralatan pengendali otomatis, gerakan kabin yang halus,
tidak terguncang pada saat akan bergerak maupun berhenti, tidak
berisik, indicator tingkat lantai, pencahayaan yang lembut bahkan
kadang-kadang dilengkapi dengan musik.
a. Tata Letak Lift
Secara umum (tidak mengikat) syarat dalam mendesain sistem
transportasi lift adalah sebagai berikut:
Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 3 tingkat.
Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 1 tingkat
jika ada pengguna manula dan atau difabel.
Jarak jalan ke area lift maksimal 45 meter.
Lobby lift cukup luas dan berdekatan dengan tangga.
Gambar :Sistem transportasi pada Gedung WTC (alm.)
Sumber: https://id.scribd.com/doc/169767167/TRANSPORTASI-VERTIKAL
40. Sebuah lift hanya melayani maksimal 15 lantai agar waktu
tunggu tidak terlalu lama. Tersedia express lift untuk bangunan
melebihi 15 lantai (sistem zona lift). Express lift mem-
bypass lantai-lantai bawah dan langsung berhenti di lantai 16,
17, 18, dst.
Tersedia skylobby untuk setiap kelipatan 20-25 lantai. Skylobby
adalah lantai lobby di mana orang turun dari lift express dan
berpindah ke lift-lift lokal yang berhenti pada tiap lantai di
atasnya. Dengan demikian kebutuhan ruang core/shaft lift bisa
tetap.
Jika ada dua deret lift berhadap-hadapan maka lebar lobby dibuat
sekitar 3,5 – 4,5 meter atau dua kali panjang lift. Satu deret lobby
sebaiknya tidak lebih dari 3 buah lift agar calon penumpangnya
bisa dengan mudah melihat lift yang terbuka atau tersedia.
b. Komponen-komponen Lift Lobby Clubhouse/Hotel
Gambar :Sistem transportasi pada Gedung WTC (alm.)
Sumber: https://id.scribd.com/doc/169767167/TRANSPORTASI-VERTIKAL
41. c. Alat-Alat Keamanan Lift
Gambar :Komponen-komponen Lift sistem gearless
Sumber: https://id.scribd.com/doc/169767167/TRANSPORTASI-VERTIKAL
42. d. Tata Letak Elevator lift untuk Hotel atau Clubhouse
Lokasi dan ukuran ruang lobby bangunan, biasanya merupakan
tempat penerimaan pertama orang-orang yang datang kebangunan;
tempat para pengunjung berorientasi sebelum menuju bagian atau lantai
bangunan yang ditujunya. Oleh karena itu, hall elevator lift paling tidak
harus terlihat jelas dari arah lobby, bahkan bila memungkinkan dapat
menjadi bagian perluasan lobby itu sendiri. Disamping itu hall elevator,
idealnya harus mudah dicapai penghuni bangunan dari semua arah,
karena itu untuk bangunan yang sangat luas atau panjang, perlu
dipertimbangkan pembagian bangunan dalam beberapa zone elevator
agar jarak capai penghuni ke elevator tidak terlalu jauh.
Gambar :Alat-alat keamanan Lift
Sumber: https://id.scribd.com/doc/169767167/TRANSPORTASI-VERTIKAL
43. e. Pintu Lift untuk Hotel atau Clubhouse
Pintu elevator saat ini menggunakan pintu-pintu otomatik
elektris yang sinkron dengan leveling control. Dengan demikian maka
secara otomatis pintu akan terbuka penuh pada saat berhenti ditiap
lantai, kecepatan pintu membuka dan menutup tergantung pada tipe
pintu dan lebar bukaan pintu. Namun apapun tipe pintunya semuanya
disyaratkan hanya boleh menggunakan daya gerak maksimum 7 ft.lbs
(9,5 joule)[1].
Gambar :Dimensi sistemsensor pintu lift
Sumber: https://id.scribd.com/doc/169767167/TRANSPORTASI-VERTIKAL
Gambar :Sensor pada pintu lift
Sumber: https://id.scribd.com/doc/169767167/TRANSPORTASI-VERTIKAL
44. f. Sistem Kontrol Lift
Sistem operasi elevator lift adalah sistem otomatif yang mengontrol
semua gerak satu atau lebih elevator lift agar efisien dan nyaman bagi
pemakainya, misalnya bila ada sinyal panggilan dari suatu lantai maka
otak kontrol merespon, mendeteksi dan mencari elevator yang terdekat
untuk berhenti di lantai yang memanggil. Contoh lain ialah bila suatu
elevator bebas dari panggilan dari semua lantai yang dilayaninya, maka
ia otomatis akan ‘stand by’ di lobby dengan pintu selalu terbuka penuh
(SNI-2013). Kontrol elevator ini berfungsi mengolah sinyal panggilan,
mendeteksi posisi semua elevator, merespon, menggerakkan kabin naik
atau turun, memberi perintah berhenti, mengubah modus operasi gerak
motor, dan lain-lain.
Gambar :Sistem kontrol lift
Sumber: https://id.scribd.com/doc/169767167/TRANSPORTASI-VERTIKAL
45. Pada pertemuan antara kabin dan rel ini dipasangkan sepatu
rem. Sedangkan pada jarak tertentu pada rel (tergantung pada jarak
lantai pada gedung) dipasangkan saklar-saklar pengirim sinyal ke alat
pengendali mesin penggerak untuk mengatur putaran roda penggerak
(mempercepat, memperlambat, atau berhenti).
2. Ramps
Gambar : Rel kabin
Sumber: https://id.scribd.com/doc/169767167/TRANSPORTASI-VERTIKAL
Gambar :Sistem transportasi ramps
Sumber: https://id.scribd.com/doc/169767167/TRANSPORTASI-VERTIKAL
46. Menurut kemiringannya, ramps dibagi menjadi:
a. Ramps rendah sampai dengan 5% kemiringan (00-50). Ramps jenis
low atau landai ini tidak perlu menggunakan anti selip untuk lapisan
permukaan lantainya.
b. Ramps sedang atau medium dengan kemiringan sampai dengan 7%
(50-100) dianjurkan menggunakan bahan penutup lantai anti selip.
c. Ramps curam atau steep dengan kemiringan antara sampai dengan
90% (100-200) yang dipersyaratkan harus menggunakan bahan anti
selip pada permukaan lantai dengan dibuat kasar. Untuk manusia,
dilengkapi dengan railing terutama untuk handicapped / disabled
person (penderita cacat tubuh, yang sekarang lebih dikenal sebagai
para “Difable” atau Different ability people) (SNI-2000).
47. BAB III
PELAKSANAAN PKLI
3.1 Program Kegiatan PKLI
Program pelaksanaan PKLI membahas mengenai kegiatan serta
pengambilan data (hasil dokumentasi, RKS maupun gambar kerja) serta
perbandingan dengan teori yang telah ada. Program PKL ini dilaksanakan di
perumahan Amarta Hills pada bangunan club house. Program ini dilakukan
bekerja sama dengan CV. Handassa yang bertindak sebagai pihak manajemen
konstruksi.
PKL ini dilaksanan selama 40 hari dengan sistem harian dan mingguan.
Berikut tabel waktu kegiatan PKLI. Berikut tabel deskripsi waktu dan kegiatan
PKLI selama di proyek Clubhouse Amarta Hills, Batu.
Tabel 1.1. Waktu dan kegiatan selama PKLI
No. Waktu Kegiatan
1. Senin, 4 Januari 2016 1. Pengenalan atau masa orientasi proyek
2. Pengamatan lapangan
3. Pengarahan dari kepala proyek
4. Pengenalan sistem kontrak PKL
2. Selasa, 5 Januari 2016 1. Pengenalan proyek
2. Pengarahan tugas lapangan
3. Mempelajari gambar kerja soft drawing
3. Rabu, 6 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Pengamatan langsung ke lapangan
3. Mempelajari gambar kerja soft drawing
4. Kamis, 7 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Mempelajari gambar kerja dan RKS (Rencana
Kerja dan Syarat)
3. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
48. 4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
serta perbandingan teori utilitas plumbing air
kotor,
5. Jum`at, 8 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Pengawasan pekerjaan lapangan
3. Mempelajari gambar kerja dan RKS
4. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
5. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
6. Sabtu, 9 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Pengamatan di lapangan
3. Melakukan maket utilitas air kotor dan air
bersih
4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
7. Senin, 11 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Pengamatan di lapangan
3. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
8. Selasa, 12 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Pengamatan di lapangan
3. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
5. Penjelasan tentang organisasi di lapangan
9. Rabu, 13 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengamatan pekerjaan pemasangan pipa dan
plavond
4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
10. Kamis, 14 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengamatan pekerjaan pemasangan pipa dan
plavond
4. Melakukan pengamatan dan pengecekan,
pemasangan tangga
5. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
11. Jum`at 15 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengamatan pekerjaan pemasangan pipa dan
plavond
4. Melakukan pengamatan dan pemasangan
tangga dan ramp.
5. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
12. Sabtu, 16, Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
49. 3. Pengamatan pekerjaan pemasangan pipa
plavond, lis plavond, dan plumbing
4. Melakukan pengamatan dan ramp dan tangga
5. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
13. Senin, 18 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengamatan pekerjaan pemasangan pipa,
plavond, lis plavond, dan plumbing
4. Melakukan pengamatan dan pemasangan
5. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
14. Selasa, 19 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengamatan pekerjaan pemasangan instalasi
plumbing air kotor, air bersih dan shaft
4. Melakukan pengamatan dan pengecekan
pembuatan tangga dan ramp
5. Melakukan pengecekan gambar kerja dan
RKS, serta teori.
15. Rabu, 20 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengamatan pekerjaan pemasangan pipa,
plavond, lis plavond, dan plumbing
4. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan
5. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
16. Kamis, 21 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengamatan pekerjaan pemasangan pipa,
plavond, lis plavond, dan plumbing
4. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan
5. Melakukan pengamatan pembuatan kusen
pintu dan jendela alumunium beserta
pemasangannya
6. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
17. Jum`at 22 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan
4. Melakukan pengamatan pembuatan kusen
pintu dan jendela alumunium beserta
pemasangannya
5. Melakukan pengamatan dan pengecekan
pemasangan keramik tangga, dan handrail
tangga
50. 6. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
18. Sabtu, 23 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengamatan pekerjaan pemasangan plavond,
lis plavond, plumbing, dan shaft lantai
basement dan lantai dasar.
4. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan
5. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
19. Senin, 25 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan
4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan
RKS.
20. Selasa, 26 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan
4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan
RKS.
21. Rabu, 27 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan
4. Melakukan pengamatan pemasangan timah
hitam pelapis dinding ruang operasi
5. Pengamatan dan pemasangan shaft
6. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
22. Kamis, 28 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan
4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
23. Jum`at, 29 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan
4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
24. Sabtu, 30 Januari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan
51. 4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
25. Senin, 1 Febuari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua
4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
26. Selasa, 2 Febuari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua
Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
27. Rabu, 3 Febuari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua
Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
28. Kamis, 4 Febuari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua
Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
29. Jum`at 5 Febuari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua
4. Pengamatan core lift.
5. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
30. Sabtu, 6 Febuari 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua
4. Pemasangan keramik tangga, dan ramp.
5. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
31. Sabtu, 5 Maret 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua
4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
32. Sabtu, 12 Maret 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua
4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
52. 33. Sabtu, 19 Maret 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua dan satu
4. Pengamatan dan pemasangan reling tangga
Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
34. Sabtu, 26 Maret 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua serta
penutup plafond
4. Pengecetan plafond
Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
35. Sabtu, 2 April 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua
Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
36. Sabtu, 16 April 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua
Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
37. Sabtu, 23 April 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua
4. Pemasangan sistem lift elevator
Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
38. Sabtu, 30 April 2016 1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Pengecekan maket plumbing air kotor, air
bersih dengan lapangan lantai dua
4. Pengujian sistem Lift dan konveyor
5. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
39. Sabtu, 3 September
2016
1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Proses finishing lift, ramp dan tangga
4. Pemasangan dan pengecetan plafond
5. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
40. Sabtu, 10 September
2016
1. Pengarahan dari pembimbing lapangan
2. Melakukan pembagian area pengawasan kerja
3. Studi kelayakan sistem lift, ramp dan tangga
setelah proses finishing
53. 4. Melakukan pengecekan gambar kerja dan RKS
a. Program Bidang Profesi Kelompok
Program bidang profesi secara kelompok dilakukan secara berkelompok
guna mengamati dan menganalisa penerapan ilmu teori dengan penerapan ilmu
di lapangan yang menjadi tolak ukurnya. Kegiatan ini bertujuan untuk
menambah pengetahuan secara individu maupun kelompok. Kegiatan yang
dilakukan meliputi pengamatan, menganalisa dan memahami perbandingan
antara pengerjaan di lapangan dengan teori yang ada mengenai pemasangan
sarana sistem plumbing air kotor, air bersih dan sistem trasnportasi serta
pertimbangan perletakan dan pemasangan sistem tersebut berdasarkan koridor
arsitektur.
Pada program kegiatan PKLI ini terdapat pembahasan yang dilaksanakan
dalam proyek yang akan dilaporkan dan dibahas secara kelompok seperti table
berikut :
Tabel 3.1. Program bidang profesi kelompok PKLI
Program Bidang Profesi
kelompok
Metode pengumpulan data Metode analisis
1. Persyaratan Teknis
Transportasi Vertikal
Clubhouse,
perumahan Amarta
Hills
a. Persyaratan sistem
transportasi vertikal
lift tempat hiburan
Clubhouse dan
bangunan publik
(Pemasangan
mesin, shaf dan
lainnya)
Data primer : observasi,
dokumentasi, dan wawancara
Data sekunder : studi literatur
Membandingkan
dan menganalisis
teori dengan
pekerjaan di
lapangan serta
analisis kelayakan
setelah finishing
b. Persyaratan sistem
transportasi vertikal
Data primer : observasi,
dokumentasi, dan wawancara
Data sekunder : studi literatur
Membandingkan
dan menganalisis
teori dengan
Sumber: (Analisis, 2016)
54. tangga bangunan
publik
pekerjaan di
lapangan, analisis
kelayakan setelah
finishing dan
pertimbangan
pengaruhnya yang
akan timbul
terhadap pola
sirkulasi
pengunjung
terhadap
aksibilitas sarana
ruang clubhouse.
c. Persyaratan siatem
transportasi ramp
bangunan publik
Data primer : observasi,
dokumentasi, dan wawancara
Data sekunder : studi literatur
Membandingkan
dan menganalisis
teori dengan
pekerjaan di
lapangan, analisis
kelayakan setelah
finishing dan
pengaruhnya yang
akan timbul
terhadap pola
sirkulasi
pengunjung
terhadap
aksibilitas sarana
ruang clubhouse.
b. Program Bidang Profesi Individu
Program kegiatan ini bertujuan untuk memahami pelaksanaan proyek
sesuai dengan tugas masing-masing dari anggota kelompok. Kegiatan yang
dilakukan individu yaitu :
Tabel 3.2. Program bidang profesi individu
Sumber: Analisis, 2016
55. No Nama
Program
penelitian
Metode Pengumpulan
Data
Teknik
Analisis
1.
TEDDY
SOFYAN
Instalasi atau
sistem Pumbing
air kotor dan air
bekas pada
clubhouse.
Data primer:
Pengamatan langsung
(observasi) dengan
ditunjang dengan
dokumnetasi foto dan
wawancara.
Data sekunder : studi
literatur, survey literatur
(laporan pelaksanaan
proyek, gambar kerja,
dan RKS.
Studi
perbandingan
(komparatif)
antara teori
(dari studi
literatur dan
survey
dokumen)
terhadap
kondisi
empiris
lapangan,
studi
kelayakan
fasilitas dan
prasarana
plumbing air
kotor dan air
bekas dan
pertimbangan
ekspose atau
tidaknya
sistem utilitas
air kotor dan
bekas kotor
pada
clubouse.
2.
SITI NURUL
AINI
Sistem plumbing
air bersih pada
bangunan
clubhouse.
Data primer :
pengamatan langsung (
observasi) dengan
ditunjang dokumentasi
foto, wawancara.
Data sekunder : studi
literatur, survey literatur
(laporan pelaksanaan
proyek, gambar kerja,
dan RKS.
Studi
perbandingan
(komparatif)
antara teori
(dari studi
literatur dan
survey
dokumen)
terhadap
kondisi
empiris
lapangan,
melakukan
studi
kelayakan
fasilitas dan
sistem
57. No.
Teori Kondisi Lapangan Alasan
1. Lubang masuk atau
shaft minimal 50 x 50
cm atau diameter 60
cm (SNI 03 – 6481 –
2000).
Main Hole
kedalaman > 2.1 m
maka dimensi yang
digunakan 120 x 90
cm
Diameter lubang untuk laluan manusia sebesar minimum
500 mm sedangkan untuk laluan peralatan harus sesuai
dengan besaran peralatan tersebut. (RKS Utilitas Air Kotor
dan bekas kotor CV. Handassa Enginering, 2016).
Dimensi main hole di
lapangan yaitu 1
80 cm x 55 cm dengan
ketinggian > 2.1 m.
Terjadinya
perbedaan
dimensi mainhole
dikarenakan
perbedaan
kapasitas
kebutuhan ruang.
Bentuk main hole
lebih lebar
persegi panjang
agar tidak
mengganggu
sirkulasi user
ketika bergerak di
ruangan yang
memiliki main
hole. Sehingga
meskipun berbeda
standar, namun
ruangan masih
memungkinkan
untuk petugas
dapat masuk
mainhole dan
melakukan
perihal
perawatan.
2. Pipa dari kloset black
water diameter
minimal 75 mm,
bahan PVC,asbes
semen. (SNI 03 –
6481 – 2000).
Pipa air kotor dari
kloset memenuhi
standar dengan
diameter 100 mm.
Hal ini agar air
kotor yang
dikeluarkan melalui
pipa tersebut tidak
menyebab
hambatan dan
menyebabkan
kebocoran.
58. Pipa untuk aliran
gray water diameter
minimal 50 cm
Diameter air gray water
digunakan diameter 50 mm.
Pertimbangan
penghematan biaya
namun tetap
mempertimbangkan
keamanan dan
standarisasi
3. Cabang pipa vent
harus diusahakan
agar udara tidak
akan terhalang oleh
masuknya air kotor
atau air bekas
manapun.
4. Air kotor pada
basement
menggunanakan
system sumpit
untuk menyedot air
bekas kotor dan air
kotor untuk disedot
menuju ke
saptictank.
Penggunaan sumpit
sebagai bagian dari
saluran instalasi air
kotor. Pembeda
sistm ini dapat
digunakan pada
lantai kerja yang
berbeda ketinggian
level. Sehingga
gravitasi tidak
dibutuhkan pada
system ini. Sumpit
bekerja secara
otmotis. Ketika air
kotor dan air bekas
kotor berada pada
batas ketinggian
tertentu, sumpit
akan menyedot air
59. kotor dan air bekas
kotor untuk disedot
bersama air menuju
ke saptictank.
5. Pada Two Pipe
System, air tinja dan
air kotor atau air
sabun dipisahkan
pembuangan
dengan 2 jenis pipa
secara vertikal. (SNI
03 – 6481 – 2000).
Penggunaan
sistem air kotor
dan pipa tidak
secara vertikal
namun saluran
secara horizontal
digunakan two
pipe system
dengan banyak
percabangan. Hal
dapat
meninmbulkan
permasalahan
kebocoran pipa
air kotor
meskipun pipa
dalam
penggunaannya
memisahkan antar
air kotor dan air
bekas kotor.