Dokumen tersebut membahas langkah-langkah kesiapsiagaan fasyankes dalam menghadapi kondisi darurat dan bencana melalui identifikasi risiko, analisis kerentanan, dan pengendalian risiko termasuk simulasi tanggap darurat."
3. POKOK BAHASAN
1. IDENTIFIKASI RISIKO KONDISI DARURAT ATAU BENCANA
2. ANALISIS RISIKO KERENTANAN BENCANA
3. PENGENDALIAN KONDISI DARURAT ATAU BENCANA
4. OUTLINE
1. Pendahuluan
2. Identtifikasi Risiko Kondisi Darurat atau Bencana
3. Analisis Risiko Kerentanan Bencana
4. Pengendalian Kondidi Darurat atau Bencana
5. Bencan Kebakaran
6.Diskusi
7.Penutup
7. Urusan bencana menjadi urusan bersama –
sama, semua komponen harus berperan,
seperti Pentahelix, yaitu Pemerintah,
Masyarakat, Dunia Usaha, Akademisi dan
Media”
- Doni Monardo
8. Pendahuluan
Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi (UU 24/2007).
Permenkes No 52 tahun 2018 Tentang K3 di Fasyankes
Pasal 7 (ayat 11)
9. ALAM NON ALAM SOSIAL
DAMPAK KESEHATAN
(TERHADAP KELOMPOK RENTAN)
Gagal teknologi, kebakaran,
epidemi dll
Konflik Sosial, Teror, Bom, dll
Gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api,
banjir, kekeringan, angin
topan, longsor dll
PENGERTIAN: PERISTIWA ATAU RANGKAIAN PERISTIWA YANG
MENGANCAM DAN MENGGANGGU KEHIDUPAN DAN
PENGHIDUPAN MASYARAKAT YANG DISEBABKAN:
10. Trend meningkat, terjadi pergeseran ke bencana non alam dan
kegagalan teknologi, paradigma PRB belum kuat, harmonisasi
pemerintah-dunia usaha-masyarakal belum optimal, SPM belum optimal
2 0 1 9
388 (78 %) kab/kota: risiko tinggi
109 (22 %) kab/kota: risiko sedang
ASMA
T
LABORATORIUM BENCANA
14. FASYANKES mampu mengamankan
fasilitas dan kejadian yang tidak
diinginkan dan membatasi akses dan
gerakan di dalam rumah sakit .
Fasyankes tetap pada "waspada"
sampai dinyatakan darurat keamanan
selesai.
15. Pemberitahuan semua
orang di daerah
langsung tentang
bahaya paparan
Tutup di daerah
tumpahan dengan
menutup semua pintu
masuk / keluar ke
daerah tersebut dan
diberikan penandaan
keselamatan pasca
16. Fasyankes memiliki system penarikan atau
pemindahan produk/ peralatan medis bila
terjadi keadaan darurat serta memiliki
Kebijakan dan prosedur yang mengatur
tentang penggunaan produk dan peralatan
y a n g d a l a m p r o s e s p e n a r i k a n a t a u
pemindahan
17. FASYANKES memiliki proses
emergensi untuk melindungi
penghuni rumah sakit dari kejadian
terganggunya system pengadaan
air minum, listrik, gas medis dan
tata udara jika terjadi kontaminasi
atau kegagalan
21. Upaya Kesiapsiagaan
pada masa Covid-19
Pada masa Pandemi COVID-19 atau saat COVID-19 masih menjadi
ancaman, upaya penanggulangan krisis kesehatan harus diintegasikan
dengan adaptasi kebiasaan baru yaitu menerapkan protokol kesehatan
untuk pencegahan penyebaran COVID-19.
Kesiapsiagaan pada masa COVID-19 adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi krisis kesehatan dan mencegah
terjadinya penyebaran COVID-19 pada kondisi krisis kesehatan, melalui
pengorganisasian serta langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
22. Identifikasi Potensi Bencana
Analisis menyeluruh terhadap kerentanan, lokasi’daya rusak” dan intensitas
bahaya.
Aktivitas dalam identifikasi risiko bencana, meliputi :
•- Pengumpulan data bahaya dan pemetaan (frekuensi, besaran, dan lokasi)
•- Penilaian kerentanan (populasi dan asset yang terpapar)
•- Penilaian kapasitas dan sumber daya
•- Penilaian risiko ( probabilitas dari kerugian yang diharapkan)
27. MANAJEMEN BENCANA
PARADIGMA PENGURANGAN RISIKO BIDANG KESEHATAN
REHABILITASI
REKONSTRUKSI
MANAJEMEN
RESIKO
TRANSISI
DARURAT KE
PEMULIHAN DINI
TANGGAP
DARURAT
28. Analisis Risiko Bencana Melalui HVA
Tool
Upaya analisis risiko kondisi darurat / bencana sebagai bagian dari
kesiap siagaan bencana pada fase pra bencana.
29. HVA (atau Analisa Rawan Bahaya) merupakan perangkat untuk menganalisa
bahaya (hazards) dan kerawanan (vulnerable) yang mungkin timbul terkait
dengan bencana.
HVA mengidentifikasi bencana dan kejadian lainnya dari teknologi, alam,
perspektif buatan dan bahan berbahaya yang paling mungkin untuk
mempengaruhi masyarakat dan Fasyankes.
Hasil dari HVA merupakan daftar peringkat di urutan keparahan dan dampak
terbesar kepada masyarakat dan Fasyankes
32. Pengendalian / Pengurangan
Risiko Bencana
serangkaian kegiatan bertujuan memperkecil kemungkinan kerugian
akibat suatu kejadian bencana.
Hasil dari pengkajian risiko bencana, menjadi pijakan untuk menyusun :
a. Tim Tanggap Darurat/ Bencana
b. Petunjuk Teknis tanggap darurat/bencana,
C. Standar Operasional Prosedur tanggap darurat atau bencana antara
lain:
qkedaruratan keamanan (penculikan bayi, pencurian, kekerasan pada petugas kesehatan).
qkedaruratan keselamatan (kesetrum, kebakaran, gedung roboh).
qKebakaran Fasyankes
33. SKEMA PENYUSUNAN
TANGGAP DARURAT DAN BENCANA
BENTUK
TIM
TUJUAN
LINGKUP
IDENTIFIKASI
POTENSI BAHAYA
RISK
ASSESMENT
UPAYA MEMINIMALISASI
RESIKO
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
SARANA / ALAT & SDM
ORG. TANGGAP DARURAT
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
SUSUN PROSEDUR
TANGGAP DARURAT
SOSIALISASI PROSEDUR
TANGGAP DARURAT
EMERGENCY DRILL
EVALUASI
34. Penyusunan SOP Kesiapsiagaan
(Safety induction)
Hasil Analisis dari HVA tool menjadi bahan pertimbangan penyusunan
SOP
Mengingat Peraturan dan Standar yang berlaku dalam penyusunan
SOP/ Safety Induction
35. Penyediaan Alat dan sarana
prasarana
rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu
darurat.
jalur evakuasi.
titik kumpul (assembly point).
APAR
Menilai kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk
mendapatkan alat keadaan darurat oleh petugas/SDM
Fasyankes yang berkompeten dan berwenang.
Memasang tanda pintu darurat sesuai dengan standar dan
pedoman teknis
36.
37. suatu keadaan tidak normal/tidak
diinginkan yang terjadi pada suatu
tempat / kegiatan, yang cenderung
membahayakan bagi manusia, merusak
peralatan/harta-benda, atau merusak
lingkungan sekitarnya.
Suatu kejadian yang didalam daerah unit
itu sendiri yang disebabkan oleh sesuatu
dari dalam/luar,.
39. Suatu kejadian besar yang datang secara
tiba-tiba baik dari dalam maupun luar unit
operasi/daerah tersebut yang dapat
mengancam pekerja/kehidupan manusia dan
kerusakan harta/benda, dan sumber daya
manusia dan sarana yang tersedia tidak
mampu untuk mengatasi kondisi.
41. Ta t a c a r a / p e d o m a n k e r j a d a l a m
menanggulangi suatu keadaan darurat
/bencana dengan memanfaatkan sumber
tenaga dan sarana yang tersedia untuk
menanggulangi akibat dan suatu kondisi
yang tidak normal dengan tujuan untuk
mencegah atau mengurangi kerugian yang
lebih besar.
45. SIMULASI
Tujuan pelatihan simulasi darurat adalah agar tim tanggap darurat dan semua
karyawan memahami dan terlatih dalam menghadapi keadaan darurat serta
untuk memastikan semua sarana/peralatan darurat selalu dalam keadaan siap
pakai dan berfungsi dengan baik
46. TAHAPAN SIMULASI
1. Tahap Persiapan
Jadwal simulasi, sosialisasi protap kesiapsiagaan bencana/darurat bagi
fasyankes kepada seluruh komponen Fasyankes
2 Tahap Pra Pelaksanaan
Sosialisasi skenario, pengujian semua peralatan yang mendukung
simulasi tanggap darurat, koordiansi dengan pihak terkait
3 Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan dan evaluasi hasil pelaksanaan
* simulasi dilaksanakan minimal 1 tahun sekali *
48. Kesiapsiagaan terhadap
Kebakaran
Tujuan Kesiapsiagaan Terhadap Kebakaran yakni Mencegah kebakaran
Bila terjadi kebakaran; pegawai fasyankes harus tahu tugasnya sesuai
prosedur yakni :
mendeteksi kebakaran dan mengaktifkan alarm
Melakukan evakuasi orang dan bangunan/gedung
Mebgisolasi kebakaran
Memadamkan kebakaran
49. Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan
Potensi bahaya kebakaran di Fasyankes
Lokasi dan area potensi kebakarannyang spesifik dengan membuat denah
potensi bahaya tinggi terkait kebakaran
Inventarisasi dan pengecekan sarana proteksi kebakaran pasif dan aktif
51. Pengendalian Kebakaran dan
Ledakan di Fasyankes
a) Penempatan bahan mudah terbakar aman dari api dan panas.
b) Pengaturan konstruksi gedung mengikuti prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mudah
terbakar dan gas medis di tempat yang aman.
d) Larangan merokok.
e) Inspeksi fasilitas/area berisiko kebakaran secara berkala.
f) Simulasi kebakaran minimal dilakukan 1 tahun sekali untuk setiap
gedung.
g) Pemantauan bahaya kebakaran terkait proses pembangunan di
dalam/berdekatan dengan bangunan yang dihuni pasien.
53. TEO
RI
API
PANAS
RANTAI
REAKSI
KIMIA
OKSIGEN
BAHAN BAKAR
API : Proses kimia Oksidasi cepat, menghasilkan
panas & cahaya.
KEBAKARAN : Api tidak terkendali & tidak
dikehendaki yg dapat
menimbulkan kerugian ( property,
korban jiwa)
BAHAN
BAKAR
OKSIGEN
54.
55. APAR ??
• RINGAN
• BISA DIGUNAKAN SATU ORANG
• PEMADAMAN AWAL
• SEBATAS VOLUME API KECIL
61. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
SISTEM AKTIF ENERGIZED SYSTEM
SISTEM PASIF BUILT-IN SYSTEM
FIRE SAFETY MANAGEMENT HUMAN SYSTEM
Sistem proteksi
aktif
Sistem proteksi
pasif
Fire safety
management
62. SISTEM PROTEKSI PASIF
Membatasi bahan-bahan mudah terbakar
Struktur tahan api & kompartemenisasi.
Penyediaan sarana evakuasi untuk penghuni.
Penyediaan kelengkapan penunjang evakuasi.
Kondisi halaman bangunan & akses
pemadam
63. SISTEM PROTEKSI AKTIF
Sistem deteksi & alarm kebakaran
Sistem pipa tegak & slang kebakaran
Sistem sprinkler otomatis
Sistem pemadam api ringan
Sistem pemadam khusus
Sarana bantu operasi sistem aktif (sumber air untuk
pemadaman, pompa kebakaran dan sumber daya listrik
darurat / genset
64. Fire Safety Management
Pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan proteksi
kebakaran
Pembentukan team fire dan emergency
Pembinaan dan pelatihan team fire dan emergency
Penyusunan Fire Emergency Plan ( FEP )
Latihan kebakaran dan evakuasi
Kebijakan / Pedoman / SPO pelaksanaan kerja
Pelaksanaan fire safety audit.
Penetapan pusat kendali keadaan darurat
67. Katagori Darurat
◦ 1. Keadaan Darurat Tingkat 1
Kondisi mengancam jiwa manusia dan harta yang dapat
diatasi oleh SDM sesuai protap yang ada, tanpa bantuan
pihak luar
◦ Keadaan Darurat Tingkat 2
Bencana besar yang memerlukan bantuan dari pihak
luar instansi
◦ Keadaan Darurat Tingkat 3
bencana dahsyat/malapetaka yang memerlukan bantuan, koordinasi tingkat
nasional/internasional
68. Penanganan dan Evakuasi
Hal yang segera dilaksanakan saat tanggap
darurat yakni :
Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian,
dan sumber daya.
Penentuan status keadaan darurat bencana.
Penyelamatan dan evakuasi pasien, keluarga pasien, pengunjung, dan
pekerja yang terkena bencana.
Perlindungan terhadap kelompok rentan.
Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital.
69. Evakuasi
Dilaksanakan segera saat kondisi darurat
terjadi. Tidak boleh panik, tidak
bolehmenggunakan lift/elevator, keluar
teratur sesuai rute dalam peta evakuasi.
Arah akahir dari eakuasi adalah titik kumpul
Jalur evakuasi terdiri dari tiga bagian yakni
lorong evakuasi, pintu keluar awal dan pintu
keluar akhir, dilengkapi petunjuk arah keluar
yang mudah tampak
70. Kesimpulan
Kesiapsiagaan bencana merupakan bagian dari keselamatan dan
kesehatan kerja di Fasyankes
Petugas K3 bersama tim Fasyankes melakukan kerjasama dan sinergi
untuk penyusunan dan pelaksanaan SOP Kesiapsiagaan bencana
termasuk kebakaran.
Simulasi kesiapsiagaan merupakan bagian penting dari pelaksanaan
Prosedur kesiap siagaan terhadap bencana termasuk kebakaran.