Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN AKSENTUASI PROGRAM PEDAGOGI SEJAK DUDUK DI SEKOLAH DASAR
Makalah ini membahas upaya peningkatan retorika, tendensi, dan kompetensi bakat siswa sekolah dasar untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penulis menjelaskan strategi untuk mengetahui bakat siswa dan melatih keterampilan berbicara mereka dengan metode menyenangkan sejak tingkat sekolah dasar."
Similaire à Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN AKSENTUASI PROGRAM PEDAGOGI SEJAK DUDUK DI SEKOLAH DASAR
239602990 pengajaran-kemahiran-berfikir-aras-tinggiStar Ng
Similaire à Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN AKSENTUASI PROGRAM PEDAGOGI SEJAK DUDUK DI SEKOLAH DASAR (20)
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN AKSENTUASI PROGRAM PEDAGOGI SEJAK DUDUK DI SEKOLAH DASAR
1. i
MAKALAH
UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI
BAKAT DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
DENGAN AKSENTUASI PROGRAM PEDAGOGI SEJAK DUDUK DI
SEKOLAH DASAR
Diusulkan oleh:
NAMA : Totok Priyo Husodo
NPM : 16.0201.0079
FAKULTAS : Hukum
PRODI : Ilmu Hukum
DOSEN : TabahSubekti, M.Pd
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
MAGELANG
2016
2. ii
ABSTRAK
Pendidikan adalah satu sistem pengubahan sikap serta perilaku seorang atau kelompok
dalam usaha mendewasakan manusia atau peserta didik lewat usaha pengajaran serta
kursus. Tujuan dari makalah yang saya buat yaitu, menerangkan strategi untuk tenaga
pendidikan dalam mengetahui bakat dan potensi siswa di bangku sekolah dasar, dan tak
hanya itu, didalam makalah ini saya akan menerangkan strategi melatih retorika untuk
siswa di sekolah dasar dengan metode menyenangkan. Metode yang digunakan dalam
makalah ini adalah, metode mendeskripsikan strategi bagi tenaga pendidik untuk
mengetahui bakat dan potensi siswa sekolah dasar. Dengan metode ini, diharapkan
tenaga pendidik dapat menerapkannya guna meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia dari tingkat dasar. Objek penelitian di dalam makalah yang saya buat yaitu
bakat, disebabkan bakat sangat menentukan kemana siswa sekolah dasar akan
menentukan pilihannya jika di Sekolah Menegah Pertama sudah diterapan Peminatan
Saintek/Soshum. Target yang saya harapkan agar tenaga pendidik untuk segera
menganalisi bakat dan potensi apa saja dengan meningkatkan kemampuan retorika
yang ada dalam pribadi siswa disaat sudah lulus dari bangku sekolah dasar. Dengan
demikian, pendidikan di Indonesia bisa lebih maju lagi jika pendapat dan strategi yang
saya buat bisa disetujui oleh Ahli Pendidikan, Menteri pendidikan dan DPR.
Kata kunci: Pendidikan, Bakat dan Potensi, Retorika
3. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan pada amanat UUD 1945, maka pengertian pendidikan di sekolah dasar
merupakan upaya untuk mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa, cinta
dan bangga terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif, berbudi pekerti yang santun serta
mampu menyelesaikan permasalahan di lingkungannya. Pendidikan di sekolah dasar
merupakan pendidikan anak yang berusia antara 7 sampai dengan 13 tahun sebagai pendidikan
di tingkat dasar yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat bagi siswa. Disinilah siswa
sekolah dasar ditempa berbagai bidang studi yang kesemuanya harus mampu dikuasai siswa.
Tidaklah salah bila di sekolah dasar disebut sebagai pusat pendidikan. Bukan hanya di kelas
saja proses pembelajaran itu terjadi akan tetapi di luar kelas pun juga termasuk ke dalam
kegiatan pembelajaran.
Kegiatan itu bisa berupa kegiatan rohani dan kegiatan jasmani. Mengajar merupakan
suatu aktifitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik – baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi belajar mengajar ( Nasution, 1982 :8). Jadi
keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar. Mengajarkan suatu bahan pelajaran dengan baik,
membutuhkan suatu usaha yang memerlukan pengorganisasian yang matang dan semua
komponen dalam situasi mengajar. Komponen itu antara lain pemilihan : metode, materi,
tujuan, media, evaluasi dan model pembelajaran. Dalam seluruh kegiatan belajar mengajar
komponen model pembelajaran termasuk memegang peranan yang penting. Karena pemilihan
strategi mengajar yang tepat dalam penggunaan model pembelajaran sangat menentukan hasil
belajar siswa.
Maka dari itu, saya sebagai penulis makalah berjudul “Upaya Peningkatan
Retorika,Tendensi dan Kompetensi Bakat dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan
dengan Aksentuasi Program Pedagogi Sejak di Sekolah Dasar” sangat mengharapkan kepada
Menteri Pendidikan untuk memprogramkan pendidikan dasar dengan memperhatikan potensi
siswa agar dapat mengasah kemampuan berbicara, kecendrungan dalam suatu hal, dan
kemampuan bakat sejak duduk di sekolah dasar. Sehingga penerapan Peminatan
Saintek/Soshum tidak hanya diterapkan di bangku Sekolah Menegah Keatas, namun bisa
diterapkan di Sekolah Menengah Pertama dengan cara merubah sistem pendidikan yang
berlaku di Indonesia. Dan itupun dengan persutujuan ahli pendidikan, Menteri Pendidikan dan
DPR. Saya berpendapat demikian, sebab potensi dimana siswa masuk Peminatan
Saintek/Soshum bisa dilihat sejak lulus UASBN (Lulus Sekolah Dasar) dengan tes tertulis dan
tes psikologi. Alasan tersebut yang melatarbelakangi makalah ini, sehingga saya sebagai
penulis akan memaparkan strategi apa saja yang dapat diterapkan agar tujuan dari peningkatan
mutu pendidikan di Indonesia bisa tercapai.
4. 4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat siswa?
2. Cara apa saja yang dapat mengetahui bakat dan potensi siswa?
3. Strategi yang bisa dilakukan seorang tenaga pendidikan untuk mengembangkan
keterampilan berbicara siswa sekolah dasar?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat siswa
2. Menjabarkan cara mengetahui bakat dan potensi siswa
3. Menjabarkan cara melatih bericara untuk siswa sekolah dasar
MANFAAT
1. Mengembangkan bakat minat siswa sekolah dasar agar dapat dikembangkan ketika
lulus dan menginjak Sekolah Menengah Pertama.
2. Mengembangkan mutu penddikan di Indonesia dengan mengetahui bakat minat anak
sejak duduk di sekolah dasar.
3. Menjadi tolak ukur dalam pemilihan peminatan Saintek/Soshum ketika sudah
mengetahui bakat dan potensi siswa.
5. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI PENDIDIKAN
Manusia mulai sejak lahir ke dunia telah memperoleh pendidikan sampai ia
masuk ke bangku sekolah. Kata pendidikan pun sudah tak asing lagi ditelinga, lantaran
semuanya manusia yang hidup tentu memerlukan pendidikan, supaya arah hidupnya
terwujud serta bisa melenyapkan kebodohan.
Lalu apa pengertian dari pendidikan yang selama ini dijalani manusia. Menurut
KBBI kata pendidikan datang dari kata “didik” dengan memperoleh imbuhan “pe” serta
akhiran “an”, yang artinya langkah, sistem atau perbuatan mendidik.
Kata pendidikan secara bhs datang dari kata “pedagogi” yaitu “paid” yang
artinya anak serta “agogos” yang artinya menuntun, jadi pedagogi yaitu pengetahuan
dalam menuntun anak. Sedang secara istilah pengertian pendidikan adalah satu sistem
pengubahan sikap serta perilaku seorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan
manusia atau peserta didik lewat usaha pengajaran serta kursus.
Pengertian Pendidikan Menurut Beberapa Ahli
1. Prof. H. Mahmud Yunus
Yang disebut pendidikan adalah satu usaha yang dengan sengaja diambil untuk memengaruhi
serta menunjang anak yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuan,
jasmani serta akhlak hingga perlahan-lahan dapat mengantarkan anak pada tujuan serta cita-
citanya yang tertinggi. Supaya mendapatkan kehidupan yang bahagia serta apa yang
dikerjakanya bisa berguna untuk dirinya, masyarakat, bangsa, negara serta agamanya.
2. Prof. Dr. John Dewey
Menurut dia, pendidikan adalah satu sistem pengalaman. Dikarenakan kehidupan adalah
perkembangan, jadi pendidikan artinya menolong perkembangan batin manusia tanpa dibatasi
oleh umur. Sistem perkembangan yaitu sistem penyesuaian pada tiap-tiap fase serta memberi
kecakapan dalam perubahan seseorang lewat pendidikan.
3. M. J. Langeveld
Pendidikan adalah usaha dalam menuntun manusia yang belum dewasa kearah pendewasaan.
Pendidikan yaitu satu usaha dalam membantu anak untuk lakukan beberapa pekerjaan
hidupnya, supaya mandiri serta bertanggungjawab secara susila. Pendidikan juga disimpulkan
sebagai usaha untuk meraih pemilihan diri serta tanggung jawab.
6. 6
4. Prof. Herman H. Horn
Beliau memiliki pendapat kalau pendidikan yaitu satu sistem dari penyesuaian lebih tinggi
untuk makhluk yang sudah berkembang secara fisik serta mental yang bebas dan sadar pada
Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional serta tekad dari
manusia.
5. Driyarkara
Pendidikan disimpulkan sebagai satu usaha dalam memanusiakan manusia muda atau
pengangkatan manusia muda ke skala yang insani.
6. Kamus Besar Bhs Indonesia (KBBI)
Pendidikan yakni satu sistem evaluasi untuk tiap-tiap individu untuk meraih pengetahuan serta
pemahaman yang lebih tinggi tentang object spesifik serta khusus. Pengetahuan yang didapat
secara resmi itu menyebabkan pada tiap-tiap individu yakni mempunyai pola fikir, tingkah laku
serta akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya.
7. Ki Hajar Dewantara
Menurut dia pendidikan yaitu satu tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Tujuannya
adalah kalau pendidikan membimbing semua kemampuan kodrat yang ada pada peserta didik
supaya sebagai manusia serta anggota masyarakat bisa meraih keselamatan serta kebahagiaan
hidup yang setinggi-tingginya.
B. DEFINISI
I. RETORIKA
Pengertian Retorika Menurut para Ahli | Istilah retorika secara etimologi berasal
dari Bahasa Latin (Yunani Kuno) "Rhetorica" yang berarti "seni berbicara". Dalam bahasa
Inggris kata retorika menjadi "Rhetoric" yang berarti "kepandaian berpidato atau berbicara".
Secara terminologi. retorika dikenal dengan istilah "The art of speaking" yang artinya "seni di
dalam berbicara atau bercakap". Sehingga secara sederhana dapat dikemukakan bahwa,
pengertian retorika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari atau mempersoalkan tentang
bagaimana cara berbicara yang mempunyai daya tarik dan pesona, sehingga orang yang
mendengarkannya dapat mengerti dan tergugah perasaannya.
Istilah retorika muncul bermula di Yunani sekitar abad ke-5 sebelum masehi. Pada saat
itu Yunani sebagai pusat kebudayaan barat dan para filsufnya saling berlomba untuk mencari
apa yang mereka anggap sebagai kebenaran. Pengaruh kebudayaan Yunani ini menyebar
sampai ke dunia timur seperti Mesir, India, Persia, bahkan Indonesia. Retorika mulai
berkembang pada zaman Socrates, Plato, dan Aristoteles. Selanjutnya kemudian retorika
7. 7
berkembang menjadi ilmu pengetahuan, dan dianggap sebagai guru pertama dalam ilmu
retorika adalah Georgias (480-370 SM).
II. KOMPETENSI
Pengertian Kompetensi Menurut Para Ahli
Kompetensi menurut Spencer Dan Spencer dalam Palan (2007) adalah sebagai
karakteristik dasar yang dimiliki oleh seorang individu yang berhubungan secara kausal dalam
memenuhi kriteria yang diperlukan dalam menduduki suatu jabatan. Kompetensi terdiri dari 5
tipe karakteristik, yaitu motif (kemauan konsisten sekaligus menjadi sebab dari tindakan),
faktor bawaan (karakter dan respon yang konsisten), konsep diri (gambaran diri), pengetahuan
(informasi dalam bidang tertentu) dan keterampilan (kemampuan untuk melaksanakan tugas).
Hal ini sejalan dengan pendapat Becker and Ulrich dalam Suparno (2005:24) bahwa
competency refers to an individual’s knowledge, skill, ability or personality characteristics that
directly influence job performance. Artinya, kompetensi mengandung aspek-aspek
pengetahuan, ketrampilan (keahlian) dan kemampuan ataupun karakteristik kepribadian yang
mempengaruhi kinerja.
Berbeda dengan Fogg (2004:90) yang membagi Kompetensi kompetensi menjadi 2
(dua) kategori yaitu kompetensi dasar dan yang membedakan kompetensi dasar (Threshold)
dan kompetensi pembeda (differentiating) menurut kriteria yang digunakan untuk memprediksi
kinerja suatu pekerjaan. Kompetensi dasar (Threshold competencies) adalah karakteristik
utama, yang biasanya berupa pengetahuan atau keahlian dasar seperti kemampuan untuk
membaca, sedangkan kompetensi differentiating adalah kompetensi yang membuat seseorang
berbeda dari yang lain.
Kompetensi berasal dari kata “competency” merupakan kata benda yang menurut
Powell (1997:142) diartikan sebagai 1) kecakapan, kemampuan, kompetensi 2) wewenang.
Kata sifat dari competence adalah competent yang berarti cakap, mampu, dan
tangkas.Pengertian kompetensi ini pada prinsipnya sama dengan pengertian kompetensi
menurut Stephen Robbin (2007:38) bahwa kompetensi adalah “kemampuan (ability) atau
kapasitas seseorang untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan, dimana
kemampuan ini ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan
fisik.
Pengertian kompetensi sebagai kecakapan atau kemampuan juga dikemukakan oleh
Robert A. Roe (2001:73) sebagai berikut;:Competence is defined as the ability to adequately
perform a task, duty or role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and
attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work experience
and learning by doing“ Kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk
melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan,
ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk
8. 8
membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan
pembelajaran yang dilakukan
Secara lebih rinci, Spencer dan Spencer dalam Palan (2007:84) mengemukakan bahwa
kompetensi menunjukkan karakteristik yang mendasari perilaku yang menggambarkan motif,
karakteristik pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang dibawa
seseorang yang berkinerja unggul (superior performer) di tempat kerja. Ada 5 (lima)
karakteristik yang membentuk kompetensi yakni 1). Faktor pengetahuan meliputi masalah
teknis, administratif, proses kemanusiaan, dan sistem. 2). Keterampilan; merujuk pada
kemampuan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. 3). Konsep diri dan nilai-nilai;
merujuk pada sikap, nilai-nilai dan citra diri seseorang, seperti kepercayaan seseorang bahwa
dia bisa berhasil dalam suatu situasi. 4). Karakteristik pribadi; merujuk pada karakteristik fisik
dan konsistensi tanggapan terhadap situasi atau informasi, seperti pengendalian diri dan
kemampuan untuk tetap tenang dibawah tekanan. 5). Motif; merupakan emosi, hasrat,
kebutuhan psikologis atau dorongan-dorongan lain yang memicu tindakan.
Pernyataan di atas mengandung makna bahwa kompetensi adalah karakteristik
seseorang yang berkaitan dengan kinerja efektif dan atau unggul dalam situasi pekerjaan
tertentu. Kompetensi dikatakan sebagai karakteristik dasar (underlying characteristic) karena
karakteristik individu merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian
seseorang yang dapat dipergunakan untuk memprediksi berbagai situasi pekerjaan tertentu.
Kemudian dikatakan berkaitan antara perilaku dan kinerja karena kompetensi menyebabkan
atau dapat memprediksi perilaku dan kinerja.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2004, tentang Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP) menjelaskan tentang sertifikasi kompetensi kerja sebagai suatu proses
pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistimatis dan objektif melalui uji
kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi kerja nasional Indonesia dan atau
Internasional
Menurut Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negeri Nomor: 46A tahun 2003,
tentang pengertian kompetensi adalah :kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien.
Dari uraian pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi yaitu sifat
dasar yang dimiliki atau bagian kepribadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang
serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan sebagai
dorongan untuk mempunyai prestasi dan keinginan berusaha agar melaksanakan tugas dengan
efektif. Ketidaksesuaian dalam kompetensi-kompetensi inilah yang membedakan seorang
pelaku unggul dari pelaku yang berprestasi terbatas. Kompetensi terbatas dan kompetensi
istimewa untuk suatu pekerjaan tertentu merupakan pola atau pedoman dalam pemilihan
9. 9
karyawan (personal selection), perencanaan pengalihan tugas (succession planning), penilaian
kerja (performance appraisal) dan pengembangan (development)
Dengan kata lain, kompetensi adalah penguasaan terhadap seperangkat pengetahuan,
ketrampilan, nilai nilai dan sikap yang mengarah kepada kinerja dan direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan profesinya. Selanjutnya, Wibowo (2007:86),
kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu
pekerjaan atau tugas yang dilandasi oleh keterampilan dan pengetahuan kerja yang dituntut
oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian kompetensi menunjukkan keterampilan atau
pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai suatu
yang terpenting. Kompetensi sebagai karakteristik seseorang berhubungan dengan kinerja yang
efektif dalam suatu pekerjaan atau situasi.
Dari pengertian kompetensi tersebut di atas, terlihat bahwa fokus kompetensi adalah
untuk memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan kerja guna mencapai kinerja optimal.
Dengan demikian kompetensi adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang berupa
pengetahuan ketrampilan dan faktor-faktor internal individu lainnya untuk dapat mengerjakan
sesuatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas
berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki setiap individu.
III. BAKAT
Bakat adalah suatu kemampuan yang di miliki oleh seseorang untuk dapat mempelajari sesuatu
dalam waktu pendek di bandingkan dengan orang lain dan memiliki hasil yang lebih baik pula.
Bakat telah di miliki oleh setiap Manusia dari dia lahir ke dunia ini. Bakat yang di miliki oleh
seseorang beragam ada yang pintar dalam hal melukis, bernyanyi, memasak, dan yang lainnya.
a. Pengertian Bakat Menurut Para Ahli
Pengertian bakat bermacam-macam dari setiap ahli yang menjelasakannya, tetapi penjelasan
yang di berikan saling memiliki titik temu yang sama. Untuk dapat lebih memahami tentang
bakat akan di jalaskan sebagai berikut.
1.Brigham (Suryabrata, 1995)
Dakat dititik berat kepada hal apa yang di lakukan oleh idividu dari segi kinerja atau performa
setelah mendapat latihan.
2.Crow dan crow (1989)
Bakat merupakan anggapan kualitas yang di miliki oleh setiap Manusia yang memiliki
tingkatan beragam.
10. 10
3.Woodworth dan Marquis (Surabaya 1995)
Bakat adalah prestasi yang dapat di ramalkan dan juga dapat di ukur dengan melakukan tes
khusus. Dengan demikian bakat dapat di katasakn sebagai kemampuan yang di miliki Manusia
(ability).
4.William B. Michael (Suryabrata 1995)
Bakat adalah kapasitas yang di miliki oleh seseorang dalam melakukan tugasnya dan sedikit
terpengeruh oleh latihan yang di jalannya.
5.Guildford (Suryabrata 1995)
Bakat yang di maksud memiliki corak yang berbeda. Bakat adalah kemampuan yang di miliki
di dalam bidang perseptual, dimensi intelektual, dan dimensi psikomotor.
i. Jenis Bakat
Bakat memiliki beberapa jenis yang diantaranya adalah sebagai berikut.
1.Bakat Umum
Bakat umum adalah keahlian atau potensi yang secara umum telah dimiliki dan dalam artian
setiap orang memiliki kemampuan atau potensi tersebut.
2.Bakat Khusus
Bakat khusus adalah suatu kemampuan atau potensi yang hanya di miliki oleh orang tertentu
seperti memiliki bakat dalam menyanyi, memasak, olahraga, seni, dan lain-lain.
C. PENELITIAN YANG RELEVAN
Beberapa penelitian yang relevan dengan topik yang hendak dikaji di antaranya :
a. Himi.2016.pendidikan bakat dan potensi anak.
b. Fatomi.2001.pendidikan di Indonesia
11. 11
BAB III
PEMBAHASAN
A. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat Siswa
Dewasa ini, para peneliti menyatakan bahwa faktor lingkungan juga berperan besar dalam
menentukan tingkat intelegensi seseorang.
Plomin (1989) berpendapat bahwa intelegensi ditentukan oleh 50% genetik dan 50%
lingkungan. Hal ini berarti bahwa keadaan lingkungan dapat memengaruhi tingkat intelegensi
seseorang yang menentukan peningkatan prestasi sekolah dan perolehan keterampilan yang
diperlukan untuk bekerja.
Namun demikian , pengaruh lingkungan sangatlah rumit. Tidak ada jaminan bahwa
anak dengan berbagai kehidupan seperti kemudahan sarana , prasarana yang lengkap dan
bimbingan belajar yang baik akan sukses nantinya . mereka seringkali menanggapinya
sebagai hal yang wajar sehingga mereka tidak dapat berusaha untuk mengembangkan
motivasinya demi mencapai sesuatu.
Bakat khusus dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi:
Minat
Motif berprestasi
Keberanian mengambil resiko
Keuletan dalam menghadapi tantangan
Daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul.
Faktor eksternal meliputi :
i. Kesempatan yang maksimal untuk mengembangkan diri
ii. Sarana dan prasarana
iii. Dukungan dan dorongan orang tua/keluarga
iv. Lingkungan tempat tinggal
v. Pola asuh orang tua
B. Cara Mengetahui Bakat dan Potensi Siswa
Ada beberapa cara untuk mengenali bakat anak, yaitu:
1. Melihat tingkah laku anak. Kegiatan apa yang sering dilakukannya? Anak lebih
berminat pada hal-hal apa?
2. Mengikuti perkembangan anak dengan cermat.
3. Memberikan berbagai macam stimulus atau rangsangan kepada anak, misalnya dengan
12. 12
memberikan les atau permainan yang variatif.
4. Melakukan tes psikologi (tes bakat) untuk melihat kelebihan dan kelemahan anak. Tes
ini bisa dilakukan saat anak berusia 7 tahun atau saat masuk sekolah. Pada usia tersebut
sudah terlihat bakat serta minat anak.
Pahami Perkembangan Anak
Menurut Dra. Clara Kriswanto, MA, CPBC, ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
orangtua saat memberikan les untuk anak.
1. Tidak mengutamakan pencapaian target. Penting diingat bahwa les diberikan sebagai
upaya pengenalan kegiatan kepada anak.
2. Les sebaiknya diberikan oleh guru yang memahami perkembangan anak. Jangan
sampai guru memberi hukuman saat anak tidak bisa mengikuti les. Clara mencontohkan,
saat anaknya harus les piano, selalu menangis bila sudah sampai di tempat les. Setelah
ditilik, rupanya guru les kerap mencubit atau memukul tangan anaknya bila tidak bisa
mengikuti instruksi sang guru.
3. Pastikan anak tetap memiliki waktu yang seimbang untuk bermain dan istirahat.
4. Jangan memaksakan kehendak kepada anak. Yang harus diutamakan adalah minat
anak.
5. Tetap pantau perkembangan anak.
6. Upayakan untuk mengembangkan semua aspek kemampuan anak.
Bakat Saja Tidak Cukup!
Psikolog Clara Kriswanto menegaskan bahwa bakat saja tidak cukup. Setidaknya
diperlukan tiga hal lain yang akan mengasah potensi anak :
a. Harus ada dukungan dari orangtua maupun lingkungan
Dukungan yang diberikan tak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dukungan moril.
Memberikan pujian (tanpa berlebihan dan terlalu sering) saat anak menunjukkan
kemampuan juga menjadi bentuk dukungan. Bentuk dukungan juga bisa diberikan dengan
tidak membanding-bandingkan anak dengan saudara atau temannya, apalagi sampai
mendapat label negatif.
b. Tidak berhenti berusaha
Kalau anak tidak berminat, padahal mempunyai bakat di bidang seni atau olahraga,
hendaknya orangtua tidak menyerah. Bisa saja anak merasa malas karena terlalu banyak
les, hingga kelelahan. Ada baiknya tidak mengikutkan les terlalu banyak bagi anak.
Orangtua hendaknya tidak memaksakan kehendak pada anak. Hukuman fisik seperti
mencubit atau memukul saat anak tidak berlatih harus dihindari. Hukuman dapat
membuat anak tidak tertarik pada kegiatan tersebut.
c. Berikan fasilitas yang memadai
13. 13
C. Strategi yang Bisa Dilakukan Seorang Guru Untuk Mengembangkan
Keterampilan Berbicara Siswa Adalah Sebagai Berikut:
1. Permainan Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah.
Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Dengan demikian, simulasi
dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan
pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi,
atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan
yang sebenarnya. Permainan simulasi adalah model yang mengilustrasikan atau
menggambarkan baik sistem sosial maupun sistem fisik yang diabstraksi dari realitas dan
disederhanakan.
Berdasarkan peristiwa yang sebenarnya, dilakukan abstraksi (pemindahan) terhadap
kondisi-kondisi yang mendukung terjadinya peristiwa tersebut, ditambah dengan
penyederhanaan-penyederhanaan, kemudian menyusun ulang peristiwa tersebut sesuai dengan
kondisi-kondisi yang telah disederhanakan. Di samping itu, metode permainan simulasi cocok
diterapkan pada semua tingkatan siswa, dari siswa taman kanak-kanak, sampai siswa pada
tingkatan yang lebih tinggi. Sebagai contoh dari permainan simulasi yaitu saat siswa bermain
peran dan berusaha menghayati perannya. Disinilah akan adanya suatu keberanian untuk
mengekpresikan dirinya dengan belajar untuk berbicara dan memerankan orang lain.
2. Dongeng
Peristiwa atau cerita yang terjadi dalam lingkungan masyarakat maupun dari buku-buku
dongeng yang tersedia di perpustakaan belum dimanfaatkan dengan maksimal sebagai sumber
belajar yang dapat menunjang proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran berbicara.
Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang
empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. James Danandjaja (1986:
86) berpendapat bahwa kata dongeng menurut pengertian yang sempit adalah cerita pendek
kolektif kesusastraan lisan, sedangkan pengertian dongeng dalam arti luas adalah cerita prosa
rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga melukiskan
kebenaran, berisikan pelajaran (moral) bahkan sindiran. Jadi, dongeng adalah cerita prosa
rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat, yang
mempunyai keguanaan sebagai alat hiburan atau pelipur lara dan sebagai alat pendidik
(pelajaran moral).
Cara meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan dongeng dapat didahului
dengan dipraktekkan terlebih dahulu oleh guru. Unsur keterampilan berbahasa yang terdapat
didalamnya adalah menyimak dan berbicara. Menyimak dengan siswa mendengarkan cerita
yang disampaikan dan menugaskan siswa untuk menceritakan kembali dongeng yang telah
14. 14
didengarnya dengan bahasanya sendiri. Disini akan menggali keberanian siswa untuk tampil
ke depan dan mendongeng untuk temannya dengan cara dan gayanya sendiri. Jika seorang
siswa berani tampil dengan bagus, hal itu akan memotivasi siswa lain untuk mencoba berbicara
kedepan.
3. Bermain peran
Bermain peran merupakan salah satu bentuk aktivitas drama yang didalamnya terdapat
aktivitas berbicara. Aktivitas tersebut mencakup lafal, intonasi, jeda, aksentuasi/tekanan yang
jelas, kemudian penggunaan bahasa yang baik, serta pengorganisasian ide yang terstruktur.
Artinya ketika bermain peran aspek tersebut secara otomatis akan dipergunakan. Bermain
peran merupakan teknik yang banyak dipakai oleh guru bahasa Indonesia di sekolah, untuk
melatih dan meningkatkan keterampilan berbicara muridnya.
Selain menyenangkan juga menawarkan pelarian mental atau pengungkapan ekspresi
sebagai feedback dari keterampilan berbicara. Cara atau strategi yang bisa diterapkan
dengan bermain peran yaitu dengan mengajak siswa untuk memerankan tokoh dalam sebuah
cerita dengan karakter tertentu dan membimbing siswa untuk mendalami karakter yang
didapatkannya.
4. Menggunakan strategi Modelling The Way
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara
bahasa Indonesia perlu menerapkan strategi Modeling The Way (membuat contoh
praktik). Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan
keterampilan berbicara bahasa Indonesia melalui demonstrasi, dari hasil demonstrasi ini
kemudian diterapkan dalam keseharian di sekolah, yaitu siswa dibagi dalam beberapa
kelompok kecil, identifikasi beberapa situasi umum yang biasa siswa lakukan di ruang kelas
dan luar kelas dalam berbicara bahasaIndonesia yang baik dan benar, kemudian siswa
mendemonstrasikan satu persatu dalam berbicara bahasa Indonesia.
Modeling The Way memberi waktu siswa untuk menciptakan skenario sendiri dan
menentukan bagaimana mengilustrasikan keterampilan berbicara sesuai kelompoknya.
Kemudian siswa diberi kesempatan untuk memberikan feedback pada setiap demonstrasi yang
dilakukan.
5. Cerita berantai
Menurut Tarigan (1990), “Penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan untuk
membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah menunjukkan keberanian,
diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi meningkat.” Teknik cerita berantai bisa dimulai
dari seorang siswa yang menerima informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan
informasi itu kepada teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya
kepada teman yang lain lagi. Begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi, yaitu:
siswa yang mana yang menerima informasi yang benar atau salah. Siswa yang salah menerima
informasi tentu akan salah pula menyampaikan informasi kepada orang lain. Sebaliknya, bisa
15. 15
saja terjadi informasi yang diterima oleh siswa itu benar tetapi mereka keliru
menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu, diperlukan pertimbangan yang cukup
bijak dari guru untuk menilai keberhasilan teknik cerita berantai ini. Tarigan (1990)
berpendapat bahwa teknik cerita berantai adalah salah satu teknik dalam pengajaran berbicara
yang menceritakan suatu cerita kepada siswa pertama, kemudian siswa pertama menceritakan
kepada siswa kedua, dan seterusnya kemudian cerita tersebut diceritakan kembali lagi kepada
siswa yang pertama. Menurut Tarigan (1990), cerita berantai dapat diterapkan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
a) Guru menyusun suatu cerita yang dituliskan dalam sehelai kertas.
b) Cerita itu kemudian dibaca dan dihapalkan oleh siswa.
c) Siswa pertama menceritakan cerita tersebut, tanpa melihat teks, kepada siswa kedua.
d) Siswa kedua menceritakan cerita itu kepada siswa ketiga.
e) Siswa ketiga menceritakan kembali cerita itu kepada siswa pertama.
f) Sewaktu siswa ketiga bercerita suaranya direkam.
g) Guru menuliskan isi rekaman siswa ketiga di papan tulis.
h) Hasil rekaman diperbandingkan dengan teks asli cerita.
Pembentukan kelompok dalam menerapkan teknik cerita berantai dapat
membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk berbicara dan sekaligus menyimak bahan
pembicaraan. Pada waktu siswa menyimak pesan, tampak siswa saling mengingatkan dengan
sesama anggota kelompok. Ini dilakukan agar siswa tidak keliru menyampaikan isi bahan
simakan. Fenomena ini membuat siswa harus dapat menyimak dengan teliti, sebab siswa takut
sekali akan membuat kesalahan dalam menyampaikan isi bahan simakan pada saat ia disuruh
untuk berbicara. Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik
perhatian, minat, dan motivasi siswa sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan
ketelitian siswa pada waktu akan menyampaikan isi bahan simakan di depan kelas. Cara ini
akan menunjukkan kemampuan berpikir, menyimak serta berbicara siswa.
6. Media gambar dalam bercerita
Guru mengembangkan media pembelajaran melalui penggunaan media gambar cerita
dengan maksud agar siswa dapat menginterpretasikan isi cerita sesuai dengan imajinasinya
yang akhirnya siswa dapat mengungkapkan kembali isi cerita, mengungkapkan hasil
pengamatan dengan bahasa yang runtut, sehingga bermakna. Penggunaan gambar cerita
merupakan alat bantu (media) agar pembelajaran tidak terkesan monoton dan terjadi bina
suasana kelas.
Dengan media ini diharapkan anak terangsang untuk menggunakan daya indera
pendengarannya secara maksimal untuk menyimak cerita guru. Setelah anak menyimak cerita
guru, daya imajinasi anak akan muncul selaras dengan alur dan tokoh cerita guru, dan akhirnya
anak diharap mempunyai kemampuan menceritakan kembali apa yang telah diceritakan oleh
16. 16
gurunya dan juga dapat mengadopsi perilaku positif dari tokoh cerita. Kemampuan anak untuk
menceritakan kembali isi cerita merupakan modal dasar anak dalam melatih aspek
keterampilan berbicara. Siswa kurang berminat terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia,
khususnya keterampilan berbicara, karena tidak dipergunakannya alat peraga atau gambar yang
membuat siswa tertarik untuk mempelajarinya. Siswa juga kurang menguasai keterampilan
berbicara dalarn Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
7. Menyajikan Informasi
Salah satu bentuk kegiatan penyajian informasi yang sesuai bagi anak-anak kelas 3-6
SD ialah menyampaikan laporan secara lisan. Untuk mengingatkan agar anak-anak
menggunakan cara-cara yang efektif dalam menyajikan laporan secara lisan, masalah mereka
menceritakan hal-hal yang mereka inginkan dan tidak mereka inginkan dari seorang pembicara.
Bentuk kegiatan lain yang untuk melatih penyajian informasi ialah dengan berpidato. Tujuan
kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara
dengan orang lain, belajar menyusun, dan menyajikan suatu pembicaraan, dan mempelajari
cara yang terbaik untuk berbicara di hadapan sejumlah pendengar. Empat langkah dalam
menyiapkan dan menyajikan pidato yang seharusnya dikerjakan oleh anak-anak yang belajar
berpidato adalah sebagai berikut (Ross and Roe, 1990: 135136).
v Merencanakan pidato
Tentukan tujuan berpidato, untuk menginformasikan, menghibur, atau mendorong suatu
tindakan. Pilihlah topik yang menarik, tidak terlalu sulit dan dapat diceritakan secara ringkas.
v Menyusun pidato
Membuat kerangka pidato, menentukan urutan untuk menyajikan hal-hal yang penting, buatlah
awal dan akhir pidato yang mengesankan, dan rencanakan penggunaan media visual apabila
meyakinkan.
v Mempraktikan
Praktikan berpidato di depan teman-teman sekelompok atau di depan kelas sebagai latihan.
Menyampaikan pidato di depan pendengar yang sebenarnya. Apabila tidak memungkinkan
penyampaian pidato dapat dalam bentuk simulasi dikelas. Anak-anak lain yang menjadi
pendengar diamati berperan sebagai pendengar yang sebenarnya, sesuai dengan tujuan pidato
tersebut.
8. Berpartisipasi Dalam Diskusi
Diskusi memberikan kesempatan kepada murid untuk berinteraksi dengan murid-murid
laindan guru, mengekspresikan pikiran secara lengkap, mengajukan berbagai pendapat, dan
mempertimbangkan perubahan pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang
meyakinkan atau tangapan yang masuk akal yang dikemukakan oleh peserta diskusi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa diskusi merupakan strategi yang membuat murid-murid lebih
17. 17
bergairah dalam proses pembelajaran (Alverman, dkk, lewar ross and Roe, 1990: 138). Diskusi
kelompok, merupakan teknik yang paling sering digunakan sebagai teknik pengembangan
bahasa lisan yang menuntut kemampuan murid untuk membuat generalisasi dan mengajukan
pendapat-pendapat mengenai suatu topik atau permasalahan.
Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka, murid-murid mengungkapkan
gagasan dan berbagi informasi dengan mendeskripsikan keputusan, dan mengajukan
pemecahan masalah. Selama berpartisipasi dalam diskusi, murid-murid kurang bergantung
pada jawaban benar dari guru, tetapi mencermati gagasan mereka sendiri dan gagasan teman-
teman mereka. Diskusi untuk memecahkan masalah akan berhasil dengan baik apabila guru
dan murid-murid bersama-sama merumuskan masalah-masalah yang akan di diskusikan. Guru
dapat mengontrol pelaksanaan diskusi dengan memfokuskan perhatian pada ketertarikan murid
pada topic yang didiskusikan. Apabila pelaksanaan diskusi menyimpang dari topic, guru dapat
mengarahkan engan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan topic diskusi.
9. Menghibur (menyajikan pertanyaan)
Kadang-kadang murid-murid dapat menyajikan pertunjukan untuk teman atau teman
sekelas, teman-teman dari kelas lain, orang tua dan angota masyarakat di sekitar gedung
sekolah. Siswa dapat menyatakan keingintahuannya dengan bertanya. Tingkat atau ragam
pertanyaan yang sistematis siswa dapat menemukan apa yang diinginkannya.
10. Sandiwara boneka
Pertunjukan sandiwara boneka memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk
berbagai gagasan dan cerita lewat percakapan, disertai dengan gerakan boneka. Di dalam kelas
anak-anak dapat menggunakan boneka dengan dua cara. Mereka menemukan (mencari) cerita
yang sesuai dengan boneka-boneka yang sudah sesuai tersedia, atau mereka dapat membuat
beberapa boneka kemudian mengarang cerita yang sesuai. Cerita yang baik untuk sandiwara
boneka adalah yang dialognya terasa hidup dan sederhana, yang alur ceritanya bergerak cepat
(tidak berputar-putar). Agar dapat memainnkan sandiwara boneka dengan baik, anak-anak
perlu berlatih mengucapkan dialog atau monolog dan menggerakkan tangan. Anak-anak harus
berbicara seolah-olah menjadi pelaku yang sebenarnya. Misalnya dalam cerita kancil dan
gajah, kancil berbicara dengan suara tinggi dan cepat, sedangkan gajah dengan suara rendah
dan mantap. Ucapan anak-anak harus benar dan jelas agar dapat ditangkap dengan baik oleh
pendengar. Boneka dapat dibeli atau dibuat sendiri oleh anak-anak. Tentu saja guru perlu
memberikan bimbingan dan menyediakan bahan yang diperlukan, atau meminta anak-anak
memebawa sebagian bahan tersebut seperti jarum, benang, kertas, pensil, lem, pita atau kain
perca.
18. 18
11. Bercerita atau membaca puisi secara Kor
Melalui kegiatan bercerita atau membaca puisi secara kor, anak-anak dapat
mengekspresikan karya sastra. Mereka dapat merasakan keindahan karya sastra lewat ritme,
rima, aliterasi, dan suasana batin yang diungkapkan. Beberapa cerita rakyat dapat digunakan
untuk kegiatan ini, tetapi yang paling mudah digunakan untuk kegiatan ini adalah puisi. Cerita
atau puisi yang digunakan harus menarik bagi anak-anak, yang mudah dipahami secara lisan,
dan yang mudah dihafalkan. Mereka perlu mendengarkan cerita atau puisi yang akan dibaca
secara kor itu berulang-ulang agar dapat menafsirkan isinya. Mereka harus dapat menangkap
perasaan batin yang terkandung didalam cerita atau puisi tersebut, mungkin bersifat humor,
menyedihkan, misterius dan mereka mengetahui perhentian serta mengetahui kata-kata yang
harus diberi tekanan. Tujuan utama bercerita dan membaca puisi secara kor adalah untuk
memperoleh kesenangan. Oleh karena itu guru hendaknya tidak mengharapkan penampilan
yang benar-benar bagus, tetapi ia harus menolong murid-murid belajar menafsirkan karya satra
secara lisan untuk memproleh kesenangan. Norton (lewat Ross dan Roe, 1990: 143)
menyajikan lima bentuk bercerita atu membaca puisi secara lisan seperti tertera di bawah ini.
Refren. Guru atau murid yang mampu melakukan dengan baik menyajikan bagian utama
ceritya atu puisi, kemudian anak-anak yang lain menirukan bersama-sama. Contoh: Satu baris
per anak atau satu baris perkelompok. Seorang anak atau suatu kelompok mulai membacakan
baris pertama, anak atau kelompok yang lain membacakan baris berikutnya. Demikian
seterusnya sampai cerita atau puisi terbaca selurhnya. Contoh: Antifonal atau dialog. Setiap
bagian dibaca oleh kelompok yang berbeda, seperti anak-anak laki-laki dan perempuan, suara
tinggi dan suara rendah, atau anak-anak yang duduk di sebelah kanan dan yang duduk di
sebelah kiri. Komulatif. Kelompok I membacakan bagian awal cerita atau bait pertama puisi ,
kemudian kelompok II bergabung pada bagian tengah cerita atau bait kedua puisi. Demikian
seterusnya sampai semua kelompok berpartisipasi. Contoh : serentak. Semua anak di kelas
membacakan cerita atau puisi bersama-sama.
12. Bermain Drama
Bentuk lain apresiasi sastra secara lisan ialah membacakan naskah drama atau bermain
drama. Diantara anak-anak yang berperan sebagai narrator, yakni yang membacakan diskripsi
cerita. Anak-anak yang lain memerankan semua pelaku cerita yang ditentukan. Dalam memilih
naskah drama yang memiliki perwatakan yang kuat dan menggunakan gaya penyajian yang
lembut. Anak-anak harus dapat memahami karakter pelaku yang akan dierankannya sehingga
dapat memerankannya dengan baik. Dalam membacakan atau memerankan drama, setiap anak
harus dapat membayakan latar dan tindakan pelaku dan dapat menggunakan suara sesuai
dengan pemahamannya terhadap perasaan dan pikiran pelaku tersebut. Dengan kegiatan ini
para murid dapat menunjukkan sebag dalam menerjemahkan tulisan kedalam bahasa lisan
yang ekspresif sebagai ungkapan perasaan dan pikiran. Disamping yng telah diutarakan di atas,
pengemb ngn kemampuan bhasa lisan juga dapat berbentuk curah pendapat, dan percakapan.
Curah pendapat digunakan untuk merangsang kemampuan berfikir dan berekspresi secara
lisan. Guru perlu menyampaikan aturan-aturan sederhana dalam melakukan curah pendapat,
sebagi berikut:
19. 19
a) Berpikir untuk mengungkapkan gagasan sebanyak mungkin yang berhubungan dengan topic.
b) Dengarkan yang dikatakan teman-temanmu, kemudian kembangkan gagasan mereka.
c) Pikirkanlah gagasan-gagasan yang asli dan belum dikemukakan orang lain.
d) Kemudian satu gagasan setiap kali berbicara.
e) Jangan mengkritik gagasan seseorang.
13. Wawancara
Wawancara dapat digunakan oleh murid untuk memproleh informasi yang
berhubungan dengan suatu tugas tertentu. Melakukan wawancara membutuhkan keterampilan
berbicara dan menyimak. Hal ini dapat dilakukan dengan baik apabila murid-murid mengikuti
langkah-langkah sesui dengan rencana. Langkah pertama adalah tujuan mewawancarai
seseorang, seperti memperoleh informasi untuk majalah dinding, mengumpulkan bahan
mengenai cara hidup pada zaman dulu, atau untuk mempelajari tanggung jawab dalam
pekerjaan-pekerjaan yang berbedaagar dapat memilih pekerjaan. Langkah berikutnya ialah
menyusun daftar pertanyaan terbuka (yang tidak dapat dijawab dengan ya atau tidak saja),
kemudian membuat perjanjian dengan orang yang akan diwawancarai mengenai waktu yang
tepat untuk pelaksanaan wawancara. Sebelum melakukan wawancara, anak-anak daptberlatih
dengan mewawancarai temannya.
14. Bercakap-cakap
Bercakap-cakap adalah berbicara secara alami antara dua atau lebih pembicara.
Bercakap-cakap merupakan bentuk ekspresi lisan yang paling alami dan bersifat tidak resmi,
tetapi anak-anak kurang mendapat kesempatan untuk melakukan percakapan khususnya
percakapan dalam bahasa Indonesia bagi anak-anak yang berbahasa ibu bahasa daerah, selama
berada di sekolah. Oleh sebab itu, sebaiknya tersedia tempat bercakap-cakap dengan tempat
duduk yang nyaman (anak-anak duduk di karpet atau tikar). Anak-anak bercakap-cakap dalam
kelompok-kelompok kecil selama waktu tertentu. Untuk melatih siswa mau dan mampu
berbicara, guru bersama siswa dapat merencanakan materi percakapan. kegiatan ini dapat
dilakukan di luar waktu belajar.
15. Laporan Lisan
Siswa dilatih menyusun laporan sederhana yang menyangkut yang menyangkut topic
atau tema mata pelajaran. Laporan dapat beruberupa isi buku, hasil percobaan, hasil
pengamatan, ataupun isi cerita.
20. 20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sesuai judul “Upaya Peningkatan Retorika,Tendensi dan Kompetensi Bakat dalam
Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan dengan Aksentuasi Program Pedagogi Sejak di
Sekolah Dasar” , saya mengambil kesimpulan bahwa, pentingnya peran dari tenaga pendidik
utamanya di sekolah dasar disebabkan siswa disekolah dasar biasanya masa masa semangat
dalam menuntut ilmu. Dengan demikian, seharusnya bakat, potensi dan minat siswa diuji disaat
lulus dari sekolah dasar. Agar mutu pendidikan di Indonesia tidak ketinggalan zaman.
Maka dari itu, sudah sepantasnya Menteri Pendidikan untuk merevolusi mutu
pendidikan di Indonesia seperti peminatan Saintek/Soshum bisa diterapkan di bangku Sekolah
Menengah Pertama agar bisa bersaing dengan negara tetangga sehingga kualitas pendidikan di
indonesia dapat menjadi tolak ukur keberhasilan generasi muda yang akan datang. Dengan
demikian, disaat lulus dari bangku sekolah dasar, siswa dapat dilihat dari bakat dan potensinya
disaat menentukan masuk peminatan Saintek/Soshum di Sekolah Menegah Pertama.
Berdasarkan uraian pada bab di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam
perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya.
2. Manfaat memahami psikologi perkembangan, yaitu :
a. Memahami Perbedaan Individu.
b. Memilih dan menentukan tujuan materi dan strategi belajar yang sesuai dengan tingkat
kemampuan intelektual peserta didik.
c. Dapat menghadapi siswa dengan benar dalam bentuk tingkah laku yang benar.
d. Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas.
e. Pendidik akan memperoleh kemudahan untuk mengetahui pola perilaku apa yang diharapkan
dari peserta didiknya.
f. Pendidik akan memperoleh kemudahan untuk menyusun pedoman dalam memahami peserta
didiknya.
g. Memungkinkan pendidik membantu proses perkembangan anak pada saat – saat yang tepat.
h. Memungkinkan pendidik mempersiapkan individu atas perubahan yang bakal terjadi pada
fisik, perhatian, dan perilakunya.
3. Potensi adalah kapasitas atau kemampuan dan karakteristik atau sifat individu yang
berhubungan dengan sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan
atau menunjang pengembangan potensi lain yang meliputi potensi fisik, intelektual,
kepribadian, minat, potensi moral, dan religius.
21. 21
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan potensi peserta didik dibagi menjadi dua
yaitu faktor internal meliputi taraf kecerdasan, konsep diri, motivasi berprestasi, bakat, minat,
dan sikap, serta faktor eksternal yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
5. Psikologi perkembangan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan yang diterima peserta didik
dan berperan penting dalam upaya pengembangan potensi yang dimiliki tiap – tiap peserta
didik. Dengan memahami psikologi perkembangan, guru mampu menentukan cara – cara tepat
dan jitu yang akan digunakan sebagai usaha mengembangkan potensi peserta didiknya.
6. Langkah – langkah yang dilakukan pendidik dalam mengoptimalkan pengembangan potensi
peserta didik, yaitu menentukan strategi pembelajaran yang biasanya dilakukan sebelum proses
belajar mengajar, menentukan tahapan – tahapan penggunaan strategi pembelajaran, dan
menentukan metode – metode penunjang proses belajar mengajar.
B. SARAN
Seorang pendidik atau guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai
dengan potensi, kemampuan, dan keadaan peserta didiknya. Pemahaman terhadap psikologi
perkembangan dapat dijadikan titik awal untuk menentukan teknik dan strategi yang jitu dalam
upaya mengoptimalkan segala macam potensi yang dimiliki oleh masing – masing peserta
didiknya agar potensi – potensi tersebut dapat berkembang dengan maksimal.
22. 22
DAFTAR PUSTAKA
1. Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
2. LN, Syamsu Yusuf. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
3. Munandar, Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
4. Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta : PT INDEKS.
5. Prayitno, Elida. 1992. Psikologi Perkembangan. Semarang : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
6. Sjarkawi. 2008. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta : Bumi Aksara.
7. Soejanto, Agoes. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
8. Soeparwoto. 2007. Psikologi Perkembangan. Semarang : UPT MKK Unnes.
9. Tim PengembanganMKDK.1990. PsikologiPerkembangan.Semarang:IKIP Semarang Press.
10. http://danialkampai.blogspot.com/2012/12/manfaat-psikologi-perkembangan-dalam.html
11. http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/pentingnya-guru-memahami-perkembangan-
dan-cara-belajar-anak/
12. http://fachrugianappb.blogspot.com/2010/09/minat-dan-bakat.html
13. http://tatangjm.wordpress.com/psikologi-pendidikan/