ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
1. i
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG
DAGANG
(STUDI KASUS DI DISTRIBUTION CENTRE CABANG BEKASI)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademika Dan Melengkapi
Sebagian Dari Syarat – syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi
Oleh
UMMIL MU’MININ
2011420032
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2015
5. v
ABSTRAK
NIM : 2011420032, Judul Skripsi : ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL
ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG (STUDI KASUS DI
DISTRIBUTION CENTRE CABANG BEKASI),
Jumlah Hal : xii + 93 Hal,
Kata Kunci : Pengendalian Persediaan, Efisiensi dan Efektivitas
Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis untuk mengetahui apakah
penerapan pengendalian internal atas persediaan barang dagang di Distribution
Center cabang Bekasi telah sesuai dengan standar operasional prosedur
perusahaan, serta penerapan prosedur pengendalian internal atas persediaan
barang dagang di Distribution Centre cabang Bekasi sudah efektif dan efisien, dan
kendala - kendala yang dihadapi dalam melakukan pengendalian internal atas
persediaan barang dagang di Distribution Center cabang Bekasi.
Hasil penelitian ini membahas tentang penerapan pengendalian internal atas
persediaan barang dagang yang dilakukan oleh Distribution Centre cabang Bekasi
secara umum telah sesuai dengan standar operasional prosedur perusahaan.
Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu terdapat
beberapa kelemahan yang ada di standar operasional prosedur perusahaan
sehingga standar operasional prosedur perusahaan perlu dilakukanevaluasi setiap
saat.
Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan perusahaan dapat tercapai karena
menggunakan sistem komputerisasi serta kendala – kendala yang dihadapi oleh
perusahaan ada ketika bagian Receiving cord berhalangan hadir maka otorisasi
boleh dilakukan oleh receiving officer. Perusahaan perlu melakukan otorisasi
minimal dua orang ketika receiving cord berhalangan hadir untuk mencegah
penyalahgunaan wewenang yang dikhawatirkan dapat terjadinya kecurangan yang
berdampak pada kehilangan asset perusahaan.
Jakarta, Agustus 2015
Ummil Mu’minin
6. vi
KATA PENGANTAR
Bismil-laahir-rahmanir-raahiim
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kuasa-Nya yang telah diberikan kepada penulis, baik
berupa kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini, skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL
ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG (STUDI KASUS DI
DISTRIBUTION CENTRE CABANG BEKASI)”, yang merupakan salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak
terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, sehingga
memungkinkan skripsi ini terwujud. Dengan kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak, Mama, Adik dan untuk doa, restu, kasih sayang, perhatian, kesabaran
dan dukungan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
2. Bapak Ahmad Basid Hasibuan, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Darma Persada yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
3. Bapak Jombrik, SE, MM. selaku Dosen Pembimbing bagi penulis yang
dengan sabar, bijaksana serta sistematis membimbing penulis dalam
7. vii
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk waktu, tenaga dan pikiran yang
telah bapak berikan untuk penulis.
4. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman – teman Akuntansi 2011
yang telah setia memberi semangat dan dukunganya.
5. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kordinator Wilayah
Distribution Centre Edi Priyono, dan karyawan alfamart yang telah
memberikan waktunya dan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
mempunyai banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi kita semua khususnya
bagi penulis sendiri maupun bagi pihak lain yang membutukan.
Jakarta, Agustus 2015
Ummil Mu’minin
8. viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL SKRIPSI ............................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iv
ABSTRAK ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................... 4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 5
1.3.1.Tujuan Penelitian ................................................. 5
1.3.2.Manfaat Penelitian ............................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi ………………………….. 7
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi ................ 7
2.1.2 Komponen Sistem Informasi Akuntansi ………... 8
2.1.3 Ruang Lingkup dan Tujuan Sistem Informasi
Akuntansi ……………………………………….. 11
2.1.4 Ancaman – ancaman atas Sistem Informasi
Akuntansi ……………………………………….. 13
2.1.5 Peranan Akuntan Dalam Sistem Informasi
Akuntansi ……………………………………….. 14
2.1.6 Peran Komputer di Dalam Sistem Informasi
Akuntansi ……………………………………….. 15
9. ix
2.1.7 Bentuk Pengawasan Didalam Sistem Informasi
Akuntansi ……………………………………….. 17
2.2 Pengendalian Internal .................................................... 18
2.2.1 Pengertian Pengendalian Internal ………………. 18
2.2.2 Komponen Pengendalian Internal ……………… 19
2.2.3 Karakteristik Pengendalian Internal ……………. 20
2.2.4 Tujuan Pengendalian Internal …………………... 21
2.2.5 Unsur – unsur Pengendalian Internal …………… 24
2.3 Persediaan Barang Dagang
2.3.1 Jenis – Jenis Persediaan ……………..…………. 24
2.3.2 Pengertian Persedian……………………………. 26
2.3.3 Arti Penting Persediaan….................................... 27
2.3.4 Tujuan dan Manfaat Persediaan………………… 29
2.3.5 Pengendalian Internal Atas Persediaan…………. 31
2.3.6 Prosedur Penanganan Persediaan Barang
Dagang…………………………………………. 33
2.3.7 Mengadministrasikan Proses Penerimaan Barang
Dagang…………………………………………. 35
2.3.8 Pemeriksaan Atas Penerimaan Barang Dagang.. 38
2.3.9 Mengadministrasikan Penyimpanan Barang ….. 39
2.3.10 Metode Pencatatan Persediaan ………………... 40
2.3.11 Pengertian Metode Penilaian Persediaan ..……. 45
2.3.12 Tujuan Penilaian Inventory ….……………….. 46
2.4 Penelitian Terdahulu ..................................................... 47
2.5 Kerangka Pemikiran …………………………………. 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian .......................................................... 51
3.2 Jenis Data ...................................................................... 51
3.3 Pengumpulan Data ........................................................ 51
3.3.1 Telaah Data …………………………………….. 52
10. x
3.3.2 Penelitian Kepustakan ………………………….. 52
3.4 Metode Analisis Data ..................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................ 53
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ................ 53
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ...................................... 53
4.1.3 Struktur Organisasi dan Otorisasinya …………… 54
4.2 Unsur Pengendalian Internal Persediaan
Barang Dagang ............................................................... 56
4.3 Penilaian Resiko Terhadap Barang Dagang …………… 59
4.4 Informasi dan Komunikasi Persediaan Barang ………... 61
4.5 Prosedur Pengendalian Persediaan Barang ..................... 62
4.5.1 Prosedur Pemesanan Barang …………………….. 62
4.5.2 Prosedur Penerimaan Barang ……………………. 66
4.5.3 Prosedur Penyimpanan Barang ………………….. 75
4.5.4 Prosedur Pengeluaran Barang …………………… 76
4.6 Pengawasan ……………………………………………. 82
4.7 Evaluasi Pelaksanaan Prosedur ………………………... 83
4.7.1 Evaluasi Prosedur Pemesanan Barang …………... 83
4.7.2 Evaluasi Prosedur Penerimaan Barang ……….…. 86
4.7.3 Evaluasi Prosedur Pengeluaran Barang …………. 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................... 92
5.2 Saran ............................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
11. xi
DAFTAR TABEL
TABEL Judul Hal.
4.1 Kelemahan Internal Kontrol Alur Prosedur Pemesanan
Barang ……………………………………………………….. 66
4.2 Kelemahan Internal Kontrol Alur Prosedur Penerimaan
Barang ………………………………………………………. 74
4.3 Kelemahan Internal Kontrol Alur Prosedur Pengeluaran
Barang……………………………………………………….. 82
4.4 Evaluasi Prosedur Pemesanan Barang ……………………..... 84
4.5 Evaluasi Prosedur Penerimaan Barang …………………….... 88
4.6 Evaluasi Prosedur Pengeluaran Barang ……………………… 89
12. xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Judul Hal.
2.1 Komponen Sistem Informasi Akuntansi .............................. 10
2.2 Proses Pengawasan dalam Sistem Informasi Akuntansi ...... 18
2.3 Alur Pemeriksaan Oleh Bagian Gudang .............................. 39
2.4 Kerangka Berfikir …………………………………............ 50
4.1 Struktur Organisasi PT Alfaria Tirtajaya …………………. 55
4.2 Alur Prosedur Pemesanan Barang ……………………….. 65
4.3 Alur Prosedur Penerimaan Barang ……………………….. 70
4.4 Alur Prosedur Pengeluaran Barang ………………………. 78
13. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Globalisasi diidentikkan dengan dunia tanpa batas dalam arti Negara –
negara dapat menjual produknya ke negara lainnya, serta dapat pula
mendatangkan barang dan jasa dari negara lain. Era ini mendorong setiap negara
harus efisien, tak terkecuali perusahaan yang ada di Negara tersebut. Efisiensi
merupakan faktor daya saing setiap Negara, maupun perusahaan. Pertumbuhan
penduduk dan semakin bervariasinya kebutuhan masyarakat mengakibatkan
kebutuhan tidak dapat lagi dipenuhi dari satu sumber. Hal ini mendorong
tumbuhnya persaingan usaha untuk meraih pasar seluas – luasnya. Perusahaan
perlu melakukan inovasi agar mampu bersaing. Selain dari pada itu, semakin
meningkatnya taraf hidup masyarakat juga mendorong perubahan pola
pengeluaran dan pola konsumsi yang cenderung lebih menginginkan yang serba
praktis. Kehadiran perusahaan ritel yang menjual hampir semua kebutuhan pokok
masyarakat tumbuh dengan pesat di Indonesia dalam 10 tahun terakhir, yang
selanjutnya diikuti dengan perusahaan ritel lainnya seperti Gelael, Pitstop, Hero,
Carefour, Indomaret, Alfamart dan lain – lain yang terus bertumbuh hingga saat
ini. Jumlah gerai Alfamart menurut wibiznews hingga akhir tahun 2014 mencapai
9.757 gerai. Banyaknya jumlah gerai yang tersebar diseluruh pelosok
memerlukan penanganan yang spesifik agar mampu memberikan informasi yang
14. 2
akurat. Informasi tidak hanya menyangkut transaksi penjualan atau pengelolaan
kas, tetapi juga menyangkut pengelolaan dan pengendalian persediaan agar
kontinuitas pasokan terjamin.
Perusahaan tiap harinya melakukan berbagai transaksi. Transaksi dalam
perusahaan juga memiliki karakteristik sendiri – sendiri, misalnya ada yang
berhubungan dengan penerimaan kas, pengeluaran kas, ada yang berhubungan
dengan pemindahan barang (baik dari dalam perusahaan ke pihak luar maupun
sebaliknya), Karena memiliki karakteristik yang berbeda – beda, maka tiap
transaksi harus dicatat dengan cara yang berbeda – beda, untuk itu dibuatkan
prosedur untuk menanggulangi masalah tersebut.
Perusahaan senantiasa memberi perhatian yang besar pada persediaan.
Tanpa persediaan, para pengusaha akan berhadapan dengan resiko bahwa
perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para
pelanggannya. Selain itu, perusahaan juga harus memperhatikan lingkungan
persaingan bisnis yang meningkat dengan cara memeriksa kembali setiap
kegiatan internal dalam usaha untuk mendapatkan nilai tambah dengan biaya
minimal.
Informasi – informasi akuntansi merupakan bagian yang terpenting dari
seluruh informasi yang diperlukan oleh manajemen. Informasi akuntansi terutama
yang berhubungan dengan data keuangan dari suatu perusahaan. Agar data
keuangan yang ada dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen, maupun pihak
15. 3
luar perusahaan, maka data tersebut perlu disusun dalam bentuk – bentuk yang
sesuai, sehingga menghasilkan informasi akuntansi yang akurat. Informasi
akuntansi dibedakan menjadi dua macam yaitu yang pertama adalah informasi
akuntansi keuangan
Informasi akuntansi keuangan merupakan informasi yang disusun
terutama menghasilkan informasi yang biasanya dalam bentuk laporan keuangan
yang ditunjukkan pada pihak – pihak luar perusahaan. Umumnya laporan
keuangan yang dihasilkan terdiri dari neraca, laporan laba – rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan
– laporan ini merupakan ringkasan dari keadaan perusahaan yang mempunyai
kepentingan terhadap perusahaan seperti langganan, pemegang saham, kreditur,
bank, kantor pajak, dan lainnya.
Yang kedua yaitu informasi akuntansi manajemen yang berguna untuk
perencanaan dan pengendalian perusahaan dalam kegiatan sehari – hari serta
dapat melakukan perencanaan jangka panjang guna mencapai tujuan yang
direncanakan.
Dalam menghadapi persaingan, perusahaan memerlukan sistem yang
terstruktur untuk menghasilkan sebuah informasi yang dibutuhkan pemakainya
sehingga dapat bermanfaat bagi kemajuan perusahaan dan mendapatkan laba
yang maksimal.
16. 4
Pengendalian persediaan barang akan efektif apabila ditunjang dengan
sistem informasi akuntansi yang memadai. Dengan adanya sistem informasi
akuntansi mengenai pengendalian persediaan perusahaan dapat mengambil
keputusan dengan tepat mengenai pengadaan dan pengendalian barang dagang.
Persediaan merupakan asset penting bagi perusahaan. Untuk itu
dibutuhkan pengelolaan dalam pengendalian persediaan. Pengendalian persediaan
dapat diterapkan dari pemesanan persediaan, penerimaan persediaan dan
pengeluaran persediaan yang diharapkan dapat akurat dan tepat untuk mencegah
terjadinya kerugian perusahaan karena kehilangan persediaan.
Bedasarkan latar belakang yang tersebut maka penulis tertarik mengambil
Judul “Analisis Pengendalian Internal Atas Persediaan Barang Dagang
(Studi Kasus Di Distribution Centre Kota Bekasi)
1.2 Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah yang disampaikan tersebut dapat
dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan pengendalian internal atas persediaan barang dagang di
Distribution Center cabang Bekasi telah sesuai dengan standar operasional
prosedur Perusahaan?
2. Apakah penerapan prosedur pengendalian internal atas persediaan barang
dagang di Distribution Centre cabang Bekasi sudah efektif dan efisien?
17. 5
3. Kendala apa yang dihadapi dalam penerapan pengendalian internal atas
persediaan barang dagang pada Distribution Center Cabang Bekasi?
1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Bedasarkan rumusan masalah yang disampaikan penulis dapat
diidentifikasi tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis untuk mengetahui apakah penerapan pengendalian internal atas
persediaan barang dagang di Distribution Center cabang Bekasi telah sesuai
dengan standar operasional prosedur perusahaan.
2. Menganalisis untuk mengetahui apakah penerapan prosedur pengendalian
internal atas persediaan barang dagang di Distribution Centre cabang Bekasi
sudah efektif dan efisien.
3. Menganalisis untuk mengetahui kendala - kendala yang dihadapi dalam
melakukan pengendalian internal atas persediaan barang dagang di
Distribution Center cabang Bekasi.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun pembuatan peneitian ini dapat memberikan manfaat bagi para
pihak, antara lain:
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan bagi peneliti sehingga dapat memahami kendala –
kendala yang terjadi dalam pengendalian internal Distribution centre dan
18. 6
mengetahui sistem yang diterapkan Distribution centre agar tercapainya
efektivitas yang diharapkan oleh perusahaan.
2. Bagi pihak lain
a. Bagi manajemen perusahaan
Sebagai bahan untuk mengevaluasi prosedur pengendalian internal
perusahaan yang tertuang dalam standar operasional prosedur serta
diharapkan dapat mengukur efisiensi dan efktivitas perusahaan sehingga
Distribution Centre dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dan
mengambil keputusan yang tepat mengenai pengendalian persediaan
barang dagang di masa mendatang.
b. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca dan
dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya dimasa yang akan
datang.
19. 7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi menurut Wahyu (2006:2.2) yaitu:
“Sekumpulan perangkat sistem yang berfungsi untuk mencatat data transaksi, dan
menyajikan informasi akuntansi kepada pihak internal dan pihak eksternal”.
Adapun Sutabri (2004: 4) mendefinisikan sistem informasi akuntansi
merupakan “supersistem yang terdiri dari sistem akuntansi pertanggungjawaban
dan suatu sistem pemrosesan transaksi”.
Sedangkan menurut TIMBooks (2015:2) mendefisinikan bahwa sistem
informasi akuntansi merupakan: “sistem yang menyediakan informasi akuntansi
dan keuangan beserta informasi lainnya yang diperoleh dari proses rutin transaksi
akuntansi”.
Selanjutnya menurut Romney & Steinbart (2006:473) mendefinisikan
sistem informasi akuntansi adalah : “Sumber daya manusia dan modal dalam
organisasi yang bertanggungjawab untuk Persiapan informasi keuangan dan
Informasi yang diperoleh dari mengumpulkan dan memproses berbagai transaksi
perusahaan”
20. 8
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari sistem
informasi akuntansi adalah subsistem dari sistem informasi manajemen yang
menyediakan informasi mengenai informasi akuntansi yang diperlukan bukan
hanya oleh bagian akuntansi saja tetapi juga diperlukan untuk satu lingkup
organisasi yang sangat diperlukan agar efektivitas dalam menyediakan data dan
informasi dapat terjaga baik. Dan dapat digunakan juga bagi pihak eksternal
untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan atau mengetahui keadaan dari
suatu perusahaan.
2.1.2 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Sistem akuntansi memiliki bagian komponen yang merupakan sistem
mereka sendiri. Komponen sistem berbeda – beda fungsinya tetapi tetap bekerja
sama untuk mncapai tujuan bersama. Ada komponen yang berfungsi untuk
menerima input, ada komponen untuk memproses, ada komponen untuk
menghasilkan output, ada komponen untuk mengendalikan jalannya masing –
masing komponen sistem, dan ada komponen untuk menyimpan data.
Komponen atau bagian – bagian yang ada dalam sistem informasi
akuntansi dapat dijelaskan menurut Wahyu (2006:2.3) yaitu sebagai berikut:
1. Basis data
Basis data adalah tempat untuk menjadi berbagai data yang diperlukan oleh
organisasi, perusahaan, instansi pemerintah, atau bahkan perorangan. Data
yang dimasukkan ke dalam basis data dapat berasal dari dalam perusahaan
21. 9
yang disebut basis data internal (berada dibawah kendali perusahaan
sepenuhnya) atau dari luar perusahaan basis data eksternal (tidak dapat
dikendalikan oleh perusahaan), misalnya dari internet.
2. Perangkat keras komputer
Perangkat keras komputer dan berbagai perangkat pendukungnya, yang
semuanya berfungsi untuk mencatat data, mengolah data, dan menyajikan
informasi baik secara hardcopy (trcetak) maupun softcopy (tidak trcetak).
Data yang diolah dan informasi yang disajikan sudah sangat bervariasi. Di
satu bidang, data dan informasi dapat berbentuk angka dan tulisan. Di aplikasi
yang lain, data dan informasi dapat berbentuk gambar atau suara.
3. Perangkat lunak komputer
Perangkat lunak komputer dapat disebut dengan program komputer. Program
komputer adalah serangkaian perintah yang saling berkaitan untuk
mengerjakan suatu pekerjaan tertentu yang berfungsi untuk menjalankan
komputer beserta perangkat pendukungnya..
4. Jaringan komunikasi
Jaringan komunikasi berupa kabel, gelombang radio, maupun sarana lain,
yang berfungsi untuk mnghantarkan data dan informasi dari satu tempat ke
tempat lainnya.
5. Dokumen dan laporan
22. 10
Media untuk mencatat data transaksi dan menyajikan informasi setelah data
diolah.
6. Prosedur
Prosedur atau langkah – langkah baku untuk menangani suatu peristiwa atau
transaksi yang setiap hari terjadi di dalam perusahaan. Suatu prosedur akan
melibatkan beberapa pihak, baik internal maupun eksternal
7. Pengendalian
Pengendalian berfungsi untuk menjamin agar setiap komponen sistem dapat
berfungsi dengan baik.
Gambar 2.1
Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Sumber: Wahyu: 2.3 (2006)
Sistem Informasi
Komputer Program
Dokumen
& Laporan
Prosedur
Jaringan
Komunikasi
Sistem
Pengendalian
Basis Data
23. 11
Adapun Romney & Steinbart (2006:3) membagi sistem informasi
akuntansi menjadi lima komponen diantaranya yaitu:
1. Manusia, yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan berbagai
fungsi.
2. Prosedur – prosedur, baik manual maupun terotomatisasi, yang dilibatkan
dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data tentang aktivitas –
aktivitas organisasi.
3. Data tentang proses – proses bisnis organisasi
4. Software, yang dipakai untuk memproses data organisasai
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan pendukung,
dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
2.1.3 Ruang Lingkup dan Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi merupakan subsistem dari sistem informasi
manajemen. Informasi yang dihasilkan oleh SIA, seperti informasi mengenai
order penjualan, penjualan, penerimaan kas, order pembelian, penerimaan barang,
dan penggajian kemungkinan besar diperlukan bukan hanya oleh bagian
akuntansi saja, melainkan juga oleh bagian lain dalam organisasi. Sebagai contoh,
data order penjualan dan pengiriman barang diperlukan baik oleh bagian
pemasaran maupun oleh bagian akuntansi. Data mengenai order pembelian dan
penerimaan barang selain diperlukan oleh bagian akuntansi, juga diperlukan oleh
bagian produksi untuk menyusun jadwal produksi.
24. 12
Dengan demikian, sistem informasi yang terintegrasi sangat diperlukan
agar secara efektif menyediakan data bagi semua pengguna laporan keuangan.
Menurut TIMBooks (2015:4) mengungkapkan bahwa sistem informasi
akuntansi menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk:
1. Mendukung kegiatan rutin
Sistem informasi akuntansi dapat mendukung menangani order operasi rutin
seperti order pelanggan, mengirimkan barang dan jasa, melakukan penagihan,
dan menerima pembayaran dari konsumen.
2. Mendukung keputusan
Dengan adanya sistem informasi akunansi manajemen dapat mengetahui
produk mana yang paling laku, manajemen dapat memutuskan produk mana
yang harus selalu tersedia dalam stok serta memutuskan cara memasarkannya.
3. Perencanaan dan pengendalian
Memiliki informasi yang berkaitan dengan anggaran dan biaya standar, maka
manajemen dapat membandingkan anggaran dengan biaya sesungguhnya
sehingga dapat membuat perencanaan tentang kegiatan operasi perusahaan
dimasa mendatang beserta pengendaliannya.
4. Menerapkan pengendalian internal
Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang
digunakan untuk melindungi asset perusahaan dari kerugian atau penggelapan
serta berguna untuk menjaga akurasi data keuangan.
25. 13
2.1.4 Ancaman – Ancaman Atas Sistem Informasi Akuntansi
Resiko terbesar dalam sistem informasi dan paling merugikan, bersumber
dari kesalahan. Empat jenis ancaman yang dihadapi perusahaan menurut Romney
& Steinbart (2006:222) adalah sebagai berikut:
1. Salah satu ancaman yang dihadapi perusahaan adalah kehancuran karena
bencana alam dan politik, seperti kebakaran, paas yang berlebihan, banjir,
gempa bumi, badai, angin dan perang. Contohnya adalah gempa bumi di Los
Angeles menghancurkan banyak sekali sistem, menyebabkan sistem lainnya
rusak krena jatunya puing – puing, air dari sistem penyemprot air, dan debu,
serta mengganggu jalur komunikasi.
2. Ancaman kedua bagi perusahaan adalah kesalahan pada software, kegagalan
sistem operasi (operating system – OS), gangguan dan fluktuasi lisrik, serta
kesalahan pengiriman data yang tidak terdeteksi. Contohnya adalah kerusakan
pada sistem akauntansi perpajakan yang baru merupakan penyebab kegagalan
California mengumpulkan pajak perusahaan sebesar $635 juta.
3. Ancaman ketiga bagi perusahaan adalah tindakan yang tidak disengaja, seperti
kesalahan atau penghapusan karena ketidaktahuan atau karena kecelakaan.
Hal ini biasanya terjadi karena kesalahan manusia, kegagalan untuk mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan, dan personil yang tidak diawasi atau dilatih
dengan baik. Para pemakai sering kali kehilangan atau salah meletakkan file
di tempat yang salah. Contohnya adalah staf administrasi bagian entri data di
26. 14
Giant Food Inc, salah memasukkan data dividen kuartal sebesar $2,50 sebagai
ganti dari $0,25. Sebagai hasilnya, perusahaan mebayar lebih dari $10 juta
atas kelebihan dividen tersebut.
4. Ancaman keempat yang dihadapi perusahaan adalah tindakan disengaja, yang
biasanya disebut sebagai kejahatan komputer. Ancaman ini berbentuk
sabotase, yang tujuannya adalah menghancurkan sistem atau beberapa
komponennya. Penipuan komputer adalah jenis kejahatan komputer lainnya,
dengan tujuan untuk mencuri benda, berharga seperti uang, data atau waktu
pelayanan komputer. Penipuan ini jga dapat melibatkan pencurian, yaitu
pencurian atau ketidaklayakan pengguna atas asset atau pegawai, disertai
dengan pemalsuan catatan untuk menyembunyikan pencurian tersebut.
Contohnya adalah seorang manajer SIA di kantor Florida bekerja untuk
perusahaan pesaing setelah dia dipecat dari tempat bekerjanya. Pada waktu
yang tidak lama, pihak pertama yang mempekerjakan dirinya tersebut
menyadari bahwa para reporternya secara konstan telah direbut informasi
beritanya. Perusahaan Koran tersebut akhirnya mengetahui bahwa manajer
SIA tersebut masih memiliki akun dan password aktif, serta masih secara
teratur melihat file – file komputer di perusahaan tersebut untuk mendapatkan
informasi mengenai cerita eklusif.
27. 15
2.1.5 Peranan Akuntan Dalam Sistem Informasi Akuntansi
Akuntan mempunyai peran yang sangat penting dalam menjalankan
sistem informasi akuntansi. Menurut TIMBooks (2015:6) akuntan memiliki peran
dalam pnggunaan informasi yaitu sebagai berikukt:
1. User
Dalam hal ini akuntan dapat berperan sebagai user atau pengguna sistem
informasi sehingga dapat melakukan proses akuntansi diantaranya dengan
menggunakan aplikasi atau software akuntansi, akuntan dapat dengan mudah
melakukan pemrosesan transaksi rutin secara otomatis, sehingga waktu yang
digunakan untuk mengerjakan fungsi rutin semakin berkurang dan dapat
menggunakan waktunya untuk pengambilan keputusan strategik dan
perencanaan.
2. Manajer
Peran akuntan dalam hal ini adalah mengelola aliran kas perusahaan
bedasarkan laporan arus kas.
3. Konsultan
Dapat memberikan jasa konsultasi akuntansi dan pajak
4. Evaluator
Dapat melakukan audit laporan keuangan untuk evaluasi
28. 16
2.1.6 Peran Komputer di dalam Sistem Informasi Akuntansi
Dimasa sekarang ini, tugas – tugas atau pekerjan manusia dalam
organisasi banyak yang telah dapat digantikan oleh komputer termasuk dalam
bidang akuntansi.proses pengolahan data akuntansi akan dpat dilakukan dengan
lebih cepat bil menggunakan komputer. Hal ini dapat terjadi karena kemampuan
komputer untuk mengolah lebih cepat dibandingkan sistem manual.
Dengan adanya perkembangan teknologi komputer, semakin banyak
perusahaan yang menggunakan jasa komputer untuk memproses data
akuntansinya. Dengan menggunakan komputer dalam mengolah data akuntansi
perlu adanya pengawasan berupa dokumen – dokumen yang dibuat secara manual
untuk menjamin keteliltian dan keamanan dalam memproses data perusahaan.
Beberapa tahapan proses pengolahan data yang memperoleh manfaat besar dari
penggunaan komputer menurut Sutabri (2004:21) adalah:
1 Verifikasi
Komputer dapat mengecek kebenaran maupun kelayakan angka – anagka
yang menjadi input dalam suatu proses. Misalnya pengecekan kebenaran kode
yang digunakan.
2 Sortir
Komputer memungkinkan untuk dilakukannya pensortiran data ke dalam
beberapa klasifikasi yang berbeda dengan cepat. Misalnya, kumpulan faktur
penjualan dapat disortir ke dala klasifikasi kumpulan satu supplier.
29. 17
3 Transmission
Komputer dapat memindahkan lokasi data dari suatu tempat, ke tempat
lainnya dengan cepat. Misalnya, data dari suatu file dipindahkan ke file
lainnya.
4 Perhitungan
Dengan komputer, perhitungan – perhitungan dapat dilakukan dengan cepat.
Misalnya, menghitung salso rekening sesudah adanya posting.
2.1.7 Bentuk Pengawasan di dalam Sistem Informasi Akuntansi
Pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanan dengan tujuan perencanaan, membandingkan kegiatan nyatadengan
standar yang telah ditetapka, dan mengukur penyimpangan –penyimpangan serta
mengambil koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan perusahaan. Menurut Sutabri (2004:31) Ada berbagai faktor yang membuat
pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi, yaitu:
1. Perubahan lingkungan organisasi
2. Peningkatan kompleksitas organisasi
3. Kesalahan – kesalahan
4. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang
30. 18
Sutabri (2004:32) juga menjelaskan bahwa proses pengawasan yang
dilakukan di dalam sistem informasi akuntansi biasanya terdiridari lima tahap,
yaitu sebagai berikut:
1. Penetapan standar pelaksanaan (perencanaan)
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
3. Membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan – penyimpangan
4. Pengambilan tindakan koreksi.
Gambar 2.2
Proses pengawasan dalam SIA
Sumber: Sutabri : 32 (2004)
Penetapan
standar
pelaksanaan
Penentuan
pengukuran
pelaksanaan
kegiatan
Pengambilan
tindakan
koreksi, bila
perlu
Pengukuran
pelaksanaan
kegiatan
Perbandingan
dengan standar
evaluasi
31. 19
2.2 Pengertian Sistem Pengendalian Intern
2.2.1 Pengertian pengendalian Internal
Menurut The American Institute of Certified Public Accountans (AICPA)
pengertian sistem pengendalian intern dalam buku Wahyu (2006:11.4) yaitu
sebagai berikut:
Rencana organisasi dan semua ukuran dan metode terkoordinasi yang
diterapkan dalam suatu perusahaan untuk melindungi aktiva, menjaga
keakurasian dan keterpercayaan data akuntansi, meningkatkan efisiensi, dan
meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen.
Committee of Sponsoring Organizations (COSO) dalam buku yang sama
karya Wahyu (2006:11.5) mendefinisikan pengertian pengendalian internal adalah
sebagai berikut:
Internal control as the process implemented by the board of directors,
managements, and those under their direction to provide reasonable assurance
that control objectives are achieved with regard to :
1. Effectiveness and efficiency of operation
2. Reliability of financial reporting
3. Compliance with applicable laws and regulations
Sedangkan menurut TIMBooks (2015:36) mendefinisikan pengendalian
internal adalah: “Proses yang dirancang untuk memberikan jaminan tercapainya
tujuan yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi, reliabilitas
pelaporan keuangan, dan ketaatan pada peraturan hokum yang berlaku”.
Selanjutnya Romney & Steinbart (2006:229) menjelaskan bahwa
pengendalian internal adalah :
rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga
asset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki
32. 20
efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang
ditetapkan.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal
merupakan kegiatan dalam yang diterapkan dalam perusahaan dengan melindungi
aktiva perusahaan, menjaga keakuratan data, meningkatkan efisiensi dan
diharapkan dapat mematuhi semua kebijakan dan peraturan perusahaan.
2.2.2 Komponen Pengendalian Internal
Menurut TIMBooks (2015:37) Pengendalian internal terdiri dari lima
komponen, yaitu :
1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalia merupakan faktor – faktor yang merupakan pondasi
bagi komponen pengendalian internal yang lain.lingkungan pengendalian
meliputi integritas, dan nilai- nilai etika, komitmen terhadap kompetensi,
filosofi manajemen dan gaya operasi, struktur organisasi, perhatian dan
pengarahan dewan direksi, serta kebijakan dan praktik sumberdaya manusia.
2. Penilaian resiko
Penilaian risiko merupakan proses identifikasi, analisis, dan pengelolaan
risiko yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian internal
3. Aktivitas pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk
mengurangi risiko
4. Informasi dan Komunikasi
33. 21
Sistem informasi perusahaan merupakan kumpulan dari prosedur da catatan
yang dibuat untuk memulai, merekam, memproses, dan melaporkan kejadian
dalam proses bisnis.
5. Pengawasan
Manajemen memantau pengendalian internal untuk memastikan bahwa
pengendalian organisasi berfungsi seperti yang seharusnya.
2.2.3 Karakteristik Pengendalian Internal
Menurut COSO Certificated Of Sponsoring Organization didalam buku
Wahyu (2006:11.5) sistem pengendalian memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pengendalian internal merupakan suatu proses. Pengendalian internal
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian
internal sendiri bukan merupakan suatu tujuan. Pengendalian internal
merupakan suatu rangkaian menjadi bagian yang terpisahkan, bukan hanya
sebagai tambahan dari infrastruktur entitas.
2. Pengendalian internal dilakukan oleh manusia. Pengendalian internal bukan
hanya terdiri dari pedoman kebijaksaan dan formulir, namun dijalankan oleh
orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan direksi,
manajemen dan personalia lain yang berperan didalamnya.
3. Pengendalian internal diharapkan hanya dapat memberikan keyakinan yang
memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan direksi
perusahaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan bawahan yang melekat
34. 22
dalam semua item pengendalian internal dan pertimbangan manfaat dan
pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian.
4. Pengendalian internal disesuaikan dengan pencapaian tujuan di dalam
kategori pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi yang saling melengkapi.
2.2.3 Tujuan Pengendalian Internal
Pengendalian internal merupakan jawaban manajemen untuk menangkal
risiko yang diketahui, atau dengan perkataan lain, untuk mencapai suatu tujuan
penngendalian (control objective). Ada hubungan langsung antara tujuan entitas
dan pengendalian internal yang di implementasikannya untuk mencapai tujuan
entitas. Menurut Sutabri (2004:103) tujuan pengendalian internal yaitu
diantaranya:
1 Melindungi harta kekayaan perusahaan
2 Meningkatkan akurasi informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi yang
dijalankan oleh perusahaan.
3 Meningkatkan efisiensi kinerja perusahaan
4 Meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen.
Sedangkan menurut TMBooKS (2015:49) mengenai tujuan pengendalian
internal yang meliputi :
1. Efisiensi dan Efektivitas operasi
2. Reliabilitas pelaporan keuangan
3. Kepatuhan pada peraturan dan hukum yang berlaku
35. 23
4. Menjaga keamanan asett
Sutabri (2004:34) mengelompokkan sistem pengendalian internal menurut
tujuannya, yaitu:
1 Pengendalian Administratif
Pengendalian administrative mencakup tujuan dalam memajukan efisiensi
dalam operasi dan membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen
yang telah ditetapkan lebih dahulu. Pengendalian terdiri dari rencana organisasi
dan semua metode dan prosedur yang terutama berkaitan dengan efiensi operasi
dan kepatuhan pada kebijaksanaan manajemen dan biasanya hanya mempunyai
hubungan tidak langsung dengan pembukuan. Pengendalian administrasi ini
biasanya meliputi pengendalian – pengendalian seperti pelaporan pelaksanaan,
program pelatihan dan kontrol kualitas.
Dengan demikian, pengendalian administrasi berhubungan dengan
pengesahan (otorisasi) transaksi – transaksi oleh manajemen. Otorisasi tersebut
merupakan fungsi manajemen yang langsung berhubungan dengan
tanggungjawab untuk mencapai tujuan perusahaan.
2 Pengendalian Akuntansi
Prosedur utama yang berkaitan dan berhubungan langsung dengan pengamanan
harta milik suatu organisasi dan dapat dipercayanya kebenaran suatu
pengendalian akuntansi terdiri atas struktur organisasi, metode dan catatan
finansial. Dalam pengendalian akuntansi biasanya meliputi pegendalian –
36. 24
pengendalian seperti sistem pengesahan (otorisasi) dan persetujuan, pemisahan
tugas diantara pihak yang mencatat dan membuat laporan dengan pihak pelaksana
atau penyimpan aktiva, pengawasan fisik atas aktiva dan internal auditing.
Catatan – catatan itu disusun untuk memberikan jaminan bahwa :
1 Transaksi – transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi manajemen yang
umum maupun khusus.
2 Transaksi – transaksi dicatat untuk memungkinkan penyusunan laporan
keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang umumnya diterima atau
kriteria – kriteria lain yang perlu untuk laporan – laporan tersebut serta untuk
menunjukkan pertanggungjawaban atas aktiva.
3 Penggunaan aktiva hanya diperbolehkan bila sesuai dengan otorisasi
manajemen.
4 Tanggungjawab atas aktiva (menurut catatan) dibandingkan dengan aktiva
yang ada pada setiap waktu tertentu dan diambil tindakan yang perlu bila ada
perbedaan.
2.2.4. Unsur – unsur Pengendalian Internal
Suatu sistem pengendalian internal yang baik menurut Sutabri (2004:33) meliputi:
1 Struktur organisasi yang baik, dimana jelas ditetapkan tugas wewenang dan
tanggung jawab dari fungsional masing – masing
2 Sistem dan wewenang prosedur pembukuan yang baik
37. 25
Merupakan alat bagi manajemen dalam melakukan pengawasan operasi
perusahaan dan transaksi – transaksi yang terjadi. Dalam suatu organisasi
harus dibuat dan disediakannya formulir – formulir, buku- buku, catatan-
catatan, laporan dan prosedur yang mengatur kegiatan operasi perusahaan dan
setiap transaksi yang terjadi harus diotorisasi oleh pihak yang berwenang.
3 Praktek yang sehat dalam melaksanakan fungsi dan tugas bagan organisasi
Yang dimaksud praktek yang sehat adalah setiap pegawai dalam perusahaan
melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
2.3 Persediaan Barang Dagang
2.3.1 Jenis – Jenis Persediaan
Perusahaan mengklasifikasikan persediannya tergantung pada jenis
perusahaan. Apakah perusahaan dagang yang persediaannya dinamakan
persediaan barang dagang, dimana barang dagangan ini dimiliki oleh perusahaan
dan sudah langsung dalam bentuk siap untuk dijual dalam kegiatan normal
perusahaan sehari – hari. Sedangkan pada perusahaan manufaktur, mula – mula
persediaannya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu mencakup persediaan bahan
baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi.
Menurut Martini (2012:246) jenis jenis persediaan antara lain:
1. Persediaan bahan baku (raw material inventory) adalah bahan atau
perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bahan baku
38. 26
diperlukan pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses
diharapkanmenjadi barng jadi. Pencatatannya ke dalam jurnal adalah:
BDP-biaya bahan baku xxx
Persediaan bahan baku xx
2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory) yang merupakan
barang setengah jadi yang akan diproses menjadi produk jadi. Pencatatannya
kedalam jurnal adalah sebagai berikut:
Barang dalam proses xxx
BDP-Biaya bahan baku xxx
BDP-Biaya tenaga kerja langsung xxx
BDP-Biaya Overhead pabrik xxx
3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory) yaitu barang yang telah
selesai diproses atau diolah dan merupakan bahan siap untuk dijual kepada
pelanggan. Pencatatannya kedalam jurnal adalah sebagai berikut:
Persediaan barang jadi xxx
BDP-Biaya bahan baku xxx
BDP-Biaya tenaga kerja langsung xxx
BDP-Biaya Overhead pabrik xxx
2.3.2 Pengertian Persediaan Barang Dagang
Persediaan merupakan salah satu aset yang sangat penting bagi suatu
entitas baik bagi perusahaan ritel, manufaktur, jasa maupun entitas lainnya.
39. 27
Persedian cukup berpengaruh terhadap kinerja perusahaan khususnya pada
penentuan harga pokok produksi atau harga pokok penjualan yang akhirnya akan
mempengaruhi total laba bersih di laporan keuangan perusahaan.
PSAK No.14 (2013 : 14.2) mendefinisikan persediaan adalah asset yang:
tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, dalam proses produksi
untuk penjualan tersebut, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Reeve (2006 : 425) mendefinisikan persediaan sebagai:
Aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam
proses produksi atau yang berjalan dalam bentuk bahan atau perlengkapan
(supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
Pengertian persediaan barang menurut IAS2 (2011:337) yaitu:
Aset yang disimpan untuk dijual dalam operasi rutin perusahaan, dalam
proses produksi untuk penjualan, dalam bentuk bahan atau perlengkapan yang
akan dikonsumsi selama proses produksi atau penyerahan jasa.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas, dalam perusahaan
manufaktur pengertian persediaan dapat diartikan sebagai bahan baku utama
dalam menjalankan proses produksi perusahaan.
Adapun menurut Ariefiansyah (2012:8) pengertian persediaan barang
dagang adalah “semua barang yang dibeli dan disimpan di dalam gudang untuk
sementara waktu dengan tujuan untuk dijual kembali”.
Selanjutnya Libby (2008:336) mengemukakan bahwa pengertian
persediaan barang dagang adalah: “aset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan
40. 28
untuk dijual dalam operasi normal bisnis atau digunakan untuk menghasilkan
produk atau jasa yang akan dijual”.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah
suatu aktiva yang penting untuk perusahaan yang meliputi barang – barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau
persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,
ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunanya dalam suatu proses
produksi.
2.3.3 Arti Penting Persediaan
Persediaan berpengaruh terhadap neraca maupun laba-rugi, dalam sebuah
neraca perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur. Persediaan merupakan
bagian yang cukup besar dari keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
Walaupun demikian, jumlah dan persentasenya berbeda – beda antara perusahaan
yang satu dengan yang lainnya.
Penentuan persediaan memainkan peranan penting dalam mencocokkan
beban dan pendapatan dalam suatu periode berjalan, sebagaimana penyesuaian
yang dilakukan pada periode berikutnya. Dan apabila terdapat kesalahan dalam
pelaporan persediaan barang, maka akan mempengaruhi laporan keuangan pada
periode yang sedang berjalan dan periode berikutnya.
Sebuah kesalahan yang terjadi dalam pencatatan dan penilaian atas
persediaan akan berakibat fatal, baik pada neraca (Statement of financial position)
41. 29
maupun laporan laba rugi (income statement). Dalam neraca dari sebuah
perusahaan dagang, nilai persediaan sering kali merupakan komponen yang
sangat signifikan (material) dibanding dengan nilai keseluruhan aktiva lancar.
Sedangkan dalam laporan laba rugi, besarnya harga pokok persediaan (yang
dijual) merupakan komponen utama penentu kinerja atau hasil kegiatan
operasional perusahaan selama periode.
Menurut Ballou (2004:406), beberapa alasan diadakannya persediaan
berkaitan dengan pelayanan konsumen atau untuk meminimalkan biaya yang
secara tidak langsung dihasilkan dari usaha memuaskan pelanggan. Secara
singkat dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan.
2. Sistem pengendalian persediaan yang dijalankan oleh perushaan tidak selalu
dapat bereaksi secara cepat dan ekonomis terhadap permintaan konsumen atau
jasa, yang jika diperhitungkan secara benar dapat memenuhi fluktuasi
permintaan yang tinggi akan produk maupun jasa. Adanya persediaan
berpengaruh pada peningkatan penjualan.
3. Mengurangi biaya operasional, agar :
a. Pelaksanaan produksi lebih ekonomis karena persediaan bertindak sebagai
penyangga antara jumlah yang harus diproduksi dengan variasi
permintaan.
42. 30
b. Dapat mengurangi biaya transportasi dan menyeimbangkan biaya dari
sejumlah kuantitas yang dibeli dengan penurunan harga pasar.
c. Pembelian dalam jumlah yang besar semakin mendekati kuantitas
kebutuhan yang mendesak.
d. Persediaan bertindak sebagai penyangga terhadap variasi waktu antara
produksi dan pengiriman.
e. Persediaan dapat mengantipasi masalah pemogokan buruh, bencana alam,
keterlambatan pengiriman.
2.3.4 Tujuan dan Manfaat Persediaan
Pada prinsipnya adanya persediaan untuk mempermudah dan
memperlancar proses produksi.
Adapun tujuan persediaan menurut Rangkuti (2000:2), yaitu:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang/bahan yang
dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas tidak baik
sehingga harus dikembalikan.
3. Untuk mengantisipasi bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus
produksi
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
43. 31
6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan sebaik-baiknya, dengan
memeberikan jaminan tersedianya barang jadi.
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau
penjualannya.
Sedangkan beberapa manfaat dari persediaan diantaranya sebagai berikut:
1. Perusahaan tidak kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan dengan
terpenuhinya persediaan barang. Jika saja ada permintaan lebih dari
konsumen, perusahaan tidak perlu khawatir karena persediaan yang ada, dapat
menutupi permintaan konsumen tersebut. Hal ini sangat baik untuk menjaga
agar kepuasan konsumen terhadap perusahaan.
2. Pengelolaan persediaan barang disesuaikan dengan prediksi permintaan pasar.
Hal ini memudahkan perputaran barang sehingga tidak terjadi penumpukan
barang. Selain itu pengelolaan jumlah persediaan barang juga meminimalkan
pengeluaran modal yang terlalu besar dan juga meminimalkan tingkat
kerugiaan diakibatkan rusaknya barang karena lama penyimpanan.
3. Bermanfaat menjaga kestabilan operasional perusahaan. Kebutuhan
konsumen terjamin dan turut menjaga fluktuatif harga pasar.
Dari tujuan dan manfaat yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan
bahwa persediaan diharapkan tersedia dalam jumlah yang optimal, sehingga
memperkecil biaya persediaan yang ditimbulkan akibat kelebihan atau
kekurangan stok.
44. 32
2.3.5 Pengendalian Internal Atas Persediaan
Tujuan utama pengendalian persediaan adalah memiliki jumlah persedian
berkualitas yang cukup untuk melayani kebutuhan pelanggan dengan
meminimalkan biaya pemeliharaan persediaan (produksi, penyimpanan,
kedaluarsa, dan pendanaan). Produk dengan kualitas rendah akan membuat
pelanggan kecewa, retur, dan penurunan penjualan dimasa mendatang. Pembelian
atau produksi unit produk yang laris atau banyak diminati pelanggan jika terlalu
sedikit akan menyebabkan perusahaan kehilangan penjualan dan mengecewakan
pelanggan. Sebaliknya, membeli terlalu banyak unit yang tidak laris akan
meningkatkan biaya simpan dan biaya bunga atas pinjaman jangka pendek untuk
mendanai pembelian tersebut. Bahkan perusahaan dapat mengalami kerugian, jika
produk tersebut tidak dapat dijual dengan harga normal.
Sistem akuntansi memainkan tiga peran penting dalam proses pengelolaan
persediaan.
1. sistem akuntansi harus menyediakan informasi yang tepat dan akurat untuk
menyediakan laporan keuangan periodik dan retur pajak.
2. sistem akuntansi harus menyediakan informasi terkini mengenai kuantitas dan
biaya persediaan untuk memfasilitasi keputusan pemesanan bahan dan
pabrikasi produk.
45. 33
3. untuk megamankan atau mencegah aktiva perusahaan (persediaan) dari
tindakan pencurian, penyelewengan, penyalahgunaan, dan kerusakan, maka
dibutukan sistem akuntansi untuk melindungi asset ini.
Pengendalian internal dimulai pada saat barang diterima (dibeli dari
pemasok). Laporan penerimaan barang yang bernomor urut tercetak seharusnya
disiapkan oleh bagian penerimaan untuk menetapkan tanggung jawab awal atas
persediaan. Untuk memastikan bahwa barang yang diterima sesuai dengan apa
yang dipesan, maka setiap laporan penerimaan barang harus dicocokkan dengan
formulir pesanan pembelian yang asli.
Harga barang yang dipesan, seperti yang tertera dalam formulir pesanan
pembelian, seharusnya dicocokkan dengan harga yang tercantum dalam faktur
tagihan (invoice). Setelah laporan penerimaan barang, formulir peasanan
pembelian, dan faktur tagihan dicocokkan, perusahaan akan mencatat persediaan
dalam catatan akuntansi.
Pengendalian internal atas persediaan juga seringkali meibatkan bantuan
alat pengaman, seperti kaca dua arah di alfamart dan Hero Supermarket, kamera,
sensor magnetik seperti pintu masuk di Carrefour, kartu akses gudang, pengatur
suhu ruangan, dan petugas keamanan.
Tempat penyimpanan persediaan, seharusnya disimpan dalam gudang
yang di mana aksesnya dibatasi hanya untuk karyawan tertentu saja. Setiap
pengeluaran barang dari gudang seharusnya dilengkapi atau didukung dengan
46. 34
formulir permintaan barang, yang telah diotorisasi. Suhu tempat dimana barang
disimpan seharusnya diatur untuk menghindari terjadinya kerusakan atas barang
dagangan, seperti makanan dan minuman tertentu, obat, bahan adukan cat, gas
tabung, dan lain sebagainya. Jika barang dagangan berupa keramik maka yang
harus diperhatikan adalah penyusunan keramik agar terhndar dari resiko pecahnya
keramik pada tumpukan yang terbawah.
Penggunaan sistem pencatatan perpetual juga memberikan pengendalian
yang efektif atas persediaan. Informasi mengenai jumlah atas masing – masing
jenis barang dagangan dapat segera tersedia dalam buku besar pembantu untuk
masinng – masing akun persediaan. Untuk menjamin keakuratan besarnya
persediaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan, perusahaan dagang
seharusnya melakukan pemeriksaan fisik atas persediaannya. Dalam sistem
pencatatan perpetual, hasil dari penghitungan fisik akan dibandingkan dengan
data persediaan yang tercatat dalam buku besar untuk menentukan besarnya
kekurangan yang ada atas saldo fisik persediaan. Dapat disimpulkan bahwa
sistem pencatatan perpetual, pemeriksaan fisik dilakukan bukan untuk
menghitung saldo akhir persediaan melainkan sebagai pengecekan silang
mengenai keabsahan atas saldo persediaan yang dilaporkan dalam buku besar
persediaan.
47. 35
2.3.6 Prosedur Penanganan Persediaan Barang Dagang
Ada beberapa prosedur penanganan persediaan barang dagang dengan
melakukan pencatatan yang akurat. Berikut ini adalah beberapa prosedur
penanganan persediaan dengan menggunakan catatan menurut Sahar (2006:46)
diantaranya sebagai berikut:
1. Posedur pencatatan pembelian persediaan barang dagang. Prosedur ini
merupakan salah satu prosedur yang membentuk prosedur pmbelian. Dalam
prosedur ini, dilakukan pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.
Dokumen sumber yang digunakan dalam prosedur pencatatan pembelian
persediaan barang dagang yaitu delivery order Bukti pengiriman barang dari
pemasok, faktur penjualan dari pemasok, laporan penerimaan barang, dan
surat order pembelian.
2. Prosedur pencatatan penjualan persediaan barang dagang
Dokumen sumber yang digunakan dalam prosedur pencatatan penjualan
persediaan barang dagang adalah delivery order dan faktur penjualan.
Persediaan barang akan dicatat kedalam kartu persediaan. Harga pokok yang
dihasilkan dari kartu persediaan akan dijadikan patokan perusahaan dalam
menjual barang dagang nya. Dalam beberapa perusahaan ritel, karena
persediaan barang yang beraneka ragam, metode yang dilakukan untuk
penentuan harga pokok penjualan adalah dengan metode rata – rata atau
average cost.
48. 36
3. prosedur pencatatan Retur Pembelian
Apabila barang dagang yang dibeli dari para pemasok dikembalikan, maka
transaksi retur pembelian ini akan mempengaruhi persediaan barang dagang,
yaitu dalam kartu persediaan retur pembelian akan mengurangi jumlah
kuantitas persediaan barang dan akan dijurnal dengan membuat memo debit
dengan melampirkan laporan penerimaan barang yaitu:
Utang dagang xxx
Retur pembelian xxx
4. Prosedur pencatatan Retur Penjualan
Apabila barang dagang yang telah dijual dikembalikan oleh pembeli, maka
transaksi retur penjualan ini akan mempengaruhi persediaan barang dagang
yaitu akan menambah jumlah kuantitas di kartu persediaan barang. Dokumen
yang digunakan dalam prosedur pencatatan retur penjualan adalah laporan
pennerimaan barang dan memo kredit yang akan digunakan untuk menjurnal
transaksi retur penjualan. Pencatatan nya kedalam jurnal adalah sebagai
berikut:
Retur penjualan xxx
Piutang dagang xxx
2.3.7 Mengadministraikan Proses Penerimaan Barang Dagang
Dalam melakukan penerimaan barang dagang yang akan masuk ke dalam
gudang, perlu adanya dokumen – dokumen yang di sampaikan dan di cocokkan
49. 37
dengan jumlah barng yang diterima untuk dijadikan internal control bagi
perusahaan.
Adapun beberpa dokumen yang dibutuhkan untuk proses penerimaan
barang menurut Sahar (2006:74) adalah sebagai berikut :
1. Data barang
Barang dagang yang dibeli oleh perusahaan harus masuk ke dalam gudang
masuk untuk dicatat. Data – data barang yang dicatat adalah nama barng, jenis
barang, spesifikasi barang, kualitas barang yang dipesan, ukuran barang, berat
barang, dan jumlah barang, keadaan barang cacat atau tidaknya barang yang
diterima.
2. Dokumen administrasi penerimaan barang
Dokumen yang terlibat dalam administrasi penerimaan barang adalah sebagai
berikut:
a Surat jalan (SJ)
Dokumen ini diterima dari penjual yang berisikan informasi jumlah
kuantitas, spesifikasi, dan mutu barang yang dikirim oleh penjual.
b Order Pembelian
Dokumen ini digunakan untuk memesan barang kepada pemsok atau
supplier. Dengan surat oder ini, perusahaan memulai proses pengadaan
barang dagang. Bagian gudang akan menerima barang, jika telah
menerima tembusan surat order pembelian dari bagian pembelian. Tidak
50. 38
ada barang yang diterima oleh bagian gudang tanpa didahului dengan
keluarnya surat order pembelian.
c Laporan penerimaan barang (LPB)
Laporan penerimaan barang merupakan laporan yang menunjukkan bahwa
barang yang diterima dari pemasok sesuai dengan yang tertera dalam surat
order pembelian dan surat jalan. Informs yang tercantum dalam laporan
penerimaan barang adalah kode barang, nama barang, dan jumlah unit
barang.
3. Catatan akuntansi penerimaan barang
Catatan akuntansi yang terlibat dalam administrasi penerimaan barang adalah:
a. Kartu gudang
Kartu gudang adalah catatan akuntansi yang berisi rincian jumlah
persediaan barang dalam gudang. Setiap jenis persediaan dibuatkan satu
kartu. Kartu ini menunjukkan mutasi persediaan dalam waktu berjalan dan
saldo akhir.
b. Kartu persediaan barang
Catatan akuntansi ini dibuat untuk melihat jumlah persediaan akhir dari
barang beserta harga pokok penjualannya.
c. Kartu barang
Kartu ini digantungkan dekat masing – masing jenis barang
51. 39
4. Prosedur administrasi penerimaan barang
Prosedur administrasi penerimaan barang adalah sebagai berikut:
a. Bagian gudang
b. Bagian penerimaan dan penyimpanan
c. Bagian pembelian
2.3.8 Pemeriksaan Atas Penerimaan barang
Penerimaan persediaan barang dagang dapat disebabkan oleh dua hal yaitu
adanya pembelian barang dagang dan retur penjualan. Kendala yang sering
dihadapi perusahaan dalam proses penerimaan barang yaitu sebagai berikut:
1. Menerima barang dalam jumlah berbeda dengan jumlah yang dipesan
2. Menerima barang yang rusak
3. Menerima barang dengan kualitas rendah
Adapun prosedur yang harus dilakukan dalam pemeriksaan barang menurut
Sahar (2006:82) adalah sebagai berikut:
1. Menerima surat jalan dari pemasok, kemudian staf gudang akan memverifikasi
surat jalan tersebut.
2. Melakukan pencocokan antara surat jalan dengan tembusan order pembelian
yang diterima dari bagian pembelian, baik mengenai nama barang, jenis barang,
spesifikasi barang, dan jumlah unit barang yang dibeli.
52. 40
3. Melakukan verifikasi perhitungan fisik barang dengan mengecek nama barang,
jenis barang ddan keadaan barang yang dikirim. Berikut adalah alur pemeriksaan
oleh bagian gudang
Gambar 2.3
Alur pemeriksaan oleh bagian gudang
Sumber : Sahar: 82 (2006)
2.3.9 Mengadministrasikan Penyimpanan Barang
Setelah barang dagang yang dipesan diterima oleh bagian gudang, barang
tersebut akan di simpan kedalam gudang. Berikut prosedur penyimpanan barang
oleh bagian gudang menurut Sahar (2006:77) adalah sebagai berkut:
53. 41
1. Memeriksa Surat Jalan
2. Menghitung Barang
3. Memisahkan dan mengembalikan barang yang rusak dan cacat atau salah
pesan.
4. Mengkoreksi jumlah unit dan nominal pada hasil perhitungan fisik persediaan
barang dagang.
5. Membuat laporan Penerimaan Barang
2.3.10 Metode Pencatatan Persediaan
Dalam setiap pembelian, penerimaan, pengeluaran dan penghapusan
persediaan haruslah terlebih dahulu dilakukan pencatatan yang memadai. Apabila
tidak dilakukan pencatatan yang sesuai, besar kemungkinan akan terjadi kerugian
yang cukup besar bagi pihak perusahaan, kerugian tersebut dapat berupa
terjadinya penyelewengan – penyelewengan, penipuan atau pencurian dari
persediaan yang ada.
Proses pencatatan itu sendiri dimulai pada saat diterimanya surat pesanan
pembelian dan dicatat ke buku pesanan. Dalam hal ini, invoice yang dikirimkan
supplier akan diteliti kembali oleh bagian akuntansi dan dicocokkan dengan surat
pesanan pembelian dan laporan penerimaan barang yang diterima dari bagian
penerimaan. Adapun sistem pencatatan dapat ditempuh dengan 2 cara yaitu :
1. Sistem Pencatatan persediaan perpetual (Perpetual Inventory System).
54. 42
Disebut sistem perpetual karena pencatatan akuntansinya dilakukan secara
kontinyu (perpetual) baik untuk pencatatan jumlahnya maupun biayanya atau
harga pokoknya. Dengan demikian jumlah maupun biaya persediaan dapat
diketahui setiap saat.
Sistem ini seringkali diterapkan oleh perusahaan yang menjual barang
dagangan dengan harga per unit relatif mahal dan setiap unit barang
dimungkinkan memiliki variasi spesifikasi sesuai dengan keinginan konsumen.
Perlakuan akuntansi untuk metode Pencatatan Persediaan Perpetual adalah
sebagai berikut:
1. Pembelian barang dagangan akan di debit pada akun persediaan.
2. Beban angkut pembelian akan di debit pada akun persediaan.
3. Retur pembelian akan di kredit ke akun persediaan.
4. Potongan pembelian akan di kredit ke akun persediaan.
5. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold)
diakui bersamaan dengan pengakuan penjualan dan akun persediaan akan di
kredit.
6. Akun persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan buku besar
pembantu untuk setiap jenis/item persediaan.
Menentukan biaya persediaan sangatlah mudah apabila biaya per unit
tetap konstan. Akan tetapi, biaya per unit biasanya berubah.
55. 43
Untuk menghitung harga pokok penjualan dan biaya persediaan akhir
yang masih ditangan, kita harus membebankan biaya per unit ke item yang
bersangkutan. Biaya item persediaan yang biasanya tidak dapat saling
dipertukarkan (dan barang atau jasa yang diproduksi dan dipisahka untuk proyek
khusus) harus dibebankan, dengan menggunakan identifikasi khusus (specific
identification) sebesar biaya masing – masingnya. Biaya persediaan lainnya yang
biasanya dapat saling dipertukarkan akan ditentukan dengan menggunakan
beberapa rumus biaya. Rumus biaya yang umum mencakup metode biaya
pertama masuk, pertama keluar (FIFO), pertama masuk terakhir keluar (LIFO),
dan metode biaya rata – rata.
Metode tersebut dapat memiliki dampak yang sangat berbeda terhadap
laba yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi dan persediaan pada neraca.
Karena itu, perusahaan memilih metode persediaannya dengan sangat hati – hati.
2. Sistem pencatatan persediaan periodik (Periodic Inventory System).
Metode periodik disebut juga metode fisik karena jumlah rill persediaan
barang dagang hanya akan bisa diketahui ketika dilakukan stockopname atau
penghitungan fisik yang dilakukan pada akhir periode sesaat sebelum pembuatan
laporan keuangan. Perubahan jumlah persediaan barang dagang hanya bisa
diketahui secara pasti saat penghitungan fisik dilakukan.
Bedasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem persediaan
periodik memerlukan inentarisasi fisik, yaitu suatu perhitungan, pengukuran,
56. 44
penimbangan barang yang pada akhir periode akuntansi digunakan untuk
menetapkan kuntitas persediaan yang ada dalam perusahaan. Persediaan yang ada
dalam laporan neraca ditentukan dari perhitungan fisik dan dinilai bedasarkan
metode penilaian yang digunakan.
Penggunaan metode fisk mengharuskan adanya penghitungan barang yang
masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan
(stock opname) ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang
masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Setiap terjadi
pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian. Karena tidak ada catatan
mutasi persediaan barang maka harga pokok penjualan baru dpat dihitung apabila
persediaan akhir sudah dihitung. Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Persediaan awal xxxx
Pembelian barang dagangan xxxx +
Barang tersedia untuk dijual xxxx
Persediaan akhir (xxx)
Harga pokok penjualan xxxx
Untuk penjurnalan pembelian dan penjualan barang, perusahaan dagang
maupun perusahaan pabrikasi umumnya tidaklah berbeda. Perbedaannya tampak
hanya pada waktu dilakukan jurnal penyesuaiannya, karena pada perusahaan
57. 45
dagang pembelian bahan atau barang adalah untu tujuan dijual kembali.
Sedangkan untuk perusahaan pabrikasi adalah untuk diolah menjadi barang jadi.
Jurnal untuk setiap transaksi dalam metode pencatatan periodik menurut
Ariefiansyah Ariefiansyah (2012: 10) adalah sebagai berikut:
1. Pembelian barang dagang secara tunai
Pembelian (purchase) xxx
Kas (cash) xxx
2. Pembelian barang dagang secara kredit
Pembelian (purchase) xxx
Utang dagang (accounts payable) xxx
3. Penjualan barang dagang secara kredit
Penjualan (sales) xxx
Piutang dagang (accounts receivable) xxx
4. Penjualan barang dagang secara tunai
Penjualan (sales) xxx
Kas (cash) xxx
5. Biaya angkut pembelian
Beban angkut pembelian xxx
Kas (cash) xxx
6. Retur pembelian
Utang dagang (accounts payable) xxx
58. 46
Retur pembelian (purchase return) xxx
7. Potongan pembelian
Utang dagang (accounts payable) xxx
Potongan pembelian xxx
8. Retur penjualan
Piutang dagang (accounts receivable)xxx
Retur penjualan (sales return ) xxx
9. Potongan penjualan
Piutang dagang (accounts receivable) xxx
Retur penjualan (sales discount) xxx
Untuk penjurnalan penyesuaian, bedasarkan jurnal – jurnal di atas maka
jumlah persediaan belum dapat diketahui, sehingga perkiraan persediaan tidak
diketahui dan saldo perkiraan persediaan di neraca tetap merupakan saldo awal.
Untuk mengetahui perubahan atau saldo akhirnya perlu dilakuan perhitungan fisik
(stock opname).
2.3.11 Pengertian Metode Penilaian Persediaan
Menurut Hery (2012:307) ada tiga metode yang dapat digunakan dalam
menghitung besarnya nilai persediaan akhir, yaitu antara lain:
1. Metode FIFO (first-in, first-out)
59. 47
Dalam perumusan FIFO diasumsikan barang dalam persediaan yang pertama
kali dibeli dan dijual dan di gunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal
dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian.
2. Metode LIFO (last-in,last-out)
Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga
pokok pembelian yang terakhir disusul dengan masuk sebelumnya. Persediaan
akhir dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama dan berikutnya.
3. Metode Rata - rata (average cost method)
Metode harga pokok rata – rata dalam sistem pencatatan perpetual dinamakan
sebagai metode rata – rata bergerak. Dengan menggunakan metode penilaian
rata – rata, harga pokok atau harga perolehan rata – rata akan terus berubah
atau bergerak setiap kali terdapat pembelian barang. Dan harga pokok rata –
rata yang terus berubah ini akan dipergunakan sebagai dasar dalam
menentukan besarnya harga pokok penjualan.
2.3.12 Tujuan Penilaian Persediaan
Persediaan akhir dalam perusahaan seharusnya dinilai dengan beberapa
tujuan penilaian sebagai berikut:
1. Dalam upayanya untuk menyeimbangkan antara beban terhadap pendapatan
yang berkaitan, sehingga dihasilkan income, proses ini merupakan tujuan
dasar akuntansi tradisional. Penekanan pada perhitungan net income yang
didasarkan kepada revenue pada saat penjualan memerlukan adanya alokasi
60. 48
biaya ke peiode dimana revenue dilaporkan yaitu cost of goods sold.
Sedangkan nilai inventory yang belum terjual akan dibawa ke periode
berikutnya dalam laporan keuangan perusahaan. Jadi dalam proses
pengukuran income sangat mirip dengan ciri-ciri umum pada penilaian
prepaid expense dan aktiva tetap atau disebut penangguhan expenses, yaitu
atas dasar input prices, kemudian untuk menentukan nilai cost of goods sold
dapat juga dilakukan melalui perhitungan (rumus) yang lazim digunakan
dalam persediaan. Namun demikian dalam keadaan tertentu persediaan dinilai
berdasarkan output values (harga jual) untuk memperoleh penilaian income.
2. Tujuan kedua pengukuran inventory lainnya adalah untuk menyajikan nilai
barang-barang perusahaan didalam komponen neraca (laporan keuangan).
3. Tujuan ketiga pengukuran inventory adalah membantu investor untuk
memprediksi arus kas dikemudian hari, yaitu dipandang dari jumlah inventory
sebagai resources yang akan mendukung arus kas dan jumlah inventory yang
akan dijual kemudian hari dan akan mempengaruhi arus kas keluar.
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penulisan terdahulu yang dapat penulis sajikan sebagai bahan
pertimbangan dan penulisan dari penelitian iniadalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Gita Apriyandhani
a Dengan judul penelitian : Sistem Pengendalian Internal Pada Pengelolaan
Persediaan di Toko Tanah Abang.
61. 49
b Hasil Penelitianya menemukan bahwa
Bedasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik bahwa:
a) Perputaran persediaan barang dagang di toko tanah abang jilbab malang
sudah efektif dan efisien
b) Sistem prngendalian internal yang diterapkan dalam pengelolaan
persediaan di toko tanah abang jilbab malang masih memiliki kelemahan
dan perlu diperbaiki
c) Prosedur pembelian dan penjualan di toko tanah abang jilbab malang perlu
diperbaiki.
2. Penelitian yang dilakukan oleh : Oktaviani Prihatiningsih & Lili Syaitri
a. Judul penelitian: Pengujian Pengendalian Persediaan Barang Dagang di CV.
Kamdatu Palembang.
b. Hasil penelitian menemukan bahwa:
a) Prosedur pengendalian intern persediaan barang dagang pada CV.
Kamdatu sudah efektif. Hal ini terlihat dari bagan alur sistem (system
flowchart) dan kuesioner pengendalian intern persediaan barang dagang
yang berlaku di CV. Kamdatu, meskipun masih terdapat beberapa
kelemahan.
b) Belum adanya kepatuhan karyawan CV. Kamdatu dalam menjalankan
prosedur pengendalian intern persediaan barang dagang yang telah
ditetapkan CV. Kamdatu.
62. 50
3. Penelitian yang dilakukan oleh : Reinhard S. Sambuaga
a. Judul penelitian : Evaluasi Akuntansi Persediaan Pada PT. SUKSES ERA
NIAGA MANADO
b. Hasil penelitian menemukan bahwa :
a) Penerapan akuntansi persediaan pada PT. Sukses Era Niaga telah sesuai
dengan Pernyataan Standar Akuntansi No. 14 mengenai persediaan.
Metode penilaian persediaan yang digunakan oleh PT. Sukses Era Niaga
adalah metode First In First Out (FIFO).
b) Pada akhir tahun perusahaan melakukan perhitungan fisik terhadap semua
jenis persediaan barang dagang untuk mengecek catatan akuntansi dan
guna memastikan saldo yang tercatat di pembukuan. Hal ini dilakukan
untuk membandingkan catatan persediaan terhadap hasil perhitungan fisik
sehingga memungkinkan perusahaan untuk menelusuri perbedaan dalam
total persediaan.
2.5 Kerangka Berfikir
Dalam melakukan pengelolaan persediaan perlu adanya sistem dan
pengelolaan persediaan yang baik. Untuk itu diperlukan adanya pemahaman yang
benar tentang sistem informasi akuntansi dan pengendalian barang dagang agar
kefektifan dan keefisienan perusahaan dapat terjaga. Dalam melakukan
pengendalian internal di sebuah Distribution Centre PT Alfaria Tirtajaya Cabang
Bekasi, terdapat proses untuk melakukan pengendalian yaitu, proses penerimaan,
63. 51
dan proses pengeluaran barang yang akan dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif dan di evaluasi serta dibuatkan kesimpulan.
Gambar 2.4
Kerangka Berfikir
Sumber : diolah penulis
PT Alfaria Tirtajaya
Pengendalian Atas
Persediaan
Analisis
Efektivitas dan Efisiensi
Evaluasi
Kesimpulan
64. 52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Bedasarkan judul yang peneliti buat, peneliti melakukan penelitian pada
PT Afaria Tirtajaya dan mengambil studi kasus pada Warehouse Distribution
Centre Bekasi yang berlamat dijalan Industri Cikarang Selatan VI blok PP No.6
Desa Pasir sari Kecamatan Cikarang Selatan JABABEKA II Cikarang, Bekasi.
3.2 Jenis Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari perusahaan yaitu
wawancara tidak terstruktur pada karyawan Distribution centre cabang Bekasi.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang telah tersedia dan dikumpukan oleh perusahaan, seperti:
struktur organisasi, standar operasional perusahaan, prosedur dan alur dari
kegiatan penerimaan barang dan pengeluaran barang di Distribution Centre PT
Alfaria Tirtajaya Cabang Bekasi.
3.3 Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi, maka pengumpulan data yang
dilakukan peneliti dengan cara sebagai berikut :
65. 53
3.3.1 Telaah Data
Merupakan teknik penelitian dimana penulis melakukan wawancara tidak
terstruktur, dan mengambil dokumen yang terkait dengan permasalahan. Dari
hasil penelaahan ini, akan dilakukan pembuatan abstraksi untuk mereduksi data
tanpa mengurangi inti dari data yang telah di dapat.
3.3.2 Penelitian Kepustakaan
Teknik ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh data – data
sekunder atau data – data pendukung yang berfungsi sebagai landasan teori guna
mendukung data – data primer yang diperoleh dari buku – buku serta referensi
yang lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian, maka penulis melakukan
penelitian kepustakaan dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data dari
buku-buku, jurnal internasional, literature, artikel, PSAK No. 14 Tentang
Persediaan, data dari www.corporatealfamart.com serta bacaan yang berkaitan
dengan penelitian.
3.3.3 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskrptif
kualitatif, dimana metode penelitian yang berusaha menjelaskan mengenai
analisis dan evaluasi dari prosedur penerimaan barang dan pengeluaran barang
yang dapat dijadikan sebagai pengendalian internal atas persediaan barang
dagang di Distribution Centre bedasarkan data yang didapat dari Distribution
Centre Cabang Bekasi.
66. 54
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Didirikan pada tahun 1989 oleh Djoko Susanto dan keluarga PT Sumber
Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart/ Perseroan), mengawali usahanya di bidang
perdagangan dan distribusi, kemudian pada 1999 mulai memasuki sektor
minimarket. Perseroan dimulai pada tahun 2002 dengan mengakusisi 141 gerai
Alfaminimart dan membawa nama baru Alfamart.
Saat ini Alfamart merupakan salah satu yang terdepan dalam usaha ritel,
dengan melayani lebih dari 2,1 juta pelanggan setiap harinya di hampir 6.000
gerai yang tersebar di Indonesia. Alfamart menyediakan barang-barang kebutuhan
pokok dengan harga yang terjangkau, tempat belanja yang nyaman, serta lokasi
yang mudah dijangkau. Didukung lebih dari 60.000 karyawan menjadikan
Alfamart sebagai salah satu pembuka lapangan kerja terbesar di Indonesia.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi
“Menjadi jaringan distribusi ritel terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas,
berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan kebutuhan dan
harapan konsumen, serta mampu bersaing secara global”.
67. 55
Misi
1. Memberikan kepuasan kepada pelanggan / konsumen dengan berfokus
pada produk dan pelayanan yang berkualitas unggul.
2. Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan dan selalu
menegakkan tingkah laku / etika bisnis yang tinggi.
3. Ikut berpartisipasi dalam membangun negara dengan menumbuh-
kembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.
4. Membangun organisasi global yang terpercaya, sehat dan terus bertumbuh
dan bermanfaat bagi pelanggan, pemasok, karyawan, pemegang saham
dan masyarakat pada umumnya.
4.1.3 Struktur Organisasi dan Otorisasinya
1. Board Of Commisioners bertugas untuk melakukan pengawasan atas jalannya
usaha dan memberikan nasihat kepada direktur.
2. Audit Comitte bertugas untuk melakukan penelaan terhadap informasi
keuangan yang diterbitkan perusahaan, ketaatan perusahaan terhadap
peraturan perundang – undangan dan mempertimbangkan resiko – resiko yang
ada di perusahaan.
3. Boards of Directors bertugas untuk memimpin perusahaan dengan
menerbitkan kebijakan - kebijakan perusahaan, menetapkan tugas – tugas
karyawan, menyampaikan laporan keuangan kepada pemegang saham dan
menyetujui anggaran tahunan perusahaan.
68. 56
4. Corporate Audit bertugas untuk melakukan analisis data akun laporan
keuangan (buku besar umum), pngeluaran (hutang, waktu dan biaya),
informasi dan data lainnya, mengembangkan prosedur dan analisis untuk
mengidentifikasi data – data, membuat rencana yang efektif, mengkoordinasi
dan melakukan audit berkala wilayah operasional dan keuangan sesuai dengan
rencana audit tahunan yang telah disetujui.
5. Corporate Legal bertugas untuk perubahan anggaran dasar dan RUPS.
6. Operation bertugas untuk mengawasi kegiatan operasi, mengawasi
keberadaan serta kondisi mesin dan peralatan.
7. Marketing bertanggung jawab terhadap bagian pemasaran, bertanggung jawab
terhadap perolehan hasil penjualan dan penggunaan dana promosi
8. Merchandising bertugas untuk mendisplay produk, menjaga kebersihan
produk dan pajangan, menjalankan semua program promosi peruasahaan,
mengecek harga jual produk dan competitor, memastikan jadwal pengiriman
barang.
9. Property Development bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan
pengendalian properti dan lingkungan di wilayah usaha perusahaan dan
lingkungannya, menyusun program pengendalian properti sesuai dengan
rencana investasi serta melakukan evaluasi secara periodik, menyiapkan
laporan kegiatan divisi secara benar dan tepat waktu.
69. 57
10. IT Bertanggung jawab memelihara sistem jaringan dan mengoptimalisasi
perangkat IT atau server yang ada di Alfamart.
11. Finance bertugas untuk membuat, memeriksa dan mengarsip faktur, nota
supplier, laporan AP/AR untuk memastikan status hutang atau piutang,
embuat, mencetak tagihan, menerima, memeriksa tagihan dari vendor dan
membuat rekapnya untuk memastikan pembayaran terkirim tepat waktu,
memeriksa rangkuman kas kecil, menenerima pembayaran dari pelanggan,
dan pembayaran ke supplier dengan tepat waktu dan akurat untuk memastikan
ketepatan waktu dan keakuratan penerimaan maupun pembayaran, melakukan
rekonsiliasi, melakukan stock opname perusahaan.
12. Human Capital bertugas memperbaiki dan memperhatikan mutu karyawan,
Menyediakan tenaga yang ahli dan sesuai dengan bidangnya masing – masing
13. Corporate Development Bertugas merencanakan, merancang dan menyajikan
presentasi yang menarik dan proposal untuk pendekatan bisnis baru
14. Franchise bertugas menyediakan tempat usaha dan modal sejumlah tertentu
bergantung pada jenis waralaba yang akan dibeli, menjaga image produk
waralaba
15. Corporate Affairs Bertanggung jawab untuk semua komunikasi internal dan
eksternal, mengurus hal - hal seperti buletin karyawan, laporan bisnis tahunan
70. 58
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT Alfaria Tirtajaya
Sumber : Alfaria Tirtajaya
Board Of Commissioners
Audit Committe
Board of Directors
Corporate Audit
Finance
Information technology
Human Capital
Corporate Affairs
Franchise
Operation
Property & development
Marketing
Merchandising &
Proccurent
71. 59
4.2 Unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang
Pengendalian internal PT Alfaria Tirtajaya terhadap persediaan barang
dagang dapat dijelaskan bedasarkan faktor – faktor yang menunjang agar
lingkungan pengendalian perusahaan dapat berjalan dengan baik diantaranya
sebagai berikut:
1. Falsafah dan Gaya Manajemen Operasi
Falsafah manajemen merupakan aktivitas yang memberikan parameter bagi
perusahaan dan karyawan tentang pentingnya pengendalian. Falsafah
manajemen di praktikkan dengan adanya suatu keyakinan oleh manajemen
puncak untuk menciptakan hubungan bisnis yang baik. Dalam hal ini, semua
karyawan diarahkan untuk bertindak dan bersikap jujur kepada konsumen,
pemasok, dan semua pihak yang berhubungan dengan perusahaan. Sikap
ramah juga perlu dimiliki karyawan. Hal ini dilambangkan oleh maskot
alfamart yaitu Albi si lebah yang ramah adalah karakter yang menyenangkan
dan siap membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Albi juga
melambangkan karyawan Alfamart yang siap membantu pelanggan dengan
ketulusan untuk melayani. Albi mengedepankan kehidupan dan tujuan
kolektif, menghindari konflik, dan selalu tanggap akan perubahan di
sekelilingnya. Albi merepresentasikan komitmen Alfamart untuk memenuhi
kebutuhan keluarga Indonesia dengan produk berkualitas dengan harga
terjangkau serta layanan bersahabat, dengan merangkul komunitas sekitar dan
72. 60
kompetisi yang sehat. Perseroan berkomitmen menerapkan tata kelola
perusahaan sesuai kaidah Good Corporate Governance (GCG) yang telah
tertuang dalam rincian budaya perusahaan. Perseroan meyakini bahwa kaidah
tata kelola perusahaan yang baik adalah sarana utama meningkatkan kinerja
perusahaan dan akuntabilitas kepada publik. Titik tolak pengembangan nilai-
nilai dan praktik GCG Perseroan telah dimulai sejak perusahaan berdiri.
Pedoman GCG ini diimplementasikan dalam beberapa peraturan, terutama
yang berkaitan dengan hubungan dengan pemasok Perseroan. Pada tahun
2011 diterbitkan buku saku Budaya Perusahaan yang berisi panduan
berperilaku baik dan etika bekerja yang harus dipatuhi seluruh manajemen
dan karyawan. Dalam memperkuat kebijakan dan praktik-praktik GCG (Good
corporate governance) unit Internal Audit secara berkala melakukan
pengkajian prosedur dan mengembangkan struktur pengendalian internal.
Manajemen Alfamart menciptakan slogan Dengan semangat “mendukung
pertumbuhan” Perseroan akan terus melangkah meraih pencapaian dan
keberhasilan di masa depan guna mewujudkan visi menjadi perusahaan ritel
yang unggul dalam daya inovasi, merek yang kuat serta manajemen yang
prima, serta mendatangkan manfaat dalam setiap keberadaannya
2. Filosofi yang dianut manajemen
Manajemen harus memberi keyakinan kepada segenap jajaran manajemen dan
karyawan bahwa mereka akan menegakkan aturan. Jika ada kesalahan sanksi
73. 61
juga akan diberlaukan oleh manajeman. Filosofi bisnis yang dianut oleh
alfamart adalah filosofi yang bertujuan untuk kepentingan pelanggan.
Perusahaan memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan sehingga
pelanggan mendapatkan suasana belanja yang paling menyenangkan.
Karyawan adalah tulang punggung dan ujung tombak pelayanan kepada
pelanggan. perusahan senantiasa berupaya mengambil keputusan dan
bertindak dengan selalu menjunjung tinggi prinsip integritas.
3. Struktur organisasi
Struktur organisasi yang digunakan oleh perusahaan menunjukkan keinginan
manajemen untuk menerapkan sistem pengendalian internal yang baik.
Masing – masing saling terkait dengan bagian yang lain dan tidak ada satu
orang karyawan pun yang paling mampu atau berkuasa menangani suatu
transaksi. Alfamart menggunakan struktur organisasi secara fungsional sesuai
dengan fungsi, tugas dan tanggunng jawab masing – masing bagian.
4. Komite audit untuk dewan direksi
Dalam hal ini, bukan hanya karyawan yang harus diawasi, tetapi jajaran
tertinggi di perusahaan tetap diawasi dan diaudit oleh suatu komisi yang
khusus dibentuk yaitu Komite audit yang juga mengatur kinerja audit internal
diperusahaan. Alfamart menerapkan sistem ini dimana didalam struktur
organiasasi alfamart dibawah Board of commissioners adanya komite audit
yang bertanggungjawab atas kinerja dari dewan komisaris alfamart.
74. 62
5. Metode pembagian tugas dan tanggungjawab
Di dalam perusahaan harus dilaksanakan dengan tegas pembagian tugas dan
tanggungjawab. Adanya pemisahan tugas membantu karyawan untuk fokus
menangani satu job description nya saja sehingga pengendalian akan terjaga,
karena jika terjadi kesalahan akan terlihat siapa yang bertanggungjawab.
Alfamart dalam struktur organisasi utamanya terlihat sudah menerapkan
pemisahan tugas seperti divisi operation, finance, merchandise, informasi
tekonolgi, marketing, human capital yang masing – masing memiliki tugas
yang berbeda.
6. Kebijakan dan praktik mengenai sumber daya manusia
Perusahaan harus memilih orang – orang yang kompeten dibidangnya. Alfaria
memilih orang – orang yang berkompeten dibidangnya, untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya. Alfamart memberikan beasiswa untuk
menambah kompeten kepada karyawan nya ditingkat Manajerial. Pelatihan
seperti training untuk meningkatkan kompetensi karyawan juga diberikan oleh
alfamart, namun pemberiannya masih belum berkala.
4.3 Penilaian resiko terhadap barang dagang
Ada beberapa resiko yang dapat terjadi dalam menjalankan kegiatan
operasi alfamart. Salah satunya adalah resiko keuangan. Alfamart mengandalkan
kredit usaha dari para pemasok, fasilitas kredit dari bank dan kas internal untuk
membiayai modal kerja dan modal tetap antara lain berupa pembayaran didepan
75. 63
sewa jangka panjang dan pengeluaran modal untuk aktiva tetap. Perubahan credit
term utang usaha dan berkurangnya likuiditas perbankan dapat berdampak pada
tidak tersedianya dana yang cukup untuk pengembangan usaha dan beban bunga
yang tinggi, sehingga dapat berpengaruh pada pendapatan Perusahaan. Langkah-
langkah pencegahan yang diambil oleh alfamart adalah melakukan perencanaan
keuangan yang matang dan berhati-hati, menjaga hubungan baik dengan para
pemasok dan bank.
Sedangkan dalam melaksanakan pengendalian persediaan di warehouse
distribution centre alfamart, ada resiko yang perlu diperhatikan di warehouse
Alfamart yaitu ketidakcocokan barang yang dipesan dari supplier, resiko rusaknya
barang saat pengiriman, resiko warehouse tidak dapat memenuhi permintaan toko
Alfamart sudah dapat menanggulangi resiko tersebut dengan cara
melakukan pengendalian dengan mencocokkan dokumen Purchase oder dengan
surat jalan dari supplier oleh bagian Administration Receiving sebelum barang
dari supplier diturunkan. dengan melakukan otorisasi atau ada petugas berwenang
yang bertanggungjawab dengan memberikan otorisasi dalam prosedur
penerimaan barang diharapkan dapat dijadikan sebagai pengawasan bahwa barang
yang diterima didalam warehouse alfamart telah sesuai dengan pesanan.
Dalam resiko ini juga perlu diperhatikan cara warehouse alfamart
menyimpan barang dagang, dan perhatiannya terhadap tanggal kedaluarsa dari
suatu produk. Untuk itu Alfamart memakai sistem FEFO (First Expired First
76. 64
Out) yang artinya barang yang tanggal kedaluarsanya lebih dekat, yang pertama
kali keluar dari warehouse alfamart untuk didistribusikan ke toko – toko alfamart.
Selain itu, Warehouse alfamart juga perlu memperhatikan cara
penyimpanan barang dagang dan harus teliti dalam mengetahui jumlah persediaan
yang masih tersimpan di warehouse alfamart.
Untuk mengatasi hal tersebut, Alfamart membuat kebijaksanaan dengan
melakukan penghitungan persediaan secara periodik yaitu dengan melakukan
stock opname barang sebulan sekali untuk menghitung jumlah persediaan akhir
barang dagang yang ada di warehouse dan mencatatnya kedalam dokumen
perhitungan fisik dan diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
4.4 Informasi dan Komunikasi Persediaan Barang
Sistem informasi dan komunikasi dalam pelaksanaan prosedur
penerimaan, penyimpanan barang dan pengeluaran barang melibatkan beberapa
fungsi terkait, prosedur yang harus diikuti secara komputerisasi dan dokumen
serta catatan yang diperlukan maupun laporan yang dihasilkan. Pencatatan ke
dalam catatan akuntansi harus didasarkan atas laporan sumber yang dilampiri
dengan dokumen pendukung yang lengkap yang telah diotorisasi oleh pihak yang
berwenang. Dokumen yang dibuat oleh alfamart harus jelas dan akurat
informasinya agar tidak terjadi kesalahan dalam melakkukan prosedur yang dapat
menghambat berjalannya prosedur.
77. 65
Barang yang telah dipesan akan dikirim supplier ke warehouse alfamart.
Selanjutnya, dokumen – dokumen pendukung dalam prosedur penerimaan barang
yaitu dokumen purchase order, surat jalan harus menunjukan informasi yang jelas
bagi pengguna nya agar tidak salah dalam menentukan keputusan selanjutnya,
harus di teliti dengan baik.
4.5 Prosedur Pengendalian Persediaan Barang
Dalam melakukan pengendalian persediaan, perlu adanya prosedur –
prosedur dalam membantu kegiatan opersional perusahaan. Di Distribution
Centre cabang Bekasi, ada beberapa prosedur pengendalian mengenai dan
penerimaan barang dan pengeluaran barang. Dari prosedur yang dilakukan oleh
Distribution Centre Cabang Bekasi dapat terlihat adanya sistem pengendalian
internal dalam melaksanakan kegiatan opersionalnya, adanya pemisahan tugas,
dan otorisasi yang jelas dari pejabat yang berwenang serta adanya anggaran
dalam melakukan pembelian barang ke supplier.
4.5.1 Prosedur Pemesanan Barang
Barang yang dijual oleh toko/gerai alfamart tidak dibeli secara langsung
oleh masing-masing toko namun dilakukan melalui pemesanan kepada supplier
terlebih dahulu yang dilakukan oleh distribution center
Dalam pemesanan barang ke supplier melibatkan bagian – bagian yang
terkait dalam prosedur ini yaitu Administration. Staff Distribution Centre,
Manager Distribution Centre, dan supplier.
78. 66
Dokumen – dokumen yang terkait dalam pemesanan barang adalah :
1. Formulir Pesanan Pembelian (UPB)
Pengisian formulir ini dilakukan oleh administration Staff Distribution Centre
dengan cara melakukan penginputan jenis barang, jumlah barang, harga
barang, potongan harga
2. Purchase Order
Bedasarkan formulir UPB yang telah diperiksa oleh Manager Distribution
Centre tersebut selanjutnya dijadikan pedoman oleh Administration Staff
Distribution Centre membuat PO (Purchase Order) kepada supplier.
3. Surat Jalan
Surat jalan adalah surat yang dikeluarkan oleh pihak supplier sebagai tanda
bukti pengiriman barang kepada alfamart dan sebaliknya sebagai bukti pula
bagi supplier bahwa barang telah dikirim.
Dalam menginformasikan formulir pemesanan kepada supplier, cara yang
digunakan adalah melalui email dan apabila terjadi kesalahan dalam pemesanan
maka akan dikirmkan purchase order yang sudah dikoreksi via fax. Adapun
prosedur secara lengkap dalam pemesanan barang ke supplier adalah sebagai
berikut:
1. Bagian Administration Staff Distribution Centre akan menerima laporan
penjualan dari Toko, jumlah persedian barang di toko dan laporan permintaan
barang dari toko.
79. 67
2. Dari data yang diperoleh, sistem otomatis akan mengidentifikasi barang –
barang yang perlu disiapkan untuk didistribusikan kepada masing-masing
toko. Jika jumlah persediaan barang yang ada di warehouse sudah dibatas
minimum, maka Administration Staff Distribution Centre melakukan proses
pemesanan barang dengan mengisi Formulir Pesanan Pembelian (UPB) dan
diberi nik karyawan pada UPB dikomputer.
3. Cetak Formulir pesanan pembelian rangkap dua dan diteruskan untuk di
koreksi oleh Distribution Centre Manager. lembar pertama untuk Supplier
dan Lembar kedua untuk arsip.
4. Jika terjadi kesalahan, dalam mengisi Form UPB, maka DC manager akan
merevisi dan Form UPB akan dikembalikan lagi ke Administration staff
Distribution Centre untuk dibenarkan dan dicetak kembali.
5. Jika sudah benar pengisian UPB oleh Administration Staff Distribution
Centre, maka Distribution Centre Manager akan memberikan otorisasi
dengan menandatangani UPB.
6. Jika Form UPB sudah ditandatangani oleh Distribution Centre Manager,
Administration Staff Distribution Manager melakukan pemesanan via email
7. Form UPB akan dijadikan pedoman untuk pembuatan PO (purchase order)
oleh Administration Staff Distribution Centre dan dijadikan dokumen
pendukung oleh supplier saat pengiriman barang.
80. 68
Adapun skema flow pemesanan barang mulai dari tahap awal sampai
pemesanan barang sebagaimana gambar 4.2 berikut :
81. 69
Gambar 4.2
Alur Prosedur Pemesanan barang ke supplier
Sumber : Distribution Centre Alfaria Tirtajaya
Admin Staff DC DC Manager
Cetak
Auto fax/
Auto email
Supplier
N
Y
Tanda tangan
Mulai
melakukan Proses
penyiapan UPB
dengan sistem
Draft UPB
menerima draft
UPB yang telah
disetujui DCM
Draft UPB
Purchase
order
menerima Draft
UPB dari Adm.
staff DC
Persetuju
an UPB
Draft UPB
merevisi Jumlah
pesanan
maksimum dan
minimum dan
dikembalilkan
ke Admin Staff
DC untuk
diperbaiki
Membuat Purchase
Order
82. 70
Keterangan:
DC : Distribution centre
UPB : Formulir pemesanan barang
DCM : Distribution Centre Manager
N : No ( Harus direvisi)
Y : Ya
Selanjutnya setelah pemesanan barang selesai dilakukan, prosedur
selanjutnya adalah penerimaan barang dari Supplier.
Dari alur flow pemesanan persediaan barang di Distribution centre cabang
Bekasi terdapat kelemahan pada internal kontrol antara lain
Tabel 4.1
Kelemahan Internal Kontrol Alur Prosedur Pemesanan Barang
No. Kelemahan Internal Kontrol Rekomendasi
1. Purchase order yang dikirimkan ke
supplier tidak diotorisasi atau tidak
dikoreksi ulang oleh Distribution
Centre Manager.
Sebaiknya dilakukan otorisasi
dan pengecekan ulang atas
purchase order sebelum
dikirimkan ke supplier.
4.5.2 Prosedur Penerimaan Barang
Setelah dilakukan pemesanan barang, maka tahap selanjutnya adalah
menerima pesanan barang yang dikirim oleh supplier. Penerimaan barang oleh
perusahaan yang dilakukan di (warehouse) juga harus mengikuti prosedur yang
baku sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Alfamart.
Adapun prosedur penerimaan barang dagang dari supplier adalah:
83. 71
1. Administration Receiving menerima surat jalan dua lembar dari supplier dan
bukti order pembelian.
2. Delivery supplier mengisi buku tamu untuk supplier untuk menentukan urutan
penurunan barang bedasarkan dengan nomor urut. Prosedur ini dilakukan
dengan dengan cara supplier mendaftarkan diri untuk menentukan urutan
penurunan barang.
3. Delivery supplier menyerahkan surat jalan rangkap dua dan purchase order
kepada Administration receiving.
4. Administration receiving menerima surat jalan dan purchase order dari
supplier.
Catatan:
Pihak administration receiving memastikan dokumen purchase order yang
dibawa oleh supplier sesuai dan masih berlaku.
5. Administration receiving memeriksa kesesuaian item, kuantitas, pada surat
jalan lembar kedua dengan purchase order.
6. Jika item barang sesuai dan harga barang pada purchase order lebih kecil dari
surat jalan dua lembar, maka tolak penerimaan barang dan konfirmasikan ke
bagian merchandise .
7. Jika item barang sesuai dan harga barang pada purchase order = surat jalan
dua rangkap atau purchase order lebih besar dari surat jalan dua lembar maka
lakukan penerimaan barang.
84. 72
8. Administration receiving mengijinkan supplier untuk menurunkan barang
9. Administration receiving memberikan surat jalan rangkap dua, purchase order
ke receiving officer.
10. Supplier menerima informasi dari administration receiving dan turunkan
barang
11. Supplier menyerahkan barang ke receiving officer.
12. Bagian receiving officer menerima barang dari supplier.
13. Bagian receiving officer menerima surat jalan rangkap dua dan purchase
order dari administration receiving.
14. Receiving officer memeriksa kesesuaian item, kuantitas dan kualitas barang
dengan surat jalan dua lembar dan purchase order.
15. Jika kuantitas fisik barang < surat jalan, maka lakukan koreksi pada surat
jalan dengan mencantumkan kuantitas yang sebenarnya. Kemudian supplier
tanda tangan di surat jalan.
16. Jika kuantitas fisik > surat jalan atau faktur, maka kembalikan kelebihan
barang ke supplier yang bersangkutan menggunakan surat jalan
17. Receiving Officer meminta persetujuan surat jalan dan purchase order ke
bagian receiving coord.
18. Surat jalan yang telah disetujui receiving cord akan di buatkan LPB (Laporan
penerimaan barang) rangkap tiga
85. 73
19. Administration Receiving meminta persetujuan laporan penerimaan barang
kepada Administration Distribution centre dan dokumen akan di berikan
stempel alfamart.
20. Administration receiving memina tanda tangan supplier.
21. Barang dan laporan penerimaan barang akan dikoreksi oleh Progress Officer
22. Progress Officer menandatangani laporan penerimaan barang dan di berikan
ke administration receiving unuk diberikan ke supplier lembar pertama untuk
dijadikan dokumen pendukung dalam penagihan ke alfamart. Lembar ke dua
akan diarsip bagian Administration receiving. Dan lembar ketiga di arsip oleh
Pembayaran dan dijadikan dokumen pendukung saat supplier melakukan
tagihan.
23. Progress Officer menyimpan barang ke dalam rak dengan bantuan forklift
dan disimpan bedasarkan jenis barang.
Berikut ini adalah alur penerimaan persediaan barang dagang dari supplier
ke Warehouse Distribution Centre Alfamart cabang Bekasi
86. 74
Gambar 4.3
Alur Prosedur Penerimaan Barang
Bersambung
Supplier Adminisration Receiving Receiving officer
.
Catatan : Pastikan dokumen yang
dibawa oleh supplier sesuai dan masih
berlaku.
N
Y
N
Y
Catatan : Jika Receiving Cord
berhalangan hadir, maka otorisasi dapat
dilakukan oleh Receiving Officer
Mulai
mengirim barang
dengan membawa SJ
dan PO
SJPO
mengisi buku tamu
sesuai no. urut antrian
menyerahkan SJ/FK
dan PO ke
administration
receiving
menerima SJ dan
PO dari supplier
memeriksa
kesesuaian item,
kuantitas pada SJ
dan PO
PO
SJ
PO
SJ
sesuai
menolak
penerimaan
dan confirm
ke
merchandis
memerintahkan
supplier menurunkan
barang
memberikan SJ dan
PO ke receiving officer
menerima SJ dan
PO dari
administration
receiving
A
A
menerima informasi
dan melakukan
penurunan barang
menyerahkan barang
ke Rec.Officer
menerima barang
dari supplier
memeriksa kesesuaian
item, kuantitas,
kualitas barang
dengan SJ/FK
sesuai
mengkoreks
i SJ
kemudian
supplier
TTD SJ
meminta persetujuan
SJ ke Receiving cord
PO
SJ
B
PO
SJ
87. 75
Sambungan
Bersambung
Receiving Coord Admin Receiving Administration Distribution
Centre
N
Y
N N
Y
B
menerima SJ dan PO dari
Receiving Officer
memastikan kesesuaian SJ
dan PO dengan fisik
barang
sesuai
menginform
asikan ke
receiving
officer untuk
direvisi
Tanda tangan, cap dan
stempel
menerima SJ dan PO
yang sudah
ditandatangani
memastikan SJ dan PO
sesuai fisik barang
menyetak LPB
rangkap 3
memberikan kembali SJ
dan PO Ke admin
receiving
meminta persetujuan
atas LPB dengan
lampiran SJ dan PO
menerima LPB dengan
lampiran PO dan SJ
menandatangani LPB beri
tanggal dan cap alfamart
memastikan Kesesuaian
LPB dengan SJ dan PO
sesu
memberikan LPB SJ dan
PO ke supplier untuk
ditandatangani
C
menginformas
ikan ke
receiving
officer untuk
direvisi
menginstruksikan checker
cross untuk memawa
barang ke area labeling
88. 76
Sambungan
Sumber : Warehouse Alfaria Tirtajaya
Keterangan :
LPB :Laporan Penerimaan Barang
PO : Purchase Order
Supplier Adminisration Receiving Progress Officer
N
Y
Menandatangani
LPB yang
dilampirkan SJ
dan OP
C
LPB
SJ
SJ
PO
menerima LPB
Rangkap tiga
Memastikan kesesuaian
LPB rangkap tiga dengan
fisik barang
LPB
Sesuai
Menginformasikan
ke receiving officer
untuk ditindak
lanjuti
Menandatangani LPB
Memerintahkan helper
menyimpan barang
kedalam Rak
Penyimpanan sesuai
jenis barang
Lembar ketiga di
teruskan ke bagian
pembayaran jika
ada tagihan dari
supplier
LPB
LPBLPB
89. 77
SJ : Surat Jalan
Y : Ya
N : Tidak
Dalam prosedur penerimaan barang ada bagian – bagian yang terkait
diantaranya adalah :
1. Supplier
Supplier bertugas untuk mengirimkan barang ke warehouse bersama dengan
surat jalan dan purchase order.
2. Administration Receiving
Bertugas untuk mengadministrasikan dokumen penerimaan barang dan
mendistribusikan dokumen SJ dan PO ke receiving officer untuk tanda tangan
dan membuat Laporan Penerimaan barang rangkap tiga.
3. Receiving officer
Bertugas untuk menerima barang dari supplier dan memeriksa jumlah barang
sesuai dengan SJ dan PO kemudian meminta persetujuaan oleh Receiving
Coord.
4. Receiving Coord
Bertanggungjawab mengotorisasi dokumen dan mengawasi barang sampai ke
area labeling .
5. Administration Distribution Centre
90. 78
Bertugas untuk membuat dokumen menandatanganinya dan
mendistribusikannya.
Dokumen – dokumen yang digunakan dalam melakukan proosedur
penerimaan barang adalah
1. Surat jalan
Dari supplier sebagai dokumen pendukung pengiriman barang.
2. Purchase order
Dokumen yang dikiriman dari alfamart ke supplier dalam melakukan
pemesanan barang dagang.
3. Laporan penerimaan barang
Sebagai bukti sudah diterima nya barang di warehouse dan sebagai dokumen
pendukung untuk supplier dalam melakukan penagihan ke alfamart
Dari alur flow penerimaan barang yang dilakukan di Distribution Centre
terdapat beberapa kelemahan dari internal control adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Kelemahan Internal Kontrol Alur Prosedur Penerimaan Barang
No. Kelemahan internal control Rekomendasi
1. Diperbolehkannya Receiving Officer untuk
menandatangani Surat jalan ketika
Receiving Oficer berhalangan hadir pada
saat penerimaan barang
Sebaiknya otorisasi
dilakukan oleh dua orang
ketika receiving Cord
berhalangan hadir.