Rendang adalah masakan daging khas Padang yang dimasak dengan santan dan bumbu rempah yang meresap, dan telah dinobatkan sebagai salah satu hidangan terlezat di dunia. Kebudayaan nasional berperan sebagai kerangka acuan bagi seluruh penduduk tanpa memandang asal daerah atau suku, namun implementasinya sulit karena keragaman masyarakat Indonesia dan dapat memunculkan gejolak sosial. Pengembangan kebudayaan nasional di
1. Kolaborasi Budaya untuk Indonesia Berkarakter
Siapa yang tidak kenal dengan masakan rendang? Sebagian besar dari kita pastinya pernah
mencicipinya. Olahan daging yang satu ini bisa kita jadikan pilihan jika ingin mencicipi
masakan daging dengan bumbu rempah yang meresap. Kelezatan rendang membuatnya
menjadi salah satu primadona masakan padang. Bisa dibilang setiap penjual masakan padang
pastinya menawarkan rendang sebagai salah satu hidangan unggulan.
Rendang adalah masakan daging yang memiliki cita rasa pedas, yang menggunakan campuran
bumbu dan rempah-rempah. Rendang dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan dengan
santan kelapa berulangkali. Masakan ini sangat lezat, hingga pada tahun 2011 dinobatkan
sebagai hidangan peringkat pertama dalam World’s 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan
Terlezat Dunia) yang digelar oleh CNN International.
Apabila kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional diperbandingkan, kedudukan
kebudayaan nasional lebih luas jangkauannya, karena ia menjadi kerangka acuan bagi seluruh
penduduk tanpa membedakan asal-usul daerah maupun suku bangsa. Oleh karena itu, kalau
kebudayaan daerah merupakan kebudayaan dominan di daerah maka kebudayaan nasional
menjadi kebudayaan dominan di seluruh tanah air.
Pengembangan kebudayaan nasional sebagai kebudayaan dominan di seluruh negeri
diharapkan dapat memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Namun, karena masyarakat
dan kebudayaan yang ada di tanah air bersifat heterogen , pelaksanaannya tidak mudah dan
kadangkala menimbulkan ggejolak sosial karena timbul kesan adanya dominasi salah satu
kebudayaan daerah. Kesukaran lain juga disebabkan karena perkembangan kebudayaan
nasional belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan akan kerangka acuan bagi segala sektor
kehidupan sehingga sering orang cenderung mengacu kepada kebudayaan daerah atau suku
bangsa masing-masing. Kebiasaan seperti ini dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan
mengancam persatuan/kesatuan bangsa, apalagi kalau dilakukan oleh suku bangsa yang jumlah
anggotanya besar atau kebetulan menguasai sumber kekuatan politik , ekonomi, dan sosial.
Pentingnya pengembangan kebudayaan nasional sebagai kebudayaan dominan dalam
masyarakat majemuk sangat dirasakan terutama kalau orang mulai memperhatikan pembagian
kekuasaan politik dan ekonomi. Seolah-olah hanya mereka yang benar-benar menghayati
kebudayaan nasionallah yang mampu memanfaatkan peluang untuk ikut serta berperan dalam
kehidupan politik nasional. Lebih berat lagi, seringkali orang menilai banyaknya sumbangan
2. kebudayaan nasional berdasarkan banyaknya personel yang menduduki tempat-tempat di pusat
kekuasaan politik, pemerintahan, dan ekonomi.
.