2. PENDAHULUAN
• Bahasa instrumen dasar komunikasi manusia pengembangan kemampuan kognitif dan sosial
• Komunikasi verbal maupun nonverbal menyampaikan pesan, ide, pemikiran, atau informasi
• Memerlukan (kemampuan pemahaman, formulasi bahasa)
• kemampuan komunikasi proses cepat dan tanpa usaha memerlukan pikiran, perasaan, serta
beberapa proses di otak kata atau kalimat
• Defisit sistem berbahasa penilaian faktor kognitif sulit dan mungkin tidak dapat dilakukan
• Gangguan kemampuan komunikasi hambatan yang berarti bagi pasien tidak semua orang dapat
berkomunikasi secara normal tidak dapat menerima dan menyampaikan pesan
• Gangguan komunikasi masalah bahasa, berbicara, mendengar kesulitan memahami dan
menggunakan bahasa
• Salah satu artikulasi tidak berfungsi bahasa tidak dapat disampaikan dan diterima dengan baik
• Stroke, tumor, cedera otak, demensia, dan penyakit lain gangguan berbahasa
• Kerusakan korteks otak spesifik Afasia
• NIDCD Amerika 180.000 kasus dan satu dari 272. Sepertiga kasus kecelakaan
serebrovaskular
3. DEFINISI
Dua aspek komunikasi
• Sensorik (input bahasa) telinga
dan mata
• Motorik vokalisasi dan
pengaturannya
• Bahasa alat komunikasi utama dan dasar sebagian
besar kemamopuan kognitif
• Bahasa komunikasi kompleks kata ditulis atau
diucapkan menyimbolkan benda atau
menyampaikan gagasan.
• melibatkan integrasi dua kemampuan berbeda
ekspresi (kemampuan berbicara) dan pemahaman
bagian tertentu di korteks
• Fungsi berbahasa kemampuan
mengekspresikan dan memahami kata
(lisan maupun tulisan)
• Area bahasa di otak hemisfer
dominan wernicke, broca, dan
arcuate fasciculus
4. ANATOMI DAN FISIOLOGI
• Fungsi berbahasa kedua hemisfer area utama
pada hemisfer sinistra
• Wernicke korteks pertemuan lobus parietalis,
temporalis dan oksipitalis memproses informasi
visual dan pendengaran serta menjadi pusat pemahaman
dan perencanaan kata-kata
• Broca lobus forntalis inferior berdekatan dengan
daerah motorik korteks
• Arcuate fasciculus menghubungkan wernicke dan
broca
• Pusat membaca area girus angularis lobus parietalis
• Pusat menulis area lobus parietal bersama dengan
lobus frontal
• Hemisfer dextra pemahaman kata sederhana
(benda), tidak disertai motorik
• vaskularisasi a.cerebri media
5. • Kerusakan bagian tertentu otak gangguan selektif bahasa
• kerusakan area broca gagal membentuk kata mengerti lisan dan tulisan
• kerusakan area wernicke tidak memahami kata yang didengar dan diucapkan
berbicara lancar kata tidak memiliki arti
• gangguan fungsi bahasa area korteks spesifik Afasia cerebrovascular
accident (CVA), traumatic brain injury (TBI), massa pada otak, infeksi, atau
penyakit degeneratif (Alzeimer, demensia vascular, dan penyakit parkinson)
GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
6. • Bentuk paling parah penderita tidak dapat
mengeluarkan kata-kata dan tidak mengerti
bahasa verbal maupun visual.
• Tidak dapak mengutarakan isi pikiran dengan
gerak otot wajah (mimik) atau gerak otot
volunter lainnya (isyarat).
AFASIA GLOBAL ATAU TOTAL
• lesi area wernicke pusat pemahaman dan
perencanaan kata-kata.
• penderita tidak dapat mengucapkan kata lisan
dan/atau tertulis ucapan lancar namun tidak
ada arti.
• penderita tidak menyadari kesalahan yang dan
ucapan yang kurang bermakna.
AFASIA SENSORIK (WERNICKE)
GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
7. • lesi area broca pusat motorik bicara dan
pembentukan kalimat
• sedang dapat berbahasa susunan kalimat
kurang baik karena banyak kata yang tidak
digunakan
• cukup berat bisa mengucapkan kalimat
pendek "apa kabar" atau "terima kasih
• terberat tidak dapat megeluarkan kata-kata
mengerti bahasa verbal dan visual
AFASIA MOTORIK (BROCA)
• lesi area arcuate fasciculus
• sulit mengulang apa yang diucapkan
• penderita menyadari kesalahan dan mencoba
memperbaikinya
AFASIA KONDUKTIF
GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
8. • lesi sekitar area wernicke
• penderita tidak mampu memahami dapat
mengulang pembicaraan dengan lancar
AFASIA SENSORIK TRANSKORTIKALIS
• lesi sekitar area broca
• penderita berbicara tidak lancar dapat
mengulangi frasa yang panjang dan rumit
• penderita cenderung diam dapat berbicara
satu sampai dua kata
AFASIA MOTORIK TRANSKORTIKALIS
• lesi sekitar area wernicke, broca, dan
arcuate fasciculus tidak mempunyai
hubungan dengan daerah kortikal lainnya
• penderita mengalami gangguan berbicara
dan pemahaman berat dapat
mengulangi kalimat panjang dan rumit
AFASIA TRANSKORTIKALIS
GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
9. • paling ringan lesi pada gyrus angularis
• penderita sulit dalam pemcarian kata sering
berhenti saat berbicara tidak dapat mengutarakan
kata yang dipikirkan
• dapat menjelaskan dengan kalimat
AFASIA AMNESIK/ANOIK/NORMAL
GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
10. PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA
• Pada awal anamnesis pasien diberikan pertanyaan
terbuka, atau diminta untuk menceritakan riwayat
penyakitnya.
• Secara formal pasien diminta untuk menyebutkan
sebanyak-banyaknya nama hewan dalam 1 menit
tidak menyebutkan nama hewan yang sama.
• Biasanya pada orang normal mampu menyebutkan
16 nama hewan dalam 1 menit
KELANCARAN BERBICARA
11. PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA
• saat anamnesis apakah pasien dapat menjawab sesuai pertanyaan yang diberikan.
• instruksi menunjuk objek yang disebutkan pemeriksa pasien mampu menunjuk objek satu
persatu seperti yang disebutkan pemeriksa kemudian menyebutkan empat objek berurutan
(misalnya atap, pintu, lantai, meja) dan pasien harus menunjuk objek tujuan secara berurutan
sesuai penyebutan pemeriksa.
• pemeriksaan lain pemeriksa menyebutkan satu pertanyaan, misalnya “seorang bayi lahir
lebih besar daripada orang dewasa” Pasien diminta menjawab apakah pernyataan tersebut
benar atau salah.
• normal mampu menunjuk dan menjawab
PEMAHAMAN VERBAL
12. PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA
• instruksi untuk menyebutkan nama objek dan bagian dari objek ditunjuk
• Objek yang ditanyakan berdasarkan kategori warna (merah, kuning, biru, hijau, hitam, ungu), anggota tubuh
(mata, ibu jari, siku, rahang, kaki), pakaian dan objek dalam ruangan (pintu, jam, sepatu, atap/langit-langit),
serta bagian dari objek (kaki kursi, jarum jam, lensa kacamata, kantung baju, dan sol sepatu).
• setiap jawaban benar nilai 1.
• Perlu diperhatikan adanya parafasia verbal atau semantic (‘sendok’ menjadi ‘garpu’) dan parafasia literal atau
fonemik ‘jempol’ menjadi ‘tempol’).
• Boston Naming Test kartu yang berisi 15 gambar benda umum hingga jarang ditemui sehari-sehari
pasien diminta menyebutkan nama benda tersebut benar diberi nilai 1 (max 15).
• nilai normal pemeriksaaan Consortium to Establish Registry for Alzeimer’s Disease (CERAD) rerata
13±14.
PENAMAAN
13. PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA
• mengulang kata dan kalimat
• dimulai dari yang paling mudah ditingkatkan
menjadi semakin sulit 2 suku kata 3 suku
kata kalimat 3 – 7 kata.
• orang normal dan dengan cedera otak tanpa
afasia dapat mengulang kalimat dengan akurat
sampai 19 suku kata
REPITISI
Wati
Beruang
Kelompok
Siapa sedang sakit
Udaranya bagus hari ini
Tolong ambilkan radio besar itu
Dari payakumbuh menuju Manado
Ember itu berisi banyak batu baterai besar
14. PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA
• dapat menggunakan subtes MMSE terdapat instruksi kepada
pasien untuk menuliskan sebuah kalimat.
• untuk membaca pasien diminta membaca sebuah instruksi
“pejamkan mata anda”.
MENULIS DAN MEMBACA
15. PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA
• Wernicke-fluent, gangguan pemahaman, tidak
dapat mengulang
• Transcortical sensory-fluent, gangguan
pemahaman, bisa mengulang
• conduction-fluent, pemahaman baik, tidak
dapat mengulang
• Anomic-fluent, pemahaman baik, bisa
mengulang
Fluent aphasia syndrome
• Broca-non-fluent, tidak lancar, gangguan
pemahaman, tidak dapat mengulang
• Transcortical motor-non-fluent, lancar,
pemahaman baik, dapat mengulang
• Mixed transcortical-non-fluent, tidak lancar,
gangguan pemahaman, bisa mengulang.
• Global-non-fluent, tidak lancar, gangguan
pemahaman, tidak dapat mengulang.
Non-fluent aphasia syndrome
16. • tatalaksana awal tergantung penyebab
• manajemen segera primary survey (airway-breathing, circulation
• tidak terdapat pengobatan standar tujuan memperoleh kembali tingkat kemandirian penderita
komorbiditas fisik, kesehatan mental, dan defisit perlu ditangani dan dikelola dengan baik
• pendidikan pengasuh dan dukungan sosial sangat mempengaruhi hasil pemulihan
• CVA terapi trombolisis intravena tissue
plasminogen activator (tPA), intra-arterial mechanical
thrombectomy, atau carotid endarterectomy
• Dekompresi bedah CVA hemoragik, TBI, atau
tumor otak
• infeksi steroid, antivirus, atau antibiotik
TATALAKSANA
• kesulitan mengkomunikasikan keinginan dan
kebutuhan frustasi depresi berat dan kurangnya
partisipasi terapi
• dukungan emosiaonal keluarga, teman, guru spiritual
diperlukan
• rujuk ke psikiater, neuropsikolog dan/atau psikolog
• farmakologi depresi selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs) dan tricyclic antidepressants (TCAs)
17. • penderita akan dievaluasi oleh speech-language pathologist menentukan kekuatan dan kelemahan
penyesuaian terapi
• peningkatan lebih baik terapi singkat dan intensif dibandingkan lama tapi kurang intensif
• strategi kompensasi berbeda augmentative and alternative communication (AAC) menyediakan
papan tulis, pena, dan kertas untuk menulis, foto barang untuk identifikasi, atau perangkat yang lebih
canggih (tablet dengan frasa atau gambar umum)
Penderita aphasia non-fluent (afasia broca) memiliki gangguan kefasihan dalam
membuat kalimat namun cenderung memiliki kemampuan bernyanyi yang baik
Melody intonation therapy (MIT) menggunakan melodi dan ritme untuk
meningkatkan kafasihan penderita penderita dengan pemahaman pendengaran
yang baik.
TATALAKSANA
19. PROGNOSIS
Pemulihan afasia bervariasi tergantung pada jenis, tingkat keparahan, penyebab, motivasi pasien, dll.
Sebagian besar perbaikan dapat dilihat dua sampai tiga bulan setelah onset dan cenderung memuncak
pada enam bulan, dengan tingkat pemulihan menurun secara drastis setelahnya.
Afasia Broca memiliki pemulihan yang lebih baik jika dibandingkan dengan afasia global, dan afasia
global memiliki pemulihan yang lebih baik dibandingkan dengan afasia Wernicke
20. KESIMPULAN
Bahasa sebagai alat komunikasi utama manusia yang melibatkan kemampuan berbicara dan
pemahaman. Fungsi berbahasa adalah kemampuan mengekspresikan dan memahami kata baik secara
lisan maupun tulisah yang diperankan oleh pusat fungsi pahasa (Wernicke, Broca, dan arcuate
fasciculus) pada hemisfer dominan otak (hemisfer sinistra). Selain itu, hemisfer dextra juga memiliki
peran dalam fungsi berbahasadalam pemahaman kata-kata sederhana. Kerusakan pada pusat bahasa di
otak akan menyebabkan gangguan fungsi berbahasa berupa afasia. Pemeriksaan pada fungsi berbahasa
terdiri dari, pemeriksaan kelancaran berbicara, pemahaman verbal, penamaan, repitisi (pengulangan),
serta menulis dan membaca. Penderita afasia juga dapat dievaluasi dengan CT scan tanpa kontras dan
MRI. Tatalaksana awal gangguan fungsi berbahasa tergantung pada penyebabnya. Penderita juga
dapat dievaluasi oleh speech-language pathologist untuk menentukan kekuatan dan kelemahanuntuk
menyesuaikan rencana terapi. Pemulihan afasia dapat bervariasi tergantung jenis, tingkat keparahan,
penyebab, motivasi pasien, dll. Diagnosis banding gangguan fungsi berbahasa atau afasia terdiri dari
disartria berat, psikosis, gangguan pendengaran, dan afemia/mutisme.