SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  21
FUNGSI
BERBAHASA
Ilmu Penyakit Saraf
FK UNPATTI
Oleh:
Wa Ode Meutya Zawawi
Pembimbing:
dr. Enselin Nikijuluw, Sp.N
REFERAT
PENDAHULUAN
• Bahasa  instrumen dasar komunikasi manusia  pengembangan kemampuan kognitif dan sosial
• Komunikasi  verbal maupun nonverbal  menyampaikan pesan, ide, pemikiran, atau informasi
• Memerlukan (kemampuan pemahaman, formulasi bahasa)
• kemampuan komunikasi  proses cepat dan tanpa usaha  memerlukan pikiran, perasaan, serta
beberapa proses di otak  kata atau kalimat
• Defisit sistem berbahasa  penilaian faktor kognitif sulit dan mungkin tidak dapat dilakukan
• Gangguan kemampuan komunikasi  hambatan yang berarti bagi pasien  tidak semua orang dapat
berkomunikasi secara normal  tidak dapat menerima dan menyampaikan pesan
• Gangguan komunikasi  masalah bahasa, berbicara, mendengar  kesulitan memahami dan
menggunakan bahasa
• Salah satu artikulasi tidak berfungsi bahasa tidak dapat disampaikan dan diterima dengan baik
• Stroke, tumor, cedera otak, demensia, dan penyakit lain gangguan berbahasa
• Kerusakan korteks otak spesifik  Afasia
• NIDCD  Amerika  180.000 kasus dan satu dari 272. Sepertiga kasus  kecelakaan
serebrovaskular
DEFINISI
Dua aspek komunikasi
• Sensorik (input bahasa)  telinga
dan mata
• Motorik  vokalisasi dan
pengaturannya
• Bahasa  alat komunikasi utama dan dasar sebagian
besar kemamopuan kognitif
• Bahasa  komunikasi kompleks  kata ditulis atau
diucapkan  menyimbolkan benda atau
menyampaikan gagasan.
• melibatkan integrasi dua kemampuan berbeda 
ekspresi (kemampuan berbicara) dan pemahaman 
bagian tertentu di korteks
• Fungsi berbahasa  kemampuan
mengekspresikan dan memahami kata
(lisan maupun tulisan)
• Area bahasa di otak  hemisfer
dominan  wernicke, broca, dan
arcuate fasciculus
ANATOMI DAN FISIOLOGI
• Fungsi berbahasa  kedua hemisfer  area utama
pada hemisfer sinistra
• Wernicke  korteks pertemuan lobus parietalis,
temporalis dan oksipitalis  memproses informasi
visual dan pendengaran serta menjadi pusat pemahaman
dan perencanaan kata-kata
• Broca  lobus forntalis inferior  berdekatan dengan
daerah motorik korteks
• Arcuate fasciculus  menghubungkan wernicke dan
broca
• Pusat membaca  area girus angularis lobus parietalis
• Pusat menulis  area lobus parietal bersama dengan
lobus frontal
• Hemisfer dextra  pemahaman kata sederhana
(benda), tidak disertai motorik
• vaskularisasi  a.cerebri media
• Kerusakan bagian tertentu otak  gangguan selektif bahasa
• kerusakan area broca  gagal membentuk kata  mengerti lisan dan tulisan
• kerusakan area wernicke  tidak memahami kata yang didengar dan diucapkan
 berbicara lancar  kata tidak memiliki arti
• gangguan fungsi bahasa area korteks spesifik  Afasia  cerebrovascular
accident (CVA), traumatic brain injury (TBI), massa pada otak, infeksi, atau
penyakit degeneratif (Alzeimer, demensia vascular, dan penyakit parkinson)
GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
• Bentuk paling parah  penderita tidak dapat
mengeluarkan kata-kata dan tidak mengerti
bahasa verbal maupun visual.
• Tidak dapak mengutarakan isi pikiran dengan
gerak otot wajah (mimik) atau gerak otot
volunter lainnya (isyarat).
AFASIA GLOBAL ATAU TOTAL
• lesi area wernicke  pusat pemahaman dan
perencanaan kata-kata.
• penderita tidak dapat mengucapkan kata lisan
dan/atau tertulis  ucapan lancar namun tidak
ada arti.
• penderita tidak menyadari kesalahan yang dan
ucapan yang kurang bermakna.
AFASIA SENSORIK (WERNICKE)
GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
• lesi area broca  pusat motorik bicara dan
pembentukan kalimat
• sedang  dapat berbahasa  susunan kalimat
kurang baik karena banyak kata yang tidak
digunakan
• cukup berat  bisa mengucapkan kalimat
pendek  "apa kabar" atau "terima kasih
• terberat  tidak dapat megeluarkan kata-kata
 mengerti bahasa verbal dan visual
AFASIA MOTORIK (BROCA)
• lesi area arcuate fasciculus
• sulit mengulang apa yang diucapkan
• penderita menyadari kesalahan dan mencoba
memperbaikinya
AFASIA KONDUKTIF
GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
• lesi sekitar area wernicke
• penderita tidak mampu memahami  dapat
mengulang pembicaraan dengan lancar
AFASIA SENSORIK TRANSKORTIKALIS
• lesi sekitar area broca
• penderita berbicara tidak lancar  dapat
mengulangi frasa yang panjang dan rumit
• penderita cenderung diam  dapat berbicara
satu sampai dua kata
AFASIA MOTORIK TRANSKORTIKALIS
• lesi sekitar area wernicke, broca, dan
arcuate fasciculus  tidak mempunyai
hubungan dengan daerah kortikal lainnya
• penderita mengalami gangguan berbicara
dan pemahaman berat  dapat
mengulangi kalimat panjang dan rumit
AFASIA TRANSKORTIKALIS
GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
• paling ringan  lesi pada gyrus angularis
• penderita sulit dalam pemcarian kata  sering
berhenti saat berbicara  tidak dapat mengutarakan
kata yang dipikirkan
• dapat menjelaskan dengan kalimat
AFASIA AMNESIK/ANOIK/NORMAL
GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA
• Pada awal anamnesis pasien diberikan pertanyaan
terbuka, atau diminta untuk menceritakan riwayat
penyakitnya.
• Secara formal pasien diminta untuk menyebutkan
sebanyak-banyaknya nama hewan dalam 1 menit 
tidak menyebutkan nama hewan yang sama.
• Biasanya pada orang normal mampu menyebutkan
16 nama hewan dalam 1 menit
KELANCARAN BERBICARA
PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA
• saat anamnesis  apakah pasien dapat menjawab sesuai pertanyaan yang diberikan.
• instruksi menunjuk objek yang disebutkan pemeriksa  pasien mampu menunjuk objek satu
persatu seperti yang disebutkan  pemeriksa kemudian menyebutkan empat objek berurutan
(misalnya atap, pintu, lantai, meja) dan pasien harus menunjuk objek tujuan secara berurutan
sesuai penyebutan pemeriksa.
• pemeriksaan lain  pemeriksa menyebutkan satu pertanyaan, misalnya “seorang bayi lahir
lebih besar daripada orang dewasa”  Pasien diminta menjawab apakah pernyataan tersebut
benar atau salah.
• normal  mampu menunjuk dan menjawab
PEMAHAMAN VERBAL
PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA
• instruksi untuk menyebutkan nama objek dan bagian dari objek ditunjuk
• Objek yang ditanyakan berdasarkan kategori warna (merah, kuning, biru, hijau, hitam, ungu), anggota tubuh
(mata, ibu jari, siku, rahang, kaki), pakaian dan objek dalam ruangan (pintu, jam, sepatu, atap/langit-langit),
serta bagian dari objek (kaki kursi, jarum jam, lensa kacamata, kantung baju, dan sol sepatu).
• setiap jawaban benar  nilai 1.
• Perlu diperhatikan adanya parafasia verbal atau semantic (‘sendok’ menjadi ‘garpu’) dan parafasia literal atau
fonemik ‘jempol’ menjadi ‘tempol’).
• Boston Naming Test  kartu yang berisi 15 gambar benda umum hingga jarang ditemui sehari-sehari 
pasien diminta menyebutkan nama benda tersebut  benar diberi nilai 1 (max 15).
• nilai normal pemeriksaaan Consortium to Establish Registry for Alzeimer’s Disease (CERAD)  rerata
13±14.
PENAMAAN
PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA
• mengulang kata dan kalimat
• dimulai dari yang paling mudah ditingkatkan
menjadi semakin sulit  2 suku kata  3 suku
kata  kalimat 3 – 7 kata.
• orang normal dan dengan cedera otak tanpa
afasia dapat mengulang kalimat dengan akurat
sampai 19 suku kata
REPITISI
Wati
Beruang
Kelompok
Siapa sedang sakit
Udaranya bagus hari ini
Tolong ambilkan radio besar itu
Dari payakumbuh menuju Manado
Ember itu berisi banyak batu baterai besar
PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA
• dapat menggunakan subtes MMSE  terdapat instruksi kepada
pasien untuk menuliskan sebuah kalimat.
• untuk membaca  pasien diminta membaca sebuah instruksi 
“pejamkan mata anda”.
MENULIS DAN MEMBACA
PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA
• Wernicke-fluent, gangguan pemahaman, tidak
dapat mengulang
• Transcortical sensory-fluent, gangguan
pemahaman, bisa mengulang
• conduction-fluent, pemahaman baik, tidak
dapat mengulang
• Anomic-fluent, pemahaman baik, bisa
mengulang
Fluent aphasia syndrome
• Broca-non-fluent, tidak lancar, gangguan
pemahaman, tidak dapat mengulang
• Transcortical motor-non-fluent, lancar,
pemahaman baik, dapat mengulang
• Mixed transcortical-non-fluent, tidak lancar,
gangguan pemahaman, bisa mengulang.
• Global-non-fluent, tidak lancar, gangguan
pemahaman, tidak dapat mengulang.
Non-fluent aphasia syndrome
• tatalaksana awal tergantung penyebab
• manajemen segera  primary survey (airway-breathing, circulation
• tidak terdapat pengobatan standar  tujuan memperoleh kembali tingkat kemandirian penderita 
komorbiditas fisik, kesehatan mental, dan defisit perlu ditangani dan dikelola dengan baik
• pendidikan pengasuh dan dukungan sosial sangat mempengaruhi hasil pemulihan
• CVA  terapi trombolisis intravena  tissue
plasminogen activator (tPA), intra-arterial mechanical
thrombectomy, atau carotid endarterectomy
• Dekompresi bedah  CVA hemoragik, TBI, atau
tumor otak
• infeksi  steroid, antivirus, atau antibiotik
TATALAKSANA
• kesulitan mengkomunikasikan keinginan dan
kebutuhan  frustasi  depresi berat dan kurangnya
partisipasi terapi
• dukungan emosiaonal keluarga, teman, guru spiritual
 diperlukan
• rujuk ke psikiater, neuropsikolog dan/atau psikolog
• farmakologi depresi  selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs) dan tricyclic antidepressants (TCAs)
• penderita akan dievaluasi oleh speech-language pathologist  menentukan kekuatan dan kelemahan
penyesuaian terapi
• peningkatan lebih baik  terapi singkat dan intensif dibandingkan lama tapi kurang intensif
• strategi kompensasi berbeda  augmentative and alternative communication (AAC)  menyediakan
papan tulis, pena, dan kertas untuk menulis, foto barang untuk identifikasi, atau perangkat yang lebih
canggih (tablet dengan frasa atau gambar umum)
Penderita aphasia non-fluent (afasia broca)  memiliki gangguan kefasihan dalam
membuat kalimat namun cenderung memiliki kemampuan bernyanyi yang baik 
Melody intonation therapy (MIT) menggunakan melodi dan ritme untuk
meningkatkan kafasihan penderita  penderita dengan pemahaman pendengaran
yang baik.
TATALAKSANA
DIAGNOSIS BANDING
PROGNOSIS
Pemulihan afasia bervariasi tergantung pada jenis, tingkat keparahan, penyebab, motivasi pasien, dll.
Sebagian besar perbaikan dapat dilihat dua sampai tiga bulan setelah onset dan cenderung memuncak
pada enam bulan, dengan tingkat pemulihan menurun secara drastis setelahnya.
Afasia Broca memiliki pemulihan yang lebih baik jika dibandingkan dengan afasia global, dan afasia
global memiliki pemulihan yang lebih baik dibandingkan dengan afasia Wernicke
KESIMPULAN
Bahasa sebagai alat komunikasi utama manusia yang melibatkan kemampuan berbicara dan
pemahaman. Fungsi berbahasa adalah kemampuan mengekspresikan dan memahami kata baik secara
lisan maupun tulisah yang diperankan oleh pusat fungsi pahasa (Wernicke, Broca, dan arcuate
fasciculus) pada hemisfer dominan otak (hemisfer sinistra). Selain itu, hemisfer dextra juga memiliki
peran dalam fungsi berbahasadalam pemahaman kata-kata sederhana. Kerusakan pada pusat bahasa di
otak akan menyebabkan gangguan fungsi berbahasa berupa afasia. Pemeriksaan pada fungsi berbahasa
terdiri dari, pemeriksaan kelancaran berbicara, pemahaman verbal, penamaan, repitisi (pengulangan),
serta menulis dan membaca. Penderita afasia juga dapat dievaluasi dengan CT scan tanpa kontras dan
MRI. Tatalaksana awal gangguan fungsi berbahasa tergantung pada penyebabnya. Penderita juga
dapat dievaluasi oleh speech-language pathologist untuk menentukan kekuatan dan kelemahanuntuk
menyesuaikan rencana terapi. Pemulihan afasia dapat bervariasi tergantung jenis, tingkat keparahan,
penyebab, motivasi pasien, dll. Diagnosis banding gangguan fungsi berbahasa atau afasia terdiri dari
disartria berat, psikosis, gangguan pendengaran, dan afemia/mutisme.
TERIMA KASIH

Contenu connexe

Similaire à FUNGSI BERBAHASA.pptx

fisiologi pemusatan perhatian dan berfikir (iq)
fisiologi pemusatan perhatian dan berfikir (iq)fisiologi pemusatan perhatian dan berfikir (iq)
fisiologi pemusatan perhatian dan berfikir (iq)
Ridho Hudayana
 
Pelayanan kesehatan dan pendidikan luar biasa
Pelayanan kesehatan dan pendidikan luar biasaPelayanan kesehatan dan pendidikan luar biasa
Pelayanan kesehatan dan pendidikan luar biasa
Agus Candra
 
Masalah pembelajaran spesifik disleksia dari sudut perubatan
Masalah pembelajaran spesifik disleksia dari sudut perubatanMasalah pembelajaran spesifik disleksia dari sudut perubatan
Masalah pembelajaran spesifik disleksia dari sudut perubatan
cikgusuepkhas
 
1. PENDEKATAN KLINIS GANGGUAN NEUROLOGIS.pdf
1. PENDEKATAN KLINIS GANGGUAN NEUROLOGIS.pdf1. PENDEKATAN KLINIS GANGGUAN NEUROLOGIS.pdf
1. PENDEKATAN KLINIS GANGGUAN NEUROLOGIS.pdf
DrsSuratno1
 

Similaire à FUNGSI BERBAHASA.pptx (20)

Askep parau dan afasia
Askep parau dan afasiaAskep parau dan afasia
Askep parau dan afasia
 
BK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 2023.ppt
BK  ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 2023.pptBK  ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 2023.ppt
BK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 2023.ppt
 
fisiologi pemusatan perhatian dan berfikir (iq)
fisiologi pemusatan perhatian dan berfikir (iq)fisiologi pemusatan perhatian dan berfikir (iq)
fisiologi pemusatan perhatian dan berfikir (iq)
 
afasia 1.pdf
afasia 1.pdfafasia 1.pdf
afasia 1.pdf
 
Disleksiadisgrafia kelompok irma1
Disleksiadisgrafia kelompok irma1Disleksiadisgrafia kelompok irma1
Disleksiadisgrafia kelompok irma1
 
259641271 referat-pemeriksaan-fisik-neurologis
259641271 referat-pemeriksaan-fisik-neurologis259641271 referat-pemeriksaan-fisik-neurologis
259641271 referat-pemeriksaan-fisik-neurologis
 
Masalah bahasa dan komunikasi kanak kanak palsi serebral
Masalah bahasa dan komunikasi kanak kanak palsi serebralMasalah bahasa dan komunikasi kanak kanak palsi serebral
Masalah bahasa dan komunikasi kanak kanak palsi serebral
 
Pengenalan gangguan perkembangan dan keterlambatan bicara
Pengenalan gangguan perkembangan dan keterlambatan bicaraPengenalan gangguan perkembangan dan keterlambatan bicara
Pengenalan gangguan perkembangan dan keterlambatan bicara
 
Kmb in
Kmb inKmb in
Kmb in
 
Pelayanan kesehatan dan pendidikan luar biasa
Pelayanan kesehatan dan pendidikan luar biasaPelayanan kesehatan dan pendidikan luar biasa
Pelayanan kesehatan dan pendidikan luar biasa
 
Bab 7 pengurusan bilik darjah yang melibatkan murid berkeperluan khas
Bab 7 pengurusan bilik darjah yang melibatkan murid berkeperluan khasBab 7 pengurusan bilik darjah yang melibatkan murid berkeperluan khas
Bab 7 pengurusan bilik darjah yang melibatkan murid berkeperluan khas
 
ALUR.docx
ALUR.docxALUR.docx
ALUR.docx
 
Masalah pembelajaran spesifik disleksia dari sudut perubatan
Masalah pembelajaran spesifik disleksia dari sudut perubatanMasalah pembelajaran spesifik disleksia dari sudut perubatan
Masalah pembelajaran spesifik disleksia dari sudut perubatan
 
Kanak kanak berkeperluan khas
Kanak kanak berkeperluan khasKanak kanak berkeperluan khas
Kanak kanak berkeperluan khas
 
1. PENDEKATAN KLINIS GANGGUAN NEUROLOGIS.pdf
1. PENDEKATAN KLINIS GANGGUAN NEUROLOGIS.pdf1. PENDEKATAN KLINIS GANGGUAN NEUROLOGIS.pdf
1. PENDEKATAN KLINIS GANGGUAN NEUROLOGIS.pdf
 
PERAWATAN KOMA
PERAWATAN KOMAPERAWATAN KOMA
PERAWATAN KOMA
 
Cerebral_Palsy.ppt
Cerebral_Palsy.pptCerebral_Palsy.ppt
Cerebral_Palsy.ppt
 
Mutasi
MutasiMutasi
Mutasi
 
Fisiologi sistem saraf
Fisiologi sistem sarafFisiologi sistem saraf
Fisiologi sistem saraf
 
Dementia alzheimer by dr Banon Suko, SpS
Dementia alzheimer by dr Banon Suko, SpSDementia alzheimer by dr Banon Suko, SpS
Dementia alzheimer by dr Banon Suko, SpS
 

Dernier

1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 

Dernier (20)

karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 

FUNGSI BERBAHASA.pptx

  • 1. FUNGSI BERBAHASA Ilmu Penyakit Saraf FK UNPATTI Oleh: Wa Ode Meutya Zawawi Pembimbing: dr. Enselin Nikijuluw, Sp.N REFERAT
  • 2. PENDAHULUAN • Bahasa  instrumen dasar komunikasi manusia  pengembangan kemampuan kognitif dan sosial • Komunikasi  verbal maupun nonverbal  menyampaikan pesan, ide, pemikiran, atau informasi • Memerlukan (kemampuan pemahaman, formulasi bahasa) • kemampuan komunikasi  proses cepat dan tanpa usaha  memerlukan pikiran, perasaan, serta beberapa proses di otak  kata atau kalimat • Defisit sistem berbahasa  penilaian faktor kognitif sulit dan mungkin tidak dapat dilakukan • Gangguan kemampuan komunikasi  hambatan yang berarti bagi pasien  tidak semua orang dapat berkomunikasi secara normal  tidak dapat menerima dan menyampaikan pesan • Gangguan komunikasi  masalah bahasa, berbicara, mendengar  kesulitan memahami dan menggunakan bahasa • Salah satu artikulasi tidak berfungsi bahasa tidak dapat disampaikan dan diterima dengan baik • Stroke, tumor, cedera otak, demensia, dan penyakit lain gangguan berbahasa • Kerusakan korteks otak spesifik  Afasia • NIDCD  Amerika  180.000 kasus dan satu dari 272. Sepertiga kasus  kecelakaan serebrovaskular
  • 3. DEFINISI Dua aspek komunikasi • Sensorik (input bahasa)  telinga dan mata • Motorik  vokalisasi dan pengaturannya • Bahasa  alat komunikasi utama dan dasar sebagian besar kemamopuan kognitif • Bahasa  komunikasi kompleks  kata ditulis atau diucapkan  menyimbolkan benda atau menyampaikan gagasan. • melibatkan integrasi dua kemampuan berbeda  ekspresi (kemampuan berbicara) dan pemahaman  bagian tertentu di korteks • Fungsi berbahasa  kemampuan mengekspresikan dan memahami kata (lisan maupun tulisan) • Area bahasa di otak  hemisfer dominan  wernicke, broca, dan arcuate fasciculus
  • 4. ANATOMI DAN FISIOLOGI • Fungsi berbahasa  kedua hemisfer  area utama pada hemisfer sinistra • Wernicke  korteks pertemuan lobus parietalis, temporalis dan oksipitalis  memproses informasi visual dan pendengaran serta menjadi pusat pemahaman dan perencanaan kata-kata • Broca  lobus forntalis inferior  berdekatan dengan daerah motorik korteks • Arcuate fasciculus  menghubungkan wernicke dan broca • Pusat membaca  area girus angularis lobus parietalis • Pusat menulis  area lobus parietal bersama dengan lobus frontal • Hemisfer dextra  pemahaman kata sederhana (benda), tidak disertai motorik • vaskularisasi  a.cerebri media
  • 5. • Kerusakan bagian tertentu otak  gangguan selektif bahasa • kerusakan area broca  gagal membentuk kata  mengerti lisan dan tulisan • kerusakan area wernicke  tidak memahami kata yang didengar dan diucapkan  berbicara lancar  kata tidak memiliki arti • gangguan fungsi bahasa area korteks spesifik  Afasia  cerebrovascular accident (CVA), traumatic brain injury (TBI), massa pada otak, infeksi, atau penyakit degeneratif (Alzeimer, demensia vascular, dan penyakit parkinson) GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
  • 6. • Bentuk paling parah  penderita tidak dapat mengeluarkan kata-kata dan tidak mengerti bahasa verbal maupun visual. • Tidak dapak mengutarakan isi pikiran dengan gerak otot wajah (mimik) atau gerak otot volunter lainnya (isyarat). AFASIA GLOBAL ATAU TOTAL • lesi area wernicke  pusat pemahaman dan perencanaan kata-kata. • penderita tidak dapat mengucapkan kata lisan dan/atau tertulis  ucapan lancar namun tidak ada arti. • penderita tidak menyadari kesalahan yang dan ucapan yang kurang bermakna. AFASIA SENSORIK (WERNICKE) GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
  • 7. • lesi area broca  pusat motorik bicara dan pembentukan kalimat • sedang  dapat berbahasa  susunan kalimat kurang baik karena banyak kata yang tidak digunakan • cukup berat  bisa mengucapkan kalimat pendek  "apa kabar" atau "terima kasih • terberat  tidak dapat megeluarkan kata-kata  mengerti bahasa verbal dan visual AFASIA MOTORIK (BROCA) • lesi area arcuate fasciculus • sulit mengulang apa yang diucapkan • penderita menyadari kesalahan dan mencoba memperbaikinya AFASIA KONDUKTIF GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
  • 8. • lesi sekitar area wernicke • penderita tidak mampu memahami  dapat mengulang pembicaraan dengan lancar AFASIA SENSORIK TRANSKORTIKALIS • lesi sekitar area broca • penderita berbicara tidak lancar  dapat mengulangi frasa yang panjang dan rumit • penderita cenderung diam  dapat berbicara satu sampai dua kata AFASIA MOTORIK TRANSKORTIKALIS • lesi sekitar area wernicke, broca, dan arcuate fasciculus  tidak mempunyai hubungan dengan daerah kortikal lainnya • penderita mengalami gangguan berbicara dan pemahaman berat  dapat mengulangi kalimat panjang dan rumit AFASIA TRANSKORTIKALIS GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
  • 9. • paling ringan  lesi pada gyrus angularis • penderita sulit dalam pemcarian kata  sering berhenti saat berbicara  tidak dapat mengutarakan kata yang dipikirkan • dapat menjelaskan dengan kalimat AFASIA AMNESIK/ANOIK/NORMAL GANGGUAN FUNGSI BERBAHASA
  • 10. PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA • Pada awal anamnesis pasien diberikan pertanyaan terbuka, atau diminta untuk menceritakan riwayat penyakitnya. • Secara formal pasien diminta untuk menyebutkan sebanyak-banyaknya nama hewan dalam 1 menit  tidak menyebutkan nama hewan yang sama. • Biasanya pada orang normal mampu menyebutkan 16 nama hewan dalam 1 menit KELANCARAN BERBICARA
  • 11. PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA • saat anamnesis  apakah pasien dapat menjawab sesuai pertanyaan yang diberikan. • instruksi menunjuk objek yang disebutkan pemeriksa  pasien mampu menunjuk objek satu persatu seperti yang disebutkan  pemeriksa kemudian menyebutkan empat objek berurutan (misalnya atap, pintu, lantai, meja) dan pasien harus menunjuk objek tujuan secara berurutan sesuai penyebutan pemeriksa. • pemeriksaan lain  pemeriksa menyebutkan satu pertanyaan, misalnya “seorang bayi lahir lebih besar daripada orang dewasa”  Pasien diminta menjawab apakah pernyataan tersebut benar atau salah. • normal  mampu menunjuk dan menjawab PEMAHAMAN VERBAL
  • 12. PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA • instruksi untuk menyebutkan nama objek dan bagian dari objek ditunjuk • Objek yang ditanyakan berdasarkan kategori warna (merah, kuning, biru, hijau, hitam, ungu), anggota tubuh (mata, ibu jari, siku, rahang, kaki), pakaian dan objek dalam ruangan (pintu, jam, sepatu, atap/langit-langit), serta bagian dari objek (kaki kursi, jarum jam, lensa kacamata, kantung baju, dan sol sepatu). • setiap jawaban benar  nilai 1. • Perlu diperhatikan adanya parafasia verbal atau semantic (‘sendok’ menjadi ‘garpu’) dan parafasia literal atau fonemik ‘jempol’ menjadi ‘tempol’). • Boston Naming Test  kartu yang berisi 15 gambar benda umum hingga jarang ditemui sehari-sehari  pasien diminta menyebutkan nama benda tersebut  benar diberi nilai 1 (max 15). • nilai normal pemeriksaaan Consortium to Establish Registry for Alzeimer’s Disease (CERAD)  rerata 13±14. PENAMAAN
  • 13. PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA • mengulang kata dan kalimat • dimulai dari yang paling mudah ditingkatkan menjadi semakin sulit  2 suku kata  3 suku kata  kalimat 3 – 7 kata. • orang normal dan dengan cedera otak tanpa afasia dapat mengulang kalimat dengan akurat sampai 19 suku kata REPITISI Wati Beruang Kelompok Siapa sedang sakit Udaranya bagus hari ini Tolong ambilkan radio besar itu Dari payakumbuh menuju Manado Ember itu berisi banyak batu baterai besar
  • 14. PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA • dapat menggunakan subtes MMSE  terdapat instruksi kepada pasien untuk menuliskan sebuah kalimat. • untuk membaca  pasien diminta membaca sebuah instruksi  “pejamkan mata anda”. MENULIS DAN MEMBACA
  • 15. PEMERIKSAAN FUNGSI BERBAHASA • Wernicke-fluent, gangguan pemahaman, tidak dapat mengulang • Transcortical sensory-fluent, gangguan pemahaman, bisa mengulang • conduction-fluent, pemahaman baik, tidak dapat mengulang • Anomic-fluent, pemahaman baik, bisa mengulang Fluent aphasia syndrome • Broca-non-fluent, tidak lancar, gangguan pemahaman, tidak dapat mengulang • Transcortical motor-non-fluent, lancar, pemahaman baik, dapat mengulang • Mixed transcortical-non-fluent, tidak lancar, gangguan pemahaman, bisa mengulang. • Global-non-fluent, tidak lancar, gangguan pemahaman, tidak dapat mengulang. Non-fluent aphasia syndrome
  • 16. • tatalaksana awal tergantung penyebab • manajemen segera  primary survey (airway-breathing, circulation • tidak terdapat pengobatan standar  tujuan memperoleh kembali tingkat kemandirian penderita  komorbiditas fisik, kesehatan mental, dan defisit perlu ditangani dan dikelola dengan baik • pendidikan pengasuh dan dukungan sosial sangat mempengaruhi hasil pemulihan • CVA  terapi trombolisis intravena  tissue plasminogen activator (tPA), intra-arterial mechanical thrombectomy, atau carotid endarterectomy • Dekompresi bedah  CVA hemoragik, TBI, atau tumor otak • infeksi  steroid, antivirus, atau antibiotik TATALAKSANA • kesulitan mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhan  frustasi  depresi berat dan kurangnya partisipasi terapi • dukungan emosiaonal keluarga, teman, guru spiritual  diperlukan • rujuk ke psikiater, neuropsikolog dan/atau psikolog • farmakologi depresi  selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) dan tricyclic antidepressants (TCAs)
  • 17. • penderita akan dievaluasi oleh speech-language pathologist  menentukan kekuatan dan kelemahan penyesuaian terapi • peningkatan lebih baik  terapi singkat dan intensif dibandingkan lama tapi kurang intensif • strategi kompensasi berbeda  augmentative and alternative communication (AAC)  menyediakan papan tulis, pena, dan kertas untuk menulis, foto barang untuk identifikasi, atau perangkat yang lebih canggih (tablet dengan frasa atau gambar umum) Penderita aphasia non-fluent (afasia broca)  memiliki gangguan kefasihan dalam membuat kalimat namun cenderung memiliki kemampuan bernyanyi yang baik  Melody intonation therapy (MIT) menggunakan melodi dan ritme untuk meningkatkan kafasihan penderita  penderita dengan pemahaman pendengaran yang baik. TATALAKSANA
  • 19. PROGNOSIS Pemulihan afasia bervariasi tergantung pada jenis, tingkat keparahan, penyebab, motivasi pasien, dll. Sebagian besar perbaikan dapat dilihat dua sampai tiga bulan setelah onset dan cenderung memuncak pada enam bulan, dengan tingkat pemulihan menurun secara drastis setelahnya. Afasia Broca memiliki pemulihan yang lebih baik jika dibandingkan dengan afasia global, dan afasia global memiliki pemulihan yang lebih baik dibandingkan dengan afasia Wernicke
  • 20. KESIMPULAN Bahasa sebagai alat komunikasi utama manusia yang melibatkan kemampuan berbicara dan pemahaman. Fungsi berbahasa adalah kemampuan mengekspresikan dan memahami kata baik secara lisan maupun tulisah yang diperankan oleh pusat fungsi pahasa (Wernicke, Broca, dan arcuate fasciculus) pada hemisfer dominan otak (hemisfer sinistra). Selain itu, hemisfer dextra juga memiliki peran dalam fungsi berbahasadalam pemahaman kata-kata sederhana. Kerusakan pada pusat bahasa di otak akan menyebabkan gangguan fungsi berbahasa berupa afasia. Pemeriksaan pada fungsi berbahasa terdiri dari, pemeriksaan kelancaran berbicara, pemahaman verbal, penamaan, repitisi (pengulangan), serta menulis dan membaca. Penderita afasia juga dapat dievaluasi dengan CT scan tanpa kontras dan MRI. Tatalaksana awal gangguan fungsi berbahasa tergantung pada penyebabnya. Penderita juga dapat dievaluasi oleh speech-language pathologist untuk menentukan kekuatan dan kelemahanuntuk menyesuaikan rencana terapi. Pemulihan afasia dapat bervariasi tergantung jenis, tingkat keparahan, penyebab, motivasi pasien, dll. Diagnosis banding gangguan fungsi berbahasa atau afasia terdiri dari disartria berat, psikosis, gangguan pendengaran, dan afemia/mutisme.