Israiliyat adalah kisah-kisah yang berasal dari Yahudi dan Nasrani yang mempengaruhi tafsir Al-Quran. Karakteristiknya berasal dari kitab-kitab suci mereka seperti Taurat dan Injil. Beberapa kisah Israiliyat dapat diterima kebenarannya jika sesuai dengan Al-Quran dan hadis, sementara yang lain perlu dihindari jika tidak ada dalil yang jelas.
1. Home » Ustadz Menjawab » Kebenaran Cerita Israiliyat
Kebenaran Cerita Israiliyat
Marzeko Yosa Putra – Jumat, 17 April 2009 10:48 WIB
Berita Terkait
Menikah dengan Keluarga Dekat
Hak Waris Keluarga
Menikah dengan anak Paman
Membagi Warisan Saudara
Berjima' dengan Dua Isteri
saya seorang mahasiswa d sebuah perguruan tinggi, saya ingin menanyakan beberapa hal yang
berkaitan dengan cerita israiliyat,diantaranya :
1. bagaimana cara membedakan cerita israiliyat dengan cerita lainnya, apakah ada dalil yang
menjelaskan baik al-quran maupun hadist yang membedakan antara keduanya.
2. apa saja karateristik dari kisah-kisah israiliyat dan pembagiannya.
3. apakah ada kisah-kisah israiliyat yang bisa di terima kebenarannya.
jazakumullah khairu jazak…wassalam.
Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Marzeko yang dimuliakan Allah swt
Saya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan anda dalam satu rangkaian dikarenakan adanya
kemiripan antara satu pertanyaan dengan pertanyaan yang lain.
Israiliyat adalah kisah-kisah atau informasi yang diambil atau datang dari orang-orang Ahli Kitab
(Yahudi dan Nasrani) yang memberikan pengaruh didalam tafsir. Sedangkan karakteristik dari
kisah-kisah Israiliyat adalah pada sumber-sumbernya yaitu kitab-kitab suci mereka, taurat dan
injil.
DR. Muhammad Husein Adz Dzahabi mengatakan bahwa lafazh israiliyat meskipun secara
lahiriyah menunjukkan warna Yahudi didalam tafsir dan tampak pula tsaqofah yahudi
didalamnya namun yang dimaksudkan dalam lafazh itu adalah lebih luas darinya. Lafazh itu
mencakup warna-warna Yahudi dan Nasrani dalam tafsir sehingga tafsir itu terpengaruhi oleh
tsaqofah yang berasal dari Yahudi dan Nasrani.
2. Dan lafazh Israiliyat digunakan untuk mencakup keduanya walaupun pengaruh Yahudi lebih
dominan daripada Nasrani. Pengaruh Yahudi ini lebih masyhur dan banyak tersebar luas
dikarenakan banyaknya ulama dan perkara-perkara mereka serta pembauran mereka dengan
kaum muslimin sejak awal kemunculan Islam hingga islam tersebar di banyak negeri di dunia
dan menjadikan manusia masuk kedalam agama Allah dengan berbondong-bondong.
Yahudi memiliki tsaqofah keagamaan, begitu pula dengan Nasrani dan kedua tsaqofah itu
memberikan pengaruh didalam tafsir hingga batas tertentu. Adapun Yahudi maka tsaqofahnya
bersandar pertama kali kepada Taurat, sebagaimana diisyaratkan oleh Al Qur’an :
ورُن َو ًىدُه اَهيِف َةاَر ْوَّتال َانْلَنزَأ اَّنِإ
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan
cahaya (yang menerangi).” (QS. Al Maidah : 44)
Juga sebagian ayat yang menunjukkan tentang hukum-hukum yang ada didalamnya
َو ِنُذُاألِب َنُذُاأل َو ِنفَألاِب َنفَألا َو ِْنيَعْلاِب َْنيَعْلا َو ِسْفَّنالِب َسْفَّنال َّنَأ اَهيِف ْمِهْيَلَع َانْبَتَك َوََِِ ََوُُُُْلا َو ِننِنِّالِب َّنِنِّالٌا
Artinya : “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi
dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya.” (QS. Al Maidah : 45)
Selain taurat, orang-orang Yahudi juga memiliki berbagai saunnah, nasehat dan penjelasannya
yang tidak diambil dari Musa as dengan cara penulisan akan tetapi dengan cara pentransferan
dari mulut ke mulut. Yang kemudian mengalami perkembangan dari zaman ke zaman dan
generasi ke generasi hingga dikumpulkan dan dikenal dengan nama Talmud. Disamping itu,
mereka masih memiliki tentang adab orang-orang Yahudi, kisah-kisah, sejarah, hukum dan
mitos-mitos.
Adapun Nasrani maka tsaqofah mereka bersandar—umumnya—kepada Injil. Al Qur’an telah
menjelaskan bahwa injil adalah diantara kitab-kitab langit yang diturunkan kepada para Rasul,
sebagaimana firman-Nya :
Artinya : “Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula)
dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil.” (QS. Al Maidah : 27)
Menurut orang-orang Nasrani bahwa injil yang mengumpulkan surat-surat para Rasul dinamakan
dengan perjanjian baru. Sedangkan kitab suci orang Nasrani yang mencakup taurat dan injil
dinamakan dengan perjanjian lama dan perjanjian baru. (Tafsir wal Mufassirun juz I hal 165 –
167)
Sedangkan pembagian dan contoh-contoh dari kisah-kisah israiliyat adalah :
3. 1. Apa yang ditetapkan oleh Islam dan dinyatakan kebenarannya maka ia benar, seperti yang
diriwayatkan oleh Bukhori dan selainnya dari Ibnu Masud ra berkata,”Telah datang seorang
pendeta Yahudi kepada Rasulullah saw dan mengatakan,’Wahai Muhammad, sesungguhnya
kami mendapatkan bahwa Allah menjadikan langit diatas jari-jemari dan seluruh makhluk diatas
jari-jemari kemudian mengatakan,’Aku adalah Raja.’ Maka Nabi saw tertawa sehingga tampak
gigi grahamnya membenarkan perkataan pendeta itu dan membaca firman Allah : “Dan mereka
tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya
dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.. Maha
suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan (QS. Az Zumar : 67)”.
2. Apa yang diinkari oleh Islam dan dinyatakan kebohongannya maka ia batil, seperti yang
diriwayatkan oleh Bukhori dari Jabir berkata,”Dahulu orang-orang Yahudi mengatakan,’Apabila
seseorang menyetubuhi isteri dari belakang maka anaknya akan juling, maka turunlah
ayat,’Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam.” (QS. Al Baqoroh :
223)
3. Apa yang tidak ditetapkan dan tidak diinkari oleh Islam maka hendaklah kita diam, seperti apa
yang diriwayatkan oleh Bukhori dari Abu Hurairoh bahwa dahulu orang-orang Ahli Kitab
membaca taurat dengan bahasa ibrani dan mereka pun menafsirkannya kepada orang-orang islam
dengan bahasa arab. Maka Rasulullah saw bersabda, ”Janganlah kalian membenarkan Ahli Kitab
dan jangan pula mendustai mereka dan katakanlah,’Kami beriman dengan apa yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepada kalian..” (QS. Al Ankabut : 46).”
Akan tetapi membicarakan macam yang seperti ini diperbolehkan jika tidak khawatir membawa
bahaya, berdasarkan sabda Nabi saw,”Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat. Ceritakanlah
dari Bani Israil dan tidak perlu khawatir dan barangsiapa yang mendustaiku dengan sengaja
maka dia telah menyiapkan tempat duduknya di neraka.” (Qismu at Tafsir wa Ushulu juz I hal
46)
Wallahu A’lam