1. Perhatikan bacaanmu.
Seorang sahabat mengeluhkan kondisi keuangannya yang tak kunjung berubah
walau ia telah lakukan berbagai cara. Setelah diskusi hampir satu jam saya
temukan apa yang menghambat dirinya.
Dalam diskusi ini saya berusaha menemukan apa saja bentuk pikiran dominan
yang sering ia pikirkan, apa perasaan yang sering ia rasakan, suara hati yang
sering muncul, apa yang ia baca, dengar, dll.
Tujuannya adalah untuk menemukan apa faktor dominan yang memengaruhi
hidup Sahabat ini.
Sahabat ini orangnya rajin, semangat, pantang menyerah,dan berani kerja keras.
Namun, sayangnya ia tidak sadar bahwa banyak kejadian di dalam dirinya yang
menghambat suksesnya.
Benar, saat ini pasar lagi menurun. Ekonomi Indonesia, seperti yang diberitakan
di berbagai media massa, sedang mengalami penurunan. Dan ia sangat fokus
dengan hal ini. Setiap hari ia baca berita tentang kondisi ekonomi yang sedang
menurun. Ia berpikir penurunan pertumbuhan ekonomi ini pasti memengaruhi
bisnisnya. Dan memang inilah yang terjadi.Berita ini telah menjadi kepercayaan
(belief) yang ia yakini benar sebenar-benarnya. Dan ini terwujud dalam bentuk
pikiran bahwa cari uang susah atau sulit.
Selain itu, ia juga merasa marah atau jengkel, lebih tepatnya iri terhadap
sahabatnya yang hidup makmur, bahagia, sejahtera, berkecukupan. Ia sering
mengumpat dan menjelekkan sabahatnya ini, yang menurutnya sombong, baik
saat jumpa sahabat lainnya atau melalui group BBM dan medsos.
Saya katakan padanya bahwa apa yang ia lakukan justru sangat menghabat
suksesnya. Namun ia bersikeras bahwa yang ia ungkap adalah fakta.
Saya katakan bahwa saya kenal sahabatnya dan tidak demikian yang saya tahu.
Saya jelaskanbahwa saat dia marah pada sahabatnya, tidak suka, jengkel, sebel,
atau apapun emosi negatif yang muncul di hatinya, terhadap sabahatnya, maka
sebenarnya ia bergerak menjauhi semua hal baik yang dimiliki sahabatnya.
Secara tidak ia sadari, pikiran bawah sadarnya (PBS) menghubungkan antara
kondisi bahagia, senang, makmur, kaya, dll yang dimiliki atau alami oleh
sahabatnya itu dengan perasaan marah, jengkel, tidak suka, dll yang ia rasakan
terhadapsahabatnya. Dan sesuai dengan sifat dan cara kerja PBS yang bertujuan
melindungi individu, baik fisik atau pikiran sadar, maka PBS akan menjauhkan
dia dari segala hal yang ia tidak suka atau yang dipersepsikan akan membuatnya
menderita.
Ini sama kasusnya dengan orang miskin yang benci, marah, dan suka mengumpat
orang kaya. Orang miskin ingin jadi kaya. Tapi ia benci dengan orang kaya. PBS
2. tentu menjauhkan atau menghambat orang miskin ini dari kemungkinan
mencapai atau mengalami kondisi kaya.
Selain itu Sahabat saya ini juga suka menumpahkan kekesalannya di group BB
dan medsos. Ini juga tidak baik. Saya sampaikan padanya bahwa perasaan tidak
nyaman, apapun yang ia alami, sebaiknya diselesaikan dengan cara yang baik,
bukan dengan cara melemparnya ke ruang publik. Ini sungguh tidak elegan dan
tidak bijaksana.
Saat ia melempar kekesalannya ke publik, baik melalui group BB atau medsos,
maka sebenarnya ia juga mulai meracuni pikiran sahabat-sahabatnya yang lain
dengan ceritanya.Dan ini sudah divalidasi oleh riset ( ). Sahabatnya yang mungkin
ikut terpancing tulisannya juga ikut merasakan apa yang ia pikir atau rasakan.
Akibatnya, para sahabatnya juga terpengaruh secara negatif.
Saya sampaikan padanya bahwa saat ia mengumbar emosinya, melalui tulisan, di
group BB atau medsos maka saat itu ia memperkuat bentuk pikiran, perasaan,
dan vibrasi negatif yang ada dalam dirinya. Dan ini bekerja seperti bola salju,
semakin lama semakin kuat dan besar hingga akhirnya sangat sulit untuk
dihentikan atau dikendalikan.
Saran saya untuk Sahabat saya ini adalah berhenti total baca berita di koran,
sering berdoa dan panjatkan syukur kepada Tuhan/Allah untuk apapun
kondisinya saat ini, lebih banyak lakukan perenungan dan baca kitab suci,
doakan semoga sahabatnya itu menjadi semakin kaya, sukses, makmur, bahagia,
dan mulia, berhenti untuk gosip atau cerita hal-hal negatif, dan mulai baca buku
atau berita positif.
Semua ini bertujuan untuk memrogram PBS-nya secara positif dan untuk
kebaikannya.
Setelah satu jam diskusi dan mendengar saran saya, Sahabat saya ini berkata,
"Saya tidak bisa lakukan yang Pak Adi sarankan. Saya ya begini ini. Dan yang
saya lakukan adalah benar."
Saya hanya tersenyum dan mengakhir diskusi sambil berkata, "Waktu yang akan
mengajari Anda bahwa apa yang Anda lakukan memang benar menurut Anda. Di
sisi lain, ada kebenaran lain yang Anda abaikan dan justru ini yang sangat
memegaruhi hidup Anda. Hidup adalah keputusan yang perlu dilakukan secara
bijak. Pastikan apapun yang Anda putuskan untuk lakukan tidak didasari emosi
namun sebisa mungkin didasari kebijaksanaan. Saran saya, coba Anda cari tahu
apa yang sering dipikirkan, dirasakan, diucapkan, dilakukan, dan dibaca oleh
sahabatmu yang kaya itu, yang Anda tidak suka. Anda pasti temukan bedanya
dengan diri Anda. Dan inilah sebenarnya rahasia sukses mereka yang tidak Anda
miliki."
3. Bertanggungjawab terhadap hidup sendiri
Saya sering dapat curhat dari rekan yang merasa betapa beratnya cobaan hidup
yang ia alami. Ia mengeluh bahwa Tuhan tidak sayang saya dia, makanya sering
diberi cobaan.
Saya jujur bingung dengan pernyataan rekan ini. Dari mana ia tahu bila Tuhan
beri cobaan padanya. Apa dia punya hotline yang bisa hubungi dan bertanya
langsung pada Tuhan mengenai hal ini?
Biasanya, ada juga yang mengatakan bahwa ia melakukan kesalahan atau
tindakan yang bodoh sehingga menyusahkan dirinya atau keluarganya adalah
karena dorongan atau bisikan setan. Pernyataan ini juga perlu diperjelas. Apa
benar atau dari mana ia benar-benar yakin bahwa tindakannya ini adalah karena
bujukan, rayuan, bisikan, atau ulah setan?
Saya melihat dan temukan bahwa banyak orang sudah terbiasa hidup dengan pola
tidak mau bertanggungjawab terhadap hidupnya sendiri dan cenderung untuk
salahkan orang lain.
Ada yang menyalahkan orang lain sebagai penyebab masalahnya. Ada juga yang
menyalahkanlingkungan. Yang lebih "spiritual" menyalahkan setan dan bahkan
ada yang berani (baca: kalap) menyalahkan Tuhan.
Kepada rekan yang suka mengeluh bahwa Tuhan sering beri cobaan padanya,
saya katakan bahwa ia perlu hati-hati sekali dengan pikirannya. Saat ia sangat
yakin bahwa Tuhan tidak sayang padanya dan suka beri cobaan maka inilah yang
akan ia dapatkan.
Saya sampaikan pada rekan saya ini bahwa dari pengalaman saya beri konseling
dan terapi sejak tahun 2005 hingga saat ini saya berani pastikan bahwa Tuhan
sangatlahmengasihi umatnya. Kita ini saja yang sering tidak hati-hati atau sadar
dalam berpikir, berucap, bertindak, sehingga mengakibatkan banyak masalah
hidup. Dan masalah ini kita alami bukan karena Tuhan memberi cobaan namun
lebih karena kendali diri yang buruk, tidak bijaksana, rendahnya kesadaran diri
akibat pengaruh dan cengkeraman keserakahan, kebencian (termasuk iri, dengki,
dendam), dan kebodohan kita.
Masalahnya adalah kita jarang bersedia atau berani mengaku dan jujur bahwa
kitalah yang bodoh dan menjadi sumber semua masalah diri kita sendiri.
Bagaimana menurut Anda?