Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik para founding fathers ketika negara Indonesia didirikan. Namun dalam perjalanan panjang kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila sering mengalami berbagai penyimpangan (deviasi) dalam aktualisasi nilai-nilainya. Deviasi pengamalan Pancasila tersebut bisa berupa penambahan, pengurangan, dan penyimpangan dari makna yang seharusnya. Walaupun seiring dengan itu sering pula terjadi upaya pelurusan kembali. Pancasila sering digolongkan ke dalam ideologi tengah di antara dua ideologi besar dunia yang paling berpengaruh, sehingga sering di sifatkan bukan ini dan bukan itu. Pancasila bukan berpaham komunisme dan bukan berpaham kapitalisme. Pancasila tidak berpaham individualisme dan tidak berpaham kolektivisme. Bahkan bukan berpaham teokrasi dan bukan perpaham sekuler. Posisi Pancasila inilah yang merepotkan aktualisasi nilai-nilainya ke dalam kehidupan praksis berbangsa dan bernegara. Dinamika aktualisasi nilai Pancasila bagaikan bandul jam yang selalu bergerak ke kanan dan ke kiri secara seimbang tanpa pernah berhenti tepat di tengah.
1. O DINAMIKA NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Widiastuti 1720180036
Hanna Vania C
1720180047
Sherly Ayu A 1720180054
Desya Viviari 1720180056
PANCASILA
Kel. 6b
2. DEFINISI
Dinamika pancasila adalah gerak masyarakat secara terus-menerus
yang menimbulkan perubahan (baik atau buruk) dalam tata hidup
masyarakat terhadap nilai-nilai pancasila.
DINAMIKA NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
3. DINAMIKA YANG TIDAK SESUAI
DENGAN SILA KE-1
1. Tidak ada sikap toleransi kepada
sesama
2. Gerakan radikal kelompok tertentu
yang mengatasnamakan agama
3. Perusakan tempat ibadah
4. Fanatisme yang sifatnya anarki
DINAMIKA YANG SESUAI DENGAN
SILA KE-1
1. Menjaga toleransi atau saling hormat
menghormati di antara umat
beragama agar tercapai kedamaian
dan kenyamanan bersama.
2. Saling bekerja sama antar umat
beragama dalam hal yang bersifat
untuk memajukan kepentingan umum,
misalnya untuk kerja bakti di desa
3. Tidak memaksa seseorang untuk
masuk ke dalam agama tertentu.
Sila Ke-1 “Ketuhananyang Maha Esa”
5. DINAMIKA YANG TIDAK SESUAI
DENGAN SILA KE-2
1. Perbudakan
2. Memperkerjakan anak di bawah umur
3. Ketidakadilan dalam bidang ekonomi
DINAMIKA YANG SESUAI DENGAN
SILA KE-1
1. Menghargai perbedaan (SARA)
2. Senantiasa menjaga adab di berbagai
kondisi.
3. Tidak melakukan diskriminasi pada
siapapun.
4. Berani untuk menyampaikan
kebenaran dan menegur kesalahan
dari seseorang sesuai dengan adab
yang berlaku di tengah masyarakat.
5. Menjaga keseimbangan dalam hal
pelaksanaan hak dan kewajiban.
Jangan sampai hak dan kewajiban
kita mencederai hak dan kewajiban
orang lain.
Sila Ke-2 “kemanusiaan yang adil dan beradab”
6. Contoh kasus penyimpangan sila ke-2
Ketidakadilan karena hutang bagi
rakyat kalangan bawah : usaha pemerintah
untuk memenuhi kewajiban pembayaran
pajak. Hal ini menimbulkan ketidakadilan
bagi masyarakat terutama yang berasal
dari kalangan bawah karena merasa
digenjot untuk membayar dan itu sama
saja seperti membuat rakyat kecil
mensubsidi pengusaha kaya yang sekarang
mengemplang BLBI. Hal ini menimbulkan
ketidakadilan.
7. DINAMIKA YANG TIDAK SESUAI
DENGAN SILA KE-3
1. Menganggap suku lain lebih baik dari
sukunya sendiri
2. Perang antar suku
3. Menjadi provokator etnis atau suku
tertentu.
DINAMIKA YANG SESUAI DENGAN
SILA KE-1
1. Cinta pada tanah air
2. Mencintai dan mengonsumsi produk
dalam negeri
3. Mengutamakan segala kepentingan
negara
4. Berusaha untuk menghasilkan
prestasi yang dapat membanggakan
bangsa Indonesia baik di tingkat
nasional maupun internasional.
5. Meningkatkan kreativitas dan inovasi
dari diri sendiri untuk memajukan
bangsa Indonesia.
6. Memperluas pergaulan dengan orang-
orang baru dari berbagai daerah
Sila Ke-3 “persatuanindonesia”
8. Contoh kasus penyimpangan sila ke-3
OPM (Organisasi Papua Merdeka)
: Organisasi Papua Merdeka (1965-
sekarang). Gerakan ini merupakan salah
satu organisasi yang bersih keras untuk
memisahkan Papua Barat dari wilayah
NKRI dan ingin merdeka sendiri karena
merasa jika daerah mereka tidak ada
hubungannya dengan bangsa
Indonesia. Ini termasuk pelanggaran sila
ketiga karena ingin berpisah dari
Bangsa Indonesia.
9. DINAMIKA YANG TIDAK SESUAI
DENGAN SILA KE-4
1. Ketidakadilan bagi masyarakat
2. Melarang orang berpendapat
3. Melarang orang menduduki jabatan
tertentu karena suku, ras, agama, dll
DINAMIKA YANG SESUAI DENGAN
SILA KE-1
1. Pengambilan keputusan dengan
musyawarah mufakat.
2. Ikut serta dalam pemilihan umum
dengan kita menggunakan hak pilih
atau mengajak orang lain untuk
menggunakan hak pilihnya
3. Mencalonkan diri atau mengajukan
seseorang untuk menjabat suatu
jabatan tertentu sebagai salah satu
perwujudan demokrasi.
4. Menghormati hasil musyawarah
sekalipun bertentangan dengan
pendapat kita dan melaksanakannya
dengan sepenuh hati.
SilaKe-4“kerakyatan yangdipimpin olehhikmat dan kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”
10. Contoh kasus penyimpangan sila ke-4
Contoh pelanggaran: Tindakan kepala
daerah masih menjabat yang
“mengharuskan” para pegawai negeri di
wilayahnya untuk menyoblosnya
kembali. Hal ini banyak terjadi terutama
di daerah yang jauh dari kota besar.
Akibat menolak, banyak pegawai negeri
yang dimutasi ke pelosok.
11. DINAMIKA YANG TIDAK SESUAI
DENGAN SILA KE-5
1. Menelantarkan para veteran
2. Perlakuan tidak adil karena kondisi
tertentu
DINAMIKA YANG SESUAI DENGAN
SILA KE-1
1. Meningkatkan kepekaan sosial
2. Berusaha untuk adil dalam aktivitas
apapun.
3. Tidak mengganggu orang lain dengan
apapun yang kita lakukan dan
menegur siapapun yang mengganggu
ketertiban dan keamanan di tengah
masyarakat.
4. Menghargai karya atau hasil karsa
cipta yang dimiliki orang lain. Hargai
pula karya yang kita hasilkan sendiri.
5. Berani memperjuangkan keadilan baik
untuk diri sendiri maupun untuk orang
lain dan membantu orang lain untuk
memperjuangkan keadilan.
Silake-5”keadilan sosial bagi seluruhrakyat indonesia”
12. Contoh kasus penyimpangan sila ke-5
Ketidakadilan hukum : Penyimpangan
kasus dari sila keempat ini adalah
ketidakadilan hukum bagi pejabat dan
kaum bawah. Buktinya beberapa tahun
silam orang yang dikatakan mencuri
buah seperti semangka dan kakao harus
mendekam di balik jeruji besi mulai dari
ancaman 1 hingga 5 tahun, hanya
karena mencuri kakao seharga 2000
rupiah saja. Sedangkan para pejabat
yang sudah menelan uang milik negara
milyaran rupiah hanya ditahan selama 1-
2 tahun bahkan tidak diselidiki. Hal ini
memang ironis tapi memang ada di
Indonesia, merupakan salah satu
pelangagran berat pancasila.