Dokumen tersebut membahas tentang percobaan untuk mengukur viskositas zat cair dengan metode bola jatuh. Terdapat penjelasan teori dan rumus yang terkait, data hasil pengukuran diameter, berat, dan waktu jatuh bola, serta perhitungan untuk menentukan viskositas zat cair.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
1. Menghitung gerak benda dalam fluida
2. Menghitung kekentalan zat cair
1.2 Dasar Teori
Viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang
bergerak, atau benda yang padat yang bergerak di dalam fluida. Besarnya gesekan ini
biasanya juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas
zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak di dalam zat tersebut. Viskositas zat
cair, yang berperan adalah gaya kohesi antara partikel zat cair.
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan
antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan
yang sulit mengalir dikatakan tidak memiliki viskositas yang tinggi. Viskositas suatu
fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya tahan dalam fluida terhadap
gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas rendah, misalnya air mempunyai tahanan
dalam terhadap gesekan yang lebih kecil dibading dengan fluida yang mempunyai
viskositas yang lebih besar.
Gejala ini dapat dianalisis dengan mengontrodusir suatu besaran yang disebut
kekentalan atau viskositas. Oleh karena itu, viskositas berkaitan dengan gerak relatif
antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai ukuran tingkat
kesulitan aliran fluida tersebut, makin besar kekentalan suatu fluida maka makin sulit
fluida itu untuk mengalir.
Adanya zat terlarut makromolekul akan menaikkan viskositas larutan. Bahkan padan
konsentrasi rendahpun, efeknya besar karena molekul besar mempengaruhi aliran fluida
pada jarak yang jauh. Viskositas intrisik merupakan analog dari koefisien visial (dan
mempunyai dimensi/konsentrasi).
Aliran dapat dikelompokkan menjadi dua tipe. Tipe yang pertama adalah aliran
laminer, aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental alirannya tidak
terlalu cepat, yang secara umum menggambarkan laju air kecil melalui pipa dengan gari
2. tengah kecil. Aliran yang lain adalah aliran turbulen yang menggambarkan laju alirn
yang besar melalui pipa dengan diameter yang besar.
Dengan adanya kekentalan zat cair yang ada dalam pipa, maka besarnya kecepatan
gerak partikel yang terjadi pada penampang melintang tidak sama besar. Keadaan
tersebut terjadi karena adanya gesekan antar molekul pada cairan kental tersebut dan
pada titik pusat pipa kecepatan yang terjadi maksimum. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi viskositas antara lain:
1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suuhu. Jika suhu naik maka viskositas akan
turun dan begitupun sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-
partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun
kekentalannya.
2. Konsentrasi Larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula.
3. Berat molekul Solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya
solute yang berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan
sehingga manaikkan viskositas.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.
5. Ikatan Hidrogen
Cairan dengan ikatan hidrogen yang kuat mempunyai viskositas lebih tinggi karena
peningkatan ukuran dan massa molekul. Sebagai contoh, gliserol dan asam sulfat
mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada air karena adanya ikatan hidrogen
yang lebih kuat.
Viskometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur besar viskositas suatu
larutan untuk cairan dengan viskositas yang berbeda dengan kondisi aliran. Prinsip kerja
viscometer yaitu semakin kental suatu cairan maka semakin besar gaya yang dibutuhkan
untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Adapun macam-macam
3. viskometer antara lain; viscometer torsi, viscometer kapiler/Ostwald, viscometer cup dan
bob, viskometer cone dan plate dan viskometer hoppler. Penentuan viskositas dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu metode Ostwald dan metode bola jatuh.
1. Metode Ostwald
Metode ini ditentukan berdasarkan Hukum Poiseuille menggunakan alat
viskometer Ostwald. Penetapannya dilakukan dengan cara mengukur waktu yang
diperlukan untuk mengalirnya cairan dalam pipa kapiler dari a ke b. Sejumlah cairan
yang akan diukur viskositasnya dimasukkan kedalam viskometer. Cairan kemudian
diisap dengan pompa sampai dibatas a. Cairan di biarkan mengalir ke bawah dan
waktu diperlukan dari a ke b dicatat menggunakan stopwatch. Viskositas dihitung
menggunakan persamaan Poiseuille:
Gambar Viskometer Ostwald
t adalah waktu yang diperlukan cairan bervolume V yang mengalir melalui pipa
kapiler dengan panjang l dan jari-jari r. Tekanan P merupakan perbedaan tekanan
aliran kedua ujung pipa viskometer. Untuk dua cairan yang berbeda dengan
pengukuran alat yang sama diperoleh hubungan:
𝜂 =
𝜋 𝑟4 t
8 𝑉𝐼
𝜂1
𝜂2
=
𝜋𝑃1 𝑟4
𝑡
8 𝑉𝐼
𝑥
8 𝑉𝐼
𝜋𝑃2 𝑟4 𝑡
=
𝑃1 𝑡1
𝑃2 𝑡2
4. Karena tekanan berbanding lurus dengan kerapatan cairan (d), maka berlaku:
2. Metode Bola Jatuh
Penentuan ini berdasarkan hukum Stokes. Bola dengan rapatan ρ dan jari-jari r
dijatuhkan kedalam tabung berisi cairan yang akan ditentukan viskositasnya. Waktu
yang diperlukan bola untuk jatuh melalui cairan dengan tinggi tertentu kemudian
dicatat dengan stopwatch. Gaya berat yang menyebabkan bola turun kebawah
sebesar:
Dimana ρb dan ρf masing-masing kerapatan bola dan cairan sedangkan g adalah
percepatan gravitasi. Selain itu bekerja gaya gesek yang arahnya keatas sebesar:
Pada keadaan setimbang, Fw=Fg sehingga
Gambar Viskositas Bola Jatuh
𝜂1
𝜂2
=
𝑑1 𝑡1
𝑑2 𝑡2
𝐹𝑤 =
4
3
𝜋𝑟3 ( 𝜌b − 𝜌f) g
𝐹g = −6 𝜋 𝜂 𝑟 𝑣
𝜂 =
2 𝑟2
g(𝜌 𝑏 − 𝜌f )
9 V
5. Apabila digunakan metode perbandingan dua cairan berlaku:
A. Hukum Stokes
Jika sebuah bola kecil bergerak dalam fluida yang viskositasnya nol, maka garis-garis
arusnya akan membentuk pola simetris. Tekanan disembarang titik pada permukaan bola
yang searah dengan gerak bola sama dengan tekanan disembarang titik berlawanan arah
dengan gerak bola sehingga resultan gaya pada bola itu nol.
Pada fluida kental jika bola kecil dijatuhkan , akan timbul hambatan berupa gaya gesek
(f) pada bola. Besar gaya gesek itu mempengaruhi jari-jari bola r, kecepatan relatif pada
fluida v, dan koefisien viskositas fluida 𝜂 sesuai persamaan:
Dengan k = A/L yang menyatakan bentuk geometri benda. Untuk bola nilai k = 6𝜋𝑟.
Dengan demikian, persamaan diatas menjadi:
Persamaan ini pertama kali dikemukakan oleh Sir George Stoke tahun 1945 dan dikenal
dengn Hukum Stokes. Tanda minus menunjukkan arah gaya F yang berlawanan dengan
kecepatan (V). pemakaian hukum stokes memerlukan beberapa syarat, yaitu :
1. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya cukup luas dibandingkan dengan
ukuran benda)
2. Tidak ada turbulensi didalam fluida
3. Kecepatan V tidak besar, sehingga aliran masih laminar
Jika sebuah bola dengan rapat massa dan dilepaskan dari permukaan zat cair tanpa
kecepatan awal, maka bola tersebut mula-mula akan bergerak di percepat. Dengan
bertambahnya kecepatan bola, maka bertambah besar pula gaya gesekan pada bola
tersebut. Pada akhirnya bola bergerak dengan kecepatan tetap, yaitu setelah terjadi
keseimbangan antara gaya berat, gaya apung (Archimides) dan gayastokes. Pada
persamaan ini berlaku persamaan :
𝜂1
𝜂2
=
(𝑑1 − 𝑑 𝑐1)𝑡1
(𝑑2 − 𝑑 𝑐2)𝑡2
f = -6 𝜋 𝜂 𝑟 𝑣
𝑓 =
η𝐴𝑣
𝐿
= 𝑘η𝑣
6. V =
2𝜋²
9ὴ
(𝜌 − 𝜌𝑜)
Keterangan :
𝜌 = rapat massa bola
𝜌𝑜 = rapat massa fluida
V =
2𝜋²
9ὴ
(𝜌 − 𝜌𝑜) dapat di turunkan : T =
9ὴ𝑑
2𝑔𝑟² (𝜌−𝜌𝑜)
Keterangan :
T = waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak d
d = jarak yang ditempuh
Jika saat kecepatan terminal telah tercapai maka berlaku prinsip Newton tentang GLB
(gerak lurus beraturan):
FA + FS = W
Jika ρb menyatakan rapat massa bola, ρf menyatakan volume bola, serta g gravitasi bumi,
maka berlaku Persamaan:
W= ρb.Vb.g
7. BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat Praktikum
1. Areometer
2. Dua karet gelang yang melingkar
3. Jangka sorong
4. Mikrometer skrup
5. Mistar
6. Sendok saringan untuk mengambil bola-bola dari dasar tabung
7. Stopwatch
8. Tabung berisi zat cair
9. Thermometer
10. Timbangan torsi dengan batu timbagannya
2.2 Bahan Praktikum
1. Bola besar
2. Bola kecil
3. Oli
8. BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Metode Percobaan
1. Diukur diameter tiap-tiap bola dipakai micrometer skrup. Dilakukan beberapa kali
pengukuran untuk tiap-tiap bola
2. Ditimbang tiap-tiap bola dengan neraca torsi
3. Dicatat suhu zat cair sebelum dan sesudah tiap percobaan
4. Diukur rapat massa zat cair sebelum dan sesudah tiap percobaan dengan
menggunakan aerometer
5. Ditempatkan karet gelang sehingga yang satu kira-kira 5cm di bawah permukaan zat
cair dan yang lain kira-kira diatas dasar tabung
6. Diukur jarak jatuh d (jarak kedua karet gelang)
7. Dimasukkan sendok saringan sampai dasar tabung dan ditunggu beberapa saat
sampai zat cair diam
8. Diukur waktu jatuh T untuk tiap-tiap bola beberapa kali
9. Diubah letak karet gelang sehingga didapatkan d yang lain
10. Diulangi langkah 6,7 dan 8.
9. BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Data Pengamatan
Nama Percobaan : Koefiseien Kekentalan Zat Cair
Tanggal Percobaan : 1 November 2016
Nama Asisten : 1. Sara Azzhra
: 2. Ilham Rinaldi
: 3. M. Iqbal L
: 4. Isep R
Nama Mahasiswa : 1. Nena septiani Nrp. : 0661 16 079
2. Nadira Nrp. : 0661 16 092
3. Widya Fitriyari Nrp. : 0661 16 095
4. Oktaviani W.L Nrp : 0661 16 105
Keadaan ruangan P (cm)Hg T (oC) C (%)
Sebelum percobaan 75,5 (cm)Hg 27 (oC) 70 %
Sesudah percobaan 75,5 (cm)Hg 27 (oC) 68 %
Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan
ρ fluida – 0,874 gr/cm³ ρ fluida – 0,874 gr/cm³
T = 29oC T = 29oC
1. Tabel Data Bola
No Bola Massa d (cm) r (cm) v (cm³) ρ (gr/cm³)
1 Besar 0,7 gr
1,06 cm 0,53 cm 0,623 cm³ 1,123 gr/cm³
1,08 cm 0,53 cm 0,659 cm³ 1,063 gr/cm³
χ 1,07cm 0,535 cm 0,641 cm³ 1,093 gr/cm³
2 Kecil 0,3 gr
0,82 cm 0,41 cm 0,289 cm³ 1,038 gr/cm³
0,85 cm 0,425 cm 0,321 cm³ 0,934 gr/cm³
χ 0,835cm 0,4175 cm 0,305 cm³ 0,986 gr/cm³
10. 2. Bola Kecil
No S (cm) t (s) v (cm/s) ɳ (dyne, s/cm³)
1 15
4,46 s 3,363 cm/s 1,261 s/cm³
4,37 s 3,432 cm/s 1,236 s/cm³
4,47 s 3,355 cm/s 1,264 s/cm³
2 25
7,32 s 3,415 cm/s 1,242 s/cm³
7,13 s 3,506 cm/s 1,21 s/cm³
7,18 s 3,481 cm/s 1,219 s/cm³
Χ 5,821 s 3,425 cm/s 1,238 s/cm³
3. Bola Besar
No S (cm) t (s) v (cm/s) ɳ (dyne, s/cm³)
1 15
3,39 s 4,424 cm/s 3,083 s/cm³
3,30 s 4,545 cm/s 3 s/cm³
3,36 s 4,464 cm/s 3,055 s/cm³
2 25
5,95 s 4,201 cm/s 3,246 s/cm³
5,66 s 4,416 cm/s 3,088 s/cm³
6,09 s 4,105 cm/s 3,322 s/cm³
Χ 4,625 s 4,359 cm/s 3,132 s/cm³
4.2 Perhitungan
1. Tabel data bola
Bola Besar
Pada percobaan pertama didapatkan:
Massa : 0,7 gr d: 1,06 cm r =
𝐷
2
=
1,06
2
= 0,53 cm
Maka:
V =
4
3
× 𝜋r3
=
4
3
× 3,14 × 0,533
= 0,623 cm3
ρ =
𝑚
𝑉
=
0,7
0,623
= 1,123 gr/cm3
11. Percobaan kedua didapatkan
Massa : 0,7gr d: 1,08cm r =
𝐷
2
=
1,08
2
= 0,54 cm
Maka:
V =
4
3
× 𝜋r3
=
4
3
× 3,14 × 0,543
= 0,659 cm3
ρ =
𝑚
𝑉
=
0,7
0,659
= 1,063 gr/cm3
Rata-rata untuk diameter (d)
𝑥 =
1,06+1,08
2
= 1,07 cm
Rata-rata untuk jari-jari (r)
𝑥 =
0,53+0,54
2
= 0,535 cm
Rata-rata untuk volume (v)
𝑥 =
0,623+0,659
2
= 0,641cm3
Rata-rata untuk massa jenis (ρ)
𝑥 =
1,123+1,063
2
= 1,093gr/cm3
Bola Kecil
Pada percobaan pertama didapatkan
Massa: 0,3 gr d: 0,82 cm r =
𝐷
2
=
0,81
2
= 0,41 cm
Maka:
V =
4
3
× 𝜋r3
=
4
3
× 3,14 × 0,413
= 0,289 cm3
ρ =
𝑚
𝑉
=
0,3
0,289
= 1,038 gr/cm3
Pada percobaan kedua didapatkan
Massa: 0,3 gr d: 0,85cm r =
𝐷
2
=
0,85
2
= 0,425 cm
Maka:
V =
4
3
× 𝜋r3
=
4
3
× 3,14 × 0,4253
= 0,321 cm3
ρ =
𝑚
𝑉
=
0,3
0,321
= 0,934 gr/cm3
Rata-rata untuk diameter (d)
𝑥 =
0,82+0,85
2
= 0,835 cm
Rata-rata untuk jari-jari (r)
𝑥 =
0,41+0,425
2
= 0,4175 cm
12. Rata-rata untuk volume (v)
𝑥 =
0,289+0,321
2
= 0,305cm3
Rata-rata untuk massa jenis (ρ)
𝑥 =
1,038+0,934
2
= 0,986gr/cm3
2. Bola Kecil
Pada percobaan pertama, jarak 15 cm
S = 15 cm t = 4,46 s ρo = 0,874 gr/cm3
Jadi :
𝑣 =
𝑠
t
=
15
4,46
= 3,363 cm/s
ɳ =
2𝑔𝑟2 ( 𝜌 𝑏 – 𝜌 𝑜 )
9𝑣
=
2 x 980 x 0,4175 2(0,986 −0,874)
9 x 3,363
=
1960 x 0,174(0,112 )
30,267
=
38,196
30,267
= 1,261 s/cm3
Pada percobaan ke dua, jarak 15
S = 15 cm t = 4,37s ρo = 0,874 gr/cm3
Jadi :
𝑣 =
𝑠
t
=
15
4,37
= 3,432 cm/s
ɳ =
2𝑔𝑟2 ( 𝜌 𝑏 – 𝜌 𝑜 )
9𝑣
=
2 x 980 x 0,4175 2(0,986 −0,874)
9 x 3,432
=
1960 x 0,174(0,112 )
30,888
=
38,196
30,888
= 1,236 s/cm3
Pada percobaan ke tiga, jarak 15cm
S = 15 cm t = 4,47 s ρo = 0,874 gr/cm3
𝑣 =
𝑠
t
=
15
4,47
= 3,355cm/s
ɳ =
2𝑔𝑟2 ( 𝜌 𝑏 – 𝜌 𝑜 )
9𝑣
=
2 x 980 x 0,4175 2(0,986 −0,874)
9 x 3,355
=
1960 x 0,174(0,112 )
30,195
=
38,196
30,195
=1,264 s/cm3
13. Pada percobaan ke empat pada jarak 25 cm
S = 25 cm t = 7,32 s ρo = 0,874 gr/cm3
𝑣 =
𝑠
t
=
25
7,32
= 3,415 cm/s
ɳ =
2𝑔𝑟2 ( 𝜌 𝑏 – 𝜌 𝑜 )
9𝑣
=
2 x 980 x 0,4175 2(0,986 −0,874)
9 x 3,415
=
1960 x 0,174(0,112 )
30,735
=
38,196
30,735
= 1,242 s/cm3
Pada percobaan ke lima, pada jarak 25cm
S = 25 cm t = 7,13 s ρo = 0,874 gr/cm3
𝑣 =
𝑠
t
=
25
7,13
= 3,506 cm/s
ɳ =
2𝑔𝑟2 ( 𝜌 𝑏 – 𝜌 𝑜 )
9𝑣
=
2 x 980 x 0,4175 2(0,986 −0,874)
9 x 3,506
=
1960 x 0,174(0,112 )
31,554
=
38,196
31,554
= 1,21 s/cm3
Pada percobaan ke enam, pada jarak 25 cm
S = 25 cm t = 7,18 s ρo = 0,874 gr/cm3
𝑣 =
𝑠
t
=
25
7,18
= 3,481 cm/s
ɳ =
2𝑔𝑟2 ( 𝜌 𝑏 – 𝜌 𝑜 )
9𝑣
=
2 x 980 x 0,4175 2(0,986 −0,874)
9 x 3,481
=
1960 x 0,174(0,112 )
31,329
=
38,196
31.329
= 1.219 s/cm3
Rata-rata t (s)
𝑥 =
4,46+4,37+4,47+7,32+7,13+7,18
6
= 5,821 s
Rata-rata v (cm/s)
𝑥 =
3,363+3,432+3,355 +3,415 +3,506+3,481
6
= 3,425 cm/s
Rata-rata ɳ s/cm3
𝑥 =
1,261+1,236+1,264 +1,242 +1,21+1,219
6
= 1,238 s/cm3
14. 3. Bola Besar
Pada percobaan pertama, jarak 15 cm
S = 15 cm t = 3,39 s ρo = 0,874 gr/cm3
Jadi :
𝑣 =
𝑠
t
=
15
3,39
= 4,424 cm/s
ɳ =
2𝑔𝑟2 ( 𝜌 𝑏 – 𝜌 𝑜 )
9𝑣
=
2 x 980 x 0,535 2(1,093−0,874)
9 x 4,424
=
1960 x 0,286(0,219)
39,816
=
122 ,762
39,816
= 3,083 s/cm3
Pada percobaan ke dua, jarak 15
S = 15 cm t = 3,30s ρo = 0,874 gr/cm3
Jadi :
𝑣 =
𝑠
t
=
15
3,30
= 4,545 cm/s
ɳ =
2𝑔𝑟2 ( 𝜌 𝑏 – 𝜌 𝑜 )
9𝑣
=
2 x 980 x 0,535 2(1,093−0,874)
9 x 4,545
=
1960 x 0,286(0,219)
40,905
=
122 ,762
40,905
=3s/cm3
Pada percobaan ke tiga, jarak 15cm
S = 15 cm t = 3,36 s ρo = 0,874 gr/cm3
𝑣 =
𝑠
t
=
15
3,36
= 4,464cm/s
ɳ =
2𝑔𝑟2 ( 𝜌 𝑏 – 𝜌 𝑜 )
9𝑣
=
2 x 980 x 0,535 2(1,093−0,874)
9 x 4,464
=
1960 x 0,286 (0,219 )
40,176
=
122 ,762
40,176
= 3,055 s/cm3
Pada percobaan ke empat pada jarak 25 cm
S = 25 cm t = 5,95 s ρo = 0,874 gr/cm3
𝑣 =
𝑠
t
=
25
5,95
= 4,201 cm/s
ɳ =
2𝑔𝑟2 ( 𝜌 𝑏 – 𝜌 𝑜 )
9𝑣
15. =
2 x 980 x 0,535 2(1,093−0,874)
9 x 4,201
=
1960 x 0,286(0,219)
37,809
=
122 ,762
37,809
=3,246 s/cm3
Pada percobaan ke lima, pada jarak 25cm
S = 25 cm t = 5,66 s ρo = 0,874 gr/cm3
𝑣 =
𝑠
t
=
25
5,66
= 4,416 cm/s
ɳ =
2𝑔𝑟2 ( 𝜌 𝑏 – 𝜌 𝑜 )
9𝑣
=
2 x 980 x 0,535 2(1,093−0,874)
9 x 4,416
=
1960 x 0,286(0,219)
39,744
=
122 ,762
39,744
= 3,088s/cm3
Pada percobaan ke enam, pada jarak 25 cm
S = 25 cm t = 6,09 s ρo = 0,874 gr/cm3
𝑣 =
𝑠
t
=
25
6,09
= 4,105 cm/s
ɳ =
2𝑔𝑟2 ( 𝜌 𝑏 – 𝜌 𝑜 )
9𝑣
=
2 x 980 x 0,535 2(1,093−0,874)
9 x 4,105
=
1960 x 0,286(0,219)
36,945
=
122 ,762
36,945
= 3,322s/cm3
Rata-rata t (s)
𝑥 =
3,39+3,30+3,36+5,95+5,66+6,09
6
= 4,625 s
Rata-rata v (cm/s)
𝑥 =
4,424+4,545+4,464 +4,201 +4,416+4,105
6
= 4,359 cm/s
Rata-rata ɳ s/cm3
𝑥 =
3,083+3+3,055 +3,246 +3,088 +3,322
6
= 3,132 s/cm3
16. BAB V
PEMBAHASAN
Suatu zat cair memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukan
kedalammya mendapat gaya tahanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara permukaan
padatan tersebut dengan zat cair. Viskositas kekentalan merupakan gaya gesekan antara
molekul‐molekul yang menyusun suatu fluida.
Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan.
Beberapa zat cair dan gas mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran ini, dinyatakan dengan
Koefisien Viskositas (η). Untuk mencari koefisien kekentalan fluida, pertama-tama kita harus
mengetahui diameter, massa benda, waktu dan jarak untuk mendapatkan massa jenis benda
tersebut. Setelah itu kita dapat menggunakan hokum stokes yang telah dijelaskan pada dasar
teori.
Dalam praktikum kali ini jarak yang digunakan adalah 15cm dan 25cm dan dilakukan
percobaan sebanyak 3 kali, tiap-tiap jarak. Selain itu saat pengambilan bola dari dalam fluida
(oli) harus dilakukan dengan hati-hati karena kemungkinan adanya turbulensi pada zat cair,
apabila saat pengambilan bola dilakukan terburu-buru. Pada bola kecil didapatkan rata-rata
koefisen kekentalan adalah 1,238 s/cm3 dan bola besar 3,132 s/cm3.
Ketika menjatuhkan bola kecil maupun bola besar ke dalam tabung yang berisi oli,
maka bola tersebut akan mengalami perlambatan dalam geraknya. Hal ini bisa dibandingkan
dengan bola yang bergerak di udara, perlambatan itu terjadi karena adanya gesekan dalam
fluida. Saat bola didalam oli, bola memiliki 3 gaya, yaitu gaya berat, gaya keatas fluida dan
gaya gesek.
Bahan pembuat bola dan tekstur bola berpengaruh pada kecepatan bola bergerak di
dalam zat cair, karena setiap zat atau bahan mempunyai massa jenis yang berbeda sehingga
berbeda pula koefisien kekentalan zat cair yang dimilikinya. Begitu juga dengan suhu, suhu
sangat berpengaruh pada praktikum kali ini, karena apabila subu terlau rendah maka dapat
menyebabkan viskositas meningkat sehingga gesekan yang terjadi pada bola terhadap fluida
jadi lambat.
Banyak penyebab lain yang dapat mempengaruhi proses praktikum ini, maka dari itu
semua tahap dalam percobaan harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti, begitupun pada saat
17. perhitungan agar didapatkan data perhitungan yang benar. Semua ini dilakukan agar
meminimalisi kegagalan dalam percobaan dan kecerobohan dalam perhitungan.
18. BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan:
1. Viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak,
atau benda yang padat yang bergerak di dalam fluida. Besarnya gesekan ini biasanya
juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair,
maka semakin susah benda padat bergerak di dalam zat tersebut. Viskositas zat cair,
yang berperan adalah gaya kohesi antara partikel zat cair.
2. Factor-faktor yang mempengaruhi viskositas fluida yaitu suhu, konsentrasi larutan, besar
molekul salute, tekanan, ikatan hydrogen
3. Kecepatan bola besar lebih cepat dibandingkan dengan bola kecil, karena kecepatan bola
dipengaruhi oleh massa benda. Kecepatan bola dipengaruhi oleh kekentalan fluida
tersebut (oli), karena semakin kental suatu fluida maka sekain lambat kecepatan jatuh
bola.
4. Bola yang dimasukkan kedalam oli ini mendapatkan 3 gaya, yaitu gaya gesek,, gaya
keatas dan gaya berat.
19. DAFTAR PUSTAKA
Kanginan, Marthen. 2006. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Alonso, Marcello dan Edward J. Finn. 1980. Dasar-Dasar Fisika Universitas. Jakarta:
Erlangga
Yas, Ali. 2013. Fisika 2 untuk SMA Kelas XI. Edisi kedua. Quadra
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT. Gramedia
20. 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
bola kecil bola besar
Series 2
Series 1
LAMPIRAN
TUGAS AKHIR
1. Bagaimana memilih letak karet-karet gelang yang melingkari tabung? Apakah akibatnya
jika terlalu dekat permukaan? Apakah akibatnya jika terlalu dasar dengan tabung?
2. Buatlah grafik antara T dengan d (pakai least square)
3. Hitunglah harga berdasarkan grafik untuk tiap bola
4. Apakah pengaruh suhu terhadap kekentalan zat cair? Terangkan !
JAWAB
1. Saat memilih letak karet gelang yang melingkar pada tabung, karet gelang tidak boleh
terlalu dekat dengan permukaan kerena kecapatan bola yang dijatuhkan masih
dipengaruhi oleh gravitasi dan kecepatan bola juga belum stabil, sehingga jangan
terlalu dekat dengan permukaan. Jika karet gelang terlalu dekat dengan dasar maka
bola akan berkurang kecepatannya, karena haruslah ada jarak dari benda (bola) yang
jatuh ke dasar tabung untuk memaksimalkan waktu pengukuran.
2. Gambar grafik antara T dengan d sesuai pengamatan yang dilakukan.
T
D
21. 3. Bola Kecil
Pada percobaan pertama, jarak 15 cm
S = 15 cm t = 4,46 s 𝑣 =
𝑠
t
=
15
4,46
= 3,363 cm/s
Pada percobaan ke dua, jarak 15
S = 15 cm t = 4,37s 𝑣 =
𝑠
t
=
15
4,37
= 3,432 cm/s
Pada percobaan ke tiga, jarak 15cm
S = 15 cm t = 4,47 s 𝑣 =
𝑠
t
=
15
4,47
= 3,355cm/s
Pada percobaan ke empat pada jarak 25 cm
S = 25 cm t = 7,32 s 𝑣 =
𝑠
t
=
25
7,32
= 3,415 cm/s
Pada percobaan ke lima, pada jarak 25cm
S = 25 cm t = 7,13 s 𝑣 =
𝑠
t
=
25
7,13
= 3,506 cm/s
Pada percobaan ke enam, pada jarak 25 cm
S = 25 cm t = 7,18 s 𝑣 =
𝑠
t
=
25
7,18
= 3,481 cm/s
Bola Besar
Pada percobaan pertama, jarak 15 cm
S = 15 cm t = 3,39 s 𝑣 =
𝑠
t
=
15
3,39
= 4,424 cm/s
Pada percobaan ke dua, jarak 15
S = 15 cm t = 3,30s 𝑣 =
𝑠
t
=
15
3,30
= 4,545 cm/s
Pada percobaan ke tiga, jarak 15cm
S = 15 cm t = 3,36 s 𝑣 =
𝑠
t
=
15
3,36
= 4,464cm/s
Pada percobaan ke empat pada jarak 25 cm
S = 25 cm t = 5,95 s 𝑣 =
𝑠
t
=
25
5,95
= 4,201 cm/s
Pada percobaan ke lima, pada jarak 25cm
S = 25 cm t = 5,66 s 𝑣 =
𝑠
t
=
25
5,66
= 4,416 cm/s
Pada percobaan ke enam, pada jarak 25 cm
S = 25 cm t = 6,09 s 𝑣 =
𝑠
t
=
25
6,09
= 4,105 cm/s
4. Suhu berpengaruh nyata terhadap kekentalan zat cair. Semakin tinngi suhu maka
semakin rendah nilai viskositasnya. Hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair
22. bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya
temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair
tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi suhu maka cairan semakin encer, karena
kerapatan komponen penyusun zat cair semakin renggang. Suatu viskositas akan
menjadi lebih tinggi jika suhu mengalami penurunan karena pada saat suhu di naikkan
maka partikel-partikel penyusun zat tersebut bergerak secara acak sehingga
kekentalan akan mengalami penurunan, dan jika suhu mengalami penurunan akan
terjadi kenaikan viskositas karena partikel-partikel penyusun senyawa tersebut tidak
mengalami gerakan sehingga gaya gesek yang bekerja juga semakin besar.
Misalnya, pada minyak goreng sebelum dipanaskan di wajan akan lebih kental,
namun setelah dipanaskan di atas api maka tidak akan kental lagi.