SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  28
Télécharger pour lire hors ligne
KONSEP DASAR
TERAPI MANUAL
OLEH
SUDARYANTO, SST.Ft, M.Fis
APA ITU TERAPI MANUAL
• Terapi Manual adalah berbagai teknik terapi yang dilakukan secara manual (tangan
terapis) untuk tujuan diagnostik dan tujuan terapeutik terhadap berbagai gangguan pada
sistem neuromuskuloskeletal, terutama gangguan pada sendi dan otot.
• Secara garis besar, terapi manual terdiri atas : Mobilisasi dan Manipulasi
• Teknik mobilisasi dapat diaplikasikan pada struktur sendi dan saraf
• Teknik manipulasi dapat diaplikasikan pada struktur sendi dan otot
MOBILISASI SENDI
• Mobilisasi sendi merupakan teknik yang digunakan untuk mengobati disfungsi sendi
seperti saat terjadi keterbatasan, hipomobile sendi yang reversible, atau nyeri.
• Mobilisasi sendi adalah gerakan pasif yang dilakukan oleh terapis dengan kecepatan yang
cukup lambat sehingga pasien dapat menghentikan gerakan (Kisner and Colby) ; dapat
menggunakan gerakan fisiologis atau gerakan asesoris, atau kombinasi gerak fisiologis
dan asesoris.
• Mobilisasi sendi adalah gerakan pasif yang dilakukan dengan teknik tertentu yang
berkaitan dengan kecepatan gerak dan dalam kontrol pasien sehingga pasien dapat
mencegah gerakan yang terjadi (G.D. Maitland)
MOBILISASI SENDI
• Penerapan mobilisasi sendi dalam pengobatan adalah oscillasi, traksi, distraksi,
slide/translasi, dan roll slide.
• Teknik mobilisasi yang sering digunakan adalah roll-slide dan oscillasi
• Teknik roll-slide adalah aplikasi slide yang dikombinasikan dengan gerak fisiologis tulang
kearah keterbatasan sendi
• Teknik oscillasi adalah aplikasi traksi/distraksi atau slide yang dilakukan secara berulang-
ulang dengan lembut dan kontinyu.
• Teknik mobilisasi sendi lebih aman diaplikasikan pada keterbatasan sendi pola kapsular
daripada forced passive movement/passive stretching
MOBILISASI SARAF
• Konsep mobilisasi saraf awalnya hanya sekedar neural tension/stretching, tetapi telah
berkembang kearah neurodynamic atau neuro mobilization dengan pendekatan clinical
reasoning.
• Salah satu kunci penting dari keberhasilan dalam mobilisasi saraf adalah konsep
mobilisasi yang lebih baik daripada stretching
• Mobilisasi saraf memiliki efek mekanikal yang dapat mempengaruhi dinamik vaskular,
sistem transport axonal dan jaringan konektif serta menghasilkan efek-efek sebagai
berikut :
• Memperbaiki transport axonal neural.
MOBILISASI SARAF
• Memperbaiki aliran darah ke jaringan saraf
• Memulihkan mekanikal normal dari jaringan konektif sehingga menurunkan kemungkinan
saraf terjepit atau kaku didalam jaringan konektif yang membungkusnya.
• Meningkatkan proses intraneural melalui perubahan tekanan pada sistem saraf dan
menghilangkan pembengkakan intraneural.
• Teknik pengobatan Mobilisasi Saraf menggunakan prinsip Maitland pada mobilisasi
sendi ; diagram gerakan oleh Maitland dapat diaplikasikan pada sistem saraf, yaitu grade
1 (gerakan yg kecil – LGS yang kecil), grade 2 (gerakan yang cukup – LGS cukup besar),
grade 3 (gerakan yang besar – LGS lebih luas mendekati titik nyeri), grade 4 (gerakan
yang besar – LGS lebih luas melewati titik nyeri).
MANIPULASI
• Menurut G.D. Maitland, manipulasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan
kecepatan tertentu sehingga pasien tidak mampu untuk mencegah gerakan tersebut
Teknik ini seringkali dilakukan secara lembut, selalu dalam lingkup gerak yang kecil, dan
dengan sentakan
• Menurut Kisner and Colby, manipulasi adalah suatu gerakan pasif yang menggunakan
gerakan fisiologis atau gerakan asesori dengan aplikasi thrust (dorongan/tarikan yang
kuat).
• Thrust adalah suatu gerakan tiba-tiba dengan kecepatan yang tinggi, gerakan amplitudo
kecil sehingga pasien tidak dapat mencegah gerakan tersebut.
MANIPULASI
• Gerakan thrust dilakukan pada akhir dari batas patologis sendi, ditujukan untuk
mengubah kaitannya dengan positional sendi, untuk melepaskan perlengketan (bunyi
klik), atau untuk merangsang reseptor-reseptor sendi.
• Menurut The American Physical Therapy Association (APTA) Manipulation Education
Committee, manipulasi adalah gerakan thrust dengan kecepatan tinggi (high velocity)
dan amplitudo rendah didalam ROM atau pada akhir ROM.
• The International Federation of Orthopaedic Manipulative Physical Therapists
(IFOMPT) menjelaskan bahwa manipulasi adalah gerak pasif, kecepatan tinggi, thrust
amplitudo rendah yang diaplikasikan pada batas anatomikal sendi dengan tujuan untuk
memulihkan gerak dan fungsi optimal serta menurunkan nyeri
MOBILISASI SENDI versus MANIPULASI
• Teknik oscillasi merupakan bagian dari mobilisasi yang terdiri dari grade I sampai grade
V ; Manipulasi termasuk kedalam grade V dari teknik oscillasi.
• Manipulasi dapat menimbulkan risiko injury jika tidak memperhatikan indikasi dan
kontraindikasi.
• Manipulasi kontraindikasi pada sendi yang aktif inflamasi, menurunnya JPM dengan
hard endfeel dalam arah hipomobile, meningkatnya JPM dengan very soft endfeel dalam
arah hipermobile, ada nyeri dan muscle guarding, perubahan degeneratif sendi yang
berat, anomali kongenital tertentu.
MOBILISASI SENDI versus MANIPULASI
• Risiko cidera dapat terjadi lebih besar jika diaplikasikan teknik manipulasi rotatory
khususnya pada regio cranio-vertebral  yang aman dengan teknik translatoric linear
traction thrust.
• Ada 2 cara aplikasi manipulasi pada pasien :
• Pertama, melakukan mobilisasi yang lebih baik yaitu gerakan sesuai axis sendi yang lembut
dengan oscillasi pasif yang berirama didalam LGS yang ada atau pada batas LGS yang ada
 diakhiri dengan sentakan.
• Kedua, melakukan gerakan paksaan pada batas LGS patologis dengan thrust yang tiba-tiba.
GRADE atau DOSIS GERAKAN
• Ada 2 sistem grade atau dosis mobilisasi yang digunakan yaitu : Grade/Dosis Oscillasi
dan Grade/Oscillasi Sustained translatory joint-play
• Grade/dosis Oscillasi :
• Grade I : oscillasi berirama dengan amplitudo kecil dilakukan pada awal ROM.
• Grade II : oscillasi berirama dengan amplitudo besar dilakukan dalam lingkup gerak yang
ada, namun tidak mencapai batas keterbatasan.
• Grade III : oscillasi berirama dengan amplitudo besar dilakukan sampai mencapai batas
gerakan yang ada dan diberikan stress kedalam resistance jaringan.
GRADE atau DOSIS GERAKAN
• Grade IV : oscillasi berirama dengan amplitudo kecil dilakukan pada batas gerakan yang ada
dan diberikan stress kedalam resistance jaringan.
• Grade V : amplitudo kecil, teknik high-velocity thrust yang dilakukan untuk meretakkan
adhesion pada batas gerakan yang ada.
• Kegunaan/manfaat dosis Oscillasi :
• Grade I dan II terutama digunakan untuk mengobati keterbatasan sendi oleh nyeri. Oscillasi
memiliki efek inhibitory terhadap persepsi stimuli nyeri hebat melalui stimulasi
mechanoreceptor yang berulang-ulang sehingga memblokade jalur nociceptive pada spinal
cord atau level batang otak. Gerak nonstretch ini juga membantu menggerakkan cairan
sinovial untuk memperbaiki nutrisi ke cartilago.
GRADE atau DOSIS GERAKAN
• Kegunaan/manfaat dosis Oscillasi :
• Grade III dan IV terutama digunakan sebagai manuver stretching.
• Grade/Dosis Sustained Translatory Joint-Play :
• Grade I (loosen) : aplikasi distraksi amplitudo kecil tanpa mengha-silkan stress pada kapsul.
• Grade II (tighten) : distraksi atau glide yang sedang diaplikasikan pada jaringan yang tighten
disekitar sendi. Kaltenborn menamakan dengan “taking up the slack”.
• Grade III (stretch) : distraksi atau glide diaplikasikan dengan amplitudo yang cukup besar
untuk menghasilkan stretch pada kapsul sendi dan struktur periarticular disekitarnya.
GRADE atau DOSIS GERAKAN
• Kegunaan/manfaat dosis Sustained Translatory Joint-Play :
• Grade I distraksi digunakan dengan seluruh gerak gliding dan dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri.
• Grade II distraksi yang gentle dapat diaplikasikan secara intermitten untuk menginhibisi
nyeri. Grade II glide dapat digunakan untuk mempertahankan joint play ketika ROM
terbatas.
• Grade III distraksi atau glide digunakan untuk menghasilkan stretch pada struktur sendi
sehingga terjadi peningkatan joint-play.
• Sistem grade ini hanya menggunakan teknik joint-play yang memisahkan (distraksi) atau
glide/translasi pada permukaan sendi.
Grade/Dosis Oscillasi Grade/Dosis Sustained Translatory
MANIPULASI SOFT TISSUE
• Manipulasi Soft Tissue merupakan teknik osteopathic yang dikembangkan oleh para ahli
Osteopathic ; terdiri atas Muscle Energy Technique, Myofascial Release Technique,
Strain-Counterstrain.
• Muscle Energy Technique suatu kelompok metode manipulasi osteopathic soft tissue
yang menggabungkan arah dan kontrol yang tepat dari pasien, kontraksi isometrik
dan/atau isotonik, yang didesain untuk memperbaiki fungsi muskuloskeletal dan
menurunkan nyeri.
• Ada 2 bentuk aplikasi MET yaitu postisometrik relaksasi dan reciprocal inhibition.
MANIPULASI SOFT TISSUE
• Postisometrik relaksasi adalah :
• Setelah otot berkontraksi maka secara automatik akan terjadi keadaan relaks secara singkat
pada fase akhir
• Penurunan tonus akan terjadi pada otot atau group otot setelah jangka waktu singkat dari
kontraksi isometrik
• Dengan kontraksi isometrik akan mencapai derajat kenyamanan pada otot dan terciptanya
potensial gerakan tambahan pada jaringan yang memendek.
MANIPULASI SOFT TISSUE
• Reciprocal inhibition adalah :
• Ketika otot berkontraksi maka secara automatik antagonis akan terinhibisi
• Ketika suatu otot berkontraksi secara isometrik maka antagonis akan terinhibisi dan akan
menunjukkan penurunan tonus dengan cepat setelah kontraksi tersebut.
MANIPULASI SOFT TISSUE
• Myofascial release technique adalah suatu bentuk terapi jaringan lunak yang digunakan
untuk mengobati disfungsi somatik yang menghasilkan nyeri dan keterbatasan gerak.
• Myofascial release technique ditujukan pada fascia yang mengelilingi otot dan
menghubungkan setiap sel otot didalamnya.
• Myofascial release technique merupakan suatu teknik terapi yang memfokuskan pada
pembebasan keterbatasan gerak yang berasal dari jaringan lunak tubuh.
• MRT berperan untuk memberikan stretch atau elongasi pada struktur otot dan fascia
dengan tujuan akhir adalah mengembalikan kualitas cairan atau lubrikasi pada jaringan
fascia, mobilitas jaringan fascia dan otot, dan fungsi sendi normal.
MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM)
• Teknik mobilization with movement diperkenalkan oleh Brian Mulligan pada tahun
1970-an di New Zealand.
• Konsep Brian Mulligan yaitu mobilisasi dengan gerakan (MWM) merupakan kelanjutan
progression yang natural dalam perkembangan manual terapi dari latihan aktif self
stretching ke aplikasi gerak fisiologis secara pasif sampai teknik mobilisasi pasif asesoris.
• Mobilisasi dengan gerakan merupakan perpaduan aplikasi mobilisasi asesoris bebas nyeri
dengan gerak fisiologis secara aktif dan/atau pasif. Kemudian, diaplikasikan
overpressure atau stretching secara pasif pada akhir ROM tanpa nyeri sebagai suatu
hambatan.
MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM)
• Dalam konsep Mulligan, hampir seluruh mobilisasi spine yang disertai dengan gerakan
dilakukan dengan pasien weight bearing (dalam posisi berdiri atau duduk).
• Mulligan menganggap hal ini sangatlah penting karena begitu sering teknik mobilisasi
spine dilakukan dengan posisi non weight bearing tetapi perbaikan yang dicapai kurang
berhasil ketika pasien kembali mengambil posisi tegak.
• Teknik Mulligan dapat diaplikasikan ketika :
• Tidak ada kontraindikasi untuk manual terapi
• Hasil pemeriksaan dan evaluasi hanya menunjukkan patologi muskuloskeletal.
MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM)
• Hasil analisis biomekanik spesifik menunjukkan hilangnya gerakan dan/atau nyeri yang
berhubungan dengan fungsi.
• Tidak ada nyeri yang dihasilkan selama teknik aplikasi atau seketika setelah teknik aplikasi
• Prinsip teknik Mulligan adalah “PILL” (Pain Free, Instant, Long Lasting), dan CROCKS
rules :
• C = Contraindication ; secara general, kontraindikasi MWM adalah inflamasi, infeksi, fraktur
• R = Repetitions ; repetisi harus dilakukan selama MWM dengan gerakan yang bebas nyeri,
yang akhirnya membangun dynamic natural, dalam MWM adalah 6 – 10 repetisi selama 3 set
MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM)
• O = Overpressure ; untuk memperoleh gerakan yang maksimal (pemulihan gerak penuh)
maka harus digunakan overpressure, dilakukan oleh pasien sendiri
• C = Communication dan co-operation ; memberikan perintah yang jelas dengan bahasa
yang mudah dan pasien harus kooperatif
• K = Knowledge ; terapis harus menguasai ilmu anatomi, biomekanik, dan positional faults
• S = Sustain, Sense, Skill, Slow, Subtle Change
• Keberhasilan teknik MWM harus memberikan penurunan nyeri pada comparable sign
sementara secara signifikan memperbaiki fungsi selama aplikasi teknik  kombinasi
dengan self treatment yang menggunakan prinsip MWM & tape adhesive.
MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM)
• Prinsip MWM dalam praktek klinik :
• Satu atau lebih comparable signs dapat diidentifikasi selama pemeriksaan : comparable sign
adalah suatu tanda tes positif yang dapat diulang setelah manuver terapi untuk menentukan
efektifitas dari manuver tersebut.
• Mobilisasi pasif sendi diaplikasikan sesuai dengan prinsip Kaltenborn. Glide atau distraksi
asesori yang diaplikasikan harus paralel atau perpendicular dalam bidang pengobatan dan
harus bebas nyeri.
• Gunakan pemahaman tentang anatomi dan mekanik sendi, sense terhadap tension jaringan,
dan clinical reasoning yang jelas, serta terapis harus mampu menentukan kombinasi beragam
dari glide asesori yang paralel atau perpendicular untuk menemukan arah gerakan bebas
nyeri dan grade gerakan asesori
MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM)
• Prinsip MWM dalam praktek klinik :
• Sementara terapis melakukan mobilisasi asesori yang terus menerus dan bebas nyeri, pasien diminta
untuk melakukan comparable sign
• Terapis harus selalu memonitor reaksi pasien untuk memastikan tidak ada nyeri yang dihasilkan.
Kegagalan memperbaiki comparable sign menunjukkan bahwa terapis tidak menemukan arah
mobilisasi asesori yang tepat atau grade gerakan atau teknik tersebut bukan indikasi.
• Keterbatasan sebelumnya dan/atau nyeri gerak yang hebat atau aktivitas diulang 6 sampai 10 kali oleh
pasien sementara terapis secara kontinyu mempertahankan mobilisasi asesori yang tepat. Pencapaian
yang besar diharapkan melalui repetisi gerakan selama sesi pengobatan, khususnya ketika overpressure
pasif yang bebas nyeri diaplikasikan untuk mencapai akhir ROM.
MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM)
• Teknik-teknik Mulligan adalah :
• NAGs (Natural Apophyseal Glides) ; NAGs merupakan nama yang menggambarkan
mobilisasi oscillatory yang dapat diaplikasikan pada facet joint antara C2 dan C7. NAGs
merupakan mobilisasi facet joint mulai dari mid-range sampai end-range yang diaplikasikan
kearah antero-cranial sepanjang bidang pengobatan dari sendi facet yang terpilih.
• Reverse NAGs ; Mobilisasi Reverse NAGs adalah mobilisasi yang terbaik untuk upper
thoracic spine. Mobilisasi Reverse NAGs bisa bermanfaat untuk lower cervical tetapi
mobilisasi pengobatan ini merupakan pilihan yang baik untuk upper thoracic spine.
Mobilisasi Reverse NAGs tidak begitu bermakna untuk regio upper cervical atau middle
cervical
MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM)
• Teknik-teknik Mulligan adalah :
• SNAGs (Sustained Natural Apophyseal Glides) ;
• Mobilisasi SNAGs merupakan pendekatan baru dalam bidang manual terapy dan teknik
ini merupakan kombinasi antara mobilisasi facet joint dengan gerakan (MWMS) :
• SNAGs berguna sebagai pengobatan untuk cervical, thoracic dan lumbar spine ; kombinasi
antara glide facet yang kontinyu dan gerakan spine
• Mobilisasi SNAGs selalu menggunakan posisi weight bearing, dimana seluruh prosedur
SNAGs dilakukan dengan posisi duduk atau berdiri.
• SNAGs merupakan mobilisasi dengan gerakan aktif yang diikuti dengan tekanan pasif yang
besar  overpressure pada akhir ROM yang ada
Konsep dasar terapi manual

Contenu connexe

Tendances

Kontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tensKontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tens
ayulesttari
 
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
aditya romadhon
 

Tendances (20)

Konsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar ElektroterapiKonsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar Elektroterapi
 
Pengukuran rom
Pengukuran romPengukuran rom
Pengukuran rom
 
Kontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tensKontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tens
 
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTassesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
 
Manifulasi
ManifulasiManifulasi
Manifulasi
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
Modul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound TherapyModul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound Therapy
 
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi Mekanik
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
 
Hip joint
Hip jointHip joint
Hip joint
 
Core Stability Exercise
Core Stability ExerciseCore Stability Exercise
Core Stability Exercise
 
Terapi manual TMJ dalam Fisioterapi
Terapi manual TMJ dalam FisioterapiTerapi manual TMJ dalam Fisioterapi
Terapi manual TMJ dalam Fisioterapi
 
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Modul : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
 
Low back pain
Low back pain Low back pain
Low back pain
 
Pengantar Fisioterapi
Pengantar FisioterapiPengantar Fisioterapi
Pengantar Fisioterapi
 
PNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisPNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvis
 
Hnp
HnpHnp
Hnp
 
PNF cervical
PNF cervicalPNF cervical
PNF cervical
 
High Frequency Current (SWD & MWD).pptx
High Frequency Current (SWD & MWD).pptxHigh Frequency Current (SWD & MWD).pptx
High Frequency Current (SWD & MWD).pptx
 
04 ultrasound terapy
04 ultrasound terapy04 ultrasound terapy
04 ultrasound terapy
 

Similaire à Konsep dasar terapi manual

Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Uzlifati Jannatin Alfafa
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Uzlifati Jannatin Alfafa
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
Yulvi Hasrianti
 
170-Article Text-864-1-10-20220209 (2).pdf
170-Article Text-864-1-10-20220209 (2).pdf170-Article Text-864-1-10-20220209 (2).pdf
170-Article Text-864-1-10-20220209 (2).pdf
nikentriwiyandari
 
principle-of-mulligans-technique.pdf
principle-of-mulligans-technique.pdfprinciple-of-mulligans-technique.pdf
principle-of-mulligans-technique.pdf
NisaaAnnisa1
 
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kcIlham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham Reyzer Firmansyah
 
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptxPPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
Sehan9
 

Similaire à Konsep dasar terapi manual (20)

Presentasii jurnal
Presentasii jurnalPresentasii jurnal
Presentasii jurnal
 
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan MahirChiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
 
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan MahirChiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
Chiropractic Therapy Bagi Pemula dan Mahir
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
 
Sport Massage Adit.pptx
Sport Massage Adit.pptxSport Massage Adit.pptx
Sport Massage Adit.pptx
 
Manajemen Nyeri Non Farmakologis.ppt
Manajemen Nyeri Non Farmakologis.pptManajemen Nyeri Non Farmakologis.ppt
Manajemen Nyeri Non Farmakologis.ppt
 
Kelenturan
KelenturanKelenturan
Kelenturan
 
Terapi Bedah pada CP.pptx
Terapi Bedah pada CP.pptxTerapi Bedah pada CP.pptx
Terapi Bedah pada CP.pptx
 
Fleksibiliti - MPP
Fleksibiliti - MPPFleksibiliti - MPP
Fleksibiliti - MPP
 
Elbow Injury and Rehabilitation in Sports Setting
Elbow Injury and Rehabilitation in Sports SettingElbow Injury and Rehabilitation in Sports Setting
Elbow Injury and Rehabilitation in Sports Setting
 
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
 
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptxArif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
 
170-Article Text-864-1-10-20220209 (2).pdf
170-Article Text-864-1-10-20220209 (2).pdf170-Article Text-864-1-10-20220209 (2).pdf
170-Article Text-864-1-10-20220209 (2).pdf
 
Bobat exc
Bobat exc Bobat exc
Bobat exc
 
principle-of-mulligans-technique.pdf
principle-of-mulligans-technique.pdfprinciple-of-mulligans-technique.pdf
principle-of-mulligans-technique.pdf
 
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kcIlham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
Ilham firmansyah universitas muhammadiyah yogyakarta pkm-kc
 
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptxPPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
PPT_SKOLIOSIS_FIX.pptx
 
MANIPULASI MASSAGE.pptx
MANIPULASI MASSAGE.pptxMANIPULASI MASSAGE.pptx
MANIPULASI MASSAGE.pptx
 

Plus de Yanto Physio (7)

Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis Fraktur
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
 
Konsep Fraktur
Konsep FrakturKonsep Fraktur
Konsep Fraktur
 
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF Lengan
 
PNF tungkai
PNF tungkaiPNF tungkai
PNF tungkai
 
PNF lengan
PNF lenganPNF lengan
PNF lengan
 

Dernier

Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Halo Docter
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
ssuserbb0b09
 

Dernier (20)

#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptxKEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
KEJADIAN PENYAKIT ASMA PADA KEHAMILAN.pptx
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 

Konsep dasar terapi manual

  • 2. APA ITU TERAPI MANUAL • Terapi Manual adalah berbagai teknik terapi yang dilakukan secara manual (tangan terapis) untuk tujuan diagnostik dan tujuan terapeutik terhadap berbagai gangguan pada sistem neuromuskuloskeletal, terutama gangguan pada sendi dan otot. • Secara garis besar, terapi manual terdiri atas : Mobilisasi dan Manipulasi • Teknik mobilisasi dapat diaplikasikan pada struktur sendi dan saraf • Teknik manipulasi dapat diaplikasikan pada struktur sendi dan otot
  • 3. MOBILISASI SENDI • Mobilisasi sendi merupakan teknik yang digunakan untuk mengobati disfungsi sendi seperti saat terjadi keterbatasan, hipomobile sendi yang reversible, atau nyeri. • Mobilisasi sendi adalah gerakan pasif yang dilakukan oleh terapis dengan kecepatan yang cukup lambat sehingga pasien dapat menghentikan gerakan (Kisner and Colby) ; dapat menggunakan gerakan fisiologis atau gerakan asesoris, atau kombinasi gerak fisiologis dan asesoris. • Mobilisasi sendi adalah gerakan pasif yang dilakukan dengan teknik tertentu yang berkaitan dengan kecepatan gerak dan dalam kontrol pasien sehingga pasien dapat mencegah gerakan yang terjadi (G.D. Maitland)
  • 4. MOBILISASI SENDI • Penerapan mobilisasi sendi dalam pengobatan adalah oscillasi, traksi, distraksi, slide/translasi, dan roll slide. • Teknik mobilisasi yang sering digunakan adalah roll-slide dan oscillasi • Teknik roll-slide adalah aplikasi slide yang dikombinasikan dengan gerak fisiologis tulang kearah keterbatasan sendi • Teknik oscillasi adalah aplikasi traksi/distraksi atau slide yang dilakukan secara berulang- ulang dengan lembut dan kontinyu. • Teknik mobilisasi sendi lebih aman diaplikasikan pada keterbatasan sendi pola kapsular daripada forced passive movement/passive stretching
  • 5. MOBILISASI SARAF • Konsep mobilisasi saraf awalnya hanya sekedar neural tension/stretching, tetapi telah berkembang kearah neurodynamic atau neuro mobilization dengan pendekatan clinical reasoning. • Salah satu kunci penting dari keberhasilan dalam mobilisasi saraf adalah konsep mobilisasi yang lebih baik daripada stretching • Mobilisasi saraf memiliki efek mekanikal yang dapat mempengaruhi dinamik vaskular, sistem transport axonal dan jaringan konektif serta menghasilkan efek-efek sebagai berikut : • Memperbaiki transport axonal neural.
  • 6. MOBILISASI SARAF • Memperbaiki aliran darah ke jaringan saraf • Memulihkan mekanikal normal dari jaringan konektif sehingga menurunkan kemungkinan saraf terjepit atau kaku didalam jaringan konektif yang membungkusnya. • Meningkatkan proses intraneural melalui perubahan tekanan pada sistem saraf dan menghilangkan pembengkakan intraneural. • Teknik pengobatan Mobilisasi Saraf menggunakan prinsip Maitland pada mobilisasi sendi ; diagram gerakan oleh Maitland dapat diaplikasikan pada sistem saraf, yaitu grade 1 (gerakan yg kecil – LGS yang kecil), grade 2 (gerakan yang cukup – LGS cukup besar), grade 3 (gerakan yang besar – LGS lebih luas mendekati titik nyeri), grade 4 (gerakan yang besar – LGS lebih luas melewati titik nyeri).
  • 7. MANIPULASI • Menurut G.D. Maitland, manipulasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan kecepatan tertentu sehingga pasien tidak mampu untuk mencegah gerakan tersebut Teknik ini seringkali dilakukan secara lembut, selalu dalam lingkup gerak yang kecil, dan dengan sentakan • Menurut Kisner and Colby, manipulasi adalah suatu gerakan pasif yang menggunakan gerakan fisiologis atau gerakan asesori dengan aplikasi thrust (dorongan/tarikan yang kuat). • Thrust adalah suatu gerakan tiba-tiba dengan kecepatan yang tinggi, gerakan amplitudo kecil sehingga pasien tidak dapat mencegah gerakan tersebut.
  • 8. MANIPULASI • Gerakan thrust dilakukan pada akhir dari batas patologis sendi, ditujukan untuk mengubah kaitannya dengan positional sendi, untuk melepaskan perlengketan (bunyi klik), atau untuk merangsang reseptor-reseptor sendi. • Menurut The American Physical Therapy Association (APTA) Manipulation Education Committee, manipulasi adalah gerakan thrust dengan kecepatan tinggi (high velocity) dan amplitudo rendah didalam ROM atau pada akhir ROM. • The International Federation of Orthopaedic Manipulative Physical Therapists (IFOMPT) menjelaskan bahwa manipulasi adalah gerak pasif, kecepatan tinggi, thrust amplitudo rendah yang diaplikasikan pada batas anatomikal sendi dengan tujuan untuk memulihkan gerak dan fungsi optimal serta menurunkan nyeri
  • 9. MOBILISASI SENDI versus MANIPULASI • Teknik oscillasi merupakan bagian dari mobilisasi yang terdiri dari grade I sampai grade V ; Manipulasi termasuk kedalam grade V dari teknik oscillasi. • Manipulasi dapat menimbulkan risiko injury jika tidak memperhatikan indikasi dan kontraindikasi. • Manipulasi kontraindikasi pada sendi yang aktif inflamasi, menurunnya JPM dengan hard endfeel dalam arah hipomobile, meningkatnya JPM dengan very soft endfeel dalam arah hipermobile, ada nyeri dan muscle guarding, perubahan degeneratif sendi yang berat, anomali kongenital tertentu.
  • 10. MOBILISASI SENDI versus MANIPULASI • Risiko cidera dapat terjadi lebih besar jika diaplikasikan teknik manipulasi rotatory khususnya pada regio cranio-vertebral  yang aman dengan teknik translatoric linear traction thrust. • Ada 2 cara aplikasi manipulasi pada pasien : • Pertama, melakukan mobilisasi yang lebih baik yaitu gerakan sesuai axis sendi yang lembut dengan oscillasi pasif yang berirama didalam LGS yang ada atau pada batas LGS yang ada  diakhiri dengan sentakan. • Kedua, melakukan gerakan paksaan pada batas LGS patologis dengan thrust yang tiba-tiba.
  • 11. GRADE atau DOSIS GERAKAN • Ada 2 sistem grade atau dosis mobilisasi yang digunakan yaitu : Grade/Dosis Oscillasi dan Grade/Oscillasi Sustained translatory joint-play • Grade/dosis Oscillasi : • Grade I : oscillasi berirama dengan amplitudo kecil dilakukan pada awal ROM. • Grade II : oscillasi berirama dengan amplitudo besar dilakukan dalam lingkup gerak yang ada, namun tidak mencapai batas keterbatasan. • Grade III : oscillasi berirama dengan amplitudo besar dilakukan sampai mencapai batas gerakan yang ada dan diberikan stress kedalam resistance jaringan.
  • 12. GRADE atau DOSIS GERAKAN • Grade IV : oscillasi berirama dengan amplitudo kecil dilakukan pada batas gerakan yang ada dan diberikan stress kedalam resistance jaringan. • Grade V : amplitudo kecil, teknik high-velocity thrust yang dilakukan untuk meretakkan adhesion pada batas gerakan yang ada. • Kegunaan/manfaat dosis Oscillasi : • Grade I dan II terutama digunakan untuk mengobati keterbatasan sendi oleh nyeri. Oscillasi memiliki efek inhibitory terhadap persepsi stimuli nyeri hebat melalui stimulasi mechanoreceptor yang berulang-ulang sehingga memblokade jalur nociceptive pada spinal cord atau level batang otak. Gerak nonstretch ini juga membantu menggerakkan cairan sinovial untuk memperbaiki nutrisi ke cartilago.
  • 13. GRADE atau DOSIS GERAKAN • Kegunaan/manfaat dosis Oscillasi : • Grade III dan IV terutama digunakan sebagai manuver stretching. • Grade/Dosis Sustained Translatory Joint-Play : • Grade I (loosen) : aplikasi distraksi amplitudo kecil tanpa mengha-silkan stress pada kapsul. • Grade II (tighten) : distraksi atau glide yang sedang diaplikasikan pada jaringan yang tighten disekitar sendi. Kaltenborn menamakan dengan “taking up the slack”. • Grade III (stretch) : distraksi atau glide diaplikasikan dengan amplitudo yang cukup besar untuk menghasilkan stretch pada kapsul sendi dan struktur periarticular disekitarnya.
  • 14. GRADE atau DOSIS GERAKAN • Kegunaan/manfaat dosis Sustained Translatory Joint-Play : • Grade I distraksi digunakan dengan seluruh gerak gliding dan dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. • Grade II distraksi yang gentle dapat diaplikasikan secara intermitten untuk menginhibisi nyeri. Grade II glide dapat digunakan untuk mempertahankan joint play ketika ROM terbatas. • Grade III distraksi atau glide digunakan untuk menghasilkan stretch pada struktur sendi sehingga terjadi peningkatan joint-play. • Sistem grade ini hanya menggunakan teknik joint-play yang memisahkan (distraksi) atau glide/translasi pada permukaan sendi.
  • 15. Grade/Dosis Oscillasi Grade/Dosis Sustained Translatory
  • 16. MANIPULASI SOFT TISSUE • Manipulasi Soft Tissue merupakan teknik osteopathic yang dikembangkan oleh para ahli Osteopathic ; terdiri atas Muscle Energy Technique, Myofascial Release Technique, Strain-Counterstrain. • Muscle Energy Technique suatu kelompok metode manipulasi osteopathic soft tissue yang menggabungkan arah dan kontrol yang tepat dari pasien, kontraksi isometrik dan/atau isotonik, yang didesain untuk memperbaiki fungsi muskuloskeletal dan menurunkan nyeri. • Ada 2 bentuk aplikasi MET yaitu postisometrik relaksasi dan reciprocal inhibition.
  • 17. MANIPULASI SOFT TISSUE • Postisometrik relaksasi adalah : • Setelah otot berkontraksi maka secara automatik akan terjadi keadaan relaks secara singkat pada fase akhir • Penurunan tonus akan terjadi pada otot atau group otot setelah jangka waktu singkat dari kontraksi isometrik • Dengan kontraksi isometrik akan mencapai derajat kenyamanan pada otot dan terciptanya potensial gerakan tambahan pada jaringan yang memendek.
  • 18. MANIPULASI SOFT TISSUE • Reciprocal inhibition adalah : • Ketika otot berkontraksi maka secara automatik antagonis akan terinhibisi • Ketika suatu otot berkontraksi secara isometrik maka antagonis akan terinhibisi dan akan menunjukkan penurunan tonus dengan cepat setelah kontraksi tersebut.
  • 19. MANIPULASI SOFT TISSUE • Myofascial release technique adalah suatu bentuk terapi jaringan lunak yang digunakan untuk mengobati disfungsi somatik yang menghasilkan nyeri dan keterbatasan gerak. • Myofascial release technique ditujukan pada fascia yang mengelilingi otot dan menghubungkan setiap sel otot didalamnya. • Myofascial release technique merupakan suatu teknik terapi yang memfokuskan pada pembebasan keterbatasan gerak yang berasal dari jaringan lunak tubuh. • MRT berperan untuk memberikan stretch atau elongasi pada struktur otot dan fascia dengan tujuan akhir adalah mengembalikan kualitas cairan atau lubrikasi pada jaringan fascia, mobilitas jaringan fascia dan otot, dan fungsi sendi normal.
  • 20. MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM) • Teknik mobilization with movement diperkenalkan oleh Brian Mulligan pada tahun 1970-an di New Zealand. • Konsep Brian Mulligan yaitu mobilisasi dengan gerakan (MWM) merupakan kelanjutan progression yang natural dalam perkembangan manual terapi dari latihan aktif self stretching ke aplikasi gerak fisiologis secara pasif sampai teknik mobilisasi pasif asesoris. • Mobilisasi dengan gerakan merupakan perpaduan aplikasi mobilisasi asesoris bebas nyeri dengan gerak fisiologis secara aktif dan/atau pasif. Kemudian, diaplikasikan overpressure atau stretching secara pasif pada akhir ROM tanpa nyeri sebagai suatu hambatan.
  • 21. MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM) • Dalam konsep Mulligan, hampir seluruh mobilisasi spine yang disertai dengan gerakan dilakukan dengan pasien weight bearing (dalam posisi berdiri atau duduk). • Mulligan menganggap hal ini sangatlah penting karena begitu sering teknik mobilisasi spine dilakukan dengan posisi non weight bearing tetapi perbaikan yang dicapai kurang berhasil ketika pasien kembali mengambil posisi tegak. • Teknik Mulligan dapat diaplikasikan ketika : • Tidak ada kontraindikasi untuk manual terapi • Hasil pemeriksaan dan evaluasi hanya menunjukkan patologi muskuloskeletal.
  • 22. MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM) • Hasil analisis biomekanik spesifik menunjukkan hilangnya gerakan dan/atau nyeri yang berhubungan dengan fungsi. • Tidak ada nyeri yang dihasilkan selama teknik aplikasi atau seketika setelah teknik aplikasi • Prinsip teknik Mulligan adalah “PILL” (Pain Free, Instant, Long Lasting), dan CROCKS rules : • C = Contraindication ; secara general, kontraindikasi MWM adalah inflamasi, infeksi, fraktur • R = Repetitions ; repetisi harus dilakukan selama MWM dengan gerakan yang bebas nyeri, yang akhirnya membangun dynamic natural, dalam MWM adalah 6 – 10 repetisi selama 3 set
  • 23. MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM) • O = Overpressure ; untuk memperoleh gerakan yang maksimal (pemulihan gerak penuh) maka harus digunakan overpressure, dilakukan oleh pasien sendiri • C = Communication dan co-operation ; memberikan perintah yang jelas dengan bahasa yang mudah dan pasien harus kooperatif • K = Knowledge ; terapis harus menguasai ilmu anatomi, biomekanik, dan positional faults • S = Sustain, Sense, Skill, Slow, Subtle Change • Keberhasilan teknik MWM harus memberikan penurunan nyeri pada comparable sign sementara secara signifikan memperbaiki fungsi selama aplikasi teknik  kombinasi dengan self treatment yang menggunakan prinsip MWM & tape adhesive.
  • 24. MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM) • Prinsip MWM dalam praktek klinik : • Satu atau lebih comparable signs dapat diidentifikasi selama pemeriksaan : comparable sign adalah suatu tanda tes positif yang dapat diulang setelah manuver terapi untuk menentukan efektifitas dari manuver tersebut. • Mobilisasi pasif sendi diaplikasikan sesuai dengan prinsip Kaltenborn. Glide atau distraksi asesori yang diaplikasikan harus paralel atau perpendicular dalam bidang pengobatan dan harus bebas nyeri. • Gunakan pemahaman tentang anatomi dan mekanik sendi, sense terhadap tension jaringan, dan clinical reasoning yang jelas, serta terapis harus mampu menentukan kombinasi beragam dari glide asesori yang paralel atau perpendicular untuk menemukan arah gerakan bebas nyeri dan grade gerakan asesori
  • 25. MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM) • Prinsip MWM dalam praktek klinik : • Sementara terapis melakukan mobilisasi asesori yang terus menerus dan bebas nyeri, pasien diminta untuk melakukan comparable sign • Terapis harus selalu memonitor reaksi pasien untuk memastikan tidak ada nyeri yang dihasilkan. Kegagalan memperbaiki comparable sign menunjukkan bahwa terapis tidak menemukan arah mobilisasi asesori yang tepat atau grade gerakan atau teknik tersebut bukan indikasi. • Keterbatasan sebelumnya dan/atau nyeri gerak yang hebat atau aktivitas diulang 6 sampai 10 kali oleh pasien sementara terapis secara kontinyu mempertahankan mobilisasi asesori yang tepat. Pencapaian yang besar diharapkan melalui repetisi gerakan selama sesi pengobatan, khususnya ketika overpressure pasif yang bebas nyeri diaplikasikan untuk mencapai akhir ROM.
  • 26. MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM) • Teknik-teknik Mulligan adalah : • NAGs (Natural Apophyseal Glides) ; NAGs merupakan nama yang menggambarkan mobilisasi oscillatory yang dapat diaplikasikan pada facet joint antara C2 dan C7. NAGs merupakan mobilisasi facet joint mulai dari mid-range sampai end-range yang diaplikasikan kearah antero-cranial sepanjang bidang pengobatan dari sendi facet yang terpilih. • Reverse NAGs ; Mobilisasi Reverse NAGs adalah mobilisasi yang terbaik untuk upper thoracic spine. Mobilisasi Reverse NAGs bisa bermanfaat untuk lower cervical tetapi mobilisasi pengobatan ini merupakan pilihan yang baik untuk upper thoracic spine. Mobilisasi Reverse NAGs tidak begitu bermakna untuk regio upper cervical atau middle cervical
  • 27. MOBILIZATION WITH MOVEMENT (MWM) • Teknik-teknik Mulligan adalah : • SNAGs (Sustained Natural Apophyseal Glides) ; • Mobilisasi SNAGs merupakan pendekatan baru dalam bidang manual terapy dan teknik ini merupakan kombinasi antara mobilisasi facet joint dengan gerakan (MWMS) : • SNAGs berguna sebagai pengobatan untuk cervical, thoracic dan lumbar spine ; kombinasi antara glide facet yang kontinyu dan gerakan spine • Mobilisasi SNAGs selalu menggunakan posisi weight bearing, dimana seluruh prosedur SNAGs dilakukan dengan posisi duduk atau berdiri. • SNAGs merupakan mobilisasi dengan gerakan aktif yang diikuti dengan tekanan pasif yang besar  overpressure pada akhir ROM yang ada