4. Pengertian Nikah
Nikah secara bahasa artinya
menggabungkan atau mengumpulkan dua hal
menjadi satu.
Sedangkan menurut istilah, nikah adalah
suatu ikatan lahir dan batin antara
seorang laki-laki dengan perempuan yang
bukan muhrim sebagai suami istri dengan
tujuan untuk membina suatu rumah tangga
yang bahagia berdasarkan tuntunan Allah
SWT.
6. Syarat Nikah
Akad nikah yang shahih mempunyai
empat syarat :
1. Ridho kedua mempelai
2. Kepastian siapa istri atau suami
3. Adanya wali bagi mempelai wanita
4. Adanya saksi
7. Rukun Nikah
Pengantin lelaki (Suami)
Pengantin perempuan (isteri)
Wali
Dua orang saksi lelaki
Ijab qabul ( akad nikah )
8. Sunnah Nikah
Hendaklah dua sejoli yang akan merajut tali
suci nikah
Saat pertama kali bertemu atau hendak
berhubungan
Sholat sunat dua rekaat bersamanya,
ketika hendak melakukan hubungan
pertamanya
Bermesraan dengan istri sebelum
berhubungan
9. Sunnah Nikah
Hendaklah ia berdoa ketika
menggaulinya
Berwudhu antara dua sesi
berhubungan
Usai berhubungan hendaklah wudhu
sebelum tidur
Setelah malam pertama menggauli
istrinya, disunnahkan pada pagi
harinya untuk silaturahim
11. Nikah Beda Agama
Hukum seorang laki-laki muslim menikahi perempuan non muslim
•
laki-laki yang menikah dengan perempuan ahli kitab (Agama
Samawi), yang dimaksud agama samawi atau ahli kitab disini yaitu
orang-orang (non muslim) yang telah diturunkan padanya kitab
sebelum al quran. Dalam hal ini para ulama sepakat dengan Injil
dan Taurat, begitu juga dengan nasrani dan yahudi yang
sumbernya sama. Untuk hal seperti ini pernikahannya
diperbolehkan dalam islam. Adapun dasar dari penetapan hukum
pernikahan ini, yaitu mengacu pada al quran, Surat Al Maidah(5):5
•
Lelaki muslim menikah dengan perempuan bukan ahli kitab. Yang
dimaksud dengan non muslim yang bukan ahli kitab disini yaitu
kebalikan dari agama samawi (langit), yaitu agama ardhiy (bumi).
Agama Ardhiy (bumi), yaitu agama yang kitabnya bukan diturunkan
dari Allah swt, melainkan dibuat di bumi oleh manusia itu sendiri.
Untuk kasus yang seperti ini, maka diakatakan haram. Adapun
dasar hukumnya yaitu al quran al Baqarah(2):222
12. Nikah Beda Agama
Perempuan muslim menikah dengan laki-laki non muslim
Dari al quran al Baqarah(2):221 sudah jelas tertulis bahwa:
"...Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan
wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman..."
Pernikahan seorang muslim perempuan sudah menjadi hal mutlak
diharamkan dalam islam, jika seorang perempuan tetap memaksakan
diri untuk menikahi lelaki yang tidak segama dengannya, maka
apapun yang mereka lakukan selama bersama sebagai suami istri
dianggap sebagai perbuatan zina.
13. Nikah Siri
Nikah siri dalam presepsi masyarakat ada 2 bentuk pernikahan :
1.
Nikah tanpa wali yang sah dari pihak wanita
hadis dari Abu Musa Al-Asy‟ari radhiallahu „anhu, bahwa
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak ada nikah (batal), kecuali dengan wali.”
“Wanita manapun yang menikah tanpa izin wali, maka
nikahnya batal.” (HR. Ahmad, Abu daud, dan baihaqi)
Jika nikah siri dipahami sebagaimana di atas, maka
pernikahan ini statusnya batal (Tidak Sah) dan wajib
dipisahkan. Kemudian, jika keduanya menghendaki untuk
kembali berumah tangga, maka harus melalui proses
pernikahan normal, dengan memenuhi semua syarat dan
rukun yang ditetapkan syariah.
14. Nikah Siri
2.
Nikah di bawah tangan, artinya tanpa adanya pencatatan dari
lembaga resmi negara (KUA) maka status hukumnya sah,
selama memenuhi syarat dan rukun nikah. Sehingga nikah siri
dengan pemahaman ini tetap mempersyaratkan adanya wali
yang sah, saksi, ijab-qabul akad nikah.
Hanya saja tidak dianjurkan karena :
•
“Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah,
taatlah kepada Rasul, dan pemimpin kalian.” (QS. An-Nisa:
59)
Sementara kita sebagai kaum muslimin, diperintahkan oleh
Allah untuk menaati pemerintah selama aturan itu tidak
bertentangan dengan syariat
•
Pencatatan di KUA akan semakin mengikat kuat kedua
belah pihak. Dalam Alquran surat An-Nisa : 21, Allah
menyebut akad nikah dengan perjanjian yang kuat.
15. Nikah Mut‟ah
perkawinan dengan maskawin tertentu untuk jangka waktu
terbatas yang berakhir dengan habisnya masa tersebut, dimana
suami tidak berkewajiban memberikan nafkah, dan tempat tinggal
kepada istri, serta tidak menimbulkan pewarisan antara keduanya.
nikah mut‟ah ini pernah dibolehkan ketika awal Islam, tapi
kemudian diharamkan, sebagaimana dinyatakan oleh Imam Nawawi
dalam kitabnya, Syarh Shahih Muslim:
“Yang benar dalam masalah nikah mut‟ah ini adalah bahwa pernah
dibolehkan dan kemudian diharamkan sebanyak dua kali; yakni
dibolehkan sebelum perang Khaibar, tapi kemudian diharamkan
ketika perang Khaibar. Kemudian dibolehkan selama tiga hari
ketika fathu Makkah, atau hari perang Authas, kemudian setelah
itu diharamkan untuk selamanya sampai hari kiamat”.
16. Membentuk Keluarga
Sakinah
1.
Berdzikir
Allah subhanahu wata‟ala berfirman (artinya):
“Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan
(menjadi) tenang.” (Ar Ra‟d: 28)
2. Menuntut ilmu agama
Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari
rumah-rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al
Qur`an dan mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari
sisi Allah subhanahu wata‟ala) kepada mereka as sakinah
(ketenangan).” (Muttafaqun „alaihi. Hadits shohih, dari shahabat
Abu Hurairah radhiallahu „anhu)