2. 1. Pengertian
Kata dasar pernikahan adalah nikah. Kata nikah memiliki
persamaan dengan kata kawin. Dalam bahasa Indonesia, nikah
berati berkumpul atau bersatu. sedangkan dalam istilah syari’at,
nikah adalah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk
mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
serta menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan
dasar sukarela dan persetujuan bersama demi terwujudnya
keluarga(rumah tangga) bahagia, yang diridhai Allah SWT.
3. 2. Hukum Nikah
Menurut sebagian bessar ulama, hukum nikah pada
dasarnya adalah mubah. Namun jika ditinjau dari segi kondisi
orang yang akan melakukannya maka hukum nikah dapat
berubah menjadi
Sunnah
Wajib
Makruh
Haram
4. 3. Tujuan Pernikahan
Untuk memperoleh rasa cinta dan kasih sayang
Untuk memperoleh ketenangan hidup
Untuk memenuhi kebutuhan seksual (birahi) secara sah
dan diridhai Allah
Untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat
Untuk mewujudkan keluarga bahagia di dunia dan akhirat
5. 4. Rukun Nikah
Ialah ketentuan-ketentuan dalam pernikahan yang harus
dipenuhi agar pernikahan itu sah, yaitu :
Ada calon suami laki-laki yang sudah berusia dewasa
(19 thn), beragama islam, tidak dipaksa/terpaksa, tidak
sedang dalam ihram haji atau umrah dan bukan mahram
calon istrinya.
Ada calon istri wanita cukup umur (16 thn), bukan
perempuan musyrik, tidak dalam ikatan perkawinan dengan
orang laim, bukan mahram bagi calon suami, tidak dalam
ihram haji atau umrah
6. Lanjutan ….
Ada Wali nikah yaitu orang yang
menikahkan mempelai laki-laki dengan
mepelai wnaita atau mengizinkan
pernikahannya.
Wali nikah dibagi menjadi 2 macam :
1. Wali Nasab yaitu wali yang
mempunyai pertalian darah
dengan mempelai wanita yang
akan dinikahkan.
2. Wali hakim yaitu kepala
kantor urusan agama islam yang
berada disetiap kecamatan
Ada dua orang saksi
Ada akad nikah yakni ucapan ijab
kabul
7. 5. Muhrim
Adalah wanita yang haram dinikahi, yaitu :
a. Karena keturunan ibu kandung, anak perempuan
kandung, saudara perempuan kandung, saudara
perempuan dari bapak atau ibu, anak perempuan dari
saudara laki-laki maupun saudara perempuan.
b. Karena hubungan sesusuan ibu yang menyusui dan
saudara perempuan sesusuan.
c. Karena perkawinan ibu dari istri (mertua), anak tiri,
ibu tiri dan menantu.
d. Karena mempunyai pertalian muhrim dengan istri.
8. 6. Kewajiban Suami Istri
• Kewajiban Suami
• Memberi nafkah
• Memimpin serta membimbing istri dan anak-anaknya
• Bergaul dengan istri dan anak-anak dengan baik
• Memelihara istri dan anak dari bencana
• Membantu istri dalam tugas sehari-hari
• Kewajiban Istri
• Taat pada suami
• Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda suami
• Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan
keselamatan keluarganya
• Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit
• Hormat dan sopan kepada suami
• Memelihara, mengasuh, dan mendidik anak agar menjadi anak
yang soleh.
9. 7. Perceraian
Ialah pemutusan ikatan perkawinan
antara suami dan istri yang biasanya
sisebabkan perselisihan atau pertengkaaran
suami-istri yang sudah tidak dapat
didamaikan lagi. Hal-hal yang dapat
memutskan ikatan perkawinan adalah :
a. meninggalnya salah satu pihak suami
atau istri,
b. talak,
c. fasakh,
d. khulu,
e. li’an,
f. ila’,
g. zihar.
10. 8 ‘Iddah
‘Iddah berarti masa menunggu bagi istri yang ditinggal
mati atau bercerai dari suaminya untuk dibolehkan menikah
kembali dengan laki-laki lain. Lama masa ‘iddah adalah sebagai
berikut :
a) ‘Iddah karena suami wafat
Bagi istri yang tidak sedang hamil, baik sudah campur dengan
suaminya yang sudah wafat atau belum, masa’iddahnya 4 bulan
sepuluh hari, sesuai firman Allah dalam QS. Al-Baqarah 2:234
Bagi istri yang sedang hamil, masa ‘iddahnya sampai ia
melahirkan, sesuai dengan Al-Qur’an QS. At-Talaq 65:4
11. Lanjutan…
b) ‘Iddah karena talak, fasakh, dan khulu’
Bagi istri yang belum campur dengan suaminya yang baru
saja bercerai dengannya tidak ada masa iddah, sesuai dalam QS.
Al-Ahzab 33:49
Bagi istri yang sudah campur, masa ‘iddahnya adalah :
o Bagi yang masih mengalami menstruasi, masa ‘iddahnya
3 Kali suci, tercantum dalam QS. Al-Baqarah 2:338
o Bagi istri yang tidak mengalami menstruasi, ,asa iddahnya
3 bulan tercantum dalam QS.At-Talaq 65:4
o Bagi istri yang sedang mengandung, masa ‘iddahnya
sampai ia melahirkan kandungannya, ketentuan berdasarkan QS.
At-Talaq 65:4
12. 9 Rujuk
Rujuk berarti kembali, yaitu kembalinya suami kepada
ikatan nikah dengan istrinya sebagaimana semula, selama istrinya
masih berada dalam masa ’iddah raj’iyah.
Hukum rujuk :
1) Sunah 2) Wajib 3) Makruh 4)Haram
Rukun rujuk ada empat macam, yaitu :
1) Istri sudah bercampur dengan suami yang mentalaknya
dan masih berada pada masa ‘iddah raj’iyah
2) Keinginan rujuk suami atas kehendak sendiri
3) Ada dua orang saksi yaitu dua orang laki-laki yang adil
4) Ada sigat atau ucapan rujuk.
13. Fuqaha (ulama fiqih) menjelaskan tentang hikmah-hikmah
pernikahan yang islami , yaitu :
1) Memenuhi kebutuhan seksual dngan cara yang diridhai
Allah(cara yang islami)dan menghindari cara yang dimurkai Allah
seperti perzinahan atau homoseks(gay dan lesbian)
2) Penikahan merupakan cara yang benar, baik dan dan diridhai
Allah untuk memmperoleh anak serta mengembangkan keturunan yang
sah.
3) Melalui pernikahan, suami-istri dapat memupuk rasa tanggung
jawab membaginya dalam rangka memelihara, mengasuh dan mendidik
anak-anaknya.
4) Menjalin hubungan silaturahmi antara keuarga suami dan
keluarga istri.
14. Perundang-undangan perkawinan di Indonesia bersumber kepada
menteri republic Indonesia nomor 154 1991 tentang Pelaksanaan
Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 1 tahun 1991
tanggal 10 Juni 1991 mengenai kompilasi hukum islam dibidang
hokum perkawinan.
15. III.1 Pengertian dan Tujuan Perkawinan
Dalam pasal 2 dan pasal 3 dari kompilasi hokum islam
dibidang hokum perkawinan dijelaskan bahwa pengertian
perkawinan menurut hokum islam adalah pernikahan yaitu akad
yang sangat kuat atau misaqan gamizan untuk mentaati perintah
Allah dan melaksankannya merupakan ibadah. Sedangkan tujuan
perkawinan ialah mewujudkan rumah tangga yang sakinah
mawdah dan warahmah.
III.2 Sahnya Perkawinan
Dalam pasal 4 dari kompilasi hokum islam dibidang
hokum perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan adalah sah
apabila dilakukan menurut hokum islam sesuai dengan pasal 2
ayat (1) UUD RI no.1 tahun 1974 tentang perkawinan, yang
menegaskan perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
hokum masing-masing agamanya dan kepercayaan agamanya itu.
16. III.3 Pencatatan Perkawinan
Dalam pasal 5 dan 6 kompilasi hokum islam dibidang hokum perkawinan
dijelaskan:
o Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat islam setiap
perkawinan harus dicatat
o Pencatatan perkawinan dilakukan oleh pegawai pencatat
nikah(Kantor Urusan Agama Kecamatan dimana calon mempelai temapat
tinggal)
III.4 Akta Nikah
Akta nikah atau surat nikah adalah surat yang dibuat pegawai nikah
yakni KUA Kecamatan tempat diolangsungkannya pernikahan yang
menerangkan bahwa pada hari, tanggal, bulan , tahun dan jam telah terjadi
akad nikah antara : seorang laki-laki, dengan seorang perempuan dan yang
menjadi wali nikah (dituliskan nama, tanggal dan tempat lahir, pekerjaan dan
tempat tinggal).
17. III.5 Kawin Hamil
Dalam pasal 53 ayat (1),(2), dan (3) dari kompilasi hokum
islam dibidang hokum perkawinan dijelaskan :
• Seorang wanita hamil diluar nikah dapat dikawinkan
dengan pria yang menghamilinya
• Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat
(1) dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu
kelahiran anaknya
• Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita
hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang
dikandungnya lahir.