3. Nasionalisme
Nation berasal dari bahasa Latin natio,
yang dikembangkan dari kata nascor
(saya dilahirkan), maka pada awalnya
nation (bangsa) dimaknai sebagai
“sekelompok orang yang dilahirkan di
suatu daerah yang sama” (group of
people born ini the same place)(Ritter,
1986: 286)
4. Pengertian
nasionalisme dapat bermakna sebagai
berikut:
(1) Nasionalisme adalah rasa cinta pada tanah air, ras, bahasa atau budaya
yang sama, maka dalam hal ini nasionalisme sama dengan patriotisme.
(2) Nasionalisme adalah suatu keinginan akan kemerdekaan politik,
keselamatan dan prestise bangsa.
(3) Nasionalisme adalah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial
yang kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai
bangsa atau Volk yang kesatuannya lebih unggul daripada bagian-
bagiannya.
(4) Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya
hidup untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.
(5) Nasionalisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa bangsanya sendiri
harus dominan atau
5. Nasionalisme dalam arti luas
perasaan cinta atau bangga terhadap tanah
air dan bangsanya yang tinggi, tetapi terhadap
bangsa lain tidak memandang rendah. Dalam
menjalin hubungan dengan bangsa lain, ia
selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan,
serta mengedepankan kepentingan dan
keselamatan bangsanya. Namun, tetap
menempatkan bangsa lain sebagai berdiri
sama tinggi dan duduk sama rendah.
6.
7. Aspek cognitive
Aspek cognitive mengandaikan
perlunya pengetahuan atau
pemahaman akan situasi konkret
sosial, ekonomi, politik dan budaya
bangsanya.
8. Aspek goal
Aspek goal menunjuk akan adanya cita-
cita, tujuan ataupun harapan ideal
bersama di masa datang yang ingin
diwujudkan atau diperjuangkan di dalam
masyarakat dan negara.
9. Aspek strategic
Aspek strategic menuntut adanya kiat
perjuangan kaum nasionalis dalam
perjuangan mereka untuk mewujudkan
cita-cita bersama, dapat berupa
perjuangan fisik atau diplomasi, moril atau
spirituil, dapat bersifat moderat atau
radikal, dapat secara sembunyi-sembunyi
atau terang-terangan, dan lain-lain.
10.
11. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAP LUNTURNYA
NASIONALISME
Meningkatnya komunikasi lintas budaya akan memudarkan
konsep identitas.
Mergernya isu-isu domestik dan internasional akan
mendorong proses internasionalinsme.
Kegagalan negara bangsa dalam mengatasi masalah-
masalah global seperti lingkungan hidup, produksi pangan,
wabah penyakit, dll.
Ketidak mampuan negara bangsa untuk memberikan
perlindungan secara menyeluruh bagi warga negaranya di
era nuklir ini
Nasionalisme mempunyai cacat sejarah sebagai pemicu
konflik
12. Faktor luar (External)
Budaya asing yang masuk ke
Indonesia secara bebas dan
kurangnya filterisasi dari
masyarakat Indonesia sendiri.
Perdagangan bebas yang tidak
terkebdali, produk dari luar
negeri lebih digemari daripada
produk dalam negeri yang
secara kualitas sama bahkan
lebih baik.
13. Faktor dalam (Internal)
Kurangnya kemauan
masyarakat Indonesia untuk
memahami arti Nasionalisme
yang sesungguhnya, sehingga
berakibat pada kurangnya
tindakan yang mencerminkan
rasa Nasionalisme.
Korupsi yang semakin merajalela
akhir-akhir ini menjadi sebuah
indikator bahwa rasa
nasionalisme telah luntur.
14. Rapuhnya rasa
kebanggaan bagi
bangsa selama
beberapa tahun
belakangan ini,
sesungguhnya
disulut oleh
menguatnya
sentimen
kedaerahan dan
semangat
primordialisme
pascakrisis.
16. Peran Keluaga
a) memberikan pendidikan sejak dini tentang
sikap nasionalisme dan patriotism terhadap
bangsa Indonesia,
b) memberikan contoh atau tauladan
tentang rasa kecintaan dan penghormatan
pada bangsa,
c) memberikan pengawasan yang
menyeluruh kepada anak terhadap lingkungan
sekitar, dan
d) selalu menggunakan produk dalam negeri.
17. Peran Pendidikan
a) memberikan pelajaran tentang pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan dan juga
bela Negara.
b) menanamkan sikap cinta tanah air dan
menghormati jasa pahlawan dengan
mengadakan upacara setiap hari senin.
c) memberikan pendidikan moral, sehingga
para pemuda tidak mudah menyerap hal-hal
negatif yang dapat mengancam ketahanan
nasional.
18. Peran Pemerintah
a) Menggalakan berbagai kegiatan yang dapat
meningkatkan rasa nasionalisme dan patrotisme, seperti
seminar dan pameran kebudayaan.
b) Mewajibkan pemakaian batik kepada pegawai
negeri sipil setiap hari jum’at. Hal ini dilakukan karena
batik merupakan sebuah kebudayaan asli Indonesia,
yang diharapkan dengan kebijakan tersebut dapat
meningkatkan rasa nasionalisme dan patrotisme
bangsa.
c) Lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi
pemuda untuk membangun Indonesia agar lebih baik
lagi.