Neraca pembayaran internasional Indonesia pada triwulan III 2016 mengalami surplus sebesar USD5,5 miliar, naik dari surplus triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan defisit transaksi berjalan menurun dan surplus transaksi modal dan finansial meningkat. Defisit transaksi berjalan menurun karena kenaikan ekspor nonmigas dan penurunan impor, sementara surplus transaksi modal dan finansial meningkat karena aliran modal investasi langsung yang lebih besar.
2. Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran internasional (Balance of Payment)
merupakan catatan yang tersusun secara sistematis mengenai
seluruh transaksi ekonomi internasional yang dilakukan penduduk
suatu negara itu dengan penduduk negara lain dalam jangka
waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Pengertian penduduk di dalam
suatu neraca pembayaran internasional meliputi orang
perorangan, badan hukum, dan pemerintah.
Transaksi ekonomi internasional yang dicatat dalam
neraca pembayaran internasional dapat digolongkan menjadi dua
yaitu transaksi debit dan kredit. Transaksi debit adalah transaksi
yang menimbulkan kewajiban bagi penduduk suatu negara untuk
melakukan pembayaran kepada penduduk negara lain, sedangkan
transaksi kredit adalah transaksi yang menimbulkan hak bagi
penduduk suatu negara untuk menerima pembayaran dari
penduduk negara lain.
3. 1. Transaksi debit, adalah transaksi yang mengakibatkan bertambahnya
kewajiban bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran
tersebut untuk mengadakan pembayaran kepada penduduk negara lain.
Contoh: Indonesia membeli jasa dari Malaysia, maka transaksi tersebut
menimbulkan kewajiban untuk mengadakan pembayaran kepada
Malaysia, sehingga transaksi jasa tersebut merupakan transaksi debit
yang dicatat dalam neraca pembayaran dengan tanda minus (–).
2. Transaksi kredit, adalah transaksi yang mengakibatkan timbul atau
bertambahnya hak bagi penduduk negara yang mempunyai neraca
pembayaran tersebut untuk menerima pembayaran dari negara lain.
Contoh: Indonesia menjual jasa ke Malaysia, maka transaksi tersebut
menimbulkan hak untuk menerima pembayaran dari Malaysia, maka
transaksi tersebut merupakan transaksi kredit yang dicatat dalam neraca
pembayaran dengan tanda positif (+).
4. Komponen Neraca Pembayaran Internasional
Transaksi Dagang (Trade Account)
Transaksi Pendapatan Modal (Income on Investment)
Transaksi Unilateral (Unilateral Transaction) transaksi kredit.
Transaksi Penanaman Modal Langsung (Direct Investment)
Transaksi Utang Piutang Jangka Panjang (Long Term Loan)
Transaksi Utang-piutang jangka pendek (Short Term Capita1)
Transaksi Lalu Lintas Moneter (Monetary Acomodating)
Dari transaksi tersebut, maka transaksi ekonomi internasional
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
Transaksi Berjalan (Current Account)
Neraca Modal (Capital Account)
Selisih yang Belum Diperhitungkan (Error and Omissions)
5. Sumber Neraca Pembayaran
Indonesia
Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diterbitkan setiap tahun sekali untuk
masing – masing tahun anggaran oleh Departemen
Keuangan Republik Indonesia.
Bank Indonesia : Laporan Tahun Pembukuan, yang
diterbitkan setiap tahun sekali untuk masing – masing tahun
anggaran oleh Bank Indonesia.
Statistik Ekonomi – Keuangan Indonesia, yang diterbitkan
dua bulan sekali oleh Bank Indonesia.
Statistik Indonesia : Statistical Yearbook of Indonesia, yang
diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik setahun sekali.
Indikator Ekonomi, yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik
sebulan sekali.
6. Neraca-neraca pembayaran yang diterbitkan oleh
berbagai penerbit resmi tersebut di atas susunan dan angka-
angkanya tidak selalu sesuai. Perbedaan-perbedaan tersebut
kemungkinan merupakan akibat :
Penggunaan dasar waktu yang berbeda.
Penggunaan sistematika yang berbeda.
Perbedaan sumber statistik yang dipakai.
Perbedaan – perbedaan yang timbul disebabkan karena
angka yang satu masih merupakan angka sementara,
sedangkan angka yang lainnya merupakan angka yang sudah
diperbaiki.
Dari segi bentuk susunannya neraca pembayaran
yang termuat dalam Laporan Tahunan Bank Indonesia
merupakan neraca pembayaran yang bentuknya paling sesuai
dengan bentuk yang disarankan oleh lembaga moneter dunia
yaitu International Monetary Fund (IMF).
7. Fungsi Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran sangat penting dan perlu dibuat oleh suatu
negara. Fungsi neraca pembayaran internasional antara lain sebagai
berikut :
Sebagai alat pembukuan agar pemerintah dapat mengambil
keputusan yang tepat, mengenai jumlah barang dan jasa yang
sebaiknya keluar atau masuk dalam batas wilayah suatu negara serta
untuk mendapatkan keterangan-keterangan mengenai anggaran alat-
alat pembayaran luar negerinya.
Sebagai alat untuk mengukur kondisi ekonomi yang terkait dengan
perdagangan internasional dari suatu negara. Sebagai alat untuk
melihat gambaran pengaruh transaksi luar negeri terhadap
pendapatan nasional negara yang bersangkutan.
Sebagai alat untuk memperoleh informasi rinci terkait dengan
perdagangan luar negeri.
Sebagai alat untuk membandingkan pos-pos dalam neraca
pembayaran negara tersebut dengan negara tertentu.
Sebagai alat kebijakan moneter yang akan dilaksanakan oleh suatu
negara.
8. PENGARUH NERACA PEMBAYARAN
LUAR NEGERI TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA
Secara umum apabila kita ingin mengkaji lebih mendalam
terkait pengaruh neraca pembayaran luar negeri bagi Indonesia,
maka kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai proses
penyeimbangan kembali neraca pembayaran, karena pengaruh dari
pada neraca pembayaran terlihat secara jelas pada proses
penyeimbangan kembali neraca pembayaran. Di dalam proses
penyeimbangan kembali neraca pembayaran tersebut terdiri dari 3
komponen, yaitu tingkat harga, tingkat kurs, dan sektor moneter.
9. Tingkat harga
Neraca pembayaran yang surplus dapat menyebabkan
bertambahnya uang yang beredar di masyarakat. Sebaliknya jika
neraca pembayaran defisit akan mengurangi jumlah uang yang
beredar. Pertambahan uang yang beredar menyebabkan kenaikan
harga, dan sebaliknya berkurangnya uang yang beredar
menyebabakan penurunan harga. Surplus neraca pembayaran akan
meningkatakan jumlah uang yang beredar, harga naik dan inflasi
yang akan mengakibatkan daya saing produsen dalam negeri
menurun dibandingkan produsen luar negeri, hal ini akan
meningkatkan impor daripada impor. Kenaikan impor dan penurunan
ekspor keduanya bersama-sama mendorong berkurangnya surplus
neraca pembayaran proses penyeimbangan ini akan berjalan terus
menerus dengan surplus neraca pembayaran suatu negara dibarengi
dengan derfisit neraca pembayaran negara asing. Jumlah uang yang
beredar dinegara asing akan berkurang maka harga akan turun dan
terjadi inflasi, berarti daya saing produsennya meningkat, terjadi
peningkatan ekspor dan penurunan impor negara asing tersebut.
10. Tingkat kurs
Dalam penyeimbangan melalui tingkat kurs ini adalah
devaluasi untuk defisit dan revaluasi untuk surplus. Keberhasilan
devaluasi untuk menghilangkan atau mengurangi ketidakseimbangan
tergantung pada elastisitas permintaan dan penawaran valuta asing.
Sektor moneter
Pendekatan sektor moneter neraca pembayaran
menganggap bahwa timbulnya ketidak seimbangan neraca
pembayaran karena ketidakseimbangan portopolio yaitu saldo kas
yang terjadi berbeda dengan saldo kas yang diinginkan masyarakat.
Menyamakan saldo kas yang terjadi dengan yang diinginkan inilah
yang menyebabkan timbulnya ketidakseimbangan neraca
pembayaran dan berfluktuasinya kurs valuta asing.
Ketidakseimbangan neraca pembayaran adalah semata-mata
merupakan gejala moneter, oleh karena itu mengendalikan jumlah
uang yang beredar dalam sistem kurs tetap tidak akan ada hasilnya.
Mempengaruhi jumlah uang secara efektif akan dapat dilakukan
dalam sistem kurs bebas, dalam penyeimbangan neraca
pembayaran. Pengaruh timbal balik antara kebijaksanaan moneter
dinegara-negara lain hanya akan berpengaruh kepada kurs dan tidak
pada neraca pembayaran.
11. Neraca Pembayaran Indonesia TwIII 2016
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III 2016 mencatat
peningkatan surplus yang signifikan, ditopang oleh menurunnya
defisit transaksi berjalan dan meningkatnya surplus transaksi modal
dan finansial. Surplus NPI tercatat sebesar USD5,5 miliar, meningkat
signifikan dibandingkan dengan surplus sebesar USD2,2 miliar pada
triwulan sebelumnya. Perkembangan ini menunjukkan semakin
baiknya keseimbangan eksternal perekonomian dan turut menopang
berlanjutnya stabilitas makroekonomi. Defisit transaksi berjalan
menurun didorong oleh perbaikan neraca perdagangan barang dan
jasa. Defisit transaksi berjalan menurun dari USD5,0 miliar (2,2%
PDB) pada triwulan II 2016 menjadi USD4,5 miliar (1,8% PDB) pada
triwulan III 2016. Penurunan tersebut ditopang oleh kenaikan surplus
neraca perdagangan nonmigas sejalan dengan meningkatnya harga
ekspor komoditas primer dan menurunnya impor nonmigas, serta
menyempitnya defisit neraca perdagangan migas seiring dengan
meningkatnya ekspor gas. Selain itu, defisit neraca jasa juga menurun
terutama karena surplus neraca jasa perjalanan yang meningkat pada
triwulan laporan. Surplus transaksi modal dan finansial terus
meningkat didukung oleh sentimen positif terhadap prospek
perekonomian domestik dan meredanya risiko global.
12. Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan III 2016 mencapai
USD9,4 miliar, lebih besar dibandingkan dengan surplus pada triwulan II
2016 sebesar USD7,6 miliar maupun surplus pada triwulan I 2016 sebesar
USD4,4 miliar. Peningkatan ini terutama ditopang oleh aliran masuk modal
investasi langsung yang meningkat signifikan menjadi USD5,2 miliar,
dipengaruhi oleh neto penarikan utang korporasi antar-afiliasi pada triwulan
III 2016 setelah pada triwulan sebelumnya mencatat neto pembayaran
utang. Di samping itu, meski menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, surplus investasi portofolio masih tercatat dalam jumlah yang
besar, didukung oleh sentimen positif terkait implementasi Undang-Undang
Pengampunan Pajak yang berjalan dengan baik. Surplus investasi
portofolio terutama berasal dari pembelian SBN rupiah dan saham oleh
investor asing yang meningkat serta net inflows dari penjualan surat utang
asing oleh penduduk. Selain itu, defisit investasi lainnya tercatat lebih
rendah ditopang oleh neto penarikan pinjaman luar negeri pemerintah dan
neto penarikan simpanan penduduk di luar negeri. Perkembangan NPI
tersebut pada gilirannya memperkuat cadangan devisa. Posisi cadangan
devisa meningkat dari USD109,8 miliar pada akhir triwulan II 2016 menjadi
USD115,7 miliar pada akhir triwulan III 2016. Jumlah cadangan devisa
tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang
luar negeri pemerintah selama 8,5 bulan dan berada di atas standar
kecukupan internasional.