SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  31
11
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses
penelitian adalah mencari teori, konsep dan generalisasi hasil penelitian yang
dapat dijadikan sebagai landasan teori untuk pelaksanaan penelitian. Menurut
Suryabrata (dalam Sugiyono, 2006 : 55) menyatakan bahwa : “Landasan teori ini
perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan
sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teori ini merupakan ciri bahwa
penelitian ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Berdasarkan definisi di atas, dikemukakan oleh Sugiyono (2006 : 55) bahwa
1) Teori itu berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis, 2)
Berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang
memiliki keteraturan, 3) Sebagai stimultan dan panduan untuk mengembangkan
pengetahuan.
Konsep digunakan untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang
hendak diteliti. Konsep ini dapat menyederhanakan pemikiran dengan
menggunakan suatu istilah untuk beberapa kejadian yang saling berkaitan. Untuk
lebih jelasnya Singarimbun dan Effendi (1989:34) mengemukakan bahwa:
“Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar
generalisasi dan sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan kelompok atau individu
tertentu”. Jadi peranan konsep dalam penelitian sangat penting karena
menghubungkan dunia observasi dengan dunia teori atau antara abstraksi dengan
realita. Untuk itu konsep perlu didefinisikan secara tepat sehingga tidak terjadi
kesalahan pengukuran.
2.1.2 Manajemen Pesantren
a. Pengertian Manajemen
Secara etimologi, manajemen (bahasa Inggris) berasal dari kata to
manage, dalam Webster’s New cooleglate Dictionary, kata manage dijelaskan
berasal dari bahasa Itali “Managlo” dari kata “Managlare” yang selanjutnya kata
12
ini berasal dari bahasa Latin Manus yang berarti tangan (Hand). Kata manage
dalam kamus tersebut diberi arti : membimbing dan mengawasi, memperlakukan
dengan seksama, mengurus perniagaan atau urusan-urusan, mencapai urusan
tertentu (Sukarna, 1993)
Sedangkan secara terminologi, ada beberapa definisi mengenai manajemen,
diantaranya yang dikemukakan oleh George R. Terry, manajemen adalah suatu
proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang kearah tujuan organisasi atau maksud yang nyata. (George
R, Terry, 2000)
Manajemen dalam pendidikan mutlak diperlukan, karena merupakan
variabel terpenting untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan. Manajemen
yang baik akan membuat sebuah perbedaan mutu sekolah dan mutu peserta
didiknya. Kemudian aspek utama manajemen sebagaimana diungkapkan ‘Everard
dan morris adalah meyusun arah, tujuan dan sasaran’. Orientasi cita-cita yang
jelas merupakan pusat bagi pendekatan-pendekatan teoritis dalam manajemen
pendidikan.
b. Fungsi-fungsi manajemen
Setelah mendefinisikan manajemen yang pada dasarnya mempunyai empat
kerangka: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.
Kegiatan tersebut dinamakan sebagai proses manajemen. Kata proses
ditambahkan untuk mengartikan kegiatan yang dilakukan dengan cara sistematis
dan kegiatan tersebut dilakukan oleh manajer/pimpinan pada semua tingkat
Keempat kerangka tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini. tanda panah
tebal menunjukkan urutan kegiatan secara teoritis, dimulai dari perencanaan,
kemudian diakhiri oleh pengendalian, yang kemudian berputar lagi kembali ke
perencanaan. Tanda panah terputus-putus menunjukkan urutan yang lebih
realistis, yang terjadi di praktek manajemen (Mamduh M, Hanafi, 1997)
Dalam beberapa literature, terdapat perbedaan selain dalam hal langka-
langkah tersebut terdapat pula perbedaan dalam menamakannya sebagai proses
manajemen. Akan tetapi hal ini diperjelas oleh Nanang Fattah (2004) yang
13
mengatakan bahwa dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang
ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu: Perencanaan (Planning),
Pengorganisasian (Organizing), Kepemimpinan (Leading), dan Pengawasan
(Controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana,
mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala
aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
The Liang Gie (1993:61) menamakan langkah-langkah tersebut sebagai
fungsi-fungsi manajemen yang meliputi: perencanaan (planning), pembuatan
keputusan (Decision making), pembimbing (directing), pengkoordinasian
(coordinating), pengontrolan (controlling) dan penyempurnaan (improving).
Menurut Geroge R. Terry dalam bukunya Principles of Manajement mengatakan
bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), menggerakkan (actuating), mengawasi
(controlling).(Siagian, 2000:45)
Terlepas dari banyaknya pendapat mengenai pembagian fungsi manajemen
seperti di atas, pada penelitian ini penulis menggunakan empat fungsi yaitu:
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengendalian/pengawasan.
1) Perencanaan (planning)
Dalam sebuah organisasi atau lembaga apapun bentuk dan namanya,
sebelum melangkah untuk mencapai tujuan, maka terlebih dahulu adanya
perencanaan. Perencanan dalam sebuah lembaga adalah sangat esensial, karena
dalam kenyataannya. perencanaan memegang peranan penting dibandingkan
dengan fungsi-fungsi yang lainnya.Perencanaan berarti kegiatan menetapkan
tujuan organisasi dan memilih cara yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengambilan keputusan merupakan bagian dari perencanaan yang berarti
menentukan atau memilih alternatif pencapaian tujuan dari beberapa alternatif
yang ada. Pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur
pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan
tersebut. (Habafi, 2004:51). Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber
manusia, material, uang, dan waktu. Dalam perencanaan, kita mengenal beberapa
tahap, yaitu: (1) identifikasi masalah, (2) perumusan masalah, (3) penetapan
14
tujuan, (4) identifikasi alternatif, (5) pemilihan alternatif, dan (6) kolaborasi
alternatif (Suryosubroto, 2004). Perencanaan pendidikan dapat dibedakan dalam
beberapa kategori menurut: (1) jangkauan waktunya, (2) besarannya, (3)
pendekatan, serta (4) pelakunya.
Menurut jangkauan waktunya, perencanaan dalam lembaga pendidikan
dapat dibagi menjadi: perencanaan jangka pendek yakni perencanaan tahunan
atau perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu kurang dari 5
tahun sering disebut sebagai rencana operasional. Perencanaan jangka
menengah yaitu perencanaan yang dibuat untuk jangka waktu pelaksanaan 5 – 10
tahun. Perencanaan ini penjabaran dari rencana jangka panjang, tetapi sudah
lebih bersifat operasional. Dan terakhir perencanaan jangka panjang yaitu
perencanaan yang dibuat untuk jangka waktu 10 – 25 tahun. Pembagian waktu
ini bersifat kira-kira, dan tiap ahli dapat saja memberikan batas yang berlainan.
Jadi pemenggalan waktu ini hanya merupakan ancar-ancar.
Menurut pelakunya perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan
individual, yang dilakukan guru secara sendiri-sendiri, perencanaan kelompok,
dan perencanaan lembaga yaitu perencanaan yang berlaku dan dibuat oleh
pesantren (Suryosubroto, 2004:15).
2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas- tugas kepada
orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan. Karena tugas-tugas ini
demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-
tugas ini dibagi untuk dikerjakan masing-masing anggota organisasi
(Suryosubroto, 2004:20)
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama, organisasi
diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah
sekolah, pesantren, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintah. Kedua
merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan
dialokasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai
secara efektif (Suryosubroto, 2004:17).
Jadi pengorganisasian di pesantren dapat
15
didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang
(ustadz dan personil pesantren lainnya) serta mengalokasikan sarana dan
prasarana untuk menunjang tugas orang-orang dalam rangka mencapai tujuan
pesantren secara efektif dan efisien.
3) Fungsi pengkoordinasian
Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar tugas- tugas yang
telah dibagi itu tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakan saja, tetapi
menurut aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan.
Pengkoordinasian menurut The Liang Gie (1983:216) merupakan rangkaian
aktivitas menghubungkan, menyatu padukan dan menyelaraskan orang- orang
dan pekerjaannya sehingga semuanya berlangsung secara tertib dan seirama
menuju kearah tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan, percekcokan,
kekembaran kerja atau kekosongan kerja.
Berdasarkan pengertian ini dapat ditegaskan bahwa pengkoordinasian
dalam satuan pendidikan adalah “mempersatukan rangkaian aktivitas
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran orang- orang dan pekerjaannya
sehingga semuanya berlangsung secara tertib kearah tercapainya maksud yang
telah ditetapkan”. Koordinasi harus dapat meningkatkan kerjasama antar pejabat
dan anggota organisasi semaksimal mungkin pada tataran kantor didepartemen
pendidikan, pada tataran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kemudian
koordinasi pada tingkat satuan pendidikan. Koordinasi pada tiap tataran ini
adalah meningkatkan kerja sama antara Menteri, Direktur Jenderal, Gubernur,
Bupati/Walikota dalam memberikan pelayanan pada satuan pendidikan, serta
kepala sekolah, guru, konselor, supervisor, dan petugas sekolah lainnya dalam
kegiatan sekolah dan pelajaran sebagai kegiatan inti satuan pendidikan.
4) Pengendalian/Pengawasan (Controlling)
Pengendalian (Pengawasan) atau controlling adalah bagian terakhir dari
fungsi manajemen. Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian itu sendiri. Kasus-kasus yang
16
banyak terjadi dalam organisasi adalah akibat masih lemahnya pengendalian
sehingga terjadilah berbagai penyimpangan antara yang direncanakan dengan
yang dilaksanakan.
Pengendalian ialah proses pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana
atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tidakan korektif guna
penyempurnaan lebih lanjut. Beda pengendalian dengan pengawasan adalah pada
wewenang daripengembang kedua istilah tersebut. Pengendalian memiliki
wewenang turun tangan yang tidak dimiliki pengawas. Pengawas hanya sebatas
memberi saran, sedangkan tindak lanjutnya dilakukan oleh pengendali. Jadi,
pengendalian lebih luas dari pada pengawasan. Dalam penerapannya
dipemerintahan, kedua istilah itu sering tumpang-tindih (overlapping).
Pengawasan sebagai tugas disebut supervisi pendidikan yang dilakukan oleh
pengawas sekolah ke sekolah-sekolah yang menjadi tugasnya. Kepala sekolah
juga berperan sebagai supervisor di sekolah yang dipimpinnya. Di lingkungan
pemerintahan, lebih banyak dipakai istilah pengawasan dan pengendalian
(wasdal) (Usman, 2004:51). Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan
satu kesatuan tindakan, walaupun hal ini jarang terjadi. Pengawasan diperlukan
untuk melihat sejauh mana hasil tercapai.
c. Pengertian Pondok Pesantren
Terminologi pesantren mengindikasikan bahwa secara cultural pesantren
lahir dari budaya Indonesia, dengan melihat bahwa pesantren yang berasal dari
bahasa Jawa, dari kata “Cantrik” yang berarti seorang yang selalu mengikuti
seorang guru kemana guru ini pergi menetap. Kemudian terminologi pesantren
lebih popular dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren,
pondok berasal dari bahasa Arab “funduk” yang berarti hotel, asrama, rumah,
dan tempat tinggal sederhana (Hasbullah, 2002)
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tertua ditanah air. Ia
diperkirakan sudah ada sejak negeri ini belum merdeka. Secara etimologis, kata
pondok berarti tempat yang dipakai untuk makan dan istirahat. Istilah pondok
dalam konteks dunia pesantren berasal dari pengertian asrama-asrama bagi para
17
santri. Sedangkan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di
depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri (Dhofier 1985:18).
Dengan demikian, pondok pesantren adalah asrama tempat tinggal para santri.
Agaknya, pemakaian kata pesantren untuk menamai lembaga tradisional
pengajaran agama Islam ini terkait erat dengan proses diduga kuat dikembangkan
berasal dari petani (Azra, 1995:259). Namun, dalam pandangan Nurcholish
Madjid, pesantren tidak hanya dianggap sebagai identik dengan makna
keislaman, akan tetapi juga dianggap memiliki makna keaslian Indonesia
(indigenous) (Madjid, 1997:3).
Sekarang di seluruh nusantara terdapat ribuan lembaga pendidikan Islam
yang dikenal sebagai dayah dan rangkang di Aceh, surau di Sumatera Barat, dan
Pondok pesantren di Jawa (Azra, 2001:70). Pondok pesantren di Jawa itu
membentuk berbagai macam dan jenis. Perbedaan jenis-jenis pondok pesantren
di Jawa dapat dilihat dari segiilmu yang diajarkan, jumlah santri, pola
kepemimpinan atau perkembangan ilmu teknologi. Namun demikian, ada unsur-
unsur pondok pesantren yang harus dimiliki setiap pondok pesantren, yaitu kiai,
masjid, santri, pondok, dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning), adalah elemen
unik yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan
lainnya.
Asal terbentuknya sebuah pesantren secara pasti hingga kini masih sulit
untuk diungkapkan. Yang dapat dilakukan hanyalah menduga-duga dengan
melihat ciri-ciri dan pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan pada masyarakat
Jawa. Para akademisi lebih banyak menghubungkan kehadiran pesantren dengan
kelompok- kelompok organisasi terekat pada awal-awal sejarah Islam di
Nusantara. Para Kiai pimpinan terekat melazimkan kepada para pengikutnya
untuk melakukan suluk selama 40 hari dalam setiap tahunnya dalam ruangan-
ruangan khusus untuk penginapan dan tempat memasak yang bersebelahan
dengan masjid, di samping melakukan amalan-amalan terekat, ditempat ini
dilakukan pula pengajaran kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu-ilmu
keislaman: fikih, tauhid, dan tasawuf (Dhofier, 1994 : 34 ). Dari kegiatan sejenis
inilah, nampaknya yang dikemudian hari melahirkan sejumlah pesantren dengan
18
corak dominan pada kecenderungan penguasaan syariah dan terekat, sehingga
perkataan ”kiai” lebih lazim dari penyebutan ”ulama” untuk memberi julukan
pada para pengajarnya. Dengan demikian, pengakuan suatu lingkungan
masyarakat tertentu terhadap kelebihan di bidang ilmu agama dan kesalehan kiai
menjadi faktor pendukung tumbuhnya pesantren di masa lalu.
Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem
sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau
wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut,
setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kiai atau
pembantu kiai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid-
murid yang telah menguasai pembacaan Qur’an yang pada kenyataannya
merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran,
kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah
paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di
pesantren (Dhofier, 1994 28).
Tujuan proses modernisasi pondok pesantren adalah berusaha untuk
menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada dipesantren. Akhir-akhir ini,
pondok pesantren mempunyai kecenderungan- kecenderungan baru dalam rangka
renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan. Perubahan-perubahan
yang bisa dilihat dipesantren modern diantaranya mulai akrab dengan metodologi
ilmiah modern, lebih terbuka atas perkembangan diluar dirinya, diversifikasi
program dan kegiatan dipesantren makin terbuka dan luas, dan sudah dapat
berfungsi sebagi pusat pengembangan masyarakat
d. Sistim Pendidikan Pesantren
Sistem pendidikan menurut Mastuhu (1995:234) adalah totalitas interaksi
dari seperangkat unsur-unsur pendidikan yang bekerja sama secara terpadu, dan
saling melengkapi satu sama lain menuju tercapainya tujuan pendidikan yang
telah menjadi cita-cita bersama para pelakunya. Kerja sama antar pelaku ini
didasari, dijiwai, digerakkan, digairahkan, dan diarahkan oleh nilai- nilai luhur
yang dijunjung tinggi oleh mereka. Unsur-unsur suatu sistem pendidikan selain
19
terdiri atas para pelaku yang merupakan unsur organik, juga terdiri atas unsur-
unsur anorganik lainnya, berupa dana, sarana dan alat-alat pendidikan lainnya,
baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Hubungan antara nilai-nilai dan
unsur-unsur dalam suatu sistem pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan satu dari yang lain.
Unsur-unsur asasi pendidikan adalah: (1) pendidikan: Islam, sebab Islam
adalah satu-satunya agama yang benar dan sempurna serta dapat
menyelamatkan umat manusia dunia dan di akhirat. Karena sistem pendidikan
pondok pesantren merupakan bagian (sub sistem) saja dari pendidikan Islam,
maka asasnyapun adalah Islam; (2) tujuan: tujuan akhir (ultimate goal),
merupakan tujuan akhir dari tujuan setiap muslim yaitu mencapai ridho Allah,
dan tujuan umum(institusional) ialah sama dengan tujuan diciptakannya umat
manusia di dunia ini, yaitu mengabdi kepada Allah, dan tujuan khusus (kurikuler)
adalah sesuai dengan fungsi didirikannya lembaga pendidikan pondok pesantren
berfungsi untuk melahirkan calon ulama dan ahli agama; subjek didik adalah
para ulama dan ustadz. Para ustadz berfungsi sebagai pembantu para ulama,
harus memiliki sifat-sifat sebagaimana para ulama, agar di pondok pesantren itu
terwujud satu kepemimpinan yang utuh; objek didik pada pondok pesantren
adalah para santri, materi pendidikan pada pondok pesantren yang paling besar
dan dominan adalah ilmu-ilmu agama Islam; metode pendidikan pada pondok
pesantren: metode uswah hasanah, dialog (tanya jawab), weton,
sorogan/bandongan, muhawarah, mudzakarah; alat pendidikan, dan waktu.
Sistem pendidikan pesantren juga terdiri atas unsur-unsur dan nilai-nilai
yang merupakan satu kesatuan. Kualitas dari dinamika suatu sistim pendidikan
pesantren sangat tergantung pada kualitas para pengasuhnya dan bobot
interaksi antara unsur dan pelaku pesantren yang ada. an pada dasarnya setiap
lembaga pendidikan selalu menghendaki agar kualitas dan kuantitas berjalan
seiring dan seimbang, sehingga tidak mengalami permasalahan yang
krusialUntuk menghindari hal tersebut dibutuhkan kesiapan pesantren28
baik di
sisi internal maupun eksternal.
20
b. Elemen-elemen Pesantren
Hampir dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren berawal dari beberapa
elemen dasar yang selalu ada didalamnya. Ada lima elemen pesantrenantara satu
dengan lainnya tidak bias dipisahkan. Ketiga elemen tersebut meliputi kiayi,
santri, pondok, masjid, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik, atau yang sering
disebut dengan kitab kuning. (Haedari, dkk, 2004:54)
1) Kyai
Kyai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial
bagi suatu pesantren. Rata-rata pesantren yang berkembang di Jawa dan
Madura sosok kyai begitu sangat berpengaruh, kharismatik dan berwibawa,
sehingga amat disegani oleh masyarakat di lingkungan masyarakat. Istilah
kiayi ini biasanya lazim digunakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur saja.
Sementara di Jawa Barat digunakan istilah”Ajengan”, di Aceh dengan tengku,
sedangkan di Sumatera Utara dinamakan Buya.
2) Pondok
Pondok atau tempat tinggal para santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren
yang membedakannya dengan sistem pendidikan yang lainnya yang
berkembang di kebanyakan wilayah Islam Negara-negara lain.
3) Masjid
Seorang kyai yang ingin mengembangkan pesantren, pada umumnya yang
pertama-tama menjadi prioritas adalah masjid. Masjid dianggap sebagai
symbol yang tidak terpisahkan dari pesantren. Masjid tidak hanya sebagai
praktek ritual ibadah, tetapi juga tempat pengajaran kitab-kitab kuning.
4) Santri
Santri adalah siswa atau murid yang belajar dipesantren. Seorang ulama bias
disebut kyai kalau memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren
tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agamaIslammelalui kitab-kitab kuning.
Oleh karena itu, eksistensi biasanya juga berkaitan dengan adanya santri
dipesantrennya.
5) Mengajar Kitab Kuning
Berasarkan catatan sejarah, pesantren telah mengajarkan kitab- kitab klasik,
21
khususnyakaranagn-karangan madzhab Sayfiiyyah . pengajaran kitab-kitab
kuningberbahsa arab dan tanpa harakat atau sering disebut kitab Gundul
merupakan satu-satunyametode yang secara formal diajarkan dalam komunitas
pesantrendi Indonesia. Ada beberapa tipe pondok pesantren misalnya, pondok
peantren salaf, khalaf, modern, dan takhasus Al-Qur’an.
c. Pola-Pola Manajemen Pesantren
Pertama, Pesantren pola I yang dimaksud dalam tulisan ini adalah
pesantren yang masih terikat kuat dengan sistem pendidikan Islam sebelum
zaman pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Ciri-ciri dari Pesantren Pola
I adalah Pertama, pengkajian kitab-kitab klasik semata-mata. Kedua, memakai
metode sorogan, wetonan, dan hafalan di dalam berlangsungnya proses belajar
mengajar. Ketiga, tidak memakai sistem klasikal. Pengetahuan seseorang diukur
dari sejumlah kitab-kitab yang telah pernah di pelajarinya dan kepada ulama
mana dia berguru. Keempat, tujuan pendidikan adalah untuk meninggikan moral,
melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual, dan
kemanusiaan.
Kedua, Pesantren Pola II adalah merupakan pengembangan dari Pesantren
Pola I. Kalau Pola I inti pelajaran adalah pengkajian kitab-kitab klasik dengan
menggunakan metode sorogan, wetonan dan hafalan, sedangkan pada pesantren
Pola II ini lebih luas dari itu. Pada Pesantren Pola II inti pelajaran tetap
menggunakan kitab-kitab klasik yang diajarkan dalam bentuk klasikal dan
non klasikal. Di samping itu, diajarkan ekstrakulikuler seperti keterampilan dan
praktek keorganisasian. Pada bentuk sistem klasikal, tingkat pendidikan di bagi
kepada jenjang pendidikan dasar (ibtidaiyah) 6 tahun, jenjang pendidikan
menengah pertama (tsanawiyah), dan jenjang pendidikan atas (Aliyah) 3 tahun.
Di luar waktu pengajaran klasikal di Pesantren Pola II ini diprogramkan pola
sistem nonklasikal, yakni membaca kitab-kitab klasik dengan metode- metode
dan wetonan. Pimpinan pesantren telah mengatur jadwal pengkajian tersebut
lengkap dengan waktu, kitab yang akan dibaca dan ustadz yang akan
mengajarinya.
22
Ketiga, Pesantren Pola III adalah pesantren yang di dalamnya program
keilmuan diupayakan menyeimbangkan antara ilmu agama dan umum.
Ditanamkan sifat positif terhadap kedua jenis ilmu itu kepada santri. Selain dari
itu dapat digolongkan kepada ciri pesantren Pola III ini adalah penampakkan
berbagai aspek pendidikan, seperti kemasyarakatn, ketrampilan, kesenian
kejasmanian, kepramukaan, dan sebagainya dari Pesantren Pola III telah
melaksanakan program pengembangan masyarakat. Struktur kurikulum yang
dipakai pada Pesantren Pola III ini ada yang mendasarkannya kepada struktur
madrasah negeri dengan memodifikasi mata pelajaran agama, dan ada pula yang
memakai kurikulum yang di buat oleh pondok sendiri. Pengajaran ilmu-ilmu
agama pada Pesantren Pola III ini tidak mesti bersumber dari kitab- kitab
klasik.
Keempat, Pesantren Pola IV, adalah Pesantren yang mengutamakan
mengajarkan ilmu-ilmu ketrampilan disamping ilmu- ilmu agama sebagai mata
pelajaran pokok. Pesantren ini mendidik para santrinya untuk memahami dan
dapat melaksanakan berbagai ketrampilan guna dijadikan bekal hidupnya.
Dengan demikian kegiatan pendidikannya meliputi kegiatan kelas, praktik di
laboratorium, bengkel, kebun/ lapangan.
Kelima, Pesantren Pola V adalah Pesantren yang mengasuh beraneka ragam
lembaga pendidikan yang tergolong formal dan non formal. Pesantren ini juga
dapat dikatakan sebagai pesantren yang lebih lengkap pesantren yang telah
disebutkan diatas. Kelengkapan itu ditinjau dari segi keanekaragaman bentuk
pendidikan yang dikelola. Di Pesantren ini di temukan pendidikan Madrasah,
sekolah, perguruan tinggi, pengkajian kitab-kitab klasik, majlis taklim, dan
pendidikan ketrampilam.pengajian kitab-kitab klasik di pesantren ini dijadikan
sebagai materi yang wajib diikuti oleh seluruh santri yang mengikuti pelajaran di
madrasah, sekolah, dan perguruan tinggi. Sementara itu ada santri yang secara
khusus mengkuti pengajian kitab-kitab klasik sajad. Tujuan Pondok Pesantren
Mastuhu mendefinisikan bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah
menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi
23
masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat dengan menjadi kawula atau abdi
masyarakat seperti Rasul, yaitu menjadi pelayan masyarakat sebagaimana
kepribadian Nabi Muhammad SAW, mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh
dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan agama Islam dan
kejayaan Islam di tengah-tengah masyarakat (‘izzul Islam wal muslimin), dan
mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya
pengembangan kepribadian muhsin, bukan sekedar muslim.
Pendapat lain dari Muhaimin mengungkapkan tujuan terbentuknya
pesantren adalah secara umum, membimbing anak didik untuk menjadi manusia
yang berkepribadian Islam yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi
mubalig Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya. Secara
khusus, mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama
yangdiajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkan dalam
masyarakat.
Terakhir pendapat dari Zamakhsasyari Dhofier yang mengatakan bahwa
tujuan pendidikan pesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan,
uang dan keagungan duniawi, tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar
adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan.
Permasalahannya adalah para Kyai belum mentransfer rumusan tujuan
pesantren yang dipimpinnya secara tekstual yang baik dan mensosialisasikan
kepada seluruh elemen pondok pesantren. Walaupun sudah ada sebagian
pesantren yang merumuskan tujuan pesantrennya secara tekstual sehingga seluruh
elemen pesantren mengetahui tujuan dari pesantrennya, akan tetapi masih banyak
pesantren yang belum melakukannya sehingga tujuan dari pesantren hanya ada di
dalam benak pemimpin pesantren yakni kiai saja
2.1.2 Sertifikasi Dosen
2.1.2.1 Pengertian Sertifikasi Dosen
dosen sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan mempunyai peran
dan tanggung jawab yang berat untuk mensukseskan tujuan pendidikan nasional.
Dosen memegang peran yang utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya
24
yang diselenggarakan secara formal dilingkungan sekolah, dosen juga sangat
menentukan keberhasilan peserta didik terutama dalam kaitannya dengan proses
belajar mengajar (Mulyasa, 2007:5). Selain itu dosen merupakan komponen yang
paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang
berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pedidikan tidak akan memberikan sumbangan yang
signifikan tanpa didukung oleh dosen yang profesional dan berkualitas serta
memiliki kinerja yang bagus. sehingga, peningkatan kualitas pendidikan harus
dilakukan melalui upaya peningkatan kualitas dosen.
Dalam mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitif
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sisdiknas maka
diperlukan dosen yang profesional. Supria di dalam Mulyasa (2007) menyebutkan
bahwa untuk menjadi profesional, seorang dosen dituntut untuk memiliki
minimal lima hal sebagai berikut:
a. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya.
b. Menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara
mengajarnya kepada peserta didik.
c. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai
cara evaluasi.
d. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
pengalamannya.
e. Seyogyanya merupakan sebagaian dari masyarakat belajar dalam lingkungan
profesionalnya.
Pengertian sertifikasi dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 adalah
“proses pemberian sertifikat pendidik kepada dosen dan dosen”. Adapun
pendapat lain dari Jamal (2009 : 59) tentang pengertian sertifikasi jika dilihat
dari pelaksanaan sertifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
25
Sertifikasi adalah proses mendapatkan sertifikat profesional dengan cara
mengumpulkan portofolio yang jumlahnya ada 10 unsur. Kesepuluh unsur
tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan lainnya. Jika portofolio
tidak mampu memenuhi syarat, maka langkah selanjutnya adalah
mengikuti diklat (pendidikan dan pelatihan) secara intensif tentang tips
dan metodologi menjadi dosen profesional secara teori dan praktek.
Pengertian sertifikasi profesi dosen itu sendiri dikemukakan oleh
Kunandar (2008:79) adalah “proses pemberian sertifikat kepada dosen yang telah
memenuhi standar kualifikasi dan standar kinerja”.
Jadi, gabungan dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
sertifikasi dosen adalah suatu proses yang harus dilewati dosen untuk
mendapatkan sertifikat pendidik dengan cara memenuhi standar kualifikasi dan
standar kinerja sesuai dengan yang diamanatkan undang-undang baik itu melalui
portofolio maupun pendidikan dan pelatihan dosen.
2.1.2.2 Dasar Pemikiran dan Landasan Pelaksanaan Kegiatan Sertifikasi
Dasar pemikiran dan landasan pelaksanaan kegiatan sertifikasi bagi dosen
ini telah diatur sesuai dengan undang-undang, peraturan dan keputusan-
keputusan yang berhubungan dengan sertifikasi. Undang-undang, peraturan dan
keputusan- keputusan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang dosen dan dosen.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 tentang
sertifikasi dosen dalam jabatan melalui jalur pendidikan.
d. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 056/0/2007 tentang
pembentukan konsorsium sertifikasi dosen.
e. KeputusanMenteriPendidikanNasionalNomor057/0/2007tentang penetapan
perdosenan tinggi penyelenggara sertifikasi dosen dalam jabatan.
26
2.1.2.3. Tujuan Sertifikasi Dosen
Tujuan dari sertifikasi dosen ini dikemukakan oleh Jamal (2009 : 29)
adalah:
a. untuk meningkatkan mutu lulusan dan mutu pendidikan melalui peningkatan
kualitas dosen. Secara detail, sertifikasi dosen bertujuan sebagai berikut :
b. Menentukan kelayakan dosen dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran.
c. Meningkatkan profesionalisme dosen
d. Meningkatkan proses dan hasil pendidikan.
e. Mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi dosen ini
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia baik dalam
prosesnya maupun hasil pendidikannya dengan cara meningkatkan kualitas dosen
melalui peningkatan profesionalisme dosen (dengan memberikan standar
kualifikasi dan standar kinerja dosen sebagai pendidik) sehingga mampu
melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran dan mampu mewujudkan
tujuan dari pendidikan nasional.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Jamal dapat disimpulkan
bahwa sertifikasi dosen dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja dosen dan
meningkatkan kesejahteraan dosen (memberikan tunjangan profesi bagi dosen
yang lulus sertifikasi) dengan harapan dapat meningkatkan kinerja dan
profesionalitas dari dosen-dosen yang telah lulus sertifikasi.
Sertifikasi dosen ini merupakan cara untuk meningkatkan mutu dosen
dengan mengeluarkan lulusan yang memiliki kinerja sesuai dengan Undang-
undang(kinerjasebagaiagenpembelajaran)dan meningkatkan kesejahteraan dosen
dengan memberikan tunjangan bagi dosen yang lulus uji kinerja (sertifikasi).
2.1.2.4. Manfaat Sertifikasi Dosen
Manfaat dari sertifikasi ini menurut Jamal (2009 : 31) :
a. Melindungi profesi dosen dari praktek-praktek yang tidak kompeten dan
merusak citra profesi dosen.
27
b. Melindungi masyarakat dari praktek-praktek pendidikan yang tidak berkualitas
dan tidak profesional.
c. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dari
keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan
yang berlaku.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat dari
sertifikasi dosen, profesi dosen diakui sebagai tenaga ahli khususnya dalam
bidang pendidikan sehingga dalam prakteknya dosen melaksanakan tugasnya
secara kompeten, profesional dan tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
Selain itu sertifikasi juga bermanfaat untuk melindungi masyarakat dari praktek
pendidikan yang kurang baik (kurang berkualitas).
2.1.2.5. Institusi Penyelenggara Sertifikasi
Penyelenggaraan sertifikasi dosen melibatkan berbagai institusi dari
pemerintah. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
056/0/2007 institusi yang dilibatkan sebagai konsorsium sertifikasi dosen
meliputi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu
Pendidikan (BPSDMP dan PMP), Ditjen Dikmen, Ditjen Diknas dan Ditjen
PAUDNI. Adapun institusi lainnya yang juga terlibat dalam penyelenggaraan
sertifikasi meliputi LPTK (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
057/0/2007 tentang penetapan perdosenan tinggi penyelenggara sertifikasi dosen
dalam jabatan), LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan), Dinas Pendidikan
Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota.
2.1.2.6. Mekanisme Sertifikasi Dosen
Sertifikasi dosen sesuai Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 pasal 2
menjelaskan bahwa sertifikasi dosen dalam jabatan dilaksanakan melalui uji
kinerja. Uji kinerja yang dimaksud dalam Permendiknas tersebut adalah
dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.
Penilaian portofolio ini merupakan pengakuan atas pengalaman profesional
28
dosen dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang
mendeskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman
mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, prestasi akademik, karya
pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman
organisasi di bidang pendidikan dan sosial, dan penghargaan yang relevan
dengan bidang pendidikan.
Dosen yang lulus penilaian portofolio atau memiliki skor portofolio ≥ batas
minimal lulus (skor 850) dapat memperoleh sertifikat pendidik. Sedangkan dosen
yang tidak lulus penilaian portofolio dapat memilih :
a. Melakukan kegiatan–kegiatan untuk melengkapi dokumen portofolio agar
mencapai nilai lulus. Dengan ujian mencakup Kinerja pedagogik,
kepribadian, profesional dan sosial. Jika lulus akan mendapat sertifikat
pendidik.
b. Mengikuti pendidikan dan latihan profesi dosen (PLPG) yang diakhiri
dengan ujian sesuai persyaratan yang ditentukan oleh perdosenan tinggi
penyelenggara sertifikasi. Jika lulus mendapat sertifikat pendidik, jika tidak
diberi kesempatan untuk mengulang ujian materi pendidikan dan pelatihan
yang belum lulus.
Namun biasanya dosen-dosen yang tidak lulus portofolio lebih memilih
untuk mengikuti diklat yaitu pendidikan dan latihan profesi dosen (PLPG).
Dalam pendidikan dan latihan profesi dosen (PLPG) ini, dosen diberikan
materi untuk memperdalam, meningkatkan metodologi mengajar dan
mengembangkan kemampuan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dan mengajar dengan inspiratif, kreatif serta inovatif. Beberapa materi
yang diberikan dalam diklat ini dikemukakan oleh Jamal (2009 : 85) sebagai
berikut :
a. Pengembangan profesionalitas dosen
Dalam hal ini para dosen dimatangkan secara maksimal agar mampu
meningkatkan kinerjanya dan mengembangkan aspek profesionalitas. Dengan
demikian setelah keluar mengikuti diklat ini para dosen akan mampu
meningkatkan kualitasnya dan bersikap profesional.
29
b. Model-model pembelajaran
Beragam model pembelajaran yang baik dan berkualitas akan disajikan.
Dengan harapan para dosen yang mengikuti diklat mampu menyerap secara
maksimal.
c. Pemanfaatan media pembelajaran
Dibahas berbagai pemanfaatan media pembelajaran. Dijelaskan juga secara
tuntas bagaimana memilih media pembelajaranyang ideal, prosedur pemilihan
media, serta mengenal prinsip-prinsip media pembelajaran. Ini dilakukan agar
dosen mampu memilih media yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
dalam proses pembelajaran.
d. Teknik evaluasi pembelajaran
Materi evaluasi ini untuk pembelajaran secara keseluruhan baik evaluasi bagi
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen maupun evaluasi
bagi hasil pembelajaran.
e. Penelitian tindakan kelas dan karya ilmiah
Dalam materi ini para dosen yang mengikuti diklat dimatangkan tentang
bagaimana cara melakukan penelitian pengembangan pembelajaran terhadap
materi pelajaran yang diampunya di kelas. Terkait dengan penelitian tindakan
kelas dalam diklat ini juga dibahas diantaranya karakteristik penelitian
tindakan kelas serta model-model penelitian tindakan kelas. Dibahas juga
bagaimana pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang ideal mulai dari cara
mengidentifikasipermasalahanpenelitian,cara-caramenganalisis permasalahan
dan cara efektif untuk menyusun hipotesis. Selain itu para dosen juga akan
dididik agar mampu mengeluarkan karya ilmiah yang layak.
Sertifikasi dosen merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan,
yaitu untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang dosen, sehingga
ke depannya semua dosen diharapkan harus memiliki sertifikat sebagai lisensi
atau ijin mengajar. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Dosen dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk dosen dan dosen. Sedangkan yang dimaksud
dengan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
30
kepada dosen dan dosen sebagai tenaga profesional. Melalui sertifikasi ini
diharapkan dosen menjadi pendidik yang profesional, yaitu pendidikkan minimal
S-1(stratasatu)/D-4(diplomaempat)dan berkompetensi sebagaiagen pembelajaran
yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikasi pendidik setelah dinyatakan lulus
uji kompetensi. Peningkatan mutu dosen lewat program sertifikasi dosen ini
sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.
Rasionalnya adalah apabila kompetensi dosen bagus yang diikuti dengan
kesejahteraan yang bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya
juga bagus maka KBM-nya juga bagus. KBM yang bagus diharapkan dapat
membuahkan pendidikan yang bermutu (Muslich, 2007: 8).
2.1.5 Kinerja
Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.
Kinerja pegawai adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan
tujuan pegawai. Manajemen kinerja secara sistematis dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja pegawai atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing
individu dan kelompok kerja. Kinerja individu, kinerja kelompok dan kinerja
pegawai dipengaruhi oleh banyak faktor baik intern dan ekstern organisasi. Dalam
organisasi, dimenasi sturktur organisasi berkenaan dengan siapa yang harus
mengimplentasikan atau mengerjakan apa yang telah diputuskan. Aspek pertama
yang harus di ataur adalah pembagian unit kerja termasuk tugas, fungsi dan
tanggung jawab dalam bekerja, baik secara vertikal maupun horisontal. Aspek
kedua adalah pihak yang mengerjakan pekerjaan tersebut mampu memiliki
kompetensi yang memadai dalam mengerjakan. Aspek ketiga adalah kesimbangan
antara otoritas dan kemampuan (Yeremias, 2008:125)
Menurut manajemen sumber daya manusia kinerja merupakan hasil yang
telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan seseorang dalam melaksanakan
kerja atau tugas. Kinerja adalah hasil dari seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu di dalam melaksanakan tugas, seperti standar hasil kerja, target
atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2004: 14). Jadi kinerja pegawai merupakan
31
hasil keterkaitan antara usaha, kemampuan dan persepsi tugas. Usaha merupakan
hasil motivasi yang menunjukkan jumlah energi (fisik atau mental) yang
digunakan oleh individu dalam menjalankan suatu tugas.
Kemampuan merupakan karakteristik individu yang digunakan dalam
menjalankan suatu pekerjaan. Kemampuan biasanya tidak dapat dipengaruhi
secara langsung dalam jangka pendek. Persepsi tugas merupakan petunjuk dimana
individu percaya bahwa mereka dapat mewujudkan usaha-usaha mereka dalam
pekerjaan. Pendapat lain kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja
dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan,
(Robbins, 2001:32).
Agar kinerja berjalan secara optimal, seseorang harus mempunyai keinginan
yang tinggi untuk mengerjakan pekerjaannya serta mengetahui pekerjaannya.
Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh 3 (tiga) hal yaitu:
a. kemampuan,
b. keinginan,
c. lingkungan.
Kinerja seorang pegawai pada dasarnya adalah hasil kerja seorang pegawai
selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya
standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama (Soeprihanto, 2001:23).
Menurut Ivancevich (1994:32), hasil dari kinerja memiliki nilai bagi
organisasi dan individu, yaitu :
a. Hasil tujuan (kuantitas dan kualitas output, absensi, keterlambatan, dan
pergantian pegawai).
b. Hasil perilaku pribadi (hadir secara teratur atau absen, kesehatan, stress kerja,
kecelakaan).
c. Hasil instrinsik dan ekstrinsik.
d. Hasil etos kerja.
Gomez (2009:142) mengemukakan beberapa tipe kriteria performansi kerja
atau yang disebut kinerja pegawai, yaitu:
32
a. Quantity of work, yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode
waktu yang ditentukan.
b. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesepiannya.
c. Job knowledge, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
keterampilannya.
d. Creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan
untuk mnyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
e. Cooperative, yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama
anggota organisasi).
f. Dependability, yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan
penyelesaian kerja.
g. Inisiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggung jawabnya.
h. Personal qualities, yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-
tamahan dan integrasi pribadi.
Martoyo (2000:92) menyatakan kinerja merupakan penampilan kerja
seseorang itu sendiri dan taraf potensi seseorang dalam upayanya
mengembangkan diri untuk kepentingan pegawai dan organisasi. Kinerja
organisasi merupakan cerminan dari kinerja sumber daya manusianya. Oleh
karena itu sumber daya manusia pada organisasi butuh perhatian khusus dari
pimpinan organisasi untuk menjaga kinerjanya agar tetap dalam performa yang
tinggi sehingga kinerja bisa lebih baik, agar kinerja pegawai dalam organisasi bisa
terpantau maka perlu dilakukan penilain kinerja.
Menurut Dongoran (2006:23), kinerja merupakan tindakan-tindakan atau
pelaksanaan-pelaksanaan tugas yang dapat diukur dengan alat yang dapat
dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran kinerja secara umum,
meliputi jumlah kerja, mutu kerja, pengetahuan tentang pekerjaan, pendapat atau
pernyataan yang disampaikan dan perencanaan kerja. Mathis (2005:24)
mengungkapkan bahwa komponen kinerja meliputi kemampuan individual,
perluasan usaha, dan dukungan organisasional. Kemampuan indivual mencakup
33
bakat, minat, faktor kepribadian. Usaha meliputi motivasi, etika kerja, kehadiran,
dan rancangan tugas. Serta dukungan organisasional terdiri atas pelatihan dan
pengembangan, peralatan dan teknologi, standar kinerja, manajemen dan rekan
kerja.
Rivai and Basri (2004:16) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu pegawai sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian
tujuan pegawai secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan
dengan moral dan etika. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, menunjukkan
bahwa kinerja merupakan hasil yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Kinerja diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam studi yang
tergabung dalam ukuran kinerja secara umum. Menurut Purnomo dan Waridin
(2006:12), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut:
a. Faktor individual
Faktor individual ini terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang,
demografi dan motivasi kerja serta disiplin kerja.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis ini terdiri dari: Persepsi, attitude, personality, dan
pembelajaran.
c. Faktor organisasi
Faktor organisasi ini terdiri dari: sistem atau bentuk organisasi sumber daya,
kepemimpinan, lingkungan kerja, budaya kerja, budaya organisasi,
penghargaan, struktur, diklat dan job design.
Klasifikasi kinerja yang disampaikan di atas membawa suatu implikasi
bahwa konsep tentang kinerja seharusnya diartikan secara luas baik dalam tataran
organisasi, dalam proses dan dalam tingkatan individual, di mana semuanya sama-
sama penting. Ketiga tingkatan kinerja ini saling terkait dan sama-sama
menentukan pencapaian tujuan. Oleh karena itu, perlu dipikirkan juga dan munkin
perlu dibudayakan atau bahkan diwajibkan penilaian kinerja dalam tataran
organisasi dan proses, dan tidak semata kinerja individu sebagaimana yang
dilakukan selama ini.
34
Penilaian suatu kinerja selalu didasarkan pada kriteria atau indikator yang
diilhami oleh suatu paradigma yang dianut. Apabila paradigma yang dianut adalah
lebih didasarkan pada manajemen klasik, maka kriteria karakter pegawai, sikap
dan tingkah lakunya akan menjadi penting.Akan tetapi kalau paradigma yang
dianut lebih mengarah pada manajemen sumberdaya manusia, maka hasil dan
partisipasi, inisiatif dan perkembangan pegawai akan menjadi pusat perhatian.
Bila paradigma yang dianut adalah paradigma Good Governance maka kedua-
duanya akan menjadi sama pentingnya karena di samping harus bekerja
profesional dan harus akuntabel terhadap apa yang telah dijanjikan kepada publik,
aspek transparansi, responsivitas, dan sebagainya, juga harus diperhatikan.
Secara umum, parameter atau kriteria yang digunakan dalam menilai kinerja
meliputi (1) kualitas, (2) kuantitas, (3) ketepatan waktu, (4) penghematan biaya,
(5) kemandirian atau otonomi dalam bekerja (tanpa selalu disupervisi), (6)
kerjasama (Bemardin dan Russel, 1993). Parameter yang digunakan di sini
nampaknya sangat umum dan kurang mengakomodasi spesifikasi dari jenis
pekerjaan tertentu.
Menurut Schuler dan Dowling (Kramar, Mcgraw, dan Schuler, 1997: 371),
kinerja dapat diukur dari (1) kuantitas kerja, (2) kualitas kerja, (3) kerjasama, (4)
pengetahuan tentang kerja, (5) kemandirian kerja, (6) kehadiran dan ketepatan
waktu, (7) pengetahuan tentang kebijakan dan tujuan organisasi, (8) inisiatif dan
penyampaian ide-ide yang sehat, (9) kemampuan supervisi dan teknis. Parameter
yang digunakan di sini tergolong kriteria umum, artinya semua pegawai akan
diukur dengan kriteria yang sama, kecuali kemampuan melakukan supervisi.
Akan tetapi, perlu juga diperhatikan variasi dan tuntutan jenis pekerjaan
atau jabatan yang mungkin akan memiliki relevansi yang tinggi pada suatu kriteria
tetapi relevansi yang rendah pada kriteria yang lain. Karena itu, perlu dibedakan
atas kriteria umum dan kriteria khusus. Kriteria umum cenderung dialami oleh
semua pegawai atau pekerja sehingga relevan untuk diukur, sedangkan kriteria
khusus cenderung berlaku untuk pegawai atau pekerja tertentu saja yang
bervariasi menurutjenis pekerjaan masing-masing pekerja atau pegawai.
35
Menurut Ivancevich (1994:47), evaluasi kinerja pegawai dalam dua
kategori: Pertama pada pegawai teknik, yang mencakup kompetensi teknis,
kesanggupan mencukupi kebutuhan sendiri, hubungan dengan orang lain,
kompetensi komunikasi, inisiatif, kompetensi administrasi, keseluruhan hasil
kinerja pegawai teknik. Kedua evaluasi terhadap manajerial, yang mencakup
kreatifitas, kontribusi yang diberikan, usaha kelompok kerja, keseluruhan hasil
kerja. Menurut Purnomo dan Waridin (2006:34), mengukur kinerja dengan
indikator seperti kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, kompensasi, kehadiran,
konservasi. Kinerja pegawai dapat memberikan informasi bagi pihak manajemen
untuk menentukan kebijakan sumberdaya manusia tentang apa yang terbaik untuk
diberikan kepada para pegawai dalam organisasi.
Penilaian kinerja untuk mengevaluasi seberapa baik pegawai melakukan
pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar dan kemudian
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada pegawai. Penilaian terhadap
kinerja berkaitan dengan penghargaan. Pegawai yang kinerjanya baik hendaknya
diberikan penghargaan sehingga kinerjanya tersebut dapat dipertahankan di
kemudian hari.
Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan pegawai dalam
mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang. Apabila hal itu dikerjakan dengan
benar, maka akan menguntungkan pegawai dengan jaminan bahwa upaya para
individu mampu mengkontribusi pada fokus strategik dari pegawai.
Menurut Mangkunegara (2006:10), penilaian kinerja adalah penilaian yang
dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan pegawai dan
organisasi. Kebutuhan pelatihan kerja ditentukan secara tepat dengan memberikan
tanggung jawab yang sesuai kepada pegawai sehingga dapat melaksanakan
pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk
menentukan kebijakan dalam promosi jabatan atau penentuan imbalan.
Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari sumber daya
manusia organisasi.
36
Secara spesifik, tujuan penilaian kinerja sebagaimana dikemukakan
Sunyoto dalam Mangkunegara (2006:10) adalah:
a. Meningkatkan saling pengertian antar pegawai tentang persyaratan kinerja
b. Mencatat dan mengakui hasil kinerja seseorang sehingga mereka terkepuasan
kerja untuk berbuat yag lebih baik.
c. Memberikan peluang pada pegawai untuk mendiskusikan keinginan dan
aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap
pekerjaan yang diembannya sekarang.
d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan sehingga
pegawai terpuaskan kerja untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan, khusus rencana diktat, dan kemudian menyetujui jika
tidak ada hal-hal yang berubah.
Penilaian kinerja pegawai memiliki manfaat ditinjau dari beragam
prespektif pengembangan pegawai, khususnya manajemen sumber daya manusia,
yaitu sebagai berikut (Mangkuprawira, 2003:224):
a. Perbaikan kinerja
Umpan balik kinerja bermanfaat bagi pegawai, manajer, spesialis personal
dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.
b. Penyesuaian kompensasi
Penilaian kinerja membantu pengambilan keputusan menentukan siapa yang
seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk upah dan bonus
didasarkan pada sistem merit.
c. Keputusan penempatan
Promosi, transfer dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada kinerja
masa lalu dan antisipatif misalnya dalam bentuk penghargaan.
d. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan
Kinerja buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan pelatihan
kembali. Setiap pegawai hendaknya selalu mampu mengembangkan diri.
e. Perencanaan dan pengembangan karir
37
Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang karir
spesifik karir pegawainya.
f. Defisiensi proses penempatan staf.
Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan dalam
prosedur penempatan staf di departemen sumber daya manusia.
g. Ketidakakuratan informasi
Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi pekerjaan
rencana sumber daya manusia, atau hal lain dari sistem manajemen personal.
Hal demikian akan mengarah pada ketidaktepatan dalam pengambilan
keputusan menyewa pegawai, pelatihan dan keputusan konseling.
h. Kesalahan rancangan pekerjaan
Kinerja buruk mungkin sebagai sebuah gejala dari rancangan pekerjaan yang
keliru. Lewat penilaian dapat didiagnosis kesalahan-kesalahan tersebut.
i. Kesempatan kerja yang sama
Penilaian kerja yang akurat secara aktual menghitung kaitannya dengan
kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah
sesuatu yang bersifat diskriminasi.
j. Tantangan-tantangan eksternal
Kadang-kadang kinerja dipengaruhi faktor-faktor lingkungan pekerjaan,
seperti keluarga, finansial, kesehatan atau masalah-masalah lainnya. Jika
masalah-masalah tidak diatasi melalui penilaian, departemen sumber daya
manusia mungkin mampu menyediakan bantuannya.
k. Umpan balik pada dumber daya manusia
Kinerja yang dan buruk diseluruh organisasi mengindikasikan bagaimana
baiknya fungsi sumber daya manusia diterapkan.
2.1.6 Kinerja Dosen
Menurut Prawirosentoso dalam Sinambela (2006:137), kinerja adalah hasil
kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
38
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah tingkat
keberhasilan seseorang atau lembaga dalam melaksanakan pekerjaannya.
Berdasarkan definisi tersebut ada empat hal yang bisa dilihat, pertama, hasil kerja
secara individual atau secara institusi yang berarti kinerja tersebut adalah hasil
ahir yang diperoleh secara sendiri-sendiri atau berkelompok; kedua, dalam
melaksanakan tugas, orang atau lembaga diberikan wewenang dan tanggung
jawab. di sini orang atau lembaga diberikan hak atau kekuasaan untuk bertindak
sehingga pekerjaannya dapat dilakukan dengan baik, namun orang tersebut harus
tetap dalam kendali dimana orang atau lembaga tersebut harus memberikan
laporan pertanggung-jawabannya kepada yang memberikan hak dan wewenang
tersebut; ketiga, pekerjaan harus dilakukan dengan legal, artinya orang atau
lembaga dalam bekerja harus mengikuti peraturan yang telah ditetapkan; keempat,
pekerjaan tidak bertentangan dengan moral dan etika.
Faktor penentu kinerja dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Faktor internal yaitu faktor individu yang ada dalam organisasi meliputi
motivasi, keterampilan, dan kemauan, etos kerja dan gaya kepemimpinan.
b. Faktor ekternal yaitu faktor lingkungan kerja yang dipergunakan sebagai
sarana kerja organisasi, meliputi software yakni pelaksaaan manajemen
berupa peraturan-peraturan kerja dan hardware berupa fasilitas kerja.
Menurut Simamora (2001:624) menyatakan bahwa penilaian kinerja
(performance appraisal) adalah proses dengannya organisasi mengevaluasi
pelaksanaan kerja individu. Hadari (2002:52) menyatakan bahwa kinerja
(performance) adalah proses dengannya organisasi mengevaluasi pelaksanaan
kerja individu. Hadari (2002:52) menyatakan bahwa penilaian kinerja atau
prestasi kerja adalah hasil kerja atau hasil pelaksanaan perkerjaan yang dinilai
oleh manajernya tentang evaluasi antara tugas-tugas yang diberikan sesuai
deskripsi perkerjaan masing-masing dengan pelaksanaannya oleh para pegawai
tersebut. Weley dan Yukl (Sumartana, 1991 : 129 ) menyatakan bahwa kinerja
adalah cara segenap elemen disuatu intansi dalam pelaksanaan tugas dan
39
fungsinya masing-masing sesuai dengan aturan yang ada. Kinerja merupakan
faktor mendasar yang dimiliki oleh seorang dosen agar dapat memiliki
keterampilan, kemampuan serta pengetahuan.
Kinerja merupakan perilaku sifat puas atau tidak puas. Buford dan Benedian
(Nurtjahyo, 2000:23) mengemukakan bahwa kepuasan kerja itu menyangkut sifat
orang tentang pekerjaannya, dan titik beratnya terletak pada sikap terhadap
pekerjaannya. Secara psikologis kinerja atau perfomansi merupakan perilaku kerja
seseorang sehingga menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan dari kerjanya.
Lebih lanjut dikatakan Buford dan Benedian yang dikutip oleh Nurtjahyo bahwa
“elastisitas kerja dapat dicapai jika : (a). Mampu mengerjakan tugasnya, (b). Ada
keinginan melaksanakan tugas, dan (c). Mengerti apa yang menjadi tugasnya.
Kinerja dosen merupakan aktifitas atau perilaku yang ditonjolkan oleh
dosen dalam melaksanakan tugasnya adalah ada beberapa tahapan yaitu :
a. Tahap persiapan : Kegiatan dosen dalam persiapan antara lain merumuskan
tujuan, merencanakan kegiatan program kegiatan belajar, melaksanakan
program.
b. Tahap penyajian adalah bagaimana membuka pelajaran, untuk menciptakan
suasana yang menarik dan menarik perhatian mahasiswa agar terpusat pada
bahan yang disiapkan, dan diharapkan penyajiannnya secara sistematis dan
lugas sehingga mudah dipahami.
c. Tahap penutup pelajaran : Dalam hal ini diisi dengan penilaian hasil untuk
pengatahuan kemajuan belajar mahasiswa.
Kinerja dosen adalah berada pada tingkat prestasi kerja yang berbeda-beda.
Tingkat intensitas kinerja dosen terhadap tugas baik sebagai tugas profesi maupun
tugas-tugas kemanusiaan ditunjukan dengan kepedulian terhadap mahasiswa
kecil, waktu dan energi yang disediakan sedikit, hanya peduli terhadap satu
macam pekerjaan, kepedulian terhadap mahasiswa dan dosen-dosen lain tinggi,
bersedia menyediakan waktu dan energi extra dan kepeduliannya terutama
diberikan kepada mahasiswa, juga dapat dilihat dari pesiapan awalnya, penyaji
materinya dan bagaimana memberi penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan
oleh peserta didik.
40
Di Indonesia, parameter yang digunakan untuk menilai kinerja pegawai
negeri sipil adalah DP3 yang memuat 7 nilai umum dan 1 nilai khusus. Nilai-nilai
umum ini berlaku untuk semua pegawai yaitu kesetiaan, prestasi kerja, tanggung
jawab, ketaatan, kejujuran, dan kerjasama, sementara parameter khusus hanya ada
1 saja yaitu kepemimpinan, yang berlaku bagi para pemegang jabatan yang ada.
2.4 Kerangka Konseptual Penelitian
Kinerja dosen menyangkut kemampuan dosen dalam mengolah dan
mengelola baik kegiatan maupun materi pembelajaran menjadi suatu hal yang
dapat mengembangkan mahasiswa. Sedangkan dua kinerja lainnya menyangkut
kemampuan dosen dalam mengelola sikap atau perilaku dan berinteraksi secara
aktif dengan mahasiswa atau sesama pendidik atau tenaga kependidikan.
Upaya pemerintah untuk memotivasi dosen untuk meningkatkan kinerjanya
agar menjadi dosen yang profesional dengan mengeluarkan kebijakan sertifikasi
dosen. Kebijakan ini dikeluarkan sesuai dengan amanat dalam Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 pasal 6 (2008 : 6) bahwa “dosen wajib memiliki
kualifikasi akademik, kinerja, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Dan
sesuai dengan ditetapkannya dosen sebagai profesi pada tanggal 2 Desember
2004 sehingga dosen merupakan tenaga ahli atau tenaga profesional dalam
bidang pendidikan dan di dalam melakukan profesinya dibutuhkan keahlian
khusus atau dibutuhkan kinerja-kinerja yang sesuai untuk menunjang tugas-
tugasnya.
Sertifikasiitusendirimerupakansuatuprosesuntukmemberikan penghargaan
kepada dosen dengan menyerahkan sertifikat sebagai bukti fisik dosen tersebut
memenuhi kinerja, sebagai tenaga ahli dan proses mensejahterakan dosen dengan
memberikan tunjangan profesi dengan tujuan dosen tersebut dapat profesional
dalam bidangnya. Sertifikasi dianggap pemerintah sebagai solusi perbaikan
kualitas dosen di Indonesia dengan memperbaiki kinerja dosen melalui kebijakan
tersebut. Dengan pertimbangan dampak setelah dosen memiliki sertifikat
tersebut.
41
Dengan dosen memiliki sertifikat tersebut maka dimata masyarakat dosen
tersebut sudah dianggap ahli dan dapat dipercaya oleh teman sesama
pendidiknya atau tenaga kependidikan sebagai orang yang mampu mengemban
tanggung jawab yang besar dalam hal pendidikan sehingga memacu dosen
tersebut untuk terus memperbaiki kinerjanya dan bertindak sesuai dengan
kode etik yang ada sesuai dengan profesi dan sertifikat yang dimilikinya.
Sedangkan jika dilihat dari dampak tunjangan profesi yang dimilikinya
setelah memiliki sertifikat, dosen secara keuangan sudah mendapat kesejahteraan
yang sesuai dengan beban berat yang ditanggungnya dalam proses dan
pelaksanaan pendidikan. Dan dosen juga secara keuangan dapat terus
memperbarui pengetahuannya dengan penghasilan yang dimilikinya antara lain
dengan mengikuti seminar yang mungkin diadakan bukan dari program
pemerintah dengan menggunakan tunjangan yang dimilikinya. Oleh karena itu,
manfaat dari sertifikasi sangat baik dalam hal kemanusiaan dengan
memperhatikan kebutuhan yang diperlukan oleh dosen dan membangkitkan
keinginan bagi dosen-dosen untuk mendapat penghargaan yang sesuai dengan
memacu dosen untuk memperbaiki kinerjanya.

Contenu connexe

Tendances

Dasar dasar manajemen (elaborasi) jadi
Dasar dasar manajemen (elaborasi) jadiDasar dasar manajemen (elaborasi) jadi
Dasar dasar manajemen (elaborasi) jadiDani Rusdani
 
Proses Manejemen Sekolah
Proses Manejemen SekolahProses Manejemen Sekolah
Proses Manejemen Sekolahabtadi
 
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
30 Definisi Manajemen Menurut Para AhliChristian Lokas
 
Ppt adpen septy
Ppt adpen septyPpt adpen septy
Ppt adpen septy240108
 
1. administrasi, manajemen, dan pengendalian
1. administrasi, manajemen, dan pengendalian 1. administrasi, manajemen, dan pengendalian
1. administrasi, manajemen, dan pengendalian Agus Riyanto
 
Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Wawasan dasar pengelolaan pendidikan
Wawasan dasar pengelolaan pendidikan Wawasan dasar pengelolaan pendidikan
Wawasan dasar pengelolaan pendidikan Devifitrin
 
Makalah Fungsi Manajemen Pendidikan
Makalah Fungsi Manajemen PendidikanMakalah Fungsi Manajemen Pendidikan
Makalah Fungsi Manajemen PendidikanDavid Rosidi
 
Perencanaan administrasi pendidikan
Perencanaan administrasi pendidikanPerencanaan administrasi pendidikan
Perencanaan administrasi pendidikanEko Nur Wibowo
 
Administrasi pendidikan ppt
Administrasi pendidikan pptAdministrasi pendidikan ppt
Administrasi pendidikan pptElmi Hakiki
 
9 modulpengelolaanpendidikan
9 modulpengelolaanpendidikan9 modulpengelolaanpendidikan
9 modulpengelolaanpendidikankaimudin .
 
Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...
Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...
Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...Riha Nugroho
 
Makalah administrasi pendidikan ii
Makalah administrasi pendidikan iiMakalah administrasi pendidikan ii
Makalah administrasi pendidikan iiJe Riyanz
 

Tendances (18)

MANAJEMEN UMUM
MANAJEMEN UMUM MANAJEMEN UMUM
MANAJEMEN UMUM
 
Dasar dasar manajemen (elaborasi) jadi
Dasar dasar manajemen (elaborasi) jadiDasar dasar manajemen (elaborasi) jadi
Dasar dasar manajemen (elaborasi) jadi
 
Proses Manejemen Sekolah
Proses Manejemen SekolahProses Manejemen Sekolah
Proses Manejemen Sekolah
 
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
 
Ppt adpen septy
Ppt adpen septyPpt adpen septy
Ppt adpen septy
 
Fungsi manajemen
Fungsi manajemenFungsi manajemen
Fungsi manajemen
 
1. administrasi, manajemen, dan pengendalian
1. administrasi, manajemen, dan pengendalian 1. administrasi, manajemen, dan pengendalian
1. administrasi, manajemen, dan pengendalian
 
Makalah pls
Makalah plsMakalah pls
Makalah pls
 
Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah manajemen pendidikan sekolah SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Pemahaman manajemen kelas
Pemahaman manajemen kelasPemahaman manajemen kelas
Pemahaman manajemen kelas
 
Wawasan dasar pengelolaan pendidikan
Wawasan dasar pengelolaan pendidikan Wawasan dasar pengelolaan pendidikan
Wawasan dasar pengelolaan pendidikan
 
Makalah Fungsi Manajemen Pendidikan
Makalah Fungsi Manajemen PendidikanMakalah Fungsi Manajemen Pendidikan
Makalah Fungsi Manajemen Pendidikan
 
soal
soalsoal
soal
 
Perencanaan administrasi pendidikan
Perencanaan administrasi pendidikanPerencanaan administrasi pendidikan
Perencanaan administrasi pendidikan
 
Administrasi pendidikan ppt
Administrasi pendidikan pptAdministrasi pendidikan ppt
Administrasi pendidikan ppt
 
9 modulpengelolaanpendidikan
9 modulpengelolaanpendidikan9 modulpengelolaanpendidikan
9 modulpengelolaanpendidikan
 
Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...
Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...
Hakekat Manajemen Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip Dan Ruang Ling...
 
Makalah administrasi pendidikan ii
Makalah administrasi pendidikan iiMakalah administrasi pendidikan ii
Makalah administrasi pendidikan ii
 

En vedette

Pat5
Pat5Pat5
Pat5yyyim
 
01 introduction
01 introduction01 introduction
01 introductionTRK2012
 
07.0%20 pat5tc75
07.0%20 pat5tc7507.0%20 pat5tc75
07.0%20 pat5tc75yyyim
 
5f1dc380d99a13b24d1ce693df6f81cf
5f1dc380d99a13b24d1ce693df6f81cf5f1dc380d99a13b24d1ce693df6f81cf
5f1dc380d99a13b24d1ce693df6f81cfyyyim
 
คณิต 50
คณิต 50คณิต 50
คณิต 50yyyim
 
Search Engine Optimization
Search Engine OptimizationSearch Engine Optimization
Search Engine OptimizationMonika Doshi
 
Twitter topic trends
Twitter topic trendsTwitter topic trends
Twitter topic trendsMonika Doshi
 
Pat5
Pat5Pat5
Pat5yyyim
 
Digital celebrities
Digital celebritiesDigital celebrities
Digital celebritiesMonika Doshi
 
Mystique- Flavor of being a star
Mystique- Flavor of being a starMystique- Flavor of being a star
Mystique- Flavor of being a starMonika Doshi
 
คำยืมภาษาต่างประเทศ
คำยืมภาษาต่างประเทศคำยืมภาษาต่างประเทศ
คำยืมภาษาต่างประเทศyyyim
 
ไทย 50
ไทย 50ไทย 50
ไทย 50yyyim
 
สังคม
สังคมสังคม
สังคมyyyim
 
Dexter's campaign for launch in mumbai
Dexter's campaign for launch in mumbaiDexter's campaign for launch in mumbai
Dexter's campaign for launch in mumbaiMonika Doshi
 
สุข 50
สุข 50สุข 50
สุข 50yyyim
 
2012 foliorashnaarchitect
2012 foliorashnaarchitect2012 foliorashnaarchitect
2012 foliorashnaarchitectrashnakapadi
 

En vedette (20)

Pat5
Pat5Pat5
Pat5
 
2
22
2
 
01 introduction
01 introduction01 introduction
01 introduction
 
Risk management
Risk managementRisk management
Risk management
 
07.0%20 pat5tc75
07.0%20 pat5tc7507.0%20 pat5tc75
07.0%20 pat5tc75
 
5f1dc380d99a13b24d1ce693df6f81cf
5f1dc380d99a13b24d1ce693df6f81cf5f1dc380d99a13b24d1ce693df6f81cf
5f1dc380d99a13b24d1ce693df6f81cf
 
คณิต 50
คณิต 50คณิต 50
คณิต 50
 
2
22
2
 
6
66
6
 
Search Engine Optimization
Search Engine OptimizationSearch Engine Optimization
Search Engine Optimization
 
Twitter topic trends
Twitter topic trendsTwitter topic trends
Twitter topic trends
 
Pat5
Pat5Pat5
Pat5
 
Digital celebrities
Digital celebritiesDigital celebrities
Digital celebrities
 
Mystique- Flavor of being a star
Mystique- Flavor of being a starMystique- Flavor of being a star
Mystique- Flavor of being a star
 
คำยืมภาษาต่างประเทศ
คำยืมภาษาต่างประเทศคำยืมภาษาต่างประเทศ
คำยืมภาษาต่างประเทศ
 
ไทย 50
ไทย 50ไทย 50
ไทย 50
 
สังคม
สังคมสังคม
สังคม
 
Dexter's campaign for launch in mumbai
Dexter's campaign for launch in mumbaiDexter's campaign for launch in mumbai
Dexter's campaign for launch in mumbai
 
สุข 50
สุข 50สุข 50
สุข 50
 
2012 foliorashnaarchitect
2012 foliorashnaarchitect2012 foliorashnaarchitect
2012 foliorashnaarchitect
 

Similaire à Bab2revisi

Fungsi dan Proses Manajemen Sekolah Dasar
Fungsi dan Proses Manajemen Sekolah DasarFungsi dan Proses Manajemen Sekolah Dasar
Fungsi dan Proses Manajemen Sekolah DasarAn Rachma
 
Makalah manajemen pendidikan sekolah
Makalah manajemen pendidikan sekolahMakalah manajemen pendidikan sekolah
Makalah manajemen pendidikan sekolahSeptian Muna Barakati
 
Pengertian dan Fungsi Manajemen
Pengertian dan Fungsi ManajemenPengertian dan Fungsi Manajemen
Pengertian dan Fungsi ManajemenFerry Rinaldi
 
Yulia Fatmawati_Dasar manajemen_sosiologi_Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M,sos
Yulia Fatmawati_Dasar manajemen_sosiologi_Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M,sosYulia Fatmawati_Dasar manajemen_sosiologi_Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M,sos
Yulia Fatmawati_Dasar manajemen_sosiologi_Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M,sosYuliaFatmawati2
 
Pengertian manajemen
Pengertian manajemenPengertian manajemen
Pengertian manajemenIrawan_d
 
Uts dasar dasar manajemen klara anitia (l1-c021047)
Uts dasar dasar manajemen  klara anitia (l1-c021047)Uts dasar dasar manajemen  klara anitia (l1-c021047)
Uts dasar dasar manajemen klara anitia (l1-c021047)klaraanitia
 
Makalah manajemen-sekolah-kurikulum
Makalah manajemen-sekolah-kurikulumMakalah manajemen-sekolah-kurikulum
Makalah manajemen-sekolah-kurikulumPendekar Al-Hikmah
 
Pengembangan Ilmu Manajemen Pendidikan
Pengembangan Ilmu Manajemen PendidikanPengembangan Ilmu Manajemen Pendidikan
Pengembangan Ilmu Manajemen PendidikanDjadja Sardjana
 
Irfa pengertian, fungsi dan unsur manajemen
Irfa   pengertian, fungsi dan unsur manajemenIrfa   pengertian, fungsi dan unsur manajemen
Irfa pengertian, fungsi dan unsur manajemenintan007
 
Irfa - pengertian, fungsi dan unsur manajemen
Irfa - pengertian, fungsi dan unsur manajemenIrfa - pengertian, fungsi dan unsur manajemen
Irfa - pengertian, fungsi dan unsur manajemenirfanurohmah
 
Strategi dalam kepemimpinan
Strategi dalam kepemimpinanStrategi dalam kepemimpinan
Strategi dalam kepemimpinanVictor Madritsta
 
Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...
Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...
Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...Queen Rinjani
 

Similaire à Bab2revisi (20)

Fungsi dan Proses Manajemen Sekolah Dasar
Fungsi dan Proses Manajemen Sekolah DasarFungsi dan Proses Manajemen Sekolah Dasar
Fungsi dan Proses Manajemen Sekolah Dasar
 
Makalah manajemen pendidikan sekolah
Makalah manajemen pendidikan sekolahMakalah manajemen pendidikan sekolah
Makalah manajemen pendidikan sekolah
 
Pengertian dan Fungsi Manajemen
Pengertian dan Fungsi ManajemenPengertian dan Fungsi Manajemen
Pengertian dan Fungsi Manajemen
 
Yulia Fatmawati_Dasar manajemen_sosiologi_Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M,sos
Yulia Fatmawati_Dasar manajemen_sosiologi_Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M,sosYulia Fatmawati_Dasar manajemen_sosiologi_Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M,sos
Yulia Fatmawati_Dasar manajemen_sosiologi_Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M,sos
 
Inisiasi 1
Inisiasi 1Inisiasi 1
Inisiasi 1
 
110946812 manajemen-sekolah
110946812 manajemen-sekolah110946812 manajemen-sekolah
110946812 manajemen-sekolah
 
Pengertian manajemen
Pengertian manajemenPengertian manajemen
Pengertian manajemen
 
Kelompok 8..
Kelompok 8..Kelompok 8..
Kelompok 8..
 
Uts dasar dasar manajemen klara anitia (l1-c021047)
Uts dasar dasar manajemen  klara anitia (l1-c021047)Uts dasar dasar manajemen  klara anitia (l1-c021047)
Uts dasar dasar manajemen klara anitia (l1-c021047)
 
Makalah manajemen-sekolah-kurikulum
Makalah manajemen-sekolah-kurikulumMakalah manajemen-sekolah-kurikulum
Makalah manajemen-sekolah-kurikulum
 
pelaksanaan administrasi pendidikan
pelaksanaan administrasi pendidikan pelaksanaan administrasi pendidikan
pelaksanaan administrasi pendidikan
 
Pengembangan Ilmu Manajemen Pendidikan
Pengembangan Ilmu Manajemen PendidikanPengembangan Ilmu Manajemen Pendidikan
Pengembangan Ilmu Manajemen Pendidikan
 
Irfa pengertian, fungsi dan unsur manajemen
Irfa   pengertian, fungsi dan unsur manajemenIrfa   pengertian, fungsi dan unsur manajemen
Irfa pengertian, fungsi dan unsur manajemen
 
Irfa - pengertian, fungsi dan unsur manajemen
Irfa - pengertian, fungsi dan unsur manajemenIrfa - pengertian, fungsi dan unsur manajemen
Irfa - pengertian, fungsi dan unsur manajemen
 
Makalah pls
Makalah plsMakalah pls
Makalah pls
 
Makalah pls
Makalah plsMakalah pls
Makalah pls
 
Strategi dalam kepemimpinan
Strategi dalam kepemimpinanStrategi dalam kepemimpinan
Strategi dalam kepemimpinan
 
Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...
Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...
Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...
 
Rangkuman m. operasional
Rangkuman m. operasionalRangkuman m. operasional
Rangkuman m. operasional
 
bab.pdf
bab.pdfbab.pdf
bab.pdf
 

Plus de Edwarn Abazel

Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinanFaktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinanEdwarn Abazel
 
Paradigma manajemen pendidikan islam
Paradigma manajemen pendidikan islamParadigma manajemen pendidikan islam
Paradigma manajemen pendidikan islamEdwarn Abazel
 
Dasar dasar manajemen
Dasar dasar manajemenDasar dasar manajemen
Dasar dasar manajemenEdwarn Abazel
 
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Pengertian Manajemen Mutu TerpaduPengertian Manajemen Mutu Terpadu
Pengertian Manajemen Mutu TerpaduEdwarn Abazel
 
filosofi mutu kinerja dan arti mmt
 filosofi mutu kinerja dan arti mmt filosofi mutu kinerja dan arti mmt
filosofi mutu kinerja dan arti mmtEdwarn Abazel
 
Pengembangan lembaga pendidikan islam
Pengembangan lembaga pendidikan islamPengembangan lembaga pendidikan islam
Pengembangan lembaga pendidikan islamEdwarn Abazel
 
Manajemen pendidikan madrasah ppt
Manajemen pendidikan madrasah pptManajemen pendidikan madrasah ppt
Manajemen pendidikan madrasah pptEdwarn Abazel
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamEdwarn Abazel
 
Managemen lembaga penddikan (new)
Managemen lembaga penddikan (new)Managemen lembaga penddikan (new)
Managemen lembaga penddikan (new)Edwarn Abazel
 
Manajemen pendidikan islam gm
Manajemen pendidikan islam gmManajemen pendidikan islam gm
Manajemen pendidikan islam gmEdwarn Abazel
 

Plus de Edwarn Abazel (20)

Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinanFaktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
 
Paradigma manajemen pendidikan islam
Paradigma manajemen pendidikan islamParadigma manajemen pendidikan islam
Paradigma manajemen pendidikan islam
 
Dasar dasar manajemen
Dasar dasar manajemenDasar dasar manajemen
Dasar dasar manajemen
 
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Pengertian Manajemen Mutu TerpaduPengertian Manajemen Mutu Terpadu
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
 
filosofi mutu kinerja dan arti mmt
 filosofi mutu kinerja dan arti mmt filosofi mutu kinerja dan arti mmt
filosofi mutu kinerja dan arti mmt
 
Perilaku pemimpin
Perilaku pemimpinPerilaku pemimpin
Perilaku pemimpin
 
Pengembangan lembaga pendidikan islam
Pengembangan lembaga pendidikan islamPengembangan lembaga pendidikan islam
Pengembangan lembaga pendidikan islam
 
Geostrategi ppt
Geostrategi pptGeostrategi ppt
Geostrategi ppt
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Geopolitik ppt
Geopolitik pptGeopolitik ppt
Geopolitik ppt
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Filsafat manusia
Filsafat manusiaFilsafat manusia
Filsafat manusia
 
Manajemen pendidikan madrasah ppt
Manajemen pendidikan madrasah pptManajemen pendidikan madrasah ppt
Manajemen pendidikan madrasah ppt
 
analisis swot
analisis swotanalisis swot
analisis swot
 
Bab3revisi
Bab3revisiBab3revisi
Bab3revisi
 
Bab 1revisi
Bab 1revisiBab 1revisi
Bab 1revisi
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islam
 
Managemen lembaga penddikan (new)
Managemen lembaga penddikan (new)Managemen lembaga penddikan (new)
Managemen lembaga penddikan (new)
 
Manajemen pendidikan islam gm
Manajemen pendidikan islam gmManajemen pendidikan islam gm
Manajemen pendidikan islam gm
 

Dernier

MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 

Dernier (20)

MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 

Bab2revisi

  • 1. 11 BAB 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian adalah mencari teori, konsep dan generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teori untuk pelaksanaan penelitian. Menurut Suryabrata (dalam Sugiyono, 2006 : 55) menyatakan bahwa : “Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teori ini merupakan ciri bahwa penelitian ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Berdasarkan definisi di atas, dikemukakan oleh Sugiyono (2006 : 55) bahwa 1) Teori itu berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis, 2) Berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan, 3) Sebagai stimultan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan. Konsep digunakan untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti. Konsep ini dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan suatu istilah untuk beberapa kejadian yang saling berkaitan. Untuk lebih jelasnya Singarimbun dan Effendi (1989:34) mengemukakan bahwa: “Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dan sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu”. Jadi peranan konsep dalam penelitian sangat penting karena menghubungkan dunia observasi dengan dunia teori atau antara abstraksi dengan realita. Untuk itu konsep perlu didefinisikan secara tepat sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran. 2.1.2 Manajemen Pesantren a. Pengertian Manajemen Secara etimologi, manajemen (bahasa Inggris) berasal dari kata to manage, dalam Webster’s New cooleglate Dictionary, kata manage dijelaskan berasal dari bahasa Itali “Managlo” dari kata “Managlare” yang selanjutnya kata
  • 2. 12 ini berasal dari bahasa Latin Manus yang berarti tangan (Hand). Kata manage dalam kamus tersebut diberi arti : membimbing dan mengawasi, memperlakukan dengan seksama, mengurus perniagaan atau urusan-urusan, mencapai urusan tertentu (Sukarna, 1993) Sedangkan secara terminologi, ada beberapa definisi mengenai manajemen, diantaranya yang dikemukakan oleh George R. Terry, manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan organisasi atau maksud yang nyata. (George R, Terry, 2000) Manajemen dalam pendidikan mutlak diperlukan, karena merupakan variabel terpenting untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan. Manajemen yang baik akan membuat sebuah perbedaan mutu sekolah dan mutu peserta didiknya. Kemudian aspek utama manajemen sebagaimana diungkapkan ‘Everard dan morris adalah meyusun arah, tujuan dan sasaran’. Orientasi cita-cita yang jelas merupakan pusat bagi pendekatan-pendekatan teoritis dalam manajemen pendidikan. b. Fungsi-fungsi manajemen Setelah mendefinisikan manajemen yang pada dasarnya mempunyai empat kerangka: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Kegiatan tersebut dinamakan sebagai proses manajemen. Kata proses ditambahkan untuk mengartikan kegiatan yang dilakukan dengan cara sistematis dan kegiatan tersebut dilakukan oleh manajer/pimpinan pada semua tingkat Keempat kerangka tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini. tanda panah tebal menunjukkan urutan kegiatan secara teoritis, dimulai dari perencanaan, kemudian diakhiri oleh pengendalian, yang kemudian berputar lagi kembali ke perencanaan. Tanda panah terputus-putus menunjukkan urutan yang lebih realistis, yang terjadi di praktek manajemen (Mamduh M, Hanafi, 1997) Dalam beberapa literature, terdapat perbedaan selain dalam hal langka- langkah tersebut terdapat pula perbedaan dalam menamakannya sebagai proses manajemen. Akan tetapi hal ini diperjelas oleh Nanang Fattah (2004) yang
  • 3. 13 mengatakan bahwa dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Kepemimpinan (Leading), dan Pengawasan (Controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. The Liang Gie (1993:61) menamakan langkah-langkah tersebut sebagai fungsi-fungsi manajemen yang meliputi: perencanaan (planning), pembuatan keputusan (Decision making), pembimbing (directing), pengkoordinasian (coordinating), pengontrolan (controlling) dan penyempurnaan (improving). Menurut Geroge R. Terry dalam bukunya Principles of Manajement mengatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakkan (actuating), mengawasi (controlling).(Siagian, 2000:45) Terlepas dari banyaknya pendapat mengenai pembagian fungsi manajemen seperti di atas, pada penelitian ini penulis menggunakan empat fungsi yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengendalian/pengawasan. 1) Perencanaan (planning) Dalam sebuah organisasi atau lembaga apapun bentuk dan namanya, sebelum melangkah untuk mencapai tujuan, maka terlebih dahulu adanya perencanaan. Perencanan dalam sebuah lembaga adalah sangat esensial, karena dalam kenyataannya. perencanaan memegang peranan penting dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lainnya.Perencanaan berarti kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari perencanaan yang berarti menentukan atau memilih alternatif pencapaian tujuan dari beberapa alternatif yang ada. Pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut. (Habafi, 2004:51). Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber manusia, material, uang, dan waktu. Dalam perencanaan, kita mengenal beberapa tahap, yaitu: (1) identifikasi masalah, (2) perumusan masalah, (3) penetapan
  • 4. 14 tujuan, (4) identifikasi alternatif, (5) pemilihan alternatif, dan (6) kolaborasi alternatif (Suryosubroto, 2004). Perencanaan pendidikan dapat dibedakan dalam beberapa kategori menurut: (1) jangkauan waktunya, (2) besarannya, (3) pendekatan, serta (4) pelakunya. Menurut jangkauan waktunya, perencanaan dalam lembaga pendidikan dapat dibagi menjadi: perencanaan jangka pendek yakni perencanaan tahunan atau perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu kurang dari 5 tahun sering disebut sebagai rencana operasional. Perencanaan jangka menengah yaitu perencanaan yang dibuat untuk jangka waktu pelaksanaan 5 – 10 tahun. Perencanaan ini penjabaran dari rencana jangka panjang, tetapi sudah lebih bersifat operasional. Dan terakhir perencanaan jangka panjang yaitu perencanaan yang dibuat untuk jangka waktu 10 – 25 tahun. Pembagian waktu ini bersifat kira-kira, dan tiap ahli dapat saja memberikan batas yang berlainan. Jadi pemenggalan waktu ini hanya merupakan ancar-ancar. Menurut pelakunya perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan individual, yang dilakukan guru secara sendiri-sendiri, perencanaan kelompok, dan perencanaan lembaga yaitu perencanaan yang berlaku dan dibuat oleh pesantren (Suryosubroto, 2004:15). 2) Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas- tugas kepada orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas- tugas ini dibagi untuk dikerjakan masing-masing anggota organisasi (Suryosubroto, 2004:20) Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah sekolah, pesantren, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintah. Kedua merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif (Suryosubroto, 2004:17). Jadi pengorganisasian di pesantren dapat
  • 5. 15 didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang (ustadz dan personil pesantren lainnya) serta mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang dalam rangka mencapai tujuan pesantren secara efektif dan efisien. 3) Fungsi pengkoordinasian Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar tugas- tugas yang telah dibagi itu tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakan saja, tetapi menurut aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan. Pengkoordinasian menurut The Liang Gie (1983:216) merupakan rangkaian aktivitas menghubungkan, menyatu padukan dan menyelaraskan orang- orang dan pekerjaannya sehingga semuanya berlangsung secara tertib dan seirama menuju kearah tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan, percekcokan, kekembaran kerja atau kekosongan kerja. Berdasarkan pengertian ini dapat ditegaskan bahwa pengkoordinasian dalam satuan pendidikan adalah “mempersatukan rangkaian aktivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran orang- orang dan pekerjaannya sehingga semuanya berlangsung secara tertib kearah tercapainya maksud yang telah ditetapkan”. Koordinasi harus dapat meningkatkan kerjasama antar pejabat dan anggota organisasi semaksimal mungkin pada tataran kantor didepartemen pendidikan, pada tataran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kemudian koordinasi pada tingkat satuan pendidikan. Koordinasi pada tiap tataran ini adalah meningkatkan kerja sama antara Menteri, Direktur Jenderal, Gubernur, Bupati/Walikota dalam memberikan pelayanan pada satuan pendidikan, serta kepala sekolah, guru, konselor, supervisor, dan petugas sekolah lainnya dalam kegiatan sekolah dan pelajaran sebagai kegiatan inti satuan pendidikan. 4) Pengendalian/Pengawasan (Controlling) Pengendalian (Pengawasan) atau controlling adalah bagian terakhir dari fungsi manajemen. Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian itu sendiri. Kasus-kasus yang
  • 6. 16 banyak terjadi dalam organisasi adalah akibat masih lemahnya pengendalian sehingga terjadilah berbagai penyimpangan antara yang direncanakan dengan yang dilaksanakan. Pengendalian ialah proses pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tidakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut. Beda pengendalian dengan pengawasan adalah pada wewenang daripengembang kedua istilah tersebut. Pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak dimiliki pengawas. Pengawas hanya sebatas memberi saran, sedangkan tindak lanjutnya dilakukan oleh pengendali. Jadi, pengendalian lebih luas dari pada pengawasan. Dalam penerapannya dipemerintahan, kedua istilah itu sering tumpang-tindih (overlapping). Pengawasan sebagai tugas disebut supervisi pendidikan yang dilakukan oleh pengawas sekolah ke sekolah-sekolah yang menjadi tugasnya. Kepala sekolah juga berperan sebagai supervisor di sekolah yang dipimpinnya. Di lingkungan pemerintahan, lebih banyak dipakai istilah pengawasan dan pengendalian (wasdal) (Usman, 2004:51). Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan, walaupun hal ini jarang terjadi. Pengawasan diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai. c. Pengertian Pondok Pesantren Terminologi pesantren mengindikasikan bahwa secara cultural pesantren lahir dari budaya Indonesia, dengan melihat bahwa pesantren yang berasal dari bahasa Jawa, dari kata “Cantrik” yang berarti seorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi menetap. Kemudian terminologi pesantren lebih popular dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa Arab “funduk” yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana (Hasbullah, 2002) Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tertua ditanah air. Ia diperkirakan sudah ada sejak negeri ini belum merdeka. Secara etimologis, kata pondok berarti tempat yang dipakai untuk makan dan istirahat. Istilah pondok dalam konteks dunia pesantren berasal dari pengertian asrama-asrama bagi para
  • 7. 17 santri. Sedangkan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri (Dhofier 1985:18). Dengan demikian, pondok pesantren adalah asrama tempat tinggal para santri. Agaknya, pemakaian kata pesantren untuk menamai lembaga tradisional pengajaran agama Islam ini terkait erat dengan proses diduga kuat dikembangkan berasal dari petani (Azra, 1995:259). Namun, dalam pandangan Nurcholish Madjid, pesantren tidak hanya dianggap sebagai identik dengan makna keislaman, akan tetapi juga dianggap memiliki makna keaslian Indonesia (indigenous) (Madjid, 1997:3). Sekarang di seluruh nusantara terdapat ribuan lembaga pendidikan Islam yang dikenal sebagai dayah dan rangkang di Aceh, surau di Sumatera Barat, dan Pondok pesantren di Jawa (Azra, 2001:70). Pondok pesantren di Jawa itu membentuk berbagai macam dan jenis. Perbedaan jenis-jenis pondok pesantren di Jawa dapat dilihat dari segiilmu yang diajarkan, jumlah santri, pola kepemimpinan atau perkembangan ilmu teknologi. Namun demikian, ada unsur- unsur pondok pesantren yang harus dimiliki setiap pondok pesantren, yaitu kiai, masjid, santri, pondok, dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning), adalah elemen unik yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya. Asal terbentuknya sebuah pesantren secara pasti hingga kini masih sulit untuk diungkapkan. Yang dapat dilakukan hanyalah menduga-duga dengan melihat ciri-ciri dan pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan pada masyarakat Jawa. Para akademisi lebih banyak menghubungkan kehadiran pesantren dengan kelompok- kelompok organisasi terekat pada awal-awal sejarah Islam di Nusantara. Para Kiai pimpinan terekat melazimkan kepada para pengikutnya untuk melakukan suluk selama 40 hari dalam setiap tahunnya dalam ruangan- ruangan khusus untuk penginapan dan tempat memasak yang bersebelahan dengan masjid, di samping melakukan amalan-amalan terekat, ditempat ini dilakukan pula pengajaran kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu-ilmu keislaman: fikih, tauhid, dan tasawuf (Dhofier, 1994 : 34 ). Dari kegiatan sejenis inilah, nampaknya yang dikemudian hari melahirkan sejumlah pesantren dengan
  • 8. 18 corak dominan pada kecenderungan penguasaan syariah dan terekat, sehingga perkataan ”kiai” lebih lazim dari penyebutan ”ulama” untuk memberi julukan pada para pengajarnya. Dengan demikian, pengakuan suatu lingkungan masyarakat tertentu terhadap kelebihan di bidang ilmu agama dan kesalehan kiai menjadi faktor pendukung tumbuhnya pesantren di masa lalu. Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut, setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kiai atau pembantu kiai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid- murid yang telah menguasai pembacaan Qur’an yang pada kenyataannya merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren (Dhofier, 1994 28). Tujuan proses modernisasi pondok pesantren adalah berusaha untuk menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada dipesantren. Akhir-akhir ini, pondok pesantren mempunyai kecenderungan- kecenderungan baru dalam rangka renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan. Perubahan-perubahan yang bisa dilihat dipesantren modern diantaranya mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern, lebih terbuka atas perkembangan diluar dirinya, diversifikasi program dan kegiatan dipesantren makin terbuka dan luas, dan sudah dapat berfungsi sebagi pusat pengembangan masyarakat d. Sistim Pendidikan Pesantren Sistem pendidikan menurut Mastuhu (1995:234) adalah totalitas interaksi dari seperangkat unsur-unsur pendidikan yang bekerja sama secara terpadu, dan saling melengkapi satu sama lain menuju tercapainya tujuan pendidikan yang telah menjadi cita-cita bersama para pelakunya. Kerja sama antar pelaku ini didasari, dijiwai, digerakkan, digairahkan, dan diarahkan oleh nilai- nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh mereka. Unsur-unsur suatu sistem pendidikan selain
  • 9. 19 terdiri atas para pelaku yang merupakan unsur organik, juga terdiri atas unsur- unsur anorganik lainnya, berupa dana, sarana dan alat-alat pendidikan lainnya, baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Hubungan antara nilai-nilai dan unsur-unsur dalam suatu sistem pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Unsur-unsur asasi pendidikan adalah: (1) pendidikan: Islam, sebab Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan sempurna serta dapat menyelamatkan umat manusia dunia dan di akhirat. Karena sistem pendidikan pondok pesantren merupakan bagian (sub sistem) saja dari pendidikan Islam, maka asasnyapun adalah Islam; (2) tujuan: tujuan akhir (ultimate goal), merupakan tujuan akhir dari tujuan setiap muslim yaitu mencapai ridho Allah, dan tujuan umum(institusional) ialah sama dengan tujuan diciptakannya umat manusia di dunia ini, yaitu mengabdi kepada Allah, dan tujuan khusus (kurikuler) adalah sesuai dengan fungsi didirikannya lembaga pendidikan pondok pesantren berfungsi untuk melahirkan calon ulama dan ahli agama; subjek didik adalah para ulama dan ustadz. Para ustadz berfungsi sebagai pembantu para ulama, harus memiliki sifat-sifat sebagaimana para ulama, agar di pondok pesantren itu terwujud satu kepemimpinan yang utuh; objek didik pada pondok pesantren adalah para santri, materi pendidikan pada pondok pesantren yang paling besar dan dominan adalah ilmu-ilmu agama Islam; metode pendidikan pada pondok pesantren: metode uswah hasanah, dialog (tanya jawab), weton, sorogan/bandongan, muhawarah, mudzakarah; alat pendidikan, dan waktu. Sistem pendidikan pesantren juga terdiri atas unsur-unsur dan nilai-nilai yang merupakan satu kesatuan. Kualitas dari dinamika suatu sistim pendidikan pesantren sangat tergantung pada kualitas para pengasuhnya dan bobot interaksi antara unsur dan pelaku pesantren yang ada. an pada dasarnya setiap lembaga pendidikan selalu menghendaki agar kualitas dan kuantitas berjalan seiring dan seimbang, sehingga tidak mengalami permasalahan yang krusialUntuk menghindari hal tersebut dibutuhkan kesiapan pesantren28 baik di sisi internal maupun eksternal.
  • 10. 20 b. Elemen-elemen Pesantren Hampir dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren berawal dari beberapa elemen dasar yang selalu ada didalamnya. Ada lima elemen pesantrenantara satu dengan lainnya tidak bias dipisahkan. Ketiga elemen tersebut meliputi kiayi, santri, pondok, masjid, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik, atau yang sering disebut dengan kitab kuning. (Haedari, dkk, 2004:54) 1) Kyai Kyai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi suatu pesantren. Rata-rata pesantren yang berkembang di Jawa dan Madura sosok kyai begitu sangat berpengaruh, kharismatik dan berwibawa, sehingga amat disegani oleh masyarakat di lingkungan masyarakat. Istilah kiayi ini biasanya lazim digunakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur saja. Sementara di Jawa Barat digunakan istilah”Ajengan”, di Aceh dengan tengku, sedangkan di Sumatera Utara dinamakan Buya. 2) Pondok Pondok atau tempat tinggal para santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan yang lainnya yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam Negara-negara lain. 3) Masjid Seorang kyai yang ingin mengembangkan pesantren, pada umumnya yang pertama-tama menjadi prioritas adalah masjid. Masjid dianggap sebagai symbol yang tidak terpisahkan dari pesantren. Masjid tidak hanya sebagai praktek ritual ibadah, tetapi juga tempat pengajaran kitab-kitab kuning. 4) Santri Santri adalah siswa atau murid yang belajar dipesantren. Seorang ulama bias disebut kyai kalau memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agamaIslammelalui kitab-kitab kuning. Oleh karena itu, eksistensi biasanya juga berkaitan dengan adanya santri dipesantrennya. 5) Mengajar Kitab Kuning Berasarkan catatan sejarah, pesantren telah mengajarkan kitab- kitab klasik,
  • 11. 21 khususnyakaranagn-karangan madzhab Sayfiiyyah . pengajaran kitab-kitab kuningberbahsa arab dan tanpa harakat atau sering disebut kitab Gundul merupakan satu-satunyametode yang secara formal diajarkan dalam komunitas pesantrendi Indonesia. Ada beberapa tipe pondok pesantren misalnya, pondok peantren salaf, khalaf, modern, dan takhasus Al-Qur’an. c. Pola-Pola Manajemen Pesantren Pertama, Pesantren pola I yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pesantren yang masih terikat kuat dengan sistem pendidikan Islam sebelum zaman pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Ciri-ciri dari Pesantren Pola I adalah Pertama, pengkajian kitab-kitab klasik semata-mata. Kedua, memakai metode sorogan, wetonan, dan hafalan di dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Ketiga, tidak memakai sistem klasikal. Pengetahuan seseorang diukur dari sejumlah kitab-kitab yang telah pernah di pelajarinya dan kepada ulama mana dia berguru. Keempat, tujuan pendidikan adalah untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual, dan kemanusiaan. Kedua, Pesantren Pola II adalah merupakan pengembangan dari Pesantren Pola I. Kalau Pola I inti pelajaran adalah pengkajian kitab-kitab klasik dengan menggunakan metode sorogan, wetonan dan hafalan, sedangkan pada pesantren Pola II ini lebih luas dari itu. Pada Pesantren Pola II inti pelajaran tetap menggunakan kitab-kitab klasik yang diajarkan dalam bentuk klasikal dan non klasikal. Di samping itu, diajarkan ekstrakulikuler seperti keterampilan dan praktek keorganisasian. Pada bentuk sistem klasikal, tingkat pendidikan di bagi kepada jenjang pendidikan dasar (ibtidaiyah) 6 tahun, jenjang pendidikan menengah pertama (tsanawiyah), dan jenjang pendidikan atas (Aliyah) 3 tahun. Di luar waktu pengajaran klasikal di Pesantren Pola II ini diprogramkan pola sistem nonklasikal, yakni membaca kitab-kitab klasik dengan metode- metode dan wetonan. Pimpinan pesantren telah mengatur jadwal pengkajian tersebut lengkap dengan waktu, kitab yang akan dibaca dan ustadz yang akan mengajarinya.
  • 12. 22 Ketiga, Pesantren Pola III adalah pesantren yang di dalamnya program keilmuan diupayakan menyeimbangkan antara ilmu agama dan umum. Ditanamkan sifat positif terhadap kedua jenis ilmu itu kepada santri. Selain dari itu dapat digolongkan kepada ciri pesantren Pola III ini adalah penampakkan berbagai aspek pendidikan, seperti kemasyarakatn, ketrampilan, kesenian kejasmanian, kepramukaan, dan sebagainya dari Pesantren Pola III telah melaksanakan program pengembangan masyarakat. Struktur kurikulum yang dipakai pada Pesantren Pola III ini ada yang mendasarkannya kepada struktur madrasah negeri dengan memodifikasi mata pelajaran agama, dan ada pula yang memakai kurikulum yang di buat oleh pondok sendiri. Pengajaran ilmu-ilmu agama pada Pesantren Pola III ini tidak mesti bersumber dari kitab- kitab klasik. Keempat, Pesantren Pola IV, adalah Pesantren yang mengutamakan mengajarkan ilmu-ilmu ketrampilan disamping ilmu- ilmu agama sebagai mata pelajaran pokok. Pesantren ini mendidik para santrinya untuk memahami dan dapat melaksanakan berbagai ketrampilan guna dijadikan bekal hidupnya. Dengan demikian kegiatan pendidikannya meliputi kegiatan kelas, praktik di laboratorium, bengkel, kebun/ lapangan. Kelima, Pesantren Pola V adalah Pesantren yang mengasuh beraneka ragam lembaga pendidikan yang tergolong formal dan non formal. Pesantren ini juga dapat dikatakan sebagai pesantren yang lebih lengkap pesantren yang telah disebutkan diatas. Kelengkapan itu ditinjau dari segi keanekaragaman bentuk pendidikan yang dikelola. Di Pesantren ini di temukan pendidikan Madrasah, sekolah, perguruan tinggi, pengkajian kitab-kitab klasik, majlis taklim, dan pendidikan ketrampilam.pengajian kitab-kitab klasik di pesantren ini dijadikan sebagai materi yang wajib diikuti oleh seluruh santri yang mengikuti pelajaran di madrasah, sekolah, dan perguruan tinggi. Sementara itu ada santri yang secara khusus mengkuti pengajian kitab-kitab klasik sajad. Tujuan Pondok Pesantren Mastuhu mendefinisikan bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi
  • 13. 23 masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat dengan menjadi kawula atau abdi masyarakat seperti Rasul, yaitu menjadi pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad SAW, mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan agama Islam dan kejayaan Islam di tengah-tengah masyarakat (‘izzul Islam wal muslimin), dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya pengembangan kepribadian muhsin, bukan sekedar muslim. Pendapat lain dari Muhaimin mengungkapkan tujuan terbentuknya pesantren adalah secara umum, membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi mubalig Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya. Secara khusus, mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yangdiajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkan dalam masyarakat. Terakhir pendapat dari Zamakhsasyari Dhofier yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan pesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan duniawi, tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan. Permasalahannya adalah para Kyai belum mentransfer rumusan tujuan pesantren yang dipimpinnya secara tekstual yang baik dan mensosialisasikan kepada seluruh elemen pondok pesantren. Walaupun sudah ada sebagian pesantren yang merumuskan tujuan pesantrennya secara tekstual sehingga seluruh elemen pesantren mengetahui tujuan dari pesantrennya, akan tetapi masih banyak pesantren yang belum melakukannya sehingga tujuan dari pesantren hanya ada di dalam benak pemimpin pesantren yakni kiai saja 2.1.2 Sertifikasi Dosen 2.1.2.1 Pengertian Sertifikasi Dosen dosen sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan mempunyai peran dan tanggung jawab yang berat untuk mensukseskan tujuan pendidikan nasional. Dosen memegang peran yang utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya
  • 14. 24 yang diselenggarakan secara formal dilingkungan sekolah, dosen juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar (Mulyasa, 2007:5). Selain itu dosen merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pedidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh dosen yang profesional dan berkualitas serta memiliki kinerja yang bagus. sehingga, peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan melalui upaya peningkatan kualitas dosen. Dalam mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitif sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sisdiknas maka diperlukan dosen yang profesional. Supria di dalam Mulyasa (2007) menyebutkan bahwa untuk menjadi profesional, seorang dosen dituntut untuk memiliki minimal lima hal sebagai berikut: a. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya. b. Menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarnya kepada peserta didik. c. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi. d. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya. e. Seyogyanya merupakan sebagaian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesionalnya. Pengertian sertifikasi dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 adalah “proses pemberian sertifikat pendidik kepada dosen dan dosen”. Adapun pendapat lain dari Jamal (2009 : 59) tentang pengertian sertifikasi jika dilihat dari pelaksanaan sertifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
  • 15. 25 Sertifikasi adalah proses mendapatkan sertifikat profesional dengan cara mengumpulkan portofolio yang jumlahnya ada 10 unsur. Kesepuluh unsur tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan lainnya. Jika portofolio tidak mampu memenuhi syarat, maka langkah selanjutnya adalah mengikuti diklat (pendidikan dan pelatihan) secara intensif tentang tips dan metodologi menjadi dosen profesional secara teori dan praktek. Pengertian sertifikasi profesi dosen itu sendiri dikemukakan oleh Kunandar (2008:79) adalah “proses pemberian sertifikat kepada dosen yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar kinerja”. Jadi, gabungan dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sertifikasi dosen adalah suatu proses yang harus dilewati dosen untuk mendapatkan sertifikat pendidik dengan cara memenuhi standar kualifikasi dan standar kinerja sesuai dengan yang diamanatkan undang-undang baik itu melalui portofolio maupun pendidikan dan pelatihan dosen. 2.1.2.2 Dasar Pemikiran dan Landasan Pelaksanaan Kegiatan Sertifikasi Dasar pemikiran dan landasan pelaksanaan kegiatan sertifikasi bagi dosen ini telah diatur sesuai dengan undang-undang, peraturan dan keputusan- keputusan yang berhubungan dengan sertifikasi. Undang-undang, peraturan dan keputusan- keputusan tersebut adalah sebagai berikut : a. Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang dosen dan dosen. b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi dosen dalam jabatan melalui jalur pendidikan. d. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 056/0/2007 tentang pembentukan konsorsium sertifikasi dosen. e. KeputusanMenteriPendidikanNasionalNomor057/0/2007tentang penetapan perdosenan tinggi penyelenggara sertifikasi dosen dalam jabatan.
  • 16. 26 2.1.2.3. Tujuan Sertifikasi Dosen Tujuan dari sertifikasi dosen ini dikemukakan oleh Jamal (2009 : 29) adalah: a. untuk meningkatkan mutu lulusan dan mutu pendidikan melalui peningkatan kualitas dosen. Secara detail, sertifikasi dosen bertujuan sebagai berikut : b. Menentukan kelayakan dosen dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. c. Meningkatkan profesionalisme dosen d. Meningkatkan proses dan hasil pendidikan. e. Mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi dosen ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia baik dalam prosesnya maupun hasil pendidikannya dengan cara meningkatkan kualitas dosen melalui peningkatan profesionalisme dosen (dengan memberikan standar kualifikasi dan standar kinerja dosen sebagai pendidik) sehingga mampu melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran dan mampu mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Jamal dapat disimpulkan bahwa sertifikasi dosen dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja dosen dan meningkatkan kesejahteraan dosen (memberikan tunjangan profesi bagi dosen yang lulus sertifikasi) dengan harapan dapat meningkatkan kinerja dan profesionalitas dari dosen-dosen yang telah lulus sertifikasi. Sertifikasi dosen ini merupakan cara untuk meningkatkan mutu dosen dengan mengeluarkan lulusan yang memiliki kinerja sesuai dengan Undang- undang(kinerjasebagaiagenpembelajaran)dan meningkatkan kesejahteraan dosen dengan memberikan tunjangan bagi dosen yang lulus uji kinerja (sertifikasi). 2.1.2.4. Manfaat Sertifikasi Dosen Manfaat dari sertifikasi ini menurut Jamal (2009 : 31) : a. Melindungi profesi dosen dari praktek-praktek yang tidak kompeten dan merusak citra profesi dosen.
  • 17. 27 b. Melindungi masyarakat dari praktek-praktek pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional. c. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat dari sertifikasi dosen, profesi dosen diakui sebagai tenaga ahli khususnya dalam bidang pendidikan sehingga dalam prakteknya dosen melaksanakan tugasnya secara kompeten, profesional dan tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku. Selain itu sertifikasi juga bermanfaat untuk melindungi masyarakat dari praktek pendidikan yang kurang baik (kurang berkualitas). 2.1.2.5. Institusi Penyelenggara Sertifikasi Penyelenggaraan sertifikasi dosen melibatkan berbagai institusi dari pemerintah. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 056/0/2007 institusi yang dilibatkan sebagai konsorsium sertifikasi dosen meliputi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidikan (BPSDMP dan PMP), Ditjen Dikmen, Ditjen Diknas dan Ditjen PAUDNI. Adapun institusi lainnya yang juga terlibat dalam penyelenggaraan sertifikasi meliputi LPTK (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 057/0/2007 tentang penetapan perdosenan tinggi penyelenggara sertifikasi dosen dalam jabatan), LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan), Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota. 2.1.2.6. Mekanisme Sertifikasi Dosen Sertifikasi dosen sesuai Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 pasal 2 menjelaskan bahwa sertifikasi dosen dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kinerja. Uji kinerja yang dimaksud dalam Permendiknas tersebut adalah dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Penilaian portofolio ini merupakan pengakuan atas pengalaman profesional
  • 18. 28 dosen dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial, dan penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Dosen yang lulus penilaian portofolio atau memiliki skor portofolio ≥ batas minimal lulus (skor 850) dapat memperoleh sertifikat pendidik. Sedangkan dosen yang tidak lulus penilaian portofolio dapat memilih : a. Melakukan kegiatan–kegiatan untuk melengkapi dokumen portofolio agar mencapai nilai lulus. Dengan ujian mencakup Kinerja pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Jika lulus akan mendapat sertifikat pendidik. b. Mengikuti pendidikan dan latihan profesi dosen (PLPG) yang diakhiri dengan ujian sesuai persyaratan yang ditentukan oleh perdosenan tinggi penyelenggara sertifikasi. Jika lulus mendapat sertifikat pendidik, jika tidak diberi kesempatan untuk mengulang ujian materi pendidikan dan pelatihan yang belum lulus. Namun biasanya dosen-dosen yang tidak lulus portofolio lebih memilih untuk mengikuti diklat yaitu pendidikan dan latihan profesi dosen (PLPG). Dalam pendidikan dan latihan profesi dosen (PLPG) ini, dosen diberikan materi untuk memperdalam, meningkatkan metodologi mengajar dan mengembangkan kemampuan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan mengajar dengan inspiratif, kreatif serta inovatif. Beberapa materi yang diberikan dalam diklat ini dikemukakan oleh Jamal (2009 : 85) sebagai berikut : a. Pengembangan profesionalitas dosen Dalam hal ini para dosen dimatangkan secara maksimal agar mampu meningkatkan kinerjanya dan mengembangkan aspek profesionalitas. Dengan demikian setelah keluar mengikuti diklat ini para dosen akan mampu meningkatkan kualitasnya dan bersikap profesional.
  • 19. 29 b. Model-model pembelajaran Beragam model pembelajaran yang baik dan berkualitas akan disajikan. Dengan harapan para dosen yang mengikuti diklat mampu menyerap secara maksimal. c. Pemanfaatan media pembelajaran Dibahas berbagai pemanfaatan media pembelajaran. Dijelaskan juga secara tuntas bagaimana memilih media pembelajaranyang ideal, prosedur pemilihan media, serta mengenal prinsip-prinsip media pembelajaran. Ini dilakukan agar dosen mampu memilih media yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. d. Teknik evaluasi pembelajaran Materi evaluasi ini untuk pembelajaran secara keseluruhan baik evaluasi bagi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen maupun evaluasi bagi hasil pembelajaran. e. Penelitian tindakan kelas dan karya ilmiah Dalam materi ini para dosen yang mengikuti diklat dimatangkan tentang bagaimana cara melakukan penelitian pengembangan pembelajaran terhadap materi pelajaran yang diampunya di kelas. Terkait dengan penelitian tindakan kelas dalam diklat ini juga dibahas diantaranya karakteristik penelitian tindakan kelas serta model-model penelitian tindakan kelas. Dibahas juga bagaimana pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang ideal mulai dari cara mengidentifikasipermasalahanpenelitian,cara-caramenganalisis permasalahan dan cara efektif untuk menyusun hipotesis. Selain itu para dosen juga akan dididik agar mampu mengeluarkan karya ilmiah yang layak. Sertifikasi dosen merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan, yaitu untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang dosen, sehingga ke depannya semua dosen diharapkan harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Dosen dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk dosen dan dosen. Sedangkan yang dimaksud dengan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
  • 20. 30 kepada dosen dan dosen sebagai tenaga profesional. Melalui sertifikasi ini diharapkan dosen menjadi pendidik yang profesional, yaitu pendidikkan minimal S-1(stratasatu)/D-4(diplomaempat)dan berkompetensi sebagaiagen pembelajaran yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikasi pendidik setelah dinyatakan lulus uji kompetensi. Peningkatan mutu dosen lewat program sertifikasi dosen ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Rasionalnya adalah apabila kompetensi dosen bagus yang diikuti dengan kesejahteraan yang bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus. Apabila kinerjanya juga bagus maka KBM-nya juga bagus. KBM yang bagus diharapkan dapat membuahkan pendidikan yang bermutu (Muslich, 2007: 8). 2.1.5 Kinerja Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja pegawai adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan pegawai. Manajemen kinerja secara sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja pegawai atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja. Kinerja individu, kinerja kelompok dan kinerja pegawai dipengaruhi oleh banyak faktor baik intern dan ekstern organisasi. Dalam organisasi, dimenasi sturktur organisasi berkenaan dengan siapa yang harus mengimplentasikan atau mengerjakan apa yang telah diputuskan. Aspek pertama yang harus di ataur adalah pembagian unit kerja termasuk tugas, fungsi dan tanggung jawab dalam bekerja, baik secara vertikal maupun horisontal. Aspek kedua adalah pihak yang mengerjakan pekerjaan tersebut mampu memiliki kompetensi yang memadai dalam mengerjakan. Aspek ketiga adalah kesimbangan antara otoritas dan kemampuan (Yeremias, 2008:125) Menurut manajemen sumber daya manusia kinerja merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan seseorang dalam melaksanakan kerja atau tugas. Kinerja adalah hasil dari seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2004: 14). Jadi kinerja pegawai merupakan
  • 21. 31 hasil keterkaitan antara usaha, kemampuan dan persepsi tugas. Usaha merupakan hasil motivasi yang menunjukkan jumlah energi (fisik atau mental) yang digunakan oleh individu dalam menjalankan suatu tugas. Kemampuan merupakan karakteristik individu yang digunakan dalam menjalankan suatu pekerjaan. Kemampuan biasanya tidak dapat dipengaruhi secara langsung dalam jangka pendek. Persepsi tugas merupakan petunjuk dimana individu percaya bahwa mereka dapat mewujudkan usaha-usaha mereka dalam pekerjaan. Pendapat lain kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan, (Robbins, 2001:32). Agar kinerja berjalan secara optimal, seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan pekerjaannya serta mengetahui pekerjaannya. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh 3 (tiga) hal yaitu: a. kemampuan, b. keinginan, c. lingkungan. Kinerja seorang pegawai pada dasarnya adalah hasil kerja seorang pegawai selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Soeprihanto, 2001:23). Menurut Ivancevich (1994:32), hasil dari kinerja memiliki nilai bagi organisasi dan individu, yaitu : a. Hasil tujuan (kuantitas dan kualitas output, absensi, keterlambatan, dan pergantian pegawai). b. Hasil perilaku pribadi (hadir secara teratur atau absen, kesehatan, stress kerja, kecelakaan). c. Hasil instrinsik dan ekstrinsik. d. Hasil etos kerja. Gomez (2009:142) mengemukakan beberapa tipe kriteria performansi kerja atau yang disebut kinerja pegawai, yaitu:
  • 22. 32 a. Quantity of work, yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan. b. Quality of work, yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesepiannya. c. Job knowledge, yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya. d. Creativeness, yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan untuk mnyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul. e. Cooperative, yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota organisasi). f. Dependability, yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja. g. Inisiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya. h. Personal qualities, yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah- tamahan dan integrasi pribadi. Martoyo (2000:92) menyatakan kinerja merupakan penampilan kerja seseorang itu sendiri dan taraf potensi seseorang dalam upayanya mengembangkan diri untuk kepentingan pegawai dan organisasi. Kinerja organisasi merupakan cerminan dari kinerja sumber daya manusianya. Oleh karena itu sumber daya manusia pada organisasi butuh perhatian khusus dari pimpinan organisasi untuk menjaga kinerjanya agar tetap dalam performa yang tinggi sehingga kinerja bisa lebih baik, agar kinerja pegawai dalam organisasi bisa terpantau maka perlu dilakukan penilain kinerja. Menurut Dongoran (2006:23), kinerja merupakan tindakan-tindakan atau pelaksanaan-pelaksanaan tugas yang dapat diukur dengan alat yang dapat dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran kinerja secara umum, meliputi jumlah kerja, mutu kerja, pengetahuan tentang pekerjaan, pendapat atau pernyataan yang disampaikan dan perencanaan kerja. Mathis (2005:24) mengungkapkan bahwa komponen kinerja meliputi kemampuan individual, perluasan usaha, dan dukungan organisasional. Kemampuan indivual mencakup
  • 23. 33 bakat, minat, faktor kepribadian. Usaha meliputi motivasi, etika kerja, kehadiran, dan rancangan tugas. Serta dukungan organisasional terdiri atas pelatihan dan pengembangan, peralatan dan teknologi, standar kinerja, manajemen dan rekan kerja. Rivai and Basri (2004:16) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu pegawai sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan pegawai secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, menunjukkan bahwa kinerja merupakan hasil yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Kinerja diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran kinerja secara umum. Menurut Purnomo dan Waridin (2006:12), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut: a. Faktor individual Faktor individual ini terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang, demografi dan motivasi kerja serta disiplin kerja. b. Faktor psikologis Faktor psikologis ini terdiri dari: Persepsi, attitude, personality, dan pembelajaran. c. Faktor organisasi Faktor organisasi ini terdiri dari: sistem atau bentuk organisasi sumber daya, kepemimpinan, lingkungan kerja, budaya kerja, budaya organisasi, penghargaan, struktur, diklat dan job design. Klasifikasi kinerja yang disampaikan di atas membawa suatu implikasi bahwa konsep tentang kinerja seharusnya diartikan secara luas baik dalam tataran organisasi, dalam proses dan dalam tingkatan individual, di mana semuanya sama- sama penting. Ketiga tingkatan kinerja ini saling terkait dan sama-sama menentukan pencapaian tujuan. Oleh karena itu, perlu dipikirkan juga dan munkin perlu dibudayakan atau bahkan diwajibkan penilaian kinerja dalam tataran organisasi dan proses, dan tidak semata kinerja individu sebagaimana yang dilakukan selama ini.
  • 24. 34 Penilaian suatu kinerja selalu didasarkan pada kriteria atau indikator yang diilhami oleh suatu paradigma yang dianut. Apabila paradigma yang dianut adalah lebih didasarkan pada manajemen klasik, maka kriteria karakter pegawai, sikap dan tingkah lakunya akan menjadi penting.Akan tetapi kalau paradigma yang dianut lebih mengarah pada manajemen sumberdaya manusia, maka hasil dan partisipasi, inisiatif dan perkembangan pegawai akan menjadi pusat perhatian. Bila paradigma yang dianut adalah paradigma Good Governance maka kedua- duanya akan menjadi sama pentingnya karena di samping harus bekerja profesional dan harus akuntabel terhadap apa yang telah dijanjikan kepada publik, aspek transparansi, responsivitas, dan sebagainya, juga harus diperhatikan. Secara umum, parameter atau kriteria yang digunakan dalam menilai kinerja meliputi (1) kualitas, (2) kuantitas, (3) ketepatan waktu, (4) penghematan biaya, (5) kemandirian atau otonomi dalam bekerja (tanpa selalu disupervisi), (6) kerjasama (Bemardin dan Russel, 1993). Parameter yang digunakan di sini nampaknya sangat umum dan kurang mengakomodasi spesifikasi dari jenis pekerjaan tertentu. Menurut Schuler dan Dowling (Kramar, Mcgraw, dan Schuler, 1997: 371), kinerja dapat diukur dari (1) kuantitas kerja, (2) kualitas kerja, (3) kerjasama, (4) pengetahuan tentang kerja, (5) kemandirian kerja, (6) kehadiran dan ketepatan waktu, (7) pengetahuan tentang kebijakan dan tujuan organisasi, (8) inisiatif dan penyampaian ide-ide yang sehat, (9) kemampuan supervisi dan teknis. Parameter yang digunakan di sini tergolong kriteria umum, artinya semua pegawai akan diukur dengan kriteria yang sama, kecuali kemampuan melakukan supervisi. Akan tetapi, perlu juga diperhatikan variasi dan tuntutan jenis pekerjaan atau jabatan yang mungkin akan memiliki relevansi yang tinggi pada suatu kriteria tetapi relevansi yang rendah pada kriteria yang lain. Karena itu, perlu dibedakan atas kriteria umum dan kriteria khusus. Kriteria umum cenderung dialami oleh semua pegawai atau pekerja sehingga relevan untuk diukur, sedangkan kriteria khusus cenderung berlaku untuk pegawai atau pekerja tertentu saja yang bervariasi menurutjenis pekerjaan masing-masing pekerja atau pegawai.
  • 25. 35 Menurut Ivancevich (1994:47), evaluasi kinerja pegawai dalam dua kategori: Pertama pada pegawai teknik, yang mencakup kompetensi teknis, kesanggupan mencukupi kebutuhan sendiri, hubungan dengan orang lain, kompetensi komunikasi, inisiatif, kompetensi administrasi, keseluruhan hasil kinerja pegawai teknik. Kedua evaluasi terhadap manajerial, yang mencakup kreatifitas, kontribusi yang diberikan, usaha kelompok kerja, keseluruhan hasil kerja. Menurut Purnomo dan Waridin (2006:34), mengukur kinerja dengan indikator seperti kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, kompensasi, kehadiran, konservasi. Kinerja pegawai dapat memberikan informasi bagi pihak manajemen untuk menentukan kebijakan sumberdaya manusia tentang apa yang terbaik untuk diberikan kepada para pegawai dalam organisasi. Penilaian kinerja untuk mengevaluasi seberapa baik pegawai melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut kepada pegawai. Penilaian terhadap kinerja berkaitan dengan penghargaan. Pegawai yang kinerjanya baik hendaknya diberikan penghargaan sehingga kinerjanya tersebut dapat dipertahankan di kemudian hari. Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan pegawai dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang. Apabila hal itu dikerjakan dengan benar, maka akan menguntungkan pegawai dengan jaminan bahwa upaya para individu mampu mengkontribusi pada fokus strategik dari pegawai. Menurut Mangkunegara (2006:10), penilaian kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan pegawai dan organisasi. Kebutuhan pelatihan kerja ditentukan secara tepat dengan memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada pegawai sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam promosi jabatan atau penentuan imbalan. Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari sumber daya manusia organisasi.
  • 26. 36 Secara spesifik, tujuan penilaian kinerja sebagaimana dikemukakan Sunyoto dalam Mangkunegara (2006:10) adalah: a. Meningkatkan saling pengertian antar pegawai tentang persyaratan kinerja b. Mencatat dan mengakui hasil kinerja seseorang sehingga mereka terkepuasan kerja untuk berbuat yag lebih baik. c. Memberikan peluang pada pegawai untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang. d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan sehingga pegawai terpuaskan kerja untuk berprestasi sesuai dengan potensinya. e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diktat, dan kemudian menyetujui jika tidak ada hal-hal yang berubah. Penilaian kinerja pegawai memiliki manfaat ditinjau dari beragam prespektif pengembangan pegawai, khususnya manajemen sumber daya manusia, yaitu sebagai berikut (Mangkuprawira, 2003:224): a. Perbaikan kinerja Umpan balik kinerja bermanfaat bagi pegawai, manajer, spesialis personal dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja. b. Penyesuaian kompensasi Penilaian kinerja membantu pengambilan keputusan menentukan siapa yang seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk upah dan bonus didasarkan pada sistem merit. c. Keputusan penempatan Promosi, transfer dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada kinerja masa lalu dan antisipatif misalnya dalam bentuk penghargaan. d. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan Kinerja buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan pelatihan kembali. Setiap pegawai hendaknya selalu mampu mengembangkan diri. e. Perencanaan dan pengembangan karir
  • 27. 37 Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang karir spesifik karir pegawainya. f. Defisiensi proses penempatan staf. Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan dalam prosedur penempatan staf di departemen sumber daya manusia. g. Ketidakakuratan informasi Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi pekerjaan rencana sumber daya manusia, atau hal lain dari sistem manajemen personal. Hal demikian akan mengarah pada ketidaktepatan dalam pengambilan keputusan menyewa pegawai, pelatihan dan keputusan konseling. h. Kesalahan rancangan pekerjaan Kinerja buruk mungkin sebagai sebuah gejala dari rancangan pekerjaan yang keliru. Lewat penilaian dapat didiagnosis kesalahan-kesalahan tersebut. i. Kesempatan kerja yang sama Penilaian kerja yang akurat secara aktual menghitung kaitannya dengan kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah sesuatu yang bersifat diskriminasi. j. Tantangan-tantangan eksternal Kadang-kadang kinerja dipengaruhi faktor-faktor lingkungan pekerjaan, seperti keluarga, finansial, kesehatan atau masalah-masalah lainnya. Jika masalah-masalah tidak diatasi melalui penilaian, departemen sumber daya manusia mungkin mampu menyediakan bantuannya. k. Umpan balik pada dumber daya manusia Kinerja yang dan buruk diseluruh organisasi mengindikasikan bagaimana baiknya fungsi sumber daya manusia diterapkan. 2.1.6 Kinerja Dosen Menurut Prawirosentoso dalam Sinambela (2006:137), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
  • 28. 38 upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau lembaga dalam melaksanakan pekerjaannya. Berdasarkan definisi tersebut ada empat hal yang bisa dilihat, pertama, hasil kerja secara individual atau secara institusi yang berarti kinerja tersebut adalah hasil ahir yang diperoleh secara sendiri-sendiri atau berkelompok; kedua, dalam melaksanakan tugas, orang atau lembaga diberikan wewenang dan tanggung jawab. di sini orang atau lembaga diberikan hak atau kekuasaan untuk bertindak sehingga pekerjaannya dapat dilakukan dengan baik, namun orang tersebut harus tetap dalam kendali dimana orang atau lembaga tersebut harus memberikan laporan pertanggung-jawabannya kepada yang memberikan hak dan wewenang tersebut; ketiga, pekerjaan harus dilakukan dengan legal, artinya orang atau lembaga dalam bekerja harus mengikuti peraturan yang telah ditetapkan; keempat, pekerjaan tidak bertentangan dengan moral dan etika. Faktor penentu kinerja dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Faktor internal yaitu faktor individu yang ada dalam organisasi meliputi motivasi, keterampilan, dan kemauan, etos kerja dan gaya kepemimpinan. b. Faktor ekternal yaitu faktor lingkungan kerja yang dipergunakan sebagai sarana kerja organisasi, meliputi software yakni pelaksaaan manajemen berupa peraturan-peraturan kerja dan hardware berupa fasilitas kerja. Menurut Simamora (2001:624) menyatakan bahwa penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses dengannya organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Hadari (2002:52) menyatakan bahwa kinerja (performance) adalah proses dengannya organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Hadari (2002:52) menyatakan bahwa penilaian kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja atau hasil pelaksanaan perkerjaan yang dinilai oleh manajernya tentang evaluasi antara tugas-tugas yang diberikan sesuai deskripsi perkerjaan masing-masing dengan pelaksanaannya oleh para pegawai tersebut. Weley dan Yukl (Sumartana, 1991 : 129 ) menyatakan bahwa kinerja adalah cara segenap elemen disuatu intansi dalam pelaksanaan tugas dan
  • 29. 39 fungsinya masing-masing sesuai dengan aturan yang ada. Kinerja merupakan faktor mendasar yang dimiliki oleh seorang dosen agar dapat memiliki keterampilan, kemampuan serta pengetahuan. Kinerja merupakan perilaku sifat puas atau tidak puas. Buford dan Benedian (Nurtjahyo, 2000:23) mengemukakan bahwa kepuasan kerja itu menyangkut sifat orang tentang pekerjaannya, dan titik beratnya terletak pada sikap terhadap pekerjaannya. Secara psikologis kinerja atau perfomansi merupakan perilaku kerja seseorang sehingga menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan dari kerjanya. Lebih lanjut dikatakan Buford dan Benedian yang dikutip oleh Nurtjahyo bahwa “elastisitas kerja dapat dicapai jika : (a). Mampu mengerjakan tugasnya, (b). Ada keinginan melaksanakan tugas, dan (c). Mengerti apa yang menjadi tugasnya. Kinerja dosen merupakan aktifitas atau perilaku yang ditonjolkan oleh dosen dalam melaksanakan tugasnya adalah ada beberapa tahapan yaitu : a. Tahap persiapan : Kegiatan dosen dalam persiapan antara lain merumuskan tujuan, merencanakan kegiatan program kegiatan belajar, melaksanakan program. b. Tahap penyajian adalah bagaimana membuka pelajaran, untuk menciptakan suasana yang menarik dan menarik perhatian mahasiswa agar terpusat pada bahan yang disiapkan, dan diharapkan penyajiannnya secara sistematis dan lugas sehingga mudah dipahami. c. Tahap penutup pelajaran : Dalam hal ini diisi dengan penilaian hasil untuk pengatahuan kemajuan belajar mahasiswa. Kinerja dosen adalah berada pada tingkat prestasi kerja yang berbeda-beda. Tingkat intensitas kinerja dosen terhadap tugas baik sebagai tugas profesi maupun tugas-tugas kemanusiaan ditunjukan dengan kepedulian terhadap mahasiswa kecil, waktu dan energi yang disediakan sedikit, hanya peduli terhadap satu macam pekerjaan, kepedulian terhadap mahasiswa dan dosen-dosen lain tinggi, bersedia menyediakan waktu dan energi extra dan kepeduliannya terutama diberikan kepada mahasiswa, juga dapat dilihat dari pesiapan awalnya, penyaji materinya dan bagaimana memberi penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik.
  • 30. 40 Di Indonesia, parameter yang digunakan untuk menilai kinerja pegawai negeri sipil adalah DP3 yang memuat 7 nilai umum dan 1 nilai khusus. Nilai-nilai umum ini berlaku untuk semua pegawai yaitu kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, dan kerjasama, sementara parameter khusus hanya ada 1 saja yaitu kepemimpinan, yang berlaku bagi para pemegang jabatan yang ada. 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian Kinerja dosen menyangkut kemampuan dosen dalam mengolah dan mengelola baik kegiatan maupun materi pembelajaran menjadi suatu hal yang dapat mengembangkan mahasiswa. Sedangkan dua kinerja lainnya menyangkut kemampuan dosen dalam mengelola sikap atau perilaku dan berinteraksi secara aktif dengan mahasiswa atau sesama pendidik atau tenaga kependidikan. Upaya pemerintah untuk memotivasi dosen untuk meningkatkan kinerjanya agar menjadi dosen yang profesional dengan mengeluarkan kebijakan sertifikasi dosen. Kebijakan ini dikeluarkan sesuai dengan amanat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 6 (2008 : 6) bahwa “dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kinerja, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Dan sesuai dengan ditetapkannya dosen sebagai profesi pada tanggal 2 Desember 2004 sehingga dosen merupakan tenaga ahli atau tenaga profesional dalam bidang pendidikan dan di dalam melakukan profesinya dibutuhkan keahlian khusus atau dibutuhkan kinerja-kinerja yang sesuai untuk menunjang tugas- tugasnya. Sertifikasiitusendirimerupakansuatuprosesuntukmemberikan penghargaan kepada dosen dengan menyerahkan sertifikat sebagai bukti fisik dosen tersebut memenuhi kinerja, sebagai tenaga ahli dan proses mensejahterakan dosen dengan memberikan tunjangan profesi dengan tujuan dosen tersebut dapat profesional dalam bidangnya. Sertifikasi dianggap pemerintah sebagai solusi perbaikan kualitas dosen di Indonesia dengan memperbaiki kinerja dosen melalui kebijakan tersebut. Dengan pertimbangan dampak setelah dosen memiliki sertifikat tersebut.
  • 31. 41 Dengan dosen memiliki sertifikat tersebut maka dimata masyarakat dosen tersebut sudah dianggap ahli dan dapat dipercaya oleh teman sesama pendidiknya atau tenaga kependidikan sebagai orang yang mampu mengemban tanggung jawab yang besar dalam hal pendidikan sehingga memacu dosen tersebut untuk terus memperbaiki kinerjanya dan bertindak sesuai dengan kode etik yang ada sesuai dengan profesi dan sertifikat yang dimilikinya. Sedangkan jika dilihat dari dampak tunjangan profesi yang dimilikinya setelah memiliki sertifikat, dosen secara keuangan sudah mendapat kesejahteraan yang sesuai dengan beban berat yang ditanggungnya dalam proses dan pelaksanaan pendidikan. Dan dosen juga secara keuangan dapat terus memperbarui pengetahuannya dengan penghasilan yang dimilikinya antara lain dengan mengikuti seminar yang mungkin diadakan bukan dari program pemerintah dengan menggunakan tunjangan yang dimilikinya. Oleh karena itu, manfaat dari sertifikasi sangat baik dalam hal kemanusiaan dengan memperhatikan kebutuhan yang diperlukan oleh dosen dan membangkitkan keinginan bagi dosen-dosen untuk mendapat penghargaan yang sesuai dengan memacu dosen untuk memperbaiki kinerjanya.