3. BIAS KOGNITIF
Bias Kognitif Bias kognitif atau bias ini secara keilmuan di
jelaskan bahwa dalam sebuah proses pengolahan,
pemahaman, hingga pengambilan sebuah keputusan final.
Bias kognitif atau prasikap kognitif[1] adalah kondisi yang terjadi ketika alam bawah
sadar salah dalam berpikir sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam berpikir,
memproses, dan menafsirkan informasi. hal ini juga dapat mempengaruhi rasionalitas
dan keakuratan dalam menentukan keputusan dan penilaian.[2] Bias merupakan proses
yang tidak disadari dan secara otomatis dirancang untuk membuat pengambilan
keputusan yang lebih cepat dan efisien, bias kognitif dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti faktor heuristik (jalan pintas mental), tekanan sosial dan emosi
4. PENYEBAB BIAS KOGNITIF
Bias kognitif dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi penyebab
utamanya sering terjadi karena adanya jalan pintas mental atau yang biasa
dikenal sebagai heuristik,[3] heuristik ini merupakan proses pengambilan
kesimpulan atau keputusan secara cepat berdasarkan data yang tidak
lengkap, sehingga hal tersebut dapat memicu terjadinya bias
dalam mengambil keputusan atau memecahkan masalah.[4] Faktor lain yang
juga dapat menyebabkan terjadinya bias kognitif ini antara
lain emosi, motivasi individu, batasan kemampuan pikiran untuk memproses
informasi dan adanya tekanan sosial.[3] Kemunculan bias kognitif juga dapat
meningkat seiring bertambahnya usia, hal ini disebabkan karena adanya
penurunan pada fleksibilitas kognitif.[5]'
5. JENIS BIAS KOGNITIF
Bias tindakan
Bias tindakan merupakan kecenderungan pikiran untuk merespons suatu
tindakan sebagai reaksi bawaan yang harus dilakukan, bahkan tanpa adanya
alasan yang kuat untuk melakukan tindakan tersebut. Bias tindakan
cenderung memaksa pikiran untuk lebih memilih bertindak daripada tidak
melakukan tindakan. meskipun tindakan tersebut tidak membuktikan
menghasilkan reaksi yang lebih baik daripada tidak melakukan tindakan.[6]
Heuristik afeksi
Paul Slovic menjelaskan bahwa heuristik afeksi merupakan kecenderungan
orang mempertimbangkan dan mengambil keputusan dengan melibatkan
emosi, seperti faktor apakah saya menyukainya? Apakah saya
membencinya?[7] Dibandingkan menggunakan data dan informasi yang lebih
konkret.[8]
Efek ambiguitas
Efek ambiguitas adalah sebuah tindakan atau pemikiran yang
menggambarkan kecenderungan orang untuk menghindari pilihan yang belum
diketahui kebenarannya karena kurangnya informasi, orang lebih cenderung
memilih pilihan yang lebih pasti bahkan jika pilihan tersebut belum tentu
menguntungkan. Efek ambiguitas ini pertama kali dipelajari oleh
seorang ekonom bernama Daniel Ellsberg pada tahun 1961, dengan
penelitiannya yang dikenal sebagai "Paradoks Ellsbreg".[9]
Anchoring bias[
nchoring bias merupakan bias kognitif yang menyebabkan pikiran
menentukan keputusan dengan terlalu tergantung pada informasi awal
yang diterima dari suatu topik. Saat pikiran membuat rencana atau
keputusan tentang suatu topik, pikiran akan menafsirkan informasi
baru terhadap informasi pertama sebagai referensi, hal ini akan
menyebabkan bias karena pikiran tidak akan melihat dari sisi yang
objektif.[10] Bias ini bisa disebabkan oleh faktor demografi dan
faktor kepribadian.[11]
Attentional bias
Attentional bias merupakan jenis bias kognitif yang membuat pikiran
akan lebih fokus pada hal-hal yang menurutnya bagus dan
mengambaikan aspek penting lainya dari penilaian. Sebagai contoh
jika seseorang membeli mobil bekas dan terlalu jatuh cinta terhadap
eksterior dan interior mobil tersebut, maka bisa saja pembeli akan
mengabaikan faktor penting lain seperti jarak tempuh maupun riwayat
kerusakan mesinnya.[
6. BIAS KOGNITIF DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
INVESTASI
Luong dan Ha (2011) menyatakan bahwa
investor individual memiliki kecenderungan
yang lebih tinggi dalam mengikuti keputusan
investor lain dibandingkan dengan investor
institusional. Terdapat beberapa keputusan
Bracha dan Brown (2012) yang menyatakan
bahwa investor yang mengalami bias
optimisme dikarenakan investor tersebut
terbiasa dan telah memiliki pengalaman serupa
sebelumnya, sehingga hal itu mempengaruhi
mereka dalam mengambil keputusan investasi
Simon (dikutip oleh Christofaro, 2017) mengemukakan model
pengambilan keputusan satisficing model yang menjelaskan
bahwa sebagai akibat dari rasionalitas individu yang terbatas,
individu lebih memilih keputusan yang sekiranya dapat
memperoleh hasil yang memuaskan dan sesuai dengan
harapannya dibandingkan dengan memaksimalkan hasil
DALAM PROSPECT THEORY
kecenderungan risiko investor dibagi menjadi dua, yaitu
investor risk averse dan risk seeker (Prosad et al., 2015).
Prospect theory menjelaskan bahwa sebagian besar
investor menjadi risk averse dengan mengambil
keputusan berisiko rendah ketika mereka berpeluang
besar untuk memperoleh keuntungan, sedangkan ketika
dihadapkan pada suatu keadaan yang berpeluang besar
untuk mengalami kerugian, mereka menjadi risk seeker
dan memilih keputusan berisiko tinggi agar dapat
meminimalisir tingkat kerugian yang mereka terima.
Hunjra dan Azam (dikutip oleh Farayibi, 2015) membagi
investor berdasarkan kecenderungan risiko mereka
menjadi 3, yaitu risk averse (menghindari risiko), risk
neutral (netral terhadap risiko) dan risk preference /risk
seeker (menyukai risiko).
7. TEORI KONSERVATISME
Bakar dan Yi (2015) berpendapat bahwa
konservatisme merupakan pandangan investor
yang lambat dalam menyesuaikan respon mereka
terhadap perkembangan informasi dan kejadian
terbaru. Berdasarkan model belief based model
yang dikemukakan oleh Barberis et al. (1998),
konservatisme akan mendorong investor lebih
berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi
dan lambat dalam menyesuaikan diri dengan
informasi baru,Dalam menghadapi suatu
masalah, investor konservatif mengatasinya
dengan mengandalkan pengalamannya terdahulu
dibandingkan dengan mencari informasi baru
yang sesuai. Investor konservatif tetap bersikukuh
atas pendapatnya meskipun tidak sepenuhnya
benar.
Rahim, Shah dan Aamir (2019) berpendapat
bahwa konservatisme merupakan bias yang
menyebabkan investor menggunakan informasi
lampau yang diingat dalam membuat keputusan
dan tidak dapat memperbaharui informasi seperti
yang ada di pasar. Tipe investor konservatif
menggunakan pengalaman dan pengetahuannya
dalam mengambil keputusan investasi tanpa
memproses informasi yang baru
8. Ragam Bias KOGNITIF
• Representativeness
Bias Investor mengambil keputusan investasi
terlalu cepat tanpa analisis mendalam. Umumnya
investor hanya mengandalkan pengalaman masa
lalu yang dianggap dapat menjadi acuan
keputusan investasinya saat ini.
• Anchoring & Adjustment Bias
Investor hanya mengacu pada satu informasi
tertentu sebagai dasar pengambilan keputusan
investasi.
• Availability Bias
Keputusan investasi yang dilakukan semata-mata
atas kemudahan dan ketersediaan. Apa yang
paling mudah dan tersedia untuk dilakukan, itulah
yang menjadi keputusan akhir investor. Seringkali
investor meyakini bahwa investor lain pun pasti
melakukan hal yang sama dengan dirinya.
• Self-Attribution Bias
Investor menganggap keberhasilan investasinya murni berkat
kemampuan dirinya sendiri dalam memprediksi dan
menganalisis. Jika terjadi kegagalan, investor akan selalu
menyalahkan faktor eksternal.
• Illusion of Control Bias
Investor percaya dirinya memiliki pengendalian penuh atas
tercapainya kinerja investasi yang dimiliki.
• Conservatism Bias
Investor cenderung memaksakan penilaian awal dan
menyangkal perubahan kondisi yang terjadi atas
investasinya. Hal ini membuat investor lambat bereaksi
terhadap informasi atau fakta terbaru.
Confirmation Bias (Selection Bias)
Investor cenderung hanya mencari informasi yang
mendukung pandangannya atas keputusan investasi dan
mengabaikan informasi yang bertentangan dengan
pandangannya. Hindsight Bias Investor cenderung hanya
mengingat dan melebih-lebihkan keberhasilan pengalaman
investasi di masa lalu, namun melupakan kegagalan yang
pernah terjadi.
9. PEMBUKTIAN EMPIRIS
Khilar and Singh (2020) yang menyatakan emotional bias
berpengaruh terhadap keputusan investasi
Duxbury (2015) yang menyatakan emotional bias
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan
keputusan investasi.
Kartini dan Nuris (2015) yang menyatakan bahwa emotional
bias berpengaruh negatif terhadap pengambilan keputusan
investasi.
10. REFERENSI
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Bias_kognitif
2. Hidayati, Siti Aisyah., Wahyulina, Sri., Suryani, Embun.,
(2022). Pengaruh Cognitive Bias Dan Emotional Bias
Terhadap Keputusan Penempatan Dana Untuk Modal Kerja
Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Di Pulau Lombok Pada
Masa Pandemi Covid 19. JMM UNRAM, 11(1), 21-38
3. Dr. Asep Risman, SE., MM. Dr. Embun Prowanta, MM.,
CSA® ., CRP® ., CIB® ., CFP® . Dr. Indra Siswanti, SE.,
MM., CRP® .2021. Behavioral Corporate Finance,
Banguntapan Jogjakarta, PENERBIT KBM INDONESIA