SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  10
ANALISA NILAI KEKERASAN BAJA KARBON RENDAH (S35C)
DENGAN PENGARUH WAKTU PENAHANAN (HOLDING TIME) MELALUI
PROSES PENGARBONAN PADAT (PACK CARBURIZING) DENGAN
PEMANFAATAN CANGKANG KERANG SEBAGAI KATALISATOR
Nevada J. M. Nanulaitta*)
,
Alexander. A. Patty**)
Abstrak
S35C steel, which is steel with carbon content of 0.30 to 0.35% carbon, including in the category
of steel with low carbon content. In raising the value of mechanical steel (hardness), could be
solved with malakukan heat treatment process in this case solid carburizing method (pack
carburizing), This is done in this study. The results obtained after the research process using a
mixture ratio of 60% carbon (wood charcoal nani) and 40% catalyst used in this case Clamshell
(CaCO3) from 1 kg of carburizing medium, with a hold time 15 minutes, 30 minutes and 45
minutes. Where increasing the value of hardness to 15 minutes of 6.6 HRC, 30 minutes 14.33 45
minutes 28.62 HRC and HRC. Detention time of 45 minutes has increased hardness value is high
enough, this proves that the longer the detention time would increase the value of local media
violence and the use of shells as a catalyst in a solid carburizing process.
Keyword : Hardness number, pack carburizing, Clamshell.
I. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini, sangat mempengaruhi
kehidupan manusia yang merasakan secara
langsung dampak pengembangannya di berbagai
bidang. Apabila di perhatikan secara baik,
segala kebutuhan manusia tidak terlepas dari
unsur logam, sebagai salah satu bahan dasar
yang dapat dirangkaikan menjadi sebuah produk
jadi, melalui proses kerja yang berlangsung
secara kontinyu. Pada pusat-pusat industri
seperti otomotif sampai industri tradisional yang
terdapat di daerah-daerah, juga menggunakan
peralatan yang terbuat dari logam. Oleh sebab
itu, timbul kreasi dan inovasi dari manusia
sebagai pelaku industri untuk dapat
memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanik dari
logam tersebut. Proses perlakuan panas pada
logam sangatlah bermanfaat untuk mendapatkan
logam yang berkualitas dan memiliki sifat-sifat
fisik meliputi konduktivitas listrik, struktur
mikro, densitas dan sifat mekanik yang lebih
baik terutama dalam hal kekerasan, kekenyalan
dan pengerjaan dari sifat asal.
Produksi logam sebagian besar adalah baja.
Baja adalah logam besi yang banyak digunakan
baik dalam dunia industri-industri, kebutuhan
rumah tangga (seperti parang, linggis, pisau dan
lainnya) atau bidang kerja lain. Dalam bidang
perbengkelan sebagian besar peralatannya
terbuat dari baja misalnya mata pahat bubut, bor
dan lainnya yang dalam penggunaan sehari-hari
juga dapat mengalami penumpulan (keausan)
atau kerusakan akibat bersentuhan dengan benda
keras. Untuk mendapatkan baja dengan nilai
kekerasan tertentu agaklah sulit, kalaupun ada
harganya cukup mahal. Oleh karena itu perlu
adanya terobosan untuk mencari alternatif lain
untuk mengubah nilai kekerasan baja yang
tersedia khususnya baja karbon rendah. Untuk
mengubah nilai kekerasan dari baja karbon
rendah diperlukan beberapa proses pengerjaan
logam salah satu diantaranya melalui proses
penambahan karbon dari baja tersebut atau yang
sering disebut karburising. Baja dengan kadar
karbon rendah (dibawah 0,3%C), dapat
dikarbonkan, khusus untuk baja S-35C dengan
0,20% s/d 0,35% C yang memiliki sifat kurang
baik untuk disepuh namun dapat disementir.
Salah satu proses perlakuan panas logam
adalah proses karburasi (carburizing) yang
bertujuan meningkatkan ketahanan aus dan
ketahanan terhadap pembebanan yang tiba-tiba
dan karakteristik fatiq dengan cara menambah
kekerasan permukaan logam. Biasanya untuk
proses karburising digunakan karbon (arang
kayu nani) di campur dengan barium carbonat
sebagai media pengarbonan padat melalui
*)
**
)
Nevada Nanulaitta: Dosen Jurusan Mesin Politeknik Negeri Ambon
Alexander Patty; Dosen Jurusan Mesin Pollitekni Negeri Ambon
928 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 8 Nomor 2, 2011; 927 - 935
proses pemanasan. Tetapi dengan pemanfaatan
sumber daya alam local, Barium Carbonat
(BaCOз) dapat diganti dengan Cangkang
Kerang dengan kadar kalsium karbonat
(CaCOз) dengan presentasi ±45 %. Dengan
demikian maksud dari proses karburising ini
agar baja karbon rendah tersebut mampu
menyerap karbon (pengarbonan) pada
lingkungan yang mampu menyerahkan karbon
padanya supaya dapat meningkatkan nilai
kekerasan (sifat-sifat mekanis) dari baja
tersebut.
Pada proses perlakuan panas ini
material yang dipergunakan plat baja S-35C,
dengan bahan yang dipakai berupa bubuk
Carbon dengan komposisi 60% dan Cangkang
Kerang (CaCOз) 40% sebagai energizer yang
mempercepat proses karburasi dengan waktu
penahanan adalah 15 menit, 30 menit, dan 45
menit dengan media pendingin berupa oli SAE
20-50.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Baja adalah paduan yang terdiri dari unsur
utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-
unsur lain seperti mangan (Mn), silikon (Si),
dan nikel (Ni), vanadium (V), molybdenum
(Mo) dan lain sebagainya dalam presentasi yang
kecil. Berdasarkan kandungan karbon, maka
baja dibedakan menjadi (Beumer, B.J.M., 1994.,
Ilmu Bahan Logam., hal 20):
1. Baja Karbon rendah (0,05% - 0,35% C)
2. Baja Karbon Menengah (0,35% - 0,50% C)
3. Baja Karbon Tinggi (0,50% - 1,7% C) Kadar
karbon mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap mutu baja. Baja dengan kadar karbon
0,1 – 0,35% tidak dapat dikeraskan (dipijarkan
dan didinginkan tiba-tiba). Baja dengan kadar
karbon rendah mempunyai nilai kekerasan yang
rendah pula. Makin rendah kadar karbonnya
maka baja tersebut makin lunak dan mudah
ditempa, sebaliknya makin tinggi kadar
karbonnya maka makin besar pula nilai
kekerasannya.
Sifat mekanis baja juga dipengaruhi oleh
cara mengadakan ikatan karbon dengan besi.
Menurut Schonmetz (1985) terdapat 3 bentuk
utama kristal saat karbon mengadakan ikatan
dengan besi, yaitu :
1. Ferit, yaitu besi murni (Fe) terletak rapat
saling berdekatan tidak teratur, baik bentuk
maupun besarnya. Ferit merupakan bagian
baja yang paling lunak, ferrit murni tidak
akan cocok digunakan sebagai bahan untuk
benda kerja yang menahan beban karena
kekuatannya kecil.
2. Karbid besi (Fe3C), suatu senyawa kimia
antara besi dengan karbon sebagai struktur
tersendiri yang dinamakan sementit.
Peningkatan kandungan karbon akan
menambah kadar sementit. Sementit dalam
baja merupakan unsur yang paling keras.
3. Perlit, merupakan campuran antara ferrit dan
sementit dengan kandungan karbon sebesar
0,8%. Struktur perlitis mempunyai kristal
ferrit tersendiri dari serpihan sementit halus
yang saling berdampingan dalam lapisan
tipis mirip lamel.
Perlakuan panas adalah suatu perlakuan
yang diberikan pada suatu bahan dengan tujuan
agar diperoleh sifat-sifat yang diinginkan
(Schonmetz., A., dan Gruber, K, 1990,
Pengetahuan Bahan dalam Pengerjaan Logam,
hal : 38) Perubahan sifat yang dihasilkan
merupakan akibat dari perubahan struktur mikro
yang terjadi sesuai dengan kecepatan laju
pendinginan. Proses perlakuan yang diterapkan
pada sebuah logam meliputi pemanasan sampai
temperature tertentu (Fasa austenisasi),
kemudian diberikan penahan waktu (holding
time) beberapa saat proses pendinginan
langsung. Melalui perlakuan panas, struktur baja
dapat berubah. Perubahan ini juga yang akan
mempengaruhi perubahan nilai kekerasan pada
baja.
Pengerasan permukaan disebut juga case
hardening, dapat juga dikatakan sebagai suatu
proses laku panas yang diterapkan pada suatu
logam agar memperoleh sifat-sifat tertentu.
Dalam hal ini hanya pengerasan permukaannya
saja. Dengan demikian lapisan permukaan
mempunyai kekerasan yang tinggi, sedangkan
bagian yang dalam tetap seperti semula, yaitu
dengan kekerasan rendah tetapi keuletan atau
ketangguhannya tinggi.
Karena banyaknya cara proses pengerasan
permukaan diantaranya adalah :
 Carburizing (karburasi mengunakan
media padat, cair, atau gas)
 Nitriding
 Dan lain-lain.
Penambahan karbon yang disebut
carburizing atau karburasi, dilakukan dengan
cara memanaskan pada temperatur yang cukup
tinggi yaitu pada temperatur austenit dalam
lingkungan yang mengandung atom karbon
Nevada J . Nanuleitta, Alexander A Patty, Analisa Nilai Kekerasan Baja Karbon Rendah (S35C) Dengan Pengaruh 929
Waktu Penahan (Holding Time) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburizing) Dengan Pemanfaatan
Cangkang Kerang Sebagai Katalisator
aktif, sehingga atom karbon aktif tersebut akan
berdifusi masuk ke dalam permukaan baja dan
mencapai kedalaman tertentu.
Ada 3 cara dalam penambahan karbon atau
karburasi (carburizing), yaitu :
1. Menggunakan medium padat atau Pack
Carburizing
Benda kerja dimasukkan ke dalam kotak yang
berisi bubuk karbon dan ditutup rapat kemudian
dipanaskan pada temperatur austenit, yaitu
antara 8250
C - 9250
C selama waktu tertentu.
Bahan carburising terdiri dari bubuk karbon
aktif 60 %, ditambah BaCO3 (Barium Carbonat)
atau NaCO3 (Natrium Carbonat) sebanyak 40 %
sebagai energizer atau activator yang
mempercepat proses karburisasi. Namun
biasanya BaCO3 yang dipakai karena lebih
mudah terurai dari pada NaCO3. Sebenarnya
tanpa energizerpun dapat terjadi proses
carburizing karena temperatur sangat tinggi,
maka karbon teroksidasi oleh oksigen yang
terperangkap dalam kotak menjadi CO2, reaksi
dengan karbon bereaksi terus hingga didapat ;
CO2 + C 2 CO
Dengan temperatur yang semakin tinggi
keseimbangan reaksi makin cenderung ke
kanan, makin banyak CO. Pada permukaan
baja CO akan terurai ;
2 CO CO2 + C
Dimana C yang terbentuk ini berupa atom
karbon yang dapat masuk berdifusi ke dalam
fase austenit dari baja.
Dengan adanya energizer proses akan lebih
mudah berlangsung karena meskipun udara
yang terperangkap sedikit, tetapi energizer
menyediakan CO2 yang akan segera mulai
mengaktifkan reaksi - reaksi selanjutnya.
Reaksi dekomposisi CaCO3 ;
CaCO3 Ca O + CO2
Dengan temperatur tinggi baja mampu
melarutkan banyak karbon, maka dalam
waktu singkat permukaan baja dapat
menyerap karbon hingga mencapai batas
jenuhnya.
Tutup Kotak
Kontainer
Kotak Kontainer
Benda Kerja (Spesimen)
Bubuk Karbon + Barium Carbonat
Gambar.1 Kotak sementasi
Sumber: www.indoskripsi.com
Maksudnya bila baja yang dikeraskan
permukaannya mengalami pemanasan hingga
temperatur tinggi atau temperatur austenit maka
difusi karbon dapat mencapai batas jenuhnya
yang berdifusi melebihi batas Acm maka akan
terjadi atau tumbuh fasa baru yaitu sementit.
( Rochim Suratman, 1994).
Gambar.2 Potongan Diagram Fase Fe-Fe3C
Sumber : www.indoskripsi.com
Keuntungan dari proses ini adalah dapat
digunakan pada proses pengerasan permukaan
yang relatif tebal. Sedangkan kerugiannya
adalah jika lapisan terlalu tebal, pada saat
pendinginan (quenching) akan retak atau
terkelupas, benda uji tersebut mengalami shock
karena pendinginan yang tiba - tiba.
2. Menggunakan medium cair atau Liquid
Carburizing
Pada karburasi yang menggunakan medium cair
atau Liquid Carburizing biasanya pemanasan
benda kerja menggunakan garam cair (salt bath)
yang terdiri dari campuran sodium cyanide
(NaCN) atau potasium cyanide (KCN) yang
berfungsi sebagai
930 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 8 Nomor 2, 2011; 927 - 935
karburasi agent yang aktif, dengan Na2CO3
yang berfungsi sebagai energizer dan penurun
titik cair garam.
Udara
Garam Cair
Koil Pemanas
Benda Kerja
Steel Currible
Batu Tahan Api
Gambar.3 Liquid Carburizing
Sumber: www.indoskripsi.com
Temperatur
Temperatur
Austenit
Pendinginan
Keuntungan dari proses ini adalah dapat
mengeraskan baja tetapi tidak lebih dari 0,5
mm, dapat juga untuk benda kerja yang kecil,
dan juga proses oksidasi dan dekarbonisasi
dapat dicegah.
3. Menggunakan medium gas atau Gas
Carburizing
Pada proses karburasi meggunakan medium gas
atau gas carburizing, baja dipanaskan didalam
dapur pemanas dengan tekanan (atmosfer) yang
banyak mengandung gas CO dan gas
hydrokarbon misalnya methana, ethana,
propana, dan lain – lain. Proses ini dilakukan
pada tungku pit (pit furnace). Pemanasan
dilakukan pada temperatur 9000
C - 9400
C.
Gas Carburizing Inlet Port for
Furnace Carburizing Gas
Part to be
Case Hardened
Gambar.4 Gas carburizing
Sumber: www.indoskripsi.com
Setelah lapisan kulit mengandung cukup
karbon, proses dilanjutkan dengan pengerasan
yaitu dengan pendinginan untuk mencapai
kekerasan yang tinggi.
Proses pendinginan (quenching) dapat
dilakukan dengan cara :
1. Pendinginan langsung (Direct Quenching)
adalah pendinginan secara langsung dari media
karburasi. Efek yang timbul adalah
kemungkinan adanya pengelupasan pada benda
kerja. Pada pendinginan langsung ini diperoleh
permukaan benda kerja yang getas.
Gambar.5 Grafik Proses Pendinginan Time
Langsung (Direct Quenching)
Sumber : www.indoskripsi.com
2. Pendinginan tunggal (Single Quenching)
adalah pemanasan dan pendinginan dari
benda kerja setelah benda kerja tersebut di
karburasi dan telah didinginkan pada suhu
kamar. Tujuan dari metode ini adalah untuk
memperbaiki difusisitas dari atom – atom
karbon, dan agar gradien komposisi lebih halus.
3. Double Quenching
adalah proses pendinginan atau pengerasan
pada benda kerja yang telah di karburasi dan
didinginkan pada temperatur kamar kemudian
dipanaskan lagi diluar kotak
karbon pada temperatur kamar lalu dipanaskan
kembali pada temperatur austenit dan baru
didinginkan cepat. Tujuan dari metode ini untuk
mendapatkan butir struktur yang lebih halus.
Sifat - sifat yang dimiliki baja karbon
setelah Proses Karburasi sebagai berikut :
1. Kekerasaan permukaan tinggi dan tahan aus.
2. Tahan temperatur tinggi.
3. Umur lelah lebih tinggi.
Proses pengujian kekerasan logam dapat
diartikan sebagai kemampuan suatu bahan
terhadap pembebanan dalam perubahan yang
tetap, ketika gaya tertentu diberikan pada suatu
benda uji. Harga kekerasan bahan tersebut dapat
dianalisis dari besarnya beban yang diberikan
terhadap luasan bidang yang menerima
pembebanan.
Secara garis besar terdapat tiga metode
pengujian kekerasan logam yaitu penekanan,
goresan, dan dinamik. Proses pengujian yang
mudah dan cepat dalam memperoleh angka
kekerasan yaitu dengan metode penekanan.
Nevada J . Nanuleitta, Alexander A Patty, Analisa Nilai Kekerasan Baja Karbon Rendah (S35C) Dengan Pengaruh 931
Waktu Penahan (Holding Time) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburizing) Dengan Pemanfaatan
Cangkang Kerang Sebagai Katalisator
Dikenal ada tiga jenis metode penekanan, yaitu :
Rockwell, Brinnel, Vickers yang masing-masing
memiliki perbedaan dalam cara menentukan
angka kekerasannya.
Disini penguji memakai pengujian kekerasan
dengan menggunakan metoda pengujian
Rockwell. Pada cara Rockwell pengukuran
langsung dilakukan oleh mesin, dan mesin
langsung menunjukkan angka kekerasan dari
bahan yang diuji. Cara ini lebih cepat dan
akurat. Nilai kekerasan dari pengujian Rockwell
ini ditentukan oleh perbedaan kedalaman
penembusan
Dengan cara Rockwell dapat digunakan
beberapa skala, tergantung pada kombinasi jenis
indentor dan besar beban utama yang
digunakan. Macam-macam skala indentor serta
besar beban utamanya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Penguji menggunakan skala C (HRC) dalam
pengujian ini. Untuk HRC menggunakan beban
150 kg dan dengan menggunakan indenter intan
(diamond) berupa kerucut yang sudut
puncaknya 120o
Gambar 6. Pengujian Rockwell
Kerang atau Phylum mollusca sudah ada
sejak zaman kambrian,kira-kira 450 juta tahun
yang lalu. Hal ini terbukti dengan banyaknya
penemuan fosil molluska yang berasal dari
zaman kambria. Phylum hewani ini merupakan
golongan kedua terbesar didunia hewan
(regnum animalia ). Semuanya tersebar,baik
didarat(teresterial),maupun diair(akuatik).
Penyebaran hewan ini sangat luas ,baik
geografis maupun geologis. Dikenal lebih dari
100.000 spesies yang masih hidup dan mungkin
lebih besar lagi jumlah fosilnya (AE.VINES
DAN N.REES,hal.1394).
Hewan yang termasuk philum molluska
memiliki tubuh lunak,tidak beruas-
ruas(segmen),dengan ciri tubuh bagian atas
(anterior) adalah kepala (caput),sisi
bawah(ventral)berfungsi sebagaikaki musculer.
Dan massa visceranya terdapat pada sisi atas
(dorsal). Molluska berasal dari
kata’’molls’’yang artinya lunak,kalau ditinjau
dari keadaan yang primitif,tubuh molluska
menunjukan simetris bilateral (dimana bagian
sebelah kiri merupakan bayangan dari sebelah
kanan ). Dan sebagian besar tubuh hewan
molluska yang lunak dilindungi oleh cangkang
(exoskleton) yang keras.
Cangkang(exoskleton)yang elindungi tubuh
hewan molluska terbuat dari ± 45% kalsium
karbonat (CaCO3) atau zat kapur.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pelat Baja S-35C, oli SAE 20-50, karbon
(arang kayu nani), dan Cangkang kerang
(CaCOз). Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah oven Pemanas (Barmsteal
Thermolyne Type F-6000), mesin Uji Kekerasan
Mitutoyo Type AR-20, tang Jepit, sarung
tangan, jaket tahan api, gancu, wadah
penampung oli, majun, ampelas, kotak baja.
1. Langkah penelitian
Pengujian kekerasan.
a. Benda uji diukur dan dipotong dan
diampelas permukaan bendanya, serta
namakan tiap-tiap benda uji (pelat), A, B,
dan C, unutk tiap-tiap waktu penahanan
(15, 30, dan 45 menit).
b. Persiapkan Anvil (landasan uji) pada
dudukannya.
c. Pasangkan penetrator berbentuk kerucut
intan atau diamond Indenter
d. Pilih beban pada angka 150 Pa.
e. Putar handwell perlahan-lahan hingga
penetratornya menyentuh benda uji lalu
atur jarum penunjuk dan kencangkan
hingga posisi jarum utama dan jarum
bantu menunjuk angka 0.
f. Tekan tombol start dan biarkan mesin
berproses selama beberapa detik hingga
lampu menyala.
g. Baca harga kekerasan benda yang diuji
pada dial dan angka yang ditunjukan oleh
jarum utama yang tertulis dengan tinta
hitam, satuan kekerasan adalah HRC
kemudian catat data hasil pengujiannya.
932 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 8 Nomor 2, 2011; 927 - 935
h. Putar kembali handwell perlahan-lahan ke
posisi semula dan atur penetratornya pada
benda uji (S-35C) yang belum mengalami
proses pengujian, lalu ulangi langkah
tersebut pada poin f – h.
Catat data hasil pengujian untuk masing-
masing waktu penahanan 15, 30, dan 45 menit
sebagai data awal untuk benda uji (S-35C)
sebelum mengalami proses karburising.
2. Proses Karburasi
a. Benda uji (S-35C) setelah diambil data
kekerasan awal, benda uji dililitkan dengan
kawat baja sebagai tempat pengait untuk
mempermudah proses pengangkatan benda
uji (S-35C) dalam keadaan panas.
b. Mencampur Karbon (arang kayu nani)
60% dengan bubuk Cangkang Kerang
(CaCOз) 40% didalam kotak sementasi
sampai merata.
c. Benda uji (S-35C) diletakan kedalam kotak
sementasi ditimbun dengan Carbon (arang
kayu nani) dan bubuk Tulang Sapi
(CaCOз) tadi hingga menutupi permukaan
seluruhnya supaya sebentar didalam proses
karburising, kedua bubuk tersebut benar-
benar menyatu pada permukaan benda uji
(S-35C)
d. Masukan kotak sementasi kedalam oven
pemanas, dan oven ditutup, nyalakan oven
pemanas lihat temperatur awal oven 27 -
30°C. Tunggu sampai temperatur akhir
pemanasan 900°C, dengan penahanan
waktu pemanasan 15 menit.
e. Matikan oven pemanas lalu buka oven
pemanas keluarkan kotak sementasi dari
dalam oven pemanas dengan mengunakan
tang jepit.
f. Angkat benda uji (S-35C) dari dalam kotak
sementasi dengan mengunakan gancu dan
dimasukan kedalam media pendingin
berupa oli, biarkan hingga dingin.
g. Angkat benda uji (S-35C) dari dalam
media pendingin tersebut, bersikan dari oli
dengan menggunakan majun, lalu ampelas
salah satu sisi hingga bersih (mengkilap)
untuk proses pengujian kekerasan.
h. Untuk penahanan waktu pemanasan 30 dan
45 menit gunakan langkah-langkah proses
karburising dari poin a-g.
Setelah proses karburising semua benda uji
(S-35C) diambil nilai kekerasannya pada proses
pengujian kekerasan menggunakan mesin uji
kekerasan (Hardness Testing Machine)
Mitutoyo seri AR-20.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil eksperimen yang dilakukan dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut :
Tabel 1. Nilai Kekerasan Benda Uji dengan Waktu
Penahanan 15 menit (Pelat A)
Nilai Kekerasan
Titik Pengujian (HRC)
Sebelum Sesudah
1 93 100
2 92 100.25
3 93.25 101.25
4 93 100
5 95 101
6 95.5 100
7 96 100.5
8 96 100.75
9 95 105
10 96.25 101
11 93 101.75
12 94 100.25
13 97.5 103
14 95 101
15 95.25 100
16 95.5 101
17 92.5 101.5
18 95.5 101.5
19 94 103.5
20 94.5 100.5
Rata-rata 94.59 101.19
Berdasarkan hasil eksperimen untuk benda
uji dengan komposisi 60% Karbon (arang kayu
nani) dan 40% Cangkang Kerang (CaCO3) dari
berat 1 kg media pengkarbonan dengan waktu
penahanan 15 menit, diperoleh nilai kekerasan
rata-rata pelat A :
Sebelum proses karburasi : 94.59 HRC
Sesudah proses karburasi : 101,19 HRC
= 6.6 HRC
Untuk laju proses karburasi diperoleh dengan :
Nevada J . Nanuleitta, Alexander A Patty, Analisa Nilai Kekerasan Baja Karbon Rendah (S35C) Dengan Pengaruh 933
Waktu Penahan (Holding Time) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburizing) Dengan Pemanfaatan
Cangkang Kerang Sebagai Katalisator
Nilai
Kekera
san
125
100
75
50
25
0
Untuk laju proses karburasi, diperoleh :
101.19
94.59
Sebelum
Karburasi
Benda Uji
Gambar 7. Nilai kekerasan rata-rata pelat A sebelum dan
sesudah proses Karburasi
Tabel 2. Nilai Kekerasan Benda Uji dengan Waktu
Penahanan 30 menit (Pelat B)
Nilai Kekerasan
Titik Pengujian (HRC)
Sebelum Sesudah
1 94.75 100
2 94 111.25
3 93 108
4 92.75 103
5 95 106.5
6 95 105.5
7 94.75 114.5
8 96 108
9 94.5 103
10 95.5 113.5
11 94.5 103.5
12 95.5 111.5
13 94.75 110
14 95.5 107
15 95.25 110
16 94.25 108.5
17 94 112.5
18 92.75 114.5
19 95 117
20 95.75 111.5
Rata - rata 94.63 108.96
Berdasarkan hasil eksperimen unutk
penahanan waktu 30 menit, diperoleh nilai
kekerasan rata-rata pelat B :
Sebelum proses karburasi : 94,63 HRC
Sesudah proses karburasi : 108,96 HRC
= 14,33 HRC
108.96
125
Kekerasan
94.63
100 Sebelum
75 Karburasi
Nilai
50
25
0
Benda Uji
Gambar 8. Nilai kekerasan rata-rata pelat B sebelum
dan sesudah proses Karburasi
Tabel 3. Nilai Kekerasan Benda Uji dengan Waktu
Penahanan 45 menit (Pelat C)
Nilai Kekerasan
Titik Pengujian (HRC)
Sebelum Sesudah
1 95.5 115.75
2 93.25 115
3 95 116
4 95.5 114.25
5 94.5 116
6 97 112.25
7 96 113.25
8 95.5 113
9 94.5 115
10 96.5 113
11 94.5 113.5
12 93.5 115.25
13 94 114
14 95 115.75
15 93 115
16 95.5 113.25
17 92.75 115.75
18 95 114
19 96.5 115.25
20 92.25 113
Rata-rata 94.76 123.38
934 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 8 Nomor 2, 2011; 927 - 935
Berdasarkan hasil eksperimen untuk
penahanan waktu 45 menit, diperoleh nilai
kekerasan rata-rata pelat C :
Sebelum proses karburasi : 94,76 HRC
Sesudah proses karburasi : 123,38 HRC
= 28,62 HRC
Untuk laju proses karburasi, diperoleh :
123.38
125
Kekerasan
94.76 Sebelum
100 Karburasi
Karburasi
75 Sesudah
Nilai
50
25
0 Benda Uji
Gambar 9. Nilai kekerasan rata-rata pelat C sebelum
dan sesudah proses Karburasi
Dengan bertambahan waktu penahanan
(Holding Time) pada proses karburasi
peningkatan nilai kekerasan semakin meningkat
pula, hal ini disebabkan karena material
diberikan waktu yang lama untuk menyerap
karbon pada proses tersebut hal ini dapat terlihat
dari dari rata-rata peningkatan nilai kekerasan
Rata-rata Nilai Kekerasan
125.00 123.38
108.96
NilaiKekerasan
100.00 101.19
75.00 94.59 94.63 94.76
50.00
25.00
Palat A Plat B Plat C
Sebelum "K Sesudah "K
Gambar 10. Rata-rata Nilai Kekerasan
Tiap Pelat
Grafik Rata-rata Laju Peningkatan
proses penyerapan Karbon
1
(HRC/mnt)
0.9
0.8
0.7
0.636
Penyerapan
0.6
0.44
0.478
0.5
0.4
laju
0.3
0.2
0.1
Palat A Plat B Plat C
Laju Penyerapan karbon
Gambar 11. Rata-rata Laju peningkatan prose
penyerapan Karbon
Dari grafik pada gambar 10 dan 11 yang
dilihat diatas bahwa peningkatan nilai kekerasan
paling tinggi terdapat pada Plat C dengan
penahanan waktu (Holding Time) sebesar 45
menit yaitu sebesar 123.38 HRC dari 94.76
Nevada J . Nanuleitta, Alexander A Patty, Analisa Nilai Kekerasan Baja Karbon Rendah (S35C) Dengan Pengaruh 935
Waktu Penahan (Holding Time) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburizing) Dengan Pemanfaatan
Cangkang Kerang Sebagai Katalisator
HRC dengan peningkatan sebesar 28.62 HRC
atau rata-rata peningkatan sebesar 30.2%.
Peningkatan ini disebabkan material uji
(Plat) diberikan kesempatan menyerap karbon
pada proses karburasi di dalam kotak sementasi
(kotak baja), jadi semakin lama waktu
penahanan (45 menit) nilai kekerasan akan
semakin tinggi pula.
Yang menyebabkan peningkatan laju nilai
kekerasan pada proses karburasi dengan
temperature 900ºC, adalah dimana fase S35C
telah mencapai fase Austenit sehingga
penyerapan karbon pada permukaan S35C
menuju merata, hal ini juga terbantukan dengan
proses pendinginan langsung (direck
Quenching) dengan material pendingin oli SAE
20-50, dari proses pendinginan ini fase S35C
menuju Fase Austenite + ferrite dimana didalam
fase ini kekerasan pada S35C semakin merata.
V. KESIMPULAN
Penelitian menunjukan bahwa
pemanfaatan media lokal dalam hal ini Cankang
kerang (CaCO3) dapat dipergunakan sebagai
alternatif pengganti katalisator BaCO3 (Barium
Carbonat) dalam proses Karburasi Padat. Laju
penyerapan karbon paling cepat terjadi pada
proses dengan penahanan waktu 45 menit
dengan komposisi dari 1 kg campuran yang
terdiri 60% karbon (arang kayu nani) dan 40%
Cangkang kerang (CaCO3) yaitu sebesar 123,38
HRC. Kemudian di ikuti dengan penahanan
waktu (Holding Time) 30 menit dan 15 menit
dengan nilai 108,96 dan 101,19 dimana
Peningkatan laju nilai kekerasan rata-rata
terbesar juga terjadi pada penahanan waktu 45
menit, sebesar 0,636, atau 30,2%.
DAFTAR PUSTAKA
Beumer Ing, B. J. M., (1994): Ilmu Bahan
Logam. Terjemahan B. S. Anwir. Jilid
III. Penerbit Bhatara. Jakarta
Hari, A. dan Daryanto. (1999): Ilmu Bahan.
Bumi Aksara. Jakarta.
Materi kuliah Ilmu Bahan. ITS. Surabaya
Mochyidin, A., (2004): Analisa Pengaruh
Waktu Tahan Terhadap Baja Karbon
Rendah Dengan Metode Pack
Carburizing.
http://One.Indoskripsi.Com/Node/
Odink, A., (1947): Ensiklopedia Material
Untuk Konstruksi Permesinan. Edisi
Ketiga. Moskow.
Pengetahuan Bahan 2. ITB. Bandung.
Schonmentz, I. A., dkk. (1985): Pengetahuan
Bahan Dan Pengerjaan Logam.
Penerbit Angkasa. Bandung
Suratman, Rochim., (1994): Panduan Proses
Perlakuan Panas. Lembaga Penelitian
ITB. Bandung
Van Vlack, L., (1992): Ilmu dan Teknologi
Bahan. Terjemahan Srianti Djaprie. Edisi
Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta. Wardoyo, J.
T., (2005): Metode Peningkatan
Tegangan Tarik Dan Kekerasan Pada
Baja Karbon Rendah Melalui Baja
Fasa Ganda.
http://www.indoskripsi.com
Nevada J . Nanuleitta, Alexander A Patty, Analisa Nilai Kekerasan Baja Karbon Rendah (S35C) Dengan Pengaruh 935
Waktu Penahan (Holding Time) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburizing) Dengan Pemanfaatan
Cangkang Kerang Sebagai Katalisator
HRC dengan peningkatan sebesar 28.62 HRC
atau rata-rata peningkatan sebesar 30.2%.
Peningkatan ini disebabkan material uji
(Plat) diberikan kesempatan menyerap karbon
pada proses karburasi di dalam kotak sementasi
(kotak baja), jadi semakin lama waktu
penahanan (45 menit) nilai kekerasan akan
semakin tinggi pula.
Yang menyebabkan peningkatan laju nilai
kekerasan pada proses karburasi dengan
temperature 900ºC, adalah dimana fase S35C
telah mencapai fase Austenit sehingga
penyerapan karbon pada permukaan S35C
menuju merata, hal ini juga terbantukan dengan
proses pendinginan langsung (direck
Quenching) dengan material pendingin oli SAE
20-50, dari proses pendinginan ini fase S35C
menuju Fase Austenite + ferrite dimana didalam
fase ini kekerasan pada S35C semakin merata.
V. KESIMPULAN
Penelitian menunjukan bahwa
pemanfaatan media lokal dalam hal ini Cankang
kerang (CaCO3) dapat dipergunakan sebagai
alternatif pengganti katalisator BaCO3 (Barium
Carbonat) dalam proses Karburasi Padat. Laju
penyerapan karbon paling cepat terjadi pada
proses dengan penahanan waktu 45 menit
dengan komposisi dari 1 kg campuran yang
terdiri 60% karbon (arang kayu nani) dan 40%
Cangkang kerang (CaCO3) yaitu sebesar 123,38
HRC. Kemudian di ikuti dengan penahanan
waktu (Holding Time) 30 menit dan 15 menit
dengan nilai 108,96 dan 101,19 dimana
Peningkatan laju nilai kekerasan rata-rata
terbesar juga terjadi pada penahanan waktu 45
menit, sebesar 0,636, atau 30,2%.
DAFTAR PUSTAKA
Beumer Ing, B. J. M., (1994): Ilmu Bahan
Logam. Terjemahan B. S. Anwir. Jilid
III. Penerbit Bhatara. Jakarta
Hari, A. dan Daryanto. (1999): Ilmu Bahan.
Bumi Aksara. Jakarta.
Materi kuliah Ilmu Bahan. ITS. Surabaya
Mochyidin, A., (2004): Analisa Pengaruh
Waktu Tahan Terhadap Baja Karbon
Rendah Dengan Metode Pack
Carburizing.
http://One.Indoskripsi.Com/Node/
Odink, A., (1947): Ensiklopedia Material
Untuk Konstruksi Permesinan. Edisi
Ketiga. Moskow.
Pengetahuan Bahan 2. ITB. Bandung.
Schonmentz, I. A., dkk. (1985): Pengetahuan
Bahan Dan Pengerjaan Logam.
Penerbit Angkasa. Bandung
Suratman, Rochim., (1994): Panduan Proses
Perlakuan Panas. Lembaga Penelitian
ITB. Bandung
Van Vlack, L., (1992): Ilmu dan Teknologi
Bahan. Terjemahan Srianti Djaprie. Edisi
Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta. Wardoyo, J.
T., (2005): Metode Peningkatan
Tegangan Tarik Dan Kekerasan Pada
Baja Karbon Rendah Melalui Baja
Fasa Ganda.
http://www.indoskripsi.com

Contenu connexe

Tendances

Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)
p4n71
 
Aspek aspek keselamatan kerja dalam membubut
Aspek aspek keselamatan kerja dalam membubutAspek aspek keselamatan kerja dalam membubut
Aspek aspek keselamatan kerja dalam membubut
Tresna Hikmawan
 
Dasar roda gigi transmisi
Dasar   roda gigi  transmisiDasar   roda gigi  transmisi
Dasar roda gigi transmisi
Alen Pepa
 

Tendances (20)

Elemen Mesin II - Rantai
Elemen Mesin II - RantaiElemen Mesin II - Rantai
Elemen Mesin II - Rantai
 
Tabel standard ulir
Tabel standard ulirTabel standard ulir
Tabel standard ulir
 
Baut dan Mur
Baut dan MurBaut dan Mur
Baut dan Mur
 
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)
Laporan NDT, magnetic particle inspection (mpi)
 
Uji tarik
Uji tarikUji tarik
Uji tarik
 
Ulir, baut, mur dan sekrup
Ulir, baut, mur dan sekrupUlir, baut, mur dan sekrup
Ulir, baut, mur dan sekrup
 
Blok ukur & jam ukur
Blok ukur & jam ukurBlok ukur & jam ukur
Blok ukur & jam ukur
 
Konsep dislokasi
Konsep dislokasiKonsep dislokasi
Konsep dislokasi
 
02. apa itu annealing
02. apa itu annealing02. apa itu annealing
02. apa itu annealing
 
Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - Bantalan
 
Proses pengerolan
Proses pengerolanProses pengerolan
Proses pengerolan
 
Laporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasanLaporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasan
 
Aspek aspek keselamatan kerja dalam membubut
Aspek aspek keselamatan kerja dalam membubutAspek aspek keselamatan kerja dalam membubut
Aspek aspek keselamatan kerja dalam membubut
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
 
Makalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik TekanMakalah Pengujian Tarik Tekan
Makalah Pengujian Tarik Tekan
 
Baut dan-mur
Baut dan-murBaut dan-mur
Baut dan-mur
 
Proses penuangan & pembekuan logam
Proses penuangan & pembekuan logamProses penuangan & pembekuan logam
Proses penuangan & pembekuan logam
 
Dasar roda gigi transmisi
Dasar   roda gigi  transmisiDasar   roda gigi  transmisi
Dasar roda gigi transmisi
 
Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)Non destructive test (ndt)
Non destructive test (ndt)
 

Similaire à Komposisi Material S35C

Tugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik MesinTugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik Mesin
Alekson Sihombing
 
13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser
13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser
13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser
OsamaOsama30
 
Isi laporan kalsinasi
Isi laporan kalsinasiIsi laporan kalsinasi
Isi laporan kalsinasi
Irwin Maulana
 
Pack carburizing presentasi
Pack carburizing presentasiPack carburizing presentasi
Pack carburizing presentasi
Dicky Ashshiddiq
 

Similaire à Komposisi Material S35C (20)

Tugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik MesinTugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik Mesin
 
PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN OBSERVASI STRUKTUR MIKRO PADA BAJA LATERIT HASI...
PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN OBSERVASI STRUKTUR MIKRO PADA BAJA LATERIT HASI...PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN OBSERVASI STRUKTUR MIKRO PADA BAJA LATERIT HASI...
PENINGKATAN SIFAT MEKANIK DAN OBSERVASI STRUKTUR MIKRO PADA BAJA LATERIT HASI...
 
Jurnal ilmiah material__umen_rumendi
Jurnal ilmiah material__umen_rumendiJurnal ilmiah material__umen_rumendi
Jurnal ilmiah material__umen_rumendi
 
Material teknik
Material teknikMaterial teknik
Material teknik
 
Pak nandi
Pak nandiPak nandi
Pak nandi
 
Proses perlakuanpanas
Proses perlakuanpanasProses perlakuanpanas
Proses perlakuanpanas
 
Bab%20 ii
Bab%20 iiBab%20 ii
Bab%20 ii
 
13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser
13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser
13.naskah jurnal upn sumiyanto & abdunnaser
 
Besi tuang
Besi tuangBesi tuang
Besi tuang
 
Isi laporan kalsinasi
Isi laporan kalsinasiIsi laporan kalsinasi
Isi laporan kalsinasi
 
Baja - Besi Tuang - Al
Baja - Besi Tuang - AlBaja - Besi Tuang - Al
Baja - Besi Tuang - Al
 
heat treatment
heat treatmentheat treatment
heat treatment
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinya
 
Pengertian electric arc furnance
Pengertian electric arc furnancePengertian electric arc furnance
Pengertian electric arc furnance
 
Pack carburizing presentasi
Pack carburizing presentasiPack carburizing presentasi
Pack carburizing presentasi
 
Surface hardening
Surface hardeningSurface hardening
Surface hardening
 
Material Teknik Dasar
Material Teknik DasarMaterial Teknik Dasar
Material Teknik Dasar
 
Teknologi baja kelompok 3
Teknologi baja kelompok 3Teknologi baja kelompok 3
Teknologi baja kelompok 3
 
Heat treatment
Heat treatment Heat treatment
Heat treatment
 
SEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptxSEMINAR PROPOSAL.pptx
SEMINAR PROPOSAL.pptx
 

Dernier

Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
yoodika046
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
IftitahKartika
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
rororasiputra
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
EnginerMine
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
arifyudianto3
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
VinaAmelia23
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
Arisatrianingsih
 

Dernier (19)

BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian KompetePEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
 
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdfB_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifierKonsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 

Komposisi Material S35C

  • 1. ANALISA NILAI KEKERASAN BAJA KARBON RENDAH (S35C) DENGAN PENGARUH WAKTU PENAHANAN (HOLDING TIME) MELALUI PROSES PENGARBONAN PADAT (PACK CARBURIZING) DENGAN PEMANFAATAN CANGKANG KERANG SEBAGAI KATALISATOR Nevada J. M. Nanulaitta*) , Alexander. A. Patty**) Abstrak S35C steel, which is steel with carbon content of 0.30 to 0.35% carbon, including in the category of steel with low carbon content. In raising the value of mechanical steel (hardness), could be solved with malakukan heat treatment process in this case solid carburizing method (pack carburizing), This is done in this study. The results obtained after the research process using a mixture ratio of 60% carbon (wood charcoal nani) and 40% catalyst used in this case Clamshell (CaCO3) from 1 kg of carburizing medium, with a hold time 15 minutes, 30 minutes and 45 minutes. Where increasing the value of hardness to 15 minutes of 6.6 HRC, 30 minutes 14.33 45 minutes 28.62 HRC and HRC. Detention time of 45 minutes has increased hardness value is high enough, this proves that the longer the detention time would increase the value of local media violence and the use of shells as a catalyst in a solid carburizing process. Keyword : Hardness number, pack carburizing, Clamshell. I. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, sangat mempengaruhi kehidupan manusia yang merasakan secara langsung dampak pengembangannya di berbagai bidang. Apabila di perhatikan secara baik, segala kebutuhan manusia tidak terlepas dari unsur logam, sebagai salah satu bahan dasar yang dapat dirangkaikan menjadi sebuah produk jadi, melalui proses kerja yang berlangsung secara kontinyu. Pada pusat-pusat industri seperti otomotif sampai industri tradisional yang terdapat di daerah-daerah, juga menggunakan peralatan yang terbuat dari logam. Oleh sebab itu, timbul kreasi dan inovasi dari manusia sebagai pelaku industri untuk dapat memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanik dari logam tersebut. Proses perlakuan panas pada logam sangatlah bermanfaat untuk mendapatkan logam yang berkualitas dan memiliki sifat-sifat fisik meliputi konduktivitas listrik, struktur mikro, densitas dan sifat mekanik yang lebih baik terutama dalam hal kekerasan, kekenyalan dan pengerjaan dari sifat asal. Produksi logam sebagian besar adalah baja. Baja adalah logam besi yang banyak digunakan baik dalam dunia industri-industri, kebutuhan rumah tangga (seperti parang, linggis, pisau dan lainnya) atau bidang kerja lain. Dalam bidang perbengkelan sebagian besar peralatannya terbuat dari baja misalnya mata pahat bubut, bor dan lainnya yang dalam penggunaan sehari-hari juga dapat mengalami penumpulan (keausan) atau kerusakan akibat bersentuhan dengan benda keras. Untuk mendapatkan baja dengan nilai kekerasan tertentu agaklah sulit, kalaupun ada harganya cukup mahal. Oleh karena itu perlu adanya terobosan untuk mencari alternatif lain untuk mengubah nilai kekerasan baja yang tersedia khususnya baja karbon rendah. Untuk mengubah nilai kekerasan dari baja karbon rendah diperlukan beberapa proses pengerjaan logam salah satu diantaranya melalui proses penambahan karbon dari baja tersebut atau yang sering disebut karburising. Baja dengan kadar karbon rendah (dibawah 0,3%C), dapat dikarbonkan, khusus untuk baja S-35C dengan 0,20% s/d 0,35% C yang memiliki sifat kurang baik untuk disepuh namun dapat disementir. Salah satu proses perlakuan panas logam adalah proses karburasi (carburizing) yang bertujuan meningkatkan ketahanan aus dan ketahanan terhadap pembebanan yang tiba-tiba dan karakteristik fatiq dengan cara menambah kekerasan permukaan logam. Biasanya untuk proses karburising digunakan karbon (arang kayu nani) di campur dengan barium carbonat sebagai media pengarbonan padat melalui *) ** ) Nevada Nanulaitta: Dosen Jurusan Mesin Politeknik Negeri Ambon Alexander Patty; Dosen Jurusan Mesin Pollitekni Negeri Ambon
  • 2. 928 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 8 Nomor 2, 2011; 927 - 935 proses pemanasan. Tetapi dengan pemanfaatan sumber daya alam local, Barium Carbonat (BaCOз) dapat diganti dengan Cangkang Kerang dengan kadar kalsium karbonat (CaCOз) dengan presentasi ±45 %. Dengan demikian maksud dari proses karburising ini agar baja karbon rendah tersebut mampu menyerap karbon (pengarbonan) pada lingkungan yang mampu menyerahkan karbon padanya supaya dapat meningkatkan nilai kekerasan (sifat-sifat mekanis) dari baja tersebut. Pada proses perlakuan panas ini material yang dipergunakan plat baja S-35C, dengan bahan yang dipakai berupa bubuk Carbon dengan komposisi 60% dan Cangkang Kerang (CaCOз) 40% sebagai energizer yang mempercepat proses karburasi dengan waktu penahanan adalah 15 menit, 30 menit, dan 45 menit dengan media pendingin berupa oli SAE 20-50. II. TINJAUAN PUSTAKA Baja adalah paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur- unsur lain seperti mangan (Mn), silikon (Si), dan nikel (Ni), vanadium (V), molybdenum (Mo) dan lain sebagainya dalam presentasi yang kecil. Berdasarkan kandungan karbon, maka baja dibedakan menjadi (Beumer, B.J.M., 1994., Ilmu Bahan Logam., hal 20): 1. Baja Karbon rendah (0,05% - 0,35% C) 2. Baja Karbon Menengah (0,35% - 0,50% C) 3. Baja Karbon Tinggi (0,50% - 1,7% C) Kadar karbon mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap mutu baja. Baja dengan kadar karbon 0,1 – 0,35% tidak dapat dikeraskan (dipijarkan dan didinginkan tiba-tiba). Baja dengan kadar karbon rendah mempunyai nilai kekerasan yang rendah pula. Makin rendah kadar karbonnya maka baja tersebut makin lunak dan mudah ditempa, sebaliknya makin tinggi kadar karbonnya maka makin besar pula nilai kekerasannya. Sifat mekanis baja juga dipengaruhi oleh cara mengadakan ikatan karbon dengan besi. Menurut Schonmetz (1985) terdapat 3 bentuk utama kristal saat karbon mengadakan ikatan dengan besi, yaitu : 1. Ferit, yaitu besi murni (Fe) terletak rapat saling berdekatan tidak teratur, baik bentuk maupun besarnya. Ferit merupakan bagian baja yang paling lunak, ferrit murni tidak akan cocok digunakan sebagai bahan untuk benda kerja yang menahan beban karena kekuatannya kecil. 2. Karbid besi (Fe3C), suatu senyawa kimia antara besi dengan karbon sebagai struktur tersendiri yang dinamakan sementit. Peningkatan kandungan karbon akan menambah kadar sementit. Sementit dalam baja merupakan unsur yang paling keras. 3. Perlit, merupakan campuran antara ferrit dan sementit dengan kandungan karbon sebesar 0,8%. Struktur perlitis mempunyai kristal ferrit tersendiri dari serpihan sementit halus yang saling berdampingan dalam lapisan tipis mirip lamel. Perlakuan panas adalah suatu perlakuan yang diberikan pada suatu bahan dengan tujuan agar diperoleh sifat-sifat yang diinginkan (Schonmetz., A., dan Gruber, K, 1990, Pengetahuan Bahan dalam Pengerjaan Logam, hal : 38) Perubahan sifat yang dihasilkan merupakan akibat dari perubahan struktur mikro yang terjadi sesuai dengan kecepatan laju pendinginan. Proses perlakuan yang diterapkan pada sebuah logam meliputi pemanasan sampai temperature tertentu (Fasa austenisasi), kemudian diberikan penahan waktu (holding time) beberapa saat proses pendinginan langsung. Melalui perlakuan panas, struktur baja dapat berubah. Perubahan ini juga yang akan mempengaruhi perubahan nilai kekerasan pada baja. Pengerasan permukaan disebut juga case hardening, dapat juga dikatakan sebagai suatu proses laku panas yang diterapkan pada suatu logam agar memperoleh sifat-sifat tertentu. Dalam hal ini hanya pengerasan permukaannya saja. Dengan demikian lapisan permukaan mempunyai kekerasan yang tinggi, sedangkan bagian yang dalam tetap seperti semula, yaitu dengan kekerasan rendah tetapi keuletan atau ketangguhannya tinggi. Karena banyaknya cara proses pengerasan permukaan diantaranya adalah :  Carburizing (karburasi mengunakan media padat, cair, atau gas)  Nitriding  Dan lain-lain. Penambahan karbon yang disebut carburizing atau karburasi, dilakukan dengan cara memanaskan pada temperatur yang cukup tinggi yaitu pada temperatur austenit dalam lingkungan yang mengandung atom karbon
  • 3. Nevada J . Nanuleitta, Alexander A Patty, Analisa Nilai Kekerasan Baja Karbon Rendah (S35C) Dengan Pengaruh 929 Waktu Penahan (Holding Time) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburizing) Dengan Pemanfaatan Cangkang Kerang Sebagai Katalisator aktif, sehingga atom karbon aktif tersebut akan berdifusi masuk ke dalam permukaan baja dan mencapai kedalaman tertentu. Ada 3 cara dalam penambahan karbon atau karburasi (carburizing), yaitu : 1. Menggunakan medium padat atau Pack Carburizing Benda kerja dimasukkan ke dalam kotak yang berisi bubuk karbon dan ditutup rapat kemudian dipanaskan pada temperatur austenit, yaitu antara 8250 C - 9250 C selama waktu tertentu. Bahan carburising terdiri dari bubuk karbon aktif 60 %, ditambah BaCO3 (Barium Carbonat) atau NaCO3 (Natrium Carbonat) sebanyak 40 % sebagai energizer atau activator yang mempercepat proses karburisasi. Namun biasanya BaCO3 yang dipakai karena lebih mudah terurai dari pada NaCO3. Sebenarnya tanpa energizerpun dapat terjadi proses carburizing karena temperatur sangat tinggi, maka karbon teroksidasi oleh oksigen yang terperangkap dalam kotak menjadi CO2, reaksi dengan karbon bereaksi terus hingga didapat ; CO2 + C 2 CO Dengan temperatur yang semakin tinggi keseimbangan reaksi makin cenderung ke kanan, makin banyak CO. Pada permukaan baja CO akan terurai ; 2 CO CO2 + C Dimana C yang terbentuk ini berupa atom karbon yang dapat masuk berdifusi ke dalam fase austenit dari baja. Dengan adanya energizer proses akan lebih mudah berlangsung karena meskipun udara yang terperangkap sedikit, tetapi energizer menyediakan CO2 yang akan segera mulai mengaktifkan reaksi - reaksi selanjutnya. Reaksi dekomposisi CaCO3 ; CaCO3 Ca O + CO2 Dengan temperatur tinggi baja mampu melarutkan banyak karbon, maka dalam waktu singkat permukaan baja dapat menyerap karbon hingga mencapai batas jenuhnya. Tutup Kotak Kontainer Kotak Kontainer Benda Kerja (Spesimen) Bubuk Karbon + Barium Carbonat Gambar.1 Kotak sementasi Sumber: www.indoskripsi.com Maksudnya bila baja yang dikeraskan permukaannya mengalami pemanasan hingga temperatur tinggi atau temperatur austenit maka difusi karbon dapat mencapai batas jenuhnya yang berdifusi melebihi batas Acm maka akan terjadi atau tumbuh fasa baru yaitu sementit. ( Rochim Suratman, 1994). Gambar.2 Potongan Diagram Fase Fe-Fe3C Sumber : www.indoskripsi.com Keuntungan dari proses ini adalah dapat digunakan pada proses pengerasan permukaan yang relatif tebal. Sedangkan kerugiannya adalah jika lapisan terlalu tebal, pada saat pendinginan (quenching) akan retak atau terkelupas, benda uji tersebut mengalami shock karena pendinginan yang tiba - tiba. 2. Menggunakan medium cair atau Liquid Carburizing Pada karburasi yang menggunakan medium cair atau Liquid Carburizing biasanya pemanasan benda kerja menggunakan garam cair (salt bath) yang terdiri dari campuran sodium cyanide (NaCN) atau potasium cyanide (KCN) yang berfungsi sebagai
  • 4. 930 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 8 Nomor 2, 2011; 927 - 935 karburasi agent yang aktif, dengan Na2CO3 yang berfungsi sebagai energizer dan penurun titik cair garam. Udara Garam Cair Koil Pemanas Benda Kerja Steel Currible Batu Tahan Api Gambar.3 Liquid Carburizing Sumber: www.indoskripsi.com Temperatur Temperatur Austenit Pendinginan Keuntungan dari proses ini adalah dapat mengeraskan baja tetapi tidak lebih dari 0,5 mm, dapat juga untuk benda kerja yang kecil, dan juga proses oksidasi dan dekarbonisasi dapat dicegah. 3. Menggunakan medium gas atau Gas Carburizing Pada proses karburasi meggunakan medium gas atau gas carburizing, baja dipanaskan didalam dapur pemanas dengan tekanan (atmosfer) yang banyak mengandung gas CO dan gas hydrokarbon misalnya methana, ethana, propana, dan lain – lain. Proses ini dilakukan pada tungku pit (pit furnace). Pemanasan dilakukan pada temperatur 9000 C - 9400 C. Gas Carburizing Inlet Port for Furnace Carburizing Gas Part to be Case Hardened Gambar.4 Gas carburizing Sumber: www.indoskripsi.com Setelah lapisan kulit mengandung cukup karbon, proses dilanjutkan dengan pengerasan yaitu dengan pendinginan untuk mencapai kekerasan yang tinggi. Proses pendinginan (quenching) dapat dilakukan dengan cara : 1. Pendinginan langsung (Direct Quenching) adalah pendinginan secara langsung dari media karburasi. Efek yang timbul adalah kemungkinan adanya pengelupasan pada benda kerja. Pada pendinginan langsung ini diperoleh permukaan benda kerja yang getas. Gambar.5 Grafik Proses Pendinginan Time Langsung (Direct Quenching) Sumber : www.indoskripsi.com 2. Pendinginan tunggal (Single Quenching) adalah pemanasan dan pendinginan dari benda kerja setelah benda kerja tersebut di karburasi dan telah didinginkan pada suhu kamar. Tujuan dari metode ini adalah untuk memperbaiki difusisitas dari atom – atom karbon, dan agar gradien komposisi lebih halus. 3. Double Quenching adalah proses pendinginan atau pengerasan pada benda kerja yang telah di karburasi dan didinginkan pada temperatur kamar kemudian dipanaskan lagi diluar kotak karbon pada temperatur kamar lalu dipanaskan kembali pada temperatur austenit dan baru didinginkan cepat. Tujuan dari metode ini untuk mendapatkan butir struktur yang lebih halus. Sifat - sifat yang dimiliki baja karbon setelah Proses Karburasi sebagai berikut : 1. Kekerasaan permukaan tinggi dan tahan aus. 2. Tahan temperatur tinggi. 3. Umur lelah lebih tinggi. Proses pengujian kekerasan logam dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap, ketika gaya tertentu diberikan pada suatu benda uji. Harga kekerasan bahan tersebut dapat dianalisis dari besarnya beban yang diberikan terhadap luasan bidang yang menerima pembebanan. Secara garis besar terdapat tiga metode pengujian kekerasan logam yaitu penekanan, goresan, dan dinamik. Proses pengujian yang mudah dan cepat dalam memperoleh angka kekerasan yaitu dengan metode penekanan.
  • 5. Nevada J . Nanuleitta, Alexander A Patty, Analisa Nilai Kekerasan Baja Karbon Rendah (S35C) Dengan Pengaruh 931 Waktu Penahan (Holding Time) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburizing) Dengan Pemanfaatan Cangkang Kerang Sebagai Katalisator Dikenal ada tiga jenis metode penekanan, yaitu : Rockwell, Brinnel, Vickers yang masing-masing memiliki perbedaan dalam cara menentukan angka kekerasannya. Disini penguji memakai pengujian kekerasan dengan menggunakan metoda pengujian Rockwell. Pada cara Rockwell pengukuran langsung dilakukan oleh mesin, dan mesin langsung menunjukkan angka kekerasan dari bahan yang diuji. Cara ini lebih cepat dan akurat. Nilai kekerasan dari pengujian Rockwell ini ditentukan oleh perbedaan kedalaman penembusan Dengan cara Rockwell dapat digunakan beberapa skala, tergantung pada kombinasi jenis indentor dan besar beban utama yang digunakan. Macam-macam skala indentor serta besar beban utamanya dapat dilihat pada tabel berikut. Penguji menggunakan skala C (HRC) dalam pengujian ini. Untuk HRC menggunakan beban 150 kg dan dengan menggunakan indenter intan (diamond) berupa kerucut yang sudut puncaknya 120o Gambar 6. Pengujian Rockwell Kerang atau Phylum mollusca sudah ada sejak zaman kambrian,kira-kira 450 juta tahun yang lalu. Hal ini terbukti dengan banyaknya penemuan fosil molluska yang berasal dari zaman kambria. Phylum hewani ini merupakan golongan kedua terbesar didunia hewan (regnum animalia ). Semuanya tersebar,baik didarat(teresterial),maupun diair(akuatik). Penyebaran hewan ini sangat luas ,baik geografis maupun geologis. Dikenal lebih dari 100.000 spesies yang masih hidup dan mungkin lebih besar lagi jumlah fosilnya (AE.VINES DAN N.REES,hal.1394). Hewan yang termasuk philum molluska memiliki tubuh lunak,tidak beruas- ruas(segmen),dengan ciri tubuh bagian atas (anterior) adalah kepala (caput),sisi bawah(ventral)berfungsi sebagaikaki musculer. Dan massa visceranya terdapat pada sisi atas (dorsal). Molluska berasal dari kata’’molls’’yang artinya lunak,kalau ditinjau dari keadaan yang primitif,tubuh molluska menunjukan simetris bilateral (dimana bagian sebelah kiri merupakan bayangan dari sebelah kanan ). Dan sebagian besar tubuh hewan molluska yang lunak dilindungi oleh cangkang (exoskleton) yang keras. Cangkang(exoskleton)yang elindungi tubuh hewan molluska terbuat dari ± 45% kalsium karbonat (CaCO3) atau zat kapur. III. METODOLOGI PENELITIAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelat Baja S-35C, oli SAE 20-50, karbon (arang kayu nani), dan Cangkang kerang (CaCOз). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven Pemanas (Barmsteal Thermolyne Type F-6000), mesin Uji Kekerasan Mitutoyo Type AR-20, tang Jepit, sarung tangan, jaket tahan api, gancu, wadah penampung oli, majun, ampelas, kotak baja. 1. Langkah penelitian Pengujian kekerasan. a. Benda uji diukur dan dipotong dan diampelas permukaan bendanya, serta namakan tiap-tiap benda uji (pelat), A, B, dan C, unutk tiap-tiap waktu penahanan (15, 30, dan 45 menit). b. Persiapkan Anvil (landasan uji) pada dudukannya. c. Pasangkan penetrator berbentuk kerucut intan atau diamond Indenter d. Pilih beban pada angka 150 Pa. e. Putar handwell perlahan-lahan hingga penetratornya menyentuh benda uji lalu atur jarum penunjuk dan kencangkan hingga posisi jarum utama dan jarum bantu menunjuk angka 0. f. Tekan tombol start dan biarkan mesin berproses selama beberapa detik hingga lampu menyala. g. Baca harga kekerasan benda yang diuji pada dial dan angka yang ditunjukan oleh jarum utama yang tertulis dengan tinta hitam, satuan kekerasan adalah HRC kemudian catat data hasil pengujiannya.
  • 6. 932 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 8 Nomor 2, 2011; 927 - 935 h. Putar kembali handwell perlahan-lahan ke posisi semula dan atur penetratornya pada benda uji (S-35C) yang belum mengalami proses pengujian, lalu ulangi langkah tersebut pada poin f – h. Catat data hasil pengujian untuk masing- masing waktu penahanan 15, 30, dan 45 menit sebagai data awal untuk benda uji (S-35C) sebelum mengalami proses karburising. 2. Proses Karburasi a. Benda uji (S-35C) setelah diambil data kekerasan awal, benda uji dililitkan dengan kawat baja sebagai tempat pengait untuk mempermudah proses pengangkatan benda uji (S-35C) dalam keadaan panas. b. Mencampur Karbon (arang kayu nani) 60% dengan bubuk Cangkang Kerang (CaCOз) 40% didalam kotak sementasi sampai merata. c. Benda uji (S-35C) diletakan kedalam kotak sementasi ditimbun dengan Carbon (arang kayu nani) dan bubuk Tulang Sapi (CaCOз) tadi hingga menutupi permukaan seluruhnya supaya sebentar didalam proses karburising, kedua bubuk tersebut benar- benar menyatu pada permukaan benda uji (S-35C) d. Masukan kotak sementasi kedalam oven pemanas, dan oven ditutup, nyalakan oven pemanas lihat temperatur awal oven 27 - 30°C. Tunggu sampai temperatur akhir pemanasan 900°C, dengan penahanan waktu pemanasan 15 menit. e. Matikan oven pemanas lalu buka oven pemanas keluarkan kotak sementasi dari dalam oven pemanas dengan mengunakan tang jepit. f. Angkat benda uji (S-35C) dari dalam kotak sementasi dengan mengunakan gancu dan dimasukan kedalam media pendingin berupa oli, biarkan hingga dingin. g. Angkat benda uji (S-35C) dari dalam media pendingin tersebut, bersikan dari oli dengan menggunakan majun, lalu ampelas salah satu sisi hingga bersih (mengkilap) untuk proses pengujian kekerasan. h. Untuk penahanan waktu pemanasan 30 dan 45 menit gunakan langkah-langkah proses karburising dari poin a-g. Setelah proses karburising semua benda uji (S-35C) diambil nilai kekerasannya pada proses pengujian kekerasan menggunakan mesin uji kekerasan (Hardness Testing Machine) Mitutoyo seri AR-20. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil eksperimen yang dilakukan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut : Tabel 1. Nilai Kekerasan Benda Uji dengan Waktu Penahanan 15 menit (Pelat A) Nilai Kekerasan Titik Pengujian (HRC) Sebelum Sesudah 1 93 100 2 92 100.25 3 93.25 101.25 4 93 100 5 95 101 6 95.5 100 7 96 100.5 8 96 100.75 9 95 105 10 96.25 101 11 93 101.75 12 94 100.25 13 97.5 103 14 95 101 15 95.25 100 16 95.5 101 17 92.5 101.5 18 95.5 101.5 19 94 103.5 20 94.5 100.5 Rata-rata 94.59 101.19 Berdasarkan hasil eksperimen untuk benda uji dengan komposisi 60% Karbon (arang kayu nani) dan 40% Cangkang Kerang (CaCO3) dari berat 1 kg media pengkarbonan dengan waktu penahanan 15 menit, diperoleh nilai kekerasan rata-rata pelat A : Sebelum proses karburasi : 94.59 HRC Sesudah proses karburasi : 101,19 HRC = 6.6 HRC Untuk laju proses karburasi diperoleh dengan :
  • 7. Nevada J . Nanuleitta, Alexander A Patty, Analisa Nilai Kekerasan Baja Karbon Rendah (S35C) Dengan Pengaruh 933 Waktu Penahan (Holding Time) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburizing) Dengan Pemanfaatan Cangkang Kerang Sebagai Katalisator Nilai Kekera san 125 100 75 50 25 0 Untuk laju proses karburasi, diperoleh : 101.19 94.59 Sebelum Karburasi Benda Uji Gambar 7. Nilai kekerasan rata-rata pelat A sebelum dan sesudah proses Karburasi Tabel 2. Nilai Kekerasan Benda Uji dengan Waktu Penahanan 30 menit (Pelat B) Nilai Kekerasan Titik Pengujian (HRC) Sebelum Sesudah 1 94.75 100 2 94 111.25 3 93 108 4 92.75 103 5 95 106.5 6 95 105.5 7 94.75 114.5 8 96 108 9 94.5 103 10 95.5 113.5 11 94.5 103.5 12 95.5 111.5 13 94.75 110 14 95.5 107 15 95.25 110 16 94.25 108.5 17 94 112.5 18 92.75 114.5 19 95 117 20 95.75 111.5 Rata - rata 94.63 108.96 Berdasarkan hasil eksperimen unutk penahanan waktu 30 menit, diperoleh nilai kekerasan rata-rata pelat B : Sebelum proses karburasi : 94,63 HRC Sesudah proses karburasi : 108,96 HRC = 14,33 HRC 108.96 125 Kekerasan 94.63 100 Sebelum 75 Karburasi Nilai 50 25 0 Benda Uji Gambar 8. Nilai kekerasan rata-rata pelat B sebelum dan sesudah proses Karburasi Tabel 3. Nilai Kekerasan Benda Uji dengan Waktu Penahanan 45 menit (Pelat C) Nilai Kekerasan Titik Pengujian (HRC) Sebelum Sesudah 1 95.5 115.75 2 93.25 115 3 95 116 4 95.5 114.25 5 94.5 116 6 97 112.25 7 96 113.25 8 95.5 113 9 94.5 115 10 96.5 113 11 94.5 113.5 12 93.5 115.25 13 94 114 14 95 115.75 15 93 115 16 95.5 113.25 17 92.75 115.75 18 95 114 19 96.5 115.25 20 92.25 113 Rata-rata 94.76 123.38
  • 8. 934 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 8 Nomor 2, 2011; 927 - 935 Berdasarkan hasil eksperimen untuk penahanan waktu 45 menit, diperoleh nilai kekerasan rata-rata pelat C : Sebelum proses karburasi : 94,76 HRC Sesudah proses karburasi : 123,38 HRC = 28,62 HRC Untuk laju proses karburasi, diperoleh : 123.38 125 Kekerasan 94.76 Sebelum 100 Karburasi Karburasi 75 Sesudah Nilai 50 25 0 Benda Uji Gambar 9. Nilai kekerasan rata-rata pelat C sebelum dan sesudah proses Karburasi Dengan bertambahan waktu penahanan (Holding Time) pada proses karburasi peningkatan nilai kekerasan semakin meningkat pula, hal ini disebabkan karena material diberikan waktu yang lama untuk menyerap karbon pada proses tersebut hal ini dapat terlihat dari dari rata-rata peningkatan nilai kekerasan Rata-rata Nilai Kekerasan 125.00 123.38 108.96 NilaiKekerasan 100.00 101.19 75.00 94.59 94.63 94.76 50.00 25.00 Palat A Plat B Plat C Sebelum "K Sesudah "K Gambar 10. Rata-rata Nilai Kekerasan Tiap Pelat Grafik Rata-rata Laju Peningkatan proses penyerapan Karbon 1 (HRC/mnt) 0.9 0.8 0.7 0.636 Penyerapan 0.6 0.44 0.478 0.5 0.4 laju 0.3 0.2 0.1 Palat A Plat B Plat C Laju Penyerapan karbon Gambar 11. Rata-rata Laju peningkatan prose penyerapan Karbon Dari grafik pada gambar 10 dan 11 yang dilihat diatas bahwa peningkatan nilai kekerasan paling tinggi terdapat pada Plat C dengan penahanan waktu (Holding Time) sebesar 45 menit yaitu sebesar 123.38 HRC dari 94.76
  • 9. Nevada J . Nanuleitta, Alexander A Patty, Analisa Nilai Kekerasan Baja Karbon Rendah (S35C) Dengan Pengaruh 935 Waktu Penahan (Holding Time) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburizing) Dengan Pemanfaatan Cangkang Kerang Sebagai Katalisator HRC dengan peningkatan sebesar 28.62 HRC atau rata-rata peningkatan sebesar 30.2%. Peningkatan ini disebabkan material uji (Plat) diberikan kesempatan menyerap karbon pada proses karburasi di dalam kotak sementasi (kotak baja), jadi semakin lama waktu penahanan (45 menit) nilai kekerasan akan semakin tinggi pula. Yang menyebabkan peningkatan laju nilai kekerasan pada proses karburasi dengan temperature 900ºC, adalah dimana fase S35C telah mencapai fase Austenit sehingga penyerapan karbon pada permukaan S35C menuju merata, hal ini juga terbantukan dengan proses pendinginan langsung (direck Quenching) dengan material pendingin oli SAE 20-50, dari proses pendinginan ini fase S35C menuju Fase Austenite + ferrite dimana didalam fase ini kekerasan pada S35C semakin merata. V. KESIMPULAN Penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan media lokal dalam hal ini Cankang kerang (CaCO3) dapat dipergunakan sebagai alternatif pengganti katalisator BaCO3 (Barium Carbonat) dalam proses Karburasi Padat. Laju penyerapan karbon paling cepat terjadi pada proses dengan penahanan waktu 45 menit dengan komposisi dari 1 kg campuran yang terdiri 60% karbon (arang kayu nani) dan 40% Cangkang kerang (CaCO3) yaitu sebesar 123,38 HRC. Kemudian di ikuti dengan penahanan waktu (Holding Time) 30 menit dan 15 menit dengan nilai 108,96 dan 101,19 dimana Peningkatan laju nilai kekerasan rata-rata terbesar juga terjadi pada penahanan waktu 45 menit, sebesar 0,636, atau 30,2%. DAFTAR PUSTAKA Beumer Ing, B. J. M., (1994): Ilmu Bahan Logam. Terjemahan B. S. Anwir. Jilid III. Penerbit Bhatara. Jakarta Hari, A. dan Daryanto. (1999): Ilmu Bahan. Bumi Aksara. Jakarta. Materi kuliah Ilmu Bahan. ITS. Surabaya Mochyidin, A., (2004): Analisa Pengaruh Waktu Tahan Terhadap Baja Karbon Rendah Dengan Metode Pack Carburizing. http://One.Indoskripsi.Com/Node/ Odink, A., (1947): Ensiklopedia Material Untuk Konstruksi Permesinan. Edisi Ketiga. Moskow. Pengetahuan Bahan 2. ITB. Bandung. Schonmentz, I. A., dkk. (1985): Pengetahuan Bahan Dan Pengerjaan Logam. Penerbit Angkasa. Bandung Suratman, Rochim., (1994): Panduan Proses Perlakuan Panas. Lembaga Penelitian ITB. Bandung Van Vlack, L., (1992): Ilmu dan Teknologi Bahan. Terjemahan Srianti Djaprie. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta. Wardoyo, J. T., (2005): Metode Peningkatan Tegangan Tarik Dan Kekerasan Pada Baja Karbon Rendah Melalui Baja Fasa Ganda. http://www.indoskripsi.com
  • 10. Nevada J . Nanuleitta, Alexander A Patty, Analisa Nilai Kekerasan Baja Karbon Rendah (S35C) Dengan Pengaruh 935 Waktu Penahan (Holding Time) Melalui Proses Pengarbonan Padat (Pack Carburizing) Dengan Pemanfaatan Cangkang Kerang Sebagai Katalisator HRC dengan peningkatan sebesar 28.62 HRC atau rata-rata peningkatan sebesar 30.2%. Peningkatan ini disebabkan material uji (Plat) diberikan kesempatan menyerap karbon pada proses karburasi di dalam kotak sementasi (kotak baja), jadi semakin lama waktu penahanan (45 menit) nilai kekerasan akan semakin tinggi pula. Yang menyebabkan peningkatan laju nilai kekerasan pada proses karburasi dengan temperature 900ºC, adalah dimana fase S35C telah mencapai fase Austenit sehingga penyerapan karbon pada permukaan S35C menuju merata, hal ini juga terbantukan dengan proses pendinginan langsung (direck Quenching) dengan material pendingin oli SAE 20-50, dari proses pendinginan ini fase S35C menuju Fase Austenite + ferrite dimana didalam fase ini kekerasan pada S35C semakin merata. V. KESIMPULAN Penelitian menunjukan bahwa pemanfaatan media lokal dalam hal ini Cankang kerang (CaCO3) dapat dipergunakan sebagai alternatif pengganti katalisator BaCO3 (Barium Carbonat) dalam proses Karburasi Padat. Laju penyerapan karbon paling cepat terjadi pada proses dengan penahanan waktu 45 menit dengan komposisi dari 1 kg campuran yang terdiri 60% karbon (arang kayu nani) dan 40% Cangkang kerang (CaCO3) yaitu sebesar 123,38 HRC. Kemudian di ikuti dengan penahanan waktu (Holding Time) 30 menit dan 15 menit dengan nilai 108,96 dan 101,19 dimana Peningkatan laju nilai kekerasan rata-rata terbesar juga terjadi pada penahanan waktu 45 menit, sebesar 0,636, atau 30,2%. DAFTAR PUSTAKA Beumer Ing, B. J. M., (1994): Ilmu Bahan Logam. Terjemahan B. S. Anwir. Jilid III. Penerbit Bhatara. Jakarta Hari, A. dan Daryanto. (1999): Ilmu Bahan. Bumi Aksara. Jakarta. Materi kuliah Ilmu Bahan. ITS. Surabaya Mochyidin, A., (2004): Analisa Pengaruh Waktu Tahan Terhadap Baja Karbon Rendah Dengan Metode Pack Carburizing. http://One.Indoskripsi.Com/Node/ Odink, A., (1947): Ensiklopedia Material Untuk Konstruksi Permesinan. Edisi Ketiga. Moskow. Pengetahuan Bahan 2. ITB. Bandung. Schonmentz, I. A., dkk. (1985): Pengetahuan Bahan Dan Pengerjaan Logam. Penerbit Angkasa. Bandung Suratman, Rochim., (1994): Panduan Proses Perlakuan Panas. Lembaga Penelitian ITB. Bandung Van Vlack, L., (1992): Ilmu dan Teknologi Bahan. Terjemahan Srianti Djaprie. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta. Wardoyo, J. T., (2005): Metode Peningkatan Tegangan Tarik Dan Kekerasan Pada Baja Karbon Rendah Melalui Baja Fasa Ganda. http://www.indoskripsi.com