SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  17
Bab 5 
Sumber Hukum Islam 
Secara sederhana hukum artinya seperangkat peraturan tentang 
tingkah laku manusia yang diakui oleh sekelompok masyarakat, yang 
disusun oleh orang yang diberi wewenang dan berlaku mengikat bagi 
anggotanya. Bila dikaitkan dengan Islam, maka hukum Islam berarti 
seperangkat peraturan yang berdasarkan wahyu Allah SWT; dan sunnah 
Rasulullah saw; yang mengatur tentang tingkah laku manusia yang 
dibebankan kepada setiap mukallaf dan mengikat semua orang yang 
beragama Islam. Orang yang hidupnya dibimbing syari'ah (hukum Islam) 
akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan 
tuntutan dan tuntunan Allah SWT; dan rasulNya, sebab hukum Islam 
pasti selaras dengan fitrah manusia sehingga siapapun yang bertahkim 
kepada hukum Islam pasti manusia akan selamat di dunia dan akherat. 
Sumber hukum dalam Islam, ada yang disepakati (muttafaq) para 
ulama dan ada yang masih dipersilisihkan (mukhtalaf). Adapun sumber 
hukum Islam yang disepakati jumhur ulama adalah Al Qur’an, Hadits, 
Ijma’ dan Qiyas. Para Ulama juga sepakat dengan urutan dalil-dalil 
tersebut di atas (Al Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas). 
Keempat sumber hukum yang disepakati jumhur ulama yakni Al Qur’an, 
Hadist, Ijma’ dan Qiyas 
A. SUMBER HUKUM ISLAM 
1. Al-Qur'an 
Menurut bahasa Al-Qur'an berarti "bacaan" (dari asal kata " .( ” قرأ 
Menurut istilah Al-Qur'an ialah "kumpulan wahyu Allah SWT, yang 
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dengan perantaraan 
malaikat Jibril yang dihimpun dalam sebuah kitab suci untuk menjadi
pedoman hidup bagi manusia dan membacanya termasuk ibadah". Al- 
Qur'an merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan utama. 
Sebagaimana firman Allah SWT, : 
" Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasulNya 
serta ulil amri diantaramu ". ( An-Nisa:59 ) 
Sebagai sumber hukum Islam Al-Qur'an mengandung 3 pokok 
pengetahuan hukum yang mengatur tentang kehidupan umat manusia 
yaitu : 
a. Hukum yang berkaitan dengan aqidah, yakni ketetapan tentang wajib 
beriman kepada Allah SWT, Malaikat, kitab-kitab-Nya, para Rasul, hari 
akhir dan takdir. 
b. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlaq (budi pekerti), yaitu ajaran 
agar seorang muslim memiliki sifat mulia dan menjauhi sifat tercela. 
c. Hukum yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia yang terdiri 
dari ucapan, perbuatan, perjanjian dan lain-lain. Hukum yang berkaitan 
dengan amal perbuatan ini terbagi menjadi dua yaitu : 
 Yang mengatur tindakan manusia dalam hubungannya dengan Allah 
SWT, yang disebut ibadah. Seperti sholat, puasa, haji, nadzar, sumpah 
dan lain-lain. 
 Yang mengatur tindakan manusia baik individu atau kelompok yang 
disebut dengan muamalah (amal kemasyarakatan). Seperti perjanjian, 
hukuman (pidana), ekonomi, pendidikan, pernikahan dan semacamnya. 
Fungsi dan Kedudukan Al-Qur'an. 
a. Sebagai mu'jizat Nabi Muhammad saw. 
b. Sebagai dasar dan sumber hukum Islam yang pertama. 
c. Sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia. 
d. Sebagai pembawa berita gembira dan kebenaran yang mutlak. 
e. Sebagai obat penawar hati bagi orang-orang yang beriman. 
f. Membenarkan dan menyempurnakan kitab-kitab terdahulu.
2. Al-Hadits 
Hadits menurut bahasa artinya "perkataan". Menurut istilah hadits ialah 
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik 
berupa perkataan, perbuatan atau ketetapan (taqrir) Nabi. Bersadarkan 
definisi tersebut, maka hadits dibagi menjadi 3 bagian yaitu hadits 
qouliyah (perkataan Nabi saw;), hadits fi'liyah (perbuatan Nabi saw;) 
dan hadits taqriri (katetapan Nabi saw;). Sedangkan menurut 
kwalitasnya hadits di bagi menjadi 2 bagian : 
a. Hadits maqbul (dapat diterima sebagai pedoman) yang mencakup hadits 
shoheh dan hadits hasan. 
b. Hadits mardud (tidak dapat diterima sebagai pedoman) yang mencakup 
hadits dhaif (lemah) dan hadits maudlu' (palsu). 
Usaha seleksi diarahkan kepada 3 unsur hadits yaitu : 
a. Matan (isi hadits). Suatu isi hadits dapat dinilai baik apabila tidak 
bertentangan dengan Al-Qur'an, hadits lain yang lebih kuat, fakta 
sejarah dan prinsip-prinsip ajaran Islam. 
b. Sanad (persambungan antara pembawa dan penerima hadits).Sanad 
dapat dinilai baik apabila antara pembawa dan penerima benar-benar 
bertemu bahkan berguru. 
c. Rowi (orang yang meriwatkan hadits). Seorang dapat diterima 
haditsnya apabila memenuhi syarat-syarat : 
1) Adil yaitu orang Islam yang baligh dan jujur, tidak pernah berdusta dan 
membiasakan berbuat dosa. 
2) Afidh yaitu kuat hafalannya atau mempunyai catatan pribadi yang 
dapat dipertanggung jawabkan. 
Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an, sebagaimana 
firman Allah SWT: 
"Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia, dan apa 
yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah". (Al-Hasyr : 7) 
Kedudukan dan Fungsi Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam.
a. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Qur'an. 
Misalnya : Allah SWT, berfirman yang artinya : "Dan jauhilah 
perkataan-perkataan dusta ". (al-Hajj:30). Kemudian firman Allah SWT, 
tadi dikuatkan oleh hadits yang artinya : "Awas! jauhilah perkataan 
dusta". (HR. Bukhori Muslim). 
b. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang 
masih bersifat umum. 
Contoh: Allah SWT, berfirman yang artinya: "Diharamkan bagimu 
memakan bangkai, darah dan daging babi". (Al-Maidah:3). Kemudian 
Rasulullah saw, menjelaskan bahwa ada bangkai yang boleh dimakan 
yaitu ikan dan belalang. Seperti sabda Nabi saw, yang artinya : 
"Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah, adapun 
dua macam bangkai adalah ikan dan belalang, sedang dua macam darah 
adalah hati dan limpha". (HR. Ibnu Majah). 
c. Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al- 
Qur'an. 
Misalnya cara menyucikan bejana yang dijilat anjing. Rasulullah saw, 
bersabda yang artinya : "Sucikanlah bejanamu yang dijilat anjing, 
dengan menyucikan sebanyak tujuh kali salah satunya dicampur dengan 
tanah". (HR. Muslim). 
3. Ijtihad 
Ijtihad ialah berusaha keras atau bersungguh-sungguh untuk 
memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapannya baik dalam Al- 
Qur'an maupun Al-Hadits, serta berpedoman kepada cara-cara 
menetapkan hukum yang telah ditentukan. Ijtihad dapat dijadikan 
sebagai sumber hukum Islam yang ketiga. Landasannya berdasarkan 
hadits yang diriwayatkan dari Shahabat Nabi Saw Muadz ibn Jabal 
ketika diutus ke Yaman sebagai berikut :
“Dari Muadz ibn Jabal ra bahwa Nabi Saw ketika mengutusnya ke 
Yaman, Nabi bertanya: “Bagaimana kamu jika dihadapkan permasalahan 
hukum? Ia berkata: “Saya berhukum dengan kitab Allah”. Nabi berkata: 
“Jika tidak terdapat dalam kitab Allah” ?, ia berkata: “Saya berhukum 
dengan sunnah Rasulullah Saw”. Nabi berkata: “Jika tidak terdapat 
dalam sunnah Rasul Saw” ? ia berkata: “Saya akan berijtihad dan tidak 
berlebih (dalam ijtihad)”. Maka Rasul Saw memukul ke dada Muadz dan 
berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah sepakat dengan utusannya 
(Muadz) dengan apa yang diridhai Rasulullah Saw”. (HR.Tirmidzi) 
Hal yang demikian dilakukan pula oleh Abu Bakar ra apabila terjadi 
kepada dirinya perselisihan, pertama ia merujuk kepada kitab Allah, jika 
ia temui hukumnya maka ia berhukum padanya. Jika tidak ditemui dalam 
kitab Allah dan ia mengetahui masalah itu dari Rasulullah Saw,, ia pun 
berhukum dengan sunnah Rasul. Jika ia ragu mendapati dalam sunnah 
Rasul Saw, ia kumpulkan para shahabat dan ia lakukan musyawarah. 
Kemudian ia sepakat dengan pendapat mereka lalu ia berhukum memutus 
permasalahan. 
Bentuk-bentuk Ijtihad. 
a. Ijma’, yaitu kesepakatan pendapat para ahli mujtahid dalam segala 
zaman mengenai hukum syari'ah. Misalnya: Kesepakatan para ulama 
dalam membukukan Al-Qur'an pada waktu kholifah Usman bin Affan. 
b. Qias, yaitu menetapkan suatu hukum terhadap suatu masalah yang 
tidak ada hukumnya dengan kejadian lain yang ada hukumnya karena 
eduanya terdapat persamaan illat (sebab-sebabnya). Misalnya: 
Menyamakan hukum minum bir dan wisky adalah haram diqiaskan 
dengan munum khamr yang sudah jelas hukumnya dalam Al-Qur'an. 
c. Istikhsan, yaitu menetapkan suatu hukum terhadap masalah ijtihadiyah 
berdasarkan prinsip-prinsip kebaikan. Misalnya: Dokter laki-laki melihat 
aurot wanita yang bukan muhrimnya saat wanita tersebut akan 
melahirkan anaknya.
d. Masholihul Mursalah, yaitu menetapkan suatu hukum terhadap suatu 
masalah ijtihadiyah atas dasar kepentingan umum. Misalnya: pengenaan 
pajak terhadap orang-orang kaya. 
A. HUKUM TAKLIFI 
Pengertian. 
Hukum taqlifi ialah khitab (titah) Allah SWT atau sabda Nabi 
Muhammad SAW yang mengandung tuntutan, baik perintah melakukan 
atau larangan. Hukum taqlifi ada lima bagian yaitu : 
1. Ijab, artinya mewajibkan atau khitab (firman Allah) yang meminta 
mengerjakan dengan tuntutan yang pasti. 
2. Nadab (anjuran), artinya menganjurkan atau khitab yang mengandung 
perintah yang tidak wajib dituruti. 
3. Karohah (memakruhkan) yaitu titah/ khitab yang mengandung 
larangan, tetapi tidak harus dijauhi. 
4. Ibahah (membolehkan), yaitu titah/khitab yang membolehkan sesuatu 
untuk diperbuat atau ditinggalkan. 
Adapun yang berhubungan dengan hukum taqlifi antara lain : 
a. Mahkum ‘alaihi (yang dikenai hukum) ialah orang mukallaf yakni 
orang-orang muslim yang sudah dewasa dan berakal, dengan syarat 
ia mengerti apa yang dijadikan beban baginya. Orang gila, orang 
yang sedang tidur nyenyak, anak yang belum dewasa dan orang-orang 
yang terlupa tidak dikenai taklif (tuntutan). Sebagaimana 
sabda Rasulullah SAW : 
““Pena itu telah diangkat (tidak dipergunakan untuk mencatat) amal 
perbuatan 3 orang : (1) orang yang tidur hingga ia bangun, (2) anak-anak 
hingga ia dewasa dan (3) orang gila hingga ia sembuh kembali”. (Hr. 
Ashabus Sunan dan Hakim) 
Demikian pula orang yang lupa disamakan dengan orang yang tidur yang 
tidak mungkin mematuhinya apa yang ditaqlifkan.
b. Hakim (yang menetapkan hukum) ialah Allah SWT dan yang 
memberitahukan hukum-hukum Allah SWT adalah para rasulNya. 
Dan sesudah seruan sampai kepada yang di tuju maka syariatnya 
menjadi hukum. 
c. Mahkum bihi (yang dibuat hukum) yaitu perbuatan mukallaf yang 
berhubungan (bersangkutan) dengan hukum yang lima yang masing-masing 
adalah : 
1. Yang berhubungan dengan ijab dinamai wajib. 
2. Yang berhubungan dengan nadab dinamai mandub/sunah. 
3. Yang berhubungan dengan tahrim dinamai haram. 
4. Yang berhubungan dengan karohah dinamai haram. 
5. Yang berhubungan dengan ibahah dinamai mubah. 
Dari kelima hukum tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 
1) Wajib, ialah suatu yang harus dikerjakan dan pelakunya mendapat 
pahala, bila ditinggalkan maka pelakunya mendapat dosa. Adapun 
macam-macam wajib adalah sebagai berikut : 
 Wajib Syar’i yaitu suatu ketentuan yang apabila dikerjakan 
mendatangkan pahala dan bila tidak dikerjakan berdosa. 
 Wajib Aqli yaitu suatu ketetapan hukum yang harus diyakini 
kebenarannya karena masuk akal dan rasional. 
 Wajib ‘Aini yaitu suatu ketetapan yang harus dikerjakan oleh setiap 
muslim seperti : sholat 5 waktu, puasa bulan ramadhan, sholat jum’at 
dan lainnya. 
 Wajib kifayah yaitu suatu ketetapan apabila telah dikerjakan oleh 
sebagian muslim maka muslim yang lain terlepas dari kewajiban, seperti 
mengurus jenazah. 
 Wajib Mu’ayyanah yaitu suatu keharusan yang telah ditetapkan macam 
tindakannya seperti wajibnya berdiri dalam sholat bagi yang mampu.
 Wajib mutlaq yaitu suatu kewajiban yang tidak ditentukan waktu 
pelaksanaan-nya, seperti membayar denda sumpah. 
 Wajib Aqli Nadzari yaitu kewajiban mempercayai suatu kebenaran 
dengan memahami dalil-dalilnya atau penelitian yang mendalam, seperti 
mempercayai eksistensi Allah SWT. 
 Wajib Aqli Dharuri yaitu kewajiban mempercayai suatu kebenaran 
dengan sendirinya tanpa dibutuhkan dalil-dalil tertentu. 
2) Haram, ialah sesuatu yang apabila dilakukan pelakunya mendapat dosa 
dan bila ditinggalkan pelakunya mendapat pahala. Dengan demikian 
secara sederhana dapat dikatakan bila ditinggalkan perbuatan itu 
pelakunya akan mendapat pahala dan bila dilaksanakan berdosa. Haram 
ada dua macam, yaitu: 
a. Haram li-dzatihi, yaitu perbuatan yang diharamkan oleh Allah, karena 
bahaya tersebut terdapat pada perbuatan itu sendiri. Sebagai contoh 
makan bangkai, minum khamr, berzina, dll. 
b. Haram li-ghairi/aridhi, yaitu perbuatan yang dilarang oleh syariat 
dimana adanya larangan tersebut bukan terletak pada perbuatan itu 
sendiri, tetapi perbuatan tersebut dapat menimbulkan haram li-dzatihi. 
Sebagai contoh jual beli memakai riba, melihat aurat wanita, dll 
3) Mubah, ialah sesuatu yang apabila dilakukan dan ditinggalkan tidak 
berdosa. 
4) Sunat atau Mandub, ialah sesuatu yang apabila dikerjakan pelakunya 
mendapat pahala dan bila ditinggalkan tak berdosa. Adapun macam-macam 
suant adalah sebagai berikut : 
 Sunat Muakkad yaitu sunat yang sangat dianjurkan, seperti sholat 
Idhul Fitri dan Idhul Adha. 
 Sunat Ghoiru Muakkad yaitu suant biasa seperti memberi salam. 
 Sunat Hae’at yaitu sunat yang sebaiknya dikerjakan seperti mengangkat 
tangan ketika takbir dalam sholat.
 Sunat Ab’at yaitu perkara-perkara yang kalau terlupakan harus 
mengganti dengan sujud syahwi. 
5) Makruh, ialah sesuatu yang apabila dikerjakan pelakunya tidak berdosa 
tetapi bila ditinggalkan pelakunya mendapat pahala. 
Kedudukan dan Fungsi Hukum Taqlifi. 
Kedudukan hukum taqlifi dalam Islam adalah untuk mengetahui hukum-hukum 
syara’ yang berhubungan dengan amal perbuatan mukallaf, baik 
yang menyangkut wajib, sunat,haram, mubah, syah dan tidaknya suatu 
perbuatan. Disamping itu juga untuk memahami kaidah-kaidah yang 
dipergunakan untuk mengeluarkan hukum dari dalil-dalil hukum yakni 
kaidah-kaidah yang menetapkan dalil hukum. Hukum-hukum tersebut 
bersumber dari Al-Qur’an, Hadits, Ijmak dan Qias. 
B. PENGERTIAN DAN HIKMAH IBADAH 
Ibadah berasal dari kata ‘Abdun yang berarti hamba. Sedangkan arti 
secara harfiah adalah rasa tunduk, melakukan pengadian (penghambaan), 
merendahkan diri dan istikhanah. Jadi tugas yang paling esensial dari 
seorang hamba Tuhan adalah mengabdi dan beribadah kepadaNya. Secara 
terminologi ibadah ialah usaha mengikuti hukum-hukum dan aturan-aturan 
Allah SWT serta menjalankannya dalam kehidupan sesuai dengan 
perintahNya mulai dari aqil baligh sampai meninggal. Sebagaimana 
firman Allah SWT dalam surat Adz-Dzariat : 56 
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka 
menyembah-Ku”. (Adz-Dzariat : 56 ) 
Ibadah merupakan bagian integral dari syariah, apapun yang dilakukan 
manusia harus bersumber dari syaria’ah Allah SWT dan rasulNya.Ibadah 
tidak hanya sebatas menjalankan rukun Islam tetapi ibadah juga berlaku 
pada semua aktifitas duniawi yang didasari rasa ikhlas. Oleh karena itu 
ibadah terdapat 2 klasifikasi yaitu :
1. Ibadah Khusus (ibadah mahdhah) yaitu ibadah yang langsung 
berhubungan kepada Allah SWT atau ibadah yang berkaitan dengan 
arkanul Islam seperti syahadat, sholat, puasa dan haji. 
2. Ibadah Amm/umum (ibadah ghoiru mahdhah) yaitu segala aktivitas 
yang titik tolaknya ikhlas dan ditujukan untuk mencapai ridho Allah 
SWT berupa amal shaleh. 
Perbedaan antara ibadah khusus dan umum terletak pada perbedaan 
sebagaimana dinyatakan dalam ilmu Ushul Fiqh yang berbunyi : Bahwa 
ibadah dalam arti khusus semuanya dilarang kecuali yang diperintahkan 
dan di contohkan, sedang ibadah dalam arti umum semuanya dibolehkan 
kecuali yang dilarang. 
Ibadah-ibadah lain yang berhubungan dengan rukun Islam antara lain : 
1. Ibadah badani (fisik) seperti : bersuci yang meliputi ; wudhu, mandi, 
tayamum, cara menghilangkan najis, istinjak dan semacamnya, adzan, 
iqomah, I’tikaf, do’a, membaca sholawat, tasbih, istighfar, khitan dan 
lain-lain. 
2. Ibadah Maliyah (harta) seperti : qurban, aqiqoh, wakaf, fidyah, hibah 
dan lain-lain. 
3. Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan 
lainnya, seperti: jual beli, dagang, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, 
syirkah, simpanan, pengupahan, utang-piutang, wasiat, warisan dan 
lain-lain. 
4. Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur seseorang dengan orang 
laindalam hubunga berkeluarga. Seperti : pernikahan, perceraian, 
pengaturan nafkah, penyusuan, pemeliharaan anak, pergaulan suami 
istri, meminang, khulu’, lian, dzihar, walimah, wasiat dan lain-lainnya. 
5. Jinayat, yaitu pengaturan yang menyangkut pidana, seperti : qishosh, 
diyat, kifarat, pembunuhan, zina, minuman keras, murtad, khianat dan 
lainnya.
6. Siyasah, peraturan yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan 
(politik), diantaranya: ukhuwah (persaudaraan), musyawarah, ‘adalah 
(keadilan), ta’awun (tolong-menolong), hurriyah (kebebasan), tasamuh 
(toleransi), takaful ijtimak (tanggung jawab social), zi’amah 
(kepemimpinan), pemerintahan dan lainnya. 
7. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi. Seperti : syukur, 
sabar tawadhu’, pema’af, tawakal, istiqomah, saja’ah, birrul walidain 
dan lainnya. 
8. Peraturan-peraturan lainnya, seperti: makanan, minuman, sembelihan, 
berburu, nadzar, pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, 
masjid, da’wah dan lainnya. 
Adapun hikmah ibadah itu antara lain sebagai berikut : 
1. Untuk memelihara agama (hifzh ad-din), dengan cara menunaikan 
arkanul Islam, memelihara agama dari seranga musuh, memelihara jiwa 
yang fitri sehingga tidak kehilangan esensinya. 
2. Untuk memelihara jiwa (hifzh an-nafs) dengan cara memenuhi hak 
hidup masing-masing anggota masyarakat sesuai dengan aturan yang 
berlaku. Oleh karena itu perlu adanya hokum pidana (qishosh) terhadap 
orang yang melanggar ketentuan ini.(Q.S. Al-Maidah : 32, An-Nisa’ : 93, 
Al-Isra’ : 31, Al-An’am :151, Al-Baqoroh : 178-179). 
3. Untuk memelihara akal fikiran (hifzh al-‘aql) dengan cara 
menggunakan akal yang dimilikinya sebagaimana mestinya, seperti 
memikirkan kekuasaan Allah SWT tentang penciptaan dirinya, alam 
maupun yang lainnya serta menghindarkan dari perbuatan yang dapat 
merusak daya fikirnya seperti minum minuman keras, narkoba dan 
semacamnya. Uraian ini dapat dilihat pada surat Al-Maidah : 90, Yasin : 
60-62, Al-Qoshosh : 60, Yusuf : 109 dan masih banyak lagi. 
4. Untuk memelihara keturunan (hifzh an-nasl) dengan cara mengatur 
pernikahan dan pelarangan pelecehan seksual seperti zina, kumpul kebo, 
homo seks, lesbian yang semuanya dapat merusak keturunan. Uraian ini 
dapat dilihat pada surat An-Nur : 2-9, Al-Isro’ : 32, Al-Ahzab : 49, At- 
Thalaq : 1-7, An-Nisa : 3-4.
5. Untuk memelihara kehormatan harta benda (hifzh al-‘ird wal amwal) 
dengan cara mencari rizki yang halaluntuk memenuhi kebutuhan hidup 
dan mengharamkan segala macam bentuk riba, perampokan, penipuan, 
pencurian, ghosob dan semacamnya. Rizki yang halal dapat berpengaruh 
terhadap kebersihan hati dan ikhlas menjalankan ibadah sebaliknya harta 
yang haram dapat mengakibatkan malas beribadah serta kekotoran hati. 
Hal ini dapat dilihat dalam surat An-Nur : 19-21, 27-29, Al-Hujurot : 
11-12. Al-Maidah : 38-39, Ali Imron : 130 dan Al-Baqoroh : 188, 275- 
284. 
Adapun yang termasuk ibadah mahdah (ibadah khusus) itu antara lain 
: 
a. Sholat 
Menurut bahasa sholat berarti do'a. Sedang menurut istilah sholat ialah 
sistem peribadatan yang tersusun dari beberapa perkataan dan 
perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhrom dan diakhiri dengan 
salam berdasarkan atas syarat dan rukun tertentu. Sholat diwajibkan 
sebanyak 5 kali dalam sehari semalam. Perintah sholat diturunkan pada 
waktu isro' dan mi'raj Nabi Muhammad saw., setahun sebelum hijrah ke 
Madinah. 
Sholat mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam. 
Adapun kedudukan sholat dalam agama Islam adalah sebagai berikut : 
- Sholat Sebagai Tiang Agama. 
Sholat mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi manusia yang 
bertaqwa kepada Allah swt. Rasulullah saw., bersabda 
"Sholat adalah tiang agama, barang siapa yang mendirikan sholat 
berarti mendirikan agama, barang siapa yang meninggalkannya 
berarti ia telah menghancurkan agama". (HR. Baihaqi) 
- Sholat Sebagai Amalan Ibadah Yang Pertama dan Utama.
Sholat adalah merupakan amalan ibadah yang pertama yang akan 
dimintai pertanggung jawaban oleh Allah swt., di hari kiamat . 
Rasulullah saw, bersabda : 
"Yang pertama kali dihisab dari amalan-amalan seorang hamba pada hari 
kiamat adalah sholat. Jika sholatnya baik maka baiklah seluruh amalnya. 
Dan jika sholatnya rusak maka rusak seluruh amalnya". (HR. Thabrani) 
Pada hari hisab amal yang pertama dihisab adalah sholat. Bagi orang 
yang tak pernah sholat ia akan ditempatkan di neraka saqor dan bagi 
orang yang melalaikan sholat akan ditempatkan di neraka weil. Jika 
sholatnya seseorang baik maka seluruh amal baiknya akan mengikutinya, 
tetapi bila jelek sholatnya maka akan jelek amalnya. 
- Sholat Sebagai Pembeda Mukmin dan Kafir. Rasulullah saw., 
bersabda : 
"Perbedaan antara seorang mukmin dengan seorang kafir adalah 
meninggalkan sholat". (HR. Muslim) 
- Sholat Sebagai Rukun Islam Yang Ke Dua. 
Sholat merupakan 5 sendi diantara kuatnya bangunan Islam. Kelimanya 
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tak bisa dipisahkan. Jika salah 
satu sendi itu rapuh maka akan mempengaruhi yang lain. Rasulullah 
saw., bersabda : 
"Islam dibangun di atas lima sendi yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan 
selain Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, 
mendirikaan sholat, mengeluarkan zakat, melaksanakan ibadah haji dan 
berpuasa di bulan Ramadhan ". (HR. Bukhori Muslim dari ibnu Umar) 
Sholat dalam Islam juga mempunyai beberapa hikmah. Adapun beberapa 
hikmah Sholat adalah sebagai berikut : 
- Membiasakan nidup bersih.
Orang yang akan melaksanakan sholat terlebih dahulu harus suci dari 
hadas dan najis, pakaian dan tempatnya dan lain sebagainya. Dengan 
demikian sholat melatih seseorang agar cinta kebersihan. Rasulullah 
saw., bersabda : 
"Kebersihan itu adalah sebagian dari iman". (HR. Bukhori Muslim) 
- Terbiasa Hidup sehat. 
Seseorang diwajibkan berwudhu sebelum sholat. Kalau sholat 5 kali 
sehari ia berwudhu sebanyak 5 kali, berarti kesehatan seorang muslim 
akan terpelihara. 
- Pembinaan Disiplin Waktu. 
Melalui sholat tepat pada waktunya merupakan pembinaan disiplin 
waktu. Allah swt., menjelaskan kepada kita bahwa orang yang benar-benar 
berada dalam kerugian adalah orang yang yang tidak menghargai 
waktu sebagaimana dalam Al-Qur'an surat Al-Ashr . 
- Melatih Kesabaran. 
Orang yang bisa mendirikan sholat dengan benar akan menjadi kuat 
tekadnya dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan 
hidup, ia akan menjadi orang yang sabar. Allah swt., berfirman : 
" Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. 
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia 
mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan 
sholat yang mereka tetap mengerjakan sholatnya". (Al-Ma'arij : 19 - 23 ) 
- Mengikat Tali Persaudaraan Sesama Muslim. 
Sholat berjamaah dapat memupuk persaudaraan sesama muslim. 
Rasulullah saw., bersabda : 
"Orang mukmin dengan mukmin lainnya itu laksana bangunan, yang 
sebagian memper-kokoh bagian yang lainnya". ( HR. Bukhori Muslim )
- Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar. 
Hikmah sholat yang paling utama adalah dapat mencegah perbuatan keji 
dan mungkar. Orang yang bisa mendirikan sholat dengan baik, akan 
takut melakukan perbuatan keji dan jahat, dia akan merasa selalu 
diawasi oleh Allah swt. Firman Allah swt; 
“Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari 
(perbuatan) keji dan mungkar". (Al-Ankabaut : 45) 
b. Puasa 
Puasa menurut pengertian bahasa berarti menahan diri dari segala 
sesuatu, seperti : menahan tidur, menahan berbicara, menahan makan, 
menahan minum dan sebagainya. Menurut istilah puasa ialah menahan 
diri dari makan, minum dan bersetubuh mulai dari terbit fajar sampai 
terbenam matahari dengan niat melaksanakan perintah Allah swt; serta 
mengharap keridhoan-Nya. 
Allah swt; berfirman: 
“Hai orang-orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa 
sebagaimana telah 
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa". (Al- 
Baqarah :183) 
Jenis puasa ada bermacam-macam. Adapun macam-macam puasa 
adalah sebagai berikut : 
 Puasa wajib yaitu puasa Ramadhan, puasa nadzar, puasa kafarat, puasa 
qodlo' dan puasa fidyah. (lihat Al-Baqoroh : 183 - 185, Al-Maidah: 89, 
Al-Baqoroh: 186). 
 Puasa sunat/tathowwu' seperti puasa senin kamis, puasa 6 hari bulan 
syawal, tanggal 9 dzulhijjah, tanggal 10 muharram (Asy-Syura'), tiap 
tanggal 13, 14, 15 qomariah.
 Puasa haram seperti : puasa terus menerus, puasa hari tasyri' ( 11, 12, 13 
Dzulhijjah), puasa dua hari raya, puasa wanita yang sedang haid/nifas, 
puasa sunat seorang istri tanpa izin suaminya ketika suami bersamanya. 
 Puasa makruh seperti puasa sunat dengan susah payah (sakit, perjalanan 
dll), menghususkan pada hari jum'at dan sabtu kecuali pada hari 
disunahkannya puasa. 
Adapun syarat wajib puasa : Berakal, baligh dan kuat 
mengerjakannya 
Sedang syarat syahnya : Islam, mumayyiz (dapat membedakan baik dan 
tidak baik), suci dari haid dan nifas bagi wanita, dalam waktu yang 
dibolehhkan puasa. 
Puasa juga juga harus memenuhi rukun dan rukun puasa: niat sebelum 
melakukan puasa, menahan diri dari makan, minum, bersetubuh dan hal-hal 
lain yang bisa membatalkan puasa (lihat Al-Baqarah : 187). 
Hikmah Puasa 
a. Membentuk manusia sabar dan toleran. 
Puasa bukanlah amal lahir yang dapat dilihat semata tetapi puasa 
adalah amal rohani yang hanya dilihat oleh Allah swt, oleh karena itu 
puasa adalah amal batin yang berbentuk kesabaran semata sebagaimana 
Rasulullah bersabda : 
“Puasa adalalah separuh kesabaran dan sabar itu adalah separuh iman". 
(HR. Baihaqi) 
b. Membentuk jiwa amanah dan hanya bertanggung jawab hanya kepada 
Allah swt. 
c. Membentuk akhlakul karimah. 
Dengan puasa dia akan dapat berbuat baik dan mulia karena perbuatan-perbuatan 
jahat dapat menghalangi pahalanya puasa. Sebagaimana sabda 
Rasulullah saw:
“Lima perkara yang dapat menghalangi pahalanya pahalanya puasa 
yaitu, dusta, ghibah, namimah, sumpah palsu, melihat lawan jenis dengan 
syahwat". (HR. At-Tirmidzi) 
d. Mendidik manusia untuk berlaku jujur.Tidak ada seorangpun yang 
dapat mengetahui kita puasa atau tidak kecuali kita sendiri kepada Allah 
swt; ini berarti puasa melatih jujur dalam beribadah dan beriman karena 
Allah swt. 
e. Mengembangkan kepekaan sosial. 
Orang yang berpuasa akan bisa mengukur dan merasakan betapa 
pedihnya orang miskin dan kesusahan karena ketidak tersediaanya 
makanan dan uang belanja. 
f. Melatih ketahanan mental. 
Berpuasa berarti mengistirahatkan anggota badan yang mengolah 
penceraan makanan, hal ini akan membentuk anggota badan menjadi 
terbiasa dan kuat . 
g. Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. 
RANGKUMAN 
1. Sumber hukum Islam yang disepakati jumhur ulama adalah Al Qur’an, 
Hadits, Ijma’ dan Qiyas.

Contenu connexe

Tendances

5 sumber hukum islam-5
5 sumber hukum islam-55 sumber hukum islam-5
5 sumber hukum islam-5adulcharli
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamRisqi19
 
Bab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamBab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamharis budi
 
Sumber sumber hukum islam
Sumber sumber hukum islamSumber sumber hukum islam
Sumber sumber hukum islamNunik Rizaliany
 
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )Eja Fahreza
 
Materi sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfMateri sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfagyana_nadian
 
Sumber hukum islam (fiqih)
Sumber hukum islam (fiqih)Sumber hukum islam (fiqih)
Sumber hukum islam (fiqih)mifrokhatullaily
 
Hukum dalam islam
Hukum dalam islamHukum dalam islam
Hukum dalam islamAhmad Rudi
 
Konsep hukum agama islam
Konsep hukum agama islamKonsep hukum agama islam
Konsep hukum agama islamInchy Yaa Rfy
 
HUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN MUSLIM DI INDONESIA
HUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN MUSLIM DI INDONESIAHUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN MUSLIM DI INDONESIA
HUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN MUSLIM DI INDONESIAMUFID SAIFULLAH
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1faizcol
 
Sumber agama dan ajaran islam
Sumber agama dan ajaran islamSumber agama dan ajaran islam
Sumber agama dan ajaran islamSari Riani
 
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islamMemahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islamFitriHastuti2
 
Sumber Hukum Islam
Sumber Hukum IslamSumber Hukum Islam
Sumber Hukum Islamheckaathaya
 

Tendances (20)

5 sumber hukum islam-5
5 sumber hukum islam-55 sumber hukum islam-5
5 sumber hukum islam-5
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
Sumber Hukum Islam
Sumber Hukum IslamSumber Hukum Islam
Sumber Hukum Islam
 
Bab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamBab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islam
 
Sumber sumber hukum islam
Sumber sumber hukum islamSumber sumber hukum islam
Sumber sumber hukum islam
 
Sumber Hukum Islam
Sumber Hukum IslamSumber Hukum Islam
Sumber Hukum Islam
 
Makalah hukum islam
Makalah hukum islamMakalah hukum islam
Makalah hukum islam
 
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
Sumber Hukum Islam ( Sub - AlQuran )
 
Sumber sumber-hukum-islam-new
Sumber sumber-hukum-islam-newSumber sumber-hukum-islam-new
Sumber sumber-hukum-islam-new
 
Materi sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfMateri sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdf
 
Sumber hukum islam (fiqih)
Sumber hukum islam (fiqih)Sumber hukum islam (fiqih)
Sumber hukum islam (fiqih)
 
Hukum dalam islam
Hukum dalam islamHukum dalam islam
Hukum dalam islam
 
Konsep hukum agama islam
Konsep hukum agama islamKonsep hukum agama islam
Konsep hukum agama islam
 
Makalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadi
Makalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadiMakalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadi
Makalah hukum islam, hukum taklifi dan hukum wadi
 
HUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN MUSLIM DI INDONESIA
HUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN MUSLIM DI INDONESIAHUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN MUSLIM DI INDONESIA
HUKUM ISLAM DALAM KEHIDUPAN MUSLIM DI INDONESIA
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1
 
4. sumber hukum islam
4. sumber hukum islam4. sumber hukum islam
4. sumber hukum islam
 
Sumber agama dan ajaran islam
Sumber agama dan ajaran islamSumber agama dan ajaran islam
Sumber agama dan ajaran islam
 
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islamMemahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
 
Sumber Hukum Islam
Sumber Hukum IslamSumber Hukum Islam
Sumber Hukum Islam
 

Similaire à Bab 5 (20)

PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAMPAI - SUMBER HUKUM ISLAM
PAI - SUMBER HUKUM ISLAM
 
Bab 5 Hukum Taklifi
Bab 5 Hukum TaklifiBab 5 Hukum Taklifi
Bab 5 Hukum Taklifi
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptxPertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
Pertemuan 4-SHI - Alquran dan Sunnah.pptx
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Presentasi terminologi Tarikh Tayri'
Presentasi  terminologi Tarikh Tayri'Presentasi  terminologi Tarikh Tayri'
Presentasi terminologi Tarikh Tayri'
 
hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)
 
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zamanKarakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
 
Bab i, ii, iii
Bab i, ii, iiiBab i, ii, iii
Bab i, ii, iii
 
Bab i, ii, iii
Bab i, ii, iiiBab i, ii, iii
Bab i, ii, iii
 
SUMBER HUKUM ISLAM
SUMBER HUKUM ISLAMSUMBER HUKUM ISLAM
SUMBER HUKUM ISLAM
 
Memahami Islam Secara Komprehensif
Memahami Islam Secara KomprehensifMemahami Islam Secara Komprehensif
Memahami Islam Secara Komprehensif
 
PPT Bab 5
PPT Bab 5 PPT Bab 5
PPT Bab 5
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1
 
Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1Bab 5 sem 1
Bab 5 sem 1
 
Power point pai sma x sumber hukum islam
Power point pai sma x  sumber hukum islamPower point pai sma x  sumber hukum islam
Power point pai sma x sumber hukum islam
 
presentasi1-terminologikomparasi-110416004938-phpapp02.pdf
presentasi1-terminologikomparasi-110416004938-phpapp02.pdfpresentasi1-terminologikomparasi-110416004938-phpapp02.pdf
presentasi1-terminologikomparasi-110416004938-phpapp02.pdf
 
Al qur'an
Al qur'anAl qur'an
Al qur'an
 
Pengertian fiqh
Pengertian fiqhPengertian fiqh
Pengertian fiqh
 
Pengertian fiqh
Pengertian fiqhPengertian fiqh
Pengertian fiqh
 

Bab 5

  • 1. Bab 5 Sumber Hukum Islam Secara sederhana hukum artinya seperangkat peraturan tentang tingkah laku manusia yang diakui oleh sekelompok masyarakat, yang disusun oleh orang yang diberi wewenang dan berlaku mengikat bagi anggotanya. Bila dikaitkan dengan Islam, maka hukum Islam berarti seperangkat peraturan yang berdasarkan wahyu Allah SWT; dan sunnah Rasulullah saw; yang mengatur tentang tingkah laku manusia yang dibebankan kepada setiap mukallaf dan mengikat semua orang yang beragama Islam. Orang yang hidupnya dibimbing syari'ah (hukum Islam) akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah SWT; dan rasulNya, sebab hukum Islam pasti selaras dengan fitrah manusia sehingga siapapun yang bertahkim kepada hukum Islam pasti manusia akan selamat di dunia dan akherat. Sumber hukum dalam Islam, ada yang disepakati (muttafaq) para ulama dan ada yang masih dipersilisihkan (mukhtalaf). Adapun sumber hukum Islam yang disepakati jumhur ulama adalah Al Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Para Ulama juga sepakat dengan urutan dalil-dalil tersebut di atas (Al Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas). Keempat sumber hukum yang disepakati jumhur ulama yakni Al Qur’an, Hadist, Ijma’ dan Qiyas A. SUMBER HUKUM ISLAM 1. Al-Qur'an Menurut bahasa Al-Qur'an berarti "bacaan" (dari asal kata " .( ” قرأ Menurut istilah Al-Qur'an ialah "kumpulan wahyu Allah SWT, yang yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dengan perantaraan malaikat Jibril yang dihimpun dalam sebuah kitab suci untuk menjadi
  • 2. pedoman hidup bagi manusia dan membacanya termasuk ibadah". Al- Qur'an merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Sebagaimana firman Allah SWT, : " Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasulNya serta ulil amri diantaramu ". ( An-Nisa:59 ) Sebagai sumber hukum Islam Al-Qur'an mengandung 3 pokok pengetahuan hukum yang mengatur tentang kehidupan umat manusia yaitu : a. Hukum yang berkaitan dengan aqidah, yakni ketetapan tentang wajib beriman kepada Allah SWT, Malaikat, kitab-kitab-Nya, para Rasul, hari akhir dan takdir. b. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlaq (budi pekerti), yaitu ajaran agar seorang muslim memiliki sifat mulia dan menjauhi sifat tercela. c. Hukum yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia yang terdiri dari ucapan, perbuatan, perjanjian dan lain-lain. Hukum yang berkaitan dengan amal perbuatan ini terbagi menjadi dua yaitu :  Yang mengatur tindakan manusia dalam hubungannya dengan Allah SWT, yang disebut ibadah. Seperti sholat, puasa, haji, nadzar, sumpah dan lain-lain.  Yang mengatur tindakan manusia baik individu atau kelompok yang disebut dengan muamalah (amal kemasyarakatan). Seperti perjanjian, hukuman (pidana), ekonomi, pendidikan, pernikahan dan semacamnya. Fungsi dan Kedudukan Al-Qur'an. a. Sebagai mu'jizat Nabi Muhammad saw. b. Sebagai dasar dan sumber hukum Islam yang pertama. c. Sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia. d. Sebagai pembawa berita gembira dan kebenaran yang mutlak. e. Sebagai obat penawar hati bagi orang-orang yang beriman. f. Membenarkan dan menyempurnakan kitab-kitab terdahulu.
  • 3. 2. Al-Hadits Hadits menurut bahasa artinya "perkataan". Menurut istilah hadits ialah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan, perbuatan atau ketetapan (taqrir) Nabi. Bersadarkan definisi tersebut, maka hadits dibagi menjadi 3 bagian yaitu hadits qouliyah (perkataan Nabi saw;), hadits fi'liyah (perbuatan Nabi saw;) dan hadits taqriri (katetapan Nabi saw;). Sedangkan menurut kwalitasnya hadits di bagi menjadi 2 bagian : a. Hadits maqbul (dapat diterima sebagai pedoman) yang mencakup hadits shoheh dan hadits hasan. b. Hadits mardud (tidak dapat diterima sebagai pedoman) yang mencakup hadits dhaif (lemah) dan hadits maudlu' (palsu). Usaha seleksi diarahkan kepada 3 unsur hadits yaitu : a. Matan (isi hadits). Suatu isi hadits dapat dinilai baik apabila tidak bertentangan dengan Al-Qur'an, hadits lain yang lebih kuat, fakta sejarah dan prinsip-prinsip ajaran Islam. b. Sanad (persambungan antara pembawa dan penerima hadits).Sanad dapat dinilai baik apabila antara pembawa dan penerima benar-benar bertemu bahkan berguru. c. Rowi (orang yang meriwatkan hadits). Seorang dapat diterima haditsnya apabila memenuhi syarat-syarat : 1) Adil yaitu orang Islam yang baligh dan jujur, tidak pernah berdusta dan membiasakan berbuat dosa. 2) Afidh yaitu kuat hafalannya atau mempunyai catatan pribadi yang dapat dipertanggung jawabkan. Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an, sebagaimana firman Allah SWT: "Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah". (Al-Hasyr : 7) Kedudukan dan Fungsi Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam.
  • 4. a. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Qur'an. Misalnya : Allah SWT, berfirman yang artinya : "Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta ". (al-Hajj:30). Kemudian firman Allah SWT, tadi dikuatkan oleh hadits yang artinya : "Awas! jauhilah perkataan dusta". (HR. Bukhori Muslim). b. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang masih bersifat umum. Contoh: Allah SWT, berfirman yang artinya: "Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah dan daging babi". (Al-Maidah:3). Kemudian Rasulullah saw, menjelaskan bahwa ada bangkai yang boleh dimakan yaitu ikan dan belalang. Seperti sabda Nabi saw, yang artinya : "Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah, adapun dua macam bangkai adalah ikan dan belalang, sedang dua macam darah adalah hati dan limpha". (HR. Ibnu Majah). c. Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al- Qur'an. Misalnya cara menyucikan bejana yang dijilat anjing. Rasulullah saw, bersabda yang artinya : "Sucikanlah bejanamu yang dijilat anjing, dengan menyucikan sebanyak tujuh kali salah satunya dicampur dengan tanah". (HR. Muslim). 3. Ijtihad Ijtihad ialah berusaha keras atau bersungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapannya baik dalam Al- Qur'an maupun Al-Hadits, serta berpedoman kepada cara-cara menetapkan hukum yang telah ditentukan. Ijtihad dapat dijadikan sebagai sumber hukum Islam yang ketiga. Landasannya berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Shahabat Nabi Saw Muadz ibn Jabal ketika diutus ke Yaman sebagai berikut :
  • 5. “Dari Muadz ibn Jabal ra bahwa Nabi Saw ketika mengutusnya ke Yaman, Nabi bertanya: “Bagaimana kamu jika dihadapkan permasalahan hukum? Ia berkata: “Saya berhukum dengan kitab Allah”. Nabi berkata: “Jika tidak terdapat dalam kitab Allah” ?, ia berkata: “Saya berhukum dengan sunnah Rasulullah Saw”. Nabi berkata: “Jika tidak terdapat dalam sunnah Rasul Saw” ? ia berkata: “Saya akan berijtihad dan tidak berlebih (dalam ijtihad)”. Maka Rasul Saw memukul ke dada Muadz dan berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah sepakat dengan utusannya (Muadz) dengan apa yang diridhai Rasulullah Saw”. (HR.Tirmidzi) Hal yang demikian dilakukan pula oleh Abu Bakar ra apabila terjadi kepada dirinya perselisihan, pertama ia merujuk kepada kitab Allah, jika ia temui hukumnya maka ia berhukum padanya. Jika tidak ditemui dalam kitab Allah dan ia mengetahui masalah itu dari Rasulullah Saw,, ia pun berhukum dengan sunnah Rasul. Jika ia ragu mendapati dalam sunnah Rasul Saw, ia kumpulkan para shahabat dan ia lakukan musyawarah. Kemudian ia sepakat dengan pendapat mereka lalu ia berhukum memutus permasalahan. Bentuk-bentuk Ijtihad. a. Ijma’, yaitu kesepakatan pendapat para ahli mujtahid dalam segala zaman mengenai hukum syari'ah. Misalnya: Kesepakatan para ulama dalam membukukan Al-Qur'an pada waktu kholifah Usman bin Affan. b. Qias, yaitu menetapkan suatu hukum terhadap suatu masalah yang tidak ada hukumnya dengan kejadian lain yang ada hukumnya karena eduanya terdapat persamaan illat (sebab-sebabnya). Misalnya: Menyamakan hukum minum bir dan wisky adalah haram diqiaskan dengan munum khamr yang sudah jelas hukumnya dalam Al-Qur'an. c. Istikhsan, yaitu menetapkan suatu hukum terhadap masalah ijtihadiyah berdasarkan prinsip-prinsip kebaikan. Misalnya: Dokter laki-laki melihat aurot wanita yang bukan muhrimnya saat wanita tersebut akan melahirkan anaknya.
  • 6. d. Masholihul Mursalah, yaitu menetapkan suatu hukum terhadap suatu masalah ijtihadiyah atas dasar kepentingan umum. Misalnya: pengenaan pajak terhadap orang-orang kaya. A. HUKUM TAKLIFI Pengertian. Hukum taqlifi ialah khitab (titah) Allah SWT atau sabda Nabi Muhammad SAW yang mengandung tuntutan, baik perintah melakukan atau larangan. Hukum taqlifi ada lima bagian yaitu : 1. Ijab, artinya mewajibkan atau khitab (firman Allah) yang meminta mengerjakan dengan tuntutan yang pasti. 2. Nadab (anjuran), artinya menganjurkan atau khitab yang mengandung perintah yang tidak wajib dituruti. 3. Karohah (memakruhkan) yaitu titah/ khitab yang mengandung larangan, tetapi tidak harus dijauhi. 4. Ibahah (membolehkan), yaitu titah/khitab yang membolehkan sesuatu untuk diperbuat atau ditinggalkan. Adapun yang berhubungan dengan hukum taqlifi antara lain : a. Mahkum ‘alaihi (yang dikenai hukum) ialah orang mukallaf yakni orang-orang muslim yang sudah dewasa dan berakal, dengan syarat ia mengerti apa yang dijadikan beban baginya. Orang gila, orang yang sedang tidur nyenyak, anak yang belum dewasa dan orang-orang yang terlupa tidak dikenai taklif (tuntutan). Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : ““Pena itu telah diangkat (tidak dipergunakan untuk mencatat) amal perbuatan 3 orang : (1) orang yang tidur hingga ia bangun, (2) anak-anak hingga ia dewasa dan (3) orang gila hingga ia sembuh kembali”. (Hr. Ashabus Sunan dan Hakim) Demikian pula orang yang lupa disamakan dengan orang yang tidur yang tidak mungkin mematuhinya apa yang ditaqlifkan.
  • 7. b. Hakim (yang menetapkan hukum) ialah Allah SWT dan yang memberitahukan hukum-hukum Allah SWT adalah para rasulNya. Dan sesudah seruan sampai kepada yang di tuju maka syariatnya menjadi hukum. c. Mahkum bihi (yang dibuat hukum) yaitu perbuatan mukallaf yang berhubungan (bersangkutan) dengan hukum yang lima yang masing-masing adalah : 1. Yang berhubungan dengan ijab dinamai wajib. 2. Yang berhubungan dengan nadab dinamai mandub/sunah. 3. Yang berhubungan dengan tahrim dinamai haram. 4. Yang berhubungan dengan karohah dinamai haram. 5. Yang berhubungan dengan ibahah dinamai mubah. Dari kelima hukum tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Wajib, ialah suatu yang harus dikerjakan dan pelakunya mendapat pahala, bila ditinggalkan maka pelakunya mendapat dosa. Adapun macam-macam wajib adalah sebagai berikut :  Wajib Syar’i yaitu suatu ketentuan yang apabila dikerjakan mendatangkan pahala dan bila tidak dikerjakan berdosa.  Wajib Aqli yaitu suatu ketetapan hukum yang harus diyakini kebenarannya karena masuk akal dan rasional.  Wajib ‘Aini yaitu suatu ketetapan yang harus dikerjakan oleh setiap muslim seperti : sholat 5 waktu, puasa bulan ramadhan, sholat jum’at dan lainnya.  Wajib kifayah yaitu suatu ketetapan apabila telah dikerjakan oleh sebagian muslim maka muslim yang lain terlepas dari kewajiban, seperti mengurus jenazah.  Wajib Mu’ayyanah yaitu suatu keharusan yang telah ditetapkan macam tindakannya seperti wajibnya berdiri dalam sholat bagi yang mampu.
  • 8.  Wajib mutlaq yaitu suatu kewajiban yang tidak ditentukan waktu pelaksanaan-nya, seperti membayar denda sumpah.  Wajib Aqli Nadzari yaitu kewajiban mempercayai suatu kebenaran dengan memahami dalil-dalilnya atau penelitian yang mendalam, seperti mempercayai eksistensi Allah SWT.  Wajib Aqli Dharuri yaitu kewajiban mempercayai suatu kebenaran dengan sendirinya tanpa dibutuhkan dalil-dalil tertentu. 2) Haram, ialah sesuatu yang apabila dilakukan pelakunya mendapat dosa dan bila ditinggalkan pelakunya mendapat pahala. Dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bila ditinggalkan perbuatan itu pelakunya akan mendapat pahala dan bila dilaksanakan berdosa. Haram ada dua macam, yaitu: a. Haram li-dzatihi, yaitu perbuatan yang diharamkan oleh Allah, karena bahaya tersebut terdapat pada perbuatan itu sendiri. Sebagai contoh makan bangkai, minum khamr, berzina, dll. b. Haram li-ghairi/aridhi, yaitu perbuatan yang dilarang oleh syariat dimana adanya larangan tersebut bukan terletak pada perbuatan itu sendiri, tetapi perbuatan tersebut dapat menimbulkan haram li-dzatihi. Sebagai contoh jual beli memakai riba, melihat aurat wanita, dll 3) Mubah, ialah sesuatu yang apabila dilakukan dan ditinggalkan tidak berdosa. 4) Sunat atau Mandub, ialah sesuatu yang apabila dikerjakan pelakunya mendapat pahala dan bila ditinggalkan tak berdosa. Adapun macam-macam suant adalah sebagai berikut :  Sunat Muakkad yaitu sunat yang sangat dianjurkan, seperti sholat Idhul Fitri dan Idhul Adha.  Sunat Ghoiru Muakkad yaitu suant biasa seperti memberi salam.  Sunat Hae’at yaitu sunat yang sebaiknya dikerjakan seperti mengangkat tangan ketika takbir dalam sholat.
  • 9.  Sunat Ab’at yaitu perkara-perkara yang kalau terlupakan harus mengganti dengan sujud syahwi. 5) Makruh, ialah sesuatu yang apabila dikerjakan pelakunya tidak berdosa tetapi bila ditinggalkan pelakunya mendapat pahala. Kedudukan dan Fungsi Hukum Taqlifi. Kedudukan hukum taqlifi dalam Islam adalah untuk mengetahui hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan amal perbuatan mukallaf, baik yang menyangkut wajib, sunat,haram, mubah, syah dan tidaknya suatu perbuatan. Disamping itu juga untuk memahami kaidah-kaidah yang dipergunakan untuk mengeluarkan hukum dari dalil-dalil hukum yakni kaidah-kaidah yang menetapkan dalil hukum. Hukum-hukum tersebut bersumber dari Al-Qur’an, Hadits, Ijmak dan Qias. B. PENGERTIAN DAN HIKMAH IBADAH Ibadah berasal dari kata ‘Abdun yang berarti hamba. Sedangkan arti secara harfiah adalah rasa tunduk, melakukan pengadian (penghambaan), merendahkan diri dan istikhanah. Jadi tugas yang paling esensial dari seorang hamba Tuhan adalah mengabdi dan beribadah kepadaNya. Secara terminologi ibadah ialah usaha mengikuti hukum-hukum dan aturan-aturan Allah SWT serta menjalankannya dalam kehidupan sesuai dengan perintahNya mulai dari aqil baligh sampai meninggal. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Adz-Dzariat : 56 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Adz-Dzariat : 56 ) Ibadah merupakan bagian integral dari syariah, apapun yang dilakukan manusia harus bersumber dari syaria’ah Allah SWT dan rasulNya.Ibadah tidak hanya sebatas menjalankan rukun Islam tetapi ibadah juga berlaku pada semua aktifitas duniawi yang didasari rasa ikhlas. Oleh karena itu ibadah terdapat 2 klasifikasi yaitu :
  • 10. 1. Ibadah Khusus (ibadah mahdhah) yaitu ibadah yang langsung berhubungan kepada Allah SWT atau ibadah yang berkaitan dengan arkanul Islam seperti syahadat, sholat, puasa dan haji. 2. Ibadah Amm/umum (ibadah ghoiru mahdhah) yaitu segala aktivitas yang titik tolaknya ikhlas dan ditujukan untuk mencapai ridho Allah SWT berupa amal shaleh. Perbedaan antara ibadah khusus dan umum terletak pada perbedaan sebagaimana dinyatakan dalam ilmu Ushul Fiqh yang berbunyi : Bahwa ibadah dalam arti khusus semuanya dilarang kecuali yang diperintahkan dan di contohkan, sedang ibadah dalam arti umum semuanya dibolehkan kecuali yang dilarang. Ibadah-ibadah lain yang berhubungan dengan rukun Islam antara lain : 1. Ibadah badani (fisik) seperti : bersuci yang meliputi ; wudhu, mandi, tayamum, cara menghilangkan najis, istinjak dan semacamnya, adzan, iqomah, I’tikaf, do’a, membaca sholawat, tasbih, istighfar, khitan dan lain-lain. 2. Ibadah Maliyah (harta) seperti : qurban, aqiqoh, wakaf, fidyah, hibah dan lain-lain. 3. Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan lainnya, seperti: jual beli, dagang, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, syirkah, simpanan, pengupahan, utang-piutang, wasiat, warisan dan lain-lain. 4. Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur seseorang dengan orang laindalam hubunga berkeluarga. Seperti : pernikahan, perceraian, pengaturan nafkah, penyusuan, pemeliharaan anak, pergaulan suami istri, meminang, khulu’, lian, dzihar, walimah, wasiat dan lain-lainnya. 5. Jinayat, yaitu pengaturan yang menyangkut pidana, seperti : qishosh, diyat, kifarat, pembunuhan, zina, minuman keras, murtad, khianat dan lainnya.
  • 11. 6. Siyasah, peraturan yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik), diantaranya: ukhuwah (persaudaraan), musyawarah, ‘adalah (keadilan), ta’awun (tolong-menolong), hurriyah (kebebasan), tasamuh (toleransi), takaful ijtimak (tanggung jawab social), zi’amah (kepemimpinan), pemerintahan dan lainnya. 7. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi. Seperti : syukur, sabar tawadhu’, pema’af, tawakal, istiqomah, saja’ah, birrul walidain dan lainnya. 8. Peraturan-peraturan lainnya, seperti: makanan, minuman, sembelihan, berburu, nadzar, pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, masjid, da’wah dan lainnya. Adapun hikmah ibadah itu antara lain sebagai berikut : 1. Untuk memelihara agama (hifzh ad-din), dengan cara menunaikan arkanul Islam, memelihara agama dari seranga musuh, memelihara jiwa yang fitri sehingga tidak kehilangan esensinya. 2. Untuk memelihara jiwa (hifzh an-nafs) dengan cara memenuhi hak hidup masing-masing anggota masyarakat sesuai dengan aturan yang berlaku. Oleh karena itu perlu adanya hokum pidana (qishosh) terhadap orang yang melanggar ketentuan ini.(Q.S. Al-Maidah : 32, An-Nisa’ : 93, Al-Isra’ : 31, Al-An’am :151, Al-Baqoroh : 178-179). 3. Untuk memelihara akal fikiran (hifzh al-‘aql) dengan cara menggunakan akal yang dimilikinya sebagaimana mestinya, seperti memikirkan kekuasaan Allah SWT tentang penciptaan dirinya, alam maupun yang lainnya serta menghindarkan dari perbuatan yang dapat merusak daya fikirnya seperti minum minuman keras, narkoba dan semacamnya. Uraian ini dapat dilihat pada surat Al-Maidah : 90, Yasin : 60-62, Al-Qoshosh : 60, Yusuf : 109 dan masih banyak lagi. 4. Untuk memelihara keturunan (hifzh an-nasl) dengan cara mengatur pernikahan dan pelarangan pelecehan seksual seperti zina, kumpul kebo, homo seks, lesbian yang semuanya dapat merusak keturunan. Uraian ini dapat dilihat pada surat An-Nur : 2-9, Al-Isro’ : 32, Al-Ahzab : 49, At- Thalaq : 1-7, An-Nisa : 3-4.
  • 12. 5. Untuk memelihara kehormatan harta benda (hifzh al-‘ird wal amwal) dengan cara mencari rizki yang halaluntuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengharamkan segala macam bentuk riba, perampokan, penipuan, pencurian, ghosob dan semacamnya. Rizki yang halal dapat berpengaruh terhadap kebersihan hati dan ikhlas menjalankan ibadah sebaliknya harta yang haram dapat mengakibatkan malas beribadah serta kekotoran hati. Hal ini dapat dilihat dalam surat An-Nur : 19-21, 27-29, Al-Hujurot : 11-12. Al-Maidah : 38-39, Ali Imron : 130 dan Al-Baqoroh : 188, 275- 284. Adapun yang termasuk ibadah mahdah (ibadah khusus) itu antara lain : a. Sholat Menurut bahasa sholat berarti do'a. Sedang menurut istilah sholat ialah sistem peribadatan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhrom dan diakhiri dengan salam berdasarkan atas syarat dan rukun tertentu. Sholat diwajibkan sebanyak 5 kali dalam sehari semalam. Perintah sholat diturunkan pada waktu isro' dan mi'raj Nabi Muhammad saw., setahun sebelum hijrah ke Madinah. Sholat mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama Islam. Adapun kedudukan sholat dalam agama Islam adalah sebagai berikut : - Sholat Sebagai Tiang Agama. Sholat mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi manusia yang bertaqwa kepada Allah swt. Rasulullah saw., bersabda "Sholat adalah tiang agama, barang siapa yang mendirikan sholat berarti mendirikan agama, barang siapa yang meninggalkannya berarti ia telah menghancurkan agama". (HR. Baihaqi) - Sholat Sebagai Amalan Ibadah Yang Pertama dan Utama.
  • 13. Sholat adalah merupakan amalan ibadah yang pertama yang akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah swt., di hari kiamat . Rasulullah saw, bersabda : "Yang pertama kali dihisab dari amalan-amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah sholat. Jika sholatnya baik maka baiklah seluruh amalnya. Dan jika sholatnya rusak maka rusak seluruh amalnya". (HR. Thabrani) Pada hari hisab amal yang pertama dihisab adalah sholat. Bagi orang yang tak pernah sholat ia akan ditempatkan di neraka saqor dan bagi orang yang melalaikan sholat akan ditempatkan di neraka weil. Jika sholatnya seseorang baik maka seluruh amal baiknya akan mengikutinya, tetapi bila jelek sholatnya maka akan jelek amalnya. - Sholat Sebagai Pembeda Mukmin dan Kafir. Rasulullah saw., bersabda : "Perbedaan antara seorang mukmin dengan seorang kafir adalah meninggalkan sholat". (HR. Muslim) - Sholat Sebagai Rukun Islam Yang Ke Dua. Sholat merupakan 5 sendi diantara kuatnya bangunan Islam. Kelimanya merupakan satu kesatuan yang utuh dan tak bisa dipisahkan. Jika salah satu sendi itu rapuh maka akan mempengaruhi yang lain. Rasulullah saw., bersabda : "Islam dibangun di atas lima sendi yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikaan sholat, mengeluarkan zakat, melaksanakan ibadah haji dan berpuasa di bulan Ramadhan ". (HR. Bukhori Muslim dari ibnu Umar) Sholat dalam Islam juga mempunyai beberapa hikmah. Adapun beberapa hikmah Sholat adalah sebagai berikut : - Membiasakan nidup bersih.
  • 14. Orang yang akan melaksanakan sholat terlebih dahulu harus suci dari hadas dan najis, pakaian dan tempatnya dan lain sebagainya. Dengan demikian sholat melatih seseorang agar cinta kebersihan. Rasulullah saw., bersabda : "Kebersihan itu adalah sebagian dari iman". (HR. Bukhori Muslim) - Terbiasa Hidup sehat. Seseorang diwajibkan berwudhu sebelum sholat. Kalau sholat 5 kali sehari ia berwudhu sebanyak 5 kali, berarti kesehatan seorang muslim akan terpelihara. - Pembinaan Disiplin Waktu. Melalui sholat tepat pada waktunya merupakan pembinaan disiplin waktu. Allah swt., menjelaskan kepada kita bahwa orang yang benar-benar berada dalam kerugian adalah orang yang yang tidak menghargai waktu sebagaimana dalam Al-Qur'an surat Al-Ashr . - Melatih Kesabaran. Orang yang bisa mendirikan sholat dengan benar akan menjadi kuat tekadnya dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan hidup, ia akan menjadi orang yang sabar. Allah swt., berfirman : " Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat yang mereka tetap mengerjakan sholatnya". (Al-Ma'arij : 19 - 23 ) - Mengikat Tali Persaudaraan Sesama Muslim. Sholat berjamaah dapat memupuk persaudaraan sesama muslim. Rasulullah saw., bersabda : "Orang mukmin dengan mukmin lainnya itu laksana bangunan, yang sebagian memper-kokoh bagian yang lainnya". ( HR. Bukhori Muslim )
  • 15. - Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar. Hikmah sholat yang paling utama adalah dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Orang yang bisa mendirikan sholat dengan baik, akan takut melakukan perbuatan keji dan jahat, dia akan merasa selalu diawasi oleh Allah swt. Firman Allah swt; “Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar". (Al-Ankabaut : 45) b. Puasa Puasa menurut pengertian bahasa berarti menahan diri dari segala sesuatu, seperti : menahan tidur, menahan berbicara, menahan makan, menahan minum dan sebagainya. Menurut istilah puasa ialah menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat melaksanakan perintah Allah swt; serta mengharap keridhoan-Nya. Allah swt; berfirman: “Hai orang-orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa". (Al- Baqarah :183) Jenis puasa ada bermacam-macam. Adapun macam-macam puasa adalah sebagai berikut :  Puasa wajib yaitu puasa Ramadhan, puasa nadzar, puasa kafarat, puasa qodlo' dan puasa fidyah. (lihat Al-Baqoroh : 183 - 185, Al-Maidah: 89, Al-Baqoroh: 186).  Puasa sunat/tathowwu' seperti puasa senin kamis, puasa 6 hari bulan syawal, tanggal 9 dzulhijjah, tanggal 10 muharram (Asy-Syura'), tiap tanggal 13, 14, 15 qomariah.
  • 16.  Puasa haram seperti : puasa terus menerus, puasa hari tasyri' ( 11, 12, 13 Dzulhijjah), puasa dua hari raya, puasa wanita yang sedang haid/nifas, puasa sunat seorang istri tanpa izin suaminya ketika suami bersamanya.  Puasa makruh seperti puasa sunat dengan susah payah (sakit, perjalanan dll), menghususkan pada hari jum'at dan sabtu kecuali pada hari disunahkannya puasa. Adapun syarat wajib puasa : Berakal, baligh dan kuat mengerjakannya Sedang syarat syahnya : Islam, mumayyiz (dapat membedakan baik dan tidak baik), suci dari haid dan nifas bagi wanita, dalam waktu yang dibolehhkan puasa. Puasa juga juga harus memenuhi rukun dan rukun puasa: niat sebelum melakukan puasa, menahan diri dari makan, minum, bersetubuh dan hal-hal lain yang bisa membatalkan puasa (lihat Al-Baqarah : 187). Hikmah Puasa a. Membentuk manusia sabar dan toleran. Puasa bukanlah amal lahir yang dapat dilihat semata tetapi puasa adalah amal rohani yang hanya dilihat oleh Allah swt, oleh karena itu puasa adalah amal batin yang berbentuk kesabaran semata sebagaimana Rasulullah bersabda : “Puasa adalalah separuh kesabaran dan sabar itu adalah separuh iman". (HR. Baihaqi) b. Membentuk jiwa amanah dan hanya bertanggung jawab hanya kepada Allah swt. c. Membentuk akhlakul karimah. Dengan puasa dia akan dapat berbuat baik dan mulia karena perbuatan-perbuatan jahat dapat menghalangi pahalanya puasa. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
  • 17. “Lima perkara yang dapat menghalangi pahalanya pahalanya puasa yaitu, dusta, ghibah, namimah, sumpah palsu, melihat lawan jenis dengan syahwat". (HR. At-Tirmidzi) d. Mendidik manusia untuk berlaku jujur.Tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui kita puasa atau tidak kecuali kita sendiri kepada Allah swt; ini berarti puasa melatih jujur dalam beribadah dan beriman karena Allah swt. e. Mengembangkan kepekaan sosial. Orang yang berpuasa akan bisa mengukur dan merasakan betapa pedihnya orang miskin dan kesusahan karena ketidak tersediaanya makanan dan uang belanja. f. Melatih ketahanan mental. Berpuasa berarti mengistirahatkan anggota badan yang mengolah penceraan makanan, hal ini akan membentuk anggota badan menjadi terbiasa dan kuat . g. Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt. RANGKUMAN 1. Sumber hukum Islam yang disepakati jumhur ulama adalah Al Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas.