SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  86
TEH
(Camellia sinensis (L.)
       ADE YULIA
Sejarah Teh
• Tanaman teh termasuk genus Camellia
• Kata teh (Camelia sinensis) berasal dari Cina
• Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara-
  negara China selatan (Yunan), Laos Barat
  Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur
  Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan
  tropis dan subtropis
• Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun
  1684, berupa biji teh dari jepang yang dibawa oleh
  seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam
  sebagai tanaman hias di Jakarta
• Teh dikonsumsi sebagai minuman penyegar
Klasifikasi
•   Kingdom : Plantae
•   Divisio : Spermatophyta
•   Sub Divisio : Angiospermae
•   Class : Dicotiledoneae
•   Ordo : Guttiferales
•   Famili : Tehaceae
•   Genus : Camelia
•   Spesies : Camelia sinensis
KANDUNGAN TEH
• Daun teh yang baru dipetik mengandung air
  75 % dari berat daun dan sisanya berupa
  padatan dan terdiri dari bahanbahan organik
  dan anorganik
• Bahan organik yang penting dalam
  pengolahan antara lain polifenol, karbohidrat
  dan turunannya, ikatan nitrogen, pigmen,
  enzim dan vitamin
4 Kelompok Besar Bahan-bahan Kimia
         Dalam Daun Teh
a. Substansi fenol : tanin / katekin, flavanol
b. Sustansi bukan fenol : resin, vitamin, serta
   substansi mineral
c. Substansi aromatis : fraksi
   karboksilat, fenolat, karbonil, netral bebas
   karbonil (sebagian besar terdiri atas alkohol).
d. Enzim : Invertase, amilase, -
   glukosidase, oximetilase, protease, dan
   peroksidase
Substansi Fenol
• Komponen fenol dalam daun teh segar dan
  muda mencapai 25-35 % dari keseluruhan
  bahan kering daun
• Komponen fenol dalam daun teh segar dan
  muda mencapai 25-35 % dari keseluruhan
  bahan kering daun
Lanjutan….
Tanin/Katekin
• Senyawa ini tidak berwarna dan paling penting
  pada daun teh karena dapat menentukan kualitas
  daun teh dimana dalam
  pengolahannya, perubahannya selalu
  dihubungkan dengan semua sifat teh kering yaitu
  rasa, warna dan aroma.
• Tanin atau katekin pada daun teh merupakan
  senyawa yang sangat kompleks.
• Jumlah totalnya hanya merupakan fraksi yang
  merupakan ukuran kualitas teh.
• Tanin dalam istilah teh disebut katekin
• Katekin teh merupakan flavonoid yang
  termasuk dalam kelas flavanol.
• Jumlah atau kandungan katekin bervariasi
  untuk masing-masing jenis teh.
 Adapun katekin teh yang utama adalah :
Epicathecin (EC),
Epicathecin galat (ECG),
Epigalochatechin dan
Epichatecin gallate (EGCG).
• Katekin teh memiliki sifat tidak
  berwarna, larut dalam air, serta membawa
  sifat pahit dan sepat pada seduhan teh.
• Hampir semua sifat produk teh termasuk
  didalamnya warna, rasa dan aroma secara
  langsung maupun tidak
  langsung, dihubungkan dengan modifikasi
  pada katekin ester menjadi katekin non ester
  dapat menurunkan rasa pahit dan sepat dari
  teh hijau
Flavanol
Flavanol utama yang terdapat didalam daun
  teh :
querecetin,
kaemferol dan
myricetin terutama dalam bentuk glikosidanya
  (berikatan dengan molekul gula) dan sedikit
  dalam bentuk aglikonnya.
• Jumlahnya dapat bervariasi tergantung suhu
  dan cara ekstraksinya
Substansi Bukan Fenol
Karbohidrat
• Seperti tanaman lain, daun teh juga
  mengandung karbohidrat mulai dari gula
  sederhana sampai dengan yang kompleks.
• Yang terpenting diantaranya adalah
  sukrosa, glukosa dan fruktosa.
• Keseluruhan karbohidrat yang dikandung teh
  adalah 0,75 % dari berat kering daun
Substansi Pektin
• Substansi pektin terutama terdiri atas pektin
  dan asam pektat, besarnya bervariasi antara
  4,9 - 7,6% dari berat kering daun atau tangkai.
• Sustansi ini dianggap ikut menentukan kualitas
  dari teh
Alkaloid
• Senyawa ini yang menjadikan teh sangat
  digemari karena bersifat menyegarkan.
• Sifat penyegar teh yang berasal dari bahan
  tersebut menyusun 3-4 % berat kering.
• Alkaloid utama dalam daun teh adalah
  kafein, theobromin dan theofilin.
Protein dan Asam-asam Amino
• Daun teh mengandung protein yang sangat besar
  peranannya dalam pembentukan aroma teh.
• Perubahan utama selama pelayuan adalah
  pembongkaran protein menjadi asam-asam
  amino.
• Asam amino bersama dengan karbohidrat dan
  katekin akan membentuk senyawa aromatis.
• Asam amino yang paling berpengaruh adalah
  alanin, fenilalanin, valin, leusin, dan isoleusin.
• Seluruh protein dan asam amino bebas berkisar
  1,4-5 % dari berat kering daun
Klorofil dan Zat Warna Lain

• Zat warna (klorofil) dalam daun mendukung
  0,019 % dari berat kering daun teh.
• Zat lainnya seperti karotenoid (zat warna
  jingga) dalam daun teh dapat menentukan
  aroma teh, karena oksidasinya menghasilkan
  substansi yang mudah menguap yang terdiri
  atas aldehid dan keton tidak jenuh
Asam organik
• Dalam proses metabolisme tertama respirasi,
  asam organik berperan penting sebagai
  pengatur proses oksidasi dan reduksi.
• Selain itu, asam organik juga merupakan
  bahan untuk membentuk karbohidrat, asam
  amino dan lemak untuk tanaman
Substansi Resin
• Bau atau aroma teh tergantung pada minyak
  esensial dan resin.
• Sebagai bahan kimia, resin sukar dibedakan
  dengan minyak esensial dan terpena.
• Peranan resin yang lain adalah menaikkan
  daya tahan tanaman teh terhadap frost.
• Kandungan resin besarnya 3 % dari berat
  kering
Vitamin-vitamin
• Daun teh mengandung beberapa vitamin yaitu
  vitamin C, K, A, B1, B2, asam nikotinat dan
  asam pantotenat.
• Tetapi kebanyakan rusak selama proses
  pengolahan
Substansi Mineral
• Elemen mineral yang merupakan mayoritas
  adalah potasium yang jumlahnya separuh dari
  kandungan mineral.
• Kandungan mineral dalam daun teh kira-kira 4-5
  % dari berat kering.
• Dari segi kualitas, peranan substansi ini tidak
  banyak disebut.
• Namun ada beberapa unsur yang berhubungan
  dengan oksidasi polifenol, yaitu fosfor yang
  mengtur pH selama oksidasi, magnesium yang
  merupakan komponen dari klorofil serta tembaga
  yang merupakan gugusan prostetis dari polifenol
  oksidasi.c. Substansi Aromatis
• Salah satu sifat penting dari kualitas teh adalah
  aroma.
• Timbulnya aroma ini secara langsung atau tidak
  langsung, selalu dihubungkan dengan terjadinya
  oksidasi senyawa polifenol
 4 kelompok golongan aroma teh :
 Fraksi karboksilat
 Fraksi fenolat
 Fraksi karbonil
 Fraksi bebas karbonil
Enzim-enzim
• Enzim berperan sebagai biokatalisator pada
  setiap reaksoi kimia didalam tanaman.
• Enzim yang dikandung didalam daun teh
  diantaranya adalah invertase, amilase, -
  glukosidase, oksimetilase, protease dan
  peroksidase.
3 Macam Teh
Ada tiga tipe utama pengolahan teh, yaitu
Teh Hijau, merupakan teh yang tidak
 difermentasi,
Teh Oolong, merupakan teh yang mengalami
 fermentasi sebagian
Teh Hitam, merupakan teh yang mengalami
 fermentasi penuh.
Teh Hijau
• Teh hijau merupakan pucuk daun muda
  tanaman teh yang diolah tanpa melalui proses
  fermentasi.
• Pengolahan teh hijau itu merupakan
  rangkaian proses fisik dan mekanis tanpa atau
  dengan sedikit proses fermentasi terhadap
  pucuk teh dengan menggunakan sistem
  panning atau sangray.
A. Penyediaan Bahan Baku
Pemetikan
• Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari
  tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih
  muda, untuk kemudian diolah menjadi produk teh
  kering yang merupakan komoditi perdagangan.
• Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-
  ketentuan sistem petikan daun dan syarat-syarat
  pengolahan yang berlaku.
• Pemetikan berfungsi juga sebagai usaha membentuk
  kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara
  berkesinambungan
• Ada dua macam ranting daun yang dipetik dan
  digunakan dalam pengolahan teh, yaitu ranting
  peko dan ranting burung.
• Ranting peko akan menghasilkan teh hijau
  dengan kualitas lebih baik daripada ranting
  burung.
• Ranting peko adalah ranting yang masih
  kuncup, masih tergulung dan tumbuh aktif.
• Sedangkan ranting burung adalah ranting yang
  tidak memiliki kuncup dan merupakan ranting
  yang tidak aktif atau dorman
• Jenis Pemetikan
 Pemetikan menurut waktunya ada tiga jenis, yaitu:
a. Petikan Jendangan
• Petikan jendangan merupakan petikan yang dilakukan
   sekitar 1 bulan setelah tanaman dipangkas.
b. Petikan Biasa
• Setelah 2-2,5 bulan dilakukan petikan jendangan, akan
   tumbuh tunas tersier dan bentuk tanaman rata.
• Kemudian dilakukan petikan biasa dimana giliran petik
   dilakukan antara 10-11 hari dan berlangsung sampai
   dilakukan pemangkasan berikutnya, yaitu 3 tahun.
c. Petikan Gandesan
• Tanaman yang terus-menerus dipetik akan
   semakin menurun produksinya.
• Untuk mempertahankannya, dilakukan
   pemangkasan.
• Pemangkasan ini berjarak 3 tahun setelah
   pemangkasan pertama.
• Sebelum diadakan pemangkasan biasanya masih
   terdapat pucuk-pucuk yang masih bisa dipetik.
• Pemetikan pucuk-pucuk tersebut disebut
   pemetikan gandesan
• p+2 (dipetik pucuk peko dan 2 daun muda di
  bawahnya)
• p+3 (dipetik pucuk peko dan 3 daun muda di
  bawahnya)
• b+1m (dipetik pucuk burung dan 1 daun muda
  di bawahnya)
• b+2m (dipetik pucuk burung dan 2 daun
  muda di bawahnya)
Pengangkutan Pucuk

• Pengangkutan pucuk merupakan kegiatan
  mengangkut pucuk dari kebun ke pabrik.
• Sebelum melaksanakan proses
  pengolahan, pucuk teh harus dalam keadaan
  baik, artinya keadaannya tidak mengalami
  perubahan selama pemetikan sampai ke lokasi
  pengolahan.
• Hal ini sangat penting untuk mendapatkan teh
  yang bermutu tinggi.
• Oleh karena itu, proses pengangkutan memiliki
  peranan yang sangat penting.
• Hal yang dilakukan untuk mencegah kerusakan
   daun untuk antara lain:
a. Jangan terlalu menekan daun agar daun tidak
   terperas.
b. Dalam membongkar daun, jangan menggunakan
   barang-barang dari besi atau yang tajam agar
   daun tidak robek atau patah.
c. Hindari terjadinyan penyinaran terik matahari
   dalam waktu lama, lebih dari 3 jam.
d. Jangan menumpuk daun sebelum dilayukan
   dalam waktu yang lama (daun segera dilayukan)
Penerimaan Pucuk


• Pucuk yang sudah sampai di pabrik harus
  segera diturunkan dari truk untuk
  menghindari kerusakan pucuk, selanjutnya
  pucuk akan segera ditimbang dan diangkut ke
  whitering through untuk dilayukan
B. Proses Pengolahan
• Tahapan pengolahan teh hijau terdiri dari
  pelayuan, penggulungan, pengeringan, dansor
  tasi kering.
• Untuk mendapatkan teh hijau yang bermutu
  diperlukan suatu program pengolahan yang
  benar dan sesuaidengan prinsip-prinsip
  pengolahan yang efisien
A.Pengolahan Teh Hijau secara Sederhana

a. Pelayuan
• Daun teh petikan dihamparkan di tempat yang teduh atau
  dibawah atap berupa lapisan yang tipis
• Diangin-anginkan selama 1-2 hari, daun-daun telah cukup
  layu.
• Cara pelayuan yang sering dilakukan juga adalah dengan
  sinar matahari (dijemur), atau ada juga yang dimasukkan ke
  dalam belanga diatas perapian.
• Pelayuan diakhiri setelah diperoleh daun yang amat lemas.
• Faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pelayuan
  adalah kondisi bahan dasar, tebal hamparan, suhu dan
  waktu pelayuan, kelembaban udara dan kecepatan gerakan
  udara
b. Penggulungan
• Tujuan membentuk mutu secara fisik, karena
  selama penggulungan, pucuk teh akan dibentuk
  menjadi gulungan-gulungan kecil dan terjadi
  pemotongan.
• Proses ini harus segera dilakukan setelah
• pucuk layu keluar mesin rotary panner.
• Untuk membuat teh hijau mutu
  ekspor, penggunaan mesin penggulung yang
  berukuran 26” tipe single action sangat cocok
  untuk tujuan tersebut.
• Penggulungan dilakukan satu kali agar tidak
  terjadi penghancuran daun teh yang terlalu
  banyak, yang dapat meningkatkan jumlah bubuk
  dengan mutu yang kurang menguntungkan.
• Lama penggulungan disesuaikan dengan tingkat
  layu pucuk, ukuran, tipe mesin penggulung serta
  mutu pucuk yang diolah.
• Lama penggulungan sebaiknya tidak lebih dari 30
  menit dihitung sejak pucuk layu masuk mesin
  penggulung
c. Pengeringan
• Pengeringan Yang biasa dilakukan oleh para petani
   diantaranya adalah:
1. Daun yang telah digulung, dipanaskan/disangrai diatas
   panci besi atau tanah yang dipanasi dari bawah
2. Daun yang telah digulung dikeringkan dengan cara digarang.
   Untuk menggarang ini diperlukan tungku.
• Dinding mulut lubang tungku yang mengarah keatas dibuat
   sedikit lebih tinggi supaya tidak terlalu panas.
• Untuk memperoleh pemanasan yang rata, suhu jangan
   terlalu tinggi, dan supaya tidak berasap, digunakan arang
   kayu sebagai bahan bakar.
• Lama pengeringan sekitar 30 menit.
• Daun dianggap telah kering apabila digenggam dengan
   tangan lalu ditekan akan berbunyi krak karena ada daun-
   daun yang patah
c. Sortasi
• Setelah pengeringan selesai, teh hijau
  diangkat dari tempat penyangrayan kemudian
  diangin-anginkan sampai dingin dan disortasi.
• Ada 2 cara sortasi, yaitu
1. diayak dengan saringan, sehingga diperoleh
  teh kasar dan teh remuk
2. dipisah-pisahkan dengan tangan.
• Sebagai hasil sortasi, diperoleh jenis-jenis
  mutu teh hijau yang dipasaran dikenal sebagai
  berikut :
1. jenis peko, yang berasal dari daun muda,
2. jenis jikeng, yang berasal dari daun tua yang
  disebut juga jenis koleang atau jabruk dan
3. jenis bubuk yang disebut juga kempring
  (dust).
d. Pengemasan
• Menurut Bambang (1995), Hasil teh hijau dikemas atau
   dipak:
1. dalam karung goni yang baru dengan atau tanpa plastik
   sebagai pelapis didalamnya, dengan berat bersih 25 kg
   untuk jenis peko dan tulang, 15 kg untuk jenis jikeng
   dan 40 kg untuk jenis bubuk setiap karungnya
2. dalam peti triplek seperti teh hitam
3. dalam kantong-kantong kertas atau kantong plastik
   dengan berat yang bervariasi (untuk penjualan eceran).
Pengolahan Teh Hijau dengan
      Teknologi yang Lebih Maju
Tahapan pengolahan teh hijau terdiri dari
pelayuan,
penggulungan,
pengeringan pertama,
pengeringan kedua,
sortasi kering, serta
pengemasan
a. Pelayuan
• Tujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase
  dan menurunkan kandungan air dalam pucuk, agar
  pucuk menjadi lentur dan mudah digulung.
• Proses pelayuan dilakukan sampai pada tahap layu
  tertentu, yang sifat pelayuannya berbeda dibanding
  dengan cara pelayuan teh lokal.
• Pelayuan harus segera dilakukan setelah daun teh
  dipetik.
• Daun teh harus segera diolah dipabrik pengolahan
  secepat mungkin dengan transportsi yang efisien yang
  merupakan aspek penting dalam pengolahan teh untuk
  meminimalkan kerusakan
• Pelayuan dilaksanakan dengan cara mengalirkan
  sejumlah pucuk secara berkesinambungan kedalam
  alat pelayuan Rotary Panner dalam keadaan panas
  dengan suhu pelayuan 80-100oC.
• selama proses pelayuan berlangsung dalam Rotary
  Panner, terjadi proses penguapan air baik yang
  terdapat di permukaan maupun yang terdapat didalam
  daun.
• Uap air yang terjadi harus secepatnya dikeluarkan dari
  ruang Roll Rotary Panner, untuk menghindari
  terhidrolisanya klorofil oleh uap asam-asam organik
• Perubahan kimia yang terjadi selama pelayuan
  antara lain dalam proses respirasi akan terjadi
  penurunan gula oleh oksigen menjadi energi
  dan karbondioksida.
• Apabila gula berangsur-angsur berkurang
  maka akan terombak pula senyawa-senyawa
  lain hasil metabolisme yang terlebih dahulu
  menjadi gula
• Suhu pelayuan harus sama (stabil) agar dapat dicapai
  tingkat layu yang tepat.
• Tingkat layu pucuk dinilai berdasarkan presentase layu,
  yaitu perbandingan berat pucuk layu terhadap pucuk
  basah yang dinyatakan dalam persen.
• Persentase layu teh hijau lokal adalah 60-70%, dan
  untuk teh hijau ekspor sekitar 60% dengan tingkat
  kerataan layuan yang baik.
• Tingkat layu yang tepat ditandai dengan keadaan pucuk
  layu yang berwarna hijau cerah, lemas, dan lembut,
  serta mengeluarkan bau yang khas
kriteria untuk menentukan tingkat
        kelayuan daun antara lain:
• bentuk daun lemas, agak lekat seperti daun
  yang dimasukkan dalam air panas.
• warna daun hijau kekuning-kuningan atau
  hijau muda
• air seduhan daun layu jernih dengan sedikit
  warna hijau atau pucat
• kadar air 65-70%.(PT. RSK I. 2008).
b. Penggulungan
• bertujuan membentuk mutu secara fisik, karena
  selama penggulungan, pucuk teh akan dibentuk
  menjadi gulungan-gulungan kecil dan terjadi
  pemotongan.
• Proses ini harus segera dilakukan setelah pucuk
  layu keluar mesin Rotary Panner.
• Untuk membuat teh hijau mutu
  ekspor, penggunaan mesin penggulung yang
  berukuran 26” tipe single action sangat cocok
  untuk tujuan tersebut.
• Penggulungan dilakukan satu kali agar tidak
  terjadi penghancuran daun teh yang terlalu
  banyak, yang dapat meningkatkan jumlah bubuk
  dengan mutu yang kurang menguntungkan.
• Lama penggulungan disesuaikan dengan tingkat
  layu pucuk, ukuran, tipe mesin penggulung serta
  mutu pucuk yang diolah.
• Lama penggulungan sebaiknya tidak lebih dari 30
  menit dihitung sejak pucuk layu masuk mesin
  penggulung
c. Pengeringan
• bertujuan untuk menurunkan kadar air dari
  pucuk yang digulung hingga 3-
  4%, memekatkan cairan sel yang menempel di
  permukaan daun sampai berbentuk seperti
  perekat, dan memperbaiki bentuk gulungan
  teh jadi.
• Untuk mencapai tujuan, dilaksanakan dua
  tahap pengeringan, masing-masing
  menggunakan mesin yang berbeda
• Mesin pengering pertama disebut ECP
  (Endless Chain Pressure) Dryer.
• Pada mesin pengering ini, suhu diatur supaya
  suhu masuk 130-135oC dan suhu keluar 50-
  55oC dengan lama pengeringan 25 menit.
• Pada pengeringan pertama ini, jumlah air yang
  diuapkan mencapai 50% dari bobot
  pucuk, sehingga hasilnya baru setengah kering
  dengan tingkat kekeringan 30-35%.
• Pada pengeringan tahap kedua digunakan mesin pengering
  Rotary Dryer tipe Repeat Rool.
• Maksud pengeringan kedua adalah untuk menurunkan
  kadar air sampai 3-4% serta memperbaiki bentuk gulung
  teh keringnya.
• Pengeringan dalam rotary dryer menggunakan suhu tidak
  lebih dari 70oC dengan lama pengeringan 80-90 menit, dan
  putaran rotary dryer 17-19 rpm.
• Untuk memperoleh hasil pengeringan yang baik selain
  ditentukan oleh suhu dan putaran mesin juga ditentukan
  oleh kapasitas mesin pengering.
• Kapasitas per batch mesin pengering ditentukan oleh
  diameter mesin
• Rotary Dryer yang rollnya berdiameter 70 cm, mempunyai
  kapasitas pengeringan sebesar 40-50 kg teh kering, dan
  untuk roll yang berdiameter 100 cm kapasitasnya 60-70 kg
  teh kering.
d. Sortasi Kering
• Teh yang berasal dari pengeringan masih
  heterogen atau masih bercampur baur, baik
  bentuk maupun ukurannya.
• Selain itu teh masih mengandung debu, tangkai
  daun dan kotoran lain yang berpengaruh
  terhadap mutu teh nantinya.
• Untuk itu, dibutuhkan proses penyortiran atau
  pemisahan yang bertujuan untuk mendapatkan
  bentuk dan ukuran the yang seragam sehingga
  cocok untuk dipasarkan dengan mutu terjamin
• Sortasi kering bertujuan untuk
  memisahkan, memurnikan dan
  mengelompokkan jenis mutu teh hijau dengan
  bentuk ukuran yang spesifik sesuai dengan
  standar teh hijau
Pada prinsipnya, sortasi kering teh
             hijau adalah:
• memisahkan keringan teh hijau yang banyak mengandung
  jenis mutu ekspor,
• memisahkan partikel-partikel yang mempunyai bentuk dan
  ukuran yang relatif sama kedalam beberapa kelompok
  (grade), kemudian memisahkannya dari tulang-tulang
  daunnya,
• melakukan pemotongan dengan tea cutter bagian-bagian
  teh yang ukurannya masih lebih besar dari jenis mutu yang
  dikehendaki,
• setelah hasil sortasi teh hijau terkumpul menjadi beberapa
  jenis dilakukan polishing dengan menggunakan mesin
  polisher,
• hasil sortasi ini dikelompokkan kedalam jenis-jenis mutu
  teh hijau sesuai dengan mutu yang ada.
e. Penyimpanan dan Pengemasan
• Penyimpanan dan pengemasan mutlak
  dilakukan mengingat teh yang baru dihasilkan
  belum bisa langsung di pasarkan.
• Selain jumlahnya masih sedikit, teh yang baru
  disortasi masih perlu didiamkan agar
  kelembaban teh bisa terkontrol.
• Proses ini terutama hanya untuk menjaga
  aroma teh yang harum
• Pengemasan teh hijau dilakukan dengan
  bahan pembungkus kantong kertas yang
  didalamnya dilapisi aluminium foil.
• Untuk memasarkannya teh hijau biasa
  dikemas dalam kantong kertas atau kantong
  plastik dengan ukuran kemasan bervariasi
Tujuan pengemasan teh
a. Melindungi produk dari kerusakan.
b. Mepermudah transportasi.
c. Efisien dalam penyimpanan di gudang.
d. Dapat digunakan sebagai alat promosi.
Uji Inderawi
• Kualitas teh merupakan kumpulan sifat yang
  dimiliki teh, baik sifat fisik, kimia maupum
  inderawi.
• Mutu inderawi teh memegang peranan penting
  dalam penentuan tingkat penerimaan
  peminumnya.
• Uji inderawi pada the kering dapat menghasilkan
  informasi mengenai mutu teh maupun mutu
  pengolahannya.
• Dari hasil uji ini dapat ditentukan kebijakan
  maupun pemasaran.
• Uji inderawi melibatkan indera
  penglihatan, pencicipan dan pembauan.
• Pada dasarnya uji inderawi terdiri atas tiga
  kelompok penilaian yaitu penilaian terhadap
  kenampakan teh kering, cita rasa dan warna air
  seduhan, serat kenampakan ampas seduhan.
• Keseluruhan hasil penilaian merupakan gambaran
  lengkap mutu inderawi teh serta pengolahan
  yang telah dilakukan
Penentuan Mutu Teh Hijau
• Dasar yang digunakan untuk menentukan mutu
  teh hijau adalah sifat luar dan sifat dalam dari teh
  hijau :
A. Sifat Luar
• Warna teh kering : hijau muda dan hijau kehitam-
  hitaman
• Ukuran : homogen dan tidak tercampur remukan
• Bentuk : tergulung, terpilin
• Aroma : wangi sampai kurang wangi, tidak apek
B. Sifat Dalam
• Seduhan : jernih, sedikit berwarna hijau atau
  kekuning-kuningan. Warna tetap meskipun
  seduhan menjadi dingin.
• Ampas : berwarna hijau
• Rasa : rasa khas teh hijau, sedikit pahit, dan
  lebih sepet dibanding teh hitam.
Jenis Mutu Teh Hijau berdasarkan SP-
              60-1977
a. mutu I (Peko) yaitu bentuk daun tergulung kecil
   dengan warna hijau sampai kehitaman, aromanya
   wangi dan tidak apek, tidak ada benda asing
   (kotoran), tangkai daun maksimum 5%, dan kadar
   air maksimum 10%.
b. mutu II (Jikeng), yaitu bentuk daun tidak
   tergulung melebar, warnanya hijau kekuning-
   kuningan sampai kehitamhitaman, aromanya
   kurang wangi dan tidak apek. Tidak ada benda
   asing, tangkai daun maksimum 7%, kadar air
   maksimum 10%.
c. mutu III (Bubuk) yaitu bentuk daun seperti bubuk
   dengan potongan-potongan datar, warnanya
   hijau kehitam-hitaman, aromanya kurang wangi
   dan tidak apek, tidak ada benda asing, tangkai
   daun maksimum 0% dan kadar air maksimum
   10%.
d. mutu IV (Tulang) yaitu sebagian besar berupa
   tulang daun warnanya hijau kehitam-
   hitaman, aromanya kurang wangi dan tidak
   apek, tidak ada benda asing, dan kadar air
   maksimum 10%.
PROSES PENGOLAHAN TEH OOLONG

• Posisi teh oolong berada diantara teh hijau dan teh hitam
  sehingga teh ini lazim disebut sebagai teh semi oksimatis.
• Teh jenis ini dilakukan oksimatis secara cepat sebelum dan
  sesudah penggulungan.
• Tahap pertama proses pengolahan teh ini adalah pelayuan
  dengan sinar matahari selama 90 menit.
• Selanjutnya dilakukan dengan pelayuan dan pengayakan
  dalam ruangan selama 4-8 jam.
• Pengeringan pertama dilakukan dengan panning system
  untuk menginaktivasi enzim.
• Kemudian di gulung selama 5-12 menit, dipotong dan
  kembali dikeringkan sampai diperoleh kadar air sekitar 3-
  5%.
PROSES PENGOLAHAN TEH WANGI

• Teh wangi diproses dari teh hijau yang dicampur
  dengan bahan pewangi berupa bunga melati atau
  culan melalui pengolahan tertentu untuk
  mendapatkan cita rasa yang khas
• Prinsip pengolahan teh wangi adalah proses
  penyerapan atau absorbsi aroma bunga ke dalam
  teh hijau.
• Tahapan proses pengolahan teh wangi meliputi
  penyediaan bahan baku berupa teh
  hijau, penggosongan, pemilihan
  bunga, pelembaban, pewangian dan pengeringan
  serta pengepakan
 Penyediaan Bahan Baku
  Syarat teh hijau yang baik untuk proses pengolahan teh
  wangi diantaranya adalah mempunyai warna hijau
  kehitaman yang hidup (bright), bentuk tergulung
  dengan baik, rasanya sepet, mudah menyerap bau
  bunga dan kandungan airnya maksimal 10%.
 Penggosongan
  Proses ini bertujuan menghasilkan teh hijau gosong
  yang bersifat porous.
  Dengan sifat barunya ini, teh hijau akan mudah
  menyerap aroma dari melati.
  Proses ini berlangsung selama 1-2 jam menggunakan
  Rotary Dryer pada suhu 150-170°C
 Pelembaban
• Bunga yang dipersyaratkan adalah melati dengan
  tingkat kematangan tertentu dan diperkirakan pada
  malam harinya akan tetap mekar.
 Pelembaban
• Pelembaban dilakukan melalui pemberian air pada teh
  gosong sampai keadaan teh menjadi lembab dengan
  kadar air 30-35%.
• Proses ini menyebabkan gulungan teh menjadi
  terbuka.
• Dengan demikian kemampuan teh dalam menyerap
  aroma bunga menjadi lebih baik.
• Proses ini biasanya berlansung pada sore hari sebelum
  proses pewangian dilakukan.
Pewangian
• Proses ini merupakan nyawa dari pengolahan teh
  wangi.
• Pada tahap ini terjadi penyerapan aroma bunga
  oleh teh hijau yang telah digosongkan.
• Cara yang lazim digunakan adalah dengan cara
  mencampur dan mengaduk bunga dengan teh.
• Proses ini dilakukan pada malam hari.
• Alasan inilah yang menyebabkan mengapa bunga
  yang dipilih adalah bunga yang pada malam hari
  masih dapat mekar dengan baik.
Pengeringan dan Pengepakan

• Setelah proses pewangian selesai, sisa-sisa bunga
  dipisahkan dari tehnya.
• Selanjutnya, teh dikeringkan pada ECP dengan
  suhu masuk 100-110°C dan suhu keluar 50-55°C
  selama 30 menit sampai diperoleh kadar air
  sekitar 4%.
• Setelah proses pengeringan selesai, teh yang
  sudah wangi diangin-anginkan sampai dingin
  untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu
  pengepakan
• Teh hitam diolah melalui fermentasi, dan dibagi
  dua, yaitu teh orthodox dan teh CTC
  (Cutting, Tearing, dan Curling).
• Teh orthodox adalah teh yang diolah melelui proses
  pelayuan sekitar 16
  jam, penggulungan, fermentasi, pengeringan, sortasi, h
  ingga terbentuk the jadi.
• Teh CTC (Cutting, Tearing, dan Curling) yakni teh yang
  diolah melalui perajangan, penyobekan, dan
  penggulungan daun basah menjadi bubuk kemudian
  dilanjutkan dengan
  fermentasi, pengeringan, sortasi, hingga terbentuk teh
  jadi
1. Proses Pelayuan,
• yaitu menggunakan kotak untuk melayukan
  daun (Whithering trought), merupakan kotak
  yang diberikan kipas untuk menghembuskan
  angin ke dalam kotak.
• Proses ini mengurangi kadar air dalam daun
  teh sampai 70%. Pembalikan pucuk 2 – 3 kali
  untuk meratakan proses pelayuan.
2. Proses Penggilingan, yaitu bertujuan untuk
  memecah sel-sel daun, agar proses fermentasi
  dapat berlangsung secara merata.
3. Proses Oksidasi. Setelah proses penggilingan
   selesai daun teh di tempatkan di meja dan
   enzim didalam daun teh akan memuali
   oksidasi karena bersentuhan dengan udara
   luar.
   Ini akan menciptakan rasa dan warna teh.
   Proses ini berlangsung sekitar 0,5 sampai 2
   jam
4. Proses Pengeringan,
 yaitu menggunakan ECP drier (Endless Chain
   Pressure drier) & Fluid bed drier.
 Kadar air produk yang dihasilkan 3-5 % .
1. Penyiapan bahan baku, yaitu bahan baku yang
   berupa pucuk halus dari hasil pemetikan medium
   murni, karena pucuk yang halus sangat
   membantu kelancaran proses penggilingan.
   Pucuk teh halus ini minimal harus 60% dan utuh.
2. Pelayuan. Cara pelayuan pucuk untuk
   pengolahan teh CTC ini bisa mencapai 32%-35%
   derajat layu, dan kadar air 65%- 68%. Proses
   pelayuan membutuhkan waktu 4-6 jam dan
   masih memerlukan pelayuan bahan
   kimia, sehingga pelayuan diperpanjang menjadi
   12-16 jam.
3. Pengayakan pucuk layu. Pengayakan ini
  sangat berguna dalam pengolahan, yaitu
  untuk memisahkan pucuk dari berbagai
  kotoran, seperti pasir krikil dan benda lainnya
  yang dapat menyebabkan tumpulnya
  pisau/gigi pada gilingan CTC.
4. Penggilingan.
Mesin giling CTC mampu menghancurkan
  daun dengan sempurna, sehingga seluruh sel
  daunnya pecah, dengan demikian
  menghasilkan oksidasi enzimatis (fermentasi)
  senyawa-senyawa polifenol lebih banyak.
Penghancuran daun yang merta ini, akan
  menunjang terjadinya berbagai proses
  biokimia, antara lain adalah proses oksidasi
  enzimatis polifenol, perombakan pektin oleh
  enzim dan perombakan klorofil oleh enzim
5. Fermentasi.
 Fermentasi bubuk basah memerlukan suhu udara
   rendah 25ºC dan kelembaban tinggi 90%-100%.
 Fermentasi pada pengolahan CTC ini dapat
   memakai fermenting trays, dibeber dilantai atau
   continous fermenting mechine (CFM).
 Waktu fermentasi antara 80-85 menit. Hasil
   fermentasi teh CTC lebih merata, karena bubuk
   basah lebih kecil dan rata.
6. Pengeringan. Pengeringannya dilakukan sampai
   kadar air pada bahan mencapai 3-5%.
7. Sortasi.
 Sortasi teh kering pada pengolahan CTC lebih
   sederhana dibandingkan dengan teh hitam
   orthodox.
 Keringan teh CTC ukurannya hampir seragam
   dan serta-serat yang tercampur dengan
   keringan hanya sedikit.
 Di samping memisahkan serat dan
   tangkai, sor tasi kering juga dapat
   memisahkan partikel-partikel teh yang
   ukurannya seragam.
Akibat perbedaan cara pengolahan, maka teh Orthodox dan CTC
memiliki perbedaan-perbedaan, baik dari bentuk maupun cita
rasanya.
Teh

Contenu connexe

Tendances

Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unairSterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
rozi rozi
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
Titin Indrawati
 
7 langkah membuat minyak goreng kelapa alami dan menyehatkan
7 langkah membuat minyak goreng kelapa alami dan menyehatkan7 langkah membuat minyak goreng kelapa alami dan menyehatkan
7 langkah membuat minyak goreng kelapa alami dan menyehatkan
Purna Pirdaus
 
Ppt bahan penyegar
Ppt bahan penyegar Ppt bahan penyegar
Ppt bahan penyegar
firmanahyuda
 

Tendances (20)

Teh, kopi, coklat
Teh, kopi, coklatTeh, kopi, coklat
Teh, kopi, coklat
 
Industri minyak jagung
Industri minyak jagungIndustri minyak jagung
Industri minyak jagung
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Ko-Kristalisasi Susu - UNPAS
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Minyak Kelapa - UNPAS
 
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unairSterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 4
 
7 langkah membuat minyak goreng kelapa alami dan menyehatkan
7 langkah membuat minyak goreng kelapa alami dan menyehatkan7 langkah membuat minyak goreng kelapa alami dan menyehatkan
7 langkah membuat minyak goreng kelapa alami dan menyehatkan
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Es Krim - UNPAS
 
Ppt bahan penyegar
Ppt bahan penyegar Ppt bahan penyegar
Ppt bahan penyegar
 
kopi
kopikopi
kopi
 
snack bar
snack barsnack bar
snack bar
 
Etilen dan pengaruhnya terhadap proses pematangan
Etilen dan pengaruhnya terhadap proses pematanganEtilen dan pengaruhnya terhadap proses pematangan
Etilen dan pengaruhnya terhadap proses pematangan
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Fruit Leather - UNPAS
 
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 3 Minuman Serbuk - UNPAS
 
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
Proses Perubahan Pada Pati (Swelling)
 
Mie ubi
Mie ubiMie ubi
Mie ubi
 
Urea
UreaUrea
Urea
 
Pisaaang
PisaaangPisaaang
Pisaaang
 
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentangMakalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
Makalah teknik penanganan segar dan pengolahan kentang
 

Similaire à Teh

TOKSIKOLOGI Metabolit Sekunder (1).pdf
TOKSIKOLOGI Metabolit Sekunder (1).pdfTOKSIKOLOGI Metabolit Sekunder (1).pdf
TOKSIKOLOGI Metabolit Sekunder (1).pdf
aprianamoom
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
Fransiska Puteri
 
PPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.ppt
PPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.pptPPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.ppt
PPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.ppt
ymargo983
 
PPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.ppt
PPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.pptPPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.ppt
PPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.ppt
ymargo983
 

Similaire à Teh (20)

Bahan Penyegar Kopi, Teh, Kakao.pdf
Bahan Penyegar Kopi, Teh, Kakao.pdfBahan Penyegar Kopi, Teh, Kakao.pdf
Bahan Penyegar Kopi, Teh, Kakao.pdf
 
TOKSIKOLOGI Metabolit Sekunder (1).pdf
TOKSIKOLOGI Metabolit Sekunder (1).pdfTOKSIKOLOGI Metabolit Sekunder (1).pdf
TOKSIKOLOGI Metabolit Sekunder (1).pdf
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
2022 - LPP Yogya Pert 1 - Handling Pascapanen Teh.pdf
2022 - LPP Yogya Pert 1 - Handling Pascapanen Teh.pdf2022 - LPP Yogya Pert 1 - Handling Pascapanen Teh.pdf
2022 - LPP Yogya Pert 1 - Handling Pascapanen Teh.pdf
 
Pembuatan Syrup Pandan Alami
Pembuatan Syrup Pandan AlamiPembuatan Syrup Pandan Alami
Pembuatan Syrup Pandan Alami
 
Pengaruh ukuran simplisia teh hitam ( camelia sinensis) terhadap kandungan ka...
Pengaruh ukuran simplisia teh hitam ( camelia sinensis) terhadap kandungan ka...Pengaruh ukuran simplisia teh hitam ( camelia sinensis) terhadap kandungan ka...
Pengaruh ukuran simplisia teh hitam ( camelia sinensis) terhadap kandungan ka...
 
Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)
 
PPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.ppt
PPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.pptPPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.ppt
PPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.ppt
 
PPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.ppt
PPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.pptPPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.ppt
PPT-UEU-Farmakognosi-Pertemuan-8.ppt
 
Percobaan iv budi
Percobaan iv budiPercobaan iv budi
Percobaan iv budi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
Pertemuan ke 14 METABOLIT sekunder an metabolit primer, jalur biosintesis, pe...
 
Ecofarming
EcofarmingEcofarming
Ecofarming
 
KELOMPOK 4. Produk Bioteknologi.pptx
KELOMPOK 4. Produk Bioteknologi.pptxKELOMPOK 4. Produk Bioteknologi.pptx
KELOMPOK 4. Produk Bioteknologi.pptx
 
8 rempah-rempah dan bahan obat
8 rempah-rempah dan bahan obat8 rempah-rempah dan bahan obat
8 rempah-rempah dan bahan obat
 
Paper Keci Beling tanaman obat
Paper Keci Beling tanaman obatPaper Keci Beling tanaman obat
Paper Keci Beling tanaman obat
 
Metopen revisi
Metopen revisiMetopen revisi
Metopen revisi
 
Farmakognosi
Farmakognosi Farmakognosi
Farmakognosi
 
Bless tea Teh Hitam
Bless tea Teh HitamBless tea Teh Hitam
Bless tea Teh Hitam
 

Teh

  • 2. Sejarah Teh • Tanaman teh termasuk genus Camellia • Kata teh (Camelia sinensis) berasal dari Cina • Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara- negara China selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis • Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta • Teh dikonsumsi sebagai minuman penyegar
  • 3. Klasifikasi • Kingdom : Plantae • Divisio : Spermatophyta • Sub Divisio : Angiospermae • Class : Dicotiledoneae • Ordo : Guttiferales • Famili : Tehaceae • Genus : Camelia • Spesies : Camelia sinensis
  • 4. KANDUNGAN TEH • Daun teh yang baru dipetik mengandung air 75 % dari berat daun dan sisanya berupa padatan dan terdiri dari bahanbahan organik dan anorganik • Bahan organik yang penting dalam pengolahan antara lain polifenol, karbohidrat dan turunannya, ikatan nitrogen, pigmen, enzim dan vitamin
  • 5. 4 Kelompok Besar Bahan-bahan Kimia Dalam Daun Teh a. Substansi fenol : tanin / katekin, flavanol b. Sustansi bukan fenol : resin, vitamin, serta substansi mineral c. Substansi aromatis : fraksi karboksilat, fenolat, karbonil, netral bebas karbonil (sebagian besar terdiri atas alkohol). d. Enzim : Invertase, amilase, - glukosidase, oximetilase, protease, dan peroksidase
  • 6. Substansi Fenol • Komponen fenol dalam daun teh segar dan muda mencapai 25-35 % dari keseluruhan bahan kering daun • Komponen fenol dalam daun teh segar dan muda mencapai 25-35 % dari keseluruhan bahan kering daun
  • 7. Lanjutan…. Tanin/Katekin • Senyawa ini tidak berwarna dan paling penting pada daun teh karena dapat menentukan kualitas daun teh dimana dalam pengolahannya, perubahannya selalu dihubungkan dengan semua sifat teh kering yaitu rasa, warna dan aroma. • Tanin atau katekin pada daun teh merupakan senyawa yang sangat kompleks. • Jumlah totalnya hanya merupakan fraksi yang merupakan ukuran kualitas teh. • Tanin dalam istilah teh disebut katekin
  • 8. • Katekin teh merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas flavanol. • Jumlah atau kandungan katekin bervariasi untuk masing-masing jenis teh.  Adapun katekin teh yang utama adalah : Epicathecin (EC), Epicathecin galat (ECG), Epigalochatechin dan Epichatecin gallate (EGCG).
  • 9. • Katekin teh memiliki sifat tidak berwarna, larut dalam air, serta membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh. • Hampir semua sifat produk teh termasuk didalamnya warna, rasa dan aroma secara langsung maupun tidak langsung, dihubungkan dengan modifikasi pada katekin ester menjadi katekin non ester dapat menurunkan rasa pahit dan sepat dari teh hijau
  • 10. Flavanol Flavanol utama yang terdapat didalam daun teh : querecetin, kaemferol dan myricetin terutama dalam bentuk glikosidanya (berikatan dengan molekul gula) dan sedikit dalam bentuk aglikonnya. • Jumlahnya dapat bervariasi tergantung suhu dan cara ekstraksinya
  • 11. Substansi Bukan Fenol Karbohidrat • Seperti tanaman lain, daun teh juga mengandung karbohidrat mulai dari gula sederhana sampai dengan yang kompleks. • Yang terpenting diantaranya adalah sukrosa, glukosa dan fruktosa. • Keseluruhan karbohidrat yang dikandung teh adalah 0,75 % dari berat kering daun
  • 12. Substansi Pektin • Substansi pektin terutama terdiri atas pektin dan asam pektat, besarnya bervariasi antara 4,9 - 7,6% dari berat kering daun atau tangkai. • Sustansi ini dianggap ikut menentukan kualitas dari teh
  • 13. Alkaloid • Senyawa ini yang menjadikan teh sangat digemari karena bersifat menyegarkan. • Sifat penyegar teh yang berasal dari bahan tersebut menyusun 3-4 % berat kering. • Alkaloid utama dalam daun teh adalah kafein, theobromin dan theofilin.
  • 14. Protein dan Asam-asam Amino • Daun teh mengandung protein yang sangat besar peranannya dalam pembentukan aroma teh. • Perubahan utama selama pelayuan adalah pembongkaran protein menjadi asam-asam amino. • Asam amino bersama dengan karbohidrat dan katekin akan membentuk senyawa aromatis. • Asam amino yang paling berpengaruh adalah alanin, fenilalanin, valin, leusin, dan isoleusin. • Seluruh protein dan asam amino bebas berkisar 1,4-5 % dari berat kering daun
  • 15. Klorofil dan Zat Warna Lain • Zat warna (klorofil) dalam daun mendukung 0,019 % dari berat kering daun teh. • Zat lainnya seperti karotenoid (zat warna jingga) dalam daun teh dapat menentukan aroma teh, karena oksidasinya menghasilkan substansi yang mudah menguap yang terdiri atas aldehid dan keton tidak jenuh
  • 16. Asam organik • Dalam proses metabolisme tertama respirasi, asam organik berperan penting sebagai pengatur proses oksidasi dan reduksi. • Selain itu, asam organik juga merupakan bahan untuk membentuk karbohidrat, asam amino dan lemak untuk tanaman
  • 17. Substansi Resin • Bau atau aroma teh tergantung pada minyak esensial dan resin. • Sebagai bahan kimia, resin sukar dibedakan dengan minyak esensial dan terpena. • Peranan resin yang lain adalah menaikkan daya tahan tanaman teh terhadap frost. • Kandungan resin besarnya 3 % dari berat kering
  • 18. Vitamin-vitamin • Daun teh mengandung beberapa vitamin yaitu vitamin C, K, A, B1, B2, asam nikotinat dan asam pantotenat. • Tetapi kebanyakan rusak selama proses pengolahan
  • 19. Substansi Mineral • Elemen mineral yang merupakan mayoritas adalah potasium yang jumlahnya separuh dari kandungan mineral. • Kandungan mineral dalam daun teh kira-kira 4-5 % dari berat kering. • Dari segi kualitas, peranan substansi ini tidak banyak disebut. • Namun ada beberapa unsur yang berhubungan dengan oksidasi polifenol, yaitu fosfor yang mengtur pH selama oksidasi, magnesium yang merupakan komponen dari klorofil serta tembaga yang merupakan gugusan prostetis dari polifenol oksidasi.c. Substansi Aromatis
  • 20. • Salah satu sifat penting dari kualitas teh adalah aroma. • Timbulnya aroma ini secara langsung atau tidak langsung, selalu dihubungkan dengan terjadinya oksidasi senyawa polifenol  4 kelompok golongan aroma teh :  Fraksi karboksilat  Fraksi fenolat  Fraksi karbonil  Fraksi bebas karbonil
  • 21. Enzim-enzim • Enzim berperan sebagai biokatalisator pada setiap reaksoi kimia didalam tanaman. • Enzim yang dikandung didalam daun teh diantaranya adalah invertase, amilase, - glukosidase, oksimetilase, protease dan peroksidase.
  • 22.
  • 23. 3 Macam Teh Ada tiga tipe utama pengolahan teh, yaitu Teh Hijau, merupakan teh yang tidak difermentasi, Teh Oolong, merupakan teh yang mengalami fermentasi sebagian Teh Hitam, merupakan teh yang mengalami fermentasi penuh.
  • 24. Teh Hijau • Teh hijau merupakan pucuk daun muda tanaman teh yang diolah tanpa melalui proses fermentasi. • Pengolahan teh hijau itu merupakan rangkaian proses fisik dan mekanis tanpa atau dengan sedikit proses fermentasi terhadap pucuk teh dengan menggunakan sistem panning atau sangray.
  • 25. A. Penyediaan Bahan Baku Pemetikan • Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi perdagangan. • Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan- ketentuan sistem petikan daun dan syarat-syarat pengolahan yang berlaku. • Pemetikan berfungsi juga sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan
  • 26. • Ada dua macam ranting daun yang dipetik dan digunakan dalam pengolahan teh, yaitu ranting peko dan ranting burung. • Ranting peko akan menghasilkan teh hijau dengan kualitas lebih baik daripada ranting burung. • Ranting peko adalah ranting yang masih kuncup, masih tergulung dan tumbuh aktif. • Sedangkan ranting burung adalah ranting yang tidak memiliki kuncup dan merupakan ranting yang tidak aktif atau dorman
  • 27.
  • 28.
  • 29. • Jenis Pemetikan  Pemetikan menurut waktunya ada tiga jenis, yaitu: a. Petikan Jendangan • Petikan jendangan merupakan petikan yang dilakukan sekitar 1 bulan setelah tanaman dipangkas. b. Petikan Biasa • Setelah 2-2,5 bulan dilakukan petikan jendangan, akan tumbuh tunas tersier dan bentuk tanaman rata. • Kemudian dilakukan petikan biasa dimana giliran petik dilakukan antara 10-11 hari dan berlangsung sampai dilakukan pemangkasan berikutnya, yaitu 3 tahun.
  • 30. c. Petikan Gandesan • Tanaman yang terus-menerus dipetik akan semakin menurun produksinya. • Untuk mempertahankannya, dilakukan pemangkasan. • Pemangkasan ini berjarak 3 tahun setelah pemangkasan pertama. • Sebelum diadakan pemangkasan biasanya masih terdapat pucuk-pucuk yang masih bisa dipetik. • Pemetikan pucuk-pucuk tersebut disebut pemetikan gandesan
  • 31.
  • 32. • p+2 (dipetik pucuk peko dan 2 daun muda di bawahnya) • p+3 (dipetik pucuk peko dan 3 daun muda di bawahnya) • b+1m (dipetik pucuk burung dan 1 daun muda di bawahnya) • b+2m (dipetik pucuk burung dan 2 daun muda di bawahnya)
  • 33. Pengangkutan Pucuk • Pengangkutan pucuk merupakan kegiatan mengangkut pucuk dari kebun ke pabrik. • Sebelum melaksanakan proses pengolahan, pucuk teh harus dalam keadaan baik, artinya keadaannya tidak mengalami perubahan selama pemetikan sampai ke lokasi pengolahan. • Hal ini sangat penting untuk mendapatkan teh yang bermutu tinggi. • Oleh karena itu, proses pengangkutan memiliki peranan yang sangat penting.
  • 34. • Hal yang dilakukan untuk mencegah kerusakan daun untuk antara lain: a. Jangan terlalu menekan daun agar daun tidak terperas. b. Dalam membongkar daun, jangan menggunakan barang-barang dari besi atau yang tajam agar daun tidak robek atau patah. c. Hindari terjadinyan penyinaran terik matahari dalam waktu lama, lebih dari 3 jam. d. Jangan menumpuk daun sebelum dilayukan dalam waktu yang lama (daun segera dilayukan)
  • 35. Penerimaan Pucuk • Pucuk yang sudah sampai di pabrik harus segera diturunkan dari truk untuk menghindari kerusakan pucuk, selanjutnya pucuk akan segera ditimbang dan diangkut ke whitering through untuk dilayukan
  • 36. B. Proses Pengolahan • Tahapan pengolahan teh hijau terdiri dari pelayuan, penggulungan, pengeringan, dansor tasi kering. • Untuk mendapatkan teh hijau yang bermutu diperlukan suatu program pengolahan yang benar dan sesuaidengan prinsip-prinsip pengolahan yang efisien
  • 37. A.Pengolahan Teh Hijau secara Sederhana a. Pelayuan • Daun teh petikan dihamparkan di tempat yang teduh atau dibawah atap berupa lapisan yang tipis • Diangin-anginkan selama 1-2 hari, daun-daun telah cukup layu. • Cara pelayuan yang sering dilakukan juga adalah dengan sinar matahari (dijemur), atau ada juga yang dimasukkan ke dalam belanga diatas perapian. • Pelayuan diakhiri setelah diperoleh daun yang amat lemas. • Faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pelayuan adalah kondisi bahan dasar, tebal hamparan, suhu dan waktu pelayuan, kelembaban udara dan kecepatan gerakan udara
  • 38. b. Penggulungan • Tujuan membentuk mutu secara fisik, karena selama penggulungan, pucuk teh akan dibentuk menjadi gulungan-gulungan kecil dan terjadi pemotongan. • Proses ini harus segera dilakukan setelah • pucuk layu keluar mesin rotary panner. • Untuk membuat teh hijau mutu ekspor, penggunaan mesin penggulung yang berukuran 26” tipe single action sangat cocok untuk tujuan tersebut.
  • 39. • Penggulungan dilakukan satu kali agar tidak terjadi penghancuran daun teh yang terlalu banyak, yang dapat meningkatkan jumlah bubuk dengan mutu yang kurang menguntungkan. • Lama penggulungan disesuaikan dengan tingkat layu pucuk, ukuran, tipe mesin penggulung serta mutu pucuk yang diolah. • Lama penggulungan sebaiknya tidak lebih dari 30 menit dihitung sejak pucuk layu masuk mesin penggulung
  • 40. c. Pengeringan • Pengeringan Yang biasa dilakukan oleh para petani diantaranya adalah: 1. Daun yang telah digulung, dipanaskan/disangrai diatas panci besi atau tanah yang dipanasi dari bawah 2. Daun yang telah digulung dikeringkan dengan cara digarang. Untuk menggarang ini diperlukan tungku. • Dinding mulut lubang tungku yang mengarah keatas dibuat sedikit lebih tinggi supaya tidak terlalu panas. • Untuk memperoleh pemanasan yang rata, suhu jangan terlalu tinggi, dan supaya tidak berasap, digunakan arang kayu sebagai bahan bakar. • Lama pengeringan sekitar 30 menit. • Daun dianggap telah kering apabila digenggam dengan tangan lalu ditekan akan berbunyi krak karena ada daun- daun yang patah
  • 41. c. Sortasi • Setelah pengeringan selesai, teh hijau diangkat dari tempat penyangrayan kemudian diangin-anginkan sampai dingin dan disortasi. • Ada 2 cara sortasi, yaitu 1. diayak dengan saringan, sehingga diperoleh teh kasar dan teh remuk 2. dipisah-pisahkan dengan tangan.
  • 42. • Sebagai hasil sortasi, diperoleh jenis-jenis mutu teh hijau yang dipasaran dikenal sebagai berikut : 1. jenis peko, yang berasal dari daun muda, 2. jenis jikeng, yang berasal dari daun tua yang disebut juga jenis koleang atau jabruk dan 3. jenis bubuk yang disebut juga kempring (dust).
  • 43. d. Pengemasan • Menurut Bambang (1995), Hasil teh hijau dikemas atau dipak: 1. dalam karung goni yang baru dengan atau tanpa plastik sebagai pelapis didalamnya, dengan berat bersih 25 kg untuk jenis peko dan tulang, 15 kg untuk jenis jikeng dan 40 kg untuk jenis bubuk setiap karungnya 2. dalam peti triplek seperti teh hitam 3. dalam kantong-kantong kertas atau kantong plastik dengan berat yang bervariasi (untuk penjualan eceran).
  • 44. Pengolahan Teh Hijau dengan Teknologi yang Lebih Maju Tahapan pengolahan teh hijau terdiri dari pelayuan, penggulungan, pengeringan pertama, pengeringan kedua, sortasi kering, serta pengemasan
  • 45. a. Pelayuan • Tujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase dan menurunkan kandungan air dalam pucuk, agar pucuk menjadi lentur dan mudah digulung. • Proses pelayuan dilakukan sampai pada tahap layu tertentu, yang sifat pelayuannya berbeda dibanding dengan cara pelayuan teh lokal. • Pelayuan harus segera dilakukan setelah daun teh dipetik. • Daun teh harus segera diolah dipabrik pengolahan secepat mungkin dengan transportsi yang efisien yang merupakan aspek penting dalam pengolahan teh untuk meminimalkan kerusakan
  • 46. • Pelayuan dilaksanakan dengan cara mengalirkan sejumlah pucuk secara berkesinambungan kedalam alat pelayuan Rotary Panner dalam keadaan panas dengan suhu pelayuan 80-100oC. • selama proses pelayuan berlangsung dalam Rotary Panner, terjadi proses penguapan air baik yang terdapat di permukaan maupun yang terdapat didalam daun. • Uap air yang terjadi harus secepatnya dikeluarkan dari ruang Roll Rotary Panner, untuk menghindari terhidrolisanya klorofil oleh uap asam-asam organik
  • 47. • Perubahan kimia yang terjadi selama pelayuan antara lain dalam proses respirasi akan terjadi penurunan gula oleh oksigen menjadi energi dan karbondioksida. • Apabila gula berangsur-angsur berkurang maka akan terombak pula senyawa-senyawa lain hasil metabolisme yang terlebih dahulu menjadi gula
  • 48. • Suhu pelayuan harus sama (stabil) agar dapat dicapai tingkat layu yang tepat. • Tingkat layu pucuk dinilai berdasarkan presentase layu, yaitu perbandingan berat pucuk layu terhadap pucuk basah yang dinyatakan dalam persen. • Persentase layu teh hijau lokal adalah 60-70%, dan untuk teh hijau ekspor sekitar 60% dengan tingkat kerataan layuan yang baik. • Tingkat layu yang tepat ditandai dengan keadaan pucuk layu yang berwarna hijau cerah, lemas, dan lembut, serta mengeluarkan bau yang khas
  • 49. kriteria untuk menentukan tingkat kelayuan daun antara lain: • bentuk daun lemas, agak lekat seperti daun yang dimasukkan dalam air panas. • warna daun hijau kekuning-kuningan atau hijau muda • air seduhan daun layu jernih dengan sedikit warna hijau atau pucat • kadar air 65-70%.(PT. RSK I. 2008).
  • 50. b. Penggulungan • bertujuan membentuk mutu secara fisik, karena selama penggulungan, pucuk teh akan dibentuk menjadi gulungan-gulungan kecil dan terjadi pemotongan. • Proses ini harus segera dilakukan setelah pucuk layu keluar mesin Rotary Panner. • Untuk membuat teh hijau mutu ekspor, penggunaan mesin penggulung yang berukuran 26” tipe single action sangat cocok untuk tujuan tersebut.
  • 51. • Penggulungan dilakukan satu kali agar tidak terjadi penghancuran daun teh yang terlalu banyak, yang dapat meningkatkan jumlah bubuk dengan mutu yang kurang menguntungkan. • Lama penggulungan disesuaikan dengan tingkat layu pucuk, ukuran, tipe mesin penggulung serta mutu pucuk yang diolah. • Lama penggulungan sebaiknya tidak lebih dari 30 menit dihitung sejak pucuk layu masuk mesin penggulung
  • 52. c. Pengeringan • bertujuan untuk menurunkan kadar air dari pucuk yang digulung hingga 3- 4%, memekatkan cairan sel yang menempel di permukaan daun sampai berbentuk seperti perekat, dan memperbaiki bentuk gulungan teh jadi. • Untuk mencapai tujuan, dilaksanakan dua tahap pengeringan, masing-masing menggunakan mesin yang berbeda
  • 53. • Mesin pengering pertama disebut ECP (Endless Chain Pressure) Dryer. • Pada mesin pengering ini, suhu diatur supaya suhu masuk 130-135oC dan suhu keluar 50- 55oC dengan lama pengeringan 25 menit. • Pada pengeringan pertama ini, jumlah air yang diuapkan mencapai 50% dari bobot pucuk, sehingga hasilnya baru setengah kering dengan tingkat kekeringan 30-35%.
  • 54. • Pada pengeringan tahap kedua digunakan mesin pengering Rotary Dryer tipe Repeat Rool. • Maksud pengeringan kedua adalah untuk menurunkan kadar air sampai 3-4% serta memperbaiki bentuk gulung teh keringnya. • Pengeringan dalam rotary dryer menggunakan suhu tidak lebih dari 70oC dengan lama pengeringan 80-90 menit, dan putaran rotary dryer 17-19 rpm. • Untuk memperoleh hasil pengeringan yang baik selain ditentukan oleh suhu dan putaran mesin juga ditentukan oleh kapasitas mesin pengering. • Kapasitas per batch mesin pengering ditentukan oleh diameter mesin • Rotary Dryer yang rollnya berdiameter 70 cm, mempunyai kapasitas pengeringan sebesar 40-50 kg teh kering, dan untuk roll yang berdiameter 100 cm kapasitasnya 60-70 kg teh kering.
  • 55. d. Sortasi Kering • Teh yang berasal dari pengeringan masih heterogen atau masih bercampur baur, baik bentuk maupun ukurannya. • Selain itu teh masih mengandung debu, tangkai daun dan kotoran lain yang berpengaruh terhadap mutu teh nantinya. • Untuk itu, dibutuhkan proses penyortiran atau pemisahan yang bertujuan untuk mendapatkan bentuk dan ukuran the yang seragam sehingga cocok untuk dipasarkan dengan mutu terjamin
  • 56. • Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan dan mengelompokkan jenis mutu teh hijau dengan bentuk ukuran yang spesifik sesuai dengan standar teh hijau
  • 57. Pada prinsipnya, sortasi kering teh hijau adalah: • memisahkan keringan teh hijau yang banyak mengandung jenis mutu ekspor, • memisahkan partikel-partikel yang mempunyai bentuk dan ukuran yang relatif sama kedalam beberapa kelompok (grade), kemudian memisahkannya dari tulang-tulang daunnya, • melakukan pemotongan dengan tea cutter bagian-bagian teh yang ukurannya masih lebih besar dari jenis mutu yang dikehendaki, • setelah hasil sortasi teh hijau terkumpul menjadi beberapa jenis dilakukan polishing dengan menggunakan mesin polisher, • hasil sortasi ini dikelompokkan kedalam jenis-jenis mutu teh hijau sesuai dengan mutu yang ada.
  • 58. e. Penyimpanan dan Pengemasan • Penyimpanan dan pengemasan mutlak dilakukan mengingat teh yang baru dihasilkan belum bisa langsung di pasarkan. • Selain jumlahnya masih sedikit, teh yang baru disortasi masih perlu didiamkan agar kelembaban teh bisa terkontrol. • Proses ini terutama hanya untuk menjaga aroma teh yang harum
  • 59. • Pengemasan teh hijau dilakukan dengan bahan pembungkus kantong kertas yang didalamnya dilapisi aluminium foil. • Untuk memasarkannya teh hijau biasa dikemas dalam kantong kertas atau kantong plastik dengan ukuran kemasan bervariasi
  • 60. Tujuan pengemasan teh a. Melindungi produk dari kerusakan. b. Mepermudah transportasi. c. Efisien dalam penyimpanan di gudang. d. Dapat digunakan sebagai alat promosi.
  • 61. Uji Inderawi • Kualitas teh merupakan kumpulan sifat yang dimiliki teh, baik sifat fisik, kimia maupum inderawi. • Mutu inderawi teh memegang peranan penting dalam penentuan tingkat penerimaan peminumnya. • Uji inderawi pada the kering dapat menghasilkan informasi mengenai mutu teh maupun mutu pengolahannya. • Dari hasil uji ini dapat ditentukan kebijakan maupun pemasaran.
  • 62. • Uji inderawi melibatkan indera penglihatan, pencicipan dan pembauan. • Pada dasarnya uji inderawi terdiri atas tiga kelompok penilaian yaitu penilaian terhadap kenampakan teh kering, cita rasa dan warna air seduhan, serat kenampakan ampas seduhan. • Keseluruhan hasil penilaian merupakan gambaran lengkap mutu inderawi teh serta pengolahan yang telah dilakukan
  • 63. Penentuan Mutu Teh Hijau • Dasar yang digunakan untuk menentukan mutu teh hijau adalah sifat luar dan sifat dalam dari teh hijau : A. Sifat Luar • Warna teh kering : hijau muda dan hijau kehitam- hitaman • Ukuran : homogen dan tidak tercampur remukan • Bentuk : tergulung, terpilin • Aroma : wangi sampai kurang wangi, tidak apek
  • 64. B. Sifat Dalam • Seduhan : jernih, sedikit berwarna hijau atau kekuning-kuningan. Warna tetap meskipun seduhan menjadi dingin. • Ampas : berwarna hijau • Rasa : rasa khas teh hijau, sedikit pahit, dan lebih sepet dibanding teh hitam.
  • 65. Jenis Mutu Teh Hijau berdasarkan SP- 60-1977 a. mutu I (Peko) yaitu bentuk daun tergulung kecil dengan warna hijau sampai kehitaman, aromanya wangi dan tidak apek, tidak ada benda asing (kotoran), tangkai daun maksimum 5%, dan kadar air maksimum 10%. b. mutu II (Jikeng), yaitu bentuk daun tidak tergulung melebar, warnanya hijau kekuning- kuningan sampai kehitamhitaman, aromanya kurang wangi dan tidak apek. Tidak ada benda asing, tangkai daun maksimum 7%, kadar air maksimum 10%.
  • 66. c. mutu III (Bubuk) yaitu bentuk daun seperti bubuk dengan potongan-potongan datar, warnanya hijau kehitam-hitaman, aromanya kurang wangi dan tidak apek, tidak ada benda asing, tangkai daun maksimum 0% dan kadar air maksimum 10%. d. mutu IV (Tulang) yaitu sebagian besar berupa tulang daun warnanya hijau kehitam- hitaman, aromanya kurang wangi dan tidak apek, tidak ada benda asing, dan kadar air maksimum 10%.
  • 67. PROSES PENGOLAHAN TEH OOLONG • Posisi teh oolong berada diantara teh hijau dan teh hitam sehingga teh ini lazim disebut sebagai teh semi oksimatis. • Teh jenis ini dilakukan oksimatis secara cepat sebelum dan sesudah penggulungan. • Tahap pertama proses pengolahan teh ini adalah pelayuan dengan sinar matahari selama 90 menit. • Selanjutnya dilakukan dengan pelayuan dan pengayakan dalam ruangan selama 4-8 jam. • Pengeringan pertama dilakukan dengan panning system untuk menginaktivasi enzim. • Kemudian di gulung selama 5-12 menit, dipotong dan kembali dikeringkan sampai diperoleh kadar air sekitar 3- 5%.
  • 68. PROSES PENGOLAHAN TEH WANGI • Teh wangi diproses dari teh hijau yang dicampur dengan bahan pewangi berupa bunga melati atau culan melalui pengolahan tertentu untuk mendapatkan cita rasa yang khas • Prinsip pengolahan teh wangi adalah proses penyerapan atau absorbsi aroma bunga ke dalam teh hijau. • Tahapan proses pengolahan teh wangi meliputi penyediaan bahan baku berupa teh hijau, penggosongan, pemilihan bunga, pelembaban, pewangian dan pengeringan serta pengepakan
  • 69.  Penyediaan Bahan Baku Syarat teh hijau yang baik untuk proses pengolahan teh wangi diantaranya adalah mempunyai warna hijau kehitaman yang hidup (bright), bentuk tergulung dengan baik, rasanya sepet, mudah menyerap bau bunga dan kandungan airnya maksimal 10%.  Penggosongan Proses ini bertujuan menghasilkan teh hijau gosong yang bersifat porous. Dengan sifat barunya ini, teh hijau akan mudah menyerap aroma dari melati. Proses ini berlangsung selama 1-2 jam menggunakan Rotary Dryer pada suhu 150-170°C
  • 70.  Pelembaban • Bunga yang dipersyaratkan adalah melati dengan tingkat kematangan tertentu dan diperkirakan pada malam harinya akan tetap mekar.  Pelembaban • Pelembaban dilakukan melalui pemberian air pada teh gosong sampai keadaan teh menjadi lembab dengan kadar air 30-35%. • Proses ini menyebabkan gulungan teh menjadi terbuka. • Dengan demikian kemampuan teh dalam menyerap aroma bunga menjadi lebih baik. • Proses ini biasanya berlansung pada sore hari sebelum proses pewangian dilakukan.
  • 71. Pewangian • Proses ini merupakan nyawa dari pengolahan teh wangi. • Pada tahap ini terjadi penyerapan aroma bunga oleh teh hijau yang telah digosongkan. • Cara yang lazim digunakan adalah dengan cara mencampur dan mengaduk bunga dengan teh. • Proses ini dilakukan pada malam hari. • Alasan inilah yang menyebabkan mengapa bunga yang dipilih adalah bunga yang pada malam hari masih dapat mekar dengan baik.
  • 72. Pengeringan dan Pengepakan • Setelah proses pewangian selesai, sisa-sisa bunga dipisahkan dari tehnya. • Selanjutnya, teh dikeringkan pada ECP dengan suhu masuk 100-110°C dan suhu keluar 50-55°C selama 30 menit sampai diperoleh kadar air sekitar 4%. • Setelah proses pengeringan selesai, teh yang sudah wangi diangin-anginkan sampai dingin untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu pengepakan
  • 73. • Teh hitam diolah melalui fermentasi, dan dibagi dua, yaitu teh orthodox dan teh CTC (Cutting, Tearing, dan Curling). • Teh orthodox adalah teh yang diolah melelui proses pelayuan sekitar 16 jam, penggulungan, fermentasi, pengeringan, sortasi, h ingga terbentuk the jadi. • Teh CTC (Cutting, Tearing, dan Curling) yakni teh yang diolah melalui perajangan, penyobekan, dan penggulungan daun basah menjadi bubuk kemudian dilanjutkan dengan fermentasi, pengeringan, sortasi, hingga terbentuk teh jadi
  • 74.
  • 75. 1. Proses Pelayuan, • yaitu menggunakan kotak untuk melayukan daun (Whithering trought), merupakan kotak yang diberikan kipas untuk menghembuskan angin ke dalam kotak. • Proses ini mengurangi kadar air dalam daun teh sampai 70%. Pembalikan pucuk 2 – 3 kali untuk meratakan proses pelayuan.
  • 76. 2. Proses Penggilingan, yaitu bertujuan untuk memecah sel-sel daun, agar proses fermentasi dapat berlangsung secara merata. 3. Proses Oksidasi. Setelah proses penggilingan selesai daun teh di tempatkan di meja dan enzim didalam daun teh akan memuali oksidasi karena bersentuhan dengan udara luar. Ini akan menciptakan rasa dan warna teh. Proses ini berlangsung sekitar 0,5 sampai 2 jam
  • 77. 4. Proses Pengeringan,  yaitu menggunakan ECP drier (Endless Chain Pressure drier) & Fluid bed drier.  Kadar air produk yang dihasilkan 3-5 % .
  • 78.
  • 79. 1. Penyiapan bahan baku, yaitu bahan baku yang berupa pucuk halus dari hasil pemetikan medium murni, karena pucuk yang halus sangat membantu kelancaran proses penggilingan. Pucuk teh halus ini minimal harus 60% dan utuh. 2. Pelayuan. Cara pelayuan pucuk untuk pengolahan teh CTC ini bisa mencapai 32%-35% derajat layu, dan kadar air 65%- 68%. Proses pelayuan membutuhkan waktu 4-6 jam dan masih memerlukan pelayuan bahan kimia, sehingga pelayuan diperpanjang menjadi 12-16 jam.
  • 80. 3. Pengayakan pucuk layu. Pengayakan ini sangat berguna dalam pengolahan, yaitu untuk memisahkan pucuk dari berbagai kotoran, seperti pasir krikil dan benda lainnya yang dapat menyebabkan tumpulnya pisau/gigi pada gilingan CTC.
  • 81. 4. Penggilingan. Mesin giling CTC mampu menghancurkan daun dengan sempurna, sehingga seluruh sel daunnya pecah, dengan demikian menghasilkan oksidasi enzimatis (fermentasi) senyawa-senyawa polifenol lebih banyak. Penghancuran daun yang merta ini, akan menunjang terjadinya berbagai proses biokimia, antara lain adalah proses oksidasi enzimatis polifenol, perombakan pektin oleh enzim dan perombakan klorofil oleh enzim
  • 82. 5. Fermentasi.  Fermentasi bubuk basah memerlukan suhu udara rendah 25ºC dan kelembaban tinggi 90%-100%.  Fermentasi pada pengolahan CTC ini dapat memakai fermenting trays, dibeber dilantai atau continous fermenting mechine (CFM).  Waktu fermentasi antara 80-85 menit. Hasil fermentasi teh CTC lebih merata, karena bubuk basah lebih kecil dan rata. 6. Pengeringan. Pengeringannya dilakukan sampai kadar air pada bahan mencapai 3-5%.
  • 83. 7. Sortasi.  Sortasi teh kering pada pengolahan CTC lebih sederhana dibandingkan dengan teh hitam orthodox.  Keringan teh CTC ukurannya hampir seragam dan serta-serat yang tercampur dengan keringan hanya sedikit.  Di samping memisahkan serat dan tangkai, sor tasi kering juga dapat memisahkan partikel-partikel teh yang ukurannya seragam.
  • 84.
  • 85. Akibat perbedaan cara pengolahan, maka teh Orthodox dan CTC memiliki perbedaan-perbedaan, baik dari bentuk maupun cita rasanya.