Dokumen tersebut memberikan panduan pengujian kualitas citra MRI menggunakan phantom. Terdapat beberapa parameter yang diuji seperti ketepatan geometri, resolusi tinggi kontras, ketebalan slice, posisi slice, keseragaman intensitas, tingkat ghosting, dan detektifitas objek rendah kontras. Dilakukan pengukuran terhadap citra-citra hasil scanning phantom dengan menggunakan alat ukur dan rumus-rumus khusus.
2. DESKRIPSI ALAT
Phantom PRO-MRI adalah phantom untuk
evaluasi menyeluruh terhadap parameter
pencitraan MRI yang dapat digunakan untuk
pengukuran nilai absolut untuk tujuan kalibrasi.
7. Pemosisian Phantom
• Posisikan phantom pada
bagian tengah head coil
• Pastikan posisi phantom
berada pada posisi tegak
lurus, bila perlu
menggunakan water level..
• Rekam pemosisian
phantom untuk
penggunaan phantom lebih
lanjut.
8. Parameter scan yang dibutuhkan
phantom
1. Lokaliser sagittal
2. Seri ACR T1 Axial
3. Seri ACR T2 Axial
4. Seri pemeriksaan kepala T1 sehari-hari
5. Seri pemeriksaan kepala T2 sehari-hari
17. Geometric Accuracy
Tujuan :
Mengetahui ketepatan output image dengan membuat
pengukuran panjang pada gambar dan membandingkannya
dengan keterangan phantom.
Tata cara pengukuran :
1. Display lokaliser citra.
2. Pengaturan display ditetapkan sesempit mungkin 0 atau 1,
dan window level diatur ke nilai yang sama dengan setengah
nilai sinyal rata-rata nilai air dari gambar.
3. Lakukan pengukuran terhadap citra (Line Measurement).
Bandingkan dengan ukuran asli dari phantom :
• Diameter dalam phantom 204 mm.
• Tinggi phantom bagian dalam 130 mm.
Rekomendasi :
Hasil pengukuran ± 2 mm dari ukuran asli phantom.
20. Tujuan :
Untuk mengetahui kemampuan scanner untuk
menampilkan objek kecil dengan rasio kontras-to-noise
cukup tinggi. Pengukuran dilakukan secara visual dengan
mendisplay citra.
Tahap-tahap pengukuran dilakukan dengan :
1. Display slice 1.
2. Perbesar gambar dengan faktor perbesaran 2 sampai 4,
jaga resolusi agar tetap terlihat.
3. Atur display window dan level agar lubang terlihat jelas.
4. Catat berapa baris lubang yang terlihat pada gambar ‘kiri
atas’ untuk mengetahui resolusi horizontal.
5. Lakukan step nomer 3 dan 4 lalu catat berapa kolom
lubang yang terlihat pada ‘kanan bawah’ untuk
mengetahui resolusi vertikal.
6. Tes visibilitas terhadap dua seri citra ACR (T1 dan T2).
Rekomendasi :
Resolusi yang terukur pada lubang dengan ukuran spasi 1
mm (kumpulan objek kedua dari arah jam 9 harus terlihat).
21. Catatan : Pada phantom PRO- MRI terdapat 4 objek kontras tinggi
dengan ukuran : 1,1 ; 1,0 ; 0,9 ; dan 0,8 mm dengan urutan posisi yang
sama dengan citra phantom di atas.
24. Tujuan :
Untuk menilai akurasi potongan yang ditentukan dengan
spesifikasi ketebalan yang dicapai.
Tata cara pengukuran :
1. Display slice 1.
2. Perbesar gambar dengan faktor perbesaran 2 sampai 4, jaga
resolusi agar tetap terlihat.
3. Atur sehingga gambar terlihat jelas dengan merendahkan
window level.
4. ROI (kotak) pada masing2 daerah ramp dan dapatkan nilai
rata2 intensitynya (mean pixel)
5. Ukur panjang ramp dengan menggunakan tool pengukuran.
6. Gunakan rumus ini untuk mendapatkan slice thickness
Slice thickness = 0.2 x (top x bottom)/(top + bottom)
1. Lakukan pengukuran pada 2 seri pengukuran ACR
Rekomendasi :
Toleransi pengukuran 5.0 ± 0.7 mm.
25.
26.
27. Slice Position Accuracy
• Tujuan : Untuk menentukan akurasi irisan yang diberikan
menggunakan citra localizer sebagai referensi posisi.
• Tata cara pengukuran :
1. Pengukuran dilakukan untuk slice 1 dan 11 dari seri ACR
T1 dan T2 ACR.
2. Tampilkan potongan, perbesar gambar dengan faktor 2
sampai 4.
3. Sesuaikan tampilan sehingga ujung garis vertikal dapat
didefinisikan.
4. Gunakan alat ukur panjang di layar untuk mengukur
perbedaan panjang antara bar kiri dan kanan.
Rekomendasi : Perbedaan panjang bar kurang dari 5 mm
30. Tujuan :
Untuk mengukur keseragaman intensitas gambar (lakukan pada seri ACR T1 dan
T2).
Tata cara pengukuran :
1. Tampilkan slice 7.
2. ROI citra dengan wilayah antara 195 cm2 dan 205 cm2 (19.500 sampai 20.500
mm2).
3. Catat nilai untuk seri ACR T1 intensitas pixel rata-rata dalam ROI ini diperlukan
untuk percent signal pada uji ghosting (bagian 6.0).
4. Atur tampilan jendela minimum, dan turunkan level sampai seluruh daerah di
dalamROI berwarna putih.
5. Tempatkan 1 cm2 ROI melingkar pada daerah-sinyal rendah diidentifikasi pada
langkah 4. Catat nilai pixel (low signal)
6. Tingkatkan level sehingga di dapat sinyal tertinggi.
7. Tempatkan 1 cm2 melingkar ROI pada daerah-sinyal tinggi yang diidentifikasi.
8. Hitung prosentase integral uniformity dengan formula :
9. PIU = 100 x (1 – { (high – low)/(high + low) } )
Rekomendasi :
PIU harus lebih besar dari atau sama dengan 87,5% untuk sistem MRI dengan
kekuatan medan kurang dari 3 Tesla. PIU harus lebih besar dari atau sama
dengan 82.0% untuk sistem MRI dengan kekuatan medan 3 Tesla.
31.
32. Percent Signal Ghosting
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat ghosting pada gambar. Ghosting
merupakan artefak samar yang muncul secara superimposisi
dengan citra.
Tata cara pengukuran :
Tampilkan slice 7 dari seri ACR T1.
1. Tempatkan ROI lingkaran citra dengan luas antara 195 cm2 dan
205 cm2 (19.500 sampai 20.500 mm2). ROI kira-kira berpusat pada
phantom, namun tidak mencakup luasan kotak yang ada pada
citra. Bila tidak dapat menggunakan ROI lingkaran, dapat
digunakan ROI kotak dengan luas 130 cm2 and 140 cm2 (13,000 -
14,000 mm2). Catat nilai pixel rata-rata untuk setiap ROI
2. Tempatkan ROI ellips pada 4 bagian tepi kanan, kiri, atas, dan
bawah. ROI harus memiliki rasio panjang dan lebar sekitar 4:1, dan
luas total sekitar 10 cm2 (1000 mm2). Catat nilai pixel rata-rata
untuk setiap ROI.
3. Hitung pengukuran rasio ghosting dengan rumus :
Ghosting ratio = | ( (top + btm) – (left + right) )/( 2 x ( ROI besar) )|
Rekomendasi : Rasio ghosting tidak boleh lebih dari 0,025
33. Percent Signal Ghosting
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat ghosting pada gambar. Ghosting
merupakan artefak samar yang muncul secara superimposisi
dengan citra.
Tata cara pengukuran :
Tampilkan slice 7 dari seri ACR T1.
1. Tempatkan ROI lingkaran citra dengan luas antara 195 cm2 dan
205 cm2 (19.500 sampai 20.500 mm2). ROI kira-kira berpusat pada
phantom, namun tidak mencakup luasan kotak yang ada pada
citra. Bila tidak dapat menggunakan ROI lingkaran, dapat
digunakan ROI kotak dengan luas 130 cm2 and 140 cm2 (13,000 -
14,000 mm2). Catat nilai pixel rata-rata untuk setiap ROI
2. Tempatkan ROI ellips pada 4 bagian tepi kanan, kiri, atas, dan
bawah. ROI harus memiliki rasio panjang dan lebar sekitar 4:1, dan
luas total sekitar 10 cm2 (1000 mm2). Catat nilai pixel rata-rata
untuk setiap ROI.
3. Hitung pengukuran rasio ghosting dengan rumus :
Ghosting ratio = | ( (top + btm) – (left + right) )/( 2 x ( ROI besar) )|
Rekomendasi : Rasio ghosting tidak boleh lebih dari 0,025
37. Tujuan :
Untuk menilai sejauh mana objek kontras rendah dapat dilihat padacitra.
Untuk tujuan ini, phantom memiliki seperangkat objek low contrast dari
berbagai ukuran dan nilai kontras.
Tata Cara Pengukuran.
1. Pengukuran dilakukan untuk seri ACR dan seri dengan protokol kepala.
2. Objek kontras rendah muncul pada 4 slice: slice 7 sampai 10. Dalam
setiap slice objek kontras rendah muncul sebagai baris kecil disk, dengan
baris yang memancar dari pusat lingkaran seperti jari-jari dalam roda
3. Mulailah pengukuran dari slice 10 dengan objek kontras tertinggi.
4. Atur window width dan window level untuk citra yang lebih visibel.
5. Hitung jumlah lingkaran yang terlihat lengkap. Hitung lingkaran dari arah
jarum jam 12 searah jarum jam.
6. Catat jumlah lingkaran yang terlihat pada masing-masing slice.
7. Jumlahkan setiap slice ini untuk menjadi total lingkaran terlihat tiap seri
citra.
Rekomendasi :
Pada seri ACR :
Lingkaran yang terlihat harus lebih dari 9 lingkaran pada MRI < 3 T
Lingkaran yang terlihat harus lebih dari 37 lingkaran pada MRI 3 T
Bila tidak memenuhi standar protokol seri ACR di atas maka dapat digunakan
seri protokol kepala biasa dengan rekomendasi sama seperti di atas.