SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  39
PENGEMBALIKAN KUASA MUKIM
ATAS SUMBER DAYA ALAM DI
ACEH
Agus Halim Wardana (YRBI)

Banda Aceh, 26 Desember 2013
DEFINISI ADAT
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari
nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan,
kelembagaan, dan hukum adat yang lazim
dilakukan di suatu daerah
Menurut Jalaluddin Tunsam (seorang yang
berkebangsaan Arab yang tinggal di Aceh dalam
tulisannya pada tahun 1660). "Adat" berasal dari
bahasa Arab
, bentuk jamak dari
(adah),
yang berarti "cara", "kebiasaan".
(sumber: Wikipedia)
Adat Aceh adalah Islamisasi Adat
O Dalam tradisi Aceh, istilah “adat” jarang disebut

hukom adat (hukum adat). karena masyarakat
Aceh memandang bahwa “adat” merujuk pada
aturan yg dibuat manusia, sedangkan hukom
(hukum) bersumber dari Allah (Syariat Islam).
O adat ngon hukom lagee zat ngon sifeut.
O Adat Aceh mencakup aspek kebiasaan hidup
(reusam/ resam), tata aturan (termasuk
undang-undang kerajaan), tata upacara,
bentuk-bentuk cukai dan nilai-nilai yang dianut.
ADAT DALAM PERSPEKTIF
ACEH
1. TATA WILAYAH
1. Hirarki Wilayah: Keurajuen, Sagoe, Nanggroe, Mukim,

Gampong
2. Pembagian kawasan : hunian, budidaya, milik bersama
2. TATA PEMERINTAHAN
 Keuchik ngon tengku lagee yah ngon mak
 Lembaga adat pengelola kawasan sumber-sumber

penghidupan warga mukim yg otonom
3. TATA ATURAN
 umong meu ateung,lampoh meu pageu, uteun meu
taloe,nanggroe meu raja
 Po teu neutueng meusara lam glee, dama ngon awe
lam siplo sa. Meung na gaseh si meuladang jih bri
bawang deungon halia.
 syarat pageu beunteung limong, jeunerop inong lhee
4. TATA KELOLA
Kuasa mukim atueh glee sejauh “si uro

jak wo”
Kuasa mukim atas perairan adalah
krueng, bineh pasie. Loan pukat, laot
luah
Hak keujruen sekateng padee, dama ngon

awee lam siplo sa
hak buya lam krueng, hak rimung bak bineh
rimba.
• Lokakarya Mukim Se-Provinsi NAD tanggal 13-15 Maret 2006
di Kota Langsa : mukim sebagai kesatuan masyarakat hukum
yang terdiri atas gabungan beberapa gampong, mempunyai batas
wilayah tertentu dan memiliki kekayaan sendiri yang dipimpin
oleh Imeum Mukim, mempunyai hak otonom dalam menjalankan
urusan rumah tangga sendiri dengan ketentuan adat yang berlaku
(T.M Djuned, 2011. Bunga Rampai. Adat adalah Kearifan).
• Undang-Undang No.11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
mendefinisikan mukim sebagai kesatuan masyarakat hukum
dibawah kecamatan yang terdiri atas gabungan beberapa
gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu yang dipimpin
oleh Imuem Mukim atau nama lain dan berkedudukan langsung
di bawah camat

MUKIM
Kondisi Mukim saat ini
 Belum ada implementasi kebijakan pengakuan
keberadaan mukim
 Mukim tidak terlibat langsung dalam
penyusunan kebijakan strategis dan rencana
pembangunan atas wilayahnya
 Mukim belum mampu menunjukkan
eksistensinya sebagai entitas adat yang
berdaulat atas sumber daya alamnya
 Mukim belum mampu menunjukkan secara jelas
wilayah kuasa dan harta kekayaan.
 Belum ada struktur pemerintahan mukim
 Kapasitas perangkat Pemerintahan Mukim sangat
lemah.

 Relasi mukim-gampong, mukim – kecamatan
tidak jelas
 Di beberapa kabupaten sudah
forum/persatuan/majlis/serikat imeum mukim,
namun masih belum ”dianggap”
 Penguatan mukim berujung pada pembentukan
kecamatan
 Kelalaian pemerintah pusat dan daerah dalam
memenuhi pembiayaan operasional untuk
mukim
 Dampak negative pola bantuan rehab-rekon
pasca tsunami dan perdamaian Aceh
 Pengaruh budaya asing dan globalisasi yang
bersifat negative
FAKTOR YANG MELEMAHKAN
KEWEWENANGAN ADAT:
1. Kekalahan Aceh dari Belanda dan
penghancuran sistematis terhadap budaya Aceh
2. Konflik Aceh yang berkepanjangan.
3. Berbagai Kebijakan & perundang-undangan
negara
4. Pengaruh budaya asing & globalisasi yang
bersifat negatif.
5. Kelengahan& kelalaian pemimpin gampong dan
mukim dalam melindungi adat dan
meregenerasi pelaksanaan hukom, adat, qanun
dan reusam.
6. Semakin berkurangnya ureung tuha yang tuho
PENGAKUAN KEBERADAAN MUKIM:

“BERMULA KE TIADA - KEMBALI KE SEMULA?”
• Th. 913 H atau 1507; Kedudukan dan kewenangan Gampong-Mukim ditetapkan oleh
Sultan Alauddin Johan Ali Ibrahim Mughayat Syah dlm Qanun Syara’ Kesultanan Aceh
• Th.1607-1637 ; Penataan kehidupan adat diperkuat oleh Sultan Iskandar Muda melalui
Kanun Al Asyi atau Kanun Adat Meukuta Alam.
• Th. 1837-1942; perang Aceh melawan Belanda; sebagian besar gampong dan mukim
menjadi kososng atau ditinggalkan penghuninya, khususnya di sekitar Banda Aceh.
• Th 1935; Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Ordonansi 1935-102 (psl. 3a. RO);
mengakui keberadaan peradilan adat.

• Th 1937; Gubernur Jederal Hindia Belanda mengeluarkan Besluit van den Governeur
General Nederland Indie Nomor. 8 tahun 1937, yang mengakui keberadaan mukim
• Th. 1942-1945; Jepang “menduduki” Aceh. Pemerintahan gampong disesuaikan dengan
sistem pemerintahan Jepang; Mukim tetap diakui dan diatuir dengan Osamu Seirei No. 7
tahun 1944.
• Th.1945. keberadaan mukim tetap diakui berdasarkan ketentuan pasal II aturan
peralihan UUD 1945.
• Th. 1946. Peraturan Keresidenan Aceh no. 2 dan no. 5 tahun 1946; kedudukannya tidak
lagi berada di bawah Ulee Balang; mukim berada di bawah kecamatan dan membawahi
beberapa gampong.
• Th. 1960: Undang-Undang Pokok Agraria; kuasa mukim atas
tanah mulai dikaburkan; hak ulayat msyrkt hkm adat diakui
sepanjang msh ada dan tdk bertentangan dengan kepentingan
nasional dan ketentua perundang-undangan negara .
• Th.1960-1974; kedaulatan mukim sedikit demi sedikit dihilangkan
melalui UU No.5 th 1967 ttg Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kehutanan yg di dukung PP no. 21 th 1971 ttg Hak Pengusahaan
Hutan & Hak Pemungutan Hasil Hutan, UU No. 11 th 1967 ttg
Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan, UU No.1 th 1967 ttg
Penanaman Modal Asing, dan UU no. 6 tahun 1968 ttg
Penanaman Modal Dalam Negeri.
• Tahun 1974. UU No. 5/1974 tentang Pemerintahan Daerah
• Th. 1979. Mukim dihapuskan sebagai bagain dari sistem
pemerintahan di Aceh. UU No.5 tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa.
• Th 1980-1999. UU no.5 th 1985 ttg perikanan, UU no.5 th 1990
ttg Konservasi SDA Hayati & Ekosistemnya.
•

•
•

•

UU No. 44/1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Aceh.
penyelenggraan keistimewaan Aceh mencakup aspek agama,
kehidupan adat, pendidikan dan peran ulama.
Perda No.5 th 1996 ttg Mukim Sebagai kesatuan Masyarakat Adat
dalam Propinsi D.I Aceh
UU No. 18/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah
Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
yang dijabarkan menjadi Qanun No. 4 tahun 2003 tentang
Pemerintahan Mukim dan Qanun No. 5 tahun 2003 tentang
Pemerintahan Gampong
Tahun 2006. Undang-Undang Pemerintahan Aceh. Mengakui
kembali mukim sebagai bagian dari pemerintahan di Aceh
sekaligus sebagai pemangku adat.
Landasan Hukum Penguatan Mukim
Internasional:
 Kovenan hak asasi manusia (HAM) internasional tentang Hak-hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya (Covenant on Economic, Social andCultural
Rights) dengan UU No 11 Tahun 2005 dimasukkan dalam Lembaran
Negara Tahun 2005 No 118 dan Tambahan Lembaran Negara No 4557;
Hak untuk ikut serta dalam kehidupan budaya (pasal 15).
 FPIC (Free, Prior, Informed, Consent): Hak masyarakat untuk mendapatkan
informasi (Informed) sebelum (Prior) sebuah program atau proyek
investasi dilaksanakan dalam wilayah mereka, dan berdasarkan informasi
tersebut, mereka secara bebas tanpa tekanan (Free) menyatakan setuju
(consent) atau menolak.
Nasional
 UUD 45:
 Pasal 18 B: pengakuan atas hak adat (hak asal usul)
 Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau

bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-undang.
 Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak
tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

 Pasal 28 C, ayat 1: Hak untuk mengembaangkan diri melalui kebutuhan dasar,

mendapatkan pendidikan, IPTEK dan budaya.
Kerangka Hukum
 MoU Helsinki 15 Agustus 2005
 1.1.6. Kanun Aceh akan disusun kembali

untuk Aceh dengan menghormati tradisi
sejarah dan adat istiadat rakyat Aceh serta
mencerminkan kebutuhan hukum terkini
Aceh.
 tradisi sejarah dan adat istiadat rakyat Aceh
= hukum & sistem pemerintahan menurut
ketentuan adat Aceh
 Pemerinthn federasi (= hak otonom) 
Persekutuan Masyarakat Hukum Adat =
Propinsi
 Qanun No.9 th 2008 ttg Pembinaan Kehidupan Adat dan
Adat Istiadat
 Qanun No.10 th 2008 ttg Lembaga Adat
 Qanun No.3 th. 2009 ttg Tata Cara Pemilihan dan
Pemberhentian Imeum Mukim
 Qanun No.4 th 2009 ttg Tata Cara Pemilihan dan
Pemberhentian Keuchik
 Ingub No.5 th 2008 ttg Penguatan pemerintahan mukim
& gampong
Kabupaten
 Qanun Kab/Kota tentang Pemerintahan Mukim. Subulussalam)
 Kecuali: Banda Aceh, Lhokseumawe, Aceh Tenggara,
• MUKIM. dipahami bukan hanya sebagai
bagian dari struktur pemerintahan semata
tapi sekaligus sebagai identitas komunal
masyarakat adat di Aceh yang berhak
pengelola wilayah dan sumber dayanya serta
pengatur kehidupan sosial kemasyarakatannya
sesuai ketentuan adat.
Sistem Pemerintahan Mukim
berasaskan Islam
1. Adanya syarat-syarat keagamaan bagi pemimpin gampongmukim
–

–

Syarat mukim: mengetahui hukum syarak ALLAH & hukum syariat
nabi, dpt mnnjd imam dan khatib jum’at, dpt mengerjkn fardhu ain
& fardhu kifayah, takut atas perbuatan yg salah, paham ttg sengketa
terkait hukom (harta warisan, talak-rujuk, sengketa tanah)
Syarat keuchik: mengethui hukom, berani ats yg benar, takut atas yg
salah.

2. Sistem pengelolaan tanah; hak potallah (tnh umum yg blm
dimiliki olh siapapun)  hak pengelolaan (bg yg
“menghidupkan dan mengusahakan ”tanah mati” tersebut.
3. Penyelesaian sengketa  dg perdamaian; musyawarahharimonisasi hubungan antar pihak yg bersengketa. (Uleueu
bak matee, ranteng beek patah. But beujeut, geutanyo beek
leumah)
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
(PSDA) BERDASAR ADAT ACEH ACEH

1. pembagian ruang kelola,
2. kelembagaan,
3. aturan pengelolaan,
4. sanksi terhadap pelanggaran,
5. tatacara pengambilan keputusan,
6. tata nilai dalam pengelolaan
sumber daya.
Hadis Maja
Leumoh Hukom Diatur Pangkat
Leumoh Adat Jahee Raja
Leumoh Qanun Tinggal bak Kalam
Leumoh Reusam ancor Budaya

mate aneuk mupat jeurat,
gadoh adat pat tamita
UNSUR-UNSUR DALAM SISTEM ADAT
ACEH
1. Aturan (Hukom, Adat & Norma/Nilai-nilai
yg berlaku dalam masyarakat):
adat bak po teumeuruhom, hukom bak syiah
kuala, qanun bak putro phang, reusam bak
laksamana.

2. Wilayah
3. Fungsi adat &
ketatanegaraan/pemerintahan
4. Kelembagaan Adat
5. Atra Mukim & Sumber-Sumber
 Riwang adat berlandaskan hukom :
 Beusaboh Pakat
 Droe ke droe
 Berkeadilan
 Melindungi hak ureung ramee & ureung lemoh
 Uro dudo (berkelanjutan)
 Musafat
 Meuseraya
1.
2.
3.

Lembaga Pemerintahan
Lembaga Adat
Kesatuan Masyarakat Hukum (Adat)
Hak mukim atas kawasan
Hakkullah & Hakkul Adam.
• Hakkullah adalah hak potallah (hak milik ALLAH) yang
wajib dijaga dan dilindungi, sedang hakkul adam
adalah wilayah yang menjadi hak anak adam (manusia)
untuk memanfaatkan dan menggunakannya.
• Namun, jika anak adam masih membutuhkan sumber
daya yang ada dalam wilayah hakullah, maka
diperbolehkan baginya untuk mengambil seperlunya
berdasarkan ketentuan adat setempat
• Contoh: di Mukim Lamteuba, hutan muda bisa
dijadikan sebagai lampoh
 Secara kelembagaan, mukim merupakan

lembaga adat tertinggi pada tingkat
wilayah adat.
 Mukim sebagai lembaga pemersatu dan
koordinator dari gampong-gampong dalam
hal pemanfaatan sumber daya komunal,
termasuk dalam pengelolaan kawasan
hutan.
 Pengelolaan kawasan hutan bisa
dilakukan secara langsung oleh imeum
mukim maupun dapat didelegasikan
kepada lembaga khusus (panglima uteun
Kuasa gampong dan mukim dalam
PSDA
 Gampong berkuasa “kedalam” rumah tangganya

sendiri = hak mengatur/mengurus warga gampong
dan harta gampong secara mandiri, termasuk utk
menyelesaikan persoalan warganya dan berupaya
meningkatkan kesejahteraan bersama berdasarkan
adat.
 Catatan: Mukim dpt campur tangan jika ada tindakan

gampong yg bertentangan dengan adat atau kesepakatan
yg ditetapkan di tingkat mukim.
 Mukim berkuasa atas kawasan kelola rakyat dalam

sebuah gampong yang pemanfaatannya dilakukan
oleh warga dari berbagai gampong dlm mukim
tersebut, sprt: laot, bineh pasie, krueng, blang, gle,
 Walau secara administratif dan

pengaturan kedalam, kawasan kelola
tersebut masuk dalam wilayah gampong,
namun bila ada kebijakan yang bersifat
mengikat dan memiliki konsekuensi thd
warga dr mukim tersebut maka
keputusannya merupakan kewenangan
mukim (kuasa penuh atau kuasa dlm
pengambilan keputusan)
 Kuasa mukim keluar: mengatur hub antar
gampong, hub gampong dengan pihak
• mukim berhak untuk mengurus hakhak masyarakatnya, termasuk hak
atas tanah, ulayat dan hak sosial
masyarakat (Badruzzaman; Ketua
Majelis Adat Aceh, dalam sebuat
Lokalatih Penguatan Kelembagaan
Adat, 19 Oktober 2012)
• Mukim berdasarkan hak asal usul memiliki
kewenangan untuk mengurus harta kekayaan
dan sumber-sumber pendapatan mukim yang
secara kewilayahan ada pada wilayah kelola
mukim. Pemanfaatan, pengelolaan dan
kepemilikan atas wilayah kelola mukim diatur
melalui ketentuan adat mukim setempat
dibawah koordinasi Imeum Mukim.
Peran mukim
1. Administrasi pemerintahan
– Surat jual beli tanah dikeluarkan/disyahkan oleh
Imeum mukim slth diperiksa status tanahnya
melalui keuchik atau lembaga adat lainny sesuai
kedudukan tanah.

2. Adat; rujukan adat atas perkara yg tdk
mampu diselesaikan di tk gmpg
3. Hukom; t4 penyelesaian perkara agama.
Sistem pengelolaan sumberdaya
mukim melekat hak adat sebagai
hak asal usul dan menguasai kawasan
1. hak memiliki
komunalnya,
2. hak menetapkan aturan pengelolaan
kawasan dan sumberdaya alam dalam
wilayahnya,
3. hak memutuskan hukum dengan
membentuk peradilan adat
(menyelesaikan sengketa), dan
4. hak turut campur dalam memutuskan
dan menetapkan keputusan terkait
pengelolaan sumber daya alam
KAWASAN KELOLA MUKIM
Kuasa mukim ke arah
gle ”Siuro jak Wo”
WILAYAH KELOLA MUKIM-GAMPONG
DAN LEMBAGA ADAT
WILAYAH KELOLA

LEMBAGA ADAT

GLEE

PETUA GLEE/PAWANG GLEE

BLANG

KEUJRUEN CHIK/KEUJRUEN BLANG

UTEUN

PETUA UTEUN/PANG.UTEUN/PAWANG
UTEUN

SEUNEBOK

PETUA SEUNEBOK

PADANG
MEURABE

PETUA MEURABE/PAWANG PENGULU
WER

PEUKAN

HARIA PEUKAN

KREUNG

PETUA KRUENG

LAOT

PENGLIMA LAOT

PELABUHAN

SYAHBANDAR
KEBERADAAN DAN PENGAKUAN
HUKUM
• Kenyataannya masih ada tetapi tidak diakui
keberadaannya;
• Tata cara dan prosedur belum ada?
• Belum adanya perda atau pengakuan
hukum bukan berarti tidak ada keberadaan
masyarakat hukum adat
“nyo AJTEH”

• Meunyo na hak
• teuntee na hek

meunyö kon ië leuhöp, meunyö kèn dröe gob
Pegleh lhong ie-Lamteuba 2012
UPAYA DI TINGKAT MUKIMGAMPONG
 Konsolidasi mukim masyarakat dan lembaga mukim: 1)







wilayah dan harta kekayaan mukim, 2) kejelasan kuasa
mukim dan gampong, 3) aturan adat, dan 4)
kelembagaan (kewenangan, fungsi dan perannya).
Penataan batas dan penyelesaian sengketa batas (antar
mukim dan antar gampong se-mukim).
Pemetaan sosial dan wilayah mukim, termasuk
memetakan kawasn kelola mukim dan harta ulayatnya
(daratan dan perairan).
Mendaftarkan wilayah adat dan harta ulayatnya,
termasuk hutan adat, tanah ulayat dan perairan ulayat.
Menegakkan kembali aturan adat mukim setempat,
Pengakuan terhadap mukim & gampong dalam
Pengelolaan Sumber Daya Alam idealnya

 hak terhadap sumber daya alam

itu sendiri (hak kepemilikan),
 hak pemanfaatan, dan
 hak untuk ikut campur dalam
keputusan-keputusan
pengelolaan Sumber daya alam
Pro aktif Pemerintah
 Segera terbitkan aturan teknis maupun

kebnijakan implementasi lainnya sebagai
kewajiban daerah atas terbutnya Qanun
Kabupaten ttg Pemerintahan Mukim.
 Dorong implementasikan qanun tentang
Pemerintahan Mukim dalam di tingkat
mukim-gampong
 Fasilitasi proses “inisiatif mukim” untuk
mengelola SDA berdasarkan adat
• WATEE HANA BUET JEUT TA LAKEE BUET
• BEK WATEE KA NA BUET HANJEUT TA PUBUET

Contenu connexe

Tendances

Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI
Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRIOtonomi Daerah dalam Kerangka NKRI
Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRImarwahmoniCha
 
Ms.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IX
Ms.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IXMs.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IX
Ms.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IXFrancisca Paramitha
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahMeidina Silvia
 
Makalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
Makalah Hakikat Otonomi Daerah BagusMakalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
Makalah Hakikat Otonomi Daerah BagusRafi Mariska
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangAulia Hamunta
 
Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Rizki Gumilar
 
Otonomi Daerah - Makalah
Otonomi Daerah - MakalahOtonomi Daerah - Makalah
Otonomi Daerah - MakalahAmalia Dekata
 
Pembubaran Marga dan Implikasinya bagi MHA di Sumsel
Pembubaran Marga dan Implikasinya bagi MHA di SumselPembubaran Marga dan Implikasinya bagi MHA di Sumsel
Pembubaran Marga dan Implikasinya bagi MHA di SumselAdriansyah Rustandi
 
Draft Perda Adat Revisi Pasca Rapat Tanggal 7 Juli 2014
Draft Perda Adat Revisi Pasca Rapat Tanggal 7 Juli 2014Draft Perda Adat Revisi Pasca Rapat Tanggal 7 Juli 2014
Draft Perda Adat Revisi Pasca Rapat Tanggal 7 Juli 2014erikasiluq
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahFahmy Metala
 
Bahan Presentasi Assiten 1 Gubernur Kaltim pada Acara FGD Mendesak Pengesahan...
Bahan Presentasi Assiten 1 Gubernur Kaltim pada Acara FGD Mendesak Pengesahan...Bahan Presentasi Assiten 1 Gubernur Kaltim pada Acara FGD Mendesak Pengesahan...
Bahan Presentasi Assiten 1 Gubernur Kaltim pada Acara FGD Mendesak Pengesahan...erikasiluq
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahfarid miftah
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Dadang Solihin
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Dadang Solihin
 
PKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi DaerahPKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi Daerahtioprayogi
 

Tendances (19)

MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI
Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRIOtonomi Daerah dalam Kerangka NKRI
Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI
 
Ms.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IX
Ms.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IXMs.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IX
Ms.PowerPoint Pkn - Otonomi Daerah kls IX
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
 
Makalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
Makalah Hakikat Otonomi Daerah BagusMakalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
Makalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
 
Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah Peranan Otonomi Daerah
Peranan Otonomi Daerah
 
Otonomi Daerah - Makalah
Otonomi Daerah - MakalahOtonomi Daerah - Makalah
Otonomi Daerah - Makalah
 
Pembubaran Marga dan Implikasinya bagi MHA di Sumsel
Pembubaran Marga dan Implikasinya bagi MHA di SumselPembubaran Marga dan Implikasinya bagi MHA di Sumsel
Pembubaran Marga dan Implikasinya bagi MHA di Sumsel
 
Makalah otonomi daerah lengkap
Makalah otonomi daerah lengkapMakalah otonomi daerah lengkap
Makalah otonomi daerah lengkap
 
Draft Perda Adat Revisi Pasca Rapat Tanggal 7 Juli 2014
Draft Perda Adat Revisi Pasca Rapat Tanggal 7 Juli 2014Draft Perda Adat Revisi Pasca Rapat Tanggal 7 Juli 2014
Draft Perda Adat Revisi Pasca Rapat Tanggal 7 Juli 2014
 
Otonomi daerah kls_x
Otonomi daerah kls_xOtonomi daerah kls_x
Otonomi daerah kls_x
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Bahan Presentasi Assiten 1 Gubernur Kaltim pada Acara FGD Mendesak Pengesahan...
Bahan Presentasi Assiten 1 Gubernur Kaltim pada Acara FGD Mendesak Pengesahan...Bahan Presentasi Assiten 1 Gubernur Kaltim pada Acara FGD Mendesak Pengesahan...
Bahan Presentasi Assiten 1 Gubernur Kaltim pada Acara FGD Mendesak Pengesahan...
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
 
PKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi DaerahPKN - Otonomi Daerah
PKN - Otonomi Daerah
 

Similaire à MUKIM

Hukum adat dan kearifan lokal
Hukum adat dan kearifan lokalHukum adat dan kearifan lokal
Hukum adat dan kearifan lokalyahyakelariquers
 
Hak hak masyarakat adat di Aceh dalam PDSA
Hak hak masyarakat adat di Aceh dalam PDSA Hak hak masyarakat adat di Aceh dalam PDSA
Hak hak masyarakat adat di Aceh dalam PDSA Agus Halim
 
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang DesaPenjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang DesaPutroe Phang
 
2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara
2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara
2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negaraMedan Comonity
 
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi KhususDaerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khususafifahdhaniyah
 
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU DesaKesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU DesaDesa Institute
 
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU DesaKesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desasuryokoco suryoputro
 
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang DesaPenjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang DesaZulfikri Armada
 
Penjelasan Undang-Undang Desa
Penjelasan Undang-Undang DesaPenjelasan Undang-Undang Desa
Penjelasan Undang-Undang DesaYossy Suparyo
 
Sambutan sekjen aman himas 2017 final
Sambutan sekjen aman himas 2017 finalSambutan sekjen aman himas 2017 final
Sambutan sekjen aman himas 2017 finalRahayu Wulansari
 
Regulation Nomor 11 Tahun 2006.pdf
Regulation Nomor 11 Tahun 2006.pdfRegulation Nomor 11 Tahun 2006.pdf
Regulation Nomor 11 Tahun 2006.pdfDwiOctaviaSetiadiST
 
I. konservasi cagar budaya 0813
I. konservasi cagar budaya 0813I. konservasi cagar budaya 0813
I. konservasi cagar budaya 0813Wahyu Yuns
 
Implikasi mk 35 di kaltim
Implikasi mk 35 di kaltimImplikasi mk 35 di kaltim
Implikasi mk 35 di kaltimabasalman
 
! 2017.09.25 Revolusi Mental Berdesa di Aceh, Muhammad Taufik Abda
! 2017.09.25 Revolusi Mental Berdesa di Aceh, Muhammad Taufik Abda! 2017.09.25 Revolusi Mental Berdesa di Aceh, Muhammad Taufik Abda
! 2017.09.25 Revolusi Mental Berdesa di Aceh, Muhammad Taufik AbdaMuhammad Taufik Abda
 
Penataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPM
Penataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPMPenataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPM
Penataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPMTri Widodo W. UTOMO
 

Similaire à MUKIM (20)

Hukum adat dan kearifan lokal
Hukum adat dan kearifan lokalHukum adat dan kearifan lokal
Hukum adat dan kearifan lokal
 
Kajian mudp bali terkait uu desa
Kajian mudp bali terkait uu desaKajian mudp bali terkait uu desa
Kajian mudp bali terkait uu desa
 
Harian+peukan+dlm+qanun+aceh
Harian+peukan+dlm+qanun+acehHarian+peukan+dlm+qanun+aceh
Harian+peukan+dlm+qanun+aceh
 
Hak hak masyarakat adat di Aceh dalam PDSA
Hak hak masyarakat adat di Aceh dalam PDSA Hak hak masyarakat adat di Aceh dalam PDSA
Hak hak masyarakat adat di Aceh dalam PDSA
 
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang DesaPenjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
 
SEJARAH HUKUM ADAT.pptx
SEJARAH HUKUM ADAT.pptxSEJARAH HUKUM ADAT.pptx
SEJARAH HUKUM ADAT.pptx
 
2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara
2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara
2013 abdon nababan sinergi hukum adat dan hukum negara
 
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi KhususDaerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus
 
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU DesaKesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
 
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU DesaKesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
Kesiapan Desa dalam mengimplementasikan UU Desa
 
Uu 18 2001 Pjls
Uu 18 2001 PjlsUu 18 2001 Pjls
Uu 18 2001 Pjls
 
bjt_umum_tmk1_hkum4204.pdf
bjt_umum_tmk1_hkum4204.pdfbjt_umum_tmk1_hkum4204.pdf
bjt_umum_tmk1_hkum4204.pdf
 
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang DesaPenjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Penjelesan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
 
Penjelasan Undang-Undang Desa
Penjelasan Undang-Undang DesaPenjelasan Undang-Undang Desa
Penjelasan Undang-Undang Desa
 
Sambutan sekjen aman himas 2017 final
Sambutan sekjen aman himas 2017 finalSambutan sekjen aman himas 2017 final
Sambutan sekjen aman himas 2017 final
 
Regulation Nomor 11 Tahun 2006.pdf
Regulation Nomor 11 Tahun 2006.pdfRegulation Nomor 11 Tahun 2006.pdf
Regulation Nomor 11 Tahun 2006.pdf
 
I. konservasi cagar budaya 0813
I. konservasi cagar budaya 0813I. konservasi cagar budaya 0813
I. konservasi cagar budaya 0813
 
Implikasi mk 35 di kaltim
Implikasi mk 35 di kaltimImplikasi mk 35 di kaltim
Implikasi mk 35 di kaltim
 
! 2017.09.25 Revolusi Mental Berdesa di Aceh, Muhammad Taufik Abda
! 2017.09.25 Revolusi Mental Berdesa di Aceh, Muhammad Taufik Abda! 2017.09.25 Revolusi Mental Berdesa di Aceh, Muhammad Taufik Abda
! 2017.09.25 Revolusi Mental Berdesa di Aceh, Muhammad Taufik Abda
 
Penataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPM
Penataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPMPenataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPM
Penataan Kewenangan Urusan Pemerintahan Desa dan Pengembangan SPM
 

MUKIM

  • 1. PENGEMBALIKAN KUASA MUKIM ATAS SUMBER DAYA ALAM DI ACEH Agus Halim Wardana (YRBI) Banda Aceh, 26 Desember 2013
  • 2. DEFINISI ADAT Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah Menurut Jalaluddin Tunsam (seorang yang berkebangsaan Arab yang tinggal di Aceh dalam tulisannya pada tahun 1660). "Adat" berasal dari bahasa Arab , bentuk jamak dari (adah), yang berarti "cara", "kebiasaan". (sumber: Wikipedia)
  • 3. Adat Aceh adalah Islamisasi Adat O Dalam tradisi Aceh, istilah “adat” jarang disebut hukom adat (hukum adat). karena masyarakat Aceh memandang bahwa “adat” merujuk pada aturan yg dibuat manusia, sedangkan hukom (hukum) bersumber dari Allah (Syariat Islam). O adat ngon hukom lagee zat ngon sifeut. O Adat Aceh mencakup aspek kebiasaan hidup (reusam/ resam), tata aturan (termasuk undang-undang kerajaan), tata upacara, bentuk-bentuk cukai dan nilai-nilai yang dianut.
  • 4. ADAT DALAM PERSPEKTIF ACEH 1. TATA WILAYAH 1. Hirarki Wilayah: Keurajuen, Sagoe, Nanggroe, Mukim, Gampong 2. Pembagian kawasan : hunian, budidaya, milik bersama 2. TATA PEMERINTAHAN  Keuchik ngon tengku lagee yah ngon mak  Lembaga adat pengelola kawasan sumber-sumber penghidupan warga mukim yg otonom 3. TATA ATURAN  umong meu ateung,lampoh meu pageu, uteun meu taloe,nanggroe meu raja  Po teu neutueng meusara lam glee, dama ngon awe lam siplo sa. Meung na gaseh si meuladang jih bri bawang deungon halia.  syarat pageu beunteung limong, jeunerop inong lhee
  • 5. 4. TATA KELOLA Kuasa mukim atueh glee sejauh “si uro jak wo” Kuasa mukim atas perairan adalah krueng, bineh pasie. Loan pukat, laot luah Hak keujruen sekateng padee, dama ngon awee lam siplo sa hak buya lam krueng, hak rimung bak bineh rimba.
  • 6. • Lokakarya Mukim Se-Provinsi NAD tanggal 13-15 Maret 2006 di Kota Langsa : mukim sebagai kesatuan masyarakat hukum yang terdiri atas gabungan beberapa gampong, mempunyai batas wilayah tertentu dan memiliki kekayaan sendiri yang dipimpin oleh Imeum Mukim, mempunyai hak otonom dalam menjalankan urusan rumah tangga sendiri dengan ketentuan adat yang berlaku (T.M Djuned, 2011. Bunga Rampai. Adat adalah Kearifan). • Undang-Undang No.11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh mendefinisikan mukim sebagai kesatuan masyarakat hukum dibawah kecamatan yang terdiri atas gabungan beberapa gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu yang dipimpin oleh Imuem Mukim atau nama lain dan berkedudukan langsung di bawah camat MUKIM
  • 7. Kondisi Mukim saat ini  Belum ada implementasi kebijakan pengakuan keberadaan mukim  Mukim tidak terlibat langsung dalam penyusunan kebijakan strategis dan rencana pembangunan atas wilayahnya  Mukim belum mampu menunjukkan eksistensinya sebagai entitas adat yang berdaulat atas sumber daya alamnya
  • 8.  Mukim belum mampu menunjukkan secara jelas wilayah kuasa dan harta kekayaan.  Belum ada struktur pemerintahan mukim  Kapasitas perangkat Pemerintahan Mukim sangat lemah.  Relasi mukim-gampong, mukim – kecamatan tidak jelas  Di beberapa kabupaten sudah forum/persatuan/majlis/serikat imeum mukim, namun masih belum ”dianggap”
  • 9.  Penguatan mukim berujung pada pembentukan kecamatan  Kelalaian pemerintah pusat dan daerah dalam memenuhi pembiayaan operasional untuk mukim  Dampak negative pola bantuan rehab-rekon pasca tsunami dan perdamaian Aceh  Pengaruh budaya asing dan globalisasi yang bersifat negative
  • 10. FAKTOR YANG MELEMAHKAN KEWEWENANGAN ADAT: 1. Kekalahan Aceh dari Belanda dan penghancuran sistematis terhadap budaya Aceh 2. Konflik Aceh yang berkepanjangan. 3. Berbagai Kebijakan & perundang-undangan negara 4. Pengaruh budaya asing & globalisasi yang bersifat negatif. 5. Kelengahan& kelalaian pemimpin gampong dan mukim dalam melindungi adat dan meregenerasi pelaksanaan hukom, adat, qanun dan reusam. 6. Semakin berkurangnya ureung tuha yang tuho
  • 11. PENGAKUAN KEBERADAAN MUKIM: “BERMULA KE TIADA - KEMBALI KE SEMULA?” • Th. 913 H atau 1507; Kedudukan dan kewenangan Gampong-Mukim ditetapkan oleh Sultan Alauddin Johan Ali Ibrahim Mughayat Syah dlm Qanun Syara’ Kesultanan Aceh • Th.1607-1637 ; Penataan kehidupan adat diperkuat oleh Sultan Iskandar Muda melalui Kanun Al Asyi atau Kanun Adat Meukuta Alam. • Th. 1837-1942; perang Aceh melawan Belanda; sebagian besar gampong dan mukim menjadi kososng atau ditinggalkan penghuninya, khususnya di sekitar Banda Aceh. • Th 1935; Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Ordonansi 1935-102 (psl. 3a. RO); mengakui keberadaan peradilan adat. • Th 1937; Gubernur Jederal Hindia Belanda mengeluarkan Besluit van den Governeur General Nederland Indie Nomor. 8 tahun 1937, yang mengakui keberadaan mukim • Th. 1942-1945; Jepang “menduduki” Aceh. Pemerintahan gampong disesuaikan dengan sistem pemerintahan Jepang; Mukim tetap diakui dan diatuir dengan Osamu Seirei No. 7 tahun 1944. • Th.1945. keberadaan mukim tetap diakui berdasarkan ketentuan pasal II aturan peralihan UUD 1945. • Th. 1946. Peraturan Keresidenan Aceh no. 2 dan no. 5 tahun 1946; kedudukannya tidak lagi berada di bawah Ulee Balang; mukim berada di bawah kecamatan dan membawahi beberapa gampong.
  • 12. • Th. 1960: Undang-Undang Pokok Agraria; kuasa mukim atas tanah mulai dikaburkan; hak ulayat msyrkt hkm adat diakui sepanjang msh ada dan tdk bertentangan dengan kepentingan nasional dan ketentua perundang-undangan negara . • Th.1960-1974; kedaulatan mukim sedikit demi sedikit dihilangkan melalui UU No.5 th 1967 ttg Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan yg di dukung PP no. 21 th 1971 ttg Hak Pengusahaan Hutan & Hak Pemungutan Hasil Hutan, UU No. 11 th 1967 ttg Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan, UU No.1 th 1967 ttg Penanaman Modal Asing, dan UU no. 6 tahun 1968 ttg Penanaman Modal Dalam Negeri. • Tahun 1974. UU No. 5/1974 tentang Pemerintahan Daerah • Th. 1979. Mukim dihapuskan sebagai bagain dari sistem pemerintahan di Aceh. UU No.5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. • Th 1980-1999. UU no.5 th 1985 ttg perikanan, UU no.5 th 1990 ttg Konservasi SDA Hayati & Ekosistemnya.
  • 13. • • • • UU No. 44/1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Aceh. penyelenggraan keistimewaan Aceh mencakup aspek agama, kehidupan adat, pendidikan dan peran ulama. Perda No.5 th 1996 ttg Mukim Sebagai kesatuan Masyarakat Adat dalam Propinsi D.I Aceh UU No. 18/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang dijabarkan menjadi Qanun No. 4 tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim dan Qanun No. 5 tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong Tahun 2006. Undang-Undang Pemerintahan Aceh. Mengakui kembali mukim sebagai bagian dari pemerintahan di Aceh sekaligus sebagai pemangku adat.
  • 14. Landasan Hukum Penguatan Mukim Internasional:  Kovenan hak asasi manusia (HAM) internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (Covenant on Economic, Social andCultural Rights) dengan UU No 11 Tahun 2005 dimasukkan dalam Lembaran Negara Tahun 2005 No 118 dan Tambahan Lembaran Negara No 4557; Hak untuk ikut serta dalam kehidupan budaya (pasal 15).  FPIC (Free, Prior, Informed, Consent): Hak masyarakat untuk mendapatkan informasi (Informed) sebelum (Prior) sebuah program atau proyek investasi dilaksanakan dalam wilayah mereka, dan berdasarkan informasi tersebut, mereka secara bebas tanpa tekanan (Free) menyatakan setuju (consent) atau menolak. Nasional  UUD 45:  Pasal 18 B: pengakuan atas hak adat (hak asal usul)  Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-undang.  Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.  Pasal 28 C, ayat 1: Hak untuk mengembaangkan diri melalui kebutuhan dasar, mendapatkan pendidikan, IPTEK dan budaya.
  • 15. Kerangka Hukum  MoU Helsinki 15 Agustus 2005  1.1.6. Kanun Aceh akan disusun kembali untuk Aceh dengan menghormati tradisi sejarah dan adat istiadat rakyat Aceh serta mencerminkan kebutuhan hukum terkini Aceh.  tradisi sejarah dan adat istiadat rakyat Aceh = hukum & sistem pemerintahan menurut ketentuan adat Aceh  Pemerinthn federasi (= hak otonom)  Persekutuan Masyarakat Hukum Adat =
  • 16. Propinsi  Qanun No.9 th 2008 ttg Pembinaan Kehidupan Adat dan Adat Istiadat  Qanun No.10 th 2008 ttg Lembaga Adat  Qanun No.3 th. 2009 ttg Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian Imeum Mukim  Qanun No.4 th 2009 ttg Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian Keuchik  Ingub No.5 th 2008 ttg Penguatan pemerintahan mukim & gampong Kabupaten  Qanun Kab/Kota tentang Pemerintahan Mukim. Subulussalam)  Kecuali: Banda Aceh, Lhokseumawe, Aceh Tenggara,
  • 17. • MUKIM. dipahami bukan hanya sebagai bagian dari struktur pemerintahan semata tapi sekaligus sebagai identitas komunal masyarakat adat di Aceh yang berhak pengelola wilayah dan sumber dayanya serta pengatur kehidupan sosial kemasyarakatannya sesuai ketentuan adat.
  • 18. Sistem Pemerintahan Mukim berasaskan Islam 1. Adanya syarat-syarat keagamaan bagi pemimpin gampongmukim – – Syarat mukim: mengetahui hukum syarak ALLAH & hukum syariat nabi, dpt mnnjd imam dan khatib jum’at, dpt mengerjkn fardhu ain & fardhu kifayah, takut atas perbuatan yg salah, paham ttg sengketa terkait hukom (harta warisan, talak-rujuk, sengketa tanah) Syarat keuchik: mengethui hukom, berani ats yg benar, takut atas yg salah. 2. Sistem pengelolaan tanah; hak potallah (tnh umum yg blm dimiliki olh siapapun)  hak pengelolaan (bg yg “menghidupkan dan mengusahakan ”tanah mati” tersebut. 3. Penyelesaian sengketa  dg perdamaian; musyawarahharimonisasi hubungan antar pihak yg bersengketa. (Uleueu bak matee, ranteng beek patah. But beujeut, geutanyo beek leumah)
  • 19. PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM (PSDA) BERDASAR ADAT ACEH ACEH 1. pembagian ruang kelola, 2. kelembagaan, 3. aturan pengelolaan, 4. sanksi terhadap pelanggaran, 5. tatacara pengambilan keputusan, 6. tata nilai dalam pengelolaan sumber daya.
  • 20. Hadis Maja Leumoh Hukom Diatur Pangkat Leumoh Adat Jahee Raja Leumoh Qanun Tinggal bak Kalam Leumoh Reusam ancor Budaya mate aneuk mupat jeurat, gadoh adat pat tamita
  • 21. UNSUR-UNSUR DALAM SISTEM ADAT ACEH 1. Aturan (Hukom, Adat & Norma/Nilai-nilai yg berlaku dalam masyarakat): adat bak po teumeuruhom, hukom bak syiah kuala, qanun bak putro phang, reusam bak laksamana. 2. Wilayah 3. Fungsi adat & ketatanegaraan/pemerintahan 4. Kelembagaan Adat 5. Atra Mukim & Sumber-Sumber
  • 22.  Riwang adat berlandaskan hukom :  Beusaboh Pakat  Droe ke droe  Berkeadilan  Melindungi hak ureung ramee & ureung lemoh  Uro dudo (berkelanjutan)  Musafat  Meuseraya
  • 24. Hak mukim atas kawasan Hakkullah & Hakkul Adam. • Hakkullah adalah hak potallah (hak milik ALLAH) yang wajib dijaga dan dilindungi, sedang hakkul adam adalah wilayah yang menjadi hak anak adam (manusia) untuk memanfaatkan dan menggunakannya. • Namun, jika anak adam masih membutuhkan sumber daya yang ada dalam wilayah hakullah, maka diperbolehkan baginya untuk mengambil seperlunya berdasarkan ketentuan adat setempat • Contoh: di Mukim Lamteuba, hutan muda bisa dijadikan sebagai lampoh
  • 25.  Secara kelembagaan, mukim merupakan lembaga adat tertinggi pada tingkat wilayah adat.  Mukim sebagai lembaga pemersatu dan koordinator dari gampong-gampong dalam hal pemanfaatan sumber daya komunal, termasuk dalam pengelolaan kawasan hutan.  Pengelolaan kawasan hutan bisa dilakukan secara langsung oleh imeum mukim maupun dapat didelegasikan kepada lembaga khusus (panglima uteun
  • 26. Kuasa gampong dan mukim dalam PSDA  Gampong berkuasa “kedalam” rumah tangganya sendiri = hak mengatur/mengurus warga gampong dan harta gampong secara mandiri, termasuk utk menyelesaikan persoalan warganya dan berupaya meningkatkan kesejahteraan bersama berdasarkan adat.  Catatan: Mukim dpt campur tangan jika ada tindakan gampong yg bertentangan dengan adat atau kesepakatan yg ditetapkan di tingkat mukim.  Mukim berkuasa atas kawasan kelola rakyat dalam sebuah gampong yang pemanfaatannya dilakukan oleh warga dari berbagai gampong dlm mukim tersebut, sprt: laot, bineh pasie, krueng, blang, gle,
  • 27.  Walau secara administratif dan pengaturan kedalam, kawasan kelola tersebut masuk dalam wilayah gampong, namun bila ada kebijakan yang bersifat mengikat dan memiliki konsekuensi thd warga dr mukim tersebut maka keputusannya merupakan kewenangan mukim (kuasa penuh atau kuasa dlm pengambilan keputusan)  Kuasa mukim keluar: mengatur hub antar gampong, hub gampong dengan pihak
  • 28. • mukim berhak untuk mengurus hakhak masyarakatnya, termasuk hak atas tanah, ulayat dan hak sosial masyarakat (Badruzzaman; Ketua Majelis Adat Aceh, dalam sebuat Lokalatih Penguatan Kelembagaan Adat, 19 Oktober 2012)
  • 29. • Mukim berdasarkan hak asal usul memiliki kewenangan untuk mengurus harta kekayaan dan sumber-sumber pendapatan mukim yang secara kewilayahan ada pada wilayah kelola mukim. Pemanfaatan, pengelolaan dan kepemilikan atas wilayah kelola mukim diatur melalui ketentuan adat mukim setempat dibawah koordinasi Imeum Mukim.
  • 30. Peran mukim 1. Administrasi pemerintahan – Surat jual beli tanah dikeluarkan/disyahkan oleh Imeum mukim slth diperiksa status tanahnya melalui keuchik atau lembaga adat lainny sesuai kedudukan tanah. 2. Adat; rujukan adat atas perkara yg tdk mampu diselesaikan di tk gmpg 3. Hukom; t4 penyelesaian perkara agama.
  • 31. Sistem pengelolaan sumberdaya mukim melekat hak adat sebagai hak asal usul dan menguasai kawasan 1. hak memiliki komunalnya, 2. hak menetapkan aturan pengelolaan kawasan dan sumberdaya alam dalam wilayahnya, 3. hak memutuskan hukum dengan membentuk peradilan adat (menyelesaikan sengketa), dan 4. hak turut campur dalam memutuskan dan menetapkan keputusan terkait pengelolaan sumber daya alam
  • 32. KAWASAN KELOLA MUKIM Kuasa mukim ke arah gle ”Siuro jak Wo”
  • 33. WILAYAH KELOLA MUKIM-GAMPONG DAN LEMBAGA ADAT WILAYAH KELOLA LEMBAGA ADAT GLEE PETUA GLEE/PAWANG GLEE BLANG KEUJRUEN CHIK/KEUJRUEN BLANG UTEUN PETUA UTEUN/PANG.UTEUN/PAWANG UTEUN SEUNEBOK PETUA SEUNEBOK PADANG MEURABE PETUA MEURABE/PAWANG PENGULU WER PEUKAN HARIA PEUKAN KREUNG PETUA KRUENG LAOT PENGLIMA LAOT PELABUHAN SYAHBANDAR
  • 34. KEBERADAAN DAN PENGAKUAN HUKUM • Kenyataannya masih ada tetapi tidak diakui keberadaannya; • Tata cara dan prosedur belum ada? • Belum adanya perda atau pengakuan hukum bukan berarti tidak ada keberadaan masyarakat hukum adat
  • 35. “nyo AJTEH” • Meunyo na hak • teuntee na hek meunyö kon ië leuhöp, meunyö kèn dröe gob Pegleh lhong ie-Lamteuba 2012
  • 36. UPAYA DI TINGKAT MUKIMGAMPONG  Konsolidasi mukim masyarakat dan lembaga mukim: 1)     wilayah dan harta kekayaan mukim, 2) kejelasan kuasa mukim dan gampong, 3) aturan adat, dan 4) kelembagaan (kewenangan, fungsi dan perannya). Penataan batas dan penyelesaian sengketa batas (antar mukim dan antar gampong se-mukim). Pemetaan sosial dan wilayah mukim, termasuk memetakan kawasn kelola mukim dan harta ulayatnya (daratan dan perairan). Mendaftarkan wilayah adat dan harta ulayatnya, termasuk hutan adat, tanah ulayat dan perairan ulayat. Menegakkan kembali aturan adat mukim setempat,
  • 37. Pengakuan terhadap mukim & gampong dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam idealnya  hak terhadap sumber daya alam itu sendiri (hak kepemilikan),  hak pemanfaatan, dan  hak untuk ikut campur dalam keputusan-keputusan pengelolaan Sumber daya alam
  • 38. Pro aktif Pemerintah  Segera terbitkan aturan teknis maupun kebnijakan implementasi lainnya sebagai kewajiban daerah atas terbutnya Qanun Kabupaten ttg Pemerintahan Mukim.  Dorong implementasikan qanun tentang Pemerintahan Mukim dalam di tingkat mukim-gampong  Fasilitasi proses “inisiatif mukim” untuk mengelola SDA berdasarkan adat
  • 39. • WATEE HANA BUET JEUT TA LAKEE BUET • BEK WATEE KA NA BUET HANJEUT TA PUBUET