Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Kasus tambang pasir lumajang
1. KASUS TAMBANG PASIR LUMAJANG,
Tambang bikin rusak lingkungan seperti sawah, gumuk pasir hilang, keindahan pantai, dan
ekosistem pantai rusak. Ruas jalan aspal desa juga berlubang dan becek karena lalu lalang
dumptruk angkut pasir basah yang meneteskan air asin ke jalan.
Awal mula pertambangan
Sekitar Januari 2014, tambang pasir besi berkedok desa wisata berawal. Kala itu, Kades Selok
Awar-awar, Haryono, menemui Madasir guna bermusyawarah mewujudkan ‘desa wisata’ itu.
Madasir setuju. Haryono, mengadakan pertemuan dihadiri Madasir dan Harmoko.
Harmoko, saat itu bertugas mendatangkan eksavator guna pembuatan jalan dan danau wisata
dengan cara menggali pasir. Barulah, tiga hari kemudian, diadakan pertemuan di Balai Desa
Selok Awar-awar dipimpin Haryono.
Dari keterangan Paimin, Kepala Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) Lumajang, Haryono tak
pernah mengajukan izin penambangan di Desa Selok Awar-awar. KPT Lumajang tak pernah
mengeluarkan izin kepada Haryono. Pertambangan ilegal ini berjalan sekitar 12 bulan, sejak
2014, hingga peristiwa berdarah September itu. Hasil pertambangan ilegal, kalau dikalikan
Rp426 juta perbulan, maka sekitar Rp3, 408 miliar.
Perusahaan asing ini, katanya, berperan sebagai pencuci dosa dalam tambang liar lalu dekspor
sampai ke Tiongkok. Dia menduga, ada kesepakatan yang dibuat perusahaan DGI, dengan
IMMS.
Modus mereka, hasil pertambangan di pesisir, disimpan di stockpile, didistribusikan ke
Pelabuhan Tanjung Tembaga di Probolinggo, Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, dan Gresik,
sampai ke Pelabuhan Qingdao di Tiongkok.
Sebelum ekspor ke Tiongkok, pasir besi ditampung DGI, yang mendapat surat izin dari
Gubernur Jatim. Izin ini eksklusif, DGI bisa menampung pasir besi dari Lumajang buat dikirim
ke daerah lain, termasuk Tiongkok.
Berdasarkan data Walhi dan Jatam, pertambangan pasir besi ilegal di Lumajang, berpotensi
merugikan negara Rp11,5 triliun. Angka ini, setara APBD Lumajang, selama sembilan tahun
dengan estimasi pertahun Rp1,3 triliun. Kala dihitung dari truk pasir besi keluar bermuatan
sekitar 35 ton setiap truk, rata- 500 unit per hari.
“Temuan kami di lapangan, truk mengangkut pasir besi di Desa Selok Awar-awar berkisar 270-
300 truk per hari. Penambangan pasir ilegal di pesisir pantai juga terjadi di Desa Bago,
Pandanwangi, dan desa lain. Diprediksi jumlah truk lebih 500 unit per hari.”
2. Berdasarkam pemantauan KontraS, November 2014-November 2015, sedikitnya terjadi tiga
pembunuhan misterius dan kekerasan diduga kuat terkait praktik tambang pasir ilegal di
Lumajang.
Lokasi stockpile yang diberi garis polisi setelah pembunuhan Salim dan penganiaayn Tosan.
Kini, semua sudah beroperasi, garis polisi tak ad alagi…Foto: Tommy Apriando
Peristiwa itu seperti, pembunuhan Paiman alias Manisin (55) warga Warga Dusun Kajaran, Desa
Bades, Pasirian, penjaga portal pasir galian C, 30 November 2014. Pembunuhan petani, Alim
(26), warga Dusun Madurejo, Desa Munder, Kecamatan Yosowilangun, Lumajang, 20 Agustus
2015.
Lalu, penganiayaan Sa’i (54), Ketua RW Dusun Krajan II, Desa Selok-Awar-awar, 5 September
2015.
Data Walhi Jatim dan Jatam, ada 61 tambang di Pesisir Lumajang. Belum lagi, jaringan mafia
portal melibatkan aparat desa, belum tersentuh hukum. Setiap hari, 500 truk bermuatan pasir
berlalu-lalang di jalan raya Lumajang.
Truk-truk melewati portal. Setiap truk dimintai retribusi Rp35.000-hingga Rp50.000.
“Penting aparat penegak hukum menelusuri aliran dana tambang ilegal. Begitu juga kerugian
negara dari pengemplangan pajak. Juga tak ada jaminan reklamasi tambang.”
Selama ini, pertambangan di Lumajang, tak memiliki izin selayaknya, mulai pengajuan WIUP,
lau IUP eksplorasi, dan IUP operasi produksi.
Ia juga tak dilengkapi dokumen-dokumen tambang, baik laporan eksplorasi, studi kelayakan,
laporan rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB). Juga rencana reklamasi dan pasca tambang,
rencana investasi, rencana kerja tahunan teknis dan lingkungan (RKTTL). Taka da laporan
kegiatan triwulanan, laporan produksi dan pemasaran, dokumen lingkungan (UKL,UPL/Amdal)
sampai tak membayar biaya pencadangan wilayah dan jaminan reklamasi.
“Kasihan masyarakat Desa Selok Awar-awar. Air laut sudah masuk ke rumah otomatis
membawa pasir. Mereka harus tinggal dimana?”
Saat ini, rob sudah menerjang belasan rumah warga di pesisir selatan Pantai Watu Pecak.
Menurut Gus A’ak, air laut naik sampai hutan Kosambi di belakang panggung peringatan 100
hari almarhum Salim Kancil. Rumah warga juga terendam air bercampur pasir.
Banjir rob, katanya, di lokasi tambang pasir besi yang ditolak Salim dan Tosan. Kekhawatiran
para aktivis protes tambang ini sudah terbukti.
3. Walhi Jawa Timur dan Jaringan Anti Tambang (Jatam) menghitung, penambangan pasir besi
ilegal berpotensi merugikan negara hingga Rp 11,5 triliun sejak 2011. Investigasi Walhi di
lapangan mendata truk bermuatan pasir besi sekitar 500 truk sehari. Total setahun mengangkut
6,3 juta ton pasir besi keluar dari Lumajang.
Berdasarkan audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), harga pasir besi
Lumajang sebesar 36 dolar Amerika Serikat per ton. Dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika Rp 10 ribu, sehingga total setahun kerugian negara mencapai Rp 2,3 triliun.
Kerugian itu setara dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Lumajang selama
sembilan tahun, dengan estimasi sebesar Rp 1,3 triliun pertahun.
Menurut data Walhi, Kabupaten Lumajang mengeluarkan izin penambangan terbanyak di
Indonesia dengan total 62 izin pertambangan. Namun, pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor
tambang terus menyusut. Pada 2012 pendapatan mencapai Rp 5 miliar, tapi tahun 2014 turun
menjadi Rp 75 juta. Penambangan pasir liar dituding sebagai penyebabnya.
http://www.benarnews.org/indonesian/berita/tambang-pasir-11052015122300.html
Situs Kabupaten Lumajang menulis Lumajang memiliki potensi cadangan pasir besi paling luas
di Indonesia. Area pasir yang mengandung zat besi itu bisa mencapai 60 ribu hektare. Rata-rata
kadar besinya antara 30 hingga 40 persen. Areal tambang pasir besi membentang luas dan
memanjang di pantai selatan.
Kabupaten Lumajang kaya akan pasir besi ini lantaran pernah mendapat muntahan dari gunung
Semeru. Kemudian dibawa air sungai hingga ke laut. Muntahan gunung ini membawa partikel
zat besi, sehingga kemudian menjadi pasir besi di tepi pantai.
Dari berbagai sumber di Internet, pasir Lumajang dinilai paling bagus saat ini sebagai bahan
bangunan. Warnanya hitam pekat yang menunjukkan kandungan besi tinggi.
Pasir Lumajang sangat cocok dipakai bahan cor atau campuran beton karena lebih rekat dan
sedikit kandungan kerikilnya. Daya rekat dan kehalusan pasir menentukan kualitas beton.
Pakar Geologi Universitas Brawijaya Malang, Adi Susilo, menjelaskan jika kualitas pasir dar
Lumajang paling bagus. Sebagian besar berasal dari hasil erupsi Gunung Semeru yang mengalir
langsung lewat sungai.
Dalam kasus tersebut, Haryono, yang merupakan Kepala Desa Selok Awar-awar, dihukum 20
tahun penjara. Haryono dituding sebagai otak tindak pidana pembunuhan dan pengeroyokan
yang menyebabkan Salim Kancil tewas dan Tosan mengalami luka berat. Sekitar 30 warga lain,
4. yang juga terlibat pengeroyokan tersebut, menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas 2B Lumajang.