1. shalat Jum’at dan janazah menurut empat mazhab
I. SHOLAT JENAZAH
a. Pengertian sholat jenazah
Sholat yang dikerjakan dengan empat kali takbir, dilakukan manakala jenazah belum
dimakamkan. (abdurrahman ibn muhammad ‘aud al-jaziri: 450)
b. Hukum shalat jenazah
Hukum sholat jenazah ialah fardlu kifayah menurut kesepakatan empat madzhab
(abdurrahman ibn muhammad ‘aud al-jaziri: 451)
c. Perbedaan ulama mengenai takbir dalam sholat jenazah
para ulama sepakat bahwa takbir dalam sholat jenazah ada empat kali. Namun yang
menjadi perbedan adalah mengangkat tangan pada saat takbir dan bacaan yang dibaca
setelah takbir. berikut adalah tabel tentang perbedaan mengangkat tangan saat takbir
menurut imam madzhab (abdurrahman ibn muhammad ‘aud al-jaziri: 452-455)
HANAFI MALIKI SYAFI’I HANBALI
Takbir I Ya Ya Ya YA
Takbir II Tidak Tidak Ya Ya
Takbir
III
Tidak Tidak Ya Ya
Takbir IV Tidak Tidak Ya Ya
Bacaan yang dibaca setelah takbir menutu imam madzhab
HANAFI MALIKI SYAFI’I HANBALI
Takbir I Pujian bagi Allah Doa Alfatihah Ta’awudz &
fatihah
Takbir II Sholawat Doa Sholawat Solawat
Takbir
III
Doa untuk mayyit Do’a bagi
mayyit
Do’a bagi
mayyit
Do’a bagi mayyit
Takbir
IV
- - Do’a -
2. d. Tata cara mendampingi seseorang saat sakarotul maut
1. mengajari mengucapkan tahlil
2. dihadapkan kiblat
3. menghadirkan keluuarga atau shabatnya yang dikenal sholih
4. memperbanyak doa
5. menjauhkan orang yang haid , nifas dan dalam keadaan junub atau apapun yang
dibenci malaikat seperti benda-benda mewah
6. membaca yasin
7. mensugestikan kepada orang yang sekarat tentang persangkaan baik pada Allah bahwa
Allah maha baik dan mengampuni dosa hambanya (Nor Hadi :2008: 105)
e. Tata cara merawat jenazah sebelum dikuburkan
1. memejamkan matanya
2. Mengumumkan kematiannya
3. memandikan jenazah
3. mengkafankan jenazah
4. memberi wewangian
5. menyolatkan
6. menguburkan
f. Syarat sholat janazah
Bagi mayyit :
1. Mayyit muslim
2. Mayyit berada di tempat
3. Sucinya mayyit
3. 4. Mayyit berada di depan
5. Bukan mati syahid
Bagi musholli :
Sama dengan syarat sholat (abdurrahman ibn muhammad ‘aud al-jaziri: 455)
g. rukun shalat jenazah
1. Niat (menurut maliki dan syafii) sedangkan menurut hanafi dan hanbali niat
adalah syarat bukan rukun
2. Takbirotul Ihrom
3. Berdiri
4. Do’a bagi mayyit
Salam setelah takbir yang keempat menurut tiga madzhab kecuali madzhab hanafi.
(abdurrahman ibn muhammad ‘aud al-jaziri: 455)
h. Tata cara sholat janazah
menurut imam madzhab tata cara sholat janazah adalah (abdurrahman ibn
muhammad ‘aud al-jaziri: 452-453)
Hanafiyah:
berdiri di depan dada mayyit → niat shalat janazah→ takbirotul ihrom dengan
mengangkat tangan → membaca pujian → takbir tanpa mengangakat tangan → membaca
shalawat atas nabi → takbir ketiga tanpa mengangkat tangan → berdoa untuk si mayyit
→ takbir keempat dengan tanpa mengangkat tangan → salam 2x (salam pertama
menghadap kanan dengan niat salam bagi orang di sebelah kannanya dan salam kedua
menghadap kiri dengan niat salam bagi orang di sebelah kirinya)
Malikiyah :
berdiri di depan dada mayyit (jika laki-laki) dan pusar (jika perempuan) → niat shalat
janazah→ takbirotul ihrom dengan mengangkat tangan → membaca doa → takbir tanpa
mengangakat tangan → berdoa → takbir ketiga tanpa mengangkat tangan → berdoa
untuk si mayyit → takbir keempat dengan tanpamengangkat tangan → salam menghadap
kanan dengan niat untuk keluar dari sholat
Syafii’yah:
berdiri di depan kepala mayyit (jika laki-laki) atau pusar (jika perempuan) → niat shalat
janazah→ takbirotul ihrom dengan mengangkat tangan → membaca taawudz dan
4. alfatihah→ takbir mengangkat tangan → membaca shalawat atas nabi → takbir ketiga
mengangkat tangan → berdoa untuk si mayyit → takbir keempat dengan mengangkat
tangan → berdoa salam 2x (salam pertama menghadap kanan dengan niat salam bagi
orang di sebelah kannanya dan salam kedua menghadap kiri dengan niat salam bagi
orang di sebelah kirinya)
Hanbaliyah :
berdiri di dada mayyit → niat shalat janazah→ takbirotul ihrom dengan mengangkat
tangan → membaca taawudz dan alfatihah→ takbir mengangkat tangan → membaca
shalawat atas nabi → takbir ketiga mengangkat tangan → berdoa untuk si mayyit →
takbir keempat dengan mengangkat tangan → salam menghadap kanan
5. II. SHOLAT JUMAT
a. Pengertian Sholat Jumat
adalah sholat dua rokaat dilaksanakan pada waktu dzuhur di hari jumat (abdurrahman ibn
muhammad ‘aud al-jaziri:333)
b. Hukum sholat jumat
Sholat jumat hukumnya fardlu bagi orang yang telah sempurna syarat-syaratnya menurut
kesepakatan ulama madzhab (abdurrahman ibn muhammad ‘aud al-jaziri: 333)
c. Syarat Sholat Jumat
syarat-syarat sholat menurut imam madzhab adalah (abdurrahman ibn muhammad ‘aud
al-jaziri: 335-336) :
hanafi:
syarat sholat jumat yang merupakan tambahan dari syart sholat terbagi dua:
1. syarat wajib
1. laki-laki
2. merdeka
3. sehat
4. iqomat di tempat dilaksanakannya sholat jumat
5. berakal
6. baligh
7. syarat sah
1. berada di kota
6. 2. izin sulton
3. masuk waktu shlat jumat
4. khutbah
5. pelaksanaan khutbah sblum sholat
6. jamaah
7. persetujuan imam
maliki:
syarat sholat jumat terbagi dua,
1. syarat wajib
seperti syarat sholat dengan tambahan
1. laki-laki
2. merdeka
3. tidak ada udzur
4. bisa melihat
5. bukan laki-laki yang tua
6. bukan pada waktu panas/dingin yang sangat
7. tidak mengkhawatirkan akan ada orang yang akan berbuat dzolim
8. tidak engkhawatirkan harta (yang sempit) atau jiwanya
9. muqim
10. syarat sah
1. telah menetapnya qoum pada wilayah tersebut
2. hadirnya 12 orang selain imam
3. imam mempunyai dua syarat : muqim dan khotib
4. dua khutbah
5. jamaah
7. Syafiiyah:
1. Syarat wajib :
Syarat sah sholat ditambah dengan syarat yan telah disebutkan maliki kecuali takut dari
orang yang dzolim ditembah dengan
1. Iqomat
2. Muqim dari tempat yang dekat
3. Syarat sah
1. Masuk waktu dengan yakin
2. Pda tempat yang tetap
3. Telah terpenuhi syarat wajib
4. Minimal 40 orang
5. Mendahulukan dua khutbah
Hanafiyah :
1. Syarat wajib
Selain syarat untuk sholat ditambah dengan
1. laki-laki
2. merdeka
3. tidak ada udzur
4. bisa melihat
5. bukan laki-laki yang tua
6. bukan pada waktu panas/dingin yang sangat
7. iqomat
8. tidak mengkhawatirkan akan ada orang yang akan berbuat dzolim
9. tidak engkhawatirkan harta (yang sempit) atau jiwanya
1. Syarat sah
2. Masuk waktu dengan yakin
8. 3. muqim
4. Minimal 40 orang
5. Mendahulukan dua khutbah
d. Waktu sholat jumat
Adalah waktu sholat dhuhur, yakni dai tergelincirnya matahari dari posisi tegak lurus
terhadap benda. (abdurrahman ibn muhammad ‘aud al-jaziri: 333)
e. Khutbah Jumat
1. Rukun Khutbah Sholat jumat (abdurrahman ibn muhammad ‘aud al-jaziri: 346)
Menurut . hanafi :
Yang mutlaq adalah mengingat Allah baik dengan tasbih, takbir atau tahmid
Syafiiyah :
1. Mengucap ‘hamdu lillah”
2. Sholawat atas nabi
3. Wasiyat untuk bertaqwadalam tiap-tiap dua khutbah
4. Membaca satu ayat dari dua khutbah
5. Do’a bagi orang mukmin
Malikiyah :
Memberi kabar gembira atau menakut-nakuti
Hanabilah:
1. Alhamdulillah di awal tiap-tiap khutbah
2. Sholawat
3. Membaca ayat alquran
4. Wasiyat denan taqwa
9. 2. Syarat khutbah sholat jumat
a. didahulukan dari sholat jumat, kecuali maliki
b. niat khutbah menurut hanafi dan hanbali
c. dengan bahasa arab menurut tiga madzhab. Hanafi boleh tidak dengan bahasa arab
d. masuk waktu
e. dengan suara keras
f. antara khutbah dan sholat tidak terpisah dengan waktu yang lama (abdurrahman ibn
muhammad ‘aud al-jaziri: 346)
f. Sunnah Jumat
1. Khutbah diatas mimbar
2. Mimbar terletak di sebelah kanan mihrob
3. Duduk di atas mimbar sebelum khutbah terlebih dahulu
4. Menyibukkan tangan kirinya dengan sesuatu seperti tongkat dsb (Nor Hadi,.
2008: 70-71)
10. 2. Syarat khutbah sholat jumat
a. didahulukan dari sholat jumat, kecuali maliki
b. niat khutbah menurut hanafi dan hanbali
c. dengan bahasa arab menurut tiga madzhab. Hanafi boleh tidak dengan bahasa arab
d. masuk waktu
e. dengan suara keras
f. antara khutbah dan sholat tidak terpisah dengan waktu yang lama (abdurrahman ibn
muhammad ‘aud al-jaziri: 346)
f. Sunnah Jumat
1. Khutbah diatas mimbar
2. Mimbar terletak di sebelah kanan mihrob
3. Duduk di atas mimbar sebelum khutbah terlebih dahulu
4. Menyibukkan tangan kirinya dengan sesuatu seperti tongkat dsb (Nor Hadi,.
2008: 70-71)