Dokumen tersebut membahas tentang pandangan Islam terkait memelihara anjing. Secara umum, Islam hanya mengijinkan memelihara anjing untuk kebutuhan tertentu seperti menjaga ternak atau berburu. Namun, anjing tidak boleh dibawa masuk ke rumah karena dapat mengganggu dan mengotori. Status kenajisan anjing masih diperdebatkan di antara mazhab-mazhab.
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing
1. 1
ANALISA
PERBANDINGAN MADZHAB
“Memelihara Anjing Bukan Untuk Suatu Kebutuhan”
Oleh: Aida Dwi Rahmawati
Email: aidadwiinizuka@gmail.com
A. Latar Belakang
Kebanyakan orang saat ini cenderung memandang jijik terhadap
hewan yang satu ini. Namun, segala sesuatu yang Allah Swt. ciptakan
mesti memiliki keistimewaan tersendiri. Begitu juga dengan anjing.
Ternyata anjing sering pula bermanfaat bagi manusia. Buktinya, tidak
sedikit orang yang merasa aman karena di sekitar rumahnya dijaga anjing.
Demikian halnya dengan para petugas keamanan yang kerap kali
menggunakan jasa anjing pelacak ketika memburu penjahat. Itu artinya
anjing juga banyak membantu manusia.
Lalu, bagaimana dengan memelihara anjing untuk bersenang-senang
saja? Hal semacam ini sering kali dijumpai di perkotaan, terutama mereka
yang tergolong “kaya”. Kita dapati bahwa mereka yang hidup bermewah-
mewahan mengeluarkan dana perawatan anjing-anjingnya demikian besar,
tetapi bakhil memberikannya kepada sesama manusia. Bahkan ada pula
diantara mereka yang tidak hana memberinya makan, tetapi juga
memberikan curahan kasih sayangnya. Sementara ia bersikap dingin
2. 2
terhadap kerabatnya sendiri sesama manusia, melupakan tetangga dan
saudaranya. Gaya hidup seperti ini, menurut para ulama tidaklah sesuai
dengan etika (akhlak) Islam. Atau dalam istilah ulama salaf, tergolong
akhlak yang tidak terpuji.
B. Rumusan Masalah
1. Ada berapa jenis anjing itu?
2. Bagaimana fiqh menghukumi anjing dan juga dengan memeliharanya?
3. Bagaimana pendapat para ulama terhadap masalah ini?
C. Pembahasan
1. Jenis-jenis Anjing
Penting melacak kembali jenis-jenis anjing yang ada saat ini. Menurut
beberapa pendapat ulama, secara umum, anjing memiliki dua jenis:
a) Anjing dalam kategori mu’allamah (terdidik).
Jenis anjing ini sering dimanfaatkan sebagai anjing pemburu,
penjaga ternak, atau penjaga tanaman.
Anjing dapat disebut anjing terdidik/terlatih apabila pemilik anjing
dapat mengendalikan dan mengarahkannya, sehingga bila tuannya
memanggil ia pun menyahut, jika tuannya memerintahkannya
3. 3
untuk berburu, ia pun segera mengejarnya, dan jika disuruh
berhenti ia pun berhenti.1
b) Anjing dalam kategori ghair al-mu’allamah (tidak terdidik atau
liar)
2. Pandangan fiqh tentang anjing dan memelihara anjing
-َينِبِّهَكُي ِح ِاز َىَجْان َنِي ْىُتًَّْهَع اَي َو ُاثَبِّيَّانط ُىُكَن َّم ِحُأ ْمُق ْىُهَن َّم ِحُأ اَذاَي ََكنىُنَْأسَي
( [انًائدة . ْىُكْيَهَع َنْكَسْيَأ اًَِّي ىاُهُكَف ُ َّاَّلل ُىُكًََّهَع اًَِّي َّنُهَنىًُِّهَعُت5:)4]
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “Apakah yang
dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah “Yang dihalalkan bagimu
adalah (makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh
binatang pemburu yang telah kamu latih menurut apa yang telah
diajarkan Allah kepadamu.” [QS. al-Maidah (5): 4].
Anjing sebenarnya sudah mulai akrab bergaul dengan manusia
sejak masa silam. Menjadikannya sebagai penjaga keamanan sudah
sering dilakukan orang zaman dulu. Bahkan, dalam sebuah literatur
dijelaskan bahwa orang yang pertama kali memelihara anjing dan
menggunakannya sebagai penjaga keamanan adalah Nabi Nuh a.s. Apa
1
Yusuf Qardhawi, Halal Haram dalam Islam. Intermedia. Surakarta: 2000. Hal. 105.
4. 4
yang dilakukan oleh Nabi Nuh a.s. ini ternyata terus menjadi kebiasaan
manusia pada perkembangan selanjutnya.2
Mengenai hukum memelihara anjing, dalam sebuah hadis
dijelaskan:
“Barangsiapa memelihara anjing, maka setiap hari pahalanya
akan berkurang seberat satu qirath (2/3 dinar), kecuali anjing
penjaga ternak, anjing pemburu hewan dan penjaga tanaman.”
Berangkat dari hadis inilah, sebagian ulama menghukumi boleh
memelihara anjing selama ada kebutuhan. Lebih jelasnya, Ibnu Abdul
Barr menegaskan bahwa kebolehan itu didasarkan pada jalb al-
manafi’ wa daf’u al-mafasid, seperti menjaga tanaman, ternak,
menanggulangi tindak kriminal, dan lain sebagainya. Hal ini
sebagaimana dicontohkan dalam hadis. Dengan demikian, tanpa ada
kebutuhan, ulama hampir sepakat atas keharaman memelihara anjing.
Namun, sebagian ulama menghukumi makruh. Alasannya, kalau saja
memelihara anjing itu haram, tentu harus berlaku disetiap kondisi,
baik pahalanya berkurang atau tidak, sebagaimana tersebut dalam
hadis. Selanjutnya diantara yang disepakati ulama adalah tentang
keharaman memelihara anjing yang suka menggigit (galak).
2
Abu Yasid, Fikih Kontroversial. Erlangga. Situbondo: 2007. Hal. 125.
5. 5
Selain itu, keberadaan anjing dirumah seorang muslim juga
menjadikan berbagai bejana dan sejenisnya tersentuh najis akibat
jilatan anjing.
Padahal Nabi Saw. bersabda: “Jika anjing menjilat bejana salah
seorang diantara kalian, hendaklah dicuci tujuh kali, satu
diantaranya dengan tanah.” HR. Bukhari.
Tentang hikmah dilarangnya memelihara anjing, sebagian ulama
mengatakan, “Ia menggonggong tamu, menimbulkan rasa takut pada
orang yang minta-minta, dan menganggu orang lewat.”
Sedangkan anjing yang dimiliki untuk keperluan seperti anjing
pemburu atau penjaga kebun, ternak, dan sejenisnya dikecualikan dari
hukum tersebut.
Seperti yang disebutkan dalam hadis Nabi Saw. sebagai berikut:
ََََِّ َْ َ ََُّْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِهللا ُلىُس َز َلاَق َلاَق َة َْسي َسُه ىِبَأ ْنَعتَيِ اَي َ ْهَة َّ ِ ابْهَة َرَاَّتا ِنَي :
و ْىَي َّمُة ِه ِسْجَأ ْنِي َصَقَتْنا ع ْز َش ْوَأ ْديَص ْوَأاط َيسِقوأبى يسهى [زواه .
]داود
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw
bersabda: Barangsiapa yang memelihara anjing, kecuali anjing untuk
menjaga ternak, berburu dan bercocok tanam, maka pahalanya akan
6. 6
berkurang setiap satu hari sebanyak satu qirath.” [HR. Muslim dan
Abu Dawud].
Sebagian ahli fiqh menjadikan hadis tersebut sebagai dalil bahwa
larangan memelihara anjing disini adalah larangan makruh bukan
larangan haram, karena sesuatu yang diharamkan tidak boleh
dipelihara untuk keperluan apa pun, baik hal itu mengurangi pahala
ataupun tidak.3
3. Pendapat ulama
Apabila memelihara anjing itu diperbolehkan, lalu bagaimana
cara merawatnya? Seperti yang diketahui, bahwa anjing itu najis.
Status kenajisan anjing menjadi bahan perbedaan yang masyhur
dikalangan pakar hukum Islam klasik:
a) Menurut Mazhab Syafi’i dan Hanbali
Dengan menganalogikan pada mulut anjing, maka seluruh
anggota tubuhnya yang lain juga dihukumi najis. Mulut
dianggap anggota yang paling mulia. Jika mulut dihukumi
najis, apa lagi anggota yang lain.
b) Menurut Mazhab Abu Hanifah
3
Yusuf Qardhawi, Halal Haram dalam Islam... Hal. 174.
7. 7
Bahwa yang dihukum najis hanyalah air liurnya saja,
sedangkan tubuhnya tetap suci.
c) Menurut Mazhab Maliki
Bahwa ada perintah membasuh tujuh kali itu sama sekali tak
berhubungan dengan kenajisan anjing. Penjelasan yang
sederhana adalah bukan saja anjing, ayam, kucing, burung, dan
hewan-hewan lain yang minum di gelas anda pun kemudian
akan anda basuh gelas itu. Alasan di balik hadis itu adalah
faktor kebersihan belaka. Adapun ketentuan “tujuh kali dan
salah satunya pakai debu” itu tak lain bersifat ta’abbudi (ritual;
tak punya rasionalisasi).
Dengan terkesan lebih melonggarkan hukum, mereka
berpendapat bahwa anjing adalah hewan suci. Mereka
mengajukan sebuat ayat sebagai argumentasinya, yaitu Q.S Al-
Maidah(5): 4.
Artinya: “Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya
untukmu...”.
Secara tersurat, ayat diatas menjelaskan tentang kehalalan
hewan hasil buruan anjing. Sedangkan dari yang tersirat, saat
anjing membawa binatang buruan, maka hal tersebut tak lepas
8. 8
dari keringat dan air liur anjing. Dalam kaitan ini, kita tidak
diperintahkan untuk membasuh hewan hasil buruan tersebut.
Atas dasar pemikiran seperti ini maka anjing tidaklah najis.
D. Hasil Analisis
Dari penjelasan di atas, menurut agama Islam memelihara anjing
hanya dapat diperkenankan untuk kebutuhan-kebutuhan yang penting,
seperti menjaga ternak, menjaga sawah, menjaga rumah, berburu atau
menjadi hewan pelacak. Di luar itu memelihara anjing tidak
diperkenankan. Catatan yang perlu diperhatikan adalah untuk kebutuhan
pengecualian tersebut hendaknya anjing jangan sampai masuk ke dalam
rumah (ruangan yang dihuni manusia), karena hal tersebut akan
menghalangi masuknya kebaikan, karena membuat orang lain tidak
nyaman, merasa takut dan risih. Selain itu keberadaan anjing di luar rumah
harus benar-benar diperhatikan agar jangan sampai menjilati pemiliknya
atau menjilati barang-barang lain yang bersih. Karena jilatan anjing,
sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadis, adalah suatu najis yang
harus dihindari.
9. 9
Daftar Pustaka
Qardhawi, Yusuf. Halal Haram dalam Islam. Intermedia. Surakarta: 2000.
Yasid, Abu. Fikih Kontroversial. Erlangga. Situbondo: 2007.