SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ushul Fiqh membicarakan tentang indikasi-indikasi dan metode
deduksi hukum-hukum fiqh dari sumbernya. Indikasi ini terutama
ditemukan dalam Al Quran dan Sunnah yang merupakan sumber pokok
syariat Islam. Artinya, hukum-hukum fiqh digali dari Al Qur’an dan
Sunnah atas dasar beberapa prinsip dan metode yang dikenal dalam ushul
fiqh. Beberapa penulis menganggap ushul fiqh sebagai metodologi
hukum.1
Sejarah membuktikan bahwa metode yang dipakai para ulama
terdahulu kebanyakan mempergunakan metode penalaran dalam
menghadapi suatu kasus yang tidak ditemukan jawabannya dalam Al
Qur’an, Sunnah, ataupun Ijma’. Kemudian mereka menggunakan berbagai
bentuk analisa salah satunya Qiyas. Hadirnya qiyas sebagai sumber hukum
Islam mendapat tanggapan beragam bagi para mukallaf. Disatu sisi, qiyas
dianggap sebagai inovasi baru dalam dunia hukum Islam. Walaupun
demikian, antara satu madzab fiqh dengan yang lain terjadi perbedaan
dalam menyikapi dan masing-masing madzhab memiliki alasannya
sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, unsur, serta kedudukan qiyas dalam hukum syara’?
2. Apa saja syarat, macam dan tempat berlakunya qiyas?
3. Apa perbedaan antara qiyas dengan ijtihad?
C. Tujuan
1
Kamali, Muhammad Hashim.Prinsip dan Teori-Teori Hukum Islam (Ushul Fiqih). terj.
Noorhaidi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1996. Hlm 1.
1
1. Untuk mengetahui tentang pengertian, unsur, serta kedudukan qiyas
dalam hukum syara’.
2. Untuk mengetahui syarat, macam, dan tempat berlakunya qiyas.
3. Untuk memahami perbedaan antara qiyas dengan ijtihad.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Qiyas
1. Pengertian
Secara etimologis kata “qiyas” berarti “qadar” artinya mengukur,
membandingkan sesuatu dengan semisalnya.2
. Hasby ash Sidieqy
mengartikan qiyas secara bahasa yakni mengukur dan memberi batas.
Menurut istilah ahli ushul ialah: “menghubungkan hukum sesuatu
pekerjaan kepada yang lain, karena kedua pekerjaaan itu sebabnya
sama yang menyebaban hukumnya juga sama”3
. Redaksi yang berbeda
di jelaskan oleh Sulaiman Abdullah mengenai istilah yang
disampaikan oleh ahli ushul yakni: ”qiyas adalah mempersamakan satu
peristiwa hukum yang tidak ditentukan hukumnya oleh nash, dengan
peristiwa hukum yang ditentukan oleh nash bahwa ketentuan
hukumnya sama dengan hukum yang ditentukan nash4
. Tentang arti
qiyas menurut terminology (istilah hukum) terdapat beberapa definisi
berbeda yang saling berdekatan artinya. Diantara definisi-definisi
tersebut yakni:
a) Al-Gazali dalam al-Mustashfa memberi definisi qiyas:
“menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang
2
Amir Syarifuddin. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana. 2008. Hlm158.
3
Teungku Muhammd Hasbi Ash Sidieqy. Pengantar Hukum Islam. Semarang;Pustaka
Rizki Putera. 2001. Hlm 200.
4
Sulaiman Abdullah. Sumber Hukum Islam Permasalahan dan Fleksibilitasnya. Jakarta:
Siinar Grafika 2004. Hlm.82.
2
diketahui dalam hal menetapkan hukum pada keduanya atau
meniadakan hukum dan keduanya disebabkan ada hal yang sama
antara keduanya, dalam penetapan hukum atau peniadaan hukum”.
b) Qadhi Abu Bakar memberikan definisi yang mirip dengan definisi
di atas dan disetujui oleh kebanyakan ulama, yaitu:
“menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang
diketahui dalam hal menetapkan hukum pada keduanya atau
meniadakan hukum dari keduanya disebabkan ada hal yang sama
antara keduanya”.
c) Abu Hasan al-Bashri memberikan definisi: “Menghasilkan
(menetapkan)hokum ashal pada “furu” karena keduanya sama
dalam illat hukum menurut mujtahid”5
. Dan masih banyak lagi
pendapat ulama lainnya.
2. Unsur-unsur Qiyas
Mengenai hakikat qiyas terdapat empat unsur (rukun) pada setiap
qiyas, yaitu:
a) Suatu wadah atau hal yang telah ditetapkan sendiri hukumnya oleh
pembuat hukum. Ini disebut “maqis alaihi” atau “ashal” atau
“musyabah bihi”.
b) Suatu wadah atau hal yang belum ditemukan hukumnya secara
jelas dalam nash syara. Ini disebut
“maqis”atau”furu”atau”musyabbah”.
c) Hukum yang disebutkan sendiri pembuat hukum (syari) pada
Ashal. Berdasarkan kesamaan ashal itu dengan furu,dalam illatnya
para mujtahid dapat menetapkan hukum pada furu . ini disebut
hukum ashal.
5
Syarifuddin,Ushul…,hlm.158-159
3
d) Illat hukum yang terdapat pada ashal dan terlihat pula oleh
mujtahid pada furu.6
3. Qiyas sebagai Dalil Hukum Syara
Dalam hal penerimaan ulama terhadap qiyas sebagai dalil hukum
syara, Muhammad Abu Zahrah membagi tiga kelompok, yaitu:
a) Kelompok jumhur ulama yang menjadikan qiyas sebagai dalil
syara. Mereka menggunakan qiyas dalam hal-hal tidak terdapat
hukumnya dalam nash al-Quran atau Sunnahdan dalam ijma ulama.
Mereka menggunakan qiyas secara tidak berlebihan dan tidak
melampui batas kewajaran.
b) Kelompok ulama Zahiriyah dan Syiah Imamiyah yang menolak
penggunaan qiyas secara mutlak. Zhahiriyah juga menolak
penemuan illat atas suatu hukum Dan tidak menganggap perlu
mengetahui tujuan ditetapkannya suatu hukum syara.
c) Kelompok yang menggunakan qiyas secara luas dan mudah.
Mereka pun berusaha menggabungkan dua hal yang tidak terlihat
kesamaan illat diantara keduanya, kadang-kadang memberi
kekuatan yang lebih tinggi kepada qiyas, sehingga qiyas itu dapat
membatasi keumuman sebagian ayat Al-quran atau Sunnah7
. Dalil
yang dikemukakan jumhur ulama dalam menerima qiyas sebagai
dalil syara adalah:
1) Dalil Al-Quran
a. Allah SWT memberi petunjuk bagi penggunaan qiyas
dengan cara menyamakan dua hal sebagaimana terdapat
dalam surat yasin ayat 78-79
6
Ibid,.hlm.164
7
Ibid.,hlm.164-167
4
z>uŽŸÑur $oYs9 WxsWtB zÓŤtRur ¼çms)ù=yz ( tA$s
% `tB ÄÓ÷Õムz »N sàÏèø9$# }‘Édur Ò ŠO ÏBu‘ ÇÐÑÈ
ö@è% $p Žk Í‹ósムü“Ï%©!$# !$ydr't±Sr& tA¨rr& ;o§tB (
uqèdur Èe@ä3Î/ @,ù=yz í ŠO Î=tæ ÇÐÒÈ
Artinya:”Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia
lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat
menghidupkan tulang belulang, yang Telah hancur
luluh?"Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang
menciptakannya kali yang pertama. dan dia Maha mengetahui
tentang segala makhluk.”
b. Allah menyuruh menggunakan qiyas sebagaiman dipahami
dari beberapa ayat al-Quran seperti dalam surat al-Hasr ayat
2.
c. Firman Allah dalam surat an-Nisa ayat ayat 59.
2) Dalil Sunnah
a. Hadis mengenai percakapan Nabi dengan uadz Ibn Jabal
saat ia diutus ke Yaman untuk menjadi penguasa disana.
b. Nabi member petunjuk kepada sahabatnya tentang
penggunaan qiyas dengan membandingkan antara dua hal,
kemudian mengambil keputusan atas perbandingan tersebut.
3) Atsar Sahabat
Adapun argumentasi jumhur ulama berdasarkan atsar sahabat
dalam penggunaan qiyas adalah:
a. Surat Umar ibn Khatab kepada Abu Musa al-Asyari
sewaktu diutus menjadi qadhi di Yaman.
5
b. Para sahabat Nabi banyak menetapkan pedapatnya
berdasarkan qiyas. Misalnya contoh yang populer adalah
kesepakatan sahabat menggangkat Abu Bakar menjadi
khalifah pengganti Nabi.8
B. Syarat, Macam, dan tempat berlakunya Qiyas
1. Syarat Qiyas
a) Maqis alaihi (tempat menqiyaskan sesuatu kepadanya). Syarat-
syaratnya.
1) Harus ada dalil atau petunjuk yang membolehkan
mengqiyaskan sesuatu kepadanya, baik secara nau’I atau
syakhsi (lingkungan yang sempit atau terbatas).
2) Harus ada kesepakatn ulama tentang adanya illat pada ashal
maqis alaih itu.
b) Maqis (sesuatu yang akan dipersamakan hukumnya dengan ashal)
1) Illat yang terdapat pada furu memiliki kesamaan dengan illat
yang terdapat pada ashal.
2) Harus ada kesamaan antara furu itu dengan ashal dalam hal ilat
maupun hukuum baik yang menyangkut ain atau jenis dalam
arti sama dalam ain illat atau sejenis illat dan sama dalam ain
hokum atau jenis hukum.
3) Ketetapan pada hukum tidak menyalahi dalil qat’i.
4) Tidak terdapat penentang hukum lain yang lebih kuat terhadap
hukum pada furu dan hukum dalam penentang itu berlawan
dengan illat qiyas itu.
8
Ibid.,hlm.164-172
6
5) Furu itu tidak pernah diatur hukumnya dalam nash tertentu.
6) Furu itu tidak mendahului ashal dalam keberadaannya.
c) Hukum Ashal
Hukum yang terdapat pada suatu wadah maqis alaihi yang
ditetapkan hukumnya berdasarkan nash dan hukum itu pula yang
akan diberlakukan pada furu. Adapu yang menjadi syarat-
syaratnya.
1) Hukum ashal itu adalah hukum syara, karena tujuan qias syari
adalah untuk mengetahui hukum syara pada furu.
2) Hukum ashal itu ditetapkan dengan nash bukan dengan qiyas.
3) Hukum ashal itu adalah hukum yang tetap berlaku, bukan
hukum yang telah di nasakh.
4) Hukum ashal itu tidak menyimpang dari ketentuan qiyas.
5) Hukum ashal itu harus disepakati oleh ulama.
6) Dalil yang menetapkan hukum ashal secara langsung tidak
menjangkau kepada furu.
d) Illat
Illat adalah sifat yang menjadi kaitan bagi adanya suatu hukum.
1) Bentuk-bentuk illat
a. Sifat hakiki, yaitu yang dapat dicapai oleh akal dengan
sendirinya tanpa bergantung kepada urf atau lainnya.
b. Sifat hissy, yaitu sifat atau sesuatu yang dapat diamati oleh
7
alat indra.
c. Sifat urfi, yaitu sifat yang tidak dapat diukur namun dapat
dirasakan bersama.
d. Sifat lughawi, yaitu sifat yang dapat diketahui dari
penamaannya dalam artian bahasa.
e. Sifat syar’i, yaitu sifat yang keadaannya sebagai bentuk
hukum syar’i dijadikan alasan untuk menetapkan sesuatu
hukum.
f. Sifat murakkab, yaitu bergabungnya beberapa sifat yang
menjadi alasan adanya suatu hukum.
2) Fungsi illat
a) Penyebab/penetap yaitu illat yang dalam hubungannya
dengan hukum merupakan penyebab atau penetap adanya
hukum, baik dengan nama mu’arif ,muassir, atau baits.
b) Penolak yaitu illat yang keberadaannya menghalangi hukum
yang akan terjadi, tetapi tuidak mencabut hukum itu
seandainya ilat tersebut terdapat pada saat hukum tengah
beraku.
c) Pencabut, yaitu illat yang mencabut kelangsungan suatu
hukum bila illat itu terjadi dalam masa tersebut.
d) Penolak atau pencegah, yakni illat yang hubungannya
dengan hukum dapat mencegah terjadinya suatu hukum dan
sekaligus dapat mencabutnya bila hukum itu telah
berlangsung.
3) Syarat-syarat illat
8
a) Illat itu harus mengandung hikmah yang mendorong
pelaksanaan suatu hukum dan dapat dijadikan sebagai
kaitan hukum.
b) Illat itu adalah suatu sifat yang jelas dan dapat disaksikan.
c) Illat itu harus dalam bentuk sifat yang terukur, keadaannya
jelas dan terbatas, sehingga tidak tercampur dengan yang
lainnya.
d) Harus ada hubungan kesesuaian dan kelayakan antara
hukum dengan sifat yang akan menjadi illat.
e) Illat itu harus mempunyai daya rentang.
f) Tidak ada dalil yang menyatakan bahwa sifat itu tidak
dipandang untuk menjadi illat.9
2. Macam-macam Qiyas
Pembagian qiyas dapat dilihat dari berbagai segi sebagai berikut:
1) Pembagian qiyas dari segi kekuatan illat yang terdapat pada furu,
dibandingkan pada ilat yang terdapat pada ashal.
a) Qiyas awlawi, yaitu qiyas yang berlakunya hukum pada furu
lebih kuat dari pemberlakuan hukum pada ashal karena kekuatan
illat pada furu.
b) Qiyas musawi, yaitu qiyas yang berlakunya hukum pada furu
sama keadannya dengan berlakunya hukum pada ashal karena
kekuatan illatnya sama.
9
Ibid,.hlm.180-193
9
c) Qiyas adwan, yaitu yang yang berlakunya hukum pada furu
lebih lemah dibandingkan dengan berlakunya hukum pada ashal
meskipu qiuas tersebut memenuhi persyaratan.
2) Pembagian qiyas dari segi kejelasan illatnya.
a) Qiyas jali, yaitu qiyas yang illlatnya ditetapkan dalam nash
bersamaan dengan penetapan hukum ashal atau tidak ditetapkan
illat itu dalam nash, namun titik pembedaan antara ashal dengan
furu dapat dipastikan tidak ada pengaruhnya.
b) Qiyas khafi, yaitu qiyas yang illatnya tidak disebutkan dalam
nash. Maksudnya diistinbatkan dari hukum ashal yang
memungkinkan kedudukan illatnya bersifat zhanni.
3) Pembagian qiyas dari segi keserasian illatnya dengan hukum.
a) Qiyas muatsir, yang diibaratkan dengan dua definisi:
Pertama, qiyas yang illat penghubung antara ashal dan furu
ditetapkan dengan nash yang syarih atau ijma. Kedua,qiyas yang
ain sifat (sifat itu sendiri) yang menghuubungkan ashaldengan
furu itu berpengaruh terhadap ain hukum.
b) Qiyas mulaim, yaitu qiyas yang illat hukum ashal dalam
hubungannya dengan hukum haram adalah dalam bentuk
munasib mulaim.
4) Pembagian qiyas dari segi dijelaskan atau tidaknya illat pada qiyas
itu.
a) Qiyas ma’na atau qiyas dalam makna ashal, yaitu qiyas yang
meskipun illatnya tidak dijelaskan dalam qiyas namun antar
ashal dengan furu tidak dapat dibedakan, sehingga furu itu
seolah-olah ashal itu sendiri.
10
b) Qiyas illat, yaitu qiyas yang illatnya dijelaskan dan illat tersebut
merupakan pendorong bagi berlakunya hukum dalam ashal.
c) Qiyas dilalah, yaitu qiyas yang illatnya bukan pendorong bagi
penerapan hukum itu sendiri namun ia merupakan keharusan
(kelaziman) bagi illat yang memberi petunjuk akan adanya illat.
5) Pembagian qiyas dari segi metode (masalik) yang digunakan dalam
ashal dan dalam furu.
a) Qiyas ikhalah, yaitu qiyas yang illat hukumnya ditetapkan
melalui metode munasabah dan ikhalah.
b) Qiyas syabah, yaitu qiyas yang hukum ashalnya ditetapkan
melalui metode syabah.
c) Qiyas sabru, yaitu qiyas yang illat hukum ashalnya ditetapkan
melalui metode sabru wa taqsim.
d) Qiyas thard, yaitu qiyas yang illat hukum ashalnya ditetapkan
melalui thard.10
3. Tempat Berlakunya Qiyas
Sebagian ulama diantara Imam Syafi’I berpendapat bahwa qiyas
berlaku pada semua hukum syariah, meskipun dalam perkara hudud,
kafarat, taqditar (hukum-hukum yang telah ditetapkan) dan hukum-
hukum rukhsah, yakni hukum-hukum perkecualian, apabila syarat-
syaratnya sudah terpenuhi. Sebab dalil yang mendukung atas
kehujjahannya tidak membeda-bedakan antara satu macam hukum
dengan hukum-hukum lainnya.
Ulama dari golongan Hanafiyah berpendapat bahwa qiyas tidak
berlaku pada masalah hudud (pidana yang telah ditetapkan nash).
10
Ibid.,hlm.219-223, dan Ash Sidieqy, Pengantar.., hlm.203-214
11
Sebab ia termasuk batas yang telah ditetapkan Allah yang tidak bisa
diketahui illatnya oleh akal. Seperti seratus cambukan bagi pezina.
Disamping itu ialah karena dapat ditolak atau dihilangkan dengan
kesyubhatan (ketidak jelasan terjadinya). Sedangkan qiyas juga subhat,
sebab ia menunjukan pada hukum dengan cara dzanny bukan qat’i.
Maka uqubat yang telah diwajibkan tidak bisa ditetapkan kecuali
dengan dalil yang qat’i. Adapun soal uqubat yang tidak ditentukan
bentuk pidananya, yang disebut dengan “Ta’zir” maka qiyas dalam
soal ini dapat berlaku. Demikian menurut kesepakatan para ulama
Fiqh.
Qiyas juga tidak berlaku dalam soal kafarat. Sebab, kafarat juga
berarti uqubat, maka hukumnyapun sama dengan uqubat. Demikian
pula qiyas tidak berlaku pada soal rukhsah, sebab ia merupakan hadiah
ari Allah SWT, maka tidak berlaku qiyas padanya.
Begitu juga qiyas tidak berlaku dalam masalah ibadah. Maka
qiyas tidak berlaku pada pokok-pokok ibadah. Dan tidak sah
menciptakan ibadah dengan cara mengqiyaskan pada ibadah yang
sudah ada ketetapannya. Qiyas juga tidak berlaku pada sesuatu yang
akal tidak mengetahui maksud dan tujuannya baik dari segi hukum
maupun bagian-bagiannya, sehingga tidak boleh mensyariatkan
sesuatu ibadah yang tidak diizinkan Allah SWT.11
11
Syarmin Syukur, Sumber-Sumber Hukum Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1993. hlm.167-
168.
12
C. Perbedaan Antara Ijtihad Dengan Qiyas
Ijtihad mengenai kejadia-kejadian baik yang ada nash, tetapi dzanni
wurudnya dan dalalahnya dan yang tak ada nash. Ijtihad yang ada nash
dzanni, adalah untuk menentukan apa yang harus kita pahami dan untuk
mengetahui apakah itu ‘am atau khas. Dan kalau dia ‘am apakah dia masih
tetap ‘am atau mutlaq atau mukayyad. Ijtihad terhadap yang tidak ada nash
ialah menetapkan hukumnya dengan jalan qiyas, istihsan, mashlahah
mursalah, ataupun dengan dalil yang lain yang dibenarkan syara.
Bidang qiyas ialah kejadian-kejadian yang tidak ada nash tetapi
terdapat dalam syara, sesuatu pokok untuk diqiyaskan kepadanya. Maka
qiyas adalah sesuatu sumber ijtihad, sedang ijtihad itu lebih umum dari
pada qiyas. Dan kadang pula ijtihad dengan qiyas dipandang sama.
Diantara perbedaan-perbedaan ijtihad dengan qiyas ialah qiyas yidak dapat
berlaku dalam bidang ibadah, hudud dan kafarat, sementara ijtihad dapat
dilakukan disegala bidang.12
12
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh. Semarang: Pustaka
Rizki utra. 1997. hlm.201-202.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qiyas adalah suatu cara penggunaan ra’yu untuk menggali hukum
syara dalam hal yang nash Al-Quran dan Sunnah tidak menetapkan
hukumnya secara jelas. Ada dua macam cara penggunaan ra’yu yakni
penggunaan ra’yu yang masih merujuk kapada nash dan penggunaan ra’yu
secara bebas tanpa mengaitkannya kepada nash. Bentuk pertama secara
sederhana disebut qiyas. Dasar qiyas adalah adanya kaitan yang erat antara
hukum dan sebab.
Hal-hal atau kasus yang ditetapkan Allah hukumnya sering
mempunyai kesamaan dengan kasus lain yang tidak ditetapkan hukumnya.
Meskipun asus lain itu tidak dijelaskan hukumnya oleh Allah, namun
karena adanya kesamaan dalam hal sifatnya dengan kasus yang ditetapkan
hukumnya, maka hukum yang sudah ditetapkan dapat diberlakukan
kepada kasus lain tersebut.
Atas dasar keyakinan bahwa tidak ada yang luput dari hukum
Allah,maka setiap muslim meyakini bahwa setiap peristiwa yang terjadi
pasti ada hukumnya. Sebagian hukum dapat dilihat secara jelas dalam nash
syara namun sebagian lain tidak jelas. Dengan konsep mumatsalah
peristiwa yang tidak jelas hukumnya itu dapat disamakan hukumnya
dengan yang ada hukumnya dalam nash. Usaha meng-istinbath dan
penetapan hukum yang menggunakan metode penyamaan ini disebut
ulama ushul dengan qiyas (analogi).
14
B. Saran
Semoga dengan adanya pembahasan makalah kami dapat menjadi
masukan dan sumber pengetahuan bagi semua orang dan semoga
bermanfaat. Kami menyadari sepenuhnya bahwa kami hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari salah dan lupa, oleh sebab itu kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat
harapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak terutama
dari dosen yang bersangkutan, agar kedepannya dapat membuat yang lebih
baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sulaiman. Sumber Hukum Islam Permasalahan dan Fleksibilitasnya.
Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
As Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Pengantar Hukum Islam. Semarang:
Pustaka Rizki Putra. 1997 Pengantar Ilmu Fiqh. Semarang: Pustaka Rizki
Putra,1997.
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya Al Jumanatul Ali.
Bandung: Penerbit J-ART. 2004.
Hallaq, Wael B. Sejarah Teori Hukum Islam Pengantar Untuk Ushul Fiqh
Mazhab Sunni. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2001.
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh I. Jakarta: Kencana. 2009.
Syukur, Syarmin. Sumber-Sumber Hukum Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1993.
16

Contenu connexe

Tendances

Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAHPEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAHAlfiseptina
 
Qiyas sebagai sumber hukum islam
Qiyas sebagai sumber hukum islamQiyas sebagai sumber hukum islam
Qiyas sebagai sumber hukum islamAline AR
 
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihadMakalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihadInternet Explorer
 
MAKALAH_SUMBER_HUKUM_ISLAM.docx
MAKALAH_SUMBER_HUKUM_ISLAM.docxMAKALAH_SUMBER_HUKUM_ISLAM.docx
MAKALAH_SUMBER_HUKUM_ISLAM.docxFachriMufti
 
Pembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqihPembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqihALI FIKRI
 
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafterUshul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafterMiftah Iqtishoduna
 
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)Hilmy Fauzan Rafi
 
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
01. pendahuluan ushul fiqh
01. pendahuluan  ushul fiqh01. pendahuluan  ushul fiqh
01. pendahuluan ushul fiqhasnin_syafiuddin
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMuli Bluelovers
 

Tendances (20)

Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
 
Makalah ijtihad
Makalah ijtihadMakalah ijtihad
Makalah ijtihad
 
Makalah u. fiqh
Makalah u. fiqhMakalah u. fiqh
Makalah u. fiqh
 
8 qowaid fiqhiyah
8 qowaid fiqhiyah8 qowaid fiqhiyah
8 qowaid fiqhiyah
 
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAHPEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
 
08 isi pelajaran
08 isi pelajaran08 isi pelajaran
08 isi pelajaran
 
Qiyas sebagai sumber hukum islam
Qiyas sebagai sumber hukum islamQiyas sebagai sumber hukum islam
Qiyas sebagai sumber hukum islam
 
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihadMakalah  metode ijtihad dan macam macam ijtihad
Makalah metode ijtihad dan macam macam ijtihad
 
tugas ushul fiqh
tugas ushul fiqhtugas ushul fiqh
tugas ushul fiqh
 
MAKALAH_SUMBER_HUKUM_ISLAM.docx
MAKALAH_SUMBER_HUKUM_ISLAM.docxMAKALAH_SUMBER_HUKUM_ISLAM.docx
MAKALAH_SUMBER_HUKUM_ISLAM.docx
 
Qiyas
QiyasQiyas
Qiyas
 
Pembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqihPembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqih
 
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafterUshul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
Ushul fiqh ijtihad PDF Miftah'll everafter
 
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
Ijtihad sebagai sumber dan metode study islam (autosaved)
 
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
 
01. pendahuluan ushul fiqh
01. pendahuluan  ushul fiqh01. pendahuluan  ushul fiqh
01. pendahuluan ushul fiqh
 
Ta'wil dan nasakh
Ta'wil dan nasakh Ta'wil dan nasakh
Ta'wil dan nasakh
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
01 02 pendahuluan
01 02 pendahuluan01 02 pendahuluan
01 02 pendahuluan
 
Pengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyahPengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyah
 

Similaire à Qiyas

Kata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxKata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxRaja Aidil Angkat
 
Fiqh ushul fiqh
Fiqh ushul fiqhFiqh ushul fiqh
Fiqh ushul fiqhhamdan tik
 
Pertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptx
Pertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptxPertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptx
Pertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptxFauziahNurHutauruk
 
Ijma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasIjma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasRikza Adhia
 
Sumber Hukum Islam
Sumber Hukum IslamSumber Hukum Islam
Sumber Hukum Islamheckaathaya
 
Alqur'an dan hadits_adalah_pedoman_hidup (1)
Alqur'an dan hadits_adalah_pedoman_hidup (1)Alqur'an dan hadits_adalah_pedoman_hidup (1)
Alqur'an dan hadits_adalah_pedoman_hidup (1)jiran muhammad
 
Alqur’an dan hadits_adalah_pedoman_hidup[1]
Alqur’an dan hadits_adalah_pedoman_hidup[1]Alqur’an dan hadits_adalah_pedoman_hidup[1]
Alqur’an dan hadits_adalah_pedoman_hidup[1]jiran muhammad
 
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Jingga Matahari
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamkhumairoh
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamkhumairoh
 
Materi sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfMateri sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfagyana_nadian
 
Qawaid fiqh koleksi pt 1
Qawaid fiqh koleksi pt 1Qawaid fiqh koleksi pt 1
Qawaid fiqh koleksi pt 1Amiruddin Ahmad
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamRisqi19
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamDewwii Casono
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamwiki_tuwi23
 

Similaire à Qiyas (20)

ijma dan qiyas
ijma dan qiyas ijma dan qiyas
ijma dan qiyas
 
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxKata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
 
Ijma’ dan Qiyas.pdf
Ijma’ dan Qiyas.pdfIjma’ dan Qiyas.pdf
Ijma’ dan Qiyas.pdf
 
Ijma’ dan Qiyas.docx
Ijma’ dan Qiyas.docxIjma’ dan Qiyas.docx
Ijma’ dan Qiyas.docx
 
Fiqh ushul fiqh
Fiqh ushul fiqhFiqh ushul fiqh
Fiqh ushul fiqh
 
Thaharah (bersuci)
Thaharah (bersuci)Thaharah (bersuci)
Thaharah (bersuci)
 
Pertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptx
Pertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptxPertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptx
Pertemuan 7-Qawaid_ushuliyah_ppt.pptx
 
Ijma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyasIjma’ dan qiyas
Ijma’ dan qiyas
 
Ilmu nasikh mansukh
Ilmu nasikh mansukhIlmu nasikh mansukh
Ilmu nasikh mansukh
 
Sumber Hukum Islam
Sumber Hukum IslamSumber Hukum Islam
Sumber Hukum Islam
 
Alqur'an dan hadits_adalah_pedoman_hidup (1)
Alqur'an dan hadits_adalah_pedoman_hidup (1)Alqur'an dan hadits_adalah_pedoman_hidup (1)
Alqur'an dan hadits_adalah_pedoman_hidup (1)
 
Alqur’an dan hadits_adalah_pedoman_hidup[1]
Alqur’an dan hadits_adalah_pedoman_hidup[1]Alqur’an dan hadits_adalah_pedoman_hidup[1]
Alqur’an dan hadits_adalah_pedoman_hidup[1]
 
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
Syari’at, fiqh, dan ushul fiqh
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islam
 
Materi sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islamMateri sumber hukum_islam
Materi sumber hukum_islam
 
Materi sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdfMateri sumber-hukum-islam pdf
Materi sumber-hukum-islam pdf
 
Qawaid fiqh koleksi pt 1
Qawaid fiqh koleksi pt 1Qawaid fiqh koleksi pt 1
Qawaid fiqh koleksi pt 1
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 
Materi sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islamMateri sumber-hukum-islam
Materi sumber-hukum-islam
 

Plus de aidadwiinizuka.blogspot.com

Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)aidadwiinizuka.blogspot.com
 
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkupBimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkupaidadwiinizuka.blogspot.com
 
Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)
Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)
Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)aidadwiinizuka.blogspot.com
 
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI aidadwiinizuka.blogspot.com
 
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe BelajarTaksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajaraidadwiinizuka.blogspot.com
 

Plus de aidadwiinizuka.blogspot.com (14)

Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
 
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkupBimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing
Analisa tentang Kebiasaan Memelihara AnjingAnalisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing
Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing
 
Psikologi agama sebagai disiplin ilmu
Psikologi agama sebagai disiplin ilmuPsikologi agama sebagai disiplin ilmu
Psikologi agama sebagai disiplin ilmu
 
Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)
Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)
Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)
 
Makna Puasa Wajib bagi Kehidupan Sehari-hari
Makna Puasa Wajib bagi Kehidupan Sehari-hariMakna Puasa Wajib bagi Kehidupan Sehari-hari
Makna Puasa Wajib bagi Kehidupan Sehari-hari
 
Cerita yang gak tahu arahnya kemana
Cerita yang gak tahu arahnya kemanaCerita yang gak tahu arahnya kemana
Cerita yang gak tahu arahnya kemana
 
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI
 
Makalah Akhlak Mahmudah PDF
Makalah Akhlak Mahmudah PDFMakalah Akhlak Mahmudah PDF
Makalah Akhlak Mahmudah PDF
 
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe BelajarTaksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
 
Teori Pembelajaran PPT
Teori Pembelajaran PPTTeori Pembelajaran PPT
Teori Pembelajaran PPT
 
Tujuan Proses Pendidikan Islam PPT
Tujuan Proses Pendidikan Islam PPTTujuan Proses Pendidikan Islam PPT
Tujuan Proses Pendidikan Islam PPT
 
SPI ppt
SPI pptSPI ppt
SPI ppt
 

Dernier

PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 

Dernier (20)

PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 

Qiyas

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ushul Fiqh membicarakan tentang indikasi-indikasi dan metode deduksi hukum-hukum fiqh dari sumbernya. Indikasi ini terutama ditemukan dalam Al Quran dan Sunnah yang merupakan sumber pokok syariat Islam. Artinya, hukum-hukum fiqh digali dari Al Qur’an dan Sunnah atas dasar beberapa prinsip dan metode yang dikenal dalam ushul fiqh. Beberapa penulis menganggap ushul fiqh sebagai metodologi hukum.1 Sejarah membuktikan bahwa metode yang dipakai para ulama terdahulu kebanyakan mempergunakan metode penalaran dalam menghadapi suatu kasus yang tidak ditemukan jawabannya dalam Al Qur’an, Sunnah, ataupun Ijma’. Kemudian mereka menggunakan berbagai bentuk analisa salah satunya Qiyas. Hadirnya qiyas sebagai sumber hukum Islam mendapat tanggapan beragam bagi para mukallaf. Disatu sisi, qiyas dianggap sebagai inovasi baru dalam dunia hukum Islam. Walaupun demikian, antara satu madzab fiqh dengan yang lain terjadi perbedaan dalam menyikapi dan masing-masing madzhab memiliki alasannya sendiri. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian, unsur, serta kedudukan qiyas dalam hukum syara’? 2. Apa saja syarat, macam dan tempat berlakunya qiyas? 3. Apa perbedaan antara qiyas dengan ijtihad? C. Tujuan 1 Kamali, Muhammad Hashim.Prinsip dan Teori-Teori Hukum Islam (Ushul Fiqih). terj. Noorhaidi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1996. Hlm 1. 1
  • 2. 1. Untuk mengetahui tentang pengertian, unsur, serta kedudukan qiyas dalam hukum syara’. 2. Untuk mengetahui syarat, macam, dan tempat berlakunya qiyas. 3. Untuk memahami perbedaan antara qiyas dengan ijtihad. BAB II PEMBAHASAN A. Qiyas 1. Pengertian Secara etimologis kata “qiyas” berarti “qadar” artinya mengukur, membandingkan sesuatu dengan semisalnya.2 . Hasby ash Sidieqy mengartikan qiyas secara bahasa yakni mengukur dan memberi batas. Menurut istilah ahli ushul ialah: “menghubungkan hukum sesuatu pekerjaan kepada yang lain, karena kedua pekerjaaan itu sebabnya sama yang menyebaban hukumnya juga sama”3 . Redaksi yang berbeda di jelaskan oleh Sulaiman Abdullah mengenai istilah yang disampaikan oleh ahli ushul yakni: ”qiyas adalah mempersamakan satu peristiwa hukum yang tidak ditentukan hukumnya oleh nash, dengan peristiwa hukum yang ditentukan oleh nash bahwa ketentuan hukumnya sama dengan hukum yang ditentukan nash4 . Tentang arti qiyas menurut terminology (istilah hukum) terdapat beberapa definisi berbeda yang saling berdekatan artinya. Diantara definisi-definisi tersebut yakni: a) Al-Gazali dalam al-Mustashfa memberi definisi qiyas: “menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang 2 Amir Syarifuddin. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana. 2008. Hlm158. 3 Teungku Muhammd Hasbi Ash Sidieqy. Pengantar Hukum Islam. Semarang;Pustaka Rizki Putera. 2001. Hlm 200. 4 Sulaiman Abdullah. Sumber Hukum Islam Permasalahan dan Fleksibilitasnya. Jakarta: Siinar Grafika 2004. Hlm.82. 2
  • 3. diketahui dalam hal menetapkan hukum pada keduanya atau meniadakan hukum dan keduanya disebabkan ada hal yang sama antara keduanya, dalam penetapan hukum atau peniadaan hukum”. b) Qadhi Abu Bakar memberikan definisi yang mirip dengan definisi di atas dan disetujui oleh kebanyakan ulama, yaitu: “menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui dalam hal menetapkan hukum pada keduanya atau meniadakan hukum dari keduanya disebabkan ada hal yang sama antara keduanya”. c) Abu Hasan al-Bashri memberikan definisi: “Menghasilkan (menetapkan)hokum ashal pada “furu” karena keduanya sama dalam illat hukum menurut mujtahid”5 . Dan masih banyak lagi pendapat ulama lainnya. 2. Unsur-unsur Qiyas Mengenai hakikat qiyas terdapat empat unsur (rukun) pada setiap qiyas, yaitu: a) Suatu wadah atau hal yang telah ditetapkan sendiri hukumnya oleh pembuat hukum. Ini disebut “maqis alaihi” atau “ashal” atau “musyabah bihi”. b) Suatu wadah atau hal yang belum ditemukan hukumnya secara jelas dalam nash syara. Ini disebut “maqis”atau”furu”atau”musyabbah”. c) Hukum yang disebutkan sendiri pembuat hukum (syari) pada Ashal. Berdasarkan kesamaan ashal itu dengan furu,dalam illatnya para mujtahid dapat menetapkan hukum pada furu . ini disebut hukum ashal. 5 Syarifuddin,Ushul…,hlm.158-159 3
  • 4. d) Illat hukum yang terdapat pada ashal dan terlihat pula oleh mujtahid pada furu.6 3. Qiyas sebagai Dalil Hukum Syara Dalam hal penerimaan ulama terhadap qiyas sebagai dalil hukum syara, Muhammad Abu Zahrah membagi tiga kelompok, yaitu: a) Kelompok jumhur ulama yang menjadikan qiyas sebagai dalil syara. Mereka menggunakan qiyas dalam hal-hal tidak terdapat hukumnya dalam nash al-Quran atau Sunnahdan dalam ijma ulama. Mereka menggunakan qiyas secara tidak berlebihan dan tidak melampui batas kewajaran. b) Kelompok ulama Zahiriyah dan Syiah Imamiyah yang menolak penggunaan qiyas secara mutlak. Zhahiriyah juga menolak penemuan illat atas suatu hukum Dan tidak menganggap perlu mengetahui tujuan ditetapkannya suatu hukum syara. c) Kelompok yang menggunakan qiyas secara luas dan mudah. Mereka pun berusaha menggabungkan dua hal yang tidak terlihat kesamaan illat diantara keduanya, kadang-kadang memberi kekuatan yang lebih tinggi kepada qiyas, sehingga qiyas itu dapat membatasi keumuman sebagian ayat Al-quran atau Sunnah7 . Dalil yang dikemukakan jumhur ulama dalam menerima qiyas sebagai dalil syara adalah: 1) Dalil Al-Quran a. Allah SWT memberi petunjuk bagi penggunaan qiyas dengan cara menyamakan dua hal sebagaimana terdapat dalam surat yasin ayat 78-79 6 Ibid,.hlm.164 7 Ibid.,hlm.164-167 4
  • 5. z>uŽŸÑur $oYs9 WxsWtB zÓŤtRur ¼çms)ù=yz ( tA$s % `tB ÄÓ÷Õムz »N sàÏèø9$# }‘Édur Ò ŠO ÏBu‘ ÇÐÑÈ ö@è% $p Žk Í‹ósムü“Ï%©!$# !$ydr't±Sr& tA¨rr& ;o§tB ( uqèdur Èe@ä3Î/ @,ù=yz í ŠO Î=tæ ÇÐÒÈ Artinya:”Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang Telah hancur luluh?"Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan dia Maha mengetahui tentang segala makhluk.” b. Allah menyuruh menggunakan qiyas sebagaiman dipahami dari beberapa ayat al-Quran seperti dalam surat al-Hasr ayat 2. c. Firman Allah dalam surat an-Nisa ayat ayat 59. 2) Dalil Sunnah a. Hadis mengenai percakapan Nabi dengan uadz Ibn Jabal saat ia diutus ke Yaman untuk menjadi penguasa disana. b. Nabi member petunjuk kepada sahabatnya tentang penggunaan qiyas dengan membandingkan antara dua hal, kemudian mengambil keputusan atas perbandingan tersebut. 3) Atsar Sahabat Adapun argumentasi jumhur ulama berdasarkan atsar sahabat dalam penggunaan qiyas adalah: a. Surat Umar ibn Khatab kepada Abu Musa al-Asyari sewaktu diutus menjadi qadhi di Yaman. 5
  • 6. b. Para sahabat Nabi banyak menetapkan pedapatnya berdasarkan qiyas. Misalnya contoh yang populer adalah kesepakatan sahabat menggangkat Abu Bakar menjadi khalifah pengganti Nabi.8 B. Syarat, Macam, dan tempat berlakunya Qiyas 1. Syarat Qiyas a) Maqis alaihi (tempat menqiyaskan sesuatu kepadanya). Syarat- syaratnya. 1) Harus ada dalil atau petunjuk yang membolehkan mengqiyaskan sesuatu kepadanya, baik secara nau’I atau syakhsi (lingkungan yang sempit atau terbatas). 2) Harus ada kesepakatn ulama tentang adanya illat pada ashal maqis alaih itu. b) Maqis (sesuatu yang akan dipersamakan hukumnya dengan ashal) 1) Illat yang terdapat pada furu memiliki kesamaan dengan illat yang terdapat pada ashal. 2) Harus ada kesamaan antara furu itu dengan ashal dalam hal ilat maupun hukuum baik yang menyangkut ain atau jenis dalam arti sama dalam ain illat atau sejenis illat dan sama dalam ain hokum atau jenis hukum. 3) Ketetapan pada hukum tidak menyalahi dalil qat’i. 4) Tidak terdapat penentang hukum lain yang lebih kuat terhadap hukum pada furu dan hukum dalam penentang itu berlawan dengan illat qiyas itu. 8 Ibid.,hlm.164-172 6
  • 7. 5) Furu itu tidak pernah diatur hukumnya dalam nash tertentu. 6) Furu itu tidak mendahului ashal dalam keberadaannya. c) Hukum Ashal Hukum yang terdapat pada suatu wadah maqis alaihi yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash dan hukum itu pula yang akan diberlakukan pada furu. Adapu yang menjadi syarat- syaratnya. 1) Hukum ashal itu adalah hukum syara, karena tujuan qias syari adalah untuk mengetahui hukum syara pada furu. 2) Hukum ashal itu ditetapkan dengan nash bukan dengan qiyas. 3) Hukum ashal itu adalah hukum yang tetap berlaku, bukan hukum yang telah di nasakh. 4) Hukum ashal itu tidak menyimpang dari ketentuan qiyas. 5) Hukum ashal itu harus disepakati oleh ulama. 6) Dalil yang menetapkan hukum ashal secara langsung tidak menjangkau kepada furu. d) Illat Illat adalah sifat yang menjadi kaitan bagi adanya suatu hukum. 1) Bentuk-bentuk illat a. Sifat hakiki, yaitu yang dapat dicapai oleh akal dengan sendirinya tanpa bergantung kepada urf atau lainnya. b. Sifat hissy, yaitu sifat atau sesuatu yang dapat diamati oleh 7
  • 8. alat indra. c. Sifat urfi, yaitu sifat yang tidak dapat diukur namun dapat dirasakan bersama. d. Sifat lughawi, yaitu sifat yang dapat diketahui dari penamaannya dalam artian bahasa. e. Sifat syar’i, yaitu sifat yang keadaannya sebagai bentuk hukum syar’i dijadikan alasan untuk menetapkan sesuatu hukum. f. Sifat murakkab, yaitu bergabungnya beberapa sifat yang menjadi alasan adanya suatu hukum. 2) Fungsi illat a) Penyebab/penetap yaitu illat yang dalam hubungannya dengan hukum merupakan penyebab atau penetap adanya hukum, baik dengan nama mu’arif ,muassir, atau baits. b) Penolak yaitu illat yang keberadaannya menghalangi hukum yang akan terjadi, tetapi tuidak mencabut hukum itu seandainya ilat tersebut terdapat pada saat hukum tengah beraku. c) Pencabut, yaitu illat yang mencabut kelangsungan suatu hukum bila illat itu terjadi dalam masa tersebut. d) Penolak atau pencegah, yakni illat yang hubungannya dengan hukum dapat mencegah terjadinya suatu hukum dan sekaligus dapat mencabutnya bila hukum itu telah berlangsung. 3) Syarat-syarat illat 8
  • 9. a) Illat itu harus mengandung hikmah yang mendorong pelaksanaan suatu hukum dan dapat dijadikan sebagai kaitan hukum. b) Illat itu adalah suatu sifat yang jelas dan dapat disaksikan. c) Illat itu harus dalam bentuk sifat yang terukur, keadaannya jelas dan terbatas, sehingga tidak tercampur dengan yang lainnya. d) Harus ada hubungan kesesuaian dan kelayakan antara hukum dengan sifat yang akan menjadi illat. e) Illat itu harus mempunyai daya rentang. f) Tidak ada dalil yang menyatakan bahwa sifat itu tidak dipandang untuk menjadi illat.9 2. Macam-macam Qiyas Pembagian qiyas dapat dilihat dari berbagai segi sebagai berikut: 1) Pembagian qiyas dari segi kekuatan illat yang terdapat pada furu, dibandingkan pada ilat yang terdapat pada ashal. a) Qiyas awlawi, yaitu qiyas yang berlakunya hukum pada furu lebih kuat dari pemberlakuan hukum pada ashal karena kekuatan illat pada furu. b) Qiyas musawi, yaitu qiyas yang berlakunya hukum pada furu sama keadannya dengan berlakunya hukum pada ashal karena kekuatan illatnya sama. 9 Ibid,.hlm.180-193 9
  • 10. c) Qiyas adwan, yaitu yang yang berlakunya hukum pada furu lebih lemah dibandingkan dengan berlakunya hukum pada ashal meskipu qiuas tersebut memenuhi persyaratan. 2) Pembagian qiyas dari segi kejelasan illatnya. a) Qiyas jali, yaitu qiyas yang illlatnya ditetapkan dalam nash bersamaan dengan penetapan hukum ashal atau tidak ditetapkan illat itu dalam nash, namun titik pembedaan antara ashal dengan furu dapat dipastikan tidak ada pengaruhnya. b) Qiyas khafi, yaitu qiyas yang illatnya tidak disebutkan dalam nash. Maksudnya diistinbatkan dari hukum ashal yang memungkinkan kedudukan illatnya bersifat zhanni. 3) Pembagian qiyas dari segi keserasian illatnya dengan hukum. a) Qiyas muatsir, yang diibaratkan dengan dua definisi: Pertama, qiyas yang illat penghubung antara ashal dan furu ditetapkan dengan nash yang syarih atau ijma. Kedua,qiyas yang ain sifat (sifat itu sendiri) yang menghuubungkan ashaldengan furu itu berpengaruh terhadap ain hukum. b) Qiyas mulaim, yaitu qiyas yang illat hukum ashal dalam hubungannya dengan hukum haram adalah dalam bentuk munasib mulaim. 4) Pembagian qiyas dari segi dijelaskan atau tidaknya illat pada qiyas itu. a) Qiyas ma’na atau qiyas dalam makna ashal, yaitu qiyas yang meskipun illatnya tidak dijelaskan dalam qiyas namun antar ashal dengan furu tidak dapat dibedakan, sehingga furu itu seolah-olah ashal itu sendiri. 10
  • 11. b) Qiyas illat, yaitu qiyas yang illatnya dijelaskan dan illat tersebut merupakan pendorong bagi berlakunya hukum dalam ashal. c) Qiyas dilalah, yaitu qiyas yang illatnya bukan pendorong bagi penerapan hukum itu sendiri namun ia merupakan keharusan (kelaziman) bagi illat yang memberi petunjuk akan adanya illat. 5) Pembagian qiyas dari segi metode (masalik) yang digunakan dalam ashal dan dalam furu. a) Qiyas ikhalah, yaitu qiyas yang illat hukumnya ditetapkan melalui metode munasabah dan ikhalah. b) Qiyas syabah, yaitu qiyas yang hukum ashalnya ditetapkan melalui metode syabah. c) Qiyas sabru, yaitu qiyas yang illat hukum ashalnya ditetapkan melalui metode sabru wa taqsim. d) Qiyas thard, yaitu qiyas yang illat hukum ashalnya ditetapkan melalui thard.10 3. Tempat Berlakunya Qiyas Sebagian ulama diantara Imam Syafi’I berpendapat bahwa qiyas berlaku pada semua hukum syariah, meskipun dalam perkara hudud, kafarat, taqditar (hukum-hukum yang telah ditetapkan) dan hukum- hukum rukhsah, yakni hukum-hukum perkecualian, apabila syarat- syaratnya sudah terpenuhi. Sebab dalil yang mendukung atas kehujjahannya tidak membeda-bedakan antara satu macam hukum dengan hukum-hukum lainnya. Ulama dari golongan Hanafiyah berpendapat bahwa qiyas tidak berlaku pada masalah hudud (pidana yang telah ditetapkan nash). 10 Ibid.,hlm.219-223, dan Ash Sidieqy, Pengantar.., hlm.203-214 11
  • 12. Sebab ia termasuk batas yang telah ditetapkan Allah yang tidak bisa diketahui illatnya oleh akal. Seperti seratus cambukan bagi pezina. Disamping itu ialah karena dapat ditolak atau dihilangkan dengan kesyubhatan (ketidak jelasan terjadinya). Sedangkan qiyas juga subhat, sebab ia menunjukan pada hukum dengan cara dzanny bukan qat’i. Maka uqubat yang telah diwajibkan tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil yang qat’i. Adapun soal uqubat yang tidak ditentukan bentuk pidananya, yang disebut dengan “Ta’zir” maka qiyas dalam soal ini dapat berlaku. Demikian menurut kesepakatan para ulama Fiqh. Qiyas juga tidak berlaku dalam soal kafarat. Sebab, kafarat juga berarti uqubat, maka hukumnyapun sama dengan uqubat. Demikian pula qiyas tidak berlaku pada soal rukhsah, sebab ia merupakan hadiah ari Allah SWT, maka tidak berlaku qiyas padanya. Begitu juga qiyas tidak berlaku dalam masalah ibadah. Maka qiyas tidak berlaku pada pokok-pokok ibadah. Dan tidak sah menciptakan ibadah dengan cara mengqiyaskan pada ibadah yang sudah ada ketetapannya. Qiyas juga tidak berlaku pada sesuatu yang akal tidak mengetahui maksud dan tujuannya baik dari segi hukum maupun bagian-bagiannya, sehingga tidak boleh mensyariatkan sesuatu ibadah yang tidak diizinkan Allah SWT.11 11 Syarmin Syukur, Sumber-Sumber Hukum Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1993. hlm.167- 168. 12
  • 13. C. Perbedaan Antara Ijtihad Dengan Qiyas Ijtihad mengenai kejadia-kejadian baik yang ada nash, tetapi dzanni wurudnya dan dalalahnya dan yang tak ada nash. Ijtihad yang ada nash dzanni, adalah untuk menentukan apa yang harus kita pahami dan untuk mengetahui apakah itu ‘am atau khas. Dan kalau dia ‘am apakah dia masih tetap ‘am atau mutlaq atau mukayyad. Ijtihad terhadap yang tidak ada nash ialah menetapkan hukumnya dengan jalan qiyas, istihsan, mashlahah mursalah, ataupun dengan dalil yang lain yang dibenarkan syara. Bidang qiyas ialah kejadian-kejadian yang tidak ada nash tetapi terdapat dalam syara, sesuatu pokok untuk diqiyaskan kepadanya. Maka qiyas adalah sesuatu sumber ijtihad, sedang ijtihad itu lebih umum dari pada qiyas. Dan kadang pula ijtihad dengan qiyas dipandang sama. Diantara perbedaan-perbedaan ijtihad dengan qiyas ialah qiyas yidak dapat berlaku dalam bidang ibadah, hudud dan kafarat, sementara ijtihad dapat dilakukan disegala bidang.12 12 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh. Semarang: Pustaka Rizki utra. 1997. hlm.201-202. 13
  • 14. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Qiyas adalah suatu cara penggunaan ra’yu untuk menggali hukum syara dalam hal yang nash Al-Quran dan Sunnah tidak menetapkan hukumnya secara jelas. Ada dua macam cara penggunaan ra’yu yakni penggunaan ra’yu yang masih merujuk kapada nash dan penggunaan ra’yu secara bebas tanpa mengaitkannya kepada nash. Bentuk pertama secara sederhana disebut qiyas. Dasar qiyas adalah adanya kaitan yang erat antara hukum dan sebab. Hal-hal atau kasus yang ditetapkan Allah hukumnya sering mempunyai kesamaan dengan kasus lain yang tidak ditetapkan hukumnya. Meskipun asus lain itu tidak dijelaskan hukumnya oleh Allah, namun karena adanya kesamaan dalam hal sifatnya dengan kasus yang ditetapkan hukumnya, maka hukum yang sudah ditetapkan dapat diberlakukan kepada kasus lain tersebut. Atas dasar keyakinan bahwa tidak ada yang luput dari hukum Allah,maka setiap muslim meyakini bahwa setiap peristiwa yang terjadi pasti ada hukumnya. Sebagian hukum dapat dilihat secara jelas dalam nash syara namun sebagian lain tidak jelas. Dengan konsep mumatsalah peristiwa yang tidak jelas hukumnya itu dapat disamakan hukumnya dengan yang ada hukumnya dalam nash. Usaha meng-istinbath dan penetapan hukum yang menggunakan metode penyamaan ini disebut ulama ushul dengan qiyas (analogi). 14
  • 15. B. Saran Semoga dengan adanya pembahasan makalah kami dapat menjadi masukan dan sumber pengetahuan bagi semua orang dan semoga bermanfaat. Kami menyadari sepenuhnya bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan lupa, oleh sebab itu kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat harapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak terutama dari dosen yang bersangkutan, agar kedepannya dapat membuat yang lebih baik. 15
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Sulaiman. Sumber Hukum Islam Permasalahan dan Fleksibilitasnya. Jakarta: Sinar Grafika, 2004. As Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Pengantar Hukum Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 1997 Pengantar Ilmu Fiqh. Semarang: Pustaka Rizki Putra,1997. Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya Al Jumanatul Ali. Bandung: Penerbit J-ART. 2004. Hallaq, Wael B. Sejarah Teori Hukum Islam Pengantar Untuk Ushul Fiqh Mazhab Sunni. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2001. Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh I. Jakarta: Kencana. 2009. Syukur, Syarmin. Sumber-Sumber Hukum Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1993. 16