Publicité
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Publicité
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Publicité
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru
Prochain SlideShare
Positivisme dalam PendidikanPositivisme dalam Pendidikan
Chargement dans ... 3
1 sur 11
Publicité

Contenu connexe

Publicité

Tugas makalah hukum perundang undangan terbaru

  1. TUGAS MAKALAH HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN ”KETERGANTUNGAN ANTARA POLITIK HUKUM DAN PARTAI POLITIK“ Oleh NAMA : DANI AJI NUGRAHA NPM : 1012011147 MATA KULIAH : HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN KELAS : B2 TEMA TUGAS : PARTAI POLITIK FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG 2012
  2. KATA PENGANTAR Saya ucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah swt. karena atas rahmatnya saya dapat membuat makalah ini yang berjudul ”Ketergantungan Antara Politik Hukum dan Partai Politik”. Melalui makalah ini, saya akan memaparkan tahapan-tahapan pencapaian tujuan partai politik dengan berkaca pada politik hukum yang berlaku di Indonesia. Dari sekian banyaknya partai politik di Indonesia, tentu memiliki satu tujuan umum yang sama, yaitu mendengarkan aspirasi masyarakat Indonesia guna tercapainya kehidupan yang aman, tenteram damai sentosa dalam berbangsa dan bernegara.Selain itu saya akan memaparkan hubungan antara partai politik dan juga politik hukum di Indonesia. Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada makalah ini. Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua sehingga kita bisa mengetahui fungsi partai politik bila dilihat dari perspektif politik hukum. Saya meminta maaf bila ada salah maksud, tutur kata, atau penulisan dalam makalah ini. Saya mohon saran dan kritiknya. Terima kasih. Penulis 1
  3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. 1 DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ………………………………………………………………. 3 B. RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………………. 5 BAB II PEMBAHASAN A. KAITAN PARTAI POLITIK DENGAN POLITIK HUKUM ……………………… 6 B. DAMPAK MULTIPARTAI DALAM PENCAPAIAN TUJUAN MASYARAKAT INDONESIA …………………………………………….. 7 BAB III PENUTUP KESIMPULAN ………………………………………………………………………… 9 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 10 2
  4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Politik hukum adalah aspek-aspek politis yang melatar-belakangi proses pembentukan hukum dan kebijakan suatu bidang tertentu, sekaligus juga akan sangat mempengaruhi kinerja lembaga-lembaga pemerintahan yang terkait dalam bidang tersebut dalam mengaplikasikan ketentuan-ketentuan produk hukum dan kebijakan, dan juga dalam menentukan kebijakankebijakan lembaga-lembaga tersebut dalam tataran praktis dan operasional. Sedemikian pentingnya peranan politik hukum ini, sehingga ia dapat menentukan keberpihakan suatu produk hukum dan kebijakan. Politik Hukum tidak terlepas dari realita sosial dan tradisional yang terdapat di negara kita, dan di lain pihak sebagai salah satu anggota masyarakat dunia, politik hukum Indonesia tidak terlepas pula dari realita dan politik hukum internasional.1 Dengan demikian, faktor-faktor yang akan menentukan politik hukum nasional itu tidaklah semata-mata ditentukan oleh apa yang kita cita-citakan, atau tergantung pada kehendak pembentuk hukum, praktisi atau para teoretisi belaka, akan tetapi ikut ditentukan oleh perkembangan hukum di lain-lain negara, serta perkembangan hukum internasional. Dengan lain perkataan ada faktor-faktor di luar jangkauan bangsa kita, yang ikut menentukan politik hukum masa kini dan masa yang akan datang. Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat menyatakan bahwa tujuan pembentukan Negara Republik Indonesia adalah : 1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan kesejahteraan umum 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 1. Dr. C.F.G Sunaryati Hartono, S.H., Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional , Alumni, Bandung, 1991, hal. 1 3
  5. Dr. Ir. Sunario Waluyo berpendapat bahwa, “Idaman masyarakat adil-makmur dalam kehidupan bangsa Indonesia merupakan masalah pokok sepanjang sejarah”. Dapat dikatakan bahwa bangsa Indonesia mengidamkan suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata yang dicapai dengan cara yang wajardan berperikemanusiaan, sehingga tercapailah keselarasan, keserasian dan ketentraman di seluruh negeri. 2 Asas ciri partai dipandang sebagai sumber polarisasi yang akhirnya dapat menimbulkan keresahan karena adanya fanatisme golongan, seperti terlihar dalam masa kampanye pemilu. Penyeragaman asas dimaksudkan untuk mengurangi fanatisme golongan secara sempit tersebut agar terwujud stabilitas politik dalam rangka pembangunan bangsa.3 Hal ini didasarkan atas pengalaman sejarah masa lampau bahwa dengan sistem multipartai yang juga ditandai oleh banyak asas dan ciri ternyata gagal dalam membina stabilitas politik, untuk membangun pemerintahan yang efektif dan karena itu gagal mengantarkan bangsa Indonesia pada kiprahnya pembangunan. Pengalaman di banyak negara berkembang menunjukkan bahwa antara demokrasi ekonomi yang mana merupakan salah satu cita-cita masyarakat Indonesia, dan demokrasi politik, karena terlalu menitikberatkan pembangunan ekonomi, mengakibatkan terabaikannya demokrasi politik atau setidak-tidaknya terhambatnya pertumbuhan partisipasi melalui saluran/ lembaga di luar lembaga yang langsung memiliki hubungan dengan rejim yang berkuasa. Karena banyaknya kendala ini, maka pencapaian cita-cita masyarakat melalui partai politik pun menjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan tersendat. 2. Idem, hal. 2 3. Drs. M . Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 219 4
  6. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah kaitan Partai Politik dan Politik Hukum di Indonesia? 2. Apa kah dampak mulipartai dalam pencapaian tujuan masyarakat Indonesia? 5
  7. BAB II PEMBAHASAN A. Kaitan Partai Politik dengan Politik Hukum Partai politik dalam kaitannya dengan politik hukum, eksistensi dan kinerja partai politik diukur melalui sejauh mana member warna yang tentu saja berkaitan dengan sejauh mana otoritas dan domain parpol dalam ranah hukum umumnya serta konstitusi atau legislasi. Politik hukum yang mencakup kegiatan memilih nilai-nilai serta menerapkan nilai-nilai. Dan sejauh mana nilai-nilai ini terimplementasikan dari kinerja partai politik yang di antaranya mengakselerasi peraturan perundang-undangan sebagai salah satu output kinerja partai secara tidak langsung. Hal ini berkaitan dengan fungsi legislasi sebagai kausalitas lembaga perwakilan dan partai sebagai penopangnya. Kegiatan-kegiatan legislatif (pembuatan undang-undang) dalam kenyataannya memang lebih banyak membuat keputusan-keputusan politik dibandingkan dengan menjalankan pekerjaan hukum sesungguhnya. Lebih-lebih pekerjaan-pekerjaan hukum itu dikaitkan dengan masalah prosedur, tampak jelas bahwa lembaga legislatif yang menetapkan produk hukum sebenarnya lebih dekat dengan politik daripada hukum itu sendiri. Dengan demikian jawaban tentang kausalitas hubungan hukum dan politik dapat berbeda tergantung dari perspektif yang dipakai untuk memberikan jawaban tersebut. Ada beberapa fungsi partai politik, yaitu antara lain partai politik sebagai sarana komunikasi politik. Kedua, partai politik sebagai sarana sosialisasi politik. Ketiga, partai politik sebagai sarana rekruitmen politik. Keempat, partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Kontribusi parpol terhadap politik hukum bisa dilihat dalam perspektif keyakinan religiusitas yang melatarbelakangi politisi kita. Meskipun negara ini bukanlah negara agama berdasarkan konstitusi UUD 1945, namun harus diakui bahwasannya agama Islam adalah agama mayoritas. Negara merupakan lembaga politik dan agama sekaligus. Pemerintahan negara harus diselenggarakan atas kedaulatan Illahi. Hukum dan politik merupakan subsistem dalam sistem kemasyarakatan. Masing-masing melaksanakan fungsi tertentu untuk menggerakkan sistem kemasyarakatan secara keseluruhan. 6
  8. Secara garis besar hukum berfungsi melakukan social control, dispute settlement dan social engeneering atau inovation.sedangkan fungsi politik meliputi pemeliharaan sistem dan adaptasi (socialization dan recruitment), konversi (rule making, rule aplication, rule adjudication, interestarticulation dan aggregation) dan fungsi kapabilitas (regulatif extractif, distributif dan responsif). Meskipun sistem hukum dan sistem politik dapat dibedakan, namun dalan bebagai hal sering bertumpang tindih. Dalam proses pembentukan Undang-undang oleh badan pembentuk Undang-undang misalnya. Proses tersebut dapat dimasukkan ke dalam sistem hukum dan juga ke dalam sistem politik, karena Undang-undang sebagai output merupakan formulasi yuridis dari kebijaksanaan politik dan proses pembentukannya sendiri digerakkan oleh proses politik. Hukum dan politik sebagai subsistem kemasyarakatan adalah bersifat terbuka, karena itu keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi ole subsistem lainnya maupun oleh sistem kemasyarakatan secara keseluruhan. Walaupun hukum dan politik mempunyai fungsi dan dasar pembenaran yang berbeda, namun keduanya tidak saling bertentangan. Tetapi saling melengkapi. Masing-masing memberikan kontribusi sesuai dengan fungsinya untuk menggerakkan sistem kemasyarakatan secara keseluruhan. Dalam masyarakat yang terbuka dan relatif stabil sistem hukum dan politiknya selalu dijaga keseimbangannya, di samping sistem-sitem lainnya yang ada dalam suatu masyarakat. Hukum memberikan kompetensi untuk para pemegang kekuasaan politik berupa jabatan-jabatan dan wewenang sah untuk melakukan tindakan-tindakan politik bilamana perlu dengan menggunakan sarana pemaksa. Hukum merupakan pedoman yang mapan bagi kekuasan politik untuk mengambil keputusan dan tindakan-tindakan sebagai kerangka untuk rekayasa sosial secara tertib. B. Dampak Multipartai dalam Pencapaian Tujuan Masyarakat Indonesia Dampak dari sistim multipartai adalah kepentingan apa dan siapa yang diperjuangkan di parlemen dan pemerintahan? UU 2/2008 memasukkan kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara. Jelas yang pertama diperjuangkan adalah kepentingan politik anggota. Dari sosiologi politik hal itu berarti urusan masyarakat, bangsa dan negara nomor dua. Pertanyaan yang menggelitik, apakah yang berada di DPR/DPRD itu wakil partai politik atau wakil rakyat? Organ negara tersebut jelas bernama Dewan Perwakilan Rakyat/Daerah, bukan “dewan 7
  9. perwakilan partai”, yang berarti mereka seharusnya memperjuangkan kepentingan rakyat secara keseluruhan. MacIver, dengan mengutip pandangan Nicholas (penulis abad ke-15) mengatakan partai politik sebagai kendaraan politik paling utama dalam demokrasi modern bermaksud untuk mengorganisasi pendapat masyarakat tentang negara dan memperjuangkannya melalui partai politik. Namun setelah mereka berada di parlemen, mereka sesungguhnya adalah wakil dari rakyat. Pengukuhan sistem multipartai dengan UU 2/2008 yang diharapkan dapat mewujudkan kaidah demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, aspirasi, keterbukaan, keadilan, tanggung jawab dan perlakuan yang tidak diskriminatif seperti yang diharapkan oleh pembentuk undang-undang, tampaknya masih akan diuji, sejauhmana cita-cita yang demikian luhur itu terwujud? Nada pesimis tentang keampuhan regulasi politik mengatur kehidupan politik dalam tatananan budaya hukum, pernah diungkapkan oleh Daniel S. Lev, pengamat senior politik hukum Indonesia yang menyatakan bahwa politik tidak berjalan sesuai dengan aturan, tetapi berlangsung sesuai dengan aturan pengaruh, uang, keluarga, status sosial, dan kekuasaan militer. 8
  10. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Kegiatan-kegiatan legislatif (pembuatan undang-undang) dalam kenyataannya memang lebih banyak membuat keputusan-keputusan politik dibandingkan dengan menjalankan pekerjaan hukum sesungguhnya. Lebih-lebih pekerjaan-pekerjaan hukum itu dikaitkan dengan masalah prosedur, tampak jelas bahwa lembaga legislatif yang menetapkan produk hukum sebenarnya lebih dekat dengan politik daripada hukum itu sendiri. Dengan demikian jawaban tentang kausalitas hubungan hukum dan politik dapat berbeda tergantung dari perspektif yang dipakai untuk memberikan jawaban tersebut. Ada beberapa fungsi partai politik, yaitu antara lain partai politik sebagai sarana komunikasi politik. Kedua, partai politik sebagai sarana sosialisasi politik. Ketiga, partai politik sebagai sarana rekruitmen politik. Keempat, partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Infrastruktur politik terpenting dalam negara demokrasi adalah partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Meskipun dalam kajian tentang politik belum ada kesepakatan tentang definisi partai politik, namun hukum positif di Indonesia mengartikan partai politik sebagai “organisasi yang bersifat nasional yang dibentuk oleh sekelompok warga negara secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 9
  11. DAFTAR PUSTAKA 1. Prof. Dr. C.F.G. Sunaryati Hartono, S.H., Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung, 1991. 2. Drs. M. Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993. 3. Drs. P.K. Poerwantana, Partai Politik di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1994. 4. Oka Mahendra, Reformasi Pembangunan Hukum dalam Perspektif Peraturan Perundang- undangan,Jakarta, 2005 5. M. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, LP3ES UII Press, Jogyakarta 1998 6. Sadu Wasistiono, Ondo Riyani, Etika Hubungan Eksekutif Legislatif, Fokus Media, Bandung. 2003 7. Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Ilmu Negara dan Politik, Eresco, Jakarta, 1981 8. Juwana Himahanto, Politik Hukum Undang-undang Bidang Ekonomi di Indonesia, 2004 9. Armen Yasir, S.H., M. Hum, Hukum Perundang-undangan, Penerbit Universitas Lampung, Lampung, 2007 10. M. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Rajawali Pers, 2009 10
Publicité