SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  32
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
             DI INDONESIA
      Disusun Untuk Memenuhi tugas Matakuliah IDI 1

              Dosen : Ristianti Azharita S.Pd




                      Disusun Oleh :

                Nur Aisyah Kusmayanti D




      PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

  JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

  UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

                       JAKARTA

                           2012
KATA PENGANTAR

       Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
meilmpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia ini tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjunan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan kita semua sebagai umatnya.

       Makalah ini di buat sebagai salahsatu syarat untuk memenuhi tugas
semester ganjil mata kuliah IDI 1, dan sebagai tambahan referensi mengenai
Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia.

       Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna maka penulis berharap masukan berupa kritik dan saran
yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini untuk kedepannya.

       Besar harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada
khusunya dan bagi pembaca pada uumumnya.




                                                     Jakarta, November 2012




                                                        Penulis
DAFTAR ISI




KATA PENGANTAR....................................................................................              i
DAFTAR ISI...................................................................................................   ii
BAB I         PENDAHULUAN
              A. Latar Belakang masalah…........................................................                1
              B. Perumusan Masalah..................................................................            2
              C. Tujuan Penulisan.......................................................................        2
BAB II        PEMBAHASAN
              A. Pendidikan Islam Pra Kemerdekaan.........................................                      3
                    1. Pendidikan Zaman Kerajaan Islam………………………. .. 3
                    2. Pendidikan Islam di Zaman penjajahan Belanda..…………                                       7
                    3. Pendidikan Islam di zaman penjajahan Jepang……………. 9
                    4. Pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia……………… 9
                    5. Tokoh-tokoh pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia...                                 12
              B. Pendidikan Islam Pasca Kemerdekaan......................................                       15
                    1. Perkembangan Pesantren Modern di Indonesia……………                                          15
                    2. Kebijakan Pemerintah terhadap Pendidikan Islam………….20
                          a. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional……20
                          b. Pendidikan Agama di Sekolah Umum………………….23
                          c. SKB 3 Menteri tahun 1975 tentang Madrasah………….24
BAB III PENUTUP
              A. Kesimpulan…………………………………………………. . .                                                             27
              B. Saran………………………………………………………......                                                               28
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...
BAB I

                              PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

          Sejarah pendidikan islam dimulai sejak agama islam masuk ke
   Indonesia, yaitu kira-kira pada abad ke-12 Masehi. Ahli sejarah umumnya
   sependapat, bahwa agama islam mula-mula masuk ialah ke pulau Sumatera
   bagian utara di daerah Aceh.

          Umumnya ahli sejarah memastikan bahwa masuknya islam ke daerah
   Aceh itu dengan perjalanan Marco Polo. Dalam perjalananya pulang dari
   Tiongkok, ia singggah di Aceh pada tahun 1922 M. menurut keterangannya, di
   Perlak telah di dapatnya rakyat yang beragama islam. Perlak adalah pelabuhan
   besar di Aceh pada masa itu yang menghadap ke selat Malaka.

          Dengan keterangan tersebut ahli sejarah menetapkan dengan pasti,
   bahwa agama islam mulanya masuk dari daerah Aceh dan dari sanalah islam
   memancarkan cahayanya ke Malaka dan Sumatera Barat (Minangkabau). Dari
   Minangkabau islam berkembang ke Sulawesi,Ambon dan sampai ke Pilipina.
   Kemudian islam tersiar ke Jawa Timur kemudia ke Jawa Tengah sampai ke
   Banten, lalu ke Lampung dan Palembang hingga ke seluruh kepulauan
   Indonesia. Bukan saja agama islam di anut dan di dukung oleh rakyat umum,
   bahkan berdiri pula kerajaan-kerajaan islam di Indonesia.

          Sesungguhnya mempelajari Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam
   di Indonesia sangatlah penting, terutama bagi pelajar sebagai generasi penerus
   bangsa. Dengan mempelajari sejarah perkembangan pendidikan islam kita
   dapat mengetahui factor penyebab kemajuan islam juga factor penyebab
   kemundurannya karena salah dalam cara didikannya ataupun sistemnya.
   Dengan mempelajari sejarah perkembangan pendidikan islam kita dapat
mengetahui penyebab terang benderangnnya pendidikan islam juga gelap
   gulitanya.

          Apabila kita mengetahui dalam sejarah perkembangan pendidikan
   islam penyebab kemajuan islam, tentu kita akan mengupayakan sebab-sebab
   kemajuan itu lalu mengembangkannya. Dan apabila kita mengetahui penyebab
   kemundurannya, disinilah peran kita di butuhkan untuk menemukan terobosan
   baru guna memperbaiki kesalahan yang ada dan mengembalikan pendidikan
   islam ke masa terang benderang.

          Pendidikan islam dalah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan
   bertujuan akhlak yang mulia dengan tidak melupakan kemajuan dunia dan
   ilmu pengetahuan yang berguna untuk perseorangan dan kemasyarakatan.

B. Rumusan Masalah

   1. Bagaimanakah perkembangan pendidikan islam di Indonesia pada masa
      pra kemerdekaan?

   2. Bagaimanakah perkembangan pendidikan islam di Indonesia pada masa
      pasca kemerdekaan?

C. Tujuan Penulisan

   1. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan islam di Indonesia pada
      masa pra kemerdekaan.

   2. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan islam di Indonesia pada
      masa pasca kemerdekaan.
BAB II

                                  PEMBAHASAN

A. Pendidikan Islam Pra Kemerdekaan

   1. Pendidikan Zaman Kerajaan Islam

             Samudera Pasai merupakan tempat studi Islam yang paling tua
      yang dilakukan oleh sebuah kerajaan. Sementara itu, untuk di luar kerajaan
      halaqah ajaran islam di duga sudah dilakukan di koloni-koloni tempat
      pedagang islam berdatangan di pelabuhan-pelabuhan. Dari halaqah
      semacam itu nanti berkembang menjadi lembaga pendidikan.

             Setelah kerajaan Samudera Pasai mundur dalam bidang politik,
      tradisi pendidikan agama islam terus berlanjut. Samudera Pasai terus
      berfungsi sebagai pusat studi islam di Asia Tenggara. Lalu kemudian
      muncul Kerajaan Malaka sebagai pusat politik yang juga berkembang
      menjadi pusat pendidikan islam. Kerajaan Malaka giat melaksanakan
      pengajian dan pendidikan Islam.

             Selain sebagai tempat pemerintahan istana juga berfungsi sebagai
      mudzakarah masalah-maslah ilmu pengetahuan dan sebagai perpustakaan
      dan juga berfungsi sebagai pusat-pusat penerjemahan dan penyalinan
      kitab-kitab terutama kitab-kitab keislaman. Mata pelajaran yang diberikan
      di lembaga-lembaga pendidikan islam dibagi menjadi dua tingkatan :

      a. Tingkat dasar terdiri atas pelajaran membaca, menulis bahasa arab,
         pengajian Alquran, dan ibadah peraktis.

      b. Tingkat yang lebih tinggi dengan materi-materi ilmu fiqih, tasawuf,
         ilmu kalam dsb.
Banyak ulama mancanegara datang ke Malaka dari Afghanistan,
Malabar, Hindustan, terutama dari Arab untuk mengambil peran dalam
penyiaran pendidikan islam. Para penuntut ilmu berdatangan dari berbagai
Negara Asia Tenggara. Dari Jawa, Sunan Bonang dan Sunan Giri datang
ke Malaka untuk menuntut ilmu dan setelah mereka selesai menjalani
pendidikan agama, mereka mendirikan tempat pendidikan di tempat
masing-masing.

         Di kerajaan Aceh Darussalam, Sulatan Iskandar Muda juga sangat
memperhatikan pengembangan agama dengan mendirikan mesjid-mesjid
seperti Mesjid Bait al-Rahman di Banda Aceh dan pusat-pusat pendidikan
Islam yang di sebut dayah. Di Aceh terdapat ulama-ulama besar yang
ternama yang telah berjasa mengembangkan lembaga pendidikan seperti
dayah ini menjadi semacam perguruan tinggi. Nuruddin al-Raniri dan
Abd. Rauf Singkel adalah ulama-ulama yang mengajar di lembaga
pendidikan ini. Para penuntut ilmu yang datang dari luar Aceh belajar
mereka     seperti   Syekh   Burhanuddin   yang   berasal   dari   ulakan-
Minangkabau. Setelah tamat ia pulang dan mendirikan lembaga
pendidikan islam yang di sebut surau. Kemajuan pesat lembaga
pendidikan islam di Aceh ini menyebabkan orang menjulukinya Serambi
Makkah. Murid dari kerajaan lain belajar kepada gurunya masing-masing,
kemudian meningkat belajar lebih tinggi di Aceh, kemudian setelah itu
belajar ke Mekkah.

         Sistem pengajaran bagi umat islam sebagaimana di negeri-negeri
muslim, adalah pengajian Alquran. Pada tahap awal lapal bacaan bahasa
Arab (huruf-huruf hijaiyah), setelah itu menghapal surat-surat pendek (juz
‘Amma) beserta tajwidnya yang diperlukan untuk shalat. Pelajaran lebih
lanjut berkenaan dengan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
hukum-hukum islam (fiqih) dan tasawuf (membersihkan hati dan anggota
badan dari dosa-dosa, kesalahan dan kehilapan). Yang memberi pelajaran
pada tahap awal di sebut alim, sedangkan untuk pelajaran lebih lanjut
diberikan oleh seorang ulama besar terutama yang pernah belajar ke
Makkah.

        Pendidikan Islam mengalami kemajuan pesat setelah para ulama
mengarang buku-buku pelajaran keislaman bebahasa Melayu, seperti
karya-karya Hamzah Fansuri, Nururddin al-Raniri, Abd. Rauf Singkel di
Aceh.

        Di Minangkabau lembaga pendidikan disebut surau. Surau
sebelum islam datang merupakan tempat menginap anak-anak bujang, lalu
Syaikh Burhanuddin merubah fungsi surau menjadi tempat pendidikan
Islam. Suarau inilah cikal bakal lembaga pendidikan Islam yang lebih
teratur di masa berikutnya.

        Lembaga Pendidikan Islam di Jawa dikenal dengan nama
pesantren. Menurut sumber lokal pesantren pertama di pulau Jawa adalah
Pesantren Giri dan Pesantren Gresik di Jawa Timur. Pesantren Gresik
didirikan oleh Maulana Malik Ibrahim yang mendidik Mubaligh-mubaligh
yang nantinya menyiarkan agama islam ke seluruh Nusantara. sedangkan
Pesantren Giri didirikan oleh Sunan Giri.

        Terdapat pula pendidikan agama di Ampel-Surabaya-Jawa Timur,
dibangun oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel Denta). Berawal dari Giri
dan Ampel berikutnya semakin banyak pusat-pusat pendidikan islam di
Jawa seperti Tembayat, Prawoto (Demak), dan Gunung Jati Cirebon.

        Di kerajaan islam Banjar Kalsel, Lembaga Pendidikan Islam
pertama dikenal dengan nama Langgar. Orang pertama yang mendirikan
Langgar adalah Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Semua ilmu yang
diberikan di lembaga pendidikan islam di Nusantara ditulis dalam huruf
Arab Melayu atau Pegon.

        Di Sulawesi adalah raja Gowa XIV, Sultan Alauddin yang pertama
mendirikan masjid di Bantaolo, Masjid ini berfungsi sebagai tempat shalat,
juga sebagai pusat pengajian, pendidikan dan pengajaran Islam. Yang
bertindak sebagai guru adalah Datu Ri Bandang seorang ulama dari
Minangkabau yang menuntut ilmu di Pesantren Giri. Selanjutnya masjid
berkembang menjadi pesantren. Dan di lembaga pendidikan inilah ulama
Makassar Syaikh Yusuf al-Makassari menuntut ilmu agama dasar sebelum
melanjutkan ke Aceh dan kemudian ke Makkah. Pelajaran yang diberikan
di pesantren Bantoalo adalah fiqih, tassawuf, tafsir, hadist, balaghah, dan
mantiq (logika).

       Metode pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan itu adalah
sorogan dan bandungan. Sorogan adalah system pengajaran bersifat
individual, biasanya bagi murid pemula. metode ini digunakan yang
berlangsung   di   rumah-rumah,     masjid-masjid   dan   langgar   secara
perorangan. Sedangkan metode bandungan (weton atau halaqah) adalah
sekelompok santri mendengarkan seorang guru membaca,menerjemahkan,
menerangkan, mengulas buku-buku islam dalam bahsa Arab. Dalam
pesantren tidak ada kurikulum, tiap pesantren biasanya punya spesialisasi
sendiri sesuai dengan keahlian kiai besarnya.

       Di Jawa setelah berdirinya kerajaan Demak, pendidikan Islam
bertambah maju karena telah ada pemerintah yang menyelenggarakannya
dan pembesar-pembesar islam membelanya. Pada tahun 1476 di Bintoro
dibentuk organisasi Bayankare Islah (angkatan pelopor perbaikan) untuk
mempergiat usaha pendidikan dan pengajaran islam. Dalam rencana
pekerjaannya disebutkan sebagai berikut :

a. Tanah Jawa-Madura dibagi atas beberapa bagian untuk lapangan
    pendidikan/pengajaran. Pimpinan pekerjaan di tiap-tiap bagian
    dikepalai oleh seorang wali dan seorang pembantu (badal).

b. Supaya mudah dipahami dan diterima masyarakat, didikan dan ajaran
    islam harus diberikan melalui jalan kebudayaan yang hidup dalam
    masyarakat, asal tidak menyalahi hukum syara.
c. Para wali/badal selain harus pandai ilmu agama sertab memelihara
       budi pekerti supaya menjadi suri tauladan bagi masyarakat.

    d. Di Bintoro segera didirikan mesjid agung untuk menjai sumber ilmu,
       pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran islam.

          Berdasarkan rencana itu, di tempat sentral suatu daerah didirikan
   mesjid, dipimpin oleh wali atau badal untuk menjadi sumber pendidikan
   islam yang sampai sekarang di beberapa tempat masih ada.

2. Pendidikan Islam di Zaman Penjajahan Belanda

          Awalnya pendidikan Islam dibiarkan saja tetap diajarkan, namun
   lambat laun mereka mengubah ajaran sedikit demi sedikit. Belanda mulai
   berusaha menghilangkan pengaruh islam, dimulai dari daerah yang
   dikuasai yaitu Yogya dan Surakarta. Setelah itu mereka menyingkirkan
   jabatan gubernur dan membinasakan organisasi-organisasi islam resmi.
          Kemudian hadirlah sekolah-sekolah Belanda sebagai ganti
   pendidikan baru, di setiap daerah keresidenan didirikan satu sekolah
   agama Kristen.
          Van Den Capellen tahun 1819 merencanakan berdirinya sekolah
   dasar bagi pribumi agar dapat membantu pemerintahan Belanda karena
   Belanda menganggapn pendidikan islam yang diselenggarakan di
   pesantren-pesantren dianggap tidak membantu pemerintah Belanda. Para
   santri dianggap buta huruf latin dan tingkatan pendidikannya rendah
   sehingga dianggap tidak berguna. Oleh karena itu Belanda mendirikan
   sekolah di desa-desa untuk menyaingi pesantren.
          Kemunduran pendidikan Islam itu mencapai puncaknya sebelum
   tahun 1900 M yang meliputi seluruh Indonesia. Bahkan pada tahun 1882
   Belanda membuat badan khusus yang bertugas mengawasi kehidupan
   beragama dan Pendidikan Islam. Tahun 1925 Belanda mengeluarkan
   peraturan yang lebih ketat lagi bahwa tidak semua kiai boleh memberikan
   pelajaran mengaji. Tahun 1932 keluar pula peraturan yang dapat
memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya
yang disebut Ordonansi sekolah Liar. Peraturan ini dikeluarkan setelah
muncul gerakan nasionalisme-islamisme pada tahun 1928 berupa Sumpah
Pemuda. Untuk mencegah masuknya pelajaran agama islam di sekolah
umum pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan yang disebut “Netral
Agama”.
       Pada tahun 1901 Belanda melakukan politik etis, yaitu mendirikan
pendidikan rakyat sampai ke desa yang memberikan hak-hak pendidikan
pada pribumi dengan tujuan untuk mempersiapkan pegawai-pegawai yang
bekerja untuk Belanda juaga untuk menghambat pendidikan tradisional. Di
luar dugaan, berdirinya sekolah-sekolah rakyat di desa dimana orang
pribumi sekolah membuat mereka mengenal system pendidikan modern:
sistim kelas, pemakaian meja, metode belajar modern, dan pengetahuan
umum. Mereka juda menjadi mengenal surat kabar dan majalah untuk
mengikuti perkembangan zaman. Pandangan rasional ini menjadi
pendorong untuk melakukan pembaharuan.
       Munculnya sekolah-sekolah Belanda menjadi perhatian besar para
Ulama dan santri karena pendidikan itu menjadi penetrasi kebudayaan
barat yang akan melahirkan intelektual pribumi secular dan menjadikan
umat islam jauh dari agamanya. Oleh sebab itu, lahirlah gerakan
pembaharuan pendidikan Islam yang nantinya akan membawa kemajuan
pendidikan Islam Indonesia ke taraf yang lebih baik. Sebenarnya
kesadaran ini juga akibatnya terpengaruh oleh ide-ide Pan islamisme dan
reformasi di Mesir ketika beberapa pelajar Indonesia menuntut ilmu
agama disana. Itulah sebabnya kenapa kemudian para pembaru islam
mengadopsi pendidikan colonial, padahal sebelumnya mengecam.
       Dengan demikian pembaharuan pendidikan Indonesia sudah
dimulai sejak zaman koloial Belanda. Hal ini ditandai dengan berdirinya
organisasi-organisasi Islam yang mendirikan sekolah-sekolah Islam,
dimana system pengajarannya tidak lagi surau dengan system tradisional
melainkan sudah menggunakan system klasik dengan krikulum pengajaran
   agama dan pngetahuan umum, walaupun kondisinya masih sederhana.


3. Pendidikan Islam di Zaman Penjajahan Jepang
          Jepang menjajah Indonesia setelah mengalahkan Belanda dalam
   Perang Dunia II pada tahun 1942 dengan semboyan Asia timur Raya atau
   Asia untuk Asia.
          Pada    awalnya    pemerintahan    Jepang   seolah-olah   membela
   kepentingan Islam sebagai siasat untuk memenangkan perang. Untuk
   menarik perhatian rakyat Indonesia, pemerintah Jepang membolehkan
   didirikannya sekolah-sekolah agama dan pesantren-pesantren yang
   terbebas dari pengawasan Jepang. Padahal semua itu dilakukan agar
   kekuatan umat Islam dan nasionalis bisa diarahkan untuk kepentingan
   memenangkan perang yang dipimpin Jepang. Namun pada kenyataannya
   pada zaman ini pendidikan mengalami penurunan dibandingkan dengan
   jajahan Hindia-belanda. Pada zaman penjajahan Jepang jumlah Sekolah
   Dasar menurun dari 21.500 menjadi 13.500, sekolah lanjutan dari 850
   menjadi 20, perguruan tinggi terdiri empat buah dan belum dapat
   melakukan kegiatan. Jumlah murid merosot 30%, sekolah menengah
   merosot 90%. Guru-guru SD berkurang 35%, guru sekolah menengah
   tinggal 5%, angka buta huruf tinggi sekali.
          Untuk memudahkan pengawasan dalam hal pendidikan pemerintah
   jepang menetapkan bahwa sekolah dasar menajdi sekolah dasar enam
   tahun, namun ternyata hal tersebut menjadi keuntungan bagi Indonesia
   sendiri karena menghapuskan diskriminasi.
          Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar digunakan di semua
   sekolah dan menjadi mata pelajaran utama, dan bahasa Jepang menajadi
   mata pelajaran wajib, selain itu para pelajar juga harus mempelajari adat
   istiadat Jepang.
4. Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia
          Kira-kira pada abad 19 banyak orang islam Indonesia mulai
   menyadari bahwa mereka tidak akan mungkin berkompetisi dengan
   kekuatan-kekuatan yang menantang dari pihak kolonialisme Belanda,
   penetrasi Kristen dan perjuangan untuk maju di bagian-bagian lain di Asia
   apabila mereka terus melanjutkan kegiatan dengan cara-cara tradisional
   dalam menegakan Islam. Mereka mulai menyadari perlunya perubahan-
   perubahan.
          Daerah Minangkabau memiliki peranan yang sangat penting dalam
   penyebaran cita-cita pembaharuan ke daerah-daerah lain. Juga karena di
   daerah inilah tanda-tanda pertama daripada pembaharuan itu dapat diamati
   pada waktu daerah lain seakan-akan masih merasa puas dengan praktek-
   praktek tradisional mereka. kemudian menyusul pembicaraan tentang
   pergerakan tersebut di kalangan masyarakat Arab yang mendirikan
   organisasi modern pertama di kalangan orang-orang islam di Indonesia.
          Persyarikatan ulama yang pada umumnya terbatas pada daerah
   Majalengka, merupakan suatu contoh dari gerakan pembaharuan yang
   mempunyai sifat ganda. Mereka mengikuti Mazhab tetapi mengintrodusir
   pembaharuan-pembaharuan dalam bidang-bidang kegiatan yang bersifat
   praktis. Kemudian kita bicarakan Muhammadiyah yang mempunyai
   daerah operasi yang jauh lebih luas dibandingkan dengan organisasi
   manapun juga di Indonesia, dan akhirnya Persatuan Islam suatu organisasi
   yang relative kecil tetapi memiliki pengaruh yang luas disebabkan oleh
   publikasi-publikasi yang mereka keluarkan serta tulisan-tulisan dari
   pemimpin-pemimpin organisasi ini.
          Pembaharu-pembaharu mengakui betapa pentingnya pendidikan
   untuk membina dan membangun generasi yang lebih muda. Perubahan
   dalam pemikiran dan ide-ide tentu akan mempunyai arti yang besar dan
   akan lama bertahan apabila perubahan-perubahan ini mendapat tempat
   dalam kalangan generasi muda. Kenyataan bahwa permintaan atau
   kebutuhan masyarakat akan sekolah dengan jumlah yang lenih banyak lagi
tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah, dan juga tidak dapat dipenuhi oleh
golongan tradisi, memnyebabkan golongan pembaharu pun memerlukan
bergerak di bidang pendidikan.
       Lembaga-lembaga pendidikan yang dibangun oleh para pembaharu
diantaranya adalah sekolah Adabiyah di Padang (1909), Surau Jembatan
Besi yang nantinya memplopori sekolah Thawalib di Minangkabau. Lalu
ikatan alumni yang sudah tidak lagi belajar di sekolah Thawalib
mendirikan sebuah organisasi yang bernama PERMI (Persatuan Muslimin
Indonesia).
       Pendidikan putera-puteri dalam rangka pembaharuan di sekolah
Adabiyah yang didirikan oleh Haji Abdullah Ahmad telah menjadikan
inisiatif bagi Zainudin Labai untuk mendirikan sekolah Diniyah pada
tahun 1915 yang sebagian merupakan perkembangan dari Surau Jembatan
Besi, dengan menggunakan system ko-edukasi yang dicontoh dari
kebiasaan yang berlaku di sekolah-sekolah pemerintah.
       Gerakan pembaharuan di Majalengka Jawa Barat yang di pimpin
oleh KH. Abdul Halim dimulai dengan mendirikan organisasi yang
bernama       Hayatul    Qulub   yang   kemudian      berkembang    menjadi
Persyarikatan Ulama dan diakui secara hukum oleh pemerintah pada tahun
1917 dengan bantuan HOS Tjokroaminoto, Presiden Syarekat Islam.
       Gerakan          pembaharuan     selanjutnya    adalah      organisasi
Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, dalam tahun
1909 Dahlan masuk Budi Oetomo dengan maksud memberikan pelajaran
agama kepada anggota-anggotanya. Dengan jalan ini ia berharap akan
dapat memberikan pengajaran di sekolah-sekolah pemerintah karena
anggotanya yang kebanyakan bekerja di sekolah-sekolah pemerintah dan
juga kantor-kantor pemerintah. Pemikirannya inipun berhasil dan ia pun
mendirikan sebuah sekolah sendiri yang diatur dengan rapid an di dukung
oleh organisasi yang bersifat permanen untuk menghindarkan nasib seperti
pesantren-pesantren tradisional yang terpaksa di tutup,maka didirikan lah
Muhammadiyah.
Organisai pembaharuan yang terakhir adalah Persatuan Islam
   (PERSIS) yang didirikan di Bandung. Perhatian utama Persis adalah
   bagaimana menyebarkan cita-cita dan pemikirannya, ini dilakukan dengan
   mengadakan pertemuan umum, tabligh, khutbah-khutbah, kelompok-
   kelompok studi, mendirikan sekolah-sekolah dan menyebarkan pamphlet-
   pamflet, majalah-majalah serta kitab.


5. Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan di Indonesia
   a. KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
              Setelah    kembalinya    dari   tanah   suci   Makkah   cita-cita
      pembaharuan       keagamaannya    makin    mantap.     Yang   mula-mula
      dilakukan Dahlan adalah dengan merubah arah kiblat. Untuk
      memperluas jangkauan penyiaran ide-ide pembaruannya, Dahlan
      masuk Budi Utomo pada tahun 1909 di organisasi ini Dahlan
      mengajarkan agama islam.
              Ide-ide pembaruannya tertuang dalam gerakan Muhammadiyah
      yang didirikan pada tanggal 18 November 1912 M. titik tekan
      perjuangannya adalah pemurnian ajaran islam dan bidang pendidikan.
      Muhammadiyah memiliki pengaruh yang berakar dalam upaya
      pemberantasan bid’ah, khurafat dan tahayul.
              Gambaran dalam bidang pendidikan, diketahui bahwa dunia
      keilmuan di Indonesia secara tradisional di emban dan dimiliki oleh
      pesantren, namun secara pelebaran atau penguasaan ilmu pesantren
      lebih mengembangkan ilmu agama ketimbang ilmu umum, bahkan,
      penguasaan ilmu agama lebih bersifat tradisional. Pengembangan ilmu
      pengetahuan umum secara melebar dengan cara mendirikan sekolah-
      sekolah modern yang bersifat memiliki kelas, sarana belajar yang lebih
      baik dan terpenting masuknya kurikulum umum dalam madrasah-
      madrasah yang dikelola oleh Muhammadiyah. Para siswa dapat
      bersama-sama bersekolah tanpa terikat jenis kelamin, artinya siswa
dan siswi belajar dalam satu ruang walaupun tempat duduknya
   terpisah. Madrasah dan sekolah Muhammadiyah juga sangat berperan
   dalam menebarkan gagasan dan garis-garis pendiriannya.


b. K.H. Hasyim Asy’ari dan NU
          KH. Hasyim Asy’ari lahir tanggal 14 Februari 1871, Ia adalah
   seorang yang memiliki predikat kekiaian yang kental.
          Dalam sejarah pendidikan islam tradisional, khususnya di
   Jawa, ia digelari Hadrat Asy’Syaikh (Guru besar di lingkungan
   pesantren), karena peranannya sangat besar dalam pembentukan kader-
   kader ulama pimpinan pesantren, misalnya psantren Asem Bagus di
   Situbondo Jawa Timur, pesantren Lirboyo Kediri dan lain-lain.
          Nahdatul Ulama (NU) didirikan di Surabaya pada tanggal 31
   Januari 1926, yang mulanya hanya sebuah kepanitiaan yang disebut
   Komite Merembuk Hijaz. Organisasi NU menganut pada salahsatu
   mazhab dari empat mazhab yaitu Mazhab Syafi’i. NU banyak
   mengadakan kegiatan keislaman yang bermanfaat bagi anggotanya,
   seperti memperluas lapangan pendidikan dan mendirikan sekolah-
   sekolah serta pemeliharaan anak yatim.


c. Nurcholis Madjid
          Nurcholis Madjid lahir di Mojoanyar, Jombang Jawa Timur
   pada 17 Maret 1939. Cak Nur merumuskan modernisasi sebagai
   rasionalitas. Pengertian yang mudah tentang modernisasi adalah
   pengertian yang idientik dengan pengertian rasionalitas. Hal tersebut
   berarti proses perombakan pola piker dan tata kerja baru yang akliah,
   kegunaannya untuk memperoleh daya guna efisiensi yang maksimal.
   Hal itu dilakukan dengan menggunakan penemuan mutakhir manusia
   di bidang ilmu pengetahuan.
Nurcholish Madjid mengungkap dalam bukunya               Islam
  Kemodernan dan Keindonesiaan, bahwa modernisasi adalah suatu
  keharusan, bahkan suatu kewajiban mutlak. Modernisasi merupakan
  pelaksanaan perintah dan ajaran Allah. Hal ini didukung oleh Argumen
  berikut: Pertama, Allah menciptakan seluruh alam ini dengan benar
  bukan palsu. Kedua, Dia mengatur dengan peraturan Ilahi/sunatullah
  yang menguasai dan pasti. Ketiga, sebagai buatan Tuhan Maha
  Pencipta,   alam   ini   adalah   baik,   menyenangkan(mendatangkan
  kebahagiaan duniawi) dan harmonis. Keempat, manusia diperintah
  oleh Allah untuk mengamati dan menelaah hukum-hukum yang ada
  dalam ciptaan-Nya. Kelima, Allah menciptakan seluruh alam raya
  untuk kepentingan manusia, kesejahteraan hidup dan kebahagiaannya,
  sebagai rahmat dari-Nya. Keenam, karena adanya perintah untuk
  mempergunakan akal pikiran/rasio itu, maka Allah melarang segala
  sesuatu yang menghambat perkembangan pemikiran, terutama
  pewarisan membuta terhadap tradisi-tradisi lama, yang merupakan cara
  berfikir dan kerja generasi sebelumnya.


d. Muhammad Amien Rais
         Amien Rais lahir di Solo Jawa Tengah pada tanggal 26 April
  1944. Pemikiran utamanya adalah mengenai pemurnian akidah islam.
  Sedangkan kontribusinya dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari
  karya-karyanya yang cukup banyak. Umumnya karya tulisnya
  dituangkan dalam bentuk artikel, sebagai editor, dan kata pengantar di
  berbagai buku. Ia menyatakan pembaruan dalam bidang pendidikan
  suatu masalah yang sangat penting dalam kaitannya dalam masalah
  pembaharuan Islam.
         Pemikiran Amin Rais yang perlu menjadi renungan adalah
  harus menepati keyakinan, kebenaran, dan kemurnian akidah islam,
  dengan tidak lagi mencampuradukan akidah dan penyakit syirik,
  dengan memurnikan akidah, maka akan tertanam pada jiwa umat islam
iman yang sebenarnya pada Allah sehingga akan memancarkan
         aktivitas kehidupan yang dinamis.


B. Pendidikan Islam Pasca Kemerdekaan
         Setelah merdeka, pendidikan islam mulai mendapat kedudukan yang
   sangat penting dalam system pendidikan nasional. Di Sumatera, Mahmud
   Yunus sebagai pemeriksa agama pada kantor pengajaran mengusulkan kepada
   kepala pengajaran agar pendidikan agama di sekolah-sekolah pemerintah
   ditetapkan dengan resmi dan guru-gurunya di gaji seperti guru-guru umum
   dan usulnya pun diterima. Selain itu pendidikan agama di sekolah juga
   mendapat tempat yang teratur, seksama dan penuh perhatian. Madrasah dan
   pesantren juga mendapat perhatian. Untuk itu di bentuk Departemen Agama
   pada tanggal 3 Desember 1946 yang bertugas mengurusi penyelenggaraan
   pendidikan agama di sekolah umum dan madrasah serta pesantren.
         Sekolah agama, termasuk madrasah, ditetapkan sebagai model dan
   sumber pendidikan Nasional yang berdasarkan UUD 1945. Eksistensi
   pendidikan Agama sebagai komponen pendidikan Nasional dituangkan dalam
   Undang-undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran No 4 tahun 1950, bahwa
   belajar di sekolah-sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari
   Menteri Agama di anggap telah memenuhi kewajiban belajar.


   1. Perkembangan Pesantren Modern di Indonesia
             Pendidikan pondok pesantren yang merupakan bagian dari Sistem
      Pendidikan Nasional memiliki 3 unsur utama yaitu: 1)       Kyai sebagai
      pendidik sekaligus pemilik pondok dan para santri; 2) Kurikulum pondok
      pesantren; dan 3)     Sarana peribadatan dan pendidikan, seperti masjid,
      rumah kyai, dan pondok, serta sebagian madrasah dan bengkel-bengkel
      kerja keterampilan.

              Kegiatannya terangkum dalam "Tri Dharma Pondok pesantren"
      yaitu: 1)     Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT; 2)
Pengembangan keilmuan yang bermanfaat; dan 3) Pengabdian kepada
agama, masyarakat, dan negara. Merujuk pada Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, posisi dan keberadaan
pesantren sebenarnya memiliki tempat yang istimewa. Namun, kenyataan
ini belum disadari oleh mayoritas masyarakat muslim. Karena kelahiran
Undang-undang ini masih amat belia dan belum sebanding dengan usia
perkembangan pesantren di Indonesia. Keistimewaan pesantren dalam
sistem pendidikan nasional dapat kita lihat dari ketentuan dan penjelasan
pasal-pasal dalam Undang-udang Sisdiknas sebagai berikut: Dalam Pasal 3
UU RI Nomor 20 tahun 2003 Sisdiknas dijelaskan bahwa Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

        Ketentuan ini tentu saja sudah berlaku dan diimplementasikan di
pesantren. Pesantren sudah sejak lama menjadi lembaga yang membentuk
watak dan peradaban bangsa serta mencerdaskan kehidupan bangsa yang
berbasis pada keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak
mulia. Ketentuan dalam BAB III tentang Prinsip Penyelenggaraan
Pendidikan,   pada   Pasal    4   dijelaskan    bahwa:   (1)    Pendidikan
diselenggarakan   secara     demokratis   dan    berkeadilan   serta   tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. (2)          Pendidikan
diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem
terbuka dan multimakna. (3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu
proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat. (4)       Pendidikan diselenggarakan dengan memberi
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran. (5) Pendidikan diselenggarakan
dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi
segenap warga masyarakat. (6)       Pendidikan diselenggarakan dengan
memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

       Semua prinsip penyelenggaraan pendidikan tersebut sampai saat
ini masih berlaku dan dijalankan di pesantren. Karena itu, pesantren
sebetulnya telah mengimplementasikan ketentuan dalam penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan Sistem pendidikan nasional. Tidak hanya itu,
keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang didirikan atas
peran serta masyarakat, telah mendapatkan legitimasi dalam Undang-
undang Sisdiknas. Ketentuan mengenai Hak dan Kewajiban Masyarakat
pada Pasal 8 menegaskan bahwa Masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

         Sedangkan dalam Pasal 9 dijelaskan bahwa Masyarakat
berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan. Ketentuan ini berarti menjamin eksistensi dan keberadaan
pesantren sebagai lembaga pendidikan yang diselenggarakan masyarakat
dan diakomodir dalam sistem pendidikan nasional. Hal ini dipertegas lagi
oleh Pasal 15 tentang jenis pendidikan yang menyatakan bahwa Jenis
pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
vokasi, keagamaan, dan khusus.

       Pesantren adalah salah satu jenis pendidikan yang concern di
bidang keagamaan.      Secara khusus, ketentuan tentang pendidikan
keagamaan ini dijelaskan dalam Pasal 30 Undang-Undang Sisdiknas yang
menegaskan: (1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. (2)     Pendidikan keagamaan berfungsi
mempersiapkan    peserta   didik menjadi    anggota masyarakat     yang
memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau
menjadi   ahli   ilmu   agama.   (3)     Pendidikan    keagamaan    dapat
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
(4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, dan
bentuk lain yang sejenis.

       Lebih jauh lagi, saat ini pesantren tidak hanya berfungsi sebagai
sarana pendidikan keagamaan semata. Namun, dalam perkembangannya
ternyata banyak juga pesantren yang berfungsi sebagai sarana pendidikan
nonformal, dimana para santrinya dibimbing dan dididik untuk memiliki
skill dan keterampilan atau kecakapan hidup sesuai dengan bakat para
santrinya. Ketentuan mengenai lembaga pendidikan nonformal ini termuat
dalam Pasal 26 yang menegaskan: (1)               Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat. (2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional. (3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan      perempuan,     pendidikan    keaksaraan,     pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, pendidikan
kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik. (4) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang
sejenis. (5) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap
untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha
mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (6)
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan.

       Keberadaan pesantren sebagai bagian dari peran serta masyarakat
dalam pendidikan juga mendapat penguatan dari UU Sisdiknas. Pasal 54
menjelaskan: (1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran
serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha,
dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu pelayanan pendidikan. (2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai
sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.

       Bahkan,   pesantren   yang   merupakan       Pendidikan   Berbasis
Masyarakat diakui keberadaannya dan dijamin pendanaannya oleh
pemerintah maupun pemerintah daerah. Pasal 55 menegaskan: (1)
Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat
pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama,
lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat. (2)
Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan
melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan
pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan. (3)         Dana
penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari
penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. (4) Lembaga pendidikan berbasis masyarakat
dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain
secara adil dan merata dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
Demikianlah, ternyata posisi pesantren dalam sistem pendidikan nasional
memilki tempat dan posisi yang istimewa. Karena itu, sudah sepantasnya
jika kalangan pesantren terus berupaya melakukan berbagai perbaikan dan
meningkatkan kualitas serta mutu pendidikan di pesantren. Pemerintah
telah menetapkan Renstra pendidikan tahun 2005 - 2009 dengan tiga
     sasaran pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai, yaitu: 1)
     meningkatnya perluasan dan pemerataan pendidikan, 2) meningkatnya
     mutu dan relevansi pendidikan; dan 3) meningkatnya tata kepemerintahan
     (governance), akuntabilitas, dan pencitraan publik.

            Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan juga adanya
     keinginan yang kuat dari sekelompok orang yang menginginkan
     pendidikan yang lebih baik yang intensif dan representative maka lahirlah
     pesantren-pesantren modern yang memiliki system pendidikan yang
     bermutu dengan fasilitas-fasilitas modern seperti Pesantren modern
     Darussalam Gontor di Ponorogo Jawa Timur, Pesantren Assalam di
     Sukoharjo Jawa Tengah, Pesantren Al Zaytun di Indramayu Jawa Barat
     dan masih banyak lagi pesantren-pesantren modern lainnya di berbagai
     daerah di Indonesia.




2.   Kebijakan Pemerintah terhadap Pendidikan Islam
     a. Posisi Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
                Pada era Orde Lama pengaturan dua system pendidikan
        berusaha dihapuskan oleh pemerintah. Hal ini dapat dipahami dari
        usaha pemerintah Orde Lama sebagai berikut, pertama, memasukkan
        Pendidikan Islam ke dalam kurikulum pendidikan umum di sekolah
        negeri maupun swasta melalui pelajaran agama. Kedua, memasukkan
        ilmu pengetahuan umum ke dalam kurikulum pendidikan di madrasah.
        Ketiga, mendirikan sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) untuk
        menyiapkan guru agama untuk sekolah umum maupun madrasah. Pada
        pertengahan tahun 1960-an, terdapat 13.057 Madrasah Ibtidaiyah (MI),
        dengan murid 1.927.777 siswa. Tingkat Madrasaah Tsanawiyah (MTS)
        terdapat 776 madrasah dengan murid 87.932 siswa. Sedangkan untuk
tingkat Madrasah Aliyah(MA) terdapat 16 madrasah dengan jumlah
murid 1.881 siswa.
       Keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 tahun 2007
tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, diharapkan
dapat membawa perubahan pada sisi menagerial dan proses pendidikan
Islam. PP tersebut secara eksplisit mengatur bagaimana seharusnya
pendidikan keagamaan Islam (bahasa yang digunakan PP untuk
menyebut pendidikan Islam), dan keagamaan lainnya diselenggarakan.
Dalam pasal 9 ayat (1) disebutkan, ”Pendidikan keagamaan meliputi
pendidikan keagamaan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Khonghucu”. Pasal ini merupakan pasal umum untuk menjelaskan
ruang lingkup pendidikan keagamaan. Selanjutnya pada ayat (2) pasal
yang sama disebutkan tentang siapa yang menjadi pengelola
pendidikan keagamaan baik yang formal, non-formal dan informal
tersebut, yaitu Menteri Agama.
       Dari sini jelas bahwa tanggungjawab dalam proses pembinaan
dan pengembangan pendidikan Islam/dan atau keagamaan Islam
menjadi tanggungjawab menteri agama. Tentunya mengingat posisi
menteri agama bukan hanya untuk kalangan Islam saja, maka beban
menteri agama juga melebar pada penyelenggaraan pendidikan agama
lain non Islam, di samping beban administratif lain terkait dengan
ruang lingkup penyelenggaraan agama dan prosesi keagamaan untuk
seluruh agama-agama yang diakui di Indonesia.
       Selain   itu   seandainya   terjadi   penyimpangan    dalam
penyelenggaraan pendidikan keaagamaan, maka jika untuk pendidikan
tinggi maka posisi menteri agama sebagaimana pasal 7 ayat (1) a
hanya sebagai pemberi pertimbangan dan bukan pengambil keputusan.
Adapun pengambil keputusan untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah dilakukan oleh bupati/walikota, dan masukan pertimbangan
diberikan oleh Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota.
Sekali lagi hal ini menunjukkan betapa Depag beserta jajarannya
hingga yang paling bawah, tidak memiliki kekuasaan dalam proses
penyelenggaraan pendidikan keagamaan sekalipun.
       Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah lembaga
penyelenggara pendidikan keagamaan Islam adalah MI, M.Ts dan
MA/MAK. Meski sebenarnya penyebutan lembaga-lembaga tersebut
tidak secara ekplisit, namun sebagai penjelasan tentang kemungkinan
perpindahan peserta didik dalam jenjang pendidikan yang setara (Pasal
11). Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 Pasal 17 ayat (2) juga
memang disebutkan untuk jenjang pendidikan dasar, yaitu MI, M.Ts.,
dan Pasal 18 ayat (3) jenjang pendidikan menengah bagi pendidikan
Islam adalah MA dan MAK. Hanya saja khusus untuk pendidikan
keagamaan baik dalam UU Sisdiknas Pasal 30 ayat (4) ataupun PP No.
55 pasal 14 ayat (1) berbentuk pendidikan diniyah, dan pesantren. Ayat
(2) dan ayat (3) menjelaskan bahwa kedua model pendidikan tersebut
dapat diselenggarakan pada jalur formal, nonformal dan informal.
       Dalam pasal 18 PP No. 55 tahun 2007 disebutkan untuk
pendidikan diniyah formal pada ayat (1) Kurikulum pendidikan
diniyah dasar formal wajib memasukkan muatan pendidikan
kewarganegaraan,    bahasa    Indonesia,   matematika,    dan      ilmu
pengetahuan alam dalam rangka pelaksanaan program wajib belajar.
Begitu juga untuk pendidikan diniyah menengah formal Kurikulum
pendidikan diniyah menengah formal wajib memasukkan muatan
pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, ilmu
pengetahuan alam, serta seni dan budaya.
       Sementara itu untuk pendidikan diniyah non-formal disebutkan
dalam pasal 21 ayat (1) yaitu, Pendidikan diniyah nonformal
diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, Majelis Taklim,
Pendidikan Al Qur'an, Diniyah Takmiliyah, atau bentuk lain yang
sejenis. Adapun untuk proses penyelenggaraannya tertuang dalam
pasal yang sama ayat (5) Penyelenggaraan diniyah takmiliyah dapat
dilaksanakan secara terpadu dengan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
   SMK/MAK atau pendidikan tinggi.
          Orientasi pendidikan agama islam ialah pendidikan ini secara
   tidak langsung mengharuskan kita untuk menyelenggarakan proses
   pendidikan nasional yang konsisten dan secara integralistik menuju
   kearah pencapaian tujuan akhir. Terbentuknya manusia Indonesia
   seutuhnya yang berkualitas unggul yang berkembang dan tumbuh di
   atas pola kehidupan yang seimbang antara lahiriah dan batiniah, antara
   jasmania dan rohaniah atau antara kehidupan mental spiritual dan fisik
   material. Dalam bahasa islam, membentuk insan kamil yang secara
   homeostatic dapat mengembangkan dirinya dalam pola kehidupan
   yang kahasanah fiddunnya dan khasanah fil akhirat terhindar dari
   siksaan api neraka, secara simultan tidak terpisah-pisah antara kedua
   unsurnya.
           Jalan menuju ketujuan itu, tidak lain adalah melalui proses
   pendidikan yang berorientasi kepada hubungan tiga arah yaitu
   hubungan anak didik dengan Tuhannya, dengan masyarakat dan
   dengan alam sekitarnya.


b. Pendidikan Agama di Sekolah Umum
          Pendidikan secara kultural pada umumnya berada dalam
   lingkup peran, fungsi dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup
   dalam upaya yang bernaksud mengangkat dan menegakkan martabat
   manusia melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam bentuk
   transfer of knowledge dan transfer of values.
          Dalam konteks ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan
   pendidikan islam, merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional,
   sekalipun   dalam   kehidupan     bangsa   Indonesia   tampak    sekali
   eksistensinya secara kultural. Tapi secara kuat ia telah berusaha untuk
   mengambil peran yang kompetitif dalam setting sosiologis bangsa,
   walaupun tetap saja tidak mampu menyamai pendidikan umum yang
ada dengan otonomi dan dukungan yang lebih luas, dalam
   mewujudkan tujuan pendidikan secara nyata.
          Sebagai pendidikan yang berlebel agama, maka pendidikan
   islam memiliki transmisi spritual yang lebih nyata dalam proses
   pengajarannya dibanding dengan pendidikan umum, sekalipun
   lembaga ini juga memiliki muatan serupa. Kejelasannya terletak pada
   keinginan pendidikan islam untuk mengembangkan keseluruhan aspek
   dalam diri anak didik secara berimbang, baik aspek intelektual,
   imajinasi dan keilmiahan, kultural serta kepribadian. Karena itulah
   pendidikan islam memiliki beban yang multi paradigma, sebab
   berusaha memadukan unsur profane dan imanen, dimana dengan
   pemaduan ini, akan membuka kemungkinan terwujudnya tujuan inti
   pendidikan islam yaitu melahirkan manusia-manusia yang beriman dan
   berilmu pengetahuan, yang satu sama lainnya saling menunjang.
          Antara ilmu pengetahuan dan pendidikan islam tidak dapat
   dipisahkan, karena perkembangan masyarakat islam, serta tuntutannya
   dalam membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani) sangat
   ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna
   melalui proses pendidikan. Proses pendidikan tidak hanya menggali
   dan mengembangkan sains, tetapi juga, lebih penting lagi yaitu dapat
   menemukan konsepsi baru ilmu pengetahuan yang utuh, sehingga
   dapat membangun masyarakat islam sesuai dengan keinginan dan
   kebutuhan yang diperlukan.


c. SKB 3 Menteri tahun 1975 tentang Madrasah

          SKB 3 Menteri tahun 1975 (Menteri Agama, Menteri
   Pendidikan dan Menteri Dalam Negeri) bertujuan untuk meningkatkan
   mutu pendidikan madrasah agar tingkat mata pelajaran umum di
   madrasah sama dengan tingkat mata pelajaran umum di sekolah
   umum. SKB itu menetapkan tiga hal penting; (1) Ijazah madrasah
mempunyai nilai yang sama dengan ijazah dari sekolah umum
setingkat, (2) Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke jenjang sekolah
umum jenjang atasnya, dan (3) siswa madrasah dapat berpindah ke
sekolah umum.

       Untuk mencapai tingkat standar mata pelajaran umum seperti
yang ada di sekolah umum, pelajaran umum di madrasah disamakan
dengan yang diajarkan di sekolah umum. Proporsi pelajaran di
madrasah dirubah menjadi 70% untuk pelajaran umum dan 30% untuk
mata pelajaran agama. Sebagai implementasi dari SKB 3 Menteri
tahun 1975 tersebut, pemerintah kemudian memberlakukan kurikulum
madrasah tahun 1976 dan juga mendirikan Madrasah Negeri di
berbagai tempat.

       Terhadap perubahan ini, tidak semua masyarakat Muslim,
khususnya dari kalangan Muslim tradisionalis, menyambut dengan
gembira. Kalangan Muslim tradisionalis, pada waktu itu masih
memandang madrasah semata-mata sebagai lembaga pendidikan
tempat mencari ilmu agama.

       Zakiyah Daradjat dalam kata pengantarnya di buku Maksum
(1999: xi) mencatat, ada dua pendapat menanggapi perkembangan
madrasah saat itu. Pertama, kalangan yang menilainya sebagi tonggak
penting integrasi madrasah ke dalam pendidikan nasional. Kedua,
kalangan yang memandang perubahan itu sebagai sikap akomodatif
yang berlebihan terhadap kecenderungan pendidikan modern yang
sekuler, yang dikhawatirkan akan mencabut madrasah dari nilai-nilai
keislaman dan melunturkan nilai-nilai keberagamaan siswa. Porsi
pengetahuan umum yang semakin besar itu, dikhawatirkan akan
menggeser pengetahuan agama yang menjadi spesialisasi madrasah
sejak lama.
Oleh karenanya, madrasah-madrasah swasta waktu itu tidak
serta merta mengikuti ketentuan pemerintah. Ada tarik-menarik yang
terjadi di dunia madrasah antara menjadi lembaga pendidikan modern
di satu sisi, dan mempertahankan perannya sebagai lembaga
pendidikan keagamaan sebagaimana dilakukannya di masa lalu. Tarik-
menarik itu kemudian memunculkan pergeseran dan penyesuaian yang
dinamis.

       Tarik menarik yang cukup hebat terjadi pada madrasah yang
berasosiasi dengan pesantren atau, lebih singkatnya disebut Madrasah
Pesantren. Madrasah ini didirikan dan dikelola oleh suatu pesantren
sebagai ekstensi dari sistem pendidikan pesantren. Munculnya
madrasah semacam ini, menurut Manfred Ziemek (1986: 104-108)
merupakan bagian dari perkembangan pesantren yang berawal dari
pengajian sederhana di masjid. Lalu karena ada santri yang berasal dari
jauh, dibangunlah pondokan. Perkembangan selanjutnya, didirikanlah
madrasah. Pesantren-pesantren tertentu kemudian ada yang sampai
mendirikan universitas.

       Karel A. Steenbrink (1994: 220) mencatat, berdirinya madrasah
di lingkungan pesantren, tidak serta merta menghapus tradisi
pesantren.   Justru   tradisi-tradisi   keilmuan,   keagamaan      dan
kepemimpinanannya mengadopsi pola          pesantren. Dalam tradisi
keilmuan, sebagai contoh, Madrasah Pesantren mengajarkan kitab
kuning dengan berbagai metode khas pesantrennya. Sehingga
madrasah pesantren ini sebenarnya merupakan klassikalisasi dari
pesantren. Orientasi awal dari madrasah ini adalah sebagai lembaga
pendidikan keagamaan. Maka wajar saja jika mata pelajarannya adalah
mata pelajaran agama sebagaimana pesantren.
BAB III

                                    PENUTUP

A. Kesimpulan

           Terjadinya pembaharuan pendidikan di dunia Islam yang muncul dari
   pemikir-pemikir Islam sendiri yang dengan krisis menyikapi kondisi soasial
   kemasyarakatan dan sikap keberagamaan umat Islam saat itu.

               Persinggungan antara dunia Islam dan Barat kembali menyadarkan
   para pemikir Islam betapa umat Islam jauh tertinggal dari bangsa-bangsa
   Eropa. Keadaan tersebut segera mendapatkan respon yang beragam dari para
   cendekiawan muslim dengan tujuan yang sama yaitu kembalinya umat Islam
   dalam pentas percaturan dunia seperti pada masa kejayaan Islam masa lampau,
   hal   itu   disepakati   dapat   dicapai   melalui   pembaharuan   Pendidikan.
   Pembaharuan Pendidikan pada dasarnya adalah pembaharuan pemikiran dan
   prespektif intelektual yang dapat membentuk pola pemikiran yang beragam,
   yaitu pemikiran yang secara murni ingin kembali pada ajaran Islam yang
   benar dan menolak segala apa yang datang dari Barat. Mereka adalah
   golongan tradisionalis, golongan yang mengadopsi secara besar-besaran
   termasuk dalam pendidikan yang pada akhirnya melahirkan dualisme system
   pendidikan dalam Islam seperti yang terjadi di Mesir dan Turki dan kelompok
   yang pemikirannya berangkat dari perasaan nasionalismenya. Dalam
   pergumulannya masing- masing memiliki peranan untuk menghasilkan
   perubahan hingga mencapai kemajuan umat.

           Pengaruh pembaharuan di Timur Tengah cukup besar terhadap
   pembaharuan pendidikan di Indonesia, pembaharuan pendidikan di Indonesia
   dari system pesantren yang hanya mengajarkan ilmu keislaman, kemudian
   diadakan pembaharuan antara lain oleh KHA Dahlan (1912) dengan
   mendirkkan     organisasi   Muhammadiyah,       yang    kemudian   mendirikan
   madrasah-madrasah yang di dalamnya diajarkan ilmu keislaman sekaligus
ilmu pengetahuan umum. Pembaharuan lainnya adalah organisasi NU oleh
   Hasyim Asy’ari dan organisasi serta tokoh-tokoh lainnya.

B. Saran

           Pendidikan agama memiliki peran yang sangat penting dalam
   pembangunan karakter suatu bangsa karena dalam pendidikan agama manusia
   diajarkan mengenai hal yang baik dan buruk maka sudah sepantasnya
   pendidikan agama menjadi pendidikan yang wajib ada di semua jenjang
   pendidikan baik itu SD, SMP, SMA dan juga Perguruan Tinggi. Sebaiknya
   dalam setiap mata pembelajaran di sekolah umum para pengajar selalu
   mengaitkan materi pembelajaran dengan nilai-nilai agama sehingga siswa
   dapat lebih memahami fungsi dari mempelajari agama dan korelasinya
   terhadap kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA


Yunus, Mahmud. 1957. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara
     Sumber Widya
Noer, deliar. 1980. Gerakan Moderen Islam di Indonesia. Jakarta: LP3ES
Taufik, Ahmad dkk. 2005. Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam.
      Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sunanto, Musyrifah. 2005. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta : PT Raja
     Grafindo Persada.
http// Makhmud Syafe‟i
http//docstoc.com

Contenu connexe

Tendances

Modul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di Nusantara
Modul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di NusantaraModul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di Nusantara
Modul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di NusantaraIstna Zakia Iriana
 
Power Point Sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
Power Point Sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidinPower Point Sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
Power Point Sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidinSri Juwita Alfath
 
Konsep pendidikan islam
Konsep pendidikan islamKonsep pendidikan islam
Konsep pendidikan islamDozzo Morini
 
Sejarah Perkembangan Islam di Brunai Darussalam
Sejarah Perkembangan Islam di Brunai DarussalamSejarah Perkembangan Islam di Brunai Darussalam
Sejarah Perkembangan Islam di Brunai Darussalambulan purnama
 
RPP SKI Kelas VIII Semester 1 dan 2
RPP SKI Kelas VIII Semester 1 dan 2RPP SKI Kelas VIII Semester 1 dan 2
RPP SKI Kelas VIII Semester 1 dan 2Baitinnajmah
 
Konsep Pendidikan Pesantren
Konsep Pendidikan PesantrenKonsep Pendidikan Pesantren
Konsep Pendidikan PesantrenZaharah Fitria
 
hakikat dan tujuan pend.islam
hakikat dan tujuan pend.islam hakikat dan tujuan pend.islam
hakikat dan tujuan pend.islam Ainina Sa'id
 
pembelajaran fiqih MI
pembelajaran fiqih MIpembelajaran fiqih MI
pembelajaran fiqih MINataly April
 
Bab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusia
Bab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusiaBab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusia
Bab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusiahadisukmo
 
P5P2RLA.pptx
P5P2RLA.pptxP5P2RLA.pptx
P5P2RLA.pptxarisadi2
 
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di PersiaPPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persiakacangtom
 
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidinPower point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidindayat7
 
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam pada periode khulafaur rasyidi1
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam pada periode khulafaur rasyidi1Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam pada periode khulafaur rasyidi1
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam pada periode khulafaur rasyidi1Phujie FaHrani
 
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 3- Perkembangan Proses Dan Keterampilan P...
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 3- Perkembangan Proses Dan Keterampilan P...Modul Perkembangan Peserta Didik KB 3- Perkembangan Proses Dan Keterampilan P...
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 3- Perkembangan Proses Dan Keterampilan P...Istna Zakia Iriana
 
ASPEK, TUJUAN, FUNGSI, DAN FAKTOR MANAJEMEN KELAS OLEH SITI WIDA FUNGKISARI
ASPEK, TUJUAN, FUNGSI, DAN FAKTOR MANAJEMEN KELAS OLEH SITI WIDA FUNGKISARI  ASPEK, TUJUAN, FUNGSI, DAN FAKTOR MANAJEMEN KELAS OLEH SITI WIDA FUNGKISARI
ASPEK, TUJUAN, FUNGSI, DAN FAKTOR MANAJEMEN KELAS OLEH SITI WIDA FUNGKISARI WidiaFungkisari
 
Pesantren dalam era globalisasi
Pesantren dalam era globalisasiPesantren dalam era globalisasi
Pesantren dalam era globalisasiyahyanursidik
 

Tendances (20)

Modul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di Nusantara
Modul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di NusantaraModul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di Nusantara
Modul SKI- KB 3 Perkembangan Islam Di Nusantara
 
Power Point Sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
Power Point Sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidinPower Point Sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
Power Point Sejarah perkembangan pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
 
Konsep pendidikan islam
Konsep pendidikan islamKonsep pendidikan islam
Konsep pendidikan islam
 
Sejarah Perkembangan Islam di Brunai Darussalam
Sejarah Perkembangan Islam di Brunai DarussalamSejarah Perkembangan Islam di Brunai Darussalam
Sejarah Perkembangan Islam di Brunai Darussalam
 
RPP SKI Kelas VIII Semester 1 dan 2
RPP SKI Kelas VIII Semester 1 dan 2RPP SKI Kelas VIII Semester 1 dan 2
RPP SKI Kelas VIII Semester 1 dan 2
 
Konsep Pendidikan Pesantren
Konsep Pendidikan PesantrenKonsep Pendidikan Pesantren
Konsep Pendidikan Pesantren
 
Ppt Dinasti Abbasiyah
Ppt Dinasti AbbasiyahPpt Dinasti Abbasiyah
Ppt Dinasti Abbasiyah
 
hakikat dan tujuan pend.islam
hakikat dan tujuan pend.islam hakikat dan tujuan pend.islam
hakikat dan tujuan pend.islam
 
pembelajaran fiqih MI
pembelajaran fiqih MIpembelajaran fiqih MI
pembelajaran fiqih MI
 
Bab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusia
Bab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusiaBab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusia
Bab 6 perkembangan islam masa daulah bani umayyah di andalusia
 
P5P2RLA.pptx
P5P2RLA.pptxP5P2RLA.pptx
P5P2RLA.pptx
 
PERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITSPERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITS
 
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di PersiaPPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
 
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidinPower point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
 
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam pada periode khulafaur rasyidi1
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam pada periode khulafaur rasyidi1Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam pada periode khulafaur rasyidi1
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam pada periode khulafaur rasyidi1
 
KB 1 Evaluasi Pembelajaran
KB 1 Evaluasi PembelajaranKB 1 Evaluasi Pembelajaran
KB 1 Evaluasi Pembelajaran
 
Hasyim Asy'ari
Hasyim Asy'ariHasyim Asy'ari
Hasyim Asy'ari
 
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 3- Perkembangan Proses Dan Keterampilan P...
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 3- Perkembangan Proses Dan Keterampilan P...Modul Perkembangan Peserta Didik KB 3- Perkembangan Proses Dan Keterampilan P...
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 3- Perkembangan Proses Dan Keterampilan P...
 
ASPEK, TUJUAN, FUNGSI, DAN FAKTOR MANAJEMEN KELAS OLEH SITI WIDA FUNGKISARI
ASPEK, TUJUAN, FUNGSI, DAN FAKTOR MANAJEMEN KELAS OLEH SITI WIDA FUNGKISARI  ASPEK, TUJUAN, FUNGSI, DAN FAKTOR MANAJEMEN KELAS OLEH SITI WIDA FUNGKISARI
ASPEK, TUJUAN, FUNGSI, DAN FAKTOR MANAJEMEN KELAS OLEH SITI WIDA FUNGKISARI
 
Pesantren dalam era globalisasi
Pesantren dalam era globalisasiPesantren dalam era globalisasi
Pesantren dalam era globalisasi
 

En vedette

Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaPerkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaFernalia Halim
 
Institusi institusi pendidikan islam di indonesia
Institusi institusi pendidikan islam di indonesiaInstitusi institusi pendidikan islam di indonesia
Institusi institusi pendidikan islam di indonesiasadiman dimas
 
Perkembangan islam di indonesia
Perkembangan islam di indonesiaPerkembangan islam di indonesia
Perkembangan islam di indonesiaReza Luthfi
 
Berkompetensi dalam kebaikan dan etos kerja
Berkompetensi dalam kebaikan dan etos kerja Berkompetensi dalam kebaikan dan etos kerja
Berkompetensi dalam kebaikan dan etos kerja Rika Nuralfiyuni
 
Fadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesia
Fadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesiaFadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesia
Fadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesiaFàdh Äldrîch
 
Ibnu Thufail (Makalah Usman Jambak)
Ibnu Thufail (Makalah Usman Jambak)Ibnu Thufail (Makalah Usman Jambak)
Ibnu Thufail (Makalah Usman Jambak)Usman Jambak
 
Buku Panduan KULTUM Ikatan Remaja Putri Plosokuning Minomartani (IRPPM)
Buku Panduan KULTUM Ikatan Remaja Putri Plosokuning Minomartani (IRPPM)Buku Panduan KULTUM Ikatan Remaja Putri Plosokuning Minomartani (IRPPM)
Buku Panduan KULTUM Ikatan Remaja Putri Plosokuning Minomartani (IRPPM)Dhiarrafii Bintang Matahari
 
RPP Sejarah kelas X 28
RPP Sejarah kelas X 28RPP Sejarah kelas X 28
RPP Sejarah kelas X 28Ressa
 
Makalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islam
Makalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islamMakalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islam
Makalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islamWarnet Raha
 
Makalah sejarah pendidikan islam perpustakaan dan toko buku
Makalah sejarah pendidikan islam perpustakaan dan toko bukuMakalah sejarah pendidikan islam perpustakaan dan toko buku
Makalah sejarah pendidikan islam perpustakaan dan toko bukuAkbar Tanjung
 
Materi Sejarah SMA - Perkembangan Tradisi Islam di Indonesia
Materi Sejarah SMA - Perkembangan Tradisi Islam di IndonesiaMateri Sejarah SMA - Perkembangan Tradisi Islam di Indonesia
Materi Sejarah SMA - Perkembangan Tradisi Islam di IndonesiaRifda Latifa
 
Pendidikan di indonesia pada masa penjajahan
Pendidikan di indonesia pada masa penjajahanPendidikan di indonesia pada masa penjajahan
Pendidikan di indonesia pada masa penjajahanAnan Nur
 
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamWawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamAli Murfi
 
Sejarah islam di eropa
Sejarah islam di eropaSejarah islam di eropa
Sejarah islam di eropamuhamad novida
 
FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA
FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA
FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA Annisa Monitha
 

En vedette (20)

Makalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islamMakalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islam
 
Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaPerkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia
 
Makalah Perkembangan Islam di Indonesia
Makalah Perkembangan Islam di IndonesiaMakalah Perkembangan Islam di Indonesia
Makalah Perkembangan Islam di Indonesia
 
Institusi institusi pendidikan islam di indonesia
Institusi institusi pendidikan islam di indonesiaInstitusi institusi pendidikan islam di indonesia
Institusi institusi pendidikan islam di indonesia
 
Perkembangan islam di indonesia
Perkembangan islam di indonesiaPerkembangan islam di indonesia
Perkembangan islam di indonesia
 
Berkompetensi dalam kebaikan dan etos kerja
Berkompetensi dalam kebaikan dan etos kerja Berkompetensi dalam kebaikan dan etos kerja
Berkompetensi dalam kebaikan dan etos kerja
 
Fadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesia
Fadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesiaFadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesia
Fadh ahmad - Peran Gerakan Islam Dalam Pendidikan di indonesia
 
Ibnu Thufail (Makalah Usman Jambak)
Ibnu Thufail (Makalah Usman Jambak)Ibnu Thufail (Makalah Usman Jambak)
Ibnu Thufail (Makalah Usman Jambak)
 
Buku Panduan KULTUM Ikatan Remaja Putri Plosokuning Minomartani (IRPPM)
Buku Panduan KULTUM Ikatan Remaja Putri Plosokuning Minomartani (IRPPM)Buku Panduan KULTUM Ikatan Remaja Putri Plosokuning Minomartani (IRPPM)
Buku Panduan KULTUM Ikatan Remaja Putri Plosokuning Minomartani (IRPPM)
 
RPP Sejarah kelas X 28
RPP Sejarah kelas X 28RPP Sejarah kelas X 28
RPP Sejarah kelas X 28
 
Makalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islam
Makalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islamMakalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islam
Makalah sejarah budaya muna sebelum masuknya islam
 
Makalah sejarah pendidikan islam perpustakaan dan toko buku
Makalah sejarah pendidikan islam perpustakaan dan toko bukuMakalah sejarah pendidikan islam perpustakaan dan toko buku
Makalah sejarah pendidikan islam perpustakaan dan toko buku
 
Materi Sejarah SMA - Perkembangan Tradisi Islam di Indonesia
Materi Sejarah SMA - Perkembangan Tradisi Islam di IndonesiaMateri Sejarah SMA - Perkembangan Tradisi Islam di Indonesia
Materi Sejarah SMA - Perkembangan Tradisi Islam di Indonesia
 
Pendidikan di indonesia pada masa penjajahan
Pendidikan di indonesia pada masa penjajahanPendidikan di indonesia pada masa penjajahan
Pendidikan di indonesia pada masa penjajahan
 
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamWawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
 
Lembaga pendidikan islam
Lembaga pendidikan islamLembaga pendidikan islam
Lembaga pendidikan islam
 
Perkembangan politik di indonesia
Perkembangan politik di indonesiaPerkembangan politik di indonesia
Perkembangan politik di indonesia
 
Sejarah islam di eropa
Sejarah islam di eropaSejarah islam di eropa
Sejarah islam di eropa
 
Kebudayaan islam
Kebudayaan islamKebudayaan islam
Kebudayaan islam
 
FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA
FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA
FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA
 

Similaire à PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

Kebudayaan islam
Kebudayaan islamKebudayaan islam
Kebudayaan islammuhfachrul3
 
Pendidikan Pesantren.docx
Pendidikan Pesantren.docxPendidikan Pesantren.docx
Pendidikan Pesantren.docxZukét Printing
 
Pendidikan Pesantren.pdf
Pendidikan Pesantren.pdfPendidikan Pesantren.pdf
Pendidikan Pesantren.pdfZukét Printing
 
Sejarah Pendidikan Islam.pdf
Sejarah Pendidikan Islam.pdfSejarah Pendidikan Islam.pdf
Sejarah Pendidikan Islam.pdfZukét Printing
 
Sejarah Pendidikan Islam.docx
Sejarah Pendidikan Islam.docxSejarah Pendidikan Islam.docx
Sejarah Pendidikan Islam.docxZukét Printing
 
Perkembangan Islam di Indonesia dan Ekonomi Global
Perkembangan Islam di Indonesia dan Ekonomi GlobalPerkembangan Islam di Indonesia dan Ekonomi Global
Perkembangan Islam di Indonesia dan Ekonomi GlobalMunawwarah Nasir
 
ppt_Perguruan Tinggi Islam di Indonesia.pptx
ppt_Perguruan Tinggi Islam di Indonesia.pptxppt_Perguruan Tinggi Islam di Indonesia.pptx
ppt_Perguruan Tinggi Islam di Indonesia.pptxSolihinShaqiqcalonsa
 
Bs sejarah smt_1 sma kelas xi kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Bs sejarah smt_1 sma kelas xi kurikulum 2013_[blogerkupang.com]Bs sejarah smt_1 sma kelas xi kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Bs sejarah smt_1 sma kelas xi kurikulum 2013_[blogerkupang.com]Randy Ikas
 
Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.docx
Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.docxPeranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.docx
Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.docxZukét Printing
 
Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.pdf
Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.pdfPeranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.pdf
Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.pdfZukét Printing
 
MAKALAH AGAMA RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA.docx
MAKALAH AGAMA RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA.docxMAKALAH AGAMA RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA.docx
MAKALAH AGAMA RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA.docxdanny110359
 
Pertumbuhan dan perkembangan agama serta kebudayaan hindu budha di indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan agama serta kebudayaan hindu budha di indonesiaPertumbuhan dan perkembangan agama serta kebudayaan hindu budha di indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan agama serta kebudayaan hindu budha di indonesiaSMA Negeri 9 KERINCI
 
Makalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docx
Makalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docxMakalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docx
Makalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docxMyAdobe
 
Makalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docx
Makalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docxMakalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docx
Makalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docxMyAdobe
 

Similaire à PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM (20)

Kebudayaan islam
Kebudayaan islamKebudayaan islam
Kebudayaan islam
 
Pendidikan Pesantren.docx
Pendidikan Pesantren.docxPendidikan Pesantren.docx
Pendidikan Pesantren.docx
 
Pendidikan Pesantren.pdf
Pendidikan Pesantren.pdfPendidikan Pesantren.pdf
Pendidikan Pesantren.pdf
 
Sejarah Pendidikan Islam.pdf
Sejarah Pendidikan Islam.pdfSejarah Pendidikan Islam.pdf
Sejarah Pendidikan Islam.pdf
 
Sejarah Pendidikan Islam.docx
Sejarah Pendidikan Islam.docxSejarah Pendidikan Islam.docx
Sejarah Pendidikan Islam.docx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Perkembangan Islam di Indonesia dan Ekonomi Global
Perkembangan Islam di Indonesia dan Ekonomi GlobalPerkembangan Islam di Indonesia dan Ekonomi Global
Perkembangan Islam di Indonesia dan Ekonomi Global
 
ppt_Perguruan Tinggi Islam di Indonesia.pptx
ppt_Perguruan Tinggi Islam di Indonesia.pptxppt_Perguruan Tinggi Islam di Indonesia.pptx
ppt_Perguruan Tinggi Islam di Indonesia.pptx
 
Buku SKI MTs 7
Buku SKI MTs 7Buku SKI MTs 7
Buku SKI MTs 7
 
BUKU SKI_SISWA_7_K13
BUKU SKI_SISWA_7_K13BUKU SKI_SISWA_7_K13
BUKU SKI_SISWA_7_K13
 
Bs sejarah smt_1 sma kelas xi kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Bs sejarah smt_1 sma kelas xi kurikulum 2013_[blogerkupang.com]Bs sejarah smt_1 sma kelas xi kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Bs sejarah smt_1 sma kelas xi kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
 
Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.docx
Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.docxPeranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.docx
Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.docx
 
Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.pdf
Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.pdfPeranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.pdf
Peranan Penting Pesantren dalam Pengembangan Aswaja.pdf
 
MAKALAH AGAMA RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA.docx
MAKALAH AGAMA RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA.docxMAKALAH AGAMA RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA.docx
MAKALAH AGAMA RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA.docx
 
131018055 hindu-budha
131018055 hindu-budha131018055 hindu-budha
131018055 hindu-budha
 
131018055 hindu-budha
131018055 hindu-budha131018055 hindu-budha
131018055 hindu-budha
 
Pertumbuhan dan perkembangan agama serta kebudayaan hindu budha di indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan agama serta kebudayaan hindu budha di indonesiaPertumbuhan dan perkembangan agama serta kebudayaan hindu budha di indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan agama serta kebudayaan hindu budha di indonesia
 
Makalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docx
Makalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docxMakalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docx
Makalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docx
 
Makalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docx
Makalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docxMakalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docx
Makalah_Perkembangan_Islam_Di_Indonesia.docx
 
Revisi pid klmpk 14
Revisi pid klmpk 14Revisi pid klmpk 14
Revisi pid klmpk 14
 

Dernier

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 

Dernier (20)

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

  • 1. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA Disusun Untuk Memenuhi tugas Matakuliah IDI 1 Dosen : Ristianti Azharita S.Pd Disusun Oleh : Nur Aisyah Kusmayanti D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2012
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah meilmpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan kita semua sebagai umatnya. Makalah ini di buat sebagai salahsatu syarat untuk memenuhi tugas semester ganjil mata kuliah IDI 1, dan sebagai tambahan referensi mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia. Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna maka penulis berharap masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini untuk kedepannya. Besar harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khusunya dan bagi pembaca pada uumumnya. Jakarta, November 2012 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah…........................................................ 1 B. Perumusan Masalah.................................................................. 2 C. Tujuan Penulisan....................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pendidikan Islam Pra Kemerdekaan......................................... 3 1. Pendidikan Zaman Kerajaan Islam………………………. .. 3 2. Pendidikan Islam di Zaman penjajahan Belanda..………… 7 3. Pendidikan Islam di zaman penjajahan Jepang……………. 9 4. Pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia……………… 9 5. Tokoh-tokoh pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia... 12 B. Pendidikan Islam Pasca Kemerdekaan...................................... 15 1. Perkembangan Pesantren Modern di Indonesia…………… 15 2. Kebijakan Pemerintah terhadap Pendidikan Islam………….20 a. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional……20 b. Pendidikan Agama di Sekolah Umum………………….23 c. SKB 3 Menteri tahun 1975 tentang Madrasah………….24 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………. . . 27 B. Saran………………………………………………………...... 28 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah pendidikan islam dimulai sejak agama islam masuk ke Indonesia, yaitu kira-kira pada abad ke-12 Masehi. Ahli sejarah umumnya sependapat, bahwa agama islam mula-mula masuk ialah ke pulau Sumatera bagian utara di daerah Aceh. Umumnya ahli sejarah memastikan bahwa masuknya islam ke daerah Aceh itu dengan perjalanan Marco Polo. Dalam perjalananya pulang dari Tiongkok, ia singggah di Aceh pada tahun 1922 M. menurut keterangannya, di Perlak telah di dapatnya rakyat yang beragama islam. Perlak adalah pelabuhan besar di Aceh pada masa itu yang menghadap ke selat Malaka. Dengan keterangan tersebut ahli sejarah menetapkan dengan pasti, bahwa agama islam mulanya masuk dari daerah Aceh dan dari sanalah islam memancarkan cahayanya ke Malaka dan Sumatera Barat (Minangkabau). Dari Minangkabau islam berkembang ke Sulawesi,Ambon dan sampai ke Pilipina. Kemudian islam tersiar ke Jawa Timur kemudia ke Jawa Tengah sampai ke Banten, lalu ke Lampung dan Palembang hingga ke seluruh kepulauan Indonesia. Bukan saja agama islam di anut dan di dukung oleh rakyat umum, bahkan berdiri pula kerajaan-kerajaan islam di Indonesia. Sesungguhnya mempelajari Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia sangatlah penting, terutama bagi pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Dengan mempelajari sejarah perkembangan pendidikan islam kita dapat mengetahui factor penyebab kemajuan islam juga factor penyebab kemundurannya karena salah dalam cara didikannya ataupun sistemnya. Dengan mempelajari sejarah perkembangan pendidikan islam kita dapat
  • 5. mengetahui penyebab terang benderangnnya pendidikan islam juga gelap gulitanya. Apabila kita mengetahui dalam sejarah perkembangan pendidikan islam penyebab kemajuan islam, tentu kita akan mengupayakan sebab-sebab kemajuan itu lalu mengembangkannya. Dan apabila kita mengetahui penyebab kemundurannya, disinilah peran kita di butuhkan untuk menemukan terobosan baru guna memperbaiki kesalahan yang ada dan mengembalikan pendidikan islam ke masa terang benderang. Pendidikan islam dalah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan bertujuan akhlak yang mulia dengan tidak melupakan kemajuan dunia dan ilmu pengetahuan yang berguna untuk perseorangan dan kemasyarakatan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah perkembangan pendidikan islam di Indonesia pada masa pra kemerdekaan? 2. Bagaimanakah perkembangan pendidikan islam di Indonesia pada masa pasca kemerdekaan? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan islam di Indonesia pada masa pra kemerdekaan. 2. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan islam di Indonesia pada masa pasca kemerdekaan.
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. Pendidikan Islam Pra Kemerdekaan 1. Pendidikan Zaman Kerajaan Islam Samudera Pasai merupakan tempat studi Islam yang paling tua yang dilakukan oleh sebuah kerajaan. Sementara itu, untuk di luar kerajaan halaqah ajaran islam di duga sudah dilakukan di koloni-koloni tempat pedagang islam berdatangan di pelabuhan-pelabuhan. Dari halaqah semacam itu nanti berkembang menjadi lembaga pendidikan. Setelah kerajaan Samudera Pasai mundur dalam bidang politik, tradisi pendidikan agama islam terus berlanjut. Samudera Pasai terus berfungsi sebagai pusat studi islam di Asia Tenggara. Lalu kemudian muncul Kerajaan Malaka sebagai pusat politik yang juga berkembang menjadi pusat pendidikan islam. Kerajaan Malaka giat melaksanakan pengajian dan pendidikan Islam. Selain sebagai tempat pemerintahan istana juga berfungsi sebagai mudzakarah masalah-maslah ilmu pengetahuan dan sebagai perpustakaan dan juga berfungsi sebagai pusat-pusat penerjemahan dan penyalinan kitab-kitab terutama kitab-kitab keislaman. Mata pelajaran yang diberikan di lembaga-lembaga pendidikan islam dibagi menjadi dua tingkatan : a. Tingkat dasar terdiri atas pelajaran membaca, menulis bahasa arab, pengajian Alquran, dan ibadah peraktis. b. Tingkat yang lebih tinggi dengan materi-materi ilmu fiqih, tasawuf, ilmu kalam dsb.
  • 7. Banyak ulama mancanegara datang ke Malaka dari Afghanistan, Malabar, Hindustan, terutama dari Arab untuk mengambil peran dalam penyiaran pendidikan islam. Para penuntut ilmu berdatangan dari berbagai Negara Asia Tenggara. Dari Jawa, Sunan Bonang dan Sunan Giri datang ke Malaka untuk menuntut ilmu dan setelah mereka selesai menjalani pendidikan agama, mereka mendirikan tempat pendidikan di tempat masing-masing. Di kerajaan Aceh Darussalam, Sulatan Iskandar Muda juga sangat memperhatikan pengembangan agama dengan mendirikan mesjid-mesjid seperti Mesjid Bait al-Rahman di Banda Aceh dan pusat-pusat pendidikan Islam yang di sebut dayah. Di Aceh terdapat ulama-ulama besar yang ternama yang telah berjasa mengembangkan lembaga pendidikan seperti dayah ini menjadi semacam perguruan tinggi. Nuruddin al-Raniri dan Abd. Rauf Singkel adalah ulama-ulama yang mengajar di lembaga pendidikan ini. Para penuntut ilmu yang datang dari luar Aceh belajar mereka seperti Syekh Burhanuddin yang berasal dari ulakan- Minangkabau. Setelah tamat ia pulang dan mendirikan lembaga pendidikan islam yang di sebut surau. Kemajuan pesat lembaga pendidikan islam di Aceh ini menyebabkan orang menjulukinya Serambi Makkah. Murid dari kerajaan lain belajar kepada gurunya masing-masing, kemudian meningkat belajar lebih tinggi di Aceh, kemudian setelah itu belajar ke Mekkah. Sistem pengajaran bagi umat islam sebagaimana di negeri-negeri muslim, adalah pengajian Alquran. Pada tahap awal lapal bacaan bahasa Arab (huruf-huruf hijaiyah), setelah itu menghapal surat-surat pendek (juz ‘Amma) beserta tajwidnya yang diperlukan untuk shalat. Pelajaran lebih lanjut berkenaan dengan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hukum-hukum islam (fiqih) dan tasawuf (membersihkan hati dan anggota badan dari dosa-dosa, kesalahan dan kehilapan). Yang memberi pelajaran pada tahap awal di sebut alim, sedangkan untuk pelajaran lebih lanjut
  • 8. diberikan oleh seorang ulama besar terutama yang pernah belajar ke Makkah. Pendidikan Islam mengalami kemajuan pesat setelah para ulama mengarang buku-buku pelajaran keislaman bebahasa Melayu, seperti karya-karya Hamzah Fansuri, Nururddin al-Raniri, Abd. Rauf Singkel di Aceh. Di Minangkabau lembaga pendidikan disebut surau. Surau sebelum islam datang merupakan tempat menginap anak-anak bujang, lalu Syaikh Burhanuddin merubah fungsi surau menjadi tempat pendidikan Islam. Suarau inilah cikal bakal lembaga pendidikan Islam yang lebih teratur di masa berikutnya. Lembaga Pendidikan Islam di Jawa dikenal dengan nama pesantren. Menurut sumber lokal pesantren pertama di pulau Jawa adalah Pesantren Giri dan Pesantren Gresik di Jawa Timur. Pesantren Gresik didirikan oleh Maulana Malik Ibrahim yang mendidik Mubaligh-mubaligh yang nantinya menyiarkan agama islam ke seluruh Nusantara. sedangkan Pesantren Giri didirikan oleh Sunan Giri. Terdapat pula pendidikan agama di Ampel-Surabaya-Jawa Timur, dibangun oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel Denta). Berawal dari Giri dan Ampel berikutnya semakin banyak pusat-pusat pendidikan islam di Jawa seperti Tembayat, Prawoto (Demak), dan Gunung Jati Cirebon. Di kerajaan islam Banjar Kalsel, Lembaga Pendidikan Islam pertama dikenal dengan nama Langgar. Orang pertama yang mendirikan Langgar adalah Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari. Semua ilmu yang diberikan di lembaga pendidikan islam di Nusantara ditulis dalam huruf Arab Melayu atau Pegon. Di Sulawesi adalah raja Gowa XIV, Sultan Alauddin yang pertama mendirikan masjid di Bantaolo, Masjid ini berfungsi sebagai tempat shalat,
  • 9. juga sebagai pusat pengajian, pendidikan dan pengajaran Islam. Yang bertindak sebagai guru adalah Datu Ri Bandang seorang ulama dari Minangkabau yang menuntut ilmu di Pesantren Giri. Selanjutnya masjid berkembang menjadi pesantren. Dan di lembaga pendidikan inilah ulama Makassar Syaikh Yusuf al-Makassari menuntut ilmu agama dasar sebelum melanjutkan ke Aceh dan kemudian ke Makkah. Pelajaran yang diberikan di pesantren Bantoalo adalah fiqih, tassawuf, tafsir, hadist, balaghah, dan mantiq (logika). Metode pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan itu adalah sorogan dan bandungan. Sorogan adalah system pengajaran bersifat individual, biasanya bagi murid pemula. metode ini digunakan yang berlangsung di rumah-rumah, masjid-masjid dan langgar secara perorangan. Sedangkan metode bandungan (weton atau halaqah) adalah sekelompok santri mendengarkan seorang guru membaca,menerjemahkan, menerangkan, mengulas buku-buku islam dalam bahsa Arab. Dalam pesantren tidak ada kurikulum, tiap pesantren biasanya punya spesialisasi sendiri sesuai dengan keahlian kiai besarnya. Di Jawa setelah berdirinya kerajaan Demak, pendidikan Islam bertambah maju karena telah ada pemerintah yang menyelenggarakannya dan pembesar-pembesar islam membelanya. Pada tahun 1476 di Bintoro dibentuk organisasi Bayankare Islah (angkatan pelopor perbaikan) untuk mempergiat usaha pendidikan dan pengajaran islam. Dalam rencana pekerjaannya disebutkan sebagai berikut : a. Tanah Jawa-Madura dibagi atas beberapa bagian untuk lapangan pendidikan/pengajaran. Pimpinan pekerjaan di tiap-tiap bagian dikepalai oleh seorang wali dan seorang pembantu (badal). b. Supaya mudah dipahami dan diterima masyarakat, didikan dan ajaran islam harus diberikan melalui jalan kebudayaan yang hidup dalam masyarakat, asal tidak menyalahi hukum syara.
  • 10. c. Para wali/badal selain harus pandai ilmu agama sertab memelihara budi pekerti supaya menjadi suri tauladan bagi masyarakat. d. Di Bintoro segera didirikan mesjid agung untuk menjai sumber ilmu, pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran islam. Berdasarkan rencana itu, di tempat sentral suatu daerah didirikan mesjid, dipimpin oleh wali atau badal untuk menjadi sumber pendidikan islam yang sampai sekarang di beberapa tempat masih ada. 2. Pendidikan Islam di Zaman Penjajahan Belanda Awalnya pendidikan Islam dibiarkan saja tetap diajarkan, namun lambat laun mereka mengubah ajaran sedikit demi sedikit. Belanda mulai berusaha menghilangkan pengaruh islam, dimulai dari daerah yang dikuasai yaitu Yogya dan Surakarta. Setelah itu mereka menyingkirkan jabatan gubernur dan membinasakan organisasi-organisasi islam resmi. Kemudian hadirlah sekolah-sekolah Belanda sebagai ganti pendidikan baru, di setiap daerah keresidenan didirikan satu sekolah agama Kristen. Van Den Capellen tahun 1819 merencanakan berdirinya sekolah dasar bagi pribumi agar dapat membantu pemerintahan Belanda karena Belanda menganggapn pendidikan islam yang diselenggarakan di pesantren-pesantren dianggap tidak membantu pemerintah Belanda. Para santri dianggap buta huruf latin dan tingkatan pendidikannya rendah sehingga dianggap tidak berguna. Oleh karena itu Belanda mendirikan sekolah di desa-desa untuk menyaingi pesantren. Kemunduran pendidikan Islam itu mencapai puncaknya sebelum tahun 1900 M yang meliputi seluruh Indonesia. Bahkan pada tahun 1882 Belanda membuat badan khusus yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan Pendidikan Islam. Tahun 1925 Belanda mengeluarkan peraturan yang lebih ketat lagi bahwa tidak semua kiai boleh memberikan pelajaran mengaji. Tahun 1932 keluar pula peraturan yang dapat
  • 11. memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya yang disebut Ordonansi sekolah Liar. Peraturan ini dikeluarkan setelah muncul gerakan nasionalisme-islamisme pada tahun 1928 berupa Sumpah Pemuda. Untuk mencegah masuknya pelajaran agama islam di sekolah umum pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan yang disebut “Netral Agama”. Pada tahun 1901 Belanda melakukan politik etis, yaitu mendirikan pendidikan rakyat sampai ke desa yang memberikan hak-hak pendidikan pada pribumi dengan tujuan untuk mempersiapkan pegawai-pegawai yang bekerja untuk Belanda juaga untuk menghambat pendidikan tradisional. Di luar dugaan, berdirinya sekolah-sekolah rakyat di desa dimana orang pribumi sekolah membuat mereka mengenal system pendidikan modern: sistim kelas, pemakaian meja, metode belajar modern, dan pengetahuan umum. Mereka juda menjadi mengenal surat kabar dan majalah untuk mengikuti perkembangan zaman. Pandangan rasional ini menjadi pendorong untuk melakukan pembaharuan. Munculnya sekolah-sekolah Belanda menjadi perhatian besar para Ulama dan santri karena pendidikan itu menjadi penetrasi kebudayaan barat yang akan melahirkan intelektual pribumi secular dan menjadikan umat islam jauh dari agamanya. Oleh sebab itu, lahirlah gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang nantinya akan membawa kemajuan pendidikan Islam Indonesia ke taraf yang lebih baik. Sebenarnya kesadaran ini juga akibatnya terpengaruh oleh ide-ide Pan islamisme dan reformasi di Mesir ketika beberapa pelajar Indonesia menuntut ilmu agama disana. Itulah sebabnya kenapa kemudian para pembaru islam mengadopsi pendidikan colonial, padahal sebelumnya mengecam. Dengan demikian pembaharuan pendidikan Indonesia sudah dimulai sejak zaman koloial Belanda. Hal ini ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi Islam yang mendirikan sekolah-sekolah Islam, dimana system pengajarannya tidak lagi surau dengan system tradisional
  • 12. melainkan sudah menggunakan system klasik dengan krikulum pengajaran agama dan pngetahuan umum, walaupun kondisinya masih sederhana. 3. Pendidikan Islam di Zaman Penjajahan Jepang Jepang menjajah Indonesia setelah mengalahkan Belanda dalam Perang Dunia II pada tahun 1942 dengan semboyan Asia timur Raya atau Asia untuk Asia. Pada awalnya pemerintahan Jepang seolah-olah membela kepentingan Islam sebagai siasat untuk memenangkan perang. Untuk menarik perhatian rakyat Indonesia, pemerintah Jepang membolehkan didirikannya sekolah-sekolah agama dan pesantren-pesantren yang terbebas dari pengawasan Jepang. Padahal semua itu dilakukan agar kekuatan umat Islam dan nasionalis bisa diarahkan untuk kepentingan memenangkan perang yang dipimpin Jepang. Namun pada kenyataannya pada zaman ini pendidikan mengalami penurunan dibandingkan dengan jajahan Hindia-belanda. Pada zaman penjajahan Jepang jumlah Sekolah Dasar menurun dari 21.500 menjadi 13.500, sekolah lanjutan dari 850 menjadi 20, perguruan tinggi terdiri empat buah dan belum dapat melakukan kegiatan. Jumlah murid merosot 30%, sekolah menengah merosot 90%. Guru-guru SD berkurang 35%, guru sekolah menengah tinggal 5%, angka buta huruf tinggi sekali. Untuk memudahkan pengawasan dalam hal pendidikan pemerintah jepang menetapkan bahwa sekolah dasar menajdi sekolah dasar enam tahun, namun ternyata hal tersebut menjadi keuntungan bagi Indonesia sendiri karena menghapuskan diskriminasi. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar digunakan di semua sekolah dan menjadi mata pelajaran utama, dan bahasa Jepang menajadi mata pelajaran wajib, selain itu para pelajar juga harus mempelajari adat istiadat Jepang.
  • 13. 4. Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia Kira-kira pada abad 19 banyak orang islam Indonesia mulai menyadari bahwa mereka tidak akan mungkin berkompetisi dengan kekuatan-kekuatan yang menantang dari pihak kolonialisme Belanda, penetrasi Kristen dan perjuangan untuk maju di bagian-bagian lain di Asia apabila mereka terus melanjutkan kegiatan dengan cara-cara tradisional dalam menegakan Islam. Mereka mulai menyadari perlunya perubahan- perubahan. Daerah Minangkabau memiliki peranan yang sangat penting dalam penyebaran cita-cita pembaharuan ke daerah-daerah lain. Juga karena di daerah inilah tanda-tanda pertama daripada pembaharuan itu dapat diamati pada waktu daerah lain seakan-akan masih merasa puas dengan praktek- praktek tradisional mereka. kemudian menyusul pembicaraan tentang pergerakan tersebut di kalangan masyarakat Arab yang mendirikan organisasi modern pertama di kalangan orang-orang islam di Indonesia. Persyarikatan ulama yang pada umumnya terbatas pada daerah Majalengka, merupakan suatu contoh dari gerakan pembaharuan yang mempunyai sifat ganda. Mereka mengikuti Mazhab tetapi mengintrodusir pembaharuan-pembaharuan dalam bidang-bidang kegiatan yang bersifat praktis. Kemudian kita bicarakan Muhammadiyah yang mempunyai daerah operasi yang jauh lebih luas dibandingkan dengan organisasi manapun juga di Indonesia, dan akhirnya Persatuan Islam suatu organisasi yang relative kecil tetapi memiliki pengaruh yang luas disebabkan oleh publikasi-publikasi yang mereka keluarkan serta tulisan-tulisan dari pemimpin-pemimpin organisasi ini. Pembaharu-pembaharu mengakui betapa pentingnya pendidikan untuk membina dan membangun generasi yang lebih muda. Perubahan dalam pemikiran dan ide-ide tentu akan mempunyai arti yang besar dan akan lama bertahan apabila perubahan-perubahan ini mendapat tempat dalam kalangan generasi muda. Kenyataan bahwa permintaan atau kebutuhan masyarakat akan sekolah dengan jumlah yang lenih banyak lagi
  • 14. tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah, dan juga tidak dapat dipenuhi oleh golongan tradisi, memnyebabkan golongan pembaharu pun memerlukan bergerak di bidang pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan yang dibangun oleh para pembaharu diantaranya adalah sekolah Adabiyah di Padang (1909), Surau Jembatan Besi yang nantinya memplopori sekolah Thawalib di Minangkabau. Lalu ikatan alumni yang sudah tidak lagi belajar di sekolah Thawalib mendirikan sebuah organisasi yang bernama PERMI (Persatuan Muslimin Indonesia). Pendidikan putera-puteri dalam rangka pembaharuan di sekolah Adabiyah yang didirikan oleh Haji Abdullah Ahmad telah menjadikan inisiatif bagi Zainudin Labai untuk mendirikan sekolah Diniyah pada tahun 1915 yang sebagian merupakan perkembangan dari Surau Jembatan Besi, dengan menggunakan system ko-edukasi yang dicontoh dari kebiasaan yang berlaku di sekolah-sekolah pemerintah. Gerakan pembaharuan di Majalengka Jawa Barat yang di pimpin oleh KH. Abdul Halim dimulai dengan mendirikan organisasi yang bernama Hayatul Qulub yang kemudian berkembang menjadi Persyarikatan Ulama dan diakui secara hukum oleh pemerintah pada tahun 1917 dengan bantuan HOS Tjokroaminoto, Presiden Syarekat Islam. Gerakan pembaharuan selanjutnya adalah organisasi Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, dalam tahun 1909 Dahlan masuk Budi Oetomo dengan maksud memberikan pelajaran agama kepada anggota-anggotanya. Dengan jalan ini ia berharap akan dapat memberikan pengajaran di sekolah-sekolah pemerintah karena anggotanya yang kebanyakan bekerja di sekolah-sekolah pemerintah dan juga kantor-kantor pemerintah. Pemikirannya inipun berhasil dan ia pun mendirikan sebuah sekolah sendiri yang diatur dengan rapid an di dukung oleh organisasi yang bersifat permanen untuk menghindarkan nasib seperti pesantren-pesantren tradisional yang terpaksa di tutup,maka didirikan lah Muhammadiyah.
  • 15. Organisai pembaharuan yang terakhir adalah Persatuan Islam (PERSIS) yang didirikan di Bandung. Perhatian utama Persis adalah bagaimana menyebarkan cita-cita dan pemikirannya, ini dilakukan dengan mengadakan pertemuan umum, tabligh, khutbah-khutbah, kelompok- kelompok studi, mendirikan sekolah-sekolah dan menyebarkan pamphlet- pamflet, majalah-majalah serta kitab. 5. Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan di Indonesia a. KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Setelah kembalinya dari tanah suci Makkah cita-cita pembaharuan keagamaannya makin mantap. Yang mula-mula dilakukan Dahlan adalah dengan merubah arah kiblat. Untuk memperluas jangkauan penyiaran ide-ide pembaruannya, Dahlan masuk Budi Utomo pada tahun 1909 di organisasi ini Dahlan mengajarkan agama islam. Ide-ide pembaruannya tertuang dalam gerakan Muhammadiyah yang didirikan pada tanggal 18 November 1912 M. titik tekan perjuangannya adalah pemurnian ajaran islam dan bidang pendidikan. Muhammadiyah memiliki pengaruh yang berakar dalam upaya pemberantasan bid’ah, khurafat dan tahayul. Gambaran dalam bidang pendidikan, diketahui bahwa dunia keilmuan di Indonesia secara tradisional di emban dan dimiliki oleh pesantren, namun secara pelebaran atau penguasaan ilmu pesantren lebih mengembangkan ilmu agama ketimbang ilmu umum, bahkan, penguasaan ilmu agama lebih bersifat tradisional. Pengembangan ilmu pengetahuan umum secara melebar dengan cara mendirikan sekolah- sekolah modern yang bersifat memiliki kelas, sarana belajar yang lebih baik dan terpenting masuknya kurikulum umum dalam madrasah- madrasah yang dikelola oleh Muhammadiyah. Para siswa dapat bersama-sama bersekolah tanpa terikat jenis kelamin, artinya siswa
  • 16. dan siswi belajar dalam satu ruang walaupun tempat duduknya terpisah. Madrasah dan sekolah Muhammadiyah juga sangat berperan dalam menebarkan gagasan dan garis-garis pendiriannya. b. K.H. Hasyim Asy’ari dan NU KH. Hasyim Asy’ari lahir tanggal 14 Februari 1871, Ia adalah seorang yang memiliki predikat kekiaian yang kental. Dalam sejarah pendidikan islam tradisional, khususnya di Jawa, ia digelari Hadrat Asy’Syaikh (Guru besar di lingkungan pesantren), karena peranannya sangat besar dalam pembentukan kader- kader ulama pimpinan pesantren, misalnya psantren Asem Bagus di Situbondo Jawa Timur, pesantren Lirboyo Kediri dan lain-lain. Nahdatul Ulama (NU) didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926, yang mulanya hanya sebuah kepanitiaan yang disebut Komite Merembuk Hijaz. Organisasi NU menganut pada salahsatu mazhab dari empat mazhab yaitu Mazhab Syafi’i. NU banyak mengadakan kegiatan keislaman yang bermanfaat bagi anggotanya, seperti memperluas lapangan pendidikan dan mendirikan sekolah- sekolah serta pemeliharaan anak yatim. c. Nurcholis Madjid Nurcholis Madjid lahir di Mojoanyar, Jombang Jawa Timur pada 17 Maret 1939. Cak Nur merumuskan modernisasi sebagai rasionalitas. Pengertian yang mudah tentang modernisasi adalah pengertian yang idientik dengan pengertian rasionalitas. Hal tersebut berarti proses perombakan pola piker dan tata kerja baru yang akliah, kegunaannya untuk memperoleh daya guna efisiensi yang maksimal. Hal itu dilakukan dengan menggunakan penemuan mutakhir manusia di bidang ilmu pengetahuan.
  • 17. Nurcholish Madjid mengungkap dalam bukunya Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, bahwa modernisasi adalah suatu keharusan, bahkan suatu kewajiban mutlak. Modernisasi merupakan pelaksanaan perintah dan ajaran Allah. Hal ini didukung oleh Argumen berikut: Pertama, Allah menciptakan seluruh alam ini dengan benar bukan palsu. Kedua, Dia mengatur dengan peraturan Ilahi/sunatullah yang menguasai dan pasti. Ketiga, sebagai buatan Tuhan Maha Pencipta, alam ini adalah baik, menyenangkan(mendatangkan kebahagiaan duniawi) dan harmonis. Keempat, manusia diperintah oleh Allah untuk mengamati dan menelaah hukum-hukum yang ada dalam ciptaan-Nya. Kelima, Allah menciptakan seluruh alam raya untuk kepentingan manusia, kesejahteraan hidup dan kebahagiaannya, sebagai rahmat dari-Nya. Keenam, karena adanya perintah untuk mempergunakan akal pikiran/rasio itu, maka Allah melarang segala sesuatu yang menghambat perkembangan pemikiran, terutama pewarisan membuta terhadap tradisi-tradisi lama, yang merupakan cara berfikir dan kerja generasi sebelumnya. d. Muhammad Amien Rais Amien Rais lahir di Solo Jawa Tengah pada tanggal 26 April 1944. Pemikiran utamanya adalah mengenai pemurnian akidah islam. Sedangkan kontribusinya dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari karya-karyanya yang cukup banyak. Umumnya karya tulisnya dituangkan dalam bentuk artikel, sebagai editor, dan kata pengantar di berbagai buku. Ia menyatakan pembaruan dalam bidang pendidikan suatu masalah yang sangat penting dalam kaitannya dalam masalah pembaharuan Islam. Pemikiran Amin Rais yang perlu menjadi renungan adalah harus menepati keyakinan, kebenaran, dan kemurnian akidah islam, dengan tidak lagi mencampuradukan akidah dan penyakit syirik, dengan memurnikan akidah, maka akan tertanam pada jiwa umat islam
  • 18. iman yang sebenarnya pada Allah sehingga akan memancarkan aktivitas kehidupan yang dinamis. B. Pendidikan Islam Pasca Kemerdekaan Setelah merdeka, pendidikan islam mulai mendapat kedudukan yang sangat penting dalam system pendidikan nasional. Di Sumatera, Mahmud Yunus sebagai pemeriksa agama pada kantor pengajaran mengusulkan kepada kepala pengajaran agar pendidikan agama di sekolah-sekolah pemerintah ditetapkan dengan resmi dan guru-gurunya di gaji seperti guru-guru umum dan usulnya pun diterima. Selain itu pendidikan agama di sekolah juga mendapat tempat yang teratur, seksama dan penuh perhatian. Madrasah dan pesantren juga mendapat perhatian. Untuk itu di bentuk Departemen Agama pada tanggal 3 Desember 1946 yang bertugas mengurusi penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah umum dan madrasah serta pesantren. Sekolah agama, termasuk madrasah, ditetapkan sebagai model dan sumber pendidikan Nasional yang berdasarkan UUD 1945. Eksistensi pendidikan Agama sebagai komponen pendidikan Nasional dituangkan dalam Undang-undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran No 4 tahun 1950, bahwa belajar di sekolah-sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Agama di anggap telah memenuhi kewajiban belajar. 1. Perkembangan Pesantren Modern di Indonesia Pendidikan pondok pesantren yang merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional memiliki 3 unsur utama yaitu: 1) Kyai sebagai pendidik sekaligus pemilik pondok dan para santri; 2) Kurikulum pondok pesantren; dan 3) Sarana peribadatan dan pendidikan, seperti masjid, rumah kyai, dan pondok, serta sebagian madrasah dan bengkel-bengkel kerja keterampilan. Kegiatannya terangkum dalam "Tri Dharma Pondok pesantren" yaitu: 1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT; 2)
  • 19. Pengembangan keilmuan yang bermanfaat; dan 3) Pengabdian kepada agama, masyarakat, dan negara. Merujuk pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, posisi dan keberadaan pesantren sebenarnya memiliki tempat yang istimewa. Namun, kenyataan ini belum disadari oleh mayoritas masyarakat muslim. Karena kelahiran Undang-undang ini masih amat belia dan belum sebanding dengan usia perkembangan pesantren di Indonesia. Keistimewaan pesantren dalam sistem pendidikan nasional dapat kita lihat dari ketentuan dan penjelasan pasal-pasal dalam Undang-udang Sisdiknas sebagai berikut: Dalam Pasal 3 UU RI Nomor 20 tahun 2003 Sisdiknas dijelaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ketentuan ini tentu saja sudah berlaku dan diimplementasikan di pesantren. Pesantren sudah sejak lama menjadi lembaga yang membentuk watak dan peradaban bangsa serta mencerdaskan kehidupan bangsa yang berbasis pada keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia. Ketentuan dalam BAB III tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan, pada Pasal 4 dijelaskan bahwa: (1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. (2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. (3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. (4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
  • 20. peserta didik dalam proses pembelajaran. (5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. (6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Semua prinsip penyelenggaraan pendidikan tersebut sampai saat ini masih berlaku dan dijalankan di pesantren. Karena itu, pesantren sebetulnya telah mengimplementasikan ketentuan dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Sistem pendidikan nasional. Tidak hanya itu, keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang didirikan atas peran serta masyarakat, telah mendapatkan legitimasi dalam Undang- undang Sisdiknas. Ketentuan mengenai Hak dan Kewajiban Masyarakat pada Pasal 8 menegaskan bahwa Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Sedangkan dalam Pasal 9 dijelaskan bahwa Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketentuan ini berarti menjamin eksistensi dan keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dan diakomodir dalam sistem pendidikan nasional. Hal ini dipertegas lagi oleh Pasal 15 tentang jenis pendidikan yang menyatakan bahwa Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Pesantren adalah salah satu jenis pendidikan yang concern di bidang keagamaan. Secara khusus, ketentuan tentang pendidikan keagamaan ini dijelaskan dalam Pasal 30 Undang-Undang Sisdiknas yang menegaskan: (1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
  • 21. memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama. (3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. (4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, dan bentuk lain yang sejenis. Lebih jauh lagi, saat ini pesantren tidak hanya berfungsi sebagai sarana pendidikan keagamaan semata. Namun, dalam perkembangannya ternyata banyak juga pesantren yang berfungsi sebagai sarana pendidikan nonformal, dimana para santrinya dibimbing dan dididik untuk memiliki skill dan keterampilan atau kecakapan hidup sesuai dengan bakat para santrinya. Ketentuan mengenai lembaga pendidikan nonformal ini termuat dalam Pasal 26 yang menegaskan: (1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. (2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. (3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. (4) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. (5) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (6)
  • 22. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Keberadaan pesantren sebagai bagian dari peran serta masyarakat dalam pendidikan juga mendapat penguatan dari UU Sisdiknas. Pasal 54 menjelaskan: (1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. (2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Bahkan, pesantren yang merupakan Pendidikan Berbasis Masyarakat diakui keberadaannya dan dijamin pendanaannya oleh pemerintah maupun pemerintah daerah. Pasal 55 menegaskan: (1) Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat. (2) Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan. (3) Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. (4) Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Demikianlah, ternyata posisi pesantren dalam sistem pendidikan nasional memilki tempat dan posisi yang istimewa. Karena itu, sudah sepantasnya jika kalangan pesantren terus berupaya melakukan berbagai perbaikan dan meningkatkan kualitas serta mutu pendidikan di pesantren. Pemerintah
  • 23. telah menetapkan Renstra pendidikan tahun 2005 - 2009 dengan tiga sasaran pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai, yaitu: 1) meningkatnya perluasan dan pemerataan pendidikan, 2) meningkatnya mutu dan relevansi pendidikan; dan 3) meningkatnya tata kepemerintahan (governance), akuntabilitas, dan pencitraan publik. Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan juga adanya keinginan yang kuat dari sekelompok orang yang menginginkan pendidikan yang lebih baik yang intensif dan representative maka lahirlah pesantren-pesantren modern yang memiliki system pendidikan yang bermutu dengan fasilitas-fasilitas modern seperti Pesantren modern Darussalam Gontor di Ponorogo Jawa Timur, Pesantren Assalam di Sukoharjo Jawa Tengah, Pesantren Al Zaytun di Indramayu Jawa Barat dan masih banyak lagi pesantren-pesantren modern lainnya di berbagai daerah di Indonesia. 2. Kebijakan Pemerintah terhadap Pendidikan Islam a. Posisi Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Pada era Orde Lama pengaturan dua system pendidikan berusaha dihapuskan oleh pemerintah. Hal ini dapat dipahami dari usaha pemerintah Orde Lama sebagai berikut, pertama, memasukkan Pendidikan Islam ke dalam kurikulum pendidikan umum di sekolah negeri maupun swasta melalui pelajaran agama. Kedua, memasukkan ilmu pengetahuan umum ke dalam kurikulum pendidikan di madrasah. Ketiga, mendirikan sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) untuk menyiapkan guru agama untuk sekolah umum maupun madrasah. Pada pertengahan tahun 1960-an, terdapat 13.057 Madrasah Ibtidaiyah (MI), dengan murid 1.927.777 siswa. Tingkat Madrasaah Tsanawiyah (MTS) terdapat 776 madrasah dengan murid 87.932 siswa. Sedangkan untuk
  • 24. tingkat Madrasah Aliyah(MA) terdapat 16 madrasah dengan jumlah murid 1.881 siswa. Keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, diharapkan dapat membawa perubahan pada sisi menagerial dan proses pendidikan Islam. PP tersebut secara eksplisit mengatur bagaimana seharusnya pendidikan keagamaan Islam (bahasa yang digunakan PP untuk menyebut pendidikan Islam), dan keagamaan lainnya diselenggarakan. Dalam pasal 9 ayat (1) disebutkan, ”Pendidikan keagamaan meliputi pendidikan keagamaan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu”. Pasal ini merupakan pasal umum untuk menjelaskan ruang lingkup pendidikan keagamaan. Selanjutnya pada ayat (2) pasal yang sama disebutkan tentang siapa yang menjadi pengelola pendidikan keagamaan baik yang formal, non-formal dan informal tersebut, yaitu Menteri Agama. Dari sini jelas bahwa tanggungjawab dalam proses pembinaan dan pengembangan pendidikan Islam/dan atau keagamaan Islam menjadi tanggungjawab menteri agama. Tentunya mengingat posisi menteri agama bukan hanya untuk kalangan Islam saja, maka beban menteri agama juga melebar pada penyelenggaraan pendidikan agama lain non Islam, di samping beban administratif lain terkait dengan ruang lingkup penyelenggaraan agama dan prosesi keagamaan untuk seluruh agama-agama yang diakui di Indonesia. Selain itu seandainya terjadi penyimpangan dalam penyelenggaraan pendidikan keaagamaan, maka jika untuk pendidikan tinggi maka posisi menteri agama sebagaimana pasal 7 ayat (1) a hanya sebagai pemberi pertimbangan dan bukan pengambil keputusan. Adapun pengambil keputusan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah dilakukan oleh bupati/walikota, dan masukan pertimbangan diberikan oleh Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota. Sekali lagi hal ini menunjukkan betapa Depag beserta jajarannya
  • 25. hingga yang paling bawah, tidak memiliki kekuasaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan keagamaan sekalipun. Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah lembaga penyelenggara pendidikan keagamaan Islam adalah MI, M.Ts dan MA/MAK. Meski sebenarnya penyebutan lembaga-lembaga tersebut tidak secara ekplisit, namun sebagai penjelasan tentang kemungkinan perpindahan peserta didik dalam jenjang pendidikan yang setara (Pasal 11). Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 Pasal 17 ayat (2) juga memang disebutkan untuk jenjang pendidikan dasar, yaitu MI, M.Ts., dan Pasal 18 ayat (3) jenjang pendidikan menengah bagi pendidikan Islam adalah MA dan MAK. Hanya saja khusus untuk pendidikan keagamaan baik dalam UU Sisdiknas Pasal 30 ayat (4) ataupun PP No. 55 pasal 14 ayat (1) berbentuk pendidikan diniyah, dan pesantren. Ayat (2) dan ayat (3) menjelaskan bahwa kedua model pendidikan tersebut dapat diselenggarakan pada jalur formal, nonformal dan informal. Dalam pasal 18 PP No. 55 tahun 2007 disebutkan untuk pendidikan diniyah formal pada ayat (1) Kurikulum pendidikan diniyah dasar formal wajib memasukkan muatan pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka pelaksanaan program wajib belajar. Begitu juga untuk pendidikan diniyah menengah formal Kurikulum pendidikan diniyah menengah formal wajib memasukkan muatan pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, serta seni dan budaya. Sementara itu untuk pendidikan diniyah non-formal disebutkan dalam pasal 21 ayat (1) yaitu, Pendidikan diniyah nonformal diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, Majelis Taklim, Pendidikan Al Qur'an, Diniyah Takmiliyah, atau bentuk lain yang sejenis. Adapun untuk proses penyelenggaraannya tertuang dalam pasal yang sama ayat (5) Penyelenggaraan diniyah takmiliyah dapat
  • 26. dilaksanakan secara terpadu dengan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK atau pendidikan tinggi. Orientasi pendidikan agama islam ialah pendidikan ini secara tidak langsung mengharuskan kita untuk menyelenggarakan proses pendidikan nasional yang konsisten dan secara integralistik menuju kearah pencapaian tujuan akhir. Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas unggul yang berkembang dan tumbuh di atas pola kehidupan yang seimbang antara lahiriah dan batiniah, antara jasmania dan rohaniah atau antara kehidupan mental spiritual dan fisik material. Dalam bahasa islam, membentuk insan kamil yang secara homeostatic dapat mengembangkan dirinya dalam pola kehidupan yang kahasanah fiddunnya dan khasanah fil akhirat terhindar dari siksaan api neraka, secara simultan tidak terpisah-pisah antara kedua unsurnya. Jalan menuju ketujuan itu, tidak lain adalah melalui proses pendidikan yang berorientasi kepada hubungan tiga arah yaitu hubungan anak didik dengan Tuhannya, dengan masyarakat dan dengan alam sekitarnya. b. Pendidikan Agama di Sekolah Umum Pendidikan secara kultural pada umumnya berada dalam lingkup peran, fungsi dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup dalam upaya yang bernaksud mengangkat dan menegakkan martabat manusia melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam bentuk transfer of knowledge dan transfer of values. Dalam konteks ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan pendidikan islam, merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional, sekalipun dalam kehidupan bangsa Indonesia tampak sekali eksistensinya secara kultural. Tapi secara kuat ia telah berusaha untuk mengambil peran yang kompetitif dalam setting sosiologis bangsa, walaupun tetap saja tidak mampu menyamai pendidikan umum yang
  • 27. ada dengan otonomi dan dukungan yang lebih luas, dalam mewujudkan tujuan pendidikan secara nyata. Sebagai pendidikan yang berlebel agama, maka pendidikan islam memiliki transmisi spritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya dibanding dengan pendidikan umum, sekalipun lembaga ini juga memiliki muatan serupa. Kejelasannya terletak pada keinginan pendidikan islam untuk mengembangkan keseluruhan aspek dalam diri anak didik secara berimbang, baik aspek intelektual, imajinasi dan keilmiahan, kultural serta kepribadian. Karena itulah pendidikan islam memiliki beban yang multi paradigma, sebab berusaha memadukan unsur profane dan imanen, dimana dengan pemaduan ini, akan membuka kemungkinan terwujudnya tujuan inti pendidikan islam yaitu melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, yang satu sama lainnya saling menunjang. Antara ilmu pengetahuan dan pendidikan islam tidak dapat dipisahkan, karena perkembangan masyarakat islam, serta tuntutannya dalam membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani) sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna melalui proses pendidikan. Proses pendidikan tidak hanya menggali dan mengembangkan sains, tetapi juga, lebih penting lagi yaitu dapat menemukan konsepsi baru ilmu pengetahuan yang utuh, sehingga dapat membangun masyarakat islam sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang diperlukan. c. SKB 3 Menteri tahun 1975 tentang Madrasah SKB 3 Menteri tahun 1975 (Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Menteri Dalam Negeri) bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah agar tingkat mata pelajaran umum di madrasah sama dengan tingkat mata pelajaran umum di sekolah umum. SKB itu menetapkan tiga hal penting; (1) Ijazah madrasah
  • 28. mempunyai nilai yang sama dengan ijazah dari sekolah umum setingkat, (2) Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke jenjang sekolah umum jenjang atasnya, dan (3) siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum. Untuk mencapai tingkat standar mata pelajaran umum seperti yang ada di sekolah umum, pelajaran umum di madrasah disamakan dengan yang diajarkan di sekolah umum. Proporsi pelajaran di madrasah dirubah menjadi 70% untuk pelajaran umum dan 30% untuk mata pelajaran agama. Sebagai implementasi dari SKB 3 Menteri tahun 1975 tersebut, pemerintah kemudian memberlakukan kurikulum madrasah tahun 1976 dan juga mendirikan Madrasah Negeri di berbagai tempat. Terhadap perubahan ini, tidak semua masyarakat Muslim, khususnya dari kalangan Muslim tradisionalis, menyambut dengan gembira. Kalangan Muslim tradisionalis, pada waktu itu masih memandang madrasah semata-mata sebagai lembaga pendidikan tempat mencari ilmu agama. Zakiyah Daradjat dalam kata pengantarnya di buku Maksum (1999: xi) mencatat, ada dua pendapat menanggapi perkembangan madrasah saat itu. Pertama, kalangan yang menilainya sebagi tonggak penting integrasi madrasah ke dalam pendidikan nasional. Kedua, kalangan yang memandang perubahan itu sebagai sikap akomodatif yang berlebihan terhadap kecenderungan pendidikan modern yang sekuler, yang dikhawatirkan akan mencabut madrasah dari nilai-nilai keislaman dan melunturkan nilai-nilai keberagamaan siswa. Porsi pengetahuan umum yang semakin besar itu, dikhawatirkan akan menggeser pengetahuan agama yang menjadi spesialisasi madrasah sejak lama.
  • 29. Oleh karenanya, madrasah-madrasah swasta waktu itu tidak serta merta mengikuti ketentuan pemerintah. Ada tarik-menarik yang terjadi di dunia madrasah antara menjadi lembaga pendidikan modern di satu sisi, dan mempertahankan perannya sebagai lembaga pendidikan keagamaan sebagaimana dilakukannya di masa lalu. Tarik- menarik itu kemudian memunculkan pergeseran dan penyesuaian yang dinamis. Tarik menarik yang cukup hebat terjadi pada madrasah yang berasosiasi dengan pesantren atau, lebih singkatnya disebut Madrasah Pesantren. Madrasah ini didirikan dan dikelola oleh suatu pesantren sebagai ekstensi dari sistem pendidikan pesantren. Munculnya madrasah semacam ini, menurut Manfred Ziemek (1986: 104-108) merupakan bagian dari perkembangan pesantren yang berawal dari pengajian sederhana di masjid. Lalu karena ada santri yang berasal dari jauh, dibangunlah pondokan. Perkembangan selanjutnya, didirikanlah madrasah. Pesantren-pesantren tertentu kemudian ada yang sampai mendirikan universitas. Karel A. Steenbrink (1994: 220) mencatat, berdirinya madrasah di lingkungan pesantren, tidak serta merta menghapus tradisi pesantren. Justru tradisi-tradisi keilmuan, keagamaan dan kepemimpinanannya mengadopsi pola pesantren. Dalam tradisi keilmuan, sebagai contoh, Madrasah Pesantren mengajarkan kitab kuning dengan berbagai metode khas pesantrennya. Sehingga madrasah pesantren ini sebenarnya merupakan klassikalisasi dari pesantren. Orientasi awal dari madrasah ini adalah sebagai lembaga pendidikan keagamaan. Maka wajar saja jika mata pelajarannya adalah mata pelajaran agama sebagaimana pesantren.
  • 30. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Terjadinya pembaharuan pendidikan di dunia Islam yang muncul dari pemikir-pemikir Islam sendiri yang dengan krisis menyikapi kondisi soasial kemasyarakatan dan sikap keberagamaan umat Islam saat itu. Persinggungan antara dunia Islam dan Barat kembali menyadarkan para pemikir Islam betapa umat Islam jauh tertinggal dari bangsa-bangsa Eropa. Keadaan tersebut segera mendapatkan respon yang beragam dari para cendekiawan muslim dengan tujuan yang sama yaitu kembalinya umat Islam dalam pentas percaturan dunia seperti pada masa kejayaan Islam masa lampau, hal itu disepakati dapat dicapai melalui pembaharuan Pendidikan. Pembaharuan Pendidikan pada dasarnya adalah pembaharuan pemikiran dan prespektif intelektual yang dapat membentuk pola pemikiran yang beragam, yaitu pemikiran yang secara murni ingin kembali pada ajaran Islam yang benar dan menolak segala apa yang datang dari Barat. Mereka adalah golongan tradisionalis, golongan yang mengadopsi secara besar-besaran termasuk dalam pendidikan yang pada akhirnya melahirkan dualisme system pendidikan dalam Islam seperti yang terjadi di Mesir dan Turki dan kelompok yang pemikirannya berangkat dari perasaan nasionalismenya. Dalam pergumulannya masing- masing memiliki peranan untuk menghasilkan perubahan hingga mencapai kemajuan umat. Pengaruh pembaharuan di Timur Tengah cukup besar terhadap pembaharuan pendidikan di Indonesia, pembaharuan pendidikan di Indonesia dari system pesantren yang hanya mengajarkan ilmu keislaman, kemudian diadakan pembaharuan antara lain oleh KHA Dahlan (1912) dengan mendirkkan organisasi Muhammadiyah, yang kemudian mendirikan madrasah-madrasah yang di dalamnya diajarkan ilmu keislaman sekaligus
  • 31. ilmu pengetahuan umum. Pembaharuan lainnya adalah organisasi NU oleh Hasyim Asy’ari dan organisasi serta tokoh-tokoh lainnya. B. Saran Pendidikan agama memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan karakter suatu bangsa karena dalam pendidikan agama manusia diajarkan mengenai hal yang baik dan buruk maka sudah sepantasnya pendidikan agama menjadi pendidikan yang wajib ada di semua jenjang pendidikan baik itu SD, SMP, SMA dan juga Perguruan Tinggi. Sebaiknya dalam setiap mata pembelajaran di sekolah umum para pengajar selalu mengaitkan materi pembelajaran dengan nilai-nilai agama sehingga siswa dapat lebih memahami fungsi dari mempelajari agama dan korelasinya terhadap kehidupan sehari-hari.
  • 32. DAFTAR PUSTAKA Yunus, Mahmud. 1957. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya Noer, deliar. 1980. Gerakan Moderen Islam di Indonesia. Jakarta: LP3ES Taufik, Ahmad dkk. 2005. Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sunanto, Musyrifah. 2005. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. http// Makhmud Syafe‟i http//docstoc.com