Dokumen tersebut membahas tentang makna etika, moral, dan akhlak dalam agama Islam. Ia menjelaskan bahwa etika, moral, dan akhlak merupakan tiga hal penting yang saling berkaitan dan mencakup pengertian adab, kelakuan, dan kepribadian manusia. Dokumen ini juga membedah perbedaan dan persamaan antara etika, moral, dan akhlak serta macam-macam dari ketiganya.
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama)
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama yang datang secara damai dan penuh dengan
kesantunan sehingga agama Islam menjunjung tinggi etika, moral dan akhlak. Etika,
moral dan akhlak merupakan tiga hal penting yang saling berkaitan satu sama lain
karena telah mencakup segala pengertian adab, kelakuan dan kepribadian manusia
yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Allah Swt dan dengan
sesama manusia itu sendiri.
Sebagai umat Islam, tentunya kita harus mempelajari makna dari etika, moral dan
akhlak dalam agama islam sehingga kita dapat mengetahui yang mana hal yang baik
dan yang buruk serta kita dapat berusaha untuk mengamalkan hal yang baik dan
meninggalkan hal yang buruk tersebut.
Namun, di zaman sekarang yang sudah semakin canggih ini banyak umat islam
yang tidak memahami bahkan tidak memperdulikan etika, moral dan akhlak.
Kebanyakan umat Islam di zaman sekarang ini lebih menyukai dan mengamalkan
budaya luar negeri yang memiliki banyak pertentangan dengan etika, moral dan akhlak
berdasarkan agama Islam.
Dengan mengangkat tema mengenai etika, moral dan akhlak, penulis sangat
berharap agar umat Islam lebih menyadari dan memperdulikan tentang etika, moral
dan akhlak sehingga umat islam tidak terpengaruh dengan budaya luar negeri yang
memiliki banyak pertentangan dengan agama Islam dan umat Islam akan selalu
menjaga kehormatan dan akhlaknya sebagai umat Islam serta menjunjung tinggi
akhlak nabi Muhammad SAW dan menjadikannya sebagai suri tauladan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana makna dari etika, moral dan akhlak?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan etika, moral dan akhlak?
3. Bagaimana macam-macam etika, moral dan akhlak?
4. Bagaimana karakteristik etika dalam Islam?
5. Bagaimana hubungan tasawuf dengan akhlak?
6. Bagaimana aktualisasi akhlak dalam kehidupan?
7. Bagaimana dampak modernisasi dan globalisasi terhadap etika, moral dan akhlak
pemuda-pemudi bangsa ini?
8. Mengapa etika, moral dan akhlak dapat mengalamai kemerosotan?
9. Bagaimana metode peningkatan etika, moral dan akhlak?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui makna dari etika, moral dan akhlak.
2. Mengetahui perbedaan etika, moral dan akhlak.
3. Mengetahui macam-macam etika, moral dan akhlak.
4. Mengetahui bagaimana karakteristik etika dalam Islam.
5. Mengetahui hubungan tasawuf dengan akhlak.
6. Mengetahui aktualisasi akhlak dalam kehidupan.
7. Mengetahui dampak modernisasi dan globalisasi terhadap etika, moral dan akhlak
pemuda-pemudi bangsa ini.
8. Mengetahui etika, moral dan akhlak dapat mengalamai kemerosotan.
9. Mengetahui metode peningkatan etika, moral dan akhlak.
2. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Makna Etika, Moral dan Akhlak
2.1.1 Etika
Secara etimologi, kata "etika" berasal dari bahasa Yunani kuno
"ethos" yang artinya adat kebiasaan sama dengan akhlak dalam arti bahasa.
Artinya etika adalah sebuah pranata perilaku seseorang atau sekelompok
orang, yang tersusun dari suatu sistem nilai atau norma yang diambil dari
gejala-gejala alamiah masyarakat kelompok tersebut. Sifat baik dari perilaku
tersebut merupakan persetujuan sementara dari kelompok yang menggunakan
perilaku tersebut dengan kata lain nilai etika tersebut bersifat dapat berubah
sesuai dengan persetujuan masyarakat tersebut. Etika juga dapat digolongkan
sebagai ilmu pengetahuan normative yang bertugas memberikan
pertimbangan perilaku manusia dalam masyarakat apakah baik atau buruk
dan benar atau salah (Iberani, 2003;112). Austin Fogothey dalam Jamal
Syarif mengemukakan bahwa etika berhubungan dengan seluruh ilmu
pengetahuan tentang manusia dan masyarakat, meliputi bidang antropologi,
psikologi, sosiologi, ilmu politik dan hukum. Sedangkan Frankena
menjelaskan bahwa etika sebagai cabang filsafat yaitu filsafat moral atau
pemikiran kefilsafatan tentang moralitas dan problem moral dan
pertimbangan moral (Iberani, 2003;113).
2.1.2 Moral
Moral berasal dari kata latin "Mos" dan "Mores" (bentuk jamaknya)
yang berarti adat atau cara hidup. Moral adalah tindakan manusia yang
sesusai dengan ide-ide umum (masyarakat) yang baik dan wajar. Moral dan
etika memiliki kesamaan dalam hal baik dan buruk. Terdapat beberapa
pendapat apa yang dimaksud dengan moral.
1. Menurut kamu Kamus Bahasa Indonesia (Tim Prima Pena) : Ajaran
tentang baik buruk yang di terima umum mengenaik akhlak-akhlak dan
budi pekerti, kondisi mental yang memperngaruhi seseorang menjadi tetap
bersemangat, berani, disiplin, dll.
2.Ensiklopedia Pendidikan : Suatu istilah untuk menentukan batas-batas
dari sifat-sifat, corak-corak,maksud-maksud, pertimbangan-pertimbangan,
atau perbuatan-perbuatanyang layak dapat dinyatakan baik/buruk,
benar/salah, Lawannya amoral, Suatu istilah untuk menyatakan bahwa baik-
benar itu lebih daripada yang buruk/salah.
Bila dilihat dari sumber dan sifatnya, ada moral keagamaan dan
moral sekuler.Moral keagamaan kiranya telah jelas bagi semua orang, sebab
untuk hal ini orangtinggal mempelajari ajaran-ajaran agama yang
dikehendaki di bidang moral.Moral sekuler merupakan moral yang tidak
berdasarkan pada ajaran agamadan hanya bersifat diniawi semata-mata.
Bagi kita umat beragama, tentu moralkeagamaan yang harus dianut dan
bukannya moral sekuler.
3. Karma etik berkaitan dengan filsafat moral maka sebagai filsafat
moral, etik mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan
secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar atau salah, baik
atau buruk, yang secara umum dapatdipakai sebagai suatu perangkat prinsip
moral yang menjadi pedoman bagi tindakan manusia.
Dan moral diartikan mengenai apa yang dinilainya seharusnya oleh
masyarakat dan etika dapat diartikan pula sebagai moral yang ditujukan
kepada profesi. Oleh karena itu etika profesi sebaiknya juga berbentuk
normatif.
2.1.3 Akhlak
Kata akhlak berasal dari kala khalaqa dengan akar kata khaluqun
yang berarti perangai, tabiat dan adat, atau dari kata kalqun yang berarti
kejadian, buatan dan ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti
perangai, adat, tabiat atau system perilaku yang dibuat (Daradjat, 1984;
253).
Akhlak secara kebahasaan bisa baik, bisa juga buruk tergantung
kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara
sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi
"orang yang berakhlak" berarti orang yang berakhlak baik. Sebenarnya kata
akhlak baik dapat disebut dengan aklak al-karomah sedangkan yang buruk
disebut dengan akhlak mazmumah.
Ibnu Miskawaih mengemukakan bahwa akhlak seseorang dapat
berubah dengan kebiasaan dan latihan serta pelajaran yang baik. Manusia
dapat diperbaiki akhlaknya dengan mengosongkan dirinya dari segala sifat
tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan luhur (Iberani,
2003;114). Menurut Imam al-Ghazali akhlak adalah suatu sifat yang tetap
100 pada jiwa seseorang. Dari jiwa tersebut timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah, dan tidak membutuhkan pemikiran (Ghazali,tt;52).
Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan
darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak,
yaitu :
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah
dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan,
yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan
gila.
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam
diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan,
pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu
yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau
buruk.
4. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara
Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya
akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan
semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin
mendapatkan suatu pujian.
2.2 Persamaan dan Perbedaan Etika, Moral dan Akhlak
2.2.1 Persamaan
Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral yang dapat
dipaparkan sebagai berikut:
Pertama, akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran
tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
Kedua, akhlak, etika, moral merupakan prinsip atau aturan hidup
manusia untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya.
Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang atau
sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
Ketiga, akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang tidak
semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan
konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang.
Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan
pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan lingkungan,
mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu
menerus, berkesinambangan, dengan tingkat keajegan dan konsistensi
yang tinggi.
2.2.2 Perbedaan
Perbedaan antara akhlak dengan etika, moral, kesusilaan dan
kesopanan dapat kita lihat pada sifat dan kawasan pembahasannya, di mana
etika lebih bersifat teoritis dan memandang tingkah laku manusia secara
umum, sedangkan moral lebih bersifat praktis, yang ukurannya adalah
bentuk perbuatan. Serta sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan
baik dan buruk pun berbeda, di mana akhlak berdasarkan pada al-Qur’an
dan al-Sunnah, etika berdasarkan akal pikiran, sedangkan moral, kesusilaan
dan kesopanan berdasarkan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat. Jika
5. masyarakat menganggap perbuatan itu baik, baik pulalah nilai perbuatan
itu.
2.3 Macam-Macam Etika, Moral dan Akhlak
2.3.1 Macam-Macam Etika
Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang
tanggapan kesusilaan atau etis itu sama halnya dengan berbicara tentang
moral. Manusia disebut etis karena manusia secara utuh dan menyeluruh
mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara
kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan
jasmaninya, dan antara ssebagai makhluk dengan penciptanya. Termasuk di
dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan
etika, terdapat dua macam etika yaitu sebagai berikut:
Ø Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan
perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai
fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai
suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat
disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa
nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu yang
memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
Ø Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan
seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh
manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normatif
merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak
secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk sesuai dengan kaidah
atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Ø Etika metaetika
Merupakan sebuah cabang dari etika yang membahas dan
menyelidiki serta menetapkan arti dan makna istilah-istilah normatif yang
diungkapkan lewat pertanyaan-pertanyaan etis yang membenarkan atau
menyalahkan suatu tindakan. Istilsh-istilah normatif yang sering mendapat
perhatian khusus, antara lain keharusan, baik, buruk, benar, salah, yang
terpuji, tercela, yang adil, yang semestinya.
2.3.2 Macam-Macam Moral
Ø Moral keagamaan
Merupakan moral yang selalu berdasarkan pada ajaran agama Islam.
Ø Moral sekuler
Merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan
hanya bersifat duniawi semata-mata.
6. 2.3.3 Macam-Macam Akhlak
Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat
para Nabi dan orang-orang sidiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan
akhlak setan dan orang-orang tercela. Maka pada dasarnya akhlak itu dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
Ø Akhlak baik (al-akhlaqul mahmudah), yaitu perbuatan baik terhadap
Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain.
Ø Akhlak buruk atau tercela (al-akhlakul madzmumah), yaitu perbuatan
buruk terhadap Tuhan ,sesama manusia dan makhluk-makhluk yang lain
2.4 Karakteristik Etika dalam Islam (akhlak)
Allah telah berkehendak bahwa akhlak dalam Islam memiliki karakteristik
yang berbeda dan unik (istimewa). Yusuf Al-Qardhawi mengajukan tujuan
karakteristik etika (moral/akhlak) Islam.
1. Sebuah moral yang beralasan (argumentatif) dan dapat dipahami.
Islam selalu bersandar pada penilaian yang logis dan alasan (argumentatif)
yang dapat diterima oleh akal yang lurus dan naluri yang sehat, yaitu dengan
menjelaskan maslahat (kebaikan) dibalik apa yang diperintahkan-Nya dan
kerusakan dari terjadinya apa yang dilarang-Nya (Q.S Al-Ankabut;45, Q.S Al-
Jumu’ah;9).
Artinya :
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih
besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Ankabut:45)
Artinya :
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Q.S Al-Jumu’ah:9)
7. 2. Moral Universal
Moral dalam Islam berdasarkan karakteristik manusiawi yang universal,
yaitu larangan bagi suatu ras manusia berlaku juga bagi ras yang lain, bahkan
umat Islam dan umat-umat yang lain adalah sama dihadapan moral Islam yang
universal. Dalam surat al-Maidah ayat 8 menyebutkan ”Dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa”. Dengan
demikian etika (moral/akhlak) Islam adalah bebas dari segala tendensi
(kecenderungan) rasisme kebangsaan, kesukuan maupun golongan.
3. Kesesuaian dengan fitrah
Islam datang dengan membawa sesuatu yang sesuai dengan fitrah dan tabiat
manusia serta penyempurnaannya. Islam mengakui eksistensi manusia
sebagaimana yang telah diciptakan Allah dengan segala dorongan kejiwaan,
kecenderungan fitrah serta segala yang telah digariskan-Nya. Islam menjadikan
mulia dan membuat batasan hukum untuknya agar dapat memelihara kebaikan
masyarakat dan individu manusia itu sendiri.
Islam dengan segala yang diperbolehkannya demi menjaga tabiat
manusiawi telah meletakkan konsep aturan dan batasan-batasan yang netral atau
moderat, sikap berlebih-lebihan dan ekstrim akan menjurus kepada perangai
binatang yang tercela.
4. Memperhatikan Realita
Al-qur’an tidak membebankan kepada manusia suatu kewajiban untuk
mencintai musuh-musuhnya, karena hal ini merupakan sesuatu hal yang tidak
dimiliki jiwa manusia, akan tetapi al-Qur’an memerintahkan kepada orang-orang
mukmin untuk berlaku adil terhadap musuhmusuhnya, supaya ras permusuhan dan
kebencian mereka terhadap musuh-musuhnya tidak mendorong untuk melakukan
pelanggaran terhadap musuh-musuh mereka.
5. Moral Positif
Moral Islam menganjurkan menggalang kekuatan, keyakinan dan cita-cita,
melawan sikap ketidakberdayaan dan pesimisme (keputusasaan), malas serta segala
bentuk penyebab kelemahan. Islam menolak sikap ”pasif” (apatis) dalam
menghadapi kerusakan sosial dan politik, dekadensi moral dan agama, bahkan
Islam memerintahkan kepada muslim untuk merubah suatu kemungkaran dengan
”tangannya”, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu lagi maka
dengan hatinya.
6. Komprehensifitas (menyeluruh)
Islam bukanlah agama yang menganggap bahwa moral dalam agama
berkisar pada pelaksanaan ibadah ritual atau seremonial, padahal akhlak atau etika
Islam tidak membiarkan kegiatan manusia hanya dalam ibadah mahdah saja. Islam
menggariskan bahwa hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan manusia
lainnya serta hubungan manusia dengan alam secara global maupun detail haruslah
dengan etika Islam atau akhlak. Oleh sebab itu, akhlak Islam meletakkan apa yang
dikehendaki manusia dari adab susila yang tinggi dan luhur.
7. Tawazun (keseimbangan)
8. Tawazun dalam etika Islam yaitu menggabungkan sesuatu dengan penuh
keserasian dan keharmonisan, tanpa sikap berlebihan maupun pengurangan.
Contohnya seimbang dalam ”mengejar” dunia dan akhirat. Dalam Islam, dunia
adalah ladang untuk mencapai akhirat, oleh karena orang yang beruntung adalah
orang yang bahagia dunia dan akhirat.
2.5 Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
Tasawuf merupakan salah satu dimensi spiritual dari ajaran Islam.
Kaum orientalis menyebutnya sufisme atau mistisme, suatu istilah yang
sebenarnya tidak tepat, karena istilah itu tidak menggambarkan hakikat
tasawuf yang sebenarnya.
Tasawuf berasal dari kata suf artinya kain yang dibuat dari wool. Sebab
para penganut tasawuf pada masa dulu hanya menggunakan pakaian dari bulu
binatang atau kain wool kasar, wool ini menggambarkan kesederhanaan dan
kemiskinan. Kaum sufi sebagai golongan yang hidup sederhana dan miskin,
tetapi berhati suci dan mulia (Suryana, 1996;78). Istilah tasawuf atau sufi baru
muncul pada abad ke-2 H. Pada dasarnya tasawuf merupakan pola hidup
sederhana, memperbanyak ibadah dengan mendekatkan diri kepada Allah,
mensucikan jiwa dengan menjauhi hawa nafsu dan lain sebagainya. Tasawuf
ini tidak dikenal siapa pencetusnya dan tidak pula diketahui secara pasti
mengenai pengertian terminologisnya.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa tasawuf muncul dengan
latar belakang gerakan moral yang dilakukan oleh suatu kelompok umat Islam
untuk meningkatkan kualitas peribadatan kepada Allah SWT. Dengan cara
melakukan uzlah (meninggalkan) kemewahan dunia. Mereka hidup dengan
amat sederhana sebagai bentuk perlawanan moral terhadap suasana kehidupan
umat ketika itu yang cenderung hidup bermewah-mewah. Tujuan mereka
adalah mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah SWT. Sehingga dapat
memelihara Zat Allah dengan mata hatinya, serta merasakan kehadiran-Nya
secara rohaniah. (Dipertais,2001;96). Dalam perkembangan selanjutnya, ada
kelompok yang menjadikan tasawuf sebagai suatu metode spesifik untuk
meningkatkan kualitas pendekatan jiwa secara akstrim kepada Allah SWT.
Menurut kelompok ini, Allah bersifat immateri hanya bisa didekati oleh
sesuatu yang immateri pula, yakni dengan jiwa. Oleh sebab itu, menurut
mereka, karena dzat Allah itu Mahasuci, maka jiwa yang bisa mendekatinya
hanyalah jiwa yang bersih pula. Menurut kelompok ini lagi dalam pendekatan
diri kepada Allah mempunyai tingkatan-tingkatan atau station bisa juga
disebut maqom. Tingkatan yang paling tinggi adalah itihad (menyatukan jiwa
manusia dalam wujud Allah) atau hulul (menyatukan wujud Allah dalam jiwa
raga manusia). Demikian makna tasawuf dalam kelompok ini (Dipertais,
2001;97)
Sebenarnya akhlak atau etika pada dasarnya telah diletakkan oleh Allah
SWT. Dalam kitab-Nya dan melalui akhlak yang dicontohkan secara kongkrit
oleh Rasulullah dalam perilakunya sehari-hari. Firman Allah dalam al-Qur’an
surat al Qalam ayat 4 dan al-Ahzab ayat 21, dijelaskan bahwa contoh
keteladanan yang baik adalah Rasulullah SAW, karena itu konsepsi tasawuf
dapat diterima sepanjang memanifestasikan ajaran akhlak, yakni melatih
kesucian jiwa dan budi pekerti yang baik. Artinya tasawuf dapat dipahami
sebagai doktrin Islam yang mengajarkan tentang pendekatan diri kepada Allah
9. dengan cara mendidik perilaku yang sesuai dengan akhlak Islam melalui
rohani dengan berbagai ibadah.
Tasawuf berusaha mentransedensikan segala pandangan, sikap dan
tindakan atau perilaku manusia sehingga membuahkan pengalaman
ketasawufan dan religius. Contohnya melatih sikap zuhud dalam pengertian
”hati tidak dikendalikan atau didominasi oleh dunia” dan sikap tawakal dalam
pengertian ”berikhtiar dengan keras lalu berserah diri kepada Allah atas segala
hasil yang diraihnya”. Dengan demikian berperang pada doktrin tasawuf lebih
akan membentuk pribadi manusia yang berakhlak (bermoral), karena doktrin
yang terkandung dalam nilai-nilai tasawuf lebih menekankan aspek aktualisasi
nilai-nilai luhur, perasaan etis dan kesadaran moral (Jamal Syarif, 2003:120).
2.6 Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan
Menurut obyeknya aktualisasi akhlak dalam kehidupan terdapat pada
akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan akhlak kepada lingkungan.
1. Akhlak kepada Allah
a. Beribadah kepada-Nya yaitu , melaksanakan perintah Allah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya.
b. Berdzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi
dan kondisi apapun baik diucapkan dengan lisan maupun dalam hati.
Karena berdzikir akan menentramkan hati sesuai dengan firman Allah
surat Ar-Ra’d ayat 28.
c. Berdo’a, yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan
cara yang baik sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah. Do’a adalah
cara membuktikan kelemahan manusia dihadapan Allah, karena itu
berdo’a merupakan inti dari ibadah. Orang yang tidak suka berdo’a
adalah orang yang sombong, sebab ia tidak mengakui kelemahan
dirinya di hadapan Allah.
d. Tawakkal kepada Allah, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam
melaksanakan suatu kegiatan atau rencana. Sikap tawakkal merupakan
gambaran dari sabar dan menggambarkan kerja keras dan sungguh-
sungguh dalam melaksanakan keinginan yang diharapkan atau gagal
dari harapan semestinya, maka ia akan mampu menerimanya tanpa
penyesalan dan putus asa.
e. Tawadhu kepada Allah adalah rendah hati dihadapan Allah. Mengakui
bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah yang maha kuasa, oleh
karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak
mau memaafkan oranglain dan pamrih dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah.
f. Husnudzan, yaitu berbaik sangka kepada Allah. Apa saja yang diberikan
Allah merupakan pilihan yang terbaik untuk manusia. Berprasangka
baik kepada Allah merupakan gambaran harapan dan kedekatan
seseirang kepadanya sehingga apa saja yang diterimanya dipandang
sebagai suatu yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena itu, seorang yang
husnudzon tidak akan mengalami kekecewaan atau putus asa.
10. 2. Akhlak terhadap Manusia
a. Akhlak terhadap diri sendiri
1) Setia (Amanah), yaitu sikap pribadi setia, tulus hati dan jujur dalam
melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa
harta , rahasia, kewajiban atau kepercayaan lainnya. Orang yang
setia adalah orang yang memegang kepercayaan dengan baik sesuai
dengan keharusannya.
2) Benar (Shidqatu), yaitu berlaku benar dan jujur baik perkataan
maupun perbuatan.
3) Memelihara kesucian (Ifafah) yaitu menjaga dan memelihara
kesucian dan kehormatan diri dari tindakan tercela, fitnah dan
perbuatan yang dapat mengotori dirinya.
4) Malu (hayya), yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari
perbuatan yang melanggar perintah Allah. Perasaan ini dapat
mencegah orang berbuat buruk dan nista.
5) Sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai
hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang
menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah
Allah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah dari Allah.
6) Syukur adalah sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah
yang tidak bisa dihitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam
bentuk ucapan dan perbuatan. Irang yang selalu bersyukur akan
ditambah nikmatnya oleh Allah.
b. Akhlak terhadap orang tua
1) Patuh, yaitu mentaati perintah orang tua, kecuali perintah itu
bertentangan dengan perintah Allah.
2) Ihsan, yaitu berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya
Lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan
3) Merendahkan diri kepada mereka
4) Berterimakasih
5) Berdo’a untuk mereka baik ketika masih hidup maupun sudah
meninggal atau memintakan doa kepada mereka.
c. Akhlak kepada orang lain
1) Kasih sayang
2) Saling menghormati
3) Akhlak kepada Lingkungan
4) Tanggung jawab
5) Memelihara lingkungan dan tidak mengeksploitasi
2.7 Dampak Modernisasi dan Globalisasi Terhadap Etika, Moral dan Akhlak
Pemuda-Pemudi Bangsa
Modernisasi merupakan suatu proses transformasi dari suatu
perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek
dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan, globalisasi yang berasal dari
kata global atau globe artinya bola dunia atau mendunia. Jadi, globalisasi
berarti suatu proses masuk ke lingkungan dunia.
11. Modernisasi dan globalisasi dapat memperngaruhi sikap pemuda-
pemudi dalam bentuk positif maupun negatif. Penjelasannya adalah
sebagai berikut:
2.7.1 Sikap Positif
1) Penerimaan secara terbuka (open minded); lebih dinamis,tidak
terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot
2) Pola fikir pemuda-pemudi bangsa ini lebih cerdas dan tidak sulit
mendapatkan pendidikan karena hampir semua wilayah sudah di
samaratakan terhadap dunia pendidikan
3) Mempermudah mayarakat dalam segala aspek dan bidang tertentu
4) Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
5) Tidak lagi terikat oleh budaya atau aturan-aturan tertentu(bisa terbuka).
6) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif kepekaan (antisipatif)
dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi.
2.7.2 Sikap Negatif
1) Tertutup dan was-was (apatis)
2) masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan
masyarakat yang ada
3) Acuh tah acuh
4) Mudah terjadinya konflik antar kelompok ataupun individu
5) Masyarakat ada sebagian menerima ada juga sebagian yang menolak
terhadap globalisasi
6) masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan
globalisasi
7) Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi dengan
menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi/filter
8) Mudah terjadinya penyimpangan dan lain sebagainya tentunya masih
banyak hal-hal negatif lain yang tanpa kita sadari itu akan membawa
kerugian bagi bangsa ini ataupun kemajuan yang bernilai positif untuk
bangsa ini.
Modernisasi dan globalisasi dapat masuk ke kehidupan masyarakat
melalui berbagai media, terutama media elektronik seperti internet. Karena
dengan fasilitas ini semua orang dapat dengan bebas mengakses informasi
12. dari berbagai belahan dunia. Pengetahuan dan kesadaran seseorang sangat
menentukan sikapnya untuk menyaring informasi yang didapat. Apakah
nantinya berdampak positif atau negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan
masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman agama yang baik sebagai
dasar untuk menyaring informasi. Kurangnya filter dan selektivitas
terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia,budaya tersebut dapat saja
masuk pada masyarakat yang labil terhadap perubahan terutama remaja
dan terjadilah penurunan etika dan moral pada masyarakat Indonesia.
Jika dilihat pada kenyataannya, efek dari modernisasi dan
globalisasi lebih banyak mengarah ke negatif. Kita dapat kehilangan
budaya negara kita sendiri dan terbawa oleh budaya barat, jika masyarakat
Indonesia sendiri tidak mempelajari pengetahuan tentang kebudayaan
Indonesia dan tidak menjaga kebudayaan tersebut. Ada baiknya budaya
barat yang kita serap disaring terlebih dahulu. Karena tidak semua budaya
barat adalah baik. Jika kita terus menerima dan menyerap budaya asing
yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, dapat terjadi
penyimpangan etika dan moral bangsa Indonesia sendiri. Melalui
penyimpangan etika dan moral tersebut, dapat tercipta pola kehidupan dan
pergaulan yang menyimpang. Tidak hanya akibat negatif yang dihasilkan
modernisasi dan globalisasi. Proses ini juga menghasilkan akibat positif,
yaitu terciptanya masyarakat yang lebih intelek dan terbuka terhadap
perubahan dan perkembangan dunia.
2.8 Faktor-Faktor Kemerosotan Etika, Moral dan Akhlak
1. Kemajuan teknologi, Dampak globalisasi teknologi memang dapat
memberikan dampak positiftetapi tidak dapat di pungkiri lagi bahwa
hal ini juga dapat berdampak negative bagi kerusakan moral.
Perkembangan internet dan ponsel berteknologi tinggi terkadang
dampaknya sangat berbahaya bila tidak di gunakan oleh orang yang
tepat. Misalnya : Video porno yang semakin mudah di akses di
ponsel dengan internet, mahasiwa sebagian yang tidak sempat belajar
ketika ujian menggunakan hp untuk internet atau menanyakan
kepada temannya lewat sms. Hal tersebut memang sangat
memudahkan tapi itu melatih adanya sifat ketidakjujuran kepada
mahasiswa itu sendiri sehingga menjadi awal dari kerusakan moral.
2. Memudarnya kualitas keimanan. Sekuat apapun iman seseorang,
terkadang mengalami naik turun. Ketika tingkat keimanan seseorang
menurun, potensi kesalahan terbuka. Hal ini sangat berbahaya bagi
moral, Jika dibiarkan tentu membuat kesalahan semakin kronis dan
merusak citra individu dan institusi. Contohya saja jika para pejabat
negeri ini memiliki landasan agama yang baik,maka apa berani dia
memakan uang rakyat(Korupsi)?!
3. Pengaruh lingkungan. Tidak semua guru itu punya sifat yang buruk
dan sebaliknya. Terkadang seorang guru melakukan kesalahan karena
ada pengaruh buruk dari linkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan
rumah dan pengaruh kurang baik dari guru lain dapat mendorong
seorang guru untuk berbuat kesalahan.selain itu Pengaruh budaya
barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang sering
13. mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke
dalamnya. Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi
perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di
lingkungan yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya.
Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia akan
menjadi baik pula.
4. Hilangnya kejujuran. Berdasarkan laporan hasil investigasi sebuah
lembaga survei dinyatakan bahwa korupsi menyebar merata di
wilayah negara ini, dari Aceh hingga Papua. Karena itu dari tahun ke
tahun posisi Indonesia sebagai negara terkorup selalu menduduki
peringkat 10 besar dunia dalam indeks persepsi korupsi (CPI)
menurut data dari Transperenscy International.
5. Hilangnya Rasa Tanggung Jawab. Sebelum bendungan Situ
Gintung jebol, Kompas 28 Juli 2008 memberitakan bahwa sebanyak
50 bendungan dari total 106 dinyatakan rusak. Rusaknya
infrastruktur pengairan ini menurut penelitian disebabkan perawatan
operasional bangunan yang kurang memadai. Masalah seperti ini
terjadi juga pada infrastruktur lainnya seperti banyaknya gedung
yang hampir roboh. Kasus lain adalah rusaknya beberapa ruas rel
kereta api yang diakibatkan besi baja rel kereta diambil oleh oknum.
Berita-berita tersebut merupakan cermin bahwa telah terjadi
penurunan moral tanggung jawab di masyarakat yang dapat berakibat
fatal bagi keselamatan masyarakat.
6. Tidak Berpikir Jauh ke Depan (Visioner) Eksploitasi alam adalah
salah satu bentuk dari produk berpikir jangka pendek. Sebagai
contoh, pembalakan hutan mencapai 0,6-1,3 juta ha/tahun
(Abdoellah, 1999), bahkan angka tersebut diperkirakan telah
melonjak menjadi 1,3–2 juta ha/tahun (KMNLH, 2002). Akibat dari
berbagai eksploitasi alam telah menimbulkan berbagai bencana.
Dalam kurun waktu 2006-2007 bencana ekologis (banjir, longsor,
gagal panen, gagal tanam, kebakaran hutan) tercatat 840 kejadian
bencana.
7. Rendahnya Disiplin. Pada Sabtu, 9 Februari 2008 Suara Karya
memberitakan bahwa ribuan pegawai negeri sipil (PNS) di DKI
Jakarta dan berbagai daerah nekat tidak masuk kerja alias mangkir
pada hari pascalibur Imlek 2559 (8/2). Kasus mangkir, selalu terjadi
setiap hari kejepit atau pascalibur (cuti) nasional. Disebutkan bahwa
meski ada aturan PP No.30/1980 yang menyatakan bahwa ada tiga
tingkatan pemberian sanksi kepada PNS dari mulai hukuman disiplin
ringan, sedang, dan berat, namun budaya mangkir ini masih kental di
kalangan pegawai negeri. Hal ini merupakan cermin karakter bangsa
yang mengabaikan budaya disiplin.
8. Kriris Kerjasama Terjadinya perpecahan dan benturan di antara
komponen masyarakat menunjukkan bahwa bangsa ini sedang
mengalami krisis persatuan dan melunturnya budaya kerjasama.
14. Demikian juga dengan jumlah kasus tawuran di antara mahasiswa
dan pelajar yang cenderung meningkat.
9. Krisis Keadilan Partnership for Governance Reform pada 2002
menempatkan lembaga peradilan di Indonesia menempati peringkat
lembaga terkorup menurut persepsi masyarakat. Hal tersebut
diperkuat dengan laporan Komisi Ombudsman Nasional (KON)
tahun 2002, bahwa berdasarkan pengaduan masyarakat menyebutkan
penyimpangan di lembaga peradilan menempati urutan tertinggi.
10. Krisis Kepedulian Media massa beberapa waktu yang lalu
melaporkan adanya beberapa warga masyarakat yang meninggal
akibat kelaparan. Berita ini menunjukan bahwa kepedulian juga telah
menipis dalam kehidupan masyarakat. Jika kita melihat potret
kehidupan bangsa saat ini, maka jelas terlihat bahwa masalah moral
sesungguhnya merupakan hal yang tidak kalah penting dibanding
masalah ekonomi. Jika hal itu dibiarkan, akan mengancam masa
depan bangsa. Namun sayang, masalah moral ini kerap terpinggirkan
dari agenda dan rencana para calon pemimpin bangsa.
2.9 Metode Peningkatan Etika, Moral dan Akhlak
1. Metode Syari’at
a. Dengan cara membiasakan diri untuk melakukan kebaikan dan
menjauhi yang dilarang syara’.
b. Berusaha menjauhkan diri dari permusuhan.
c. Membiasakan diri untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
dimana kita tinggal.
2. Metode Pengembangan Diri
a. Berupaya meneladani perbuatan-perbuatan terpuji dari pribadi-
pribadi yang dikagumi.
b. Membiasakan konsisten untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan
terpuji dan menghilangkan sifat-sifat tercela yang ada pada diri.
c. Berusaha meningkatkan potensi-potensi baik yang ada pada diri
untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
3. Metode Kesufian
a. Membiasakan diri bersifat zuhud.
b. Mendekatkan diri kepada Allah SWT.
c. Berusaha untuk meningkatkan kualitas ibadah.
BAB III PENTUP
3.1 Kesimpulan
15. Akhlak adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan
buruk, mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir
dari usaha dan pekerjaannya. Etika adalah ilmu yang menyelidiki
baik dan buruk dengan memperhatikan perbuatan masnusia sejauh
yang diketahui oleh akal pikiran manusia. Moral dan etika memiliki
kesamaan dalam hal baik dan buruk. Bedanya etika bersifat teoritis,
sedangkan moral bersifat praktis. Etika memandang perbuatan
manusia secara universal (umum) sedangkan moral memandang
secara lokal. Moral adalah tindakan manusia yang sesuai dengan
ide-ide umum (masyarakat) yang baik dan wajar. Semakin baik
akhlak seseorang maka akan memunculkan sifat tasawuf dalam
dirinya. Namun, saat ini modernisasi dan globalisasi sering kali
mempengaruhi etika, moral dan akhlak seseorang terutama para
remaja.
3.2 Saran
Kita harus bisa membentengi diri kita dengan keimanan dan ketaqwaan
agar modernisasi dan globalisasi tidak mempengaruhi etika, moral dan
akhlak kita tetapi kita yang mengendalikan modernisasi dan globalisasi
yang harus kita peroleh dan pelajari dengan etika, moral dan akhlak
yang kita miliki.
16. DAFTAR PUSTAKA
al-Ghazali.Imam tt. Ihya ‘Ulum al-Din. _hari : Dar al-Sya’b
Daradjat, Zakiah, dkk. 1984. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta : Bulan
Bintang
Departemen Agama RI. 1996. Akidah Akhlak Jilid I. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI Dipertasi
Depag. 2001. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada PTU.
Jakarta : Depag RI
Iberani, Jamal Sharif dan MM Hidayat. 2003. Mengenal Islam. Jakarta : El
Kahfi
Kurniawan, Muhammad. ”Membangun Generasi Bangsa melalui Pendidikan Moral
dan Etika”.
http://www.kompasiana.com/www.kernianingsih.com/membangun-
generasi-bangsa-melalui-pendidikan-moral-dan-
etika_54f869eca3331170038b457f
Ruslantara.2013. “Persamaan dan Perbedaan Etika, Moral dan Akhlak”.
http://ruslantara06.blogspot.co.id/2013/04/persamaan-dan-perbedaan-
antara.html
Suryana, Toto, dkk. 1997. Pendidikan Agama Islam. Bandung : Tiga
Mutiara