Dokumen tersebut membahas tentang larangan riba dalam pandangan syariat Islam. Riba dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu riba hutang-piutang dan riba jual beli, dan masing-masing kelompok tersebut memiliki jenis-jenis riba yang dijelaskan. Alquran dan hadis mengancam keras pelaku riba dengan berbagai sanksi seperti dianalogikan seperti orang kerasukan setan dan dijanjikan neraka."
3. Pengertian Riba
• Secara bahasa riba berarti tambahan
(ziyadah).
• Secara istilah berarti tambahan pada
harta yang disyaratkan dalam transaksi
dari dua pelaku akad dalam tukar
menukar antara harta dengan harta.
4. Pembagian Riba
Imam Hanafi mengatakan bahwa riba itu terbagi
menjadi dua, yaitu riba Al-Fadhl dan riba An-Nasa‘
(Nasi’ah). Sedangkan Imam As-Syafi'i membaginya
menjadi tiga, yaitu riba Al- Fadhl, riba An-Nasa' dan
riba Al-Yadd. Dan Syaikh Mutawally Asy Sya’rawy
menambahkan jenis keempat, yaitu riba Al Qardh.
Semua jenis riba ini diharamkan secara ijma'
berdasarkan nash Al Qur'an dan hadits Nabi"
(Az Zawqir Ala Iqliraaf al Kabaair vol. 2 him. 205).
5. Secara garis besar bisa dikelompokkan
menjadi dua besar, yaitu riba hutang-piutang
dan riba jual-beli. Kelompok pertama terbagi
lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyah.
Sedangkan kelompok kedua, riba jual-beli,
terbagi menjadi Riba Fadhl dan Riba Nasi’ah
7. Riba Fadhl
Riba Fadhl adalah riba yang terjadi dalam
barter atau tukar menukar benda yang sejenis
tetapi dengan kadar atau takaran yang
berbeda.
Jenis barang yang dipertukarkan itu termasuk
hanya tertentu saja, tidak semua jenis barang.
Barang jenis tertentu itu kemudian sering
disebut dengan "barang ribawi".
8.
“Jangan kalian jual emas dengan emas kecuali
dengan ukuran yang sama, jangan kalian jual
perak dengan perak kecuali dengan ukuran
yang sama dan juallah emas dengan perak
atau perak dengan emas sesuka kalian”. (HR
Bukhari)
10. Dari Ubadah bin Shamit berkata bahwa
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda : ”Emas dengan emas, perak dengan
perak, gandum dengan gandum, terigu
dengan terigu, korma dengan korma, garam
dengan garam harus sama beratnya dan
tunai. Jika jenisnya berbeda maka juallah
sekehendakmu tetapi harus tunai”
(HR Muslim).
11. Contoh 1 (emas) :
Barter emas dengan emas hukumnya
haram, bila kadar dan ukurannya
berbeda. Misalnya, emas 10 gram 24
karat tidak boleh ditukar langsung dengan
emas 20 gram 23 karat. Kecuali setelah
dikonversikan terlebih dahulu harga
masing-masing benda itu.
12. Contoh 2 (Gandum) :
Barter
gandum
dengan
gandum
hukumnya haram, bila kadar dan
ukurannya berbeda. Misalnya, 100 Kg
gandum kualitas nomor satu tidak boleh
ditukar langsung dengan 150 kg gandum
kuliatas nomor dua. Kecuali setelah
dikonversikan terlebih dahulu harga
masing-masing benda itu
13. Riba Nasi’ah
Riba Nasi’ah disebut juga riba Jahiliyah.
Nasi'ah berasal dari kata nasa' yang artinya
penangguhan. Disebut demikian sebab riba ini
terjadi
karena
adanya
penangguhan
pembayaran. Atau dengan kata lain, hutang
dibayar lebih dari
pokoknya, karena si
peminjam tidak mampu membayar hutangnya
pada waktu yang ditetapkan
14. Inilah riba yang umumnya kita kenal di
masa sekarang ini. Dimana seseorang
memberi hutang berupa uang kepada
pihak lain, dengan ketentuan bahwa
hutang uang itu harus diganti bukan
hanya pokoknya, tetapi juga dengan
tambahan prosentase bunganya.
15. Contoh 1 (Kredit Rumah) :
Fulan ingin membangun rumah. Untuk itu
dia meminjam uang kepada bank sebesar
144 juta dengan bunga 13 % pertahun.
Sistem peminjaman seperti ini, yaitu
harus dengan syarat harus dikembalikan
plus bunganya, diharamkan dalam syariat
Islam.
16. Contoh 2 (Pinjam Uang) :
Fulan meminjam uang sebesar Rp 1 juta
kepada temannya dengan syarat ia harus
mengembalikan uang tersebut disertai
dengan bunganya sebesar sekian persen.
Tambahan yang disyaratkan ini yang
disebut riba Nasi’ah
19. “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan
agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka
riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) Itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).
(QS Ar Ruum 39)
22. “Maka disebabkan kezaliman orang-orang
Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan)
yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi
mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan
harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di
antara mereka itu siksa yang pedih”.
(QS An Nisa’ 160 – 161)
24. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan riba yang (akibatnya pasti
akan) berlipat ganda dan bertakwalah kamu
kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan”.
(QS Ali Imron 130)
25. CATATAN PENTING
-
•
Firman Allah : “… berlipat ganda “ bukan sebagai syarat
haramnya riba (jika tidak berlipat ganda maka tidak
haram –pen) sebagaimana telah kita ketahui bersama
tentang haramnya riba dalam segala hal. Kalimat ini
untuk menunjukkan bahwa akibat riba pastilah akan
berlipat ganda sebagaimana kebiasaan yang berlaku
pada mereka (kaum jahiliyyah) (Fathul Qadir 2/24)
26. -
•
Firman Allah : “… berlipat ganda “ bukan sebagai
syarat haramnya riba (jika tidak berlipat ganda
maka tidak haram –pen) akan tetapi untuk
mengingatkan dari kebiasaan yang berlaku selama
ini dan juga untuk mengecam kebiasaan itu
27. di mana jika seseorang meminjamkan uang kepada
orang lain lalu telah jatuh tempo pembayrannya
maka ia akan berkata kepada si penghutang :
“Tambahkan jumlah pengembalian hutangmu
maka akan aku tambah pula waktu jatuh
temponya” (Tafsir Abu Su’ud 1/454)
30. “Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.
31. “Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Rabb-nya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya”.
(QS Al Baqarah 275)
32. “Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan shodaqoh. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang terus
menerus melakukan kekafiran, dan
selalu berbuat dosa”
(QS Al Baqarah 276)
33. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya”.
(QS Al Baqarah 277 - 279)
37. Dari Abu Hurairah Radhiyallohu 'Anhu
Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam
bersabda :“Jauhilah oleh kalian tujuh hal yang
pasti akan menghancurkan kalian ! Apakah
tujuh hal itu ya Rasulullah ? : “Syirik kepada
Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan
Allah kecuali atas dasar kebenaran (al
haq), memakan riba, memakan harta anak
yatim, melarikan diri pada saat perang
berkecamuk, menuduh wanita muslimah
berbuat zina”
(HR. Bukhari & Muslim)
39. Dari Ibnu Abbas Radhiyallohu
'Anhuma, Rasulullah Shollallohu 'alaihi
wasallam bersabda “Pintu masuk menuju
riba lebih dari tujuh puluh buah, dan riba
yang paling ringan, (hukumnya) adalah
sama seperti seorang laki-laki
menyetubuhi ibunya sedangkan ia
seorang muslim”.
(HR Al Baihaqi dalam Syu’abil Iman
dengan sanad dho’if)
41. “Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.
42. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Rabb-nya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya”.
(QS Al Baqarah 275)
43. "Orang-orang yang memakan harta riba itu tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syethan, lanta-ran (tekanan)
penyakit gila...." (QS Al Baqarah : 275).
Syaikh Muhammad Ali Ash Shobuni menerangkan
dalam tafsirnya "Dipersamakannya pemakan riba
dengan orang-orang yang kesurupan adalah suatu
ungkapan yang halus sekali, yaitu Allah
memasukkan riba kedalam perut mereka lalu barang
itu
memberatkan
mereka,
sehingga
sempoyongan, jatuh bangun. Hal ini menjadi ciri-ciri
mereka dihari kiamat sehingga semua orang
mengenalnya." (Tafsir Rowa’iul Bayan fi Tafsir Ayat
44. “Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan shodaqoh. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang terus
menerus melakukan kekafiran, dan
selalu berbuat dosa”
(QS Al Baqarah 276)
45. Adapun lafadz kaffar (
) dan atsim (
) yang
termasuk shighot mubalaghoh (superlatif), yang
artinya menunjukkan kekufuran dan dosa yang
terus-menerus dan besar sekali adalah melukiskan
bahwa keharaman riba itu keras sekali, termasuk
perbuatan orang-orang kafir dan bukan perbuatan
orang-orang Islam.
46. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya”. (QS Al Baqarah 277 - 279)
47. "Kemudian jika kamu tidak mau mengerjakan
(meninggalkan riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu.“ (QS Al Baqarah : 279)
Maksud dari ayat ini bahwasannya apabila seseorang tidak
mau meninggalkan aktifitas riba, maka ketahuilah baginya
berhak untuk diperangi di dunia dan diakhirat kelak akan
dilempar kedalam api neraka,karena melanggar perintah
Allah dan Rasul-Nya.
Lafadz 'harbun' (perang ) dengan bentuk nakiroh adalah
untuk menun-jukkan besarnya masalah ini, lebih-lebih
dengan menisbatkan kepada Allah dan Rasul-Nya. Seolaholah Allah memaklumkan :
48. 'Percayalah akan ada suatu peperangan yang
dahsyat dari Allah dan Rasul-Nya yang tidak
mungkin dapat dikalahkan. Hal ini mengisyaratkan
akibat-akibat yang paling mengenaskan yang pasti
akan dialami oleh para pemakan riba.
Abdullah bin Abbas menerangkan mengenai ayat ini
bahwasannya kelak di hari kiamat akan dikatakan
kepada para pemakan riba :
“Angkatlah senjatamu untuk berperang melawanKu” (Tanwir Al Miqbas ‘an tafsir Ibn Abbas)
49. Al-’Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir AsSa’di rahimahullahu berkata : “Allah Subhanahu wa
Ta'ala mengabarkan tentang pemakan riba dan
jeleknya akibat yang mereka tuai. Dikabarkan
bahwa mereka tidak akan bangkit dari kubur mereka
pada hari kebangkitan nanti melainkan ‘seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan karena
(tekanan) penyakit gila’. Mereka bangkit dari kubur
dalam keadaan bingung, mabuk, goncang, dan
merasa pasti akan ditimpakan hukuman yang besar
serta bencana yang menyulitkan....” (Taisir Al Karim
Ar Rahman, hal. 117)
51. 1. DIBANGKITKAN DARI KUBUR PADA HARI KIAMAT NANTI
SEPERTI ORANG GILA KARENA KERASUKAN SETAN.
Imam Qatadah rahimahullahu berkata : “Yang demikian itu
merupakan tanda pada hari kiamat bagi orang yang
melakukan riba. Mereka dibangkitkan dalam keadaan
berpenyakit gila.”
Imam Ibnu Hajar menjelaskan : “Manusia pada hari kiamat
nanti keluar dari kubur mereka dengan segera. Namun
pemakan riba menggelembung perutnya, ia ingin segera
keluar dari kuburnya, namun ia terjatuh. Jadilah dia seperti
keberadaan orang yang jatuh bangun kesurupan karena
gila.” (Fathul Bari, 4/396)
52. 2. DIANCAM KEKAL DALAM NERAKA.
“Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya”. (QS Al Baqarah 275)
3. HARTA YANG DIPEROLEH
DIHILANGKAN BARAKAHNYA.
DARI
RIBA
AKAN
Bila pelakunya menginfakkan sebagian dari harta riba
tersebut, niscaya ia tidak akan diberi pahala, bahkan akan
menjadi bekal bagi dia untuk menuju neraka.
53. 4. ORANG YANG TIDAK SEGERA BERHENTI DARI RIBA
DINYATAKAN OLEH ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA
DENGAN “TERUS MENERUS DALAM KEKAFIRAN DAN DOSA”
“Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam
kekafiran dan selalu berbuat dosa.” (Al-Baqarah: 276)
Imam Asy Syaukani rahimahullahu menafsirkan : “Yakni Allah
Subhanahu wa Ta'ala tidak mencintai setiap orang yang
tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa. Karena
kecintaan itu dikhususkan bagi orang-orang yang bertaubat.
Dalam ayat ini ada ancaman yang berat lagi besar bagi
orang yang melakukan riba, di mana Allah Subhanahu wa
Ta'ala menghukuminya dengan kekafiran dan menyifatinya
dengan selalu berbuat dosa.” (Fathul Qadir, 1/403)
54. 5. MENDAPATKAN PERMUSUHAN DAN SIAP BERPERANG
DENGAN ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA SERTA RASULNYA.
Abdullah bin Abbas menerangkan mengenai ayat ini
bahwasannya kelak di hari kiamat akan dikatakan
kepada para pemakan riba : “Angkatlah senjatamu
untuk berperang melawan-Ku” (Tanwir Al Miqbas
‘an Tafsir Ibn Abbas)
Demikian dinyatakan Al Allamah Asy Syaikh
Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah
dalam Tafsir As Sa’dy atau Taisir Al Kariim Ar
Rahman.