SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bani Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku quraisy,
keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf. Pada umumnya
sejarawan memandang negatif terhadap Muawiyah pendiri dinasti,
disamping cara perolehan legalitas kekuasaannya identik dengan tipu
muslihat, kelicikan juga diperkuat dengan adanya kebijakan yang
mengejutkan, yang tidak pernah dilakukan sebelumnya yaitu
pemberlakuan sistem monarchihereditas (kerajaan turun temurun).
Namun demikian, kontribusi dinasti Umayyah pun tidak bisa
diabaikan, salah satunya adalah tentang expansi atau perluasan wilayah ini
yang bisa dikatakan berhasil meskipun ditengah-tengah kondisi politik
yang kurang mendukung. Hal inilah yang menyebabkan bahwa masa
khalifah Umayyah diidentikkan dengan masa perluasan wilayah.
Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan membahas masalah
bagaimana sejarah berdirinya bani Umayyah, suksesi kepemimpinan masa
Umayya, biografi khlaifa-khalifah pada pemerintahan bani Umayyah,
kemajuan daulah bani Umayyah dan sumbangsihnya terhadap islam, serta
sebab-sebab kemunduran daulah Umayyah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah munculnya daulah Umayyah?
2. Bagaimana suksesi kepemimpinan masa Umayyah?Bagaimana
biografi para khalifah daulah Umayyah?
3. Bagaimana kemajuan daulah bani Umayyah dan sumbangsinya
terhadap islam?
4. Apakah sebab-sebab kemunduran daulah Umayyah?
C. Tujuan
Tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah muncunya daulah Umayyah.
2. Untuk mengetahui suksesi kepemimpinan masa Umayyah.
3. Untuk megetahui biiografi para khalifah daulah Umayyah.
4. Untuk megetahui kemajuan daulah bani Umayyah dan
sumbangsinya terhadap islam.
5. Untuk mengetahui sebab-sebab kemunduran daulah Umayyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Daulah Umayyah
Hampir semua sejarawan membagi dinasti Umayyah menjadi dua,
yaitu yang pertama dinasti Umayyah yang dirintis dan didirikan oleh
Muawiyyah bin Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus (Siria). Fase ini
berlangsung sekitar satu abad dan mengubah sistem pemerintahan dari sistem
khalifah pada sistem Mamlakat (kerajaan atau monarki). Dan kedua, Dinasti
Umayyah di Andalusia (Siberia) yang pada awalnya merupakan wilayah
taklukan Umayyah di Andalusia pimpinan seorang gubernur pada zaman
Walid bin Abdul Malik.1
Nama “Daulah Umayyah” berasal dari nama “Umayyah ibnu „Abdi
Syam ibnu‟Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin
kabilah Quraisy di zaman Jahiliyah. Umayyah ini senantiasa bersaing dengan
pamannya, Hasyim ibnu Abdi manaf, untuk merebut pimpinan dan
kehormatan dalam masyarakat bangsanya. Dan ia memang memiliki cukup
unsur-unsur yang diperlukan untuk berkuasa di zaman jahiliyah itu, karena ia
berasal dari keluarga bangsawan, serta mempunyai cukup kekayaan dan
sepuluh orang putra-putra yang terhormat dalam masyarakat. Orang-orang
yang memiliki ketiga macam unsur-unsur ini di zaman jahiliyah, berarti telah
mempunyai jaminan untuk memperoleh kehormatan dan kekuasaan .
Sesudah datang agama Islam berubahlah hubungan antara bani
Umayyah dengan saudara-saudara sepupu mereka Bani Hasyim, oleh karena
persaingan-persaingan untuk merebut kehormatan dan kekuasaan tadi
berubah sifatnya menjadi permusuhan yang lebih nyata. Bani Umayyah
dengan tegas menentang Rasulullah dan usaha-usaha beliau untuk
mengembangkan agama islam. Sebaliknya bani Hasyim menjadi penyokong
1
Dedi Supriyadi,Sejarah Peradaban Islam,Bandung,Pustaka Setia,2008,hlm 103.
dan pelindung Rasulullah, baik mereka yang telah masuk islam ataupun yang
belum.
Bani Umayyah barulah masuk agama islam setelah mereka tidak
mnemukan jalan lain, selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad
bersama beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya kepada kerasulan
dan pimpinannya, menyerbu masuk ke kota Makkah.
Bani Umayyah adalah orang-orang yang terakhir masuk
agama islam, dan juga merupakan musuh-musuh yang paling keras terhadap
agam ini pada masa-masa sebelum mereka memasukinya. Tetapi setelah
masuk islam mereka-mereka dengan segera dapat memperlihatkan semangat
kepahlawanan yang jarang tandingannya.
Bani Ummaiyyah pada hakekatnya dari semulah terlah
mengiginkan jabatan kekhalifahan, tetapi mereka belum mempunyai harapan
untuk mencapai cita-cita itu pada masa Abu Bakar dan Umar. Dan setelah
Umar kena tikam, dan ia menyerahkan permusyawaratan untuk memilih
Khalifah yang baru kepada enam orang sahabat, diantaranya Utsman, diwaktu
itulah baru muncul harapan besar bagi Bani Umaiyyah, dan mereka lalu
meyokong pencalonan Utsaman secarah terang-terangan, dan akhirnya
Utsman terpilih. Semenjak itu mulailah Bani Umaiyaah meletakkan dasar-
dasar untuk menegakkan “khalifah Umaiyyah”, sehingga dikatakn bahwa:
Khalifah Umaiyyah itu pada hakekatnya telah mulai berdiri sejak
pengangkatan Ustman menjadi khalifah. Dan ketika khalifah Utsman
terbunuh, Muawiyah masih tetap memegang kekuasaan disana. Hal ini
memungkinkan baginya untuk dapat berjuang terus melawan Ali, sampai
akhirnya Ali dapat dikalahkannya. Dan dengan demikian berpindahlah
jabatan khalifah secara resmi kepada Muawiyyah.2
2
B. Suksesi Kepemimpinan Masa Umawiyyah
Dinasti Umayyah membangun peradaban di luar jazirah Arab
yang dimulai dari adanya upaya 3 pembunuhan yaitu di Kufa oleh Abd
rahman bin Muljam untuk membunuh Ali, Yerussalem Ibn Abdillah al-
Tamimi untuk membunuh Amr bin Ash. Penguasa Umayyah yang
berjumlah 14 orang melaksanakan sistem pemerintahan Persia dan Roma,
Byzantium. Di masa Umayyah, suasana kesukaan pra islam muncul
kembali. Hal ini terlihat jelas di awal pemerintahan dinasti Umayyah
dimana kekhalifahan Mu‟awiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi,
dan tipu daya, tidak dengan pemilihan suara terbanyak. Menjalankan
politik Arabisasi yaitu mengutamakan unsur Arab dalam pembinaan
kebudayaan.
 Dinamika politik Masa Umayyah
Pemerintahan Bani Umayyah selalu dipenuhi dengan intrik-intrik
politik, sejak awal berkuasa sampai masa berakhirnya kekuasaan
Bani Umayyah.
No. Masa Intrik politik
1. Masa
Muawiyah
1. Peristiwa Tahkim yang menghasilkan
3 golongan, yaitu:
a) Sunni
b) Syiah
c) Khawarij/kharijiah
2. Terjadinya Amul Jamah, antara Hasan
bin Ali ke Muawiyah para
pendukungnya (masyarakat Arabiyah,
Irak, dan Iran) banyak mengecam
tindakannya.
3. Mengenalkan tradisi baru, pergantian
khalifah ke anaknya. Meskipun ini
ditentang oleh sejumlah para sahabat
seperti Husain bin Ali, Abdullah bin
Zubair, Abdullah bin Abbas, Abdullah
bin Umar, Abdurrahman bin Abu
Bakar.
4. Adanya tantangan dari khawarij.
2. Masa Yazid 1. Peristiwa Karbala
2. Terjadinya peristiwa Harrah
3. Peristiwa pelemparan Ka‟bah dengan
Manjaniq.
3. Muawiyah II 1. Munculnya fanatisme kesukuan antara
bangsa Arab Utara (Kabilah Qais)
yang mendukung pemerintahan Zubair
dan bangsa Arab Selatan (Kabilah
Qalb) yang mendukung
kepemimpinan Bani Umayyah.
4. Marwan 1. Awal pemerintahannya terjadi
perpecahan di Arab Selatan.
2. Terdapat kelompok yang menentang
Marwan, dan wilayah yang
melepaskan diri.
5. Abdul Malik
bin Walid
1. Menundukkan Abdullah ibn Zubair
yang telah memproklamirkan diri
sebagai khalifah.
2. Menumpas pemberontakan kaum
Syiah dan khawarij.
6. Sulaiman Lebih banyak terjadi konflik internal,
dimana Sulaiman menyibukkan diri untuk
membalas dendam terhadap pihak yang
dianggap menentangnya.
7. Yazid II Terjadi pemberontakan yang dipimpin
oleh Yazid ibn Muhallab yang dituduh
menggelapkan harta rampasan.
8. Hisyam 1. Terjadi pemberontakan yang
dipimpin oleh Zaid bin Ali Zainal
Abidin.
2. Timbulnya fanatisme kesukuan di
Khurasan.
3. Adanya serangan orang Berber.
4. Adanya serangan suku bangsa
Khazar.
9. Walid II 1. Memicu kemarahan rakyat karena
bermoral rendah, terbukti
menggauli ibu tirinya.
10. Yazid III 1. Pemberontakan penduduk Hims
untuk membalas kematian al-Walid
II
Dari tabel diatas dapatlah dipahami tentang dinamika perpolitikan
Bani Umayyah selalu diwarnai tarik ulur kekuasaan. Akibatnya, sangat
mudah terjadi pemberontakan baik itu atas nama golongan keagamaan
(seperti yang dilakukan oleh khawarij dan Syiah) atau atas nama pribadi
seperti perebutan hak sebagai khalifah. Bila ditelusuri intrik politik diatas
setidaknya disebabkan 2 hal yaitu:
1. Ketidakrelaan atau ketidaklegawaan dalam menerima
segala bentuk konsekuensi politik yang ada.
2. Pelecehan atau penghinaan terhadap golongan keagamaan,
status sosial.
Bila kedua hal tidak dilakukan maka perpolitikan masa Bani Umayyah
dapat dikatakan stabil.3
 Penaklukan di Masa Pemerintahan Muawiyah
Penaklukan di masa pemerintahannya demikian luas dan meliputi dua front
utama yaitu:
a. Wilayah Barat
Wilayah Romawi (Turki). Ketika itu selalu dilakukan pengintaian dan
ekspedisi kesana. Maksud dan tujuannya adalah menaklukkan Konstantinopel.
Kota itu dikepung pada tahun 50 H/670 M kemudian pada tahun 53-61 H/672-
680 M, namun tidak berhasil ditaklukkan.
Muawiyah membentuk pasukan laut yang besar yang siaga di Laut
Tengah dengan kekuatan 1.700 kapal. Dengan kekuatan itu dia berhasil memetik
berbagai kemenangan. Dia berhasil menaklukkan pulau Jarba di Tunisia pada
tahun 49 H/669 M, kepulauan Rhodesia pada tahun 53 H/673 M, kepulauan
Kreta pada tahun 55 H/624 M, kepulauan Ijih dekat Konstantinopel pada tahun
57 H/680 M.
Di Afrika, Benzarat berhasil ditaklukkan pada tahun 41 H/661 M,
Qamuniyah (dekat Qayrawan) ditaklukkan pada tahun yang sama. Uqbah bin
Nafi‟ berhasil menaklukkan pada tahun yang sama. Uqbah bin Nafi‟ berhasil
menaklukkan Sirt dan Mogadishu, Tharablis, dan menaklukkan Wadan kembali.
Kota Qayrawan dibangun pada tahun 50 H/670 M. Kur sebuah wilayah di Sudan
berhasil ditaklukkan. Akhirnya, penaklukkan ini sampai ke wilayah Maghrib
Tengah (Aljazair). Uqbah bin Nafi adalah komandan yang paling terkenal di
kawasan ini.
b. Kawasan Timur
Kawasan Timur (Negeri Asia Tengah dan Sindh). Negeri-negeri
Asia Tengah meliputi kawasan yang berada diantara sungai Sayhun dan Jayhun.
Diantara kerajaan yang paling penting adalah Thakharistan dengan ibukotanya
Balkh, Shafaniyan dengan ibukota Syawman, Shaghad dengan ibukota
3
Abu Bakar,Istianah,Sejarah Peradaban Islam,Malang,UIN-Malang Press,2008,Hal.55-58.
Samarkand dan Bukhari, Farghanah dengan ibukota Jahandah, Khawarizm
dengan ibukota Jurjaniyah, Asyrusanah dengan ibukota Banjakat, Syasy dengan
ibukota Bankats.
Mayoritas penduduk di kawasan itu adalah kaum paganis. Pasukan Islam
menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41 h/661 M. Pada tahun 43 H/663
M mereka mampu menaklukkan Sajistan dan menaklukkan sebagian wilayah
Thakharistan pada tahun 45 H/665 M. Mereka sampai ke wilayah Quhistan.
Pada tahun 44 H/664 M Abdullah bin Ziyad tiba di pegunungan Bukhari.
Pada tahun 44H/664 M kaum muslimin menyerang wilayah Sindh dan
India. Penduduk di tempat itu selalu melakukan pemberontakan sehingga
membuat kawasan itu tdak selamanya stabil kecuali di masa pemerintahan Walid
bin Abdul Malik.4
C. Biografi Para Khalifah Daulah Umawiyyah
Dinasti Umawiyyah berkuasa hampir satu abad, selama 90 tahun
mempunyai 14 khalifah. Adapun urutan khalifah Umawiyyah adalah sebagai
berikut:
1. Muawiyyah bin Abi Sufyan (41-60)H
Muawiyyah bin Abi Sufyan dilahirkan kira-kira 15 tahun sebelum
Hijrah, dan masuk islam pada hari penaklukan kota Makkah bersama-sama
penduduk kota Makkah lainnya. Waktu itu ia berusia 23 tahun.
Muawiyyah lalu diangkat menjadi anggota dari sidang penulisan wahyu .
Muawiyyah banyak meriwayatkan hadis, baik yang langsung dari
Rasulullah, ataupun dari para sahabat yang terkemuka, dan dari Abdullah
ibnu Abbas, Sa‟id ibnu Musaiyab, dan lain-lainnya.
Muawiyyah adalah seorang pemimpin yang berpribadi kuat dan
amat jujur, serta ahli dalam lapangan politik. Inilah yang menyebabkan
khalifah Umar suka kepadanya. Dan selanjutnya dimasa khalifah Utsman
semua daerah Syam itu diserahkan kepada Muawiyyah. Dengan demikian,
Muawiyyah telah telah berhasil memegang jabatan Gubernur selama 20
tahun. Dan sesudah itu ia menjadi khalifah selama 20 tahun pula.
4
Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam,Jakarta,Akbar Media Eka Sarana,2003,Hal.188-189.
Pembantu-pembantu utama Muawiyyah ialah Al-Mughirah ibnu
Syu‟bah, Ziyah ibnu Abihi, dan „Ubaidillah ibnu Ziyad.
Adapun Al-Mughirah ibnu Syu‟bah itu, ia perna menjadi gubernur
Muawiyyah di Kufah. Adapun Ziyad ibnu Abihi, ia perna diangkat oleh
khalifah Ali menjadi gubernur di Persia. Dany Ziyad rela membai‟ah
Muawiyyah, setelah Muawiyyah mengirimkan surat jaminan keamanan
bagi dirinya. Nasib Ziyab kepada Abu Sufyan ini barulah diakui pada
masa pemerintahan khalifah Muawiyyah, tahun 44 H, dimana Muawiyyah
mengakui bahwa Ziyad adalah saudaranya sebapak, justru karena ia ingin
mengambil keuntungan dari kecakapan dan kepahlawanan Ziyad. Dan
mulai semenjak itu, kepada Ziyad diberikan sebutan “Ziyad ibnu Abi
Sufyan” dan mengangkatnya menjadi gubernur untuk Bashrah, khurasan,
dan sijistan.
Masa pemerintahan Muawiyyah adalah yang paling cemerlang
diantara masa-masa khalifah islamiyah seluruhnya, dimana keamanan
dalam negara begitu baiknya, dan segala anasir-anasir yang bersikap
permusuhan terhadap Muawiyyah telah dapat dibasmi. Masa
pemerintahannya adalah masa kemakmuran dan kekayaan yang berlimpah-
limpah.
2. Yasid bin Muawiyyah (60-64)H
Namanya, “Yasid ibnu Muawiyyah”, ibunya “Maisun al
Kalbiyah”, yaitu seorang wanita padang pasir yang dikawini Muawiyyah
sebelum ia menjadi khalifah. Pikiran tentang pengangkatan Yasid menjadi
putra mahkota mulai timbul pada tahun 49 H. Sebagai gagasan dari Al-
Mughirah ibnu Syu‟bah.
Muawiyyah membai‟ah Yizid di masjid dimana rakyat telah
berkumpul. Sesudah Muawiyyah meninggal dunia, pembai‟ahan Yazid itu
diulang lagi.
Masa pemerintahan Yazid hanya berlangsung 3 tahun saja. Ia mati
dalam usia muda. Ia tidak sempat merasakan kenikmatan sebagai khalifah
barang seharipun. Begitu ia naik tahta dihadapannya telah berkecamuk
bermacam-macam peristiwa, yang merupakan penyakit-prnyakit berat bagi
negaranya.
Akhirnya Yazid meninggal dunia, dengan meninggalkan beban
pusaka yang berat. Dan putranya pun tak berdaya pula untuk memikulnya.
Maka Marwan ibnul Hakamlah yang memikulnya selama satu tahun,
kemudian beralih kepundak Abdul Malik ibnu Marwan.
3. Muawiyyah II bin Yazid (64 H)
Muawiyyah II hanyalah seorang pemuda yang lemah. Masa
jabatannya tidak lebih dari 40 hari. Kemudian ia mengundurkan diri
karena sakit. Dan selanjutnya ia mengurung dirinya di rumah, sampai ia
meninggal tiga bulan kemudian.
4. Marwan bin al-Hakam (64-65)H
Setelah perang jamal selesai, Marwan lalu mengundurkan diri dari
gelanggang politik. Ia memberikan bai‟ah dan sumpah setianya atas
pengangkatan Ali menjadi khalifah, kemudian ia menetap di Madinah.
Setelah muawiyyah menjadi khalifah, ia mengangkat Marwan sebagai
pengakuan atas segala bantuan yang telah diberikan Marwan kepadanya,
ketika Marwan memegang jabatan sebagai pemegang stempel Utsman.
Dan juga karena muawiyyah percaya bahwa Marwan telah melakukan
suatu perang penting dalam peristiwa perang jamal, yaitu melemahkan Ali
dan juga telah menewaskan Thalhah dengan panahnya.
Muawiyyah mengangkat Marwan menjadi gubernur di Madinah.
Dimasa pemerintahan Yazid, Marawan juga menjadi pembantunya yang
terdekat, serta menjadi salah seorang penasehatnya di Damaskus.
Marwan meninggal pada bulan Ramadhan tahun 63 H, setelah ia
membujuk lebih dahulu dua orang putranya untuk menggantikannya
berturut-turut yaitu Abdul Malik dan Abdul Aziz.
Marwan adalah seorang yang bijaksana, berpikir tajam, fasih
berbicara, dan berani. Ia ahli dalam pembacaan al-Qur‟an, da banyak
meriwayatkan hadis-hadis dari para sahabat Rasulullah yang terkemuka,
terutama dari Umar bin Khathab dan Utsman bin Affan. Ia juga telah
berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan timbangan.
Orang orang penting yang telah menjadi tangan kanannya antara
lain ialah: Ubaidullah bin Ziyad, Abdul Malik bin Marwan dan Abdul
Aziz bin Marwan.
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86)H
Abdul Malik dipandang sebagai pendiri yang kedua bagi Daulah
Umawiyyah. Katika ia diangkat menjadi khalifah, alam islam sedang
berada dalam keadaan terpecah belah. Ibnu Zubair di Hijaz telah
memproklamirkan dirinya sebagai khalifah. Kaum Syi‟ah mengadakan
pembarontakan dirinya. Dan kaum Khawarijmembangkng pula.
Abdul Malik telah berhasil mengembalikan seluruh wilayah taat
kepada kekuasaannya. Begitu pula ia telah dapat menumpas segala
pembengkangan dan pemberontakan. Sebab itu ia berhak disebut sebagai
“Pendiri yang kudua” bagi Daulah Umawiyyah.
Abdul Malik memperoleh pendidikan tinggi, dan ia dipandang
sebagai salah seorang dari hli-ahli fiqih yang kenamaan di Madinah,
setaraf dengan Sa‟ad ibnul Musaiyab dan Urwan ibnu Zubair.
Ayahnya telah mengangkatnya sebagai putra mahkota tak lama
sesudah terjadinya mu‟tamar Al Jabiyah. Disamping itu pribadi Abdul
Malik sendiri memang melebihi hampir semua orang-orang terkemuka
dimasa itu. Tak seorangpun yang menantang pengangkatan Abdul Malik
itu, kecuali Amrun bin Sa‟ad. Dan sebagai resiko dari tantangannya itu ia
telah kehilangan kepalanya.
6. Walid bin Abdul Malik (89-96)H
Walid dilahirkan pada tahun 50 H. Ia mempelajari kebudayaan
islam. Tetapi pendidikannya tentang bahasa Arab sangat lemah, sehingga
ia berbicara kurang fasih. karena yang dapat memimpin bangsa Arab
hanyalah orang yang baik bahasanya maka ia mengumpulkan ulama-ulama
nahwu, lalu ia belajar kepada mereka dengan rajinnya.
Khalifah Marwan bin Hakam dulunya telah mengangkat dua orang
putranya sebagai putra mahkota yang akan menggantinya menjadi khalifah
berturut-turut, yaitu Abdul Malik dan dan Abdul Aziz. Tetapi Abdul Aziz
telah meninggal sebelum wafat Abdul Malik. Maka Abdul Malik lalu
menunjuk pula dua orang putranya yaitu Al Walid kemudian Sulaiman. Ini
terjadi pada tahun 85 H. Ia mengirimkan surat ke daerah-daerah,
menerangkan hal ini. Maka rakyat tidak keberatan untuk memberikan
bai‟ah dan sumpah setia. Yang enggan hanyalah Said bin Musaiyab di
Madinah. Dan sesudah wafat Abdul Malik, rakyat mengulangi sekali lagi
bai‟ah sumpah setia mereka kepada Al Wahid
Al Walid adalah orang yang terbaik untuk menerima kerajaan dan
orang yang terbesat untuk memelihara warisan itu. Selain dari itu dapat
pula dikatakan bahwa Abdul Malik adalah seorang yang justru muncul
pada suatu masa yang sangat memerlukan perjuangannya. Sedang Al
Wahid adalah seorang yang suka damai dan menginginkan perbaikan-
perbaikan, justru ia muncul di zaman damai, maka diadakannyalah
perbaikan-perbaikan dalam negeri.
Masa pemerintahan Al Walid pada umumnya dapat disebut masa
kemakmuran, keamanan dan ketentraman. Dengan adanya kekayaan dan
kesatuan yang bulat, terutama karena keteguhan iman Al Walid, maka
agama islam dapat ditambah luas sampai meliputi Andalusia di Barat dan
Sind di Timur, dan daerah-daerah lainnya.
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99)H
Sulaiman bin Abdul Malik dilahirkan pada tahun 54 H. Ia dilantik
menjadi khalifah setelah saudaranya Al Walid meninggal dunia. Sebelum
wafatnya, Al Walid perna bermaksud untuk memecat Sulaiman dari
kedudukannya sebagai putra mahkota, karena ia ingin mengangkat
putranya sendiri yang bernama Abdul Aziz.
Usaha Al Walid untuk menggeser putra mahkota itu telah
merupakan suatu peristiwa yang berakibat jelek, sehingga permulaan masa
pemerintahan sulaiman diliputi suasana kebencian, dan menyebebkan
periode pertama dari pemerintahannya itu penuh rasa dendam kesumat
terhadapnya, terutama dari para panglima terkemukayang nama mereka
terkenal di daerah-daerah.
Sulaiman amat senang kepada istana padang pasirnya di Ramlah,
dan ia menghabiskan lebih banyak waktunya disana. Sulaiman terkenal
dengan keremajaan yang segar dan keindahan jasmani yang istimewa. Ia
sendiri merasa kagum pada dirinya sendiri bila ia berkaca, dan sering
terhambur dari mulutnya “Sungguh, aku ini adalah Raja Remaja!”.
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101) H
Umar bin Abdul Aziz dilahirkan di kota Hulwan, tidak jauh dari
Kairo. Ketika itu ayahnya yang jadi gubernur di Mesir. Tetapi Ibnu Abdul
Hakam meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan di Madinah. Silsilah
keturunannya dari pihak ibunya, bersambung dengan khalifah yang kedua
Umar bin Khathtab
Setelah ia meningkat usia remaja, ia kawin dengan Fathimah, putri
Abdul Malik, pamanya sendiri. Umar turunana Bani Umawiyyah, ayahnya
Abdul Aziz bin Marwan, pamannya khalifah agung Abdul Malik bin
Marwan, sedan istrinya Fatimah binti Abdul Malik, saudara dari Al Walid.
Harta kekayaannya berlimpah-limpah sehingga ia memiliki tanah-tanah
perkebunan di Hejaz, Syam, Mesir, Yaman dan Bahrain. Dari sana ia
peroleh penghasilan yang besar sebanyak 40.000 dinar setiap tahun.
Sebelum menjadi khalifah, Umar telah mengenal minyak wangi
dan pakaian sutera, sebagaimana ia mengenal nyanyian-nyanyian. Ia
senang mendengar mendengarkan nyanyian-nyanyian dan bertepuk tangan
untuk para penyanyi, bahka ia sendiri turut bernyanyi dan mengubah not-
not lagunya.
Masa pemerintahan Umar ini terkenal dengan perbaikan-perbaikan
yang banyak dilaksanakannya yang menunjukkan atas kematangan
pikirannya serta pengertiannya yang sempurna, menyusun rencana Da‟wah
islamiyah (penyebaran islam), membuat aturan-aturan mengenai
pertahanan.
Salah satu perbaikan yang dilakukan Umar ialah perbaikan tanah-
tanah pertanian, penggalian sumur-sumur dan pembangunan jalan-jalan
dan menyediakan tempat-tempat penginapan bagi orang-orang yang dalam
perjalanan, memperbanyak mesjid-mesjid, serta meliputi dinas pos.
Umar meninggal dunia tatkla badannya menjadi kurus, karena
terlalu banyak mencurahkan tenaganya, dan terlalu mengekang nafsunya
sampai hidupnya menderita.
9. Yazid II bin Abdul Malik (101-105) H
Yazid adalah orang yang sangat bejat moralnya, jatuh cinta kepada
dua orang hamba sahaya, barnama Salamah dan Hababah. Ia
menghabiskan waktunya dengan kedua wanita itu. Dan tatkala Hababah
jatuh sakit Yazid sangat terharu, dan tampak padanya rasa putus asa yang
mendalam. Dan setelah Hababah meninggal dunia Yazid kehilangan
kendali akalnya, dan ia menjadi bodoh.
Muslamah, saudara Yazid menasehatinya supaya jangan muncul
dihadapan umum, karena kuatir kalau-kalau mereka mengetahui
kebodohan dan kegoncangan batin yang sedang menimpanya. Sebab itu
Yazid selalu menjauhkan diri dari khalayak ramai sesudah meninggalnya
Hababah ini. Demikianlah keadaannya, sehingga ia meninggal pula tujuh
hari setelah meninggalnya Hababah. Tinggallah kini hamba sahaya yang
kedua mendendangkan selalu ucapan penyair, dalam tangisnya meratapi
tuannya dan kejayaan masa lalunya yang telah lenyap.
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125) H
Pada mulanya Yazid bermaksud untuk menunjuk puteranya Al
Walid sebagai putera mahkota, yang akan menjadi khalifah sesudahnya.
Tetapi penasehat-penasehatnya menasehatkan kepadanya bahwa Al Walid
masih terlalu muda usianya, dan belum sanggup memikul tugas negara
yang berat itu. Berdasarkan nasehat itu Yazid akhirnya menunjuk
saudaranya, yaitu Hisyam, sebagai putra mahkota, dengan ketentuan
bahwa Al Wahidlah kelak yang jadi khalifah sesudah Hisyam. Sesuai
dengan ketentuan ini maka diangkatlah Hasyim sebagai khalifah
menggantikan Yazid. Dalam sebagian besar waktunya ia bertempat tinggal
di kota Ar Rushafah, yang terletak di pinggir sungai Furat.
Masa pemerintahan Hisyam adalah cukup lama, yaitu kira-kira dua
puluh tahun. Hisyam termasuk khalifah-khalifah yang terbaik. Terkenal
sebagai seorang yang penyantun dan bersih pribadinya, serta sangat taqwa.
Ia telah mengatur kantor-kantor pemerintahan dan membetulkan
perhitungan keuangan negara dengan amat teliti.
Di masa pemerintahan khalifah Hisyam Daulah Umawiyyah telah
menjurus ke jurang kelemahannya, karena timbulnya faham kesukuan
antara bangsa Arab Selatan, lebih-lebih di Khurasan. Hal ini telah
membantu golongan Syi‟ah untuk mendapatkan kemenangan-kemenangan
baru di daerah itu.
11. Walid bin Yazid (125-126) H
Al Walid dilahirkan pada tahun 90 H. Ketika ayahnya diangkat
menjadi khalifah, Al Walid berusia sebelas tahun. Dan ketika ayahnya
menderita sakit yang terakhir, Al Walid sudah berumur limabelas tahun.
Al Walid moralnya tidak begitu tinggi, ia mempunyai sifat tergila-
gila, yaitu sifat yang diwarisnya dari ayahnya. Sebab itu banyak orang
yang marah kepadanya. Hal ini memaksanya untuk menetap di luar kota
Damaskus. Ia selalu bertempat tinggal di daerah pedalaman, disuatu
perkebunan yang terletak di daerah Yordania. Kebetulan pula yang jadi
pengasuhnya adalah Abdus Shamad bin Abdul A‟la yang juga mempunyai
akhlak yang tercela. Hal itulah yang mendorong pemuda itu untuk
menguburkan rasa pilu dan sedihnya kedalam gelas minuman keras, dan
hidup dalam pelukan dayang-dayang dan hamba-hamba sahaya
perempuan, bergemilang dosa dan maksiat.
Al Walid adalah seorang penyair yang istimewa. Bakat seninya itu
disalurkannya kepada pembicaraan tentang khamar dan wanita. Dan
setelah ia jadi khalifah, bakatnya itu diarahkannya kepada syair-syair yang
berisi caci makian terhadap Hisyam.
12. Yasid bin Walid (126) H
Yazid tidak dapat menikmati kedudukannya sebagai khalifah, yang
telah dicapainya dengan usaha baik secara rahasia ataupun terang-
terangan. Masa pemerintahannya berlangsung lebih kurang enam bulan.
Yazid meninggal dunia setelah memangku jabatan khalifah dalam
masa beberapa bulan itu. Ia memberikan wasiat bagi saudaranya Ibrahim
untuk menjadi khalifah sesudahnya.
13. Ibrahim bin Walid (126) H
Kalau dulunya Yazid bin Walid tidak mendapatkan keadaan yang
stabil, begitu pulalah kini saudaranya, Ibrahim. Kedudukannya sebagai
khafilah tidak disepakati kaum muslimin. Ia tidak mendapatkan bai‟ah dari
segenap lapisan rakyat. Sebab itu sebagian rakyat memanggilnya
“khalifah”, dan yang lain memanggilnya “Amir”. Yang terpenting diantara
pemberontakan yang telah berkobar terhadapnya ialah pemberontakan
Marwan bin Muhammad, gubernur di Al Jazirah dan Armenia.
14. Marwan bin Muhammad (127-132) H
Marwan barulah mendapatkan stabilitas pada tahun 127 H, setelah
melalui masa beberapa bulan yang penuh dengan perjuangan sengit. Hal
itu disebabkan karena Marwan menduduki kursi khalifah bukanlah
berdasarkan bai‟ah yang diberikan oleh rakyat kepadanya sebelum itu, tapi
hanyalah semata-mata dengan ketajaman mata pedangnya. Sebab itu ia
barulah mendapatkan bai‟ah yang sempurna setelah melalui suatu masa
yang penuh dengan perjuangan.
Dalam pada itu setelah ia mendapat bai‟ah, pemberontakan-
pemberontakan terhadapnya terus saja berkobar yang dicetuskan oleh
golongan Khawarij dan oleh rakyat di Hejaz. Sedang golongan sya‟ih juga
memperhebat perjuangan mereka di daerah Khurasa.
Marwan adalah orang besar, berani dan memiliki kebijaksanaan
serta kelicinan dan mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang
pertempuran.
Marwan tewas terbunuh di Mesir disuatu disuatu desa yang disebut
Bushair, di daerah Sha‟id, pada tahun 132 H. Setelah melalui kehidupan
yang penuh dengan perjuangan dan ketabahan hati. Dengan wafatnya
Marwan berakhirlah sudah riwayat Daulah Umawiyyah.5
D. Kemajuan Daulah Bani Umayyah dan Sumbangsihnya Terhadap Islam
Meskipun masa kepemimpinan Bani Umayyah sarat dengan intrik
politik internal maupun eksternal yang kemudian menghasilkan perluasan
wilayah Islam, mereka tidak melupakan aspek perkembangan intelektual
mengingat masa Umayyah merupakan benih bagi munculnya the Golden Age
di masa Abbasiyah nanti. Perhatian terhadap dinamika intelektual ini dapat
dipahami dari tabel berikut:
No. Nama Khalifah Peran atau Sumbangsihnya terhadap
Islam
1. Muawiyah bin Abi
Sufyan (41-60 )H
1. Pendiri Dinasti dan terkenal sebagai
sang inovator
2. Menaklukkan Tunisia, khurasan,
sungai Oxus, Afghanistan, Kabul.
3. Memperkuat angkatan bersenjata..
4. Mencetak mata uang.
5. Membentuk Dewan al-Khatim.
6. Menulis wahyu Rasulullah dan
meriwayatkan sedikitnya 163 hadits.
2. Yasid bin Muawiyah
(60-64)H
Meninggal pada usia muda dan tidak sempat
merasakan kenikmatan sebagai khalifah
barang seharipun. Jadi tidak ada peran
ataupun sumbangsihnya terhadap islam, pada
saat kepemimpinannya.
3. Muawiyah II bin
Yazid (64 H)
Hanya merupakan pemuda yang lemah,
jabatannya tidak lebih dari 40 hari, kemudian
5
Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam jilid-2, Jakarta, PT. Al Husna Zikra, 1993,
hlm 30-139
mengundurkan diri karena sakit, akhirnya ia
mengurung dirinya dirumah sampai ia
meninggal. Dan tidak ada satu pun
sumbangsih ataupun perannya terhadap
islam, di masa kepemimpinannya.
4. Marwan bin al-
Hakam (64-65)H
1. Ahli dalam pembacaan Al-Qur‟an.
2. Meriwayatkan banyak hadits dari para
sahabat Rasulullah, terutama dari
Umar bin Khattab dan Utsman bin
Affan.
3. Menertibkan alat-alat takaran dan
timbangan.
5. Abdul Malik bin
Marwan (65-86)H
1. Pendiri kedua Bani Umayyah karena
mampu menyatukan kembali wilayah
Bani Umayyah setelah terjadinya
banyak pemberontakan dan
pembangkangan.
2. Menguasai Balkh, Bukhara,
Khawarizm, Ferghana, Samarkand,
dan India dengan menguasai
Balukhistan, Sind, Punjab, dan
Maltan.
3. Mencetak mata uang sendiri sebagai
mata uang persia dan Byzantium
tahun 659 M.
4. Menertibkan admisnistrasi dan
menjadikan bahasa Arab sebagai
bahasa resmi administrasi
pemerintahan Islam.
5. Menyempurnakan tulisan Mushaf al-
Qur‟an dengan membubuhkan tanda
titik pada hurf tertentu.
6. Memperbaiki sistem irigasi dengan
mengalirkan air sungai Tigris dan
Eufrat sehingga kesuburan tanah
terjamin.
7. Membuat alat pengukur Sungai Nill.
8. Membangun jembatan.
9. Memperluas masjid Jami Amr bin As
10. Penggunaan angka Arab yang menjadi
solusi bagi perkiraan dagang, karena
angka Romawi saat itu dirasa sulit
kemudian dikenal dengan Arabic
Number.
6. Walid bin Abdul
Malik (89-96)H
1. Menciptakan suasana tentram.
2. Telah memberikan sumbangan berupa
pemisahan antara ahli tentang
penyebab penyakit dengan ahli
tentang pengobatan.
3. Melanjutkan ekspansi sampai wilayah
Afrika Utara, dan Spanyol, Sind
(India).
4. Memperhatikan kesejahteraan rakyat
seperti membangun panti untuk orang
cacat, mengumpulkan anak yatim,
memberikan jaminan hidup,
menyediakan guru, mendirikan
bangunan khusus untuk orang kusta.
5. Membangun infrastruktur Negara
seperti jalan.
6. Membangun masjid Agung Damaskus
dan al-Aqsha yang masih ada hingga
sekarang.
7. Sulaiman bin Abdul
Malik (96-99) H
Tidak ada sumbangsihnya ataupun perannya
dalam islam.
8. Umar bin Abdul
Aziz (99-101) H
1. Menstabilkan perpolitikan dalam
negeri berupa keberhasilan
menghentikan aksi pemberontakan
yang dilakukan kaum Syiah dan
Khawarij dan menghentikan celaan
terhadap Ali.
2. Telah memindahkan sekolah
kedokteran dari Iskandariah ke
Antiokhia.
3. Menyamakan kedudukan muslim
tanpa memandang status.
4. Mengambil kebijakan fiskal berupa
keringanan pajak sehingga banyak
non muslim yang memeluk Islam.
5. Melakukan perbaikan dan
pembangunan saran pelayanan umum
seperti perbaikan lahan pertanian,
penggalian sumur baru, pembangunan
jalan, penyediaan tempat penginapan,
memperbanyak masjid dan lainnya.
6. Menghapus berbagai formalitas
protokoler bagi yang menghadap
khalifah dan menyatakan dirinya sama
kedudukannya dengan rakyat biasa.
9. Yazid II bin Abdul
Malik (101-105)H
Tidak ada sumbangsih dan perannya pada
masa pemerintahannya.
10. Hisyam bin Abdul
Malik (105-125) H
1. Terkenal sebagai khalifah yang
cermat dan teliti
2. Terkenal dengan negarawan yang
cakap dan ahli strategi militer ynag
handal
3. Memperbaiki administrasi keuangan
negara sehingga pemasukan dan
pengeluaran berjalan dengan teratur
tanpa terjadi penggelapan atas uang
baitul mal.
11. Walid bin Yazid
(125-126) H
Tidak ada sumbangsih dan perannya pada
masa pemerintahannya.
12. Yasid bin Walid
(126) H
Tidak ada sumbangsih dan perannya pada
masa pemerintahannya.
13. Ibrahim bin walid
(126) H
Tidak ada sumbangsih dan perannya pada
masa pemerintahannya.
14. Marwan bin
Muhammad (127-
132) H
1. Berpengalaman luas dalam bidang
pertempuran.
E. Sebab-Sebab Kemunduran Daulah Umawiyyah
Kemunduran Bani Umawiyyah dapat diketahui secara jelas dari dinamika
politiknya. Faktor mendasar yang menyebabkan kemunduran Bani Umawiyyah
menurut Muhammad Nasir adalah rapuhnya ikatan kekeluargaan Bani
Umawiyyah, secara detail faktor-faktor kemunduran Bani Umawiyyah adalah
sebagai berikut:
1. Pengangkatan lebih dari 1 putra mahkota/pengaturan yang tidak jelas
dalam proses pergantian khalifah.
2. Timbulnya fanatisme kesukuan.
3. Kehidupan para khalifah yang melampaui batas.
4. Fanatisme kearaban Bani Umawiyyah.
5. Munculnya kekuatan baru baik dari golongan keagamaan (Syiah) dan
keturunan al-Abbas.6
Kekuasaan wilayah yang sangat luas dalam waktu yang singkat tidak
berbanding lurus dengan komunikasi yang baik, menyebabkan kadang-kadang
suatu wilayah situasi keamanan dan kejadian-kejadian tidak segera diketahui oleh
pusat. Selanjutnya adalah mengenai lemahnya para khalifah. Diantara empat belas
khalifah dari dinasti Umaiyyah hanya beberapa khalifah yang cakap, kuat, dan
pandai mengendalikan negara, selain Muawiyyah, Abd al-Malik, al-Walid I,
Sulaiman, Umar II, dan Hisham kesemuanya adalah lemah dan memiliki banyak
kekurangan dan kelemahan dalam hal mengurusi dan memimpin negara yang
begitu luas. Sisanya lagi sangat lemah dan tidak mampu mengatur negara bahkan
mereka terkurung di istana dengan hidup bersama gundik-gundik, minum-
minuman keras, dan tenggelam dalam musik.
Islam yang dibawah oleh Nabi, sebagai perdamaian dunia, di kemudian
hari pada masa Umawiyyah, islam justru dijadikan sebagai agama untuk alat dan
simbol politik penguasa Umawiyyah tidak untuk perdamaian.7
6
Istianah Abu Bakar, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, Malang, UIN-Malang Press, 2008, hlm 60-
61.
7
Ahmad Syafii Maarif dan M. Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban
Islam,Yogyakarta, Pustaka Book Publisher, 2007, hlm 139
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada hasil makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Nama “Daulah Umawiyyah” berasal dari nama “Umaiyyah
ibnu „Abdi Syam ibnu „Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari
pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy dizaman jahiliyah.
2. Dinasti Umaiyyah membangun peradaban di luar jazirah Arab
yang dimulai dari adanya upaya 3 pembunuhan yaitu di kufa
oleh Abd Rahman bin Muljam untuk membunuh Ali,
yerussalem ibnu Abdillah untuk Muawiyah dan fustat oleh
barak bin Abdillah al-Tamimi untuk membunuh Amr bin Ash.
Penguasa Umaiyyah yang berjumlah 14 orang melaksanakan
system pemerintahan persiah dan Romas,Byzantium.
3. Dinasti Umawiyyah berkuasa hampir satu abad, selama 90
tahun mempunyai 14 khalifah, yaitu Muawiyyah bin Abi
Sufyan, Yazid Bin Muawiyah, Muawiyah II bin Yazid,
Marwan bin al-Hakam, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin
Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul
Malik, Walid II bin Abdul Malik, Hisyam bin Abdul Malik,
Walid II bin Yazied, Yazied III bin Walid, Ibrahim bin Walid,
dan Marwan II al-Ja‟diy.
4. Kemajuan daulan Bani Umaiyyah, dapat dilihat dengan
berkembangnya ilmu intelektual, seperti dibidang kedokteran,
arsitek,keagamaan,sejarah,dan masih banyak bidang yang lain.
5. Kemunduran daulah Bani Umaiyyah disebabkan karena
dinamika politik, dan faktor utama kemunduranya yaitu
rapuhnya ikatan kekeluargaan Bani Umaiyyah.

Contenu connexe

Tendances

Sejarah bani abbasiyah
Sejarah bani abbasiyahSejarah bani abbasiyah
Sejarah bani abbasiyah
Julak Laraw
 
Dinasti umayyah 1.by:XII IPA 4
Dinasti umayyah 1.by:XII IPA 4Dinasti umayyah 1.by:XII IPA 4
Dinasti umayyah 1.by:XII IPA 4
14081994
 
Presentasi khalifah abbasiyah periode kedua
Presentasi khalifah abbasiyah periode keduaPresentasi khalifah abbasiyah periode kedua
Presentasi khalifah abbasiyah periode kedua
Bazari Azhar Azizi
 

Tendances (20)

Sejarah Peradaban Islam (Masa Dinasti Umayyah)
Sejarah Peradaban Islam (Masa Dinasti Umayyah)Sejarah Peradaban Islam (Masa Dinasti Umayyah)
Sejarah Peradaban Islam (Masa Dinasti Umayyah)
 
PPT SKI Bani Umayyah kelas VII
PPT SKI Bani Umayyah kelas VIIPPT SKI Bani Umayyah kelas VII
PPT SKI Bani Umayyah kelas VII
 
Materi pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa bani umayah
Materi pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa bani umayahMateri pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa bani umayah
Materi pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa bani umayah
 
Dinasti umayyah
Dinasti umayyahDinasti umayyah
Dinasti umayyah
 
Sejarah Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
Sejarah Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti UmayyahSejarah Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
Sejarah Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
 
Ppt Dinasti Abbasiyah
Ppt Dinasti AbbasiyahPpt Dinasti Abbasiyah
Ppt Dinasti Abbasiyah
 
Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Berdirinya Dinasti AbbasiyahBerdirinya Dinasti Abbasiyah
Berdirinya Dinasti Abbasiyah
 
Ppt ku tekpend presentation1
Ppt ku tekpend presentation1Ppt ku tekpend presentation1
Ppt ku tekpend presentation1
 
Perkemb abbasiyah
Perkemb abbasiyahPerkemb abbasiyah
Perkemb abbasiyah
 
Peradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Peradaban Islam Pada Masa Bani AbbasiyahPeradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Peradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
 
Kemajuan yang di capai pada masa bani umayyah
Kemajuan yang di capai pada masa bani umayyahKemajuan yang di capai pada masa bani umayyah
Kemajuan yang di capai pada masa bani umayyah
 
Dinasti umayyah dan abbasiyah
Dinasti umayyah dan abbasiyahDinasti umayyah dan abbasiyah
Dinasti umayyah dan abbasiyah
 
Sejarah bani abbasiyah
Sejarah bani abbasiyahSejarah bani abbasiyah
Sejarah bani abbasiyah
 
Dinasti umayyah 1.by:XII IPA 4
Dinasti umayyah 1.by:XII IPA 4Dinasti umayyah 1.by:XII IPA 4
Dinasti umayyah 1.by:XII IPA 4
 
Masa bani umayah
Masa bani umayahMasa bani umayah
Masa bani umayah
 
Makalah ski
Makalah skiMakalah ski
Makalah ski
 
Abbasiyah
AbbasiyahAbbasiyah
Abbasiyah
 
Presentasi khalifah abbasiyah periode kedua
Presentasi khalifah abbasiyah periode keduaPresentasi khalifah abbasiyah periode kedua
Presentasi khalifah abbasiyah periode kedua
 
Khilafah bani abbasiyah
Khilafah bani abbasiyahKhilafah bani abbasiyah
Khilafah bani abbasiyah
 
Bab 8 bani abasiyah
Bab 8 bani abasiyahBab 8 bani abasiyah
Bab 8 bani abasiyah
 

Similaire à Nurjannah ^Umayyah^

Peran dan kontribusi bani umayyah bagi peradaban islam
Peran dan kontribusi bani umayyah bagi peradaban islamPeran dan kontribusi bani umayyah bagi peradaban islam
Peran dan kontribusi bani umayyah bagi peradaban islam
Masmasthar YanghAndal
 
Sejarah perkembangan islam di masa bani umayyah
Sejarah perkembangan islam di masa bani umayyahSejarah perkembangan islam di masa bani umayyah
Sejarah perkembangan islam di masa bani umayyah
Firdika Arini
 

Similaire à Nurjannah ^Umayyah^ (20)

Materi SKI 8 Sem 1.docx
Materi SKI 8 Sem 1.docxMateri SKI 8 Sem 1.docx
Materi SKI 8 Sem 1.docx
 
Peradaban Islam Dinasti Bani Umayyah.docx
Peradaban Islam Dinasti Bani Umayyah.docxPeradaban Islam Dinasti Bani Umayyah.docx
Peradaban Islam Dinasti Bani Umayyah.docx
 
Peradaban Islam Dinasti Bani Umayyah.pdf
Peradaban Islam Dinasti Bani Umayyah.pdfPeradaban Islam Dinasti Bani Umayyah.pdf
Peradaban Islam Dinasti Bani Umayyah.pdf
 
Peran dan kontribusi bani umayyah bagi peradaban islam
Peran dan kontribusi bani umayyah bagi peradaban islamPeran dan kontribusi bani umayyah bagi peradaban islam
Peran dan kontribusi bani umayyah bagi peradaban islam
 
studi islam di timur
studi islam di timur studi islam di timur
studi islam di timur
 
Sejarah Islam masa Dinasti bani Umayyah .pdf
Sejarah Islam masa Dinasti bani Umayyah .pdfSejarah Islam masa Dinasti bani Umayyah .pdf
Sejarah Islam masa Dinasti bani Umayyah .pdf
 
Sejarah Islam masa Dinasti bani Umayyah.docx
Sejarah Islam masa Dinasti bani Umayyah.docxSejarah Islam masa Dinasti bani Umayyah.docx
Sejarah Islam masa Dinasti bani Umayyah.docx
 
Bani Umayyah.pdf
Bani Umayyah.pdfBani Umayyah.pdf
Bani Umayyah.pdf
 
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah Kedua
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah KeduaPeradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah Kedua
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah Kedua
 
Sejarah perkembangan islam di masa bani umayyah
Sejarah perkembangan islam di masa bani umayyahSejarah perkembangan islam di masa bani umayyah
Sejarah perkembangan islam di masa bani umayyah
 
Bani_Umayyah.pptx
Bani_Umayyah.pptxBani_Umayyah.pptx
Bani_Umayyah.pptx
 
Kerajaan turki usmani
Kerajaan turki usmaniKerajaan turki usmani
Kerajaan turki usmani
 
Ski xi mia 2 umi fatma
Ski xi mia 2 umi fatmaSki xi mia 2 umi fatma
Ski xi mia 2 umi fatma
 
mencari 'sokongan sejarah ' terhadap kesudahan sunni syiah
mencari 'sokongan sejarah ' terhadap kesudahan sunni syiahmencari 'sokongan sejarah ' terhadap kesudahan sunni syiah
mencari 'sokongan sejarah ' terhadap kesudahan sunni syiah
 
Empayar umayyah pt 1 muqaddimah pt a
Empayar umayyah pt 1   muqaddimah  pt aEmpayar umayyah pt 1   muqaddimah  pt a
Empayar umayyah pt 1 muqaddimah pt a
 
Sejarah kebudayaan islam kelas 7 bab IV
Sejarah kebudayaan islam kelas 7 bab IVSejarah kebudayaan islam kelas 7 bab IV
Sejarah kebudayaan islam kelas 7 bab IV
 
SEJARAH DINASTI UMAYYAH I DAN I - JAPAR SADIQ ASSAQAF.docx
SEJARAH DINASTI UMAYYAH I DAN I - JAPAR SADIQ ASSAQAF.docxSEJARAH DINASTI UMAYYAH I DAN I - JAPAR SADIQ ASSAQAF.docx
SEJARAH DINASTI UMAYYAH I DAN I - JAPAR SADIQ ASSAQAF.docx
 
Asal usul bani umayyah
Asal usul bani umayyahAsal usul bani umayyah
Asal usul bani umayyah
 
Dinasti fatimiyah
Dinasti fatimiyahDinasti fatimiyah
Dinasti fatimiyah
 
Empayar umayyah pt 1 muqaddimah
Empayar umayyah pt 1   muqaddimahEmpayar umayyah pt 1   muqaddimah
Empayar umayyah pt 1 muqaddimah
 

Plus de Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar (12)

Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
Mengenai persamaan kajian dari termodinamika dan fisika statistika yakni term...
 
Hukum gauss
Hukum gaussHukum gauss
Hukum gauss
 
Ada saatnya kuu mengerti
Ada saatnya kuu mengertiAda saatnya kuu mengerti
Ada saatnya kuu mengerti
 
Makalah spi
Makalah spiMakalah spi
Makalah spi
 
Sejarah munculnya daulah
Sejarah munculnya daulahSejarah munculnya daulah
Sejarah munculnya daulah
 
Transistor
TransistorTransistor
Transistor
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Dioda zener
Dioda zenerDioda zener
Dioda zener
 
Dasar logika
Dasar logikaDasar logika
Dasar logika
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 

Nurjannah ^Umayyah^

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bani Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku quraisy, keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf. Pada umumnya sejarawan memandang negatif terhadap Muawiyah pendiri dinasti, disamping cara perolehan legalitas kekuasaannya identik dengan tipu muslihat, kelicikan juga diperkuat dengan adanya kebijakan yang mengejutkan, yang tidak pernah dilakukan sebelumnya yaitu pemberlakuan sistem monarchihereditas (kerajaan turun temurun). Namun demikian, kontribusi dinasti Umayyah pun tidak bisa diabaikan, salah satunya adalah tentang expansi atau perluasan wilayah ini yang bisa dikatakan berhasil meskipun ditengah-tengah kondisi politik yang kurang mendukung. Hal inilah yang menyebabkan bahwa masa khalifah Umayyah diidentikkan dengan masa perluasan wilayah. Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan membahas masalah bagaimana sejarah berdirinya bani Umayyah, suksesi kepemimpinan masa Umayya, biografi khlaifa-khalifah pada pemerintahan bani Umayyah, kemajuan daulah bani Umayyah dan sumbangsihnya terhadap islam, serta sebab-sebab kemunduran daulah Umayyah. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah munculnya daulah Umayyah? 2. Bagaimana suksesi kepemimpinan masa Umayyah?Bagaimana biografi para khalifah daulah Umayyah? 3. Bagaimana kemajuan daulah bani Umayyah dan sumbangsinya terhadap islam? 4. Apakah sebab-sebab kemunduran daulah Umayyah?
  • 2. C. Tujuan Tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejarah muncunya daulah Umayyah. 2. Untuk mengetahui suksesi kepemimpinan masa Umayyah. 3. Untuk megetahui biiografi para khalifah daulah Umayyah. 4. Untuk megetahui kemajuan daulah bani Umayyah dan sumbangsinya terhadap islam. 5. Untuk mengetahui sebab-sebab kemunduran daulah Umayyah.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Munculnya Daulah Umayyah Hampir semua sejarawan membagi dinasti Umayyah menjadi dua, yaitu yang pertama dinasti Umayyah yang dirintis dan didirikan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus (Siria). Fase ini berlangsung sekitar satu abad dan mengubah sistem pemerintahan dari sistem khalifah pada sistem Mamlakat (kerajaan atau monarki). Dan kedua, Dinasti Umayyah di Andalusia (Siberia) yang pada awalnya merupakan wilayah taklukan Umayyah di Andalusia pimpinan seorang gubernur pada zaman Walid bin Abdul Malik.1 Nama “Daulah Umayyah” berasal dari nama “Umayyah ibnu „Abdi Syam ibnu‟Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy di zaman Jahiliyah. Umayyah ini senantiasa bersaing dengan pamannya, Hasyim ibnu Abdi manaf, untuk merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyarakat bangsanya. Dan ia memang memiliki cukup unsur-unsur yang diperlukan untuk berkuasa di zaman jahiliyah itu, karena ia berasal dari keluarga bangsawan, serta mempunyai cukup kekayaan dan sepuluh orang putra-putra yang terhormat dalam masyarakat. Orang-orang yang memiliki ketiga macam unsur-unsur ini di zaman jahiliyah, berarti telah mempunyai jaminan untuk memperoleh kehormatan dan kekuasaan . Sesudah datang agama Islam berubahlah hubungan antara bani Umayyah dengan saudara-saudara sepupu mereka Bani Hasyim, oleh karena persaingan-persaingan untuk merebut kehormatan dan kekuasaan tadi berubah sifatnya menjadi permusuhan yang lebih nyata. Bani Umayyah dengan tegas menentang Rasulullah dan usaha-usaha beliau untuk mengembangkan agama islam. Sebaliknya bani Hasyim menjadi penyokong 1 Dedi Supriyadi,Sejarah Peradaban Islam,Bandung,Pustaka Setia,2008,hlm 103.
  • 4. dan pelindung Rasulullah, baik mereka yang telah masuk islam ataupun yang belum. Bani Umayyah barulah masuk agama islam setelah mereka tidak mnemukan jalan lain, selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad bersama beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya kepada kerasulan dan pimpinannya, menyerbu masuk ke kota Makkah. Bani Umayyah adalah orang-orang yang terakhir masuk agama islam, dan juga merupakan musuh-musuh yang paling keras terhadap agam ini pada masa-masa sebelum mereka memasukinya. Tetapi setelah masuk islam mereka-mereka dengan segera dapat memperlihatkan semangat kepahlawanan yang jarang tandingannya. Bani Ummaiyyah pada hakekatnya dari semulah terlah mengiginkan jabatan kekhalifahan, tetapi mereka belum mempunyai harapan untuk mencapai cita-cita itu pada masa Abu Bakar dan Umar. Dan setelah Umar kena tikam, dan ia menyerahkan permusyawaratan untuk memilih Khalifah yang baru kepada enam orang sahabat, diantaranya Utsman, diwaktu itulah baru muncul harapan besar bagi Bani Umaiyyah, dan mereka lalu meyokong pencalonan Utsaman secarah terang-terangan, dan akhirnya Utsman terpilih. Semenjak itu mulailah Bani Umaiyaah meletakkan dasar- dasar untuk menegakkan “khalifah Umaiyyah”, sehingga dikatakn bahwa: Khalifah Umaiyyah itu pada hakekatnya telah mulai berdiri sejak pengangkatan Ustman menjadi khalifah. Dan ketika khalifah Utsman terbunuh, Muawiyah masih tetap memegang kekuasaan disana. Hal ini memungkinkan baginya untuk dapat berjuang terus melawan Ali, sampai akhirnya Ali dapat dikalahkannya. Dan dengan demikian berpindahlah jabatan khalifah secara resmi kepada Muawiyyah.2 2
  • 5. B. Suksesi Kepemimpinan Masa Umawiyyah Dinasti Umayyah membangun peradaban di luar jazirah Arab yang dimulai dari adanya upaya 3 pembunuhan yaitu di Kufa oleh Abd rahman bin Muljam untuk membunuh Ali, Yerussalem Ibn Abdillah al- Tamimi untuk membunuh Amr bin Ash. Penguasa Umayyah yang berjumlah 14 orang melaksanakan sistem pemerintahan Persia dan Roma, Byzantium. Di masa Umayyah, suasana kesukaan pra islam muncul kembali. Hal ini terlihat jelas di awal pemerintahan dinasti Umayyah dimana kekhalifahan Mu‟awiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu daya, tidak dengan pemilihan suara terbanyak. Menjalankan politik Arabisasi yaitu mengutamakan unsur Arab dalam pembinaan kebudayaan.  Dinamika politik Masa Umayyah Pemerintahan Bani Umayyah selalu dipenuhi dengan intrik-intrik politik, sejak awal berkuasa sampai masa berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah. No. Masa Intrik politik 1. Masa Muawiyah 1. Peristiwa Tahkim yang menghasilkan 3 golongan, yaitu: a) Sunni b) Syiah c) Khawarij/kharijiah 2. Terjadinya Amul Jamah, antara Hasan bin Ali ke Muawiyah para pendukungnya (masyarakat Arabiyah, Irak, dan Iran) banyak mengecam tindakannya. 3. Mengenalkan tradisi baru, pergantian khalifah ke anaknya. Meskipun ini ditentang oleh sejumlah para sahabat seperti Husain bin Ali, Abdullah bin
  • 6. Zubair, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdurrahman bin Abu Bakar. 4. Adanya tantangan dari khawarij. 2. Masa Yazid 1. Peristiwa Karbala 2. Terjadinya peristiwa Harrah 3. Peristiwa pelemparan Ka‟bah dengan Manjaniq. 3. Muawiyah II 1. Munculnya fanatisme kesukuan antara bangsa Arab Utara (Kabilah Qais) yang mendukung pemerintahan Zubair dan bangsa Arab Selatan (Kabilah Qalb) yang mendukung kepemimpinan Bani Umayyah. 4. Marwan 1. Awal pemerintahannya terjadi perpecahan di Arab Selatan. 2. Terdapat kelompok yang menentang Marwan, dan wilayah yang melepaskan diri. 5. Abdul Malik bin Walid 1. Menundukkan Abdullah ibn Zubair yang telah memproklamirkan diri sebagai khalifah. 2. Menumpas pemberontakan kaum Syiah dan khawarij. 6. Sulaiman Lebih banyak terjadi konflik internal, dimana Sulaiman menyibukkan diri untuk membalas dendam terhadap pihak yang dianggap menentangnya.
  • 7. 7. Yazid II Terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Yazid ibn Muhallab yang dituduh menggelapkan harta rampasan. 8. Hisyam 1. Terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Zaid bin Ali Zainal Abidin. 2. Timbulnya fanatisme kesukuan di Khurasan. 3. Adanya serangan orang Berber. 4. Adanya serangan suku bangsa Khazar. 9. Walid II 1. Memicu kemarahan rakyat karena bermoral rendah, terbukti menggauli ibu tirinya. 10. Yazid III 1. Pemberontakan penduduk Hims untuk membalas kematian al-Walid II Dari tabel diatas dapatlah dipahami tentang dinamika perpolitikan Bani Umayyah selalu diwarnai tarik ulur kekuasaan. Akibatnya, sangat mudah terjadi pemberontakan baik itu atas nama golongan keagamaan (seperti yang dilakukan oleh khawarij dan Syiah) atau atas nama pribadi seperti perebutan hak sebagai khalifah. Bila ditelusuri intrik politik diatas setidaknya disebabkan 2 hal yaitu: 1. Ketidakrelaan atau ketidaklegawaan dalam menerima segala bentuk konsekuensi politik yang ada. 2. Pelecehan atau penghinaan terhadap golongan keagamaan, status sosial.
  • 8. Bila kedua hal tidak dilakukan maka perpolitikan masa Bani Umayyah dapat dikatakan stabil.3  Penaklukan di Masa Pemerintahan Muawiyah Penaklukan di masa pemerintahannya demikian luas dan meliputi dua front utama yaitu: a. Wilayah Barat Wilayah Romawi (Turki). Ketika itu selalu dilakukan pengintaian dan ekspedisi kesana. Maksud dan tujuannya adalah menaklukkan Konstantinopel. Kota itu dikepung pada tahun 50 H/670 M kemudian pada tahun 53-61 H/672- 680 M, namun tidak berhasil ditaklukkan. Muawiyah membentuk pasukan laut yang besar yang siaga di Laut Tengah dengan kekuatan 1.700 kapal. Dengan kekuatan itu dia berhasil memetik berbagai kemenangan. Dia berhasil menaklukkan pulau Jarba di Tunisia pada tahun 49 H/669 M, kepulauan Rhodesia pada tahun 53 H/673 M, kepulauan Kreta pada tahun 55 H/624 M, kepulauan Ijih dekat Konstantinopel pada tahun 57 H/680 M. Di Afrika, Benzarat berhasil ditaklukkan pada tahun 41 H/661 M, Qamuniyah (dekat Qayrawan) ditaklukkan pada tahun yang sama. Uqbah bin Nafi‟ berhasil menaklukkan pada tahun yang sama. Uqbah bin Nafi‟ berhasil menaklukkan Sirt dan Mogadishu, Tharablis, dan menaklukkan Wadan kembali. Kota Qayrawan dibangun pada tahun 50 H/670 M. Kur sebuah wilayah di Sudan berhasil ditaklukkan. Akhirnya, penaklukkan ini sampai ke wilayah Maghrib Tengah (Aljazair). Uqbah bin Nafi adalah komandan yang paling terkenal di kawasan ini. b. Kawasan Timur Kawasan Timur (Negeri Asia Tengah dan Sindh). Negeri-negeri Asia Tengah meliputi kawasan yang berada diantara sungai Sayhun dan Jayhun. Diantara kerajaan yang paling penting adalah Thakharistan dengan ibukotanya Balkh, Shafaniyan dengan ibukota Syawman, Shaghad dengan ibukota 3 Abu Bakar,Istianah,Sejarah Peradaban Islam,Malang,UIN-Malang Press,2008,Hal.55-58.
  • 9. Samarkand dan Bukhari, Farghanah dengan ibukota Jahandah, Khawarizm dengan ibukota Jurjaniyah, Asyrusanah dengan ibukota Banjakat, Syasy dengan ibukota Bankats. Mayoritas penduduk di kawasan itu adalah kaum paganis. Pasukan Islam menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41 h/661 M. Pada tahun 43 H/663 M mereka mampu menaklukkan Sajistan dan menaklukkan sebagian wilayah Thakharistan pada tahun 45 H/665 M. Mereka sampai ke wilayah Quhistan. Pada tahun 44 H/664 M Abdullah bin Ziyad tiba di pegunungan Bukhari. Pada tahun 44H/664 M kaum muslimin menyerang wilayah Sindh dan India. Penduduk di tempat itu selalu melakukan pemberontakan sehingga membuat kawasan itu tdak selamanya stabil kecuali di masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik.4 C. Biografi Para Khalifah Daulah Umawiyyah Dinasti Umawiyyah berkuasa hampir satu abad, selama 90 tahun mempunyai 14 khalifah. Adapun urutan khalifah Umawiyyah adalah sebagai berikut: 1. Muawiyyah bin Abi Sufyan (41-60)H Muawiyyah bin Abi Sufyan dilahirkan kira-kira 15 tahun sebelum Hijrah, dan masuk islam pada hari penaklukan kota Makkah bersama-sama penduduk kota Makkah lainnya. Waktu itu ia berusia 23 tahun. Muawiyyah lalu diangkat menjadi anggota dari sidang penulisan wahyu . Muawiyyah banyak meriwayatkan hadis, baik yang langsung dari Rasulullah, ataupun dari para sahabat yang terkemuka, dan dari Abdullah ibnu Abbas, Sa‟id ibnu Musaiyab, dan lain-lainnya. Muawiyyah adalah seorang pemimpin yang berpribadi kuat dan amat jujur, serta ahli dalam lapangan politik. Inilah yang menyebabkan khalifah Umar suka kepadanya. Dan selanjutnya dimasa khalifah Utsman semua daerah Syam itu diserahkan kepada Muawiyyah. Dengan demikian, Muawiyyah telah telah berhasil memegang jabatan Gubernur selama 20 tahun. Dan sesudah itu ia menjadi khalifah selama 20 tahun pula. 4 Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam,Jakarta,Akbar Media Eka Sarana,2003,Hal.188-189.
  • 10. Pembantu-pembantu utama Muawiyyah ialah Al-Mughirah ibnu Syu‟bah, Ziyah ibnu Abihi, dan „Ubaidillah ibnu Ziyad. Adapun Al-Mughirah ibnu Syu‟bah itu, ia perna menjadi gubernur Muawiyyah di Kufah. Adapun Ziyad ibnu Abihi, ia perna diangkat oleh khalifah Ali menjadi gubernur di Persia. Dany Ziyad rela membai‟ah Muawiyyah, setelah Muawiyyah mengirimkan surat jaminan keamanan bagi dirinya. Nasib Ziyab kepada Abu Sufyan ini barulah diakui pada masa pemerintahan khalifah Muawiyyah, tahun 44 H, dimana Muawiyyah mengakui bahwa Ziyad adalah saudaranya sebapak, justru karena ia ingin mengambil keuntungan dari kecakapan dan kepahlawanan Ziyad. Dan mulai semenjak itu, kepada Ziyad diberikan sebutan “Ziyad ibnu Abi Sufyan” dan mengangkatnya menjadi gubernur untuk Bashrah, khurasan, dan sijistan. Masa pemerintahan Muawiyyah adalah yang paling cemerlang diantara masa-masa khalifah islamiyah seluruhnya, dimana keamanan dalam negara begitu baiknya, dan segala anasir-anasir yang bersikap permusuhan terhadap Muawiyyah telah dapat dibasmi. Masa pemerintahannya adalah masa kemakmuran dan kekayaan yang berlimpah- limpah. 2. Yasid bin Muawiyyah (60-64)H Namanya, “Yasid ibnu Muawiyyah”, ibunya “Maisun al Kalbiyah”, yaitu seorang wanita padang pasir yang dikawini Muawiyyah sebelum ia menjadi khalifah. Pikiran tentang pengangkatan Yasid menjadi putra mahkota mulai timbul pada tahun 49 H. Sebagai gagasan dari Al- Mughirah ibnu Syu‟bah. Muawiyyah membai‟ah Yizid di masjid dimana rakyat telah berkumpul. Sesudah Muawiyyah meninggal dunia, pembai‟ahan Yazid itu diulang lagi. Masa pemerintahan Yazid hanya berlangsung 3 tahun saja. Ia mati dalam usia muda. Ia tidak sempat merasakan kenikmatan sebagai khalifah barang seharipun. Begitu ia naik tahta dihadapannya telah berkecamuk
  • 11. bermacam-macam peristiwa, yang merupakan penyakit-prnyakit berat bagi negaranya. Akhirnya Yazid meninggal dunia, dengan meninggalkan beban pusaka yang berat. Dan putranya pun tak berdaya pula untuk memikulnya. Maka Marwan ibnul Hakamlah yang memikulnya selama satu tahun, kemudian beralih kepundak Abdul Malik ibnu Marwan. 3. Muawiyyah II bin Yazid (64 H) Muawiyyah II hanyalah seorang pemuda yang lemah. Masa jabatannya tidak lebih dari 40 hari. Kemudian ia mengundurkan diri karena sakit. Dan selanjutnya ia mengurung dirinya di rumah, sampai ia meninggal tiga bulan kemudian. 4. Marwan bin al-Hakam (64-65)H Setelah perang jamal selesai, Marwan lalu mengundurkan diri dari gelanggang politik. Ia memberikan bai‟ah dan sumpah setianya atas pengangkatan Ali menjadi khalifah, kemudian ia menetap di Madinah. Setelah muawiyyah menjadi khalifah, ia mengangkat Marwan sebagai pengakuan atas segala bantuan yang telah diberikan Marwan kepadanya, ketika Marwan memegang jabatan sebagai pemegang stempel Utsman. Dan juga karena muawiyyah percaya bahwa Marwan telah melakukan suatu perang penting dalam peristiwa perang jamal, yaitu melemahkan Ali dan juga telah menewaskan Thalhah dengan panahnya. Muawiyyah mengangkat Marwan menjadi gubernur di Madinah. Dimasa pemerintahan Yazid, Marawan juga menjadi pembantunya yang terdekat, serta menjadi salah seorang penasehatnya di Damaskus. Marwan meninggal pada bulan Ramadhan tahun 63 H, setelah ia membujuk lebih dahulu dua orang putranya untuk menggantikannya berturut-turut yaitu Abdul Malik dan Abdul Aziz. Marwan adalah seorang yang bijaksana, berpikir tajam, fasih berbicara, dan berani. Ia ahli dalam pembacaan al-Qur‟an, da banyak meriwayatkan hadis-hadis dari para sahabat Rasulullah yang terkemuka,
  • 12. terutama dari Umar bin Khathab dan Utsman bin Affan. Ia juga telah berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan timbangan. Orang orang penting yang telah menjadi tangan kanannya antara lain ialah: Ubaidullah bin Ziyad, Abdul Malik bin Marwan dan Abdul Aziz bin Marwan. 5. Abdul Malik bin Marwan (65-86)H Abdul Malik dipandang sebagai pendiri yang kedua bagi Daulah Umawiyyah. Katika ia diangkat menjadi khalifah, alam islam sedang berada dalam keadaan terpecah belah. Ibnu Zubair di Hijaz telah memproklamirkan dirinya sebagai khalifah. Kaum Syi‟ah mengadakan pembarontakan dirinya. Dan kaum Khawarijmembangkng pula. Abdul Malik telah berhasil mengembalikan seluruh wilayah taat kepada kekuasaannya. Begitu pula ia telah dapat menumpas segala pembengkangan dan pemberontakan. Sebab itu ia berhak disebut sebagai “Pendiri yang kudua” bagi Daulah Umawiyyah. Abdul Malik memperoleh pendidikan tinggi, dan ia dipandang sebagai salah seorang dari hli-ahli fiqih yang kenamaan di Madinah, setaraf dengan Sa‟ad ibnul Musaiyab dan Urwan ibnu Zubair. Ayahnya telah mengangkatnya sebagai putra mahkota tak lama sesudah terjadinya mu‟tamar Al Jabiyah. Disamping itu pribadi Abdul Malik sendiri memang melebihi hampir semua orang-orang terkemuka dimasa itu. Tak seorangpun yang menantang pengangkatan Abdul Malik itu, kecuali Amrun bin Sa‟ad. Dan sebagai resiko dari tantangannya itu ia telah kehilangan kepalanya. 6. Walid bin Abdul Malik (89-96)H Walid dilahirkan pada tahun 50 H. Ia mempelajari kebudayaan islam. Tetapi pendidikannya tentang bahasa Arab sangat lemah, sehingga ia berbicara kurang fasih. karena yang dapat memimpin bangsa Arab hanyalah orang yang baik bahasanya maka ia mengumpulkan ulama-ulama nahwu, lalu ia belajar kepada mereka dengan rajinnya.
  • 13. Khalifah Marwan bin Hakam dulunya telah mengangkat dua orang putranya sebagai putra mahkota yang akan menggantinya menjadi khalifah berturut-turut, yaitu Abdul Malik dan dan Abdul Aziz. Tetapi Abdul Aziz telah meninggal sebelum wafat Abdul Malik. Maka Abdul Malik lalu menunjuk pula dua orang putranya yaitu Al Walid kemudian Sulaiman. Ini terjadi pada tahun 85 H. Ia mengirimkan surat ke daerah-daerah, menerangkan hal ini. Maka rakyat tidak keberatan untuk memberikan bai‟ah dan sumpah setia. Yang enggan hanyalah Said bin Musaiyab di Madinah. Dan sesudah wafat Abdul Malik, rakyat mengulangi sekali lagi bai‟ah sumpah setia mereka kepada Al Wahid Al Walid adalah orang yang terbaik untuk menerima kerajaan dan orang yang terbesat untuk memelihara warisan itu. Selain dari itu dapat pula dikatakan bahwa Abdul Malik adalah seorang yang justru muncul pada suatu masa yang sangat memerlukan perjuangannya. Sedang Al Wahid adalah seorang yang suka damai dan menginginkan perbaikan- perbaikan, justru ia muncul di zaman damai, maka diadakannyalah perbaikan-perbaikan dalam negeri. Masa pemerintahan Al Walid pada umumnya dapat disebut masa kemakmuran, keamanan dan ketentraman. Dengan adanya kekayaan dan kesatuan yang bulat, terutama karena keteguhan iman Al Walid, maka agama islam dapat ditambah luas sampai meliputi Andalusia di Barat dan Sind di Timur, dan daerah-daerah lainnya. 7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99)H Sulaiman bin Abdul Malik dilahirkan pada tahun 54 H. Ia dilantik menjadi khalifah setelah saudaranya Al Walid meninggal dunia. Sebelum wafatnya, Al Walid perna bermaksud untuk memecat Sulaiman dari kedudukannya sebagai putra mahkota, karena ia ingin mengangkat putranya sendiri yang bernama Abdul Aziz. Usaha Al Walid untuk menggeser putra mahkota itu telah merupakan suatu peristiwa yang berakibat jelek, sehingga permulaan masa pemerintahan sulaiman diliputi suasana kebencian, dan menyebebkan
  • 14. periode pertama dari pemerintahannya itu penuh rasa dendam kesumat terhadapnya, terutama dari para panglima terkemukayang nama mereka terkenal di daerah-daerah. Sulaiman amat senang kepada istana padang pasirnya di Ramlah, dan ia menghabiskan lebih banyak waktunya disana. Sulaiman terkenal dengan keremajaan yang segar dan keindahan jasmani yang istimewa. Ia sendiri merasa kagum pada dirinya sendiri bila ia berkaca, dan sering terhambur dari mulutnya “Sungguh, aku ini adalah Raja Remaja!”. 8. Umar bin Abdul Aziz (99-101) H Umar bin Abdul Aziz dilahirkan di kota Hulwan, tidak jauh dari Kairo. Ketika itu ayahnya yang jadi gubernur di Mesir. Tetapi Ibnu Abdul Hakam meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan di Madinah. Silsilah keturunannya dari pihak ibunya, bersambung dengan khalifah yang kedua Umar bin Khathtab Setelah ia meningkat usia remaja, ia kawin dengan Fathimah, putri Abdul Malik, pamanya sendiri. Umar turunana Bani Umawiyyah, ayahnya Abdul Aziz bin Marwan, pamannya khalifah agung Abdul Malik bin Marwan, sedan istrinya Fatimah binti Abdul Malik, saudara dari Al Walid. Harta kekayaannya berlimpah-limpah sehingga ia memiliki tanah-tanah perkebunan di Hejaz, Syam, Mesir, Yaman dan Bahrain. Dari sana ia peroleh penghasilan yang besar sebanyak 40.000 dinar setiap tahun. Sebelum menjadi khalifah, Umar telah mengenal minyak wangi dan pakaian sutera, sebagaimana ia mengenal nyanyian-nyanyian. Ia senang mendengar mendengarkan nyanyian-nyanyian dan bertepuk tangan untuk para penyanyi, bahka ia sendiri turut bernyanyi dan mengubah not- not lagunya. Masa pemerintahan Umar ini terkenal dengan perbaikan-perbaikan yang banyak dilaksanakannya yang menunjukkan atas kematangan pikirannya serta pengertiannya yang sempurna, menyusun rencana Da‟wah islamiyah (penyebaran islam), membuat aturan-aturan mengenai pertahanan.
  • 15. Salah satu perbaikan yang dilakukan Umar ialah perbaikan tanah- tanah pertanian, penggalian sumur-sumur dan pembangunan jalan-jalan dan menyediakan tempat-tempat penginapan bagi orang-orang yang dalam perjalanan, memperbanyak mesjid-mesjid, serta meliputi dinas pos. Umar meninggal dunia tatkla badannya menjadi kurus, karena terlalu banyak mencurahkan tenaganya, dan terlalu mengekang nafsunya sampai hidupnya menderita. 9. Yazid II bin Abdul Malik (101-105) H Yazid adalah orang yang sangat bejat moralnya, jatuh cinta kepada dua orang hamba sahaya, barnama Salamah dan Hababah. Ia menghabiskan waktunya dengan kedua wanita itu. Dan tatkala Hababah jatuh sakit Yazid sangat terharu, dan tampak padanya rasa putus asa yang mendalam. Dan setelah Hababah meninggal dunia Yazid kehilangan kendali akalnya, dan ia menjadi bodoh. Muslamah, saudara Yazid menasehatinya supaya jangan muncul dihadapan umum, karena kuatir kalau-kalau mereka mengetahui kebodohan dan kegoncangan batin yang sedang menimpanya. Sebab itu Yazid selalu menjauhkan diri dari khalayak ramai sesudah meninggalnya Hababah ini. Demikianlah keadaannya, sehingga ia meninggal pula tujuh hari setelah meninggalnya Hababah. Tinggallah kini hamba sahaya yang kedua mendendangkan selalu ucapan penyair, dalam tangisnya meratapi tuannya dan kejayaan masa lalunya yang telah lenyap. 10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125) H Pada mulanya Yazid bermaksud untuk menunjuk puteranya Al Walid sebagai putera mahkota, yang akan menjadi khalifah sesudahnya. Tetapi penasehat-penasehatnya menasehatkan kepadanya bahwa Al Walid masih terlalu muda usianya, dan belum sanggup memikul tugas negara yang berat itu. Berdasarkan nasehat itu Yazid akhirnya menunjuk saudaranya, yaitu Hisyam, sebagai putra mahkota, dengan ketentuan bahwa Al Wahidlah kelak yang jadi khalifah sesudah Hisyam. Sesuai dengan ketentuan ini maka diangkatlah Hasyim sebagai khalifah
  • 16. menggantikan Yazid. Dalam sebagian besar waktunya ia bertempat tinggal di kota Ar Rushafah, yang terletak di pinggir sungai Furat. Masa pemerintahan Hisyam adalah cukup lama, yaitu kira-kira dua puluh tahun. Hisyam termasuk khalifah-khalifah yang terbaik. Terkenal sebagai seorang yang penyantun dan bersih pribadinya, serta sangat taqwa. Ia telah mengatur kantor-kantor pemerintahan dan membetulkan perhitungan keuangan negara dengan amat teliti. Di masa pemerintahan khalifah Hisyam Daulah Umawiyyah telah menjurus ke jurang kelemahannya, karena timbulnya faham kesukuan antara bangsa Arab Selatan, lebih-lebih di Khurasan. Hal ini telah membantu golongan Syi‟ah untuk mendapatkan kemenangan-kemenangan baru di daerah itu. 11. Walid bin Yazid (125-126) H Al Walid dilahirkan pada tahun 90 H. Ketika ayahnya diangkat menjadi khalifah, Al Walid berusia sebelas tahun. Dan ketika ayahnya menderita sakit yang terakhir, Al Walid sudah berumur limabelas tahun. Al Walid moralnya tidak begitu tinggi, ia mempunyai sifat tergila- gila, yaitu sifat yang diwarisnya dari ayahnya. Sebab itu banyak orang yang marah kepadanya. Hal ini memaksanya untuk menetap di luar kota Damaskus. Ia selalu bertempat tinggal di daerah pedalaman, disuatu perkebunan yang terletak di daerah Yordania. Kebetulan pula yang jadi pengasuhnya adalah Abdus Shamad bin Abdul A‟la yang juga mempunyai akhlak yang tercela. Hal itulah yang mendorong pemuda itu untuk menguburkan rasa pilu dan sedihnya kedalam gelas minuman keras, dan hidup dalam pelukan dayang-dayang dan hamba-hamba sahaya perempuan, bergemilang dosa dan maksiat. Al Walid adalah seorang penyair yang istimewa. Bakat seninya itu disalurkannya kepada pembicaraan tentang khamar dan wanita. Dan setelah ia jadi khalifah, bakatnya itu diarahkannya kepada syair-syair yang berisi caci makian terhadap Hisyam.
  • 17. 12. Yasid bin Walid (126) H Yazid tidak dapat menikmati kedudukannya sebagai khalifah, yang telah dicapainya dengan usaha baik secara rahasia ataupun terang- terangan. Masa pemerintahannya berlangsung lebih kurang enam bulan. Yazid meninggal dunia setelah memangku jabatan khalifah dalam masa beberapa bulan itu. Ia memberikan wasiat bagi saudaranya Ibrahim untuk menjadi khalifah sesudahnya. 13. Ibrahim bin Walid (126) H Kalau dulunya Yazid bin Walid tidak mendapatkan keadaan yang stabil, begitu pulalah kini saudaranya, Ibrahim. Kedudukannya sebagai khafilah tidak disepakati kaum muslimin. Ia tidak mendapatkan bai‟ah dari segenap lapisan rakyat. Sebab itu sebagian rakyat memanggilnya “khalifah”, dan yang lain memanggilnya “Amir”. Yang terpenting diantara pemberontakan yang telah berkobar terhadapnya ialah pemberontakan Marwan bin Muhammad, gubernur di Al Jazirah dan Armenia. 14. Marwan bin Muhammad (127-132) H Marwan barulah mendapatkan stabilitas pada tahun 127 H, setelah melalui masa beberapa bulan yang penuh dengan perjuangan sengit. Hal itu disebabkan karena Marwan menduduki kursi khalifah bukanlah berdasarkan bai‟ah yang diberikan oleh rakyat kepadanya sebelum itu, tapi hanyalah semata-mata dengan ketajaman mata pedangnya. Sebab itu ia barulah mendapatkan bai‟ah yang sempurna setelah melalui suatu masa yang penuh dengan perjuangan. Dalam pada itu setelah ia mendapat bai‟ah, pemberontakan- pemberontakan terhadapnya terus saja berkobar yang dicetuskan oleh golongan Khawarij dan oleh rakyat di Hejaz. Sedang golongan sya‟ih juga memperhebat perjuangan mereka di daerah Khurasa. Marwan adalah orang besar, berani dan memiliki kebijaksanaan serta kelicinan dan mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang pertempuran.
  • 18. Marwan tewas terbunuh di Mesir disuatu disuatu desa yang disebut Bushair, di daerah Sha‟id, pada tahun 132 H. Setelah melalui kehidupan yang penuh dengan perjuangan dan ketabahan hati. Dengan wafatnya Marwan berakhirlah sudah riwayat Daulah Umawiyyah.5 D. Kemajuan Daulah Bani Umayyah dan Sumbangsihnya Terhadap Islam Meskipun masa kepemimpinan Bani Umayyah sarat dengan intrik politik internal maupun eksternal yang kemudian menghasilkan perluasan wilayah Islam, mereka tidak melupakan aspek perkembangan intelektual mengingat masa Umayyah merupakan benih bagi munculnya the Golden Age di masa Abbasiyah nanti. Perhatian terhadap dinamika intelektual ini dapat dipahami dari tabel berikut: No. Nama Khalifah Peran atau Sumbangsihnya terhadap Islam 1. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 )H 1. Pendiri Dinasti dan terkenal sebagai sang inovator 2. Menaklukkan Tunisia, khurasan, sungai Oxus, Afghanistan, Kabul. 3. Memperkuat angkatan bersenjata.. 4. Mencetak mata uang. 5. Membentuk Dewan al-Khatim. 6. Menulis wahyu Rasulullah dan meriwayatkan sedikitnya 163 hadits. 2. Yasid bin Muawiyah (60-64)H Meninggal pada usia muda dan tidak sempat merasakan kenikmatan sebagai khalifah barang seharipun. Jadi tidak ada peran ataupun sumbangsihnya terhadap islam, pada saat kepemimpinannya. 3. Muawiyah II bin Yazid (64 H) Hanya merupakan pemuda yang lemah, jabatannya tidak lebih dari 40 hari, kemudian 5 Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam jilid-2, Jakarta, PT. Al Husna Zikra, 1993, hlm 30-139
  • 19. mengundurkan diri karena sakit, akhirnya ia mengurung dirinya dirumah sampai ia meninggal. Dan tidak ada satu pun sumbangsih ataupun perannya terhadap islam, di masa kepemimpinannya. 4. Marwan bin al- Hakam (64-65)H 1. Ahli dalam pembacaan Al-Qur‟an. 2. Meriwayatkan banyak hadits dari para sahabat Rasulullah, terutama dari Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. 3. Menertibkan alat-alat takaran dan timbangan. 5. Abdul Malik bin Marwan (65-86)H 1. Pendiri kedua Bani Umayyah karena mampu menyatukan kembali wilayah Bani Umayyah setelah terjadinya banyak pemberontakan dan pembangkangan. 2. Menguasai Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana, Samarkand, dan India dengan menguasai Balukhistan, Sind, Punjab, dan Maltan. 3. Mencetak mata uang sendiri sebagai mata uang persia dan Byzantium tahun 659 M. 4. Menertibkan admisnistrasi dan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. 5. Menyempurnakan tulisan Mushaf al-
  • 20. Qur‟an dengan membubuhkan tanda titik pada hurf tertentu. 6. Memperbaiki sistem irigasi dengan mengalirkan air sungai Tigris dan Eufrat sehingga kesuburan tanah terjamin. 7. Membuat alat pengukur Sungai Nill. 8. Membangun jembatan. 9. Memperluas masjid Jami Amr bin As 10. Penggunaan angka Arab yang menjadi solusi bagi perkiraan dagang, karena angka Romawi saat itu dirasa sulit kemudian dikenal dengan Arabic Number. 6. Walid bin Abdul Malik (89-96)H 1. Menciptakan suasana tentram. 2. Telah memberikan sumbangan berupa pemisahan antara ahli tentang penyebab penyakit dengan ahli tentang pengobatan. 3. Melanjutkan ekspansi sampai wilayah Afrika Utara, dan Spanyol, Sind (India). 4. Memperhatikan kesejahteraan rakyat seperti membangun panti untuk orang cacat, mengumpulkan anak yatim, memberikan jaminan hidup, menyediakan guru, mendirikan bangunan khusus untuk orang kusta. 5. Membangun infrastruktur Negara seperti jalan. 6. Membangun masjid Agung Damaskus
  • 21. dan al-Aqsha yang masih ada hingga sekarang. 7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99) H Tidak ada sumbangsihnya ataupun perannya dalam islam. 8. Umar bin Abdul Aziz (99-101) H 1. Menstabilkan perpolitikan dalam negeri berupa keberhasilan menghentikan aksi pemberontakan yang dilakukan kaum Syiah dan Khawarij dan menghentikan celaan terhadap Ali. 2. Telah memindahkan sekolah kedokteran dari Iskandariah ke Antiokhia. 3. Menyamakan kedudukan muslim tanpa memandang status. 4. Mengambil kebijakan fiskal berupa keringanan pajak sehingga banyak non muslim yang memeluk Islam. 5. Melakukan perbaikan dan pembangunan saran pelayanan umum seperti perbaikan lahan pertanian, penggalian sumur baru, pembangunan jalan, penyediaan tempat penginapan, memperbanyak masjid dan lainnya. 6. Menghapus berbagai formalitas protokoler bagi yang menghadap khalifah dan menyatakan dirinya sama kedudukannya dengan rakyat biasa. 9. Yazid II bin Abdul Malik (101-105)H Tidak ada sumbangsih dan perannya pada masa pemerintahannya.
  • 22. 10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125) H 1. Terkenal sebagai khalifah yang cermat dan teliti 2. Terkenal dengan negarawan yang cakap dan ahli strategi militer ynag handal 3. Memperbaiki administrasi keuangan negara sehingga pemasukan dan pengeluaran berjalan dengan teratur tanpa terjadi penggelapan atas uang baitul mal. 11. Walid bin Yazid (125-126) H Tidak ada sumbangsih dan perannya pada masa pemerintahannya. 12. Yasid bin Walid (126) H Tidak ada sumbangsih dan perannya pada masa pemerintahannya. 13. Ibrahim bin walid (126) H Tidak ada sumbangsih dan perannya pada masa pemerintahannya. 14. Marwan bin Muhammad (127- 132) H 1. Berpengalaman luas dalam bidang pertempuran. E. Sebab-Sebab Kemunduran Daulah Umawiyyah Kemunduran Bani Umawiyyah dapat diketahui secara jelas dari dinamika politiknya. Faktor mendasar yang menyebabkan kemunduran Bani Umawiyyah menurut Muhammad Nasir adalah rapuhnya ikatan kekeluargaan Bani Umawiyyah, secara detail faktor-faktor kemunduran Bani Umawiyyah adalah sebagai berikut: 1. Pengangkatan lebih dari 1 putra mahkota/pengaturan yang tidak jelas dalam proses pergantian khalifah. 2. Timbulnya fanatisme kesukuan.
  • 23. 3. Kehidupan para khalifah yang melampaui batas. 4. Fanatisme kearaban Bani Umawiyyah. 5. Munculnya kekuatan baru baik dari golongan keagamaan (Syiah) dan keturunan al-Abbas.6 Kekuasaan wilayah yang sangat luas dalam waktu yang singkat tidak berbanding lurus dengan komunikasi yang baik, menyebabkan kadang-kadang suatu wilayah situasi keamanan dan kejadian-kejadian tidak segera diketahui oleh pusat. Selanjutnya adalah mengenai lemahnya para khalifah. Diantara empat belas khalifah dari dinasti Umaiyyah hanya beberapa khalifah yang cakap, kuat, dan pandai mengendalikan negara, selain Muawiyyah, Abd al-Malik, al-Walid I, Sulaiman, Umar II, dan Hisham kesemuanya adalah lemah dan memiliki banyak kekurangan dan kelemahan dalam hal mengurusi dan memimpin negara yang begitu luas. Sisanya lagi sangat lemah dan tidak mampu mengatur negara bahkan mereka terkurung di istana dengan hidup bersama gundik-gundik, minum- minuman keras, dan tenggelam dalam musik. Islam yang dibawah oleh Nabi, sebagai perdamaian dunia, di kemudian hari pada masa Umawiyyah, islam justru dijadikan sebagai agama untuk alat dan simbol politik penguasa Umawiyyah tidak untuk perdamaian.7 6 Istianah Abu Bakar, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, Malang, UIN-Malang Press, 2008, hlm 60- 61. 7 Ahmad Syafii Maarif dan M. Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,Yogyakarta, Pustaka Book Publisher, 2007, hlm 139
  • 24. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan pada hasil makalah ini yaitu sebagai berikut : 1. Nama “Daulah Umawiyyah” berasal dari nama “Umaiyyah ibnu „Abdi Syam ibnu „Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy dizaman jahiliyah. 2. Dinasti Umaiyyah membangun peradaban di luar jazirah Arab yang dimulai dari adanya upaya 3 pembunuhan yaitu di kufa oleh Abd Rahman bin Muljam untuk membunuh Ali, yerussalem ibnu Abdillah untuk Muawiyah dan fustat oleh barak bin Abdillah al-Tamimi untuk membunuh Amr bin Ash. Penguasa Umaiyyah yang berjumlah 14 orang melaksanakan system pemerintahan persiah dan Romas,Byzantium. 3. Dinasti Umawiyyah berkuasa hampir satu abad, selama 90 tahun mempunyai 14 khalifah, yaitu Muawiyyah bin Abi Sufyan, Yazid Bin Muawiyah, Muawiyah II bin Yazid, Marwan bin al-Hakam, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Malik, Walid II bin Abdul Malik, Hisyam bin Abdul Malik, Walid II bin Yazied, Yazied III bin Walid, Ibrahim bin Walid, dan Marwan II al-Ja‟diy. 4. Kemajuan daulan Bani Umaiyyah, dapat dilihat dengan berkembangnya ilmu intelektual, seperti dibidang kedokteran, arsitek,keagamaan,sejarah,dan masih banyak bidang yang lain. 5. Kemunduran daulah Bani Umaiyyah disebabkan karena dinamika politik, dan faktor utama kemunduranya yaitu rapuhnya ikatan kekeluargaan Bani Umaiyyah.