Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen ini membahas preferensi lokasi yang diinginkan oleh pedagang kaki lima di kawasan Pasar Baru Gresik berdasarkan sudut pandang para pedagang kaki lima."
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Kriteria relokasi pedagang kaki lima (pkl
1. Oleh :
Fitri Dwi Agus Maulidiyah
3611100004
Dosen Pembimbing:
Dian Rahmawati, ST.,MT.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015
2. Latar Belakang
Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan
menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas
sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang bersifat
sementara/tidak menetap. Namun keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang merupakan usaha
perdagangan sektor informal, akan mempengaruhi kondisi lingkungan disekitarnya (Perda Kab. Gresik
No. 7 Tahun 2013).
Kawasan perkotaan Gresik merupakan dari Surabaya Metropolotan Area (SMA) dengan arahan yang
memiliki fungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa. (RTRW 2011 -2031)
Kawasan perkotaan Gresik juga mengalami masalah perkotaan yang tidak terlepas dari keberadaan sektor
informal, terutama pedagang kaki lima (PKL).
Upaya pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan merelokasi dan penertiban yang tidak berhasil,
namum pedagang kaki lima masih kembali ke tempat yang telah ditertibkan karena kurang dilibatkannya
keinginan pedagang kaki lima dalam pengambilan kebijakan
Sebagai bagian dari sistem perekonomian di Indonesia, keberadaan sektor informal memiliki daya serap
terhadap tenaga kerja yang cukup besar dan berperan sebagai sektor penyangga yang sangat lentur dan
terbuka, dan juga memiliki kaitan erat dengan jalur distribusi barang dan jasa di tingkat bawah, bahkan
menjadi ujung tombak pemasaran yang potensial (Bagong Suyanto dan Karnaji, 2005).
Dengan perkiraan secara kasar oleh Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indoesia (APKLI) jumlah PKL di
Indonesia mencapai 22 juta orang (Ketua Umum APKLI, 2013). Menurut APKLI, 2013 “Jika dapat dikelola
dengan baik, PKL akan menjadi lebih kuat selain memudahkan mereka untuk mendapatkan bantuan
dari pusat sehingga bisa lebih berkembang dan tumbuh dengan pesat,”
3. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah preferensi lokasi yang diinginkan dari sudut pandang
para PKL yang ada di kawasan Pasar Baru Gresik?”
Tujuan
Tujuan dari penelitihan ini adalah untuk merumuskan kriteria lokasi PKL
berdasarkan preferensi pedagang kaki lima di sekitar kawasan Pasar Baru
Gresik.
Sasaran
1. Mengidentifikasi karakteristik Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar baru Gresik
2. Menentukan faktor yang mempengaruhi kriteria relokasi PKL berdasarkan
preferensi pedagang kaki lima di sekitar kawasan Pasar Baru Gresik.
3. Merumuskan kriteria relokasi PKL di sekitar kawasan Pasar Baru Gresik.
4. Wilayah Penelitian
Batas Utara :
Kelurahan Lumpur
Batas Selatan :
Jl. Gubernur Suryo
Batas Timur :
Jl.Sindujoyo
Batas Barat :
Kelurahan Lumpur,
Terminal Angkot
Gresik
5. Tinjauan Pustaka
Pengertian Sektor Informal
No. Teori Pengertian Sektor Informal
1.
Bagong Suyanto
dan Kamaji
(2005)
Sektor informal memiliki daya tampung terhadap tenaga kerja yang cukup
besar, dapat berperan sebagai penyangga, bahkan kegiatan sektor informal
dpat menjadi ujung tombak yang berpotensi.
2.
Manning dan
Effendi, 1996
a. Sektor informal digunakan sebagai pendekatan untk membedakan dua
kelompok tenaga kerja dengan sifat yang berlainan.
b. Sektor informal mempunyai ciri yang berlawanan dengan tenaga kerja
sektor formal.
3.
Rachbini dan
Hamid, 1994
a. Sektor informal dianalogikan sebagai bentuk ekonomi bayangan dengan
negara.
b. Ruang lingkup sektor formal tidak mencukupi sehingga sektor informal
muncul menjadi kegiatan ekonomi yang tidak terorganisir.
4. Hidayat (1983)
Pertama, bahwa sektor informal tidak menerima bantuan dari pemerintah.
Kedua, bahwa sektor informal belum menggunakan bantuan ekonomi dari
pemerintah. Ketiga, bahwa sektor informal telah menerima dan
menggunakan bantuan atau fasilitas yang disediakan oleh pemerintah namun
belum mampu membuat unit usaha tersebut berdikari.
6. Ciri Sektor Informal
No. Teori Ciri – Ciri Sektor Informal
1. Kamala (1994)
mudah dimasuki, memakai sumber daya lokal, kepemilikan
keluarga, berskala kecil, padat karya dan teknologi yang dipakai
sederhana, keterampilan yang diperoleh di luar pendidikan
formal serta bergerak di pasar yang kompetitif dan tidak berada
dibawah pengaturan resmi
2.
Wirosanjoyo
dalam Sari
(2003)
1. Pola kegiatannya tidak teratur
2. Tidak tersentuh oleh peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah
3. Modal dan omzetnya kecil
4. Tempat Tidak memiliki yang tetap
5. Umumnya untuk melayani golongan masyarakat yang
berpendapatan rendah.
6. Tidak membutuhkan keahlian khusus
7. Umumnya tenaga kerjanya sedikit, dan dari lingkungan
keluarga
8. Tidak mengenal sistem perbankan.
7. Pengertian Pedagang Kaki Lima
No. Teori Pengertian Pedagang Kaki Lima
1.
Mc Gee dalam
Argya Demartoto
dkk, (2000)
Menawarkan barang atau menjual jasanya dari tempat-tempat masyarakat
umum terutama di jalan-jalan atau trotoar.
2.
Fakultas Ekonomi
Universitas
Parahyangan
Bandung (1980)
dalam Widodo
(2000)
Pedagang Kaki Lima (PKL) didefinisikan sebagai pedagang yang berjualan
pada kaki lima, dan biasanya pedagang ini mengambil lokasi didaerah
keramaian umum seperti trotoar di depan pertokoan/kawasan perdagangan,
pasar, sekolah dan gedung bioskop. Adapun istilah kaki lima berasal dari
trotoar yang dahulunya berukuran lebar 5 (lima) feet atau sama dengan
kurang lebih 1,5 meter.
3.
Kartini Kartono
(1980)
Modalnya relatif sedikit, usahanya dilaksanakan di tempat-tempat yang
dianggap strategis.
4.
Fakultas Unpar
(1980) dalam Sari
(2003)
Para PKL tidak hanya berjualan di trotoar saja, namun tetapi menggunakan
setiap ruang publik yang ada yaitu seperti jalur-jalur pejalan kaki, areal
parkir, ruang-ruang terbuka, taman-taman, terminal, bahkan di perempatan
jalan, dan juga berkeliling ke rumah-rumah melalui jalan kampung yang ada
di perkotaan.
5.
Mc Gee dan Yeung
(1977)
Sekelompok orang menawarkan barang dan jasa untuk dijual pada ruang
publik, terutama di pinggir jalan dan trotoar.
8. Karakteristik Pedagang Kaki Lima
Sumber Aspek yang didapat dalam Teori
Wirodandjoyo (1985)
dalam Budi (2006)
Lokasi usaha / berdagang
Keterampilan
Tenaga kerja
Jangkauan pelayanan
Sarana berdagang yang digunakan
Malik (2005), Palupi
(2004) dan indrawati
(2005), dalam Rifai
M.A (2007)
Luas lapak
Latar belakang ekonomi
Jenis barang yang diperdagangkan
Waktu berdagang
Sarang berdagang yang digunakan
Kondisi lapak
Kartono dkk. (1980)
Dalam Hetty (2006),
Psikologis pedagang
Jenis barang dagangan
Modal usaha
Sifat kegiatan usaha
Lokasi berdagang
Kualitas barang dagangan
Jenis pedagang
Interaksi pedagang dengan konsumen
Rustianingsih (2004)
Tingkat pendidikan
Jenis barang dagangan
Pendapatan
Interaksi pedagang dengan konsumen
Pendapatan
Fungsi kegiatan
Kebutuhan ruang (lokasi)
Mc Gee dan Yeung
(1977)
Jenis barang dagangan
Sarana berdagang
Sifat berdagang
Lokasi berdagang
Aspek Indikator Variabel
Aspek Fisik
Menjual
barangdalam
skala kecil
Jenis barang
Usaha
bermodal kecil
Pendapatan
Modal
usaha
Bentuk tempat
berdagang
Sarana yang
digunakan
Keterbatasan
cara berdagang
Tingkat
pendidikan
Tingkat
keterampila
n
Kebutuhan
ruang
Luas lapak
Status lapak
Aspek kegiatan
Pedagang yang
menetap dan
berpindah-
pindah
Sifat
berdagang
Waktu
berdagang
Fungsi
berdagang
Interaksi
Pedagang
Adanya
tawar
menawar
Aspek Psikologis
Adanya
Penertiban
dari Satpol PP
Suasana
psikologis
PKL
Kondisi
Ekonomi
Latar
belakang
menjadi PKL
Indikator dan Variabel
9. Pedagang Kaki Lima dalam Tata Ruang
Menurut Danujo (dalam Sujarto, 1992)
menyatakan tata ruang merupakan bagian dari
ruang yang disediakan untuk digunakan
sebagai temat benda-benda atau kegiatan.
Adapun suatu wilayah terbentuk dari beberapa
elemen, yaitu:
1. Kumpulan dari pelayanan jasa yang
termasuk didalamnya adalah
perdagangan, pemerintahan, keuangan
yang cenderung terdistribusi secara
berkelompok didalam satu pusat
pelayanan.
2. Kumpulan dari industri sekunder
pergudangan dan perdagangan grosir
yang cenderung berkumpul dalam suatu
tempat.
3. Lingkungan permukiman sebagai tenpat
tinggal manusia dan ruang terbuka hijau.
4. Jaringan transportasi yang
menghubungkan tempat-tempat tersebut
di atas yang telag dijelaskan.
Pandangan terhadap negara-negara
maju yang dimana masayarakatnya
telah mengalami modernisasi dengan
tingkat pendapatan dan pendidikan
yang cukup tinggi, sehingga
kegiatannya lebih banyak pada sektor
formal.
Hal tersebut yang menyebabkan
negara berkembang lebih
memperhitungkan indikator atau
elemen kota yang bersifat formal
didalam perencanaannya.
Sedangkan pada negara berkembang
komposisi penduduk lebih besar
pada kelompok masyarakat yang
berpendidikan dan berpendapatan
rendah.
Hal tersebut yang akhirnya
mendorong munculnya aktivitas
pada sektor iformal, seperti PKL
terutama di wilayah perkotaannya
(Srie Ambarwaty, 2003).
10. Dampak Fisik Dampak Lingkungan
Yang dimaksudkan dengan dampak fisik
pada penelitian ini adalah perubahan
yang terjadi pada elemen fisik kota
seperti toroar, jalan, masa bangunan,
taman, dan sirkulasi akibat dari adanya
aktivitas pedagang kaki lima yang
dilakukan pada elemen-elemen fisik kota
tersebut.
Kumuh
Kondisi lokasi pedagang kaki lima (PKL)
umumnya tidak terlepas dari masalah
kebersihan dan keindahan lingkungan, dimana
pada aspek ini dapat memiliki citra dari lokasi
usaha tersebut.
Kemacetan Lalu Lintas
Selain disebabkan oleh PKL kemacetan juga
disebabkan oleh angkutan umum yang tidak
mematuhi peraturan lalu lintas, terutama di
depan pasar-pasar dengan menurunkan dan
meinaikkan penumpang secara sembarangan.
Kemacetan yang terjadi berakibat pencemaran
udara yang berdampak pada lingkungan yaitu
menurunnya kualitas udara di suatu wilayah
(Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup,
2002).
Trotoar Berubah Fungsi
Yang pada awalnya jalur pejalan kaki untuk
menikamati suasana kota berubah fungsi
menjadi tempat berjualan para PKL yang
memperburuk wajah kota (Kantor Menteri
Negara Lingkungan Hidup, 2002).
Dampak Pedagang Kaki Lima Terhadap Penataan Ruang
Indikator Variabel
Kualitas
Lingkungan
Kebersihan Lokasi
PKL
Tingkat Ketertiban Tingkat Kemacetan
Indikator dan Variabel
11. Aspek Penentu Lokasi Berdagang PKL
Sumber Penentu Lokasi Berdagang Retail
Rahmawaty,
2012
Aksesibilitas
Keuntungan lokasi
Heri (1982)
dalam Sundari
(1987)
Dilalui dengan jaringan jalan umum
Aksesibilitas
Dekat dengan keramaian penduduk
Simmons dan
Jones (1990)
dalam Surya
(2006)
Aksesibilitas
Menempel pada kegiatan formal
Memiliki tingkat kunjungan tinggi
Tersedianya moda transportasi
Waworoentoe,
1973
Beraglomerasi dan berkembang di pusat keramaian
Joedo (1997)
Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan
secara bersamaan
Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat
kegiatan dengan kunjungan yang berjumlah besar.
Memiliki kemudahan untuk terjadinya hubungan
antara pedagang dengan calon pembeli
Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas
pelayanan umum.
Mc Gee dan
Yeung (1977)
Strategis
Beraglomerasi pada simpul pedestrian dan pusat
keramaian kota
Broomley
dalam
Manning
(1996)
Berada di pusat kota
Catanese
(1997) dalam
Surya (2006)
Kemudahan dalam pencapaian
Ketersediaan moda transportasi
aksesibilitas
Indikator dan Variabel
Indikator Variabel
Keuntungan
Lokasi
Aglomerasi
Pedagang
Pendapatan
Kemudahan
akses untuk
mencapai
lokasi PKL
Ketersediaan
angkutan
umum
Ketersediaan
Lahan Parkir
12. Indikator Variabel Alasan Memilih Variabel
1. Menjual barang berskala kecil Jenis barang
Jenis barang yang diperdagangkan dapat
membantu mengidentifikasi karakteristik pedagang
kaki lima (PKL) .
2. Modal usaha kecil
Modal usaha
Tingkat Pendapatan
Untuk mengetahui modal dan pendapatan dalam jangka
waktu tertentu.
3. Bentuk tempat berdagang Sarana yang digunakan
Mempermudah untuk mengetahui sarana yang
digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik PKL.
4. Keterbatasan cara berdagang
Tingkat pendidikan
Tingkat keterampilan
Karena nantinya dapat diketahui jenis barang yang
diperjual belikan
5. Kebutuhan ruang
Luas lapak
Status lapak
Untuk mengetahui apakah lapak tersebut milik sendiri
atau menyewa dan untuk mengetahui luas lapak yang
dibutuhkan untuk berdagangnya.
6. Pedagang yang menetap dan berpindah-
pindah
Sifat berdagang
Waktu berdagang
Fungsi berdagang
Variabel tersebut dapat membantu untuk
mengetahui apakah PKL tersebut sebagai PKL yang
permanen atau semi permanen. Untuk mengetahui
waktu berdgang dan fungsi perdagangnya.
7. Interaksi Pedagang Adanya tawar menawar
Adanya interaksi tawar menawar merupakan salah satu
ciri perdagangan (PKL)
8. Adanya Penertiban oleh Satpol PP Suasana psikologis PKL
Agar mengetahui bagaimana perasaan para PKL jika
sedang terjadi penertipan oleh satpol PP
9. Kondisi Ekonomi Latar belakang menjadi PKL
Untuk mengetahui alasan kenapa menjadi PKL
10. Kualitas Lingkungan Kebersihan Lokasi PKL
Karena kebersihan lokasi berdagang sangatlah penting.
11. Tingkat Ketertiban Tingkat kemacetan
Agar tahu bahwa dampak dari adanya PKL tersebut
dapat mengakibatkan kemacetan.
12. Interaksi dengan lingkungan Keterkaitan dengan kegatan formal
Karana PKL diwilayah penelitian beraktivitas di sekitar
kegiatan formal.
13. Keuntungan lokasi
Aglomerasi pedagang
Pendapatan
Karena variabel tersebut merupakan komponen
untuk memberi keuntungan bagi para PKL
14. Kemudahan akses untuk mencapai
lokasi PKL
Ketersediaan angkutan umum
Ketersediaan lahan parkir
Karena variabel tersebut merupakan komponen
untuk memberi keuntungan bagi para PKL
13. Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu kualitatif yang bersifat eksploratif
dengan menggunakan model penelitian studi kasus.
Pendekatan Penelitian
pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan
rasionalisme.
14. Variabel Penelitian
Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional
Mengidentifikasi
karakteristik pedagang
kaki lima (PKL) di
Kawasan Pasar Baru
Gresik.
Menjual barang
berskala kecil
Jenis Barang Jenis komoditi barang yang diperdagangkan oleh PKL
Usaha yang
bermodal kecil
Pendapatan
Besarnya pendapatan yang diterima selama sebulan dalam
berdagang
Bentuk tempat
berdagang
Modal usaha Sumber materi yang diperoleh untuk kegiatan berdagang
Sarana yang digunakan Media atau alat yang digunakan oleh PKL
Keterbatasan cara
berdagang
Tenaga kerja
Kebutuhan Ruang
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimiliki PKL dalam
menjalankan usahanya
Tingkat keterampilan
Tingkat keterampilan yang dimiliki PKL dalam
menjalankan usahanya
Sumber Tenaga kerja
Sumber tenaga kerja yang dipekerjakan oleh PKL untuk
membantu menjalankan kegiatan usahanya
Luas lapak
Ukuran ruang yang dibutuhkan untuk menampung barang
dagangan
Status lapak
Keadaan tempat usaha pedaganag dengan status
kepemilikan
Adanya penertiban
dari Satpol PP
Adanya penertiban dari Satpol PP Amenitas PKL dalam menempati lokasi PKL saat ini
Kondisi Ekonomi Latar belakang menjadi PKL Alasan/motivasi yang melatarbelakangi menjadi PKL
Menentukan faktor yang
mempengaruhi kriteria
relokasi pedagang kaki
lima berdasarkan
preferensi pedagang kaki
lima di kawasan Pasar
Baru Gresik
Kualitas
Lingkungan
Kebersihan Lokasi PKL
Kondisi lokasi PKL terbebas dari sampah dan genangan
air
Tingkat Ketertiban Tingkat kemacetan Dampak lalu lintas yang diakibatkan dari adanya PKL
Interaksi dengan
lingkungan
Keterkaitan dengan kegatan formal Keterkaitan dengan kegiatan yang ada disekitarnya
Keuntungan
lokasi
Aglomerasi pedagang
Aglomerasi atau pengelompokan pedagang yang
didasarkan oleh jenis barang dagangan (sejenis atau
berbagai jenis dagangan)
Pendapatan
Pendapatan rata-rata yang diperoleh pedagang dalam
sebulan
Merumuskan kriteria
relokasi PKL di kawasan
Pasar Baru Gresik.
Input sasaran 1 dan
2
Input sasaran 1 dan 2 Input sasaran 1 dan 2
15. Populasi dan Sampel
Populasi
Menurut Arikunto (2003) populasi juga dapat diartikan sebagai
keseluruhan subyek penelitian. Jadi populasi juga dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang akan dijadikan subyek ataupun obyek
penelitian yang dikehendaki peneliti (Ridwan, 2009). Populasi
dalam penelitian ini adalah Pedagang Kaki Lima di Kawasan
Pasar Baru Gresik.
Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang diambil melalui
cara-cara tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili
populasi (Nazir, 2003).
Dimana: n=N/(1+N.e2)
n = jumlah responden
N = Jumlah Populasi
E = besar toleransi (0,1)
Sehingga, sampel total responden adalah :
n = 187/(1+187.(0,1)2) = 65 responden
N = 65 didapatkan dari jumlah PKL Pasar
Baru Gresik
16. Pengaruh
Rendah
Pengaruh
Tinggi
Kepentingan
Rendah
Kelompok
stakeholder
yang paling
rendah
prioritasnya
Kelompok
yang
bermanfaat
untuk
merumuskan
atau
menjembatani
keputusan dan
opini
Kepentingan
Tinggi
Kelompok
stakeholder
yang penting
namun perlu
pemberdayaan
Kelompok
stakeholder
yang paling
kritis
Stakeholder tersebut merupakan objek purposive sampling dalam mencari faktor yang mempengaruhi
kriteria relokasi PKL pada Kawasan Pasar Baru Gresik yang dapat mewakili pemerintah, praktisi,
akademisi, serta stakeholder lainnya yang terlibat dalam merumuskan kriteria relokasi PKL,
stakeholder tersebut antara lain:
1. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Gresik
2. Dinas Perindustrian, Usaha Kecil, Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Gresik
3. Kepala UPT Pasar Baru Gresik
4. Satpol PP Kabupaten/Kota Gresik
5. Akademisi atau Pakar
6. Tokoh Masyarakat Sekitar PKL berdagang
7. Paguyuban PKL di lokai PKL berdagang
8. Pedagang Kaki Lima(PKL) itu sendiri
Analisis Stakeholders
17. Influence of Stakeholders
Importance Of Activity To Stakeholders
little / No Importance Some Importance
Moderante
Importance
Very Importance Critical Player
little / No Importance 1 1 2 3 4 5
Some Importance 2
Moderante
Importance
3
Satpol PP
Kepala UPT Pasar
Baru Gresik
Very Importance 4
Tokoh
masyarakat
Pedagang
CriticalPlaye 5
Badan
Perencanaan dan
Pembangunan
Daerah
Kabupaten Gresik
Dinas
Perindustrian,
Usaha Kecil,
Menengah,
Perindustrian dan
Perdagangan
Kabupaten Gresik
Ketua Paguyuban
PKL
Akademisi
18. Teknik Pengolahan dan Analisis
No. Sasaran Tujuan
Teknik Analisis
Data
Output
1.
Identifikasi Krakteristik
Pedagang Kaki Lima di
Kawasan Pasar Baru Gresik
Mengetahui
karakteristik PKL
pada Kawasan
Baru Gresik
Statistik Deskriptif
Karakteristik PKL
di Kawasan Pasar
Baru Gresik
2.
Menentukan faktor yang
mempengaruhi kriteria
relokasi pedagang kaki lima
berdasarkan preferensi
pedagang kaki lima di
Kawasan Pasar Baru Gresik
Mengetahui faktor
apa saja yang
berpengaruh
dalam
menentukan
kriteria relokasi
PKL berdasarkan
stakeholder terkait
Analisis Delphi
Faktor yang
berpengaruh
terhadap kriteria
relokasi PKL
3.
Merumuskan kriteria
relokasi PKL di Kawasan
Pasar Baru Gresik
Mengetahui
kriteria relokasi
pedagang kaki
lima di Kawasan
Pasar Baru Gresik
Analisis Deskriptif
Komparatif
Kriteria relokasi
PKL di Kawasan
Pasar Baru Gresik
19. 1. Identifikasi Karakteristik
Pedagang Kaki Lima di Kawasan
Pasar Baru Gresik (
Menggunakan Teknik Analisis
Deskriptif Komparatif)
2. Menentukan faktor yang
mempengaruhi kriteria relokasi
pedagang kaki lima berdasarkan
preferensi pedagang kaki lima di
Kawasan Pasar Baru Gresik
(Menggunakan Teknik Analisis
Delphi )
Teknik analisis ini
menjelaskan data hasil
pengamatan tanpa harus
melakukan pengujian
statistik. Analisis ini
bertujuan untuk
meggambarkan karakteristik
dari sebuah sampel ataupun
populasi yang telah diamati
dan dapat disajikan dalam
bentuk tabel atau gambar
(Sugiyono, 2012).
Metode Delphi adalah prosedur
peramalan pendapat untuk
memperoleh, menukar, dan membuat
opini tentang peristiwa di masa depan
(Dunn, 2000).
Langkah-langkah metode analisis
Dephi yaitu seperti penjelasan sebagai
berikut (Perkuliahan Teknik Analisis
Perencanaan, 2014):
1. Memilih fasilitator
2. Memilih pakar atau stakeholders
3. Menyusun kuisioner
4. Wawancara dengan stakeholders
5. Reduksi dan tampilan data hasil
wawancara
6. Iterasi dan penarikan kesimpulan
20. Kuisioner Karakteristik PKL Kuisioner Delphi
1. Menurut anda variabel – variabel apa saja yang
mempengaruhi kriteria relokasi PKL di Kawasan Pasar
Baru Gresik?
Keterangan
S : Setuju
ST : Tidak Setuju
2. Selain variabel diatas, apakah menurut anda ada faktor
lain ?
21. 3. Merumuskan Kriteria Relokasi PKL di Kawasan Pasar
Baru Gresik (Menggunakan Teknik Analisis Deskriptif
Komparatif)
Deskriptif komparatif merupaka teknik analisis yang
merangkum setiap temuan yang telah dihasilkan pada analisis
sehingga diperoleh simpulan kriteria relokasi PKL yang
dikomparasikan dengan teori yang ada dan disajikan secara
deskriptif (Widjiyanri, 2008).
Sementara itu tujuan dari analisis deskriptif komparatif adalah
untuk menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan
tentang benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang
ide-ide, kritik terhadap orang lain, kelompok, terhadap suatu
ide atau prosedur kerja. Penelitian komparatif juga memiliki
beberapa tujuan, yaitu: membandingkan persamaan dan
perbedaan dua atau lebih fakta dan sifat objek yang diteliti
berdasarkan kerangka pemikiran tertentu, membuat
generalisasi tingkat perbandingan berdasarkan cara pandang
atau kerangka berpikir, dan menentukan mana yang baik atau
mana yang sebaiknya dipilih.
22. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Pasar Baru Gresik terletak di Kelurahan Lumpur, Kecamatan Gresik
Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur ini terletak di sebagian Kelurahan Lumpur
yang memiliki luas wilayah ± 31 Ha. Kawasan studi secara geografis memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Lumpur
Sebelah Selatan: Jl. Gubernur Suryo
Sebelah Timur : Jl. Sindujoyo
Sebelah Barat : Kelurahan Lumpur
Sarana dan Prasarana
Untuk sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Lumpur
yaitu Taman Kanak-kanak dengan jumlah 1 unit untuk swasta, Sekolah
Dasar 1 unit untuk negeri, ruang belajar 7 unit, masjid 1 unit, surau/langgar
11 unit, puskesmas 1 unit, praktek dokter 2 unit, rumah bersalin 1 unit,
praktek bidan 1 unit, dan posyandu 5 unit. (Kecamatan dalam angka, 2015)
23.
24. Berdasarkan barang yang diperdagangkan
Pedagang kaki lima (PKL) di lokasi penelitian menjual
buah, sayur-sayuran dan juga ada yang beberapa
menjual baju dan juga sandal.
Berdasarkan jenis sarana berdagang
Sarana berdagang yang digunakan oleh pedagang kaki
lima (PKL) pada Kawasan Pasar Baru Gresik dalam
menjalankan aktivitasnya tersebut berupa gerobak dan
juga gelaran tikar dan meja.
Berdasarkan tingkat pendapatannya
Tingkat pendapatan pedagang kaki lima (PKL) pada
Kawasan Pasar Baru Gresik yaitu dalam rentang Rp
350.000 – Rp 1.250.000
Berdasarkan modal usaha
Modal usaha para pedagang kaki lima (PKL) ) pada
Kawasan Pasar Baru Gresik ini dibagi menjadi dua
yaitu modal pribadi dan modal pinjaman.
Berdasarkan status lapak
Sarana berdagang menurut kepemilikannya yaitu
dapat dibagi menjadi dua yakni sarana berdagang
milik sendiri dan sarana berdagang pinjaman. Status
lapak ini sangat erat pengaruhnya dalam kegiatan
berdagangnya para pedagang kaki lima (PKL).
Berdasarkan luas lapak
Pada lokasi penelitian dapat dijumpai luas lapak pada
kisaran 1 m2 hingga 5 m2 tergantung pada jenis barang
yang diperdagangkan.
Berdasarkan Asal daerah
Pedagang kaki lima (PKL) yang ada pada Kawasan
Pasar Baru Gresik berasal dari berbagai macam
daerah baik dari Kota Gresik dan dari luar Kota
Gresik. Sehingga tidak hanya pedagang yang berasal
dari Kota Gresik saja yang berdagang namun juga
terdapat pedagang yang berasal dari luar Kota Gresik
seperti Pulau Madura, dan juga Kabupaten
Lamongan, dll.
Berdasarkan fungsi berdagang
Pedagang kaki lima (PKL) pada Kawasan Pasar Baru
Gresik memiliki fungsi berdagang sebagai pedagang
eceran. Hal ini dikarenakan hampir seluruh
pedagang kaki lima (PKL) menjual barang yang
hampir sama antara satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan jam operasional
Pedagang kaki lima (PKL) pada Kawasan Pasar Baru
Gresik waktu berdagangnya yaitu pada siang hari
dan malam hari.
Berdasarkan Sifat Berdagang
Pedagang kaki lima (PKL) pada Kawasan Pasar Baru
Gresik sifat berdagangnya yakni dengan pola yang
cenderung menetap. Karena rata-rata pedagang kaki
lima (PKL) pada Kawasan Pasar Baru Gresik sarana
berdagangnya menggunakan gelaran dan meja
dengan menjual barang kelontong.
25. Daftar Pustaka
Alisjahbana, 2004. Kebijakan Publik Sektor Informal. Surabaya: ITS Press.
Fatikawati, Yulian. 2012. “Dampak Keberadaan PKL”. (http://www.slideshare.net/ , diakses 14 april 2015).
Ginting, Salmina W, 2004. Studi Kasus: Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki Lima Terhadap Jumlah Pengunjung Taman
Kota di Medan. Jurnal Teknik SIMENTRIKA Vol.3 No.3. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.
Heri, Lazuardi, 2013. “UKM: Jumlah Pedagang Kaki Lima Diperkirakan mencapai 22 Juta Orang”. (Online),
(http://industri.bisnis.com/read/20130505/87/12417/ukm-jumlah-pedagang-kaki-lima-diperkirakan-capai-22-juta-orang ,
diakses 26 oktober 2015).
Peraturan Daerah Kabupaten Gresik. 2013. Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Gresik: Pemerintah Kabupaten
Gresik
Peraturan Daerah Kabupaten Gresik. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik 2010-2030. Gresik: Bappeda.
Sa’diyah, Siti (2013) Konflik Antara Pedagang Stand dengan Pedagang Kaki Lima di Pasar Baru Gresik. Undergraduate Thesis,
UIN Sunan Ampel Surabaya. (http://digilib.uinsby.ac.id/1561/ , diakses 21 oktober 2015).
Sugiyono, 2013. “PKL Pasar Baru Gresik Enggan Pindah ke Pasar Krempyeng”. (online),
(http://surabaya.tribunnews.com/2013/09/26/pkl-pasar-baru-gresik-enggan-pindah-ke-pasar-krempyeng , diakses 15
oktober 2015).
Sugiyono, 2013. “Belum Punya Lahan,Pemkab Gresik Kewalahan Menata PKL”. (online),
(http://surabaya.tribunnews.com/2013/09/26/belum-punya-lahan-pemkab-gresik-kewalahan-menata-pkl , diakses 20 april
2015).
Retno Widjajanti. 2009. Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Kawasan Komersial Di Pusat Kota Studi Kasus: Simpang
Lima – Semarang, Vol. 30 ,No. 3. Semarang: Universitas Diponegoro.
Ilyas Rolis. 2013. Sektor Informal Perkotaan dan Ikhtiar Pemberdayaannya. Jurnal Sosiologi Islam, Vol. 3 No.2.
Ambarwati Hany Srie. 2003. Studi Aktivitas Pedagang Kaki Lima Dalam Memanfaatkan Ruang Di Kota Salatiga. Jurnal Program
Studi Megister Teknik Pembangunan Kota Universitas Diponegoro Semarang.
Ari Budi Sulistiyo. 2006. Kajian Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Serta Persepsi Masyarakat Sekitar Kota Pemalang.
Jurnal Tesis Universitas Diponegoro.
Octora Lintang Surya. 2006. Kajian Karakterisitik Berlokasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Sekitar Fasilitas Kesehatan (Studi
Kasus: Rumah Sakit dr. Kariadi Kota Semarang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Ahmadi Widodo. 2000. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Usaha PKL (Studi Kasus: Kota Semarang).
Universitas Diponegoro.
Materi Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan PWK ITS. 2014. Teori Lokasi Central Place yang dikemukakan oleh Cristaller (1933)
dikutip dalam bukunya Central Place in Sourthern Germany.
Dan pada tahun 2013 PKL yang ada di lokasi Penelitian yaitu berjumlah 187 PKL
Penelitian ini dilaksanakan untuk menggali data dan informasi tentang topik ataupun isu-isu baru yang ditujukan untuk kepentingan pendalaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang lebih akurat yang akan dijawab di dalam penelitian.
Dalam studi ini, dilakukan pada waktu menentukan faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan kriteria relokasi PKL di Kawasan Pasar Baru Gresik, sehingga pada akhirnya dapat merumuskan kriteria relokasi pedagang kaki lima (PKL) di Kawasan Pasar Baru Gresik.
Untuk mencapai tujuan ada sasaran kedua yaitu dalam menentukan faktor yang mempengaruhi kriteria relokasi PKL di Kawasan Pasar Baru Gresik dengan menggunakan teknik purposive sampling dimana pemilihan sampel dipilih secara sengaja dengan tujuan tertentu.
1. Pedagang kaki lima (PKL) yang berada di wilayah penelitian menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar. Namun kebanyakan