SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  31
OLEH :
FIFI FITRI YANTI
K1A1 12 001
PEMBIMBING :
dr. ANDI HASNAH SUAIB, Sp.An
MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN
NYERI E.C PENYAKIT
NEFROLITIASIS
STATUS PASIEN
 IDENTITAS KASUS
 Nama : Tn. Ilham
 Tanggal lahir / Umur : 29 Juli 1980 / 37 tahun
 Jenis Kelamin : Laki - laki
 Agama : Islam
 Status perkawinan : Sudah nikah
 Alamat : Wua – wua, Kendari
 No RM : 51 XX XX
 Tanggal masuk : 02 Februari 2018
ANAMNESIS
 Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 06 Februari
2017 diruang Raha Mongkilo.
 Keluhan utama : Nyeri pinggang kiri
 Anamnesis terpimpin :
Pasien di konsul ke bagian Anestesiologi dari bagian Penyakit Dalam
dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kiri sejak empat hari sebelum
masuk Rumah Sakit. Nyeri dirasakan seperti ditusuk – tusuk dan terasa
terus-menerus. Pasien mengatakan nyeri tidak berkurang dengan
perubahan posisi tubuh. Keluhan ini disertai dengan dengan nyeri ulu
hati (+), mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (+) akibat rasa nyeri,
demam (-), sakit kepala (-). BAK lancar kesan normal. BAB belum
selama 4 hari. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat
pekerjaan sehari – hari pasien bekerja sebagai karyawan di salah satu
perkantoran di Kota Kemdari, dimana pasien mengaku pasien dapat
duduk selama 12 jam per hari. Pasien juga mengatakan bahwa pasien
kurang minum, dimana pasien dalam sehari hanya konsumsi air mineral
kurang dari 500 ml. Riwayat pengobatan (-).
Riwayat penyakit hipertensi (-), DM (-)
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Penilaian
A (airways) : bebas, tidak ada obstruksi
B (breathing) : P = 20x/menit, simetris kiri=kanan
C (circulation) : Nadi: 88x/menit, reguler, Tekanan darah : 110/80
mmHg Suhu : 36,7 º C
D (disability) : GCS E4V5M6
 Status Generalis
Kepala : Normocephal, rambut hitam
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikhterik (-/-)
Pupil isokor (+/+), Reflex cahaya direk
(+/+) ,Reflex cahaya indirek (+/+),
Refleks kornea (+/+).
Mulut : bibir pucat (-), kering (-)
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
 Thoraks : Paru : suara napas vesikuler (+/+),
wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung : BJ I dan II regular, murmur (-),
gallop (-)
 Abdomen : Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik (+)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani, ballotement ginjal (+)
 Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-),
sianosis (-), ikhterik (-)
Laboratorium 02 Februari 2018
Laboratorium 02 Februari 2018
03 Februari 2018
USG Abdomen
Kesan : Nefrolitiasis D/S
KESIMPULAN
 Perencanaan anestesi:
 Rencana diagnosis : konsul bagian urologi untuk
evaluasi batu saluran kemih
 Rencanan terapi :
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm + drips petidin 50 mg
Ketorolac 1 amp/8jam/iv
Ranitidine 1 amp/12 jam/iv
 Rencana monitoring : dilakukan pemantauan
berupa evaluasi terhadap kondisi nyeri
 Rencana edukasi : pasien diminta untuk
mengurangi duduk yang membutuhkan waktu
lama dan rutin minum air putih.
Follow up
 Selasa, 7 Februari 2018
S : nyeri sangat berkurang,
O : A : bebas
B : Pernapasan 20 kali/menit
C : Nadi 80 kali/menit, TD : 110/80, S : 36,8
D : GCS E4V5M6
E : Numerical Scale 3 – 4
 A : Nefrolitiasis
 P : IVFD NaCl 0,9%
 Ketorolac 1 Ampul/8jam/IV
 Ranitidin 1 Ampul/12jam/IV
 Rabu, 8 Februari 2018
 S : nyeri berukurang
 O : A : bebas
B : Pernapasan 20 kali/menit
C : Nadi 84 kali/menit, TD : 120/80, S : 36,7
D : GCS E4V5M6
E : Numerical Scale 1-2
 A : Nefrolitiasis
 P : pasien dibolehkan rawat jalan
ANALISA KASUS
Kasus Kepustakaan
Diagnosis Nefrolitiasis, dengan
ASA I
Berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosis
dengan nefrolitiasis dengan ASA I,
yakni pasien tanpa gangguan
organik, fisiologik, biokemik,
maupun psikiatrik. Pada saat
pemeriksaan pasien tampak sakit
sedang, gelisah akibat nyeri,
kesadaran komposmentis.
ANALISA KASUS
Kasus Kepustakaan
Penilaian intensitas nyeri
menggunakan Numerical
Scale
Pada pasien di nilai
intensintas nyerinya
dengan menggunakan
numerical scale dan
didapatkan intensitas
nyerinya yaitu 6-7 atau
nyeri sedang sampai berat.
ANALISA KASUS
Kasus Kepustakaan
Pemberian obat anti nyeri
(analgesik)
 Pasien diberikan obat analgesik berupa Petidin
dosis 50 mg yang di drips dalam cairan infus NaCl
0,9 % dengan kecepatan tetasan yaitu 20 tetes
per menit.
 Petidin (meperidin) merupakan obat golongan
opioid dengan indikasi pemberian pada
seseorang yang mengalami nyeri sedang sampai
berat, untuk analgesia obsetrik, dan untuk
analgesia perioperatif.
 Dosis pemberian untuk nyeri akut adalah 50 –
150 mg tiap 4 jam dengan sediaan injeksi 50
mg/mL dan tablet 50 mg.
 Efek samping dari penggunaan petidin adalah
pusing, berkeringat, euforia, mulut kering, mual,
muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan,
ANALISA KASUS
Kasus Kepustakaan
Pemberian obat anti
nyeri (analgesik)
 Pasien diberikan obat analgesik berupa ketorolak 30
mg/6jam/IV.
 Ketorolac merupakan obat golongan non opioid.
Indikasi pemberiannya adalah penanganan jangka
pendek untuk nyeri, biasanya untuk nyeri pasca bedah
yang sedang sampai berat. Namun, dalam sehari-
harinya ketoralac juga digunakan walaupun pasien
tidak mengalami pembedahan.
 Dosis pemberian injeksi yaitu 10-30 mg setiap 4-6
jam dengan dosis maksimal 90 mg. Ketorolak juga
dapat diberikan secara intramuskular dengan dosis 30
– 60 mg, oral 5 – 30 mg.
 Sediaan dari ketorlak yaitu tablet 10 mg dan injeksi
3 mg/mL,10 mg/mL, dan 30 mg/mL.
ANALISA KASUS
Kasus Kepustakaan
Pemberian obat
ranitidin
 Pasien diberikan obat ranitidin 1 ampul/12 jam/IV.
 Ranitidin merupakan obat golongan antagonis
reseptor H2 yang berfungsi untuk menghambat sekresi
asam lambung. Indikasi pemberian ranitidin yaitu
untuk mengatasi gejala akut tukak duodenum dan
mempercepat penyembuhannya. Selain itu, ranitidin
juga berfungsi untuk mengatasi gejala dan
mempercepat penyembuhan tukak lambung.
 Dosis pemberian ranitidin oral yaitu untuk tukak
peptik ringan dan tukak deudenum 150 mg 2 kali
sehari atau 300 mg pada malam hari selama 4 – 8
minggu, sampai 6 minggu pada dispepsia episodik
kronis, dan sampai 8 minggu pada tukak akibat AINS.
Pemberian injeksi yaitu 50 mg 2 kali sehari dan
diberikan selama tidak kurang dari 2 menit.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Nyeri menurut International Association for the
study of pain (IASP) dapat diartikan sebagai
pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan, baik aktual maupun
potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk
kerusakan tersebut
.
TINJAUAN PUSTAKA
 Mekanisme Nyeri
 Tranduksi
 Transmisi
 Modulasi
 Persepsi
TINJAUAN PUSTAKA
Kalsifikasi Nyeri :
 Berdasarkan etiologi :
 Nyeri nosiseptif
 Nyeri neuropati
 Berdasarkan lokasi
 Nyeri superficial
 Nyeri somatic dalam
 Nyeri viseral
 Nyeri alih
 Nyeri proyeksi
 Berdasarkan durasi
 Nyeri akut
 Nyeri kronik
TINJAUAN PUSTAKA
• Penilaian Nyeri
Numerical Rating Scale (NRS)
Metode ini menggunakan angka-angka untuk
menggambarkan range dari intensitas nyeri.
Umumnya pasien akan menggambarkan
intensitas nyeri yang dirasakan dari angka 0-
10. ”0” menggambarkan tidak ada nyeri
sedangkan ”10” menggambarkan nyeri yang
hebat.
Interpretasi :
0 : tidak nyeri
1 – 3 : nyeri ringan
4 – 6 : nyeri sedang
7 – 10 : nyeri berat
TINJAUAN PUSTAKA
• Penilaian Nyeri
Visual Analogue Scale (VAS)
Metode ini paling sering digunakan untuk
mengukur intensitas nyeri. Metode ini
menggunakan garis sepanjang 100 mm yang
menggambarkan keadaan tidak nyeri sampai
nyeri yang sangat hebat. Pasien menandai angka
pada garis yang menggambarkan intensitas nyeri
yang dirasakan.
Interpretasi :
0 : tidak nyeri
1 – 3 : nyeri ringan
4 – 6 : nyeri sedang
7 – 10 : nyeri berat
TINJAUAN PUSTAKA
• Penilaian Nyeri
Verbal Rating Scale (VRS)
Metode ini menggunakan suatu gambaran kata untuk
mendiskripsikan nyeri yang dirasakan. Pasien disuruh memilih
kata-kata atau kalimat yang menggambarkan karakteristik nyeri
yang dirasakan dari gambaran kata yang ada. Metode ini dapat
digunakan untuk mengetahui intensitas nyeri dari saat pertama
kali muncul sampai tahap penyembuhan. Penilaian ini menjadi
beberapa kategori nyeri yaitu :
 Tidak nyeri (none)
 Nyeri ringan (mild)
 Nyeri sedang (moderate)
 Nyeri berat (severe)
 Nyeri sangat berat (very severe)
TINJAUAN PUSTAKA
• Penilaian Nyeri
Self-report pain scales for young
children
Untuk anak usia sekitar 3 tahun, skala nyeri
dengan ekspresi wajah dengan senang dan tidak
senang dapat digunakan untuk menilai seberapa
parah nyeri yang dirasakan. Ada beberapa skala
nyeri yang dapat di gunakan salah satunya
adalah skala nyeri Wong-Baker.
TINJAUAN PUSTAKA
Penatalaksanaan Nyeri
1. Analgesik opioid
 Analgetik opioid merupakan golongan obat yang
memiliki sifat seperti opium/morfin. Sifat dari analgesik
opioid yaitu menimbulkan adiksi: habituasi dan
ketergantungan fisik. Analgetik opiad mempunyai daya
penghalang nyeri yang sangat kuat dengan titik kerja
yang terletak di susunan syaraf pusat (SSP).
 Secara umum, opioid di klasifikasi menjadi opioid
lemah dan opioid kuat. Opioid lemah yang sering
digunakan diantaranya adalah codein, dihydrocodeine,
dan tramadol. Sedangkan opioid kuat yang sering
digunakan adalah morfin, oxycodone, fentanyl,
buprenorphine, dan methadone.
TINJAUAN PUSTAKA
Penatalaksanaan Nyeri
1. Analgesik opioid
TINJAUAN PUSTAKA
Penatalaksanaan Nyeri
1. Analgesik opioid
Obat – obat golongan opioid memiliki pola efek
samping yang sangat mirip, termasuk depresi
pernapasan,mual, muntah, dan konstipasi. Selain
itu, semua opioid berpotensi menimbulkan toleransi,
ketergantungan, dan ketagihan (adiksi). Toleransi
terhadap opioid tertentu terbentuk apabila opioid
tersebut diberikan dalam jangka panjang, misalnya
pada terapi kanker.
TINJAUAN PUSTAKA
Penatalaksanaan Nyeri
2. Analgesik non opioid (Obat Antiinflamasi Nonsteroid)
 OAINS sangat efektif untuk mengatasi nyeri akut derajat
ringan, penyakit meradang yang kronik seperti artritis,
dan nyeri akibat kanker yang ringan.
 Berbeda dengan opioid, OAINS tidak menimbulkan
ketergantungan atau toleransi fisik. Penyulit tersering
yang berkaitan dengan pemberian OAINS adalah
gangguan saluran pencernaan, meningkatnya waktu
perdarahan, penglihatan kabur, dan berkurangnya fungsi
ginjal.
TERIMA KASIH

Contenu connexe

Tendances

Askep hiperoaratyroid
Askep hiperoaratyroidAskep hiperoaratyroid
Askep hiperoaratyroid
Tebe Yuhuu
 
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
Ratih Aini
 
Bab iii a pengkajian diagnosa AKPER PEMKAB MUNA
Bab iii a pengkajian diagnosa AKPER PEMKAB MUNA Bab iii a pengkajian diagnosa AKPER PEMKAB MUNA
Bab iii a pengkajian diagnosa AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Askep hipertensi alvin
Askep hipertensi alvinAskep hipertensi alvin
Askep hipertensi alvin
alvin akbar
 

Tendances (20)

System of Neuromuskuloskeletal
System  of NeuromuskuloskeletalSystem  of Neuromuskuloskeletal
System of Neuromuskuloskeletal
 
Askep hiperoaratyroid
Askep hiperoaratyroidAskep hiperoaratyroid
Askep hiperoaratyroid
 
Antropologi, sehat sakit 2021
Antropologi, sehat sakit 2021Antropologi, sehat sakit 2021
Antropologi, sehat sakit 2021
 
Power point nyeri
Power point nyeriPower point nyeri
Power point nyeri
 
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
 
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
 
Osteoarthritis
OsteoarthritisOsteoarthritis
Osteoarthritis
 
Bab iii a pengkajian diagnosa AKPER PEMKAB MUNA
Bab iii a pengkajian diagnosa AKPER PEMKAB MUNA Bab iii a pengkajian diagnosa AKPER PEMKAB MUNA
Bab iii a pengkajian diagnosa AKPER PEMKAB MUNA
 
Manajemen nyeri
Manajemen nyeriManajemen nyeri
Manajemen nyeri
 
Konsep dan Teori Nyeri
Konsep dan Teori NyeriKonsep dan Teori Nyeri
Konsep dan Teori Nyeri
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Portofolio epilepsi 1
Portofolio epilepsi 1Portofolio epilepsi 1
Portofolio epilepsi 1
 
Askep hipertensi alvin
Askep hipertensi alvinAskep hipertensi alvin
Askep hipertensi alvin
 
Diagnosis epilepsi utoyo sunaryo
Diagnosis epilepsi utoyo sunaryoDiagnosis epilepsi utoyo sunaryo
Diagnosis epilepsi utoyo sunaryo
 
Asuhan keperawatan neuromaakustik
Asuhan keperawatan neuromaakustikAsuhan keperawatan neuromaakustik
Asuhan keperawatan neuromaakustik
 
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyamanAsuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
 
Penyakit meniere
Penyakit menierePenyakit meniere
Penyakit meniere
 
Nyeri
NyeriNyeri
Nyeri
 
Diagnosis epilepsi lengkap
Diagnosis epilepsi lengkapDiagnosis epilepsi lengkap
Diagnosis epilepsi lengkap
 
Anestesi
AnestesiAnestesi
Anestesi
 

Similaire à Kasus anes lar [autosaved]

2. Asesmen Nyeri dr Tasrif .pptx
2. Asesmen Nyeri dr Tasrif .pptx2. Asesmen Nyeri dr Tasrif .pptx
2. Asesmen Nyeri dr Tasrif .pptx
gpsw
 
PBL GATROENTEROHEPATOLOGI MODUL 1
PBL GATROENTEROHEPATOLOGI MODUL 1PBL GATROENTEROHEPATOLOGI MODUL 1
PBL GATROENTEROHEPATOLOGI MODUL 1
Aulia Amani
 

Similaire à Kasus anes lar [autosaved] (20)

NYERI.pptx
NYERI.pptxNYERI.pptx
NYERI.pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI.pptxASUHAN KEPERAWATAN NYERI.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI.pptx
 
ASKEP NYERI.ppt
ASKEP NYERI.pptASKEP NYERI.ppt
ASKEP NYERI.ppt
 
LAPORAN PENDAHULUAN RASA AMAN NYAMAN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN RASA AMAN NYAMAN.pptxLAPORAN PENDAHULUAN RASA AMAN NYAMAN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN RASA AMAN NYAMAN.pptx
 
CRS DM tipe 2 .pptx
CRS DM tipe 2 .pptxCRS DM tipe 2 .pptx
CRS DM tipe 2 .pptx
 
2. Asesmen Nyeri dr Tasrif .pptx
2. Asesmen Nyeri dr Tasrif .pptx2. Asesmen Nyeri dr Tasrif .pptx
2. Asesmen Nyeri dr Tasrif .pptx
 
osteoporosis-rheumatoid-arthritis-breakthrough.pptx
osteoporosis-rheumatoid-arthritis-breakthrough.pptxosteoporosis-rheumatoid-arthritis-breakthrough.pptx
osteoporosis-rheumatoid-arthritis-breakthrough.pptx
 
Kenyamanan dalam asuhan keperawatan
Kenyamanan dalam asuhan keperawatanKenyamanan dalam asuhan keperawatan
Kenyamanan dalam asuhan keperawatan
 
Menajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptx
Menajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptxMenajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptx
Menajemen Nyeri secara fisiolgi dalam persalinan.pptx
 
WHOKSHORP NYERI UNGARAN.pptx
WHOKSHORP NYERI UNGARAN.pptxWHOKSHORP NYERI UNGARAN.pptx
WHOKSHORP NYERI UNGARAN.pptx
 
PBL GATROENTEROHEPATOLOGI MODUL 1
PBL GATROENTEROHEPATOLOGI MODUL 1PBL GATROENTEROHEPATOLOGI MODUL 1
PBL GATROENTEROHEPATOLOGI MODUL 1
 
4.MANAGEMEN NYERI PRESENTASI.pptx
4.MANAGEMEN NYERI PRESENTASI.pptx4.MANAGEMEN NYERI PRESENTASI.pptx
4.MANAGEMEN NYERI PRESENTASI.pptx
 
Tatalaksana Nyeri.pptx
Tatalaksana Nyeri.pptxTatalaksana Nyeri.pptx
Tatalaksana Nyeri.pptx
 
LP NYERI.docx
LP NYERI.docxLP NYERI.docx
LP NYERI.docx
 
PPT-UEU-Manajemen-Nyeri-Pertemuan-11.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Nyeri-Pertemuan-11.pptxPPT-UEU-Manajemen-Nyeri-Pertemuan-11.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Nyeri-Pertemuan-11.pptx
 
106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsi106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsi
 
106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi
 
CASE report kejang demam sederhana .pptx
CASE report kejang demam sederhana .pptxCASE report kejang demam sederhana .pptx
CASE report kejang demam sederhana .pptx
 
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu HatiAspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
 
SACRO ILIACA JOIN PAIN review ujian-1.docx
SACRO ILIACA JOIN PAIN review ujian-1.docxSACRO ILIACA JOIN PAIN review ujian-1.docx
SACRO ILIACA JOIN PAIN review ujian-1.docx
 

Dernier

PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
PrajaPratama4
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 

Dernier (20)

PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 

Kasus anes lar [autosaved]

  • 1. OLEH : FIFI FITRI YANTI K1A1 12 001 PEMBIMBING : dr. ANDI HASNAH SUAIB, Sp.An MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN NYERI E.C PENYAKIT NEFROLITIASIS
  • 2. STATUS PASIEN  IDENTITAS KASUS  Nama : Tn. Ilham  Tanggal lahir / Umur : 29 Juli 1980 / 37 tahun  Jenis Kelamin : Laki - laki  Agama : Islam  Status perkawinan : Sudah nikah  Alamat : Wua – wua, Kendari  No RM : 51 XX XX  Tanggal masuk : 02 Februari 2018
  • 3. ANAMNESIS  Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 06 Februari 2017 diruang Raha Mongkilo.  Keluhan utama : Nyeri pinggang kiri  Anamnesis terpimpin : Pasien di konsul ke bagian Anestesiologi dari bagian Penyakit Dalam dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kiri sejak empat hari sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri dirasakan seperti ditusuk – tusuk dan terasa terus-menerus. Pasien mengatakan nyeri tidak berkurang dengan perubahan posisi tubuh. Keluhan ini disertai dengan dengan nyeri ulu hati (+), mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (+) akibat rasa nyeri, demam (-), sakit kepala (-). BAK lancar kesan normal. BAB belum selama 4 hari. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat pekerjaan sehari – hari pasien bekerja sebagai karyawan di salah satu perkantoran di Kota Kemdari, dimana pasien mengaku pasien dapat duduk selama 12 jam per hari. Pasien juga mengatakan bahwa pasien kurang minum, dimana pasien dalam sehari hanya konsumsi air mineral kurang dari 500 ml. Riwayat pengobatan (-). Riwayat penyakit hipertensi (-), DM (-)
  • 4. PEMERIKSAAN FISIK  Keadaan umum : tampak sakit sedang  Penilaian A (airways) : bebas, tidak ada obstruksi B (breathing) : P = 20x/menit, simetris kiri=kanan C (circulation) : Nadi: 88x/menit, reguler, Tekanan darah : 110/80 mmHg Suhu : 36,7 º C D (disability) : GCS E4V5M6  Status Generalis Kepala : Normocephal, rambut hitam Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikhterik (-/-) Pupil isokor (+/+), Reflex cahaya direk (+/+) ,Reflex cahaya indirek (+/+), Refleks kornea (+/+). Mulut : bibir pucat (-), kering (-) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
  • 5.  Thoraks : Paru : suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-), ronkhi (-) Jantung : BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-)  Abdomen : Inspeksi : datar, ikut gerak napas Auskultasi : peristaltik (+) Palpasi : nyeri tekan (-) Perkusi : timpani, ballotement ginjal (+)  Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-), sianosis (-), ikhterik (-)
  • 8. 03 Februari 2018 USG Abdomen Kesan : Nefrolitiasis D/S
  • 9. KESIMPULAN  Perencanaan anestesi:  Rencana diagnosis : konsul bagian urologi untuk evaluasi batu saluran kemih  Rencanan terapi : IVFD NaCl 0,9% 20 tpm + drips petidin 50 mg Ketorolac 1 amp/8jam/iv Ranitidine 1 amp/12 jam/iv  Rencana monitoring : dilakukan pemantauan berupa evaluasi terhadap kondisi nyeri  Rencana edukasi : pasien diminta untuk mengurangi duduk yang membutuhkan waktu lama dan rutin minum air putih.
  • 10. Follow up  Selasa, 7 Februari 2018 S : nyeri sangat berkurang, O : A : bebas B : Pernapasan 20 kali/menit C : Nadi 80 kali/menit, TD : 110/80, S : 36,8 D : GCS E4V5M6 E : Numerical Scale 3 – 4  A : Nefrolitiasis  P : IVFD NaCl 0,9%  Ketorolac 1 Ampul/8jam/IV  Ranitidin 1 Ampul/12jam/IV
  • 11.  Rabu, 8 Februari 2018  S : nyeri berukurang  O : A : bebas B : Pernapasan 20 kali/menit C : Nadi 84 kali/menit, TD : 120/80, S : 36,7 D : GCS E4V5M6 E : Numerical Scale 1-2  A : Nefrolitiasis  P : pasien dibolehkan rawat jalan
  • 12. ANALISA KASUS Kasus Kepustakaan Diagnosis Nefrolitiasis, dengan ASA I Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dengan nefrolitiasis dengan ASA I, yakni pasien tanpa gangguan organik, fisiologik, biokemik, maupun psikiatrik. Pada saat pemeriksaan pasien tampak sakit sedang, gelisah akibat nyeri, kesadaran komposmentis.
  • 13. ANALISA KASUS Kasus Kepustakaan Penilaian intensitas nyeri menggunakan Numerical Scale Pada pasien di nilai intensintas nyerinya dengan menggunakan numerical scale dan didapatkan intensitas nyerinya yaitu 6-7 atau nyeri sedang sampai berat.
  • 14. ANALISA KASUS Kasus Kepustakaan Pemberian obat anti nyeri (analgesik)  Pasien diberikan obat analgesik berupa Petidin dosis 50 mg yang di drips dalam cairan infus NaCl 0,9 % dengan kecepatan tetasan yaitu 20 tetes per menit.  Petidin (meperidin) merupakan obat golongan opioid dengan indikasi pemberian pada seseorang yang mengalami nyeri sedang sampai berat, untuk analgesia obsetrik, dan untuk analgesia perioperatif.  Dosis pemberian untuk nyeri akut adalah 50 – 150 mg tiap 4 jam dengan sediaan injeksi 50 mg/mL dan tablet 50 mg.  Efek samping dari penggunaan petidin adalah pusing, berkeringat, euforia, mulut kering, mual, muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan,
  • 15. ANALISA KASUS Kasus Kepustakaan Pemberian obat anti nyeri (analgesik)  Pasien diberikan obat analgesik berupa ketorolak 30 mg/6jam/IV.  Ketorolac merupakan obat golongan non opioid. Indikasi pemberiannya adalah penanganan jangka pendek untuk nyeri, biasanya untuk nyeri pasca bedah yang sedang sampai berat. Namun, dalam sehari- harinya ketoralac juga digunakan walaupun pasien tidak mengalami pembedahan.  Dosis pemberian injeksi yaitu 10-30 mg setiap 4-6 jam dengan dosis maksimal 90 mg. Ketorolak juga dapat diberikan secara intramuskular dengan dosis 30 – 60 mg, oral 5 – 30 mg.  Sediaan dari ketorlak yaitu tablet 10 mg dan injeksi 3 mg/mL,10 mg/mL, dan 30 mg/mL.
  • 16. ANALISA KASUS Kasus Kepustakaan Pemberian obat ranitidin  Pasien diberikan obat ranitidin 1 ampul/12 jam/IV.  Ranitidin merupakan obat golongan antagonis reseptor H2 yang berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung. Indikasi pemberian ranitidin yaitu untuk mengatasi gejala akut tukak duodenum dan mempercepat penyembuhannya. Selain itu, ranitidin juga berfungsi untuk mengatasi gejala dan mempercepat penyembuhan tukak lambung.  Dosis pemberian ranitidin oral yaitu untuk tukak peptik ringan dan tukak deudenum 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg pada malam hari selama 4 – 8 minggu, sampai 6 minggu pada dispepsia episodik kronis, dan sampai 8 minggu pada tukak akibat AINS. Pemberian injeksi yaitu 50 mg 2 kali sehari dan diberikan selama tidak kurang dari 2 menit.
  • 17. TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Nyeri menurut International Association for the study of pain (IASP) dapat diartikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut .
  • 18. TINJAUAN PUSTAKA  Mekanisme Nyeri  Tranduksi  Transmisi  Modulasi  Persepsi
  • 19. TINJAUAN PUSTAKA Kalsifikasi Nyeri :  Berdasarkan etiologi :  Nyeri nosiseptif  Nyeri neuropati  Berdasarkan lokasi  Nyeri superficial  Nyeri somatic dalam  Nyeri viseral  Nyeri alih  Nyeri proyeksi  Berdasarkan durasi  Nyeri akut  Nyeri kronik
  • 20. TINJAUAN PUSTAKA • Penilaian Nyeri Numerical Rating Scale (NRS) Metode ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari intensitas nyeri. Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan dari angka 0- 10. ”0” menggambarkan tidak ada nyeri sedangkan ”10” menggambarkan nyeri yang hebat.
  • 21. Interpretasi : 0 : tidak nyeri 1 – 3 : nyeri ringan 4 – 6 : nyeri sedang 7 – 10 : nyeri berat
  • 22. TINJAUAN PUSTAKA • Penilaian Nyeri Visual Analogue Scale (VAS) Metode ini paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri. Metode ini menggunakan garis sepanjang 100 mm yang menggambarkan keadaan tidak nyeri sampai nyeri yang sangat hebat. Pasien menandai angka pada garis yang menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan.
  • 23. Interpretasi : 0 : tidak nyeri 1 – 3 : nyeri ringan 4 – 6 : nyeri sedang 7 – 10 : nyeri berat
  • 24. TINJAUAN PUSTAKA • Penilaian Nyeri Verbal Rating Scale (VRS) Metode ini menggunakan suatu gambaran kata untuk mendiskripsikan nyeri yang dirasakan. Pasien disuruh memilih kata-kata atau kalimat yang menggambarkan karakteristik nyeri yang dirasakan dari gambaran kata yang ada. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui intensitas nyeri dari saat pertama kali muncul sampai tahap penyembuhan. Penilaian ini menjadi beberapa kategori nyeri yaitu :  Tidak nyeri (none)  Nyeri ringan (mild)  Nyeri sedang (moderate)  Nyeri berat (severe)  Nyeri sangat berat (very severe)
  • 25. TINJAUAN PUSTAKA • Penilaian Nyeri Self-report pain scales for young children Untuk anak usia sekitar 3 tahun, skala nyeri dengan ekspresi wajah dengan senang dan tidak senang dapat digunakan untuk menilai seberapa parah nyeri yang dirasakan. Ada beberapa skala nyeri yang dapat di gunakan salah satunya adalah skala nyeri Wong-Baker.
  • 26.
  • 27. TINJAUAN PUSTAKA Penatalaksanaan Nyeri 1. Analgesik opioid  Analgetik opioid merupakan golongan obat yang memiliki sifat seperti opium/morfin. Sifat dari analgesik opioid yaitu menimbulkan adiksi: habituasi dan ketergantungan fisik. Analgetik opiad mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat dengan titik kerja yang terletak di susunan syaraf pusat (SSP).  Secara umum, opioid di klasifikasi menjadi opioid lemah dan opioid kuat. Opioid lemah yang sering digunakan diantaranya adalah codein, dihydrocodeine, dan tramadol. Sedangkan opioid kuat yang sering digunakan adalah morfin, oxycodone, fentanyl, buprenorphine, dan methadone.
  • 29. TINJAUAN PUSTAKA Penatalaksanaan Nyeri 1. Analgesik opioid Obat – obat golongan opioid memiliki pola efek samping yang sangat mirip, termasuk depresi pernapasan,mual, muntah, dan konstipasi. Selain itu, semua opioid berpotensi menimbulkan toleransi, ketergantungan, dan ketagihan (adiksi). Toleransi terhadap opioid tertentu terbentuk apabila opioid tersebut diberikan dalam jangka panjang, misalnya pada terapi kanker.
  • 30. TINJAUAN PUSTAKA Penatalaksanaan Nyeri 2. Analgesik non opioid (Obat Antiinflamasi Nonsteroid)  OAINS sangat efektif untuk mengatasi nyeri akut derajat ringan, penyakit meradang yang kronik seperti artritis, dan nyeri akibat kanker yang ringan.  Berbeda dengan opioid, OAINS tidak menimbulkan ketergantungan atau toleransi fisik. Penyulit tersering yang berkaitan dengan pemberian OAINS adalah gangguan saluran pencernaan, meningkatnya waktu perdarahan, penglihatan kabur, dan berkurangnya fungsi ginjal.