SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  11
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan kehormatan atau
komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah mencegah terjadinya perilaku
yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan ketentuan-ketentuan profesional, seperti
kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat melanggar kode etik.


Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti
kode itu berasal dari niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan
profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun demikian, dalam praktek sehari-
hari control ini tidak berjalan dengan mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat dalam anggota-
anggota profesi, seorang profesional mudah merasa segan melaporkan teman sejawat yang
melakukan pelanggaran.

Tetapi dengan perilaku semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik
profesi dan dengan demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang
sebenarnya adalah menempatkan etika profesi di atas pertimbanganpertimbangan lain. Lebih
lanjut masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan kode etik profesi baru
kemudian dapat melaksanakannya.

Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas
dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci
norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah
tersirat dalam etika profesi.

Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan
tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah
dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang guru professional.


Guru memiliki kewajiban untuk membimbing anak didik seutuhnya dengan tujuan membentuk
manusia pembangunan yang pancasila”. Inilah bunyi kode etik guru yang pertama dengan istilah
“berbakti membimbing” yang artinya mengabdi tanpa pamrih dan tidak pandang bulu dengan
membantu (tanpa paksaan, manusiawi). Istilah seutuhnya lahir batin, secara fisik dan psikis. Jadi
guru harus berupaya dalam membentuk manusia pembangunan pancasila harus seutuhnya tanpa
pamrih.


Begitu pula pada guru konselor harus menghormati harkat pribadi, integritas dan keyakinan
kliennya. Apabila kode etik itu telah diterapkan maka konselor ketika berhadapan dalam bidang
apapun demi lancarnya pendidikan diharapkan memiliki kepercayaan dengan clientnya dan tidak
membuat clientnya merasa terseinggung. Etika profesional seorang guru sangat dibutuhkan
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Seorang guru baru dapat disebut
profesional jika telah menaati Kode Etik Keguruan yang telah ditetapkan.

Sebagai pendidik yang professional, Guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara
professional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan professional. Dalam
diskusi pengembangan model pendidikan profesional tetenaga kependidikan,                yang
diselenggarakan PPS IKIP Bandung tahun 1990, dirumuskan 10 ciri profesi, yaitu:


     1. Memiliki fungsi dan signifikan social;
     2. Memiliki keahlian/keterampilan tertentu;
     3. Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah;
     4. Didasarkan atas disiplin ilmuyang jelas;
     5. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama;
     6. Aplikasi dan sosialisasi nilai professional;
     7. Memiliki kode etik;
     8. Kebebasan memberikan pendapat;
     9. Memiliki tanggung jawab professional dan otonomi;
     10. Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.



Syarat Guru Profesional memang merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap guru. Guru
profesional merupakan impian semua guru di tanah air, banyak hal utuk mewujudkan rasa
keprofesionalitas seorang guru seperti sayarat-syarat dibawah. Untuk menjadi seorang guru
profesional tidaklah sulit, karena profesionalnya seorang guru datang dari guru itu sendiri,

Seorang guru sebenarnya memiliki komitmen yang sama yaitu mencerdaskan anak bangsa.
Dewasa ini image seorang guru dimata masyarakat sangatlah susah seorang guru itu menyandang
GURU PROFESIONAL, mengapa demikian? karena masyarakat menilai bahwa guru pada
masa ini tidak seperti guru dimasa abad ke 12 yang memiliki pengabdian tinggi di dunia
pendidikan, Didukung juga dengan adanya berbagai survey kelayakan mengajar yang diadakan
oleh pemerintah. LSM, maupun organisasi lainnya bahwa kelakan mengajar seorang guru
dibawah                                                                              standar.



Berikut         ini       ada        beberapa        Syarat        Guru         Profesional,

1. Komitmen Tinggi
Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat pada pekerjaan yang sedang
dilakukannya.

2. Tanggung Jawab
Seorang profesional harus bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang dilakukannya
sendiri.

3. Berpikir Sistematis
Seorang yang profesional harus mampu berpikir sitematis tentang apa yang dilakukannya dan
belajar dari pengalamannya.

4.   Penguasaan Materi
Seorang profesional harus menguasai secara mendalam bahan / materi pekerjaan yang sedang
dilakukannya.

5. Menjadi bagian masyarakat professional
Seyogyanya seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan
profesinya.

Mudah mudahan anda semua termasuk dalam syarat guru profesional,


Sudjana (dalam Mustafa, 2005) menjelaskan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi
guru yang mengakibatkan rendahnya citra guru disebabkan oleh faktor berikut:



   1. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapa pundapat menjadi guru asalkan ia
      berpengetahuan
   2. Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang
      yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru; dan
   3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan
      profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk
      kepuasan dan kepentingan pribadinya.


Syah (2000) menyorot rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme guru, penguasaan guru
terhadap materi dan metode pengajaran yang masih berada di bawah standar, sebagai penyebab
rendahnya mutu guru yang bermuara pada rendahnya citra guru. Secara rinci dari aspek guru
rendahnya                      mutu                         guru                   menurut
Sudarminta (dalam Nlujiran, 2005) antara Iain tampak dari gejala-gejala berikut:


   1. Lemahnya penguasaan bahan yang diajarkan;
   2. Ketidaksesuaian antara bidang Studi yang dipelajari guru dan yang dalam kenyataan
      Iapangan yang diajarkan;
   3. Kkurang efektifnya cara pengajaran;
   4. Kurangnya wibawa guru di hadapan murid;
   5. Lemahnya motivasi dan dedikasi untuk menjadi pendidik yang sungguh-sungguh;
      semakin banyak yang kebetulan menjadi guru dan tidak betul- betul menjadi guru;
   6. Kurangnya kematangan emosional, kemandirian berpikir, dan keteguhan sikap dalam
      cukup banyak guru sehingga dari kepribadian mereka sebenarnya tidak siap sebagai
      pendidik; kebanyakan guru dalam hubungan dengan murid masih hanya berfungsi
      sebagai pengajar dan belum sebagai pendidik; dan
   7. Relatif rendahnya tingkat intelektual para mahasiswa calon guru yang masuk LPTK
      (Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan) dibandingkan dengan yang masuk
      Universitas.
Uraian di atas memberikan penekanan bahwa profesionalisme merupakan Salah satu garansi bagi
peningkatan citra guru. Hal ini sejalan dengan pesan penting yang muncul dalam Undang-
undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Pengakuan guru dan dosen sebagai profesi
diharapkan dapat memacu tumbuhnya kesadaran terhadap mutu dan gilirannya akan
meningkatkan citra guru di tengah masyarakat. Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 7 (1) bahwa
profesi guru dan dosen mempakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip                                                                      tertentu.

Sanusi (1991) menunjuk ciri-ciri profesi, mencakup fungsi dan signifikansi sosial dari profesi
tersehut, keterampilan para anggota profesi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau Iatihan
yang akuntabel, adanya disiplin ilmu yang kokoh, kode etik, dan adanya imbalan finansial dan
material yang sepadan. Kemudian, secara teknis penguatan profesionalisme itu dikaitkan dengan
pentingnya perhatian terhadap kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa Salah satu upaya untuk meningkatkan citra guru adalah dengan menguasai
kompetensi guru dengan baik.



Citra Guru dalam Masyarakat Modern
Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi yang profesional jika
hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik
kelas, dan lulus ujian. Masyarakat modern menganggap kompetensi guru belum lengkap jika
hanya dilihat dari keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru
terhadap perubahan dan inovasi.

Bagi masyarakat modern, eksistensi guru yang mandiri, kreatif, dan inovatif merupakan salah
satu aspek penting untuk membangun kehidupan bangsa. Banyak ahli berpendapat bahwa
keberhasilan negara Asia Timur (Cina, Korsel dan Jepang) muncul sebagai negara industri baru
karena didukung oleh penduduk/SDM terdidik dalam jumlah yang memadai sebagai hasil
sentuhan manusiawi guru.

Salah satu bangsa modern yang menghargai profesi guru adalah bangsa Jepang. Bangsa Jepang
menyadari bahwa guru yang bermutu merupakan kunci keberhasilan pem bangunan. She no on
wa yama yori mo ta/(ai umiyorimo fu/(ai yang berarti jasa guru lebih tinggi dari gunung yang
paling tinggi, lebih dalam dari laut paling dalam. Hal ini merupakan ungkapan penghargaan
bangsa Jepang terhadap profesi guru.
Guru pada sejumlah negara maju sangat dihargai karena guru secara spesifik,


   1. Memiliki kecakapan dan kemampuan untuk memimpin dan mengelola pendidikan;
   2. Memiliki ketajaman pemahaman dan kecakapan intektual, cerdas emosional dan sosial
      untuk membangun pendidikan yang bermutu; dan
   3. Memiliki perencanaan yang matang, bijaksana, kontekstual dan efektil untuk membangun
      humanware (SDIVI) yang unggul, bermaltabat dan memiliki daya saing.
Keunggulan mereka adalah terus maju untuk mencapai yang terbaik dan memperbaiki yang
terpuruk. Mereka secara berkelanjutan (sustainable) terus menigkatkan mutu diri dari guru biasa
ke guru yang baik dan terus berupaya meningkat ke guru yang Iebih baik dan akhirnya menjadi
guru yang terbaik, yang mampu memberi inspirasi, ahli dalam materi, memiliki moral yang
tinggi dan menjadi teladan yang baik bagi siswa.

Di negara kita, guru yang memiliki keahlian spesialisasi harus diakui masih Iangka. Walaupun
sudah sejak puluhan tahun disiapkan, namun hasilnya masih belum nampak secara nyata. Ini
disebabkan karena masih cukup banyak guru yang belum memiliki konsep diri yang baik,
tidaktepat menyandang predikat sebagai guru, dan mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai
dengan keahliannya (m/Vsmatch). Semuanya terjadi karena kemandirian guru belum nampak
secara nyata, yaitu sebagian guru belum mampu melihat konsep dirinya (self consept), ide
dirinya (self idea), dan realita dirinya (selfr eality). Tipe guru sepeni ini mustahil dapat
menciptakan suasana kegiatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).

Guru adalah bagian dari kesadaran sejarah pendidikan di dunia. Citra guru berkembang dan
berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia terhadap
pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Dalam hal ini profesi guru pada mulanya dikonsep sebagai
kemampuan memberi dan mengembangkan pengetahuan pesena didik. Namun, beberapa
dasawarsa terakhir konsep, persepsi, dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser.

Hal itu selain karena perubahan pandangan manusia-masyarakat terhadap integritas seseorang
yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, juga karena perkembangan yang cukup
radikal di bidang pengetahuan dan teknologi, terutama bidang informasi dan komunikasi, yang
kemudian mendorong pengembangan media belajar dan paradigma teknologi pendidikan. Dalam
perkembangan berikutnya, sekaligus sebagai biasnya, guru mulai mengalami dilema eksistensial.
Artinya, penguasaan ilmu pengetahuan tidak lagi menjadi hegemoni guru, tetapi menyebar seluas
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti dunia penerbitan, buku, majalah,
koran, Serta media elektronik lainnya. Untukitu, posisi krusial guru perlu dijernihkan tatkala kita
hendak merumuskan kembali pendidikan yang Iebih memajukan masa depan generasi
berikutnya.

Dengan demikian, para guru dituntut tampil lebih profesional, lebih tinggi ilmu pengetahuannya
dan lebih cekatan dalam penguasaan teknologi komunikasi dan informasi. Artinya, guru mau
tidak mau dan dituntut harus terus meningkatkan kecakapan dan pengetahuannya selangkah ke
depan lebih dari pengetahuan masyarakat dan anak didiknya. Dalam kehidupan bermasyarakat
pun guru diharapkan lebih bermoral dan berakhlak daripada masyarakat kebanyakan, tetapi di
situlah muncul problem tatkala para guru tidak memiliki kemampuan materi untuk memiliki
segala akses dan jaringan informasi sepeti TV, buku-buku, majalah, dan koran. Guru-guru
memiliki gaji dan tunjangan yang jauh dari cukup untuk meningkatkan profesinya sekaligus
memperkaya informasi mengenai perkembangan pengetahuan dan berbagai dinamika kehidupan
modern. Sehingga, rasanya sangat sulit di era modern ini guru dapat tampil lebih profesional,
memiliki tanggung jawab moral profesi sebagai konsekuensi etisnya
Mengelolah Sumber Belajar Oleh Guru
BAGAIMANA MENGELOLA SUMBER BELAJAR

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pendidik (guru) dalam mengelola sumber belajar:

       Pendidik (guru) bisa mengenal, memilih dan menggunakan sumber belajar. Dalam hal ini
       perlu selektif, karena dalam menggunakan sesuatu media itu juga harus
       mempertimbangkan komponen-komponen yang lain dalam proses belajar mengajar,
       misalnya apa materinya dan metode apa yang harus dipakai.

       Pendidik (guru) membuat alat-alat bantu pembelajaran yang sederhana. Maksudnya agar
       mudah didapat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda.

       Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar.
       Misalnya untuk kegiatan penelitian, eksperimen dan lain-lain.

       Menggunakan buku pegangan atau buku sumber. Buku sumber perlu lebih dari satu
       kemudian ditambah buku-buku yang lain yang dapat menunjang dalam proses
       pembelajaran.

       Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru dituntut
       dapat mengelola perpustakaan agar dapat memberikan kemudahan bagi si anak didik
       (peserta didik)


BAGAIMANA MENGELOLA ISI PEMBELAJARAN :

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pendidik (guru) dalam mengelola isi pembelajaran:

   1. Pendidik (guru) harus menguasai isi materi pembelajaran yang di ajarkan terhadap anak
      didik (peserta didik)
   2. Pendidik (guru) harus mampu bisa menyampaikan materi pembelajaran yang di ajarkan
      terhadap anak didik (peserta didik)
   3. Pendidik (guru) harus bisa mengkoordinir peserta didik dalam menyelesaikan materi
      yang disampaikan.
   4. Pendidik (guru) harus memberikan suatu evaluasi terhadap anak didik. Tujuan meberikan
      suatu evaluasi ini adalah agar sejauh mana materi yang disampaikan atau yang diajarkan
      bisa diserap oleh peserta didik

   5.Tantangan Guru Sebagai Tenaga
     Profesional
   6. Pembahasan sebelumnya memberikan gambaran bahwa secara konsep gur sebagai tenaga
      profesional harus memenuhi berbagai persyaratan kompetensi untuk menjalankan tugas
dan kewenangannya secara profesional, sementara kondisi riil di lapangan masih amat
     memperhatikan, baik secara kuantitas, kualitas maupun profesionalitas guru. Persoalan
     ini masih ditambah adanya berbagai tantangan ke depan yang masih kompleks di era
     global ini. Berikut ini diuraikan sejauh mana tantangan guru di masa depan sebagai
     wawasan dalam rangka menambah khasanah untuk dipergunakan sebagai pertimbangan
     dalam meningkatkan profesionalisme guru.
7.
8.
     Sebagai seorang profesional, guru seharusnya memiliki kapasitas yang memadai untuk
     melakukan tugas membimbing, membina, dan mengarahkan peserta didik dalam
     menumbuhkan semangat keunggulan, motivasi belajar, dan memiliki kepribadian serta
     budi pekerti luhur yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Namun emikian, kita
     semua mengetahui bahwa begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh seorang guru
     dalam upaya untuk melaksanakan tugasnya secara profesional di masa datang, yaitu
     dalam menghadapi masyarakat abad 21.
9.
10. A. Gambaran Masyarakat Abad 21
11.
    Untuk memberikan gambaran tentang tantangan guru yang prfeesional di masa depan,
    perlu melihat karakteristik masyarakat di era globalisasi dikaitkan dengan peran
    pendidikan. Menurut Tilaar (1999), setidaknya terdapat tiga karakteristik masyarakat di
    abad 21, yaitu: (1) masyarakat teknologi; (2) masyarakat terbuka; (3) masyarakat madani.
12.
13. a. Masyarakat Teknologi
14.
    Masyarakat teknologi yang dimaksud adalah suatu masyarakat yang telah melek
    teknologi dan menggunakan berbagai aplikasi teknologi, sehingga dapat mengubah cara
    berfikir dan bertindak bahkan mengubah bentuk dan pola hidup manusia yang sama
    sekali berlainan dengan kehidupan sebelumnya. Kemajuan teknologi kkomunikasi telah
    mebuat jarak dan waktu semakin pendek dan cepat, sehingga seolah-olah dunia menjadi
    satu tanpa ada sekat yang membatasi bangsa-bangsa, negara-negara, bahkan pribadi-
    pribadi. Kemajuan teknologi dapat memajukan kehidupan manusia, tetapi dapat pula
    menghancurkan kebudayaan umat manusia. Untukitu, dalam mengiringi kemajuan
    teknologi tersebut diperlukan upaya penghayatan, di samping penguasaan teknologi itu
    sendiri.
15.
    Dalam maysarakat seperti itu, peran pendidikan sangat penting dan strategis, terutama
    dalam memberikan bimbingan, dorongan, semangat, dan fasilitas kepada masyarakat dan
    peserta didik untukmemperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan menggunakan
    teknologi. Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah peran pendidikan dalam memberikan
    arahan dan bimbingan agar penguasaana teknologi tidak menjadi bumerang bagi
    masyarakat, yang disebabkan kurangnya penghayatan terhadap etika.
16.
17. Pendidikan dapat menumbuhkan pemahaman etika yang benar, agar kehidupan manusia
    tidak terancam oleh karena kemjuan teknologi itu sendiri. Manakala pendidikan
    mengisyaratkan adanya keharusan peserta didik untuk menguasai teknologi, maka tentu
tidak kalah pentingnya peran guru itu sendiri untuk lebih dulu menguasai ilmu
   pengetahuan dan teknologi agar dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan
   teknologi terkini kepada peserta didiknya.
18.
19. b. Masyarakat Terbuka
20.
    Lahirnya teknologi komunikasi yang demikian maju, membuat dunia menjadi satu seolah
    tanpa sekat, sehingga komunikasi antar pribadi menjadi makin dekat dan hampir tanpa
    hambatan, yang pada akhirnya melahirkan masyarakat terbuka. Dalam masyarakat
    terbuka, antara bangsa satu dengan bangsa lain dapat saling mempengaruhi dalam
    berbagai hal, termasuk mempengaruhi budaya bangsa lain. Hal itu mengancam kehiudpan
    masyarakat lain oleh karena adanya kemungkinan penguasaan atau dominasi oleh mereka
    yang lebih kuat, yang berprestasi dan yang memilikimodal terhadap masyarakat yang
    lemah, tidak berdaya dan miskin.
21.
22. Untuk itu, dalam masyarakat terbuka diperlukan manusia yang mampu mengembangkan
    kapasitasnya agar menjadi manusia dan bangsa yang kuat, ulet, kreatif, disiplin, dan
    berprestasi, sehingga tidak menjadi korban dan tertindas oleh zaman yang penuh dengan
    persaingan.
23.
    Setiap manusia mempunyai kesempatan yang tidak terbatas untuk belajar dan
    megnembangkan diri atau bahakan melalui kapasitasnya memberikan sumbangankepada
    masyarakat lainnya, baik masyarakat lokal maupun masyarakat dunia. Tetapi sebaliknya,
    bila kapasitas sumber daya manusia itu tidak dikembangkan, maka akan menjadi manusia
    dan masyarakat yang lemah dan tidak berdaya, yang pada akhinya akan menjadi boneka
    atau korban bagi mereka yang lebihkuat, lebih kreatif dan memiliki ilmu pengetahuan
    dan teknologi. Peran pendidikan sangatlah penting untuk meningkatkan harkat dan
    martabat suatu masyarakat dan bangsa, agar tidak menjadi bangsa pelayan yang dapat
    diperintah bangsa lain.
24.
25. c. Masyarakat Madani
26.
    Masyarakat madani merupakan wujud dari suatu masyarakat terbuka, di mana setiap
    individu mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
    keterampilan menggunakan teknologi, berkarya, berprestasi dan memberikan sesuatu
    sesuai dengankapasitasnya. Masayraakat madani tumbuh berkembang dalam suatu
    masyarakat yang saling hormat-menghormati, bukan atas dasar asal-usul atau keturunan,
    tetapi berdasarkan pada kemampuan individual, memiliki toleransi dan tanggungjawab
    terhadap kehiudpan pribadi maupun masyrakatnya, serta menjunjung tinggi rasa
    kebersamaan untuk mencapai kesejahteraan bersama.
27.
28. Masyarakat madani adalah masyarakat yang saling menghargai satu dengan yang lain,
    yang mengakui akan hak-hak asasi manusia, yang menghormati prestasi individual, dan
    masyarakat yang turut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dari
    masyarakatnya, termasuk nilai-nilai etis yang diyakini kebenarannya.
29.
      Masyarakat madani tumbuh dan berkembang bukan dengan sendirinya dan bukan tanpa
      upaya terencana, tetapi masyarakat yang dibangun melalui pendidikan. Kunci
      terwujudnya masyarakat madani adalah pendidikan, karena melalui pendidikan dapat
      dibangun sumberdaya yang berkualitas dengna kepribadian yang sesuai dengan budaya
      serta kesadaran individu hidup berdampingna untuk mencapai tujuan bersama.
30.
31. B. Tantangan Guru Sebagai Tenaga Profesional
32.
    Berdasarkan paparan di atas, setidaknya kita dapat memperoleh gambaran tentang apa
    dan bagaimana karakteristik masyarakat pada abad 21 dan apa peran pendidikan pada
    masa yang akan datang serta tantangan bagi seorang guru untuk menyikapinya.
    Pendidikan pada dasarnya tidak terlepas dari peran penting guru sebagai tulang punggung
    dan penopang utama dalam proses penyelenggaraan pendidikan.
33.
34. Tantangan guru profesional untuk menghadapi masyarakat abad 21 tersebut dapat
    dibedakan menjadi tantangna yang bersifat internal dan kesternal. Tantangan intenal
    adalah tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia, diantaranya
    penguatan nilai kesatuan dan pembinaan moral bangsa, pengembangan nilai-nilai
    demokrasi, pelaksanaan otonomi daerah, dan fenomena rendahnya mutu pendiidkan.
    Sementara tantangan eksternal adalah tantangan guru profesional dalam menghadapi
    abad 21 dan sebagai bagian dari masyarakat dunia di era global.
35.
36. 1. Tantangan Internal
37.
    a. Penguatan nilai kesatauan dan pembinaan moral bangsa
38.
    Krisis yang berkepanjangan memberi kesan keprihatinan yang dalam dan menimbulkan
    berbagai dampak yang tidak menguntungkan terhadap kehidupan bermasyarakat di
    Indonesia. Hal itu terutama dapat dilihat mulai adanya gejala menurunnya tingkat
    kepercayaan masyarakat, menurunnya rasa kebersamaan, lunturnya rasa hormat dengan
    orang tua, sering terjadinya benturan fisik antara peserta didik, dan mulai adanya indikasi
    tidak saling menghormati antara sesama teman, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat
    mengancam kesatuan dan persatuan sebagai bangsa.
39.
    Pendidikan berupaya menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik dan tantangan
    nyata bagi guru adalah bagaimana seorang guru memilikikepribadian yang kuat dan
    matang untuk dapat menanamkan nilai-nilai moral dan etika serta meyakinkan peserta
    didik terhadap pentingnya rasa kesatuan sebagai bangsa. Rasa persatuan yang telah
    berhasil ditanam berarti bahwa seseorang merasa bangga menjadi bangsa Indonesia yang
    berarati pula bangsa terhadap kebudayaan Indoensia yang menjunjung tinggi etika dan
    nilai luhur untuk siap menjadi masyarakat abad 21 yang kuat dan dapat mewujudkan
    demokrasi dalam arti sebenarnya.
40.
41. b. Pengembangan nilai-nilai demokrasi
42.
      Demokrasi dalam bidang pendidikan adalah membangun nilai-nilai demokratis, yaitu
      kesamaan hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang layak dan juga
      kewajiban yang sama bagi masyarakat untuk membangun pendidikan yang bermutu.
      Dalam pengertian ini, guru sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan
      itu sendiri mempunyai tantangan bagiamana membantu dan mengembangkan diri peserta
      didik menjadi manusia yang tekin, kreatif, kritis, dan produktif dan tidak sekedar menjadi
      manusia yang selalu mengekor seperti „bebek‟ yang hanya menerima petunjuk dari atasan
      dalam mewujudkan pendidikan yang demokratis, perlu dilakukan berbagai penyesuaian
      dalam sistem pendidikan nasional.
43.
44. Sejalan dengan itu, pemberlakuan otonomi daerah memberikan peluang melakukan
    berbagai perubahan dalam penataan sistem pendidikan yang pada hakekatnya adalah
    memberikan kesempatan lebih besar kepad adaerah dan sekolah untuk mengembangkan
    proses pendidikan yang bermutu sesuai dengan potensi yang dimilikinya, termasuk
    potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai bentuk untuk membantu
    meningkatkan mutu pendidikan.
45.
    Pendidikan berbasis masyarakat dan manajemen berbasis sekolah merupakan perwujudan
    nyata dari demokrasi dan desentralisasi pendidikan yang bertujuan untuk lebih
    memberdayakan sekolah dan masyarakat dalam proses pendidikan demi mencapai
    prestasi sesuai kemampuannya. Guru memiliki peran strategis dalam rangka mewujudkan
    prestasi bagi peserta didiknya. Untuk itu, tantangan bagi guru dalam wacana
    desentralisasi pendidikan adalah bagaimana melakukan inovasi pembelajaran sehingga
    dapat membimbing dan menuntun peserta didik mencapai prestasi yang diharapkan.
46.
47. c. Fenomena rendahnya mutu pendidikan
48.
    Berbagai hasil studi dan pengamatan terhadap mutu pendidikan pada berbagai negara
    menunjukkan bahwa secara makro mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, dan
    bahkan secara nilai rata-rata di bawah peringkat negara Asean lainnya. Walaupun
    demikian, secara individual ada beberapa diantara peserta didik mampu menunjukkan
    prestasinya di lomba-lomba bertaraf internasional, seperti pada Olimpiade Fisika. Untuk
    mewujudkan masyarakat yang cerdas, diperlukan proses pendidikan yang bermutu dan
    kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah mutu guru. Proses pendidikan
    dalma masyarakat abad 21 adalah suatu interaksi antara guru dengna peserta didik sesuai
    dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat yang demokratis
    dan terbuka.
49.
50. Masyarakat yang demikian menuntut adanya pelayanan yang profesional dari para
    pelakunya dan guru adalah seorang profesional dalam masyarakat seperti itu. Dengan
    kata lain, guru dituntut untuk berperlaku dan memiliki karakteristik profesional oleh
    karena tuntutan dan sifat pekerjaanya dan bersaing dengan profesi-profesi lainnya. Dalam
    masyarakat abad 21, hanya akan menerima seoran gyang profesional dalam bidang
    pekerjaannya. Tantangan guru pada masyarakat abad 21 aldaha bagaimana menjadi
    seorang guru yang profesional untuk membangun masyarakat yang mandiri, memiliki
ilmu pengetahuan dan teknologi, berprestasi, saling menghormati atas dasar kemampuan
   individual, menjunjung tinggi rasa kebersamaan, dan mematuhi nilai-nilai hukum yang
   berlaku dan disepakati bersama.
51.
52. 2. Tantangan Eksternal

Kecenderungan kehidupan dalam era globalisasi adalah mempunyai dimensi domestik dan
global, yaitu kehidupan dalam dunia yang terbuka dan seolah tanpa batas, tetapi tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Dengan situasi kehidupan demikian, akan melahirkan
tantangan dan peluang untuk meningkatkan taraf hidup bagi masyarakatnya, termasuk para
guru yang profesional.
53.
    Kehidupan global yang terbuka, seakan-akan dunia seperti sebuah kampuang dengan ciri
    perdagangan bebas, kompetisi dan kerjasama yang saling menguntungkan, memerlukan
    manusia yang bermutu dan dapat bersaing dengan sehat. Dalam melakukan persaingan,
    diperlukan mutu individu yang kreatif dan inovatif. Kemampuan individu untuk bersaing
    seperti itu, hanya dapat dibentuk oleh suatu sistem pendidikan yang kondusif dan
    memiliki guru yang profesional dalam bidangnya.
54.
55. Untuk itu, tantangan bagi guru profresional dalam menghadapi globalisasi adalah
    bagaimana guru yang mampu memberi bekal kepada peserta didik, selain ilmu
    pengetahuan dan teknologi, juga menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan
    kompetitif. Dengan demikian par asisiwa mempunyai bekal yang memadai, tidak hanya
    dalam hal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang relevan tetapi juga memiliki karakter
    dan kepribadian yang kuat sebagai bangsa Indonesia.

Contenu connexe

Tendances

KISI - KISI U. T. S PK
KISI - KISI U. T. S PK KISI - KISI U. T. S PK
KISI - KISI U. T. S PK Shiltima Wiska
 
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN Cescashinta
 
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah profesi kependidikan
Makalah profesi kependidikanMakalah profesi kependidikan
Makalah profesi kependidikanSeprina Andriani
 
Profesi kependidikan
Profesi kependidikanProfesi kependidikan
Profesi kependidikanLeo Da Mees
 
Makalah Profesi Kependidikan
Makalah Profesi KependidikanMakalah Profesi Kependidikan
Makalah Profesi Kependidikanwahyusrisayekti
 
Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)
Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)
Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)R Nadhir
 
Hakekat profesi keguruan dan perundang undangan
Hakekat profesi keguruan dan perundang undanganHakekat profesi keguruan dan perundang undangan
Hakekat profesi keguruan dan perundang undanganRhea Xtris
 
Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALArtikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALAfifah Asra
 
Esensi dan Ranah Profesi Kependidikan
Esensi dan Ranah Profesi KependidikanEsensi dan Ranah Profesi Kependidikan
Esensi dan Ranah Profesi KependidikanAdy Setiawan
 

Tendances (19)

KISI - KISI U. T. S PK
KISI - KISI U. T. S PK KISI - KISI U. T. S PK
KISI - KISI U. T. S PK
 
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
 
Makalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi GuruMakalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi Guru
 
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Hakikat profesi
Hakikat profesiHakikat profesi
Hakikat profesi
 
Makalah profesi kependidikan
Makalah profesi kependidikanMakalah profesi kependidikan
Makalah profesi kependidikan
 
Profesi kependidikan
Profesi kependidikanProfesi kependidikan
Profesi kependidikan
 
Makalah Profesi Kependidikan
Makalah Profesi KependidikanMakalah Profesi Kependidikan
Makalah Profesi Kependidikan
 
Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)
Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)
Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)
 
Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3
 
Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2
 
Hakekat profesi keguruan dan perundang undangan
Hakekat profesi keguruan dan perundang undanganHakekat profesi keguruan dan perundang undangan
Hakekat profesi keguruan dan perundang undangan
 
Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Profesi Keguruan
Profesi KeguruanProfesi Keguruan
Profesi Keguruan
 
Silabus profesi keguruan
Silabus profesi keguruanSilabus profesi keguruan
Silabus profesi keguruan
 
Teknik2 kons
Teknik2 konsTeknik2 kons
Teknik2 kons
 
Profesionalisasi Guru
Profesionalisasi GuruProfesionalisasi Guru
Profesionalisasi Guru
 
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALArtikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
 
Esensi dan Ranah Profesi Kependidikan
Esensi dan Ranah Profesi KependidikanEsensi dan Ranah Profesi Kependidikan
Esensi dan Ranah Profesi Kependidikan
 

Similaire à Fungsi kode etik guru

Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruMakalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruSeptian Muna Barakati
 
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifMakalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifM Haris Wijaya
 
guru profesional.pptx
guru profesional.pptxguru profesional.pptx
guru profesional.pptxBundajaisy
 
Laluan kerjaya dalam profesion keguruan
Laluan kerjaya dalam profesion keguruanLaluan kerjaya dalam profesion keguruan
Laluan kerjaya dalam profesion keguruanMunirah Muni
 
Ciri-ciri profesi kependidikan.pptx
Ciri-ciri profesi kependidikan.pptxCiri-ciri profesi kependidikan.pptx
Ciri-ciri profesi kependidikan.pptxMutiaraBilqis5
 
Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanRiris Purbosari
 
PPT ORGANISASI PROFESI GURU
PPT ORGANISASI PROFESI GURUPPT ORGANISASI PROFESI GURU
PPT ORGANISASI PROFESI GURUNelisNovita
 
PROFESI PENDIDIKAN (SIAP PROFESIONALISME DAN ORGANISASI PROFESI)
PROFESI PENDIDIKAN (SIAP PROFESIONALISME DAN ORGANISASI PROFESI)PROFESI PENDIDIKAN (SIAP PROFESIONALISME DAN ORGANISASI PROFESI)
PROFESI PENDIDIKAN (SIAP PROFESIONALISME DAN ORGANISASI PROFESI)Arjuna Ahmadi
 
artikel jurnal profesi kependidikan .pdf
artikel jurnal profesi kependidikan .pdfartikel jurnal profesi kependidikan .pdf
artikel jurnal profesi kependidikan .pdfFransiskusWidarto2
 
Makalah tik
Makalah tikMakalah tik
Makalah tikuwidewi
 
Sasaran dan Pengembangan Sikap Profesional Guru.pptx
Sasaran dan Pengembangan Sikap Profesional Guru.pptxSasaran dan Pengembangan Sikap Profesional Guru.pptx
Sasaran dan Pengembangan Sikap Profesional Guru.pptxFidelaNiam
 
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guruRatih Ginarti
 

Similaire à Fungsi kode etik guru (20)

Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruMakalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
 
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifMakalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
 
Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3
 
BAB 1.pptx
BAB 1.pptxBAB 1.pptx
BAB 1.pptx
 
guru profesional.pptx
guru profesional.pptxguru profesional.pptx
guru profesional.pptx
 
Laluan kerjaya dalam profesion keguruan
Laluan kerjaya dalam profesion keguruanLaluan kerjaya dalam profesion keguruan
Laluan kerjaya dalam profesion keguruan
 
Ciri-ciri profesi kependidikan.pptx
Ciri-ciri profesi kependidikan.pptxCiri-ciri profesi kependidikan.pptx
Ciri-ciri profesi kependidikan.pptx
 
Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi Pendidikan
 
Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3
 
PPT ORGANISASI PROFESI GURU
PPT ORGANISASI PROFESI GURUPPT ORGANISASI PROFESI GURU
PPT ORGANISASI PROFESI GURU
 
Profesi keguruan
Profesi keguruanProfesi keguruan
Profesi keguruan
 
PROFESI PENDIDIKAN (SIAP PROFESIONALISME DAN ORGANISASI PROFESI)
PROFESI PENDIDIKAN (SIAP PROFESIONALISME DAN ORGANISASI PROFESI)PROFESI PENDIDIKAN (SIAP PROFESIONALISME DAN ORGANISASI PROFESI)
PROFESI PENDIDIKAN (SIAP PROFESIONALISME DAN ORGANISASI PROFESI)
 
Makalah Paedagogik
Makalah PaedagogikMakalah Paedagogik
Makalah Paedagogik
 
Makalah umi syahda
Makalah umi syahdaMakalah umi syahda
Makalah umi syahda
 
artikel jurnal profesi kependidikan .pdf
artikel jurnal profesi kependidikan .pdfartikel jurnal profesi kependidikan .pdf
artikel jurnal profesi kependidikan .pdf
 
Makalah tik
Makalah tikMakalah tik
Makalah tik
 
Sasaran dan Pengembangan Sikap Profesional Guru.pptx
Sasaran dan Pengembangan Sikap Profesional Guru.pptxSasaran dan Pengembangan Sikap Profesional Guru.pptx
Sasaran dan Pengembangan Sikap Profesional Guru.pptx
 
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
 
Abul
AbulAbul
Abul
 
Karakteristik guru
Karakteristik guruKarakteristik guru
Karakteristik guru
 

Fungsi kode etik guru

  • 1. Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti kode itu berasal dari niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun demikian, dalam praktek sehari- hari control ini tidak berjalan dengan mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat dalam anggota- anggota profesi, seorang profesional mudah merasa segan melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan perilaku semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi dan dengan demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang sebenarnya adalah menempatkan etika profesi di atas pertimbanganpertimbangan lain. Lebih lanjut masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan kode etik profesi baru kemudian dapat melaksanakannya. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang guru professional. Guru memiliki kewajiban untuk membimbing anak didik seutuhnya dengan tujuan membentuk manusia pembangunan yang pancasila”. Inilah bunyi kode etik guru yang pertama dengan istilah “berbakti membimbing” yang artinya mengabdi tanpa pamrih dan tidak pandang bulu dengan membantu (tanpa paksaan, manusiawi). Istilah seutuhnya lahir batin, secara fisik dan psikis. Jadi guru harus berupaya dalam membentuk manusia pembangunan pancasila harus seutuhnya tanpa pamrih. Begitu pula pada guru konselor harus menghormati harkat pribadi, integritas dan keyakinan kliennya. Apabila kode etik itu telah diterapkan maka konselor ketika berhadapan dalam bidang apapun demi lancarnya pendidikan diharapkan memiliki kepercayaan dengan clientnya dan tidak membuat clientnya merasa terseinggung. Etika profesional seorang guru sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Seorang guru baru dapat disebut profesional jika telah menaati Kode Etik Keguruan yang telah ditetapkan. Sebagai pendidik yang professional, Guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan professional. Dalam
  • 2. diskusi pengembangan model pendidikan profesional tetenaga kependidikan, yang diselenggarakan PPS IKIP Bandung tahun 1990, dirumuskan 10 ciri profesi, yaitu: 1. Memiliki fungsi dan signifikan social; 2. Memiliki keahlian/keterampilan tertentu; 3. Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah; 4. Didasarkan atas disiplin ilmuyang jelas; 5. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama; 6. Aplikasi dan sosialisasi nilai professional; 7. Memiliki kode etik; 8. Kebebasan memberikan pendapat; 9. Memiliki tanggung jawab professional dan otonomi; 10. Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya. Syarat Guru Profesional memang merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap guru. Guru profesional merupakan impian semua guru di tanah air, banyak hal utuk mewujudkan rasa keprofesionalitas seorang guru seperti sayarat-syarat dibawah. Untuk menjadi seorang guru profesional tidaklah sulit, karena profesionalnya seorang guru datang dari guru itu sendiri, Seorang guru sebenarnya memiliki komitmen yang sama yaitu mencerdaskan anak bangsa. Dewasa ini image seorang guru dimata masyarakat sangatlah susah seorang guru itu menyandang GURU PROFESIONAL, mengapa demikian? karena masyarakat menilai bahwa guru pada masa ini tidak seperti guru dimasa abad ke 12 yang memiliki pengabdian tinggi di dunia pendidikan, Didukung juga dengan adanya berbagai survey kelayakan mengajar yang diadakan oleh pemerintah. LSM, maupun organisasi lainnya bahwa kelakan mengajar seorang guru dibawah standar. Berikut ini ada beberapa Syarat Guru Profesional, 1. Komitmen Tinggi Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat pada pekerjaan yang sedang dilakukannya. 2. Tanggung Jawab Seorang profesional harus bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang dilakukannya sendiri. 3. Berpikir Sistematis Seorang yang profesional harus mampu berpikir sitematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya. 4. Penguasaan Materi
  • 3. Seorang profesional harus menguasai secara mendalam bahan / materi pekerjaan yang sedang dilakukannya. 5. Menjadi bagian masyarakat professional Seyogyanya seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan profesinya. Mudah mudahan anda semua termasuk dalam syarat guru profesional, Sudjana (dalam Mustafa, 2005) menjelaskan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru yang mengakibatkan rendahnya citra guru disebabkan oleh faktor berikut: 1. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapa pundapat menjadi guru asalkan ia berpengetahuan 2. Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru; dan 3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya. Syah (2000) menyorot rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme guru, penguasaan guru terhadap materi dan metode pengajaran yang masih berada di bawah standar, sebagai penyebab rendahnya mutu guru yang bermuara pada rendahnya citra guru. Secara rinci dari aspek guru rendahnya mutu guru menurut Sudarminta (dalam Nlujiran, 2005) antara Iain tampak dari gejala-gejala berikut: 1. Lemahnya penguasaan bahan yang diajarkan; 2. Ketidaksesuaian antara bidang Studi yang dipelajari guru dan yang dalam kenyataan Iapangan yang diajarkan; 3. Kkurang efektifnya cara pengajaran; 4. Kurangnya wibawa guru di hadapan murid; 5. Lemahnya motivasi dan dedikasi untuk menjadi pendidik yang sungguh-sungguh; semakin banyak yang kebetulan menjadi guru dan tidak betul- betul menjadi guru; 6. Kurangnya kematangan emosional, kemandirian berpikir, dan keteguhan sikap dalam cukup banyak guru sehingga dari kepribadian mereka sebenarnya tidak siap sebagai pendidik; kebanyakan guru dalam hubungan dengan murid masih hanya berfungsi sebagai pengajar dan belum sebagai pendidik; dan 7. Relatif rendahnya tingkat intelektual para mahasiswa calon guru yang masuk LPTK (Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan) dibandingkan dengan yang masuk Universitas.
  • 4. Uraian di atas memberikan penekanan bahwa profesionalisme merupakan Salah satu garansi bagi peningkatan citra guru. Hal ini sejalan dengan pesan penting yang muncul dalam Undang- undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Pengakuan guru dan dosen sebagai profesi diharapkan dapat memacu tumbuhnya kesadaran terhadap mutu dan gilirannya akan meningkatkan citra guru di tengah masyarakat. Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 7 (1) bahwa profesi guru dan dosen mempakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Sanusi (1991) menunjuk ciri-ciri profesi, mencakup fungsi dan signifikansi sosial dari profesi tersehut, keterampilan para anggota profesi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau Iatihan yang akuntabel, adanya disiplin ilmu yang kokoh, kode etik, dan adanya imbalan finansial dan material yang sepadan. Kemudian, secara teknis penguatan profesionalisme itu dikaitkan dengan pentingnya perhatian terhadap kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa Salah satu upaya untuk meningkatkan citra guru adalah dengan menguasai kompetensi guru dengan baik. Citra Guru dalam Masyarakat Modern Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi yang profesional jika hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik kelas, dan lulus ujian. Masyarakat modern menganggap kompetensi guru belum lengkap jika hanya dilihat dari keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru terhadap perubahan dan inovasi. Bagi masyarakat modern, eksistensi guru yang mandiri, kreatif, dan inovatif merupakan salah satu aspek penting untuk membangun kehidupan bangsa. Banyak ahli berpendapat bahwa keberhasilan negara Asia Timur (Cina, Korsel dan Jepang) muncul sebagai negara industri baru karena didukung oleh penduduk/SDM terdidik dalam jumlah yang memadai sebagai hasil sentuhan manusiawi guru. Salah satu bangsa modern yang menghargai profesi guru adalah bangsa Jepang. Bangsa Jepang menyadari bahwa guru yang bermutu merupakan kunci keberhasilan pem bangunan. She no on wa yama yori mo ta/(ai umiyorimo fu/(ai yang berarti jasa guru lebih tinggi dari gunung yang paling tinggi, lebih dalam dari laut paling dalam. Hal ini merupakan ungkapan penghargaan bangsa Jepang terhadap profesi guru. Guru pada sejumlah negara maju sangat dihargai karena guru secara spesifik, 1. Memiliki kecakapan dan kemampuan untuk memimpin dan mengelola pendidikan; 2. Memiliki ketajaman pemahaman dan kecakapan intektual, cerdas emosional dan sosial untuk membangun pendidikan yang bermutu; dan 3. Memiliki perencanaan yang matang, bijaksana, kontekstual dan efektil untuk membangun humanware (SDIVI) yang unggul, bermaltabat dan memiliki daya saing.
  • 5. Keunggulan mereka adalah terus maju untuk mencapai yang terbaik dan memperbaiki yang terpuruk. Mereka secara berkelanjutan (sustainable) terus menigkatkan mutu diri dari guru biasa ke guru yang baik dan terus berupaya meningkat ke guru yang Iebih baik dan akhirnya menjadi guru yang terbaik, yang mampu memberi inspirasi, ahli dalam materi, memiliki moral yang tinggi dan menjadi teladan yang baik bagi siswa. Di negara kita, guru yang memiliki keahlian spesialisasi harus diakui masih Iangka. Walaupun sudah sejak puluhan tahun disiapkan, namun hasilnya masih belum nampak secara nyata. Ini disebabkan karena masih cukup banyak guru yang belum memiliki konsep diri yang baik, tidaktepat menyandang predikat sebagai guru, dan mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan keahliannya (m/Vsmatch). Semuanya terjadi karena kemandirian guru belum nampak secara nyata, yaitu sebagian guru belum mampu melihat konsep dirinya (self consept), ide dirinya (self idea), dan realita dirinya (selfr eality). Tipe guru sepeni ini mustahil dapat menciptakan suasana kegiatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Guru adalah bagian dari kesadaran sejarah pendidikan di dunia. Citra guru berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Dalam hal ini profesi guru pada mulanya dikonsep sebagai kemampuan memberi dan mengembangkan pengetahuan pesena didik. Namun, beberapa dasawarsa terakhir konsep, persepsi, dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser. Hal itu selain karena perubahan pandangan manusia-masyarakat terhadap integritas seseorang yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, juga karena perkembangan yang cukup radikal di bidang pengetahuan dan teknologi, terutama bidang informasi dan komunikasi, yang kemudian mendorong pengembangan media belajar dan paradigma teknologi pendidikan. Dalam perkembangan berikutnya, sekaligus sebagai biasnya, guru mulai mengalami dilema eksistensial. Artinya, penguasaan ilmu pengetahuan tidak lagi menjadi hegemoni guru, tetapi menyebar seluas perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti dunia penerbitan, buku, majalah, koran, Serta media elektronik lainnya. Untukitu, posisi krusial guru perlu dijernihkan tatkala kita hendak merumuskan kembali pendidikan yang Iebih memajukan masa depan generasi berikutnya. Dengan demikian, para guru dituntut tampil lebih profesional, lebih tinggi ilmu pengetahuannya dan lebih cekatan dalam penguasaan teknologi komunikasi dan informasi. Artinya, guru mau tidak mau dan dituntut harus terus meningkatkan kecakapan dan pengetahuannya selangkah ke depan lebih dari pengetahuan masyarakat dan anak didiknya. Dalam kehidupan bermasyarakat pun guru diharapkan lebih bermoral dan berakhlak daripada masyarakat kebanyakan, tetapi di situlah muncul problem tatkala para guru tidak memiliki kemampuan materi untuk memiliki segala akses dan jaringan informasi sepeti TV, buku-buku, majalah, dan koran. Guru-guru memiliki gaji dan tunjangan yang jauh dari cukup untuk meningkatkan profesinya sekaligus memperkaya informasi mengenai perkembangan pengetahuan dan berbagai dinamika kehidupan modern. Sehingga, rasanya sangat sulit di era modern ini guru dapat tampil lebih profesional, memiliki tanggung jawab moral profesi sebagai konsekuensi etisnya
  • 6. Mengelolah Sumber Belajar Oleh Guru BAGAIMANA MENGELOLA SUMBER BELAJAR Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pendidik (guru) dalam mengelola sumber belajar: Pendidik (guru) bisa mengenal, memilih dan menggunakan sumber belajar. Dalam hal ini perlu selektif, karena dalam menggunakan sesuatu media itu juga harus mempertimbangkan komponen-komponen yang lain dalam proses belajar mengajar, misalnya apa materinya dan metode apa yang harus dipakai. Pendidik (guru) membuat alat-alat bantu pembelajaran yang sederhana. Maksudnya agar mudah didapat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar. Misalnya untuk kegiatan penelitian, eksperimen dan lain-lain. Menggunakan buku pegangan atau buku sumber. Buku sumber perlu lebih dari satu kemudian ditambah buku-buku yang lain yang dapat menunjang dalam proses pembelajaran. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru dituntut dapat mengelola perpustakaan agar dapat memberikan kemudahan bagi si anak didik (peserta didik) BAGAIMANA MENGELOLA ISI PEMBELAJARAN : Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pendidik (guru) dalam mengelola isi pembelajaran: 1. Pendidik (guru) harus menguasai isi materi pembelajaran yang di ajarkan terhadap anak didik (peserta didik) 2. Pendidik (guru) harus mampu bisa menyampaikan materi pembelajaran yang di ajarkan terhadap anak didik (peserta didik) 3. Pendidik (guru) harus bisa mengkoordinir peserta didik dalam menyelesaikan materi yang disampaikan. 4. Pendidik (guru) harus memberikan suatu evaluasi terhadap anak didik. Tujuan meberikan suatu evaluasi ini adalah agar sejauh mana materi yang disampaikan atau yang diajarkan bisa diserap oleh peserta didik 5.Tantangan Guru Sebagai Tenaga Profesional 6. Pembahasan sebelumnya memberikan gambaran bahwa secara konsep gur sebagai tenaga profesional harus memenuhi berbagai persyaratan kompetensi untuk menjalankan tugas
  • 7. dan kewenangannya secara profesional, sementara kondisi riil di lapangan masih amat memperhatikan, baik secara kuantitas, kualitas maupun profesionalitas guru. Persoalan ini masih ditambah adanya berbagai tantangan ke depan yang masih kompleks di era global ini. Berikut ini diuraikan sejauh mana tantangan guru di masa depan sebagai wawasan dalam rangka menambah khasanah untuk dipergunakan sebagai pertimbangan dalam meningkatkan profesionalisme guru. 7. 8. Sebagai seorang profesional, guru seharusnya memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukan tugas membimbing, membina, dan mengarahkan peserta didik dalam menumbuhkan semangat keunggulan, motivasi belajar, dan memiliki kepribadian serta budi pekerti luhur yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Namun emikian, kita semua mengetahui bahwa begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh seorang guru dalam upaya untuk melaksanakan tugasnya secara profesional di masa datang, yaitu dalam menghadapi masyarakat abad 21. 9. 10. A. Gambaran Masyarakat Abad 21 11. Untuk memberikan gambaran tentang tantangan guru yang prfeesional di masa depan, perlu melihat karakteristik masyarakat di era globalisasi dikaitkan dengan peran pendidikan. Menurut Tilaar (1999), setidaknya terdapat tiga karakteristik masyarakat di abad 21, yaitu: (1) masyarakat teknologi; (2) masyarakat terbuka; (3) masyarakat madani. 12. 13. a. Masyarakat Teknologi 14. Masyarakat teknologi yang dimaksud adalah suatu masyarakat yang telah melek teknologi dan menggunakan berbagai aplikasi teknologi, sehingga dapat mengubah cara berfikir dan bertindak bahkan mengubah bentuk dan pola hidup manusia yang sama sekali berlainan dengan kehidupan sebelumnya. Kemajuan teknologi kkomunikasi telah mebuat jarak dan waktu semakin pendek dan cepat, sehingga seolah-olah dunia menjadi satu tanpa ada sekat yang membatasi bangsa-bangsa, negara-negara, bahkan pribadi- pribadi. Kemajuan teknologi dapat memajukan kehidupan manusia, tetapi dapat pula menghancurkan kebudayaan umat manusia. Untukitu, dalam mengiringi kemajuan teknologi tersebut diperlukan upaya penghayatan, di samping penguasaan teknologi itu sendiri. 15. Dalam maysarakat seperti itu, peran pendidikan sangat penting dan strategis, terutama dalam memberikan bimbingan, dorongan, semangat, dan fasilitas kepada masyarakat dan peserta didik untukmemperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan menggunakan teknologi. Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah peran pendidikan dalam memberikan arahan dan bimbingan agar penguasaana teknologi tidak menjadi bumerang bagi masyarakat, yang disebabkan kurangnya penghayatan terhadap etika. 16. 17. Pendidikan dapat menumbuhkan pemahaman etika yang benar, agar kehidupan manusia tidak terancam oleh karena kemjuan teknologi itu sendiri. Manakala pendidikan mengisyaratkan adanya keharusan peserta didik untuk menguasai teknologi, maka tentu
  • 8. tidak kalah pentingnya peran guru itu sendiri untuk lebih dulu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan teknologi terkini kepada peserta didiknya. 18. 19. b. Masyarakat Terbuka 20. Lahirnya teknologi komunikasi yang demikian maju, membuat dunia menjadi satu seolah tanpa sekat, sehingga komunikasi antar pribadi menjadi makin dekat dan hampir tanpa hambatan, yang pada akhirnya melahirkan masyarakat terbuka. Dalam masyarakat terbuka, antara bangsa satu dengan bangsa lain dapat saling mempengaruhi dalam berbagai hal, termasuk mempengaruhi budaya bangsa lain. Hal itu mengancam kehiudpan masyarakat lain oleh karena adanya kemungkinan penguasaan atau dominasi oleh mereka yang lebih kuat, yang berprestasi dan yang memilikimodal terhadap masyarakat yang lemah, tidak berdaya dan miskin. 21. 22. Untuk itu, dalam masyarakat terbuka diperlukan manusia yang mampu mengembangkan kapasitasnya agar menjadi manusia dan bangsa yang kuat, ulet, kreatif, disiplin, dan berprestasi, sehingga tidak menjadi korban dan tertindas oleh zaman yang penuh dengan persaingan. 23. Setiap manusia mempunyai kesempatan yang tidak terbatas untuk belajar dan megnembangkan diri atau bahakan melalui kapasitasnya memberikan sumbangankepada masyarakat lainnya, baik masyarakat lokal maupun masyarakat dunia. Tetapi sebaliknya, bila kapasitas sumber daya manusia itu tidak dikembangkan, maka akan menjadi manusia dan masyarakat yang lemah dan tidak berdaya, yang pada akhinya akan menjadi boneka atau korban bagi mereka yang lebihkuat, lebih kreatif dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran pendidikan sangatlah penting untuk meningkatkan harkat dan martabat suatu masyarakat dan bangsa, agar tidak menjadi bangsa pelayan yang dapat diperintah bangsa lain. 24. 25. c. Masyarakat Madani 26. Masyarakat madani merupakan wujud dari suatu masyarakat terbuka, di mana setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan menggunakan teknologi, berkarya, berprestasi dan memberikan sesuatu sesuai dengankapasitasnya. Masayraakat madani tumbuh berkembang dalam suatu masyarakat yang saling hormat-menghormati, bukan atas dasar asal-usul atau keturunan, tetapi berdasarkan pada kemampuan individual, memiliki toleransi dan tanggungjawab terhadap kehiudpan pribadi maupun masyrakatnya, serta menjunjung tinggi rasa kebersamaan untuk mencapai kesejahteraan bersama. 27. 28. Masyarakat madani adalah masyarakat yang saling menghargai satu dengan yang lain, yang mengakui akan hak-hak asasi manusia, yang menghormati prestasi individual, dan masyarakat yang turut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dari masyarakatnya, termasuk nilai-nilai etis yang diyakini kebenarannya.
  • 9. 29. Masyarakat madani tumbuh dan berkembang bukan dengan sendirinya dan bukan tanpa upaya terencana, tetapi masyarakat yang dibangun melalui pendidikan. Kunci terwujudnya masyarakat madani adalah pendidikan, karena melalui pendidikan dapat dibangun sumberdaya yang berkualitas dengna kepribadian yang sesuai dengan budaya serta kesadaran individu hidup berdampingna untuk mencapai tujuan bersama. 30. 31. B. Tantangan Guru Sebagai Tenaga Profesional 32. Berdasarkan paparan di atas, setidaknya kita dapat memperoleh gambaran tentang apa dan bagaimana karakteristik masyarakat pada abad 21 dan apa peran pendidikan pada masa yang akan datang serta tantangan bagi seorang guru untuk menyikapinya. Pendidikan pada dasarnya tidak terlepas dari peran penting guru sebagai tulang punggung dan penopang utama dalam proses penyelenggaraan pendidikan. 33. 34. Tantangan guru profesional untuk menghadapi masyarakat abad 21 tersebut dapat dibedakan menjadi tantangna yang bersifat internal dan kesternal. Tantangan intenal adalah tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia, diantaranya penguatan nilai kesatuan dan pembinaan moral bangsa, pengembangan nilai-nilai demokrasi, pelaksanaan otonomi daerah, dan fenomena rendahnya mutu pendiidkan. Sementara tantangan eksternal adalah tantangan guru profesional dalam menghadapi abad 21 dan sebagai bagian dari masyarakat dunia di era global. 35. 36. 1. Tantangan Internal 37. a. Penguatan nilai kesatauan dan pembinaan moral bangsa 38. Krisis yang berkepanjangan memberi kesan keprihatinan yang dalam dan menimbulkan berbagai dampak yang tidak menguntungkan terhadap kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Hal itu terutama dapat dilihat mulai adanya gejala menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat, menurunnya rasa kebersamaan, lunturnya rasa hormat dengan orang tua, sering terjadinya benturan fisik antara peserta didik, dan mulai adanya indikasi tidak saling menghormati antara sesama teman, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat mengancam kesatuan dan persatuan sebagai bangsa. 39. Pendidikan berupaya menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik dan tantangan nyata bagi guru adalah bagaimana seorang guru memilikikepribadian yang kuat dan matang untuk dapat menanamkan nilai-nilai moral dan etika serta meyakinkan peserta didik terhadap pentingnya rasa kesatuan sebagai bangsa. Rasa persatuan yang telah berhasil ditanam berarti bahwa seseorang merasa bangga menjadi bangsa Indonesia yang berarati pula bangsa terhadap kebudayaan Indoensia yang menjunjung tinggi etika dan nilai luhur untuk siap menjadi masyarakat abad 21 yang kuat dan dapat mewujudkan demokrasi dalam arti sebenarnya. 40. 41. b. Pengembangan nilai-nilai demokrasi
  • 10. 42. Demokrasi dalam bidang pendidikan adalah membangun nilai-nilai demokratis, yaitu kesamaan hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang layak dan juga kewajiban yang sama bagi masyarakat untuk membangun pendidikan yang bermutu. Dalam pengertian ini, guru sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan itu sendiri mempunyai tantangan bagiamana membantu dan mengembangkan diri peserta didik menjadi manusia yang tekin, kreatif, kritis, dan produktif dan tidak sekedar menjadi manusia yang selalu mengekor seperti „bebek‟ yang hanya menerima petunjuk dari atasan dalam mewujudkan pendidikan yang demokratis, perlu dilakukan berbagai penyesuaian dalam sistem pendidikan nasional. 43. 44. Sejalan dengan itu, pemberlakuan otonomi daerah memberikan peluang melakukan berbagai perubahan dalam penataan sistem pendidikan yang pada hakekatnya adalah memberikan kesempatan lebih besar kepad adaerah dan sekolah untuk mengembangkan proses pendidikan yang bermutu sesuai dengan potensi yang dimilikinya, termasuk potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai bentuk untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan. 45. Pendidikan berbasis masyarakat dan manajemen berbasis sekolah merupakan perwujudan nyata dari demokrasi dan desentralisasi pendidikan yang bertujuan untuk lebih memberdayakan sekolah dan masyarakat dalam proses pendidikan demi mencapai prestasi sesuai kemampuannya. Guru memiliki peran strategis dalam rangka mewujudkan prestasi bagi peserta didiknya. Untuk itu, tantangan bagi guru dalam wacana desentralisasi pendidikan adalah bagaimana melakukan inovasi pembelajaran sehingga dapat membimbing dan menuntun peserta didik mencapai prestasi yang diharapkan. 46. 47. c. Fenomena rendahnya mutu pendidikan 48. Berbagai hasil studi dan pengamatan terhadap mutu pendidikan pada berbagai negara menunjukkan bahwa secara makro mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, dan bahkan secara nilai rata-rata di bawah peringkat negara Asean lainnya. Walaupun demikian, secara individual ada beberapa diantara peserta didik mampu menunjukkan prestasinya di lomba-lomba bertaraf internasional, seperti pada Olimpiade Fisika. Untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas, diperlukan proses pendidikan yang bermutu dan kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah mutu guru. Proses pendidikan dalma masyarakat abad 21 adalah suatu interaksi antara guru dengna peserta didik sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat yang demokratis dan terbuka. 49. 50. Masyarakat yang demikian menuntut adanya pelayanan yang profesional dari para pelakunya dan guru adalah seorang profesional dalam masyarakat seperti itu. Dengan kata lain, guru dituntut untuk berperlaku dan memiliki karakteristik profesional oleh karena tuntutan dan sifat pekerjaanya dan bersaing dengan profesi-profesi lainnya. Dalam masyarakat abad 21, hanya akan menerima seoran gyang profesional dalam bidang pekerjaannya. Tantangan guru pada masyarakat abad 21 aldaha bagaimana menjadi seorang guru yang profesional untuk membangun masyarakat yang mandiri, memiliki
  • 11. ilmu pengetahuan dan teknologi, berprestasi, saling menghormati atas dasar kemampuan individual, menjunjung tinggi rasa kebersamaan, dan mematuhi nilai-nilai hukum yang berlaku dan disepakati bersama. 51. 52. 2. Tantangan Eksternal Kecenderungan kehidupan dalam era globalisasi adalah mempunyai dimensi domestik dan global, yaitu kehidupan dalam dunia yang terbuka dan seolah tanpa batas, tetapi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Dengan situasi kehidupan demikian, akan melahirkan tantangan dan peluang untuk meningkatkan taraf hidup bagi masyarakatnya, termasuk para guru yang profesional. 53. Kehidupan global yang terbuka, seakan-akan dunia seperti sebuah kampuang dengan ciri perdagangan bebas, kompetisi dan kerjasama yang saling menguntungkan, memerlukan manusia yang bermutu dan dapat bersaing dengan sehat. Dalam melakukan persaingan, diperlukan mutu individu yang kreatif dan inovatif. Kemampuan individu untuk bersaing seperti itu, hanya dapat dibentuk oleh suatu sistem pendidikan yang kondusif dan memiliki guru yang profesional dalam bidangnya. 54. 55. Untuk itu, tantangan bagi guru profresional dalam menghadapi globalisasi adalah bagaimana guru yang mampu memberi bekal kepada peserta didik, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, juga menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Dengan demikian par asisiwa mempunyai bekal yang memadai, tidak hanya dalam hal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang relevan tetapi juga memiliki karakter dan kepribadian yang kuat sebagai bangsa Indonesia.