2. Fungsi agama dalam masyarakat
Agama adalah fenomena hidup manusia. Dorongan untuk bergama,
penghayatan terhadap wujud agama serta bentuk pelaksanaanya dalam
masyarakat bias berbeda-beda, namun pada hakekatnya sama, yaitu,
bahwa semua agama merupakan jawaban terhadap kerinduan manusia
yang paling dalam yang mengatasi semua manusia.
Pada akekatnya seluruh manusia ini secara fithriah mempunyai potensi
untuk percaya kepada Yang Maha Esa dank arena agama yang mengajarkan
tentang konsepsi ketuhanan merupakan bagain yang tak terpisahkan dan
kehidupan umat manusia.Agama merupakan factor yang sangat penting
dan sangat menentukan bagi kehidupan jutaan manusia.
3. Agama seringkali menjadi motif dalam keputusan-keputusan politik, social
ekonomi, serta pernyataan-pernyataan kebudayaan. Agama dapat
mempersatukan dari berbagai suku dan bangsa di dunia ini. Agama dapat
menjadi tali pengikat persaudaraan yang kekal, yang melampaui batas-
batas wilayah atau georafi. Orang-orang beragama lebih dekat satu sama
lain karena mereka mengenal seperangkat nilai-nilai dasar sebagai
pedoman bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Agama mempunyai 2 dimensi yaitu transcendental (ukhrowi) menyangkut
hubungan manusia dengan Tuhannya dan mondial (duniawi) menyangkut
hubungan manusia dengan manusia lain dan lingkungan.
4. Menurut DR. Nico Syukur Dister ditinjau dari segi psikologi agama ada 4 macam
motivasi kelakuan bergama :
1. Agama sebagai sarana untuk mengatasi frustasi.
2. Agama sebagai sarana untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat.
3. Agama sebagai sarana untuk memuaskan intelak yang ingin tahu.
4. Agama sebagai sarana mengatasi ketakutan.
Tinjauan ini bersifat fungsional, sedangkan dibalik itu masih ada motif lain yang
lebih dalam yang tidak bisa lepas dari sifat dan kodrat manusia itu sendiri.
5. Dimensi komitmen agama
Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson :
Dimensi keyakinan mengandung perkiraan/harapan bahwa orang yang
religius akan menganut pandangan teologis tertentu.
• Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu
perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.
• Dimensi pengerahuan, dikaitkan dengan perkiraan.
• Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, semua agama mempunyai
perkiraan tertentu.
• Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku
perseorangan.
6. Tiga tipe kaitan agama dengan masyarakat
Agama memiliki tiga (3) tipe hubungan dengan masyarakat diantaranya (menurut
Elizabeth K. Nottingham)
• Masyarakat Pedalaman
Di dalam kehidupan masyarakat pedalaman agama masih berdasarkan
kepercayaan sehingga mereka mengadakan berbagai upacara ritual karena mereka
percaya dengan begitu mereka sudah memiliki agama.
• Masyarakat Semi Industri
Di dalam masyarakat semi industri sudah lebih maju dari masyarakat pedalaman
sehingga di masyarakat semi indutri sudah memegang agama sebagai kepecayaan
dan sebagai pedoman dalam melakukan segala hal seperti berdagang
• Masyarakat Industri Sekunder (Modern)
Di dalam masyarakat industri sekunder sudah banyak muncul teknologi canggih
sehingga lebih mudah menolong kegiatan manusia, namun karena sudah banyak
teknologi maka agama menjadi di “no duakan” sehingga kurangnya kepercayaan
terhadap agama.
7. Pelembagaan Agama
Ada 3 tipe kaitan agama dengan masyarakat, diantaranya :
1. Masyarakat dan nilai-nilai sakral.
2. Masyarakat-masyarakat pra industri yang sedang berkembang.
3. Masyarakat-masyarakat industri sekuler.
Pengertian pelembagaan agama itu sendiri ialah apa dan mengapa agama ada, unsur-
unsur dan bentuknya serta fungsi struktur agama. Dimensi ini mengidentifikasikan
pengaruh-pengaruh kepercayaan di dalam kehidupan sehari-hari.
Agama ,konflik dan masyarakat
Contoh-contoh dan kaitannya tentang konflik yang ada dalam agama dan masyarakat :
Di Indonesia sendiri konflik agama baik yang bersifat murni maupun yang ditumpangi
oleh aspek budaya, politik, ideologi dan kepentingan golongan banyak mewarnai
perjalanan sejarah Indonesia.
8. Bahkan diera reformasi dan paska reformasi, agama telah
menunjukkan peran dan fungsinya yang nyata. Baik kekuatan yang
konstuktif maupun kekuatan yang destruktif. Sesudah gerakan
reformasi, suatu keyakinan ketuhanan atau keagamaan banyak
dituduh telah menyebabkan konflik kekerasan dinegeri ini.
Selama 4 tahun belakangan, ribuan anak bangsa mati tanpa tahu
untuk apa. Ribuan manusia terusir dari kampung halamannya,
tempat mereka dilahirkan. Ribuan anak-anak lainnya pun menjadi
piatu, kehilangan sanak keluarganya dan orang-orang yang dikasih
9. Dalam pandangan sosiologi, perhatian utama terhadap agama adalah pada
fungsinya terhadap masyarakat. Istilah fungsi seperti kita ketahui,
menunjuk kepada sumbangan yang diberikan agama, atau lembaga sosial
yang lain, untuk mempertahankan (keutuhan) masyarakat sebagai usaha-
usaha yang aktif dan berjalan terus-menerus. Dengan demikian perhatian
kita adalah peranan yang telah ada dan yang masih dimainkan.
Emile Durkheim sebagai sosiolog besar telah memberikan gambaran
tentang fungsi agama dalam masyarakat. Dia berkesimpulan bahwa sarana-
sarana keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat, kesakralan
bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara
keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan fungsinya adalah
mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban sosial.
10. Pemeluk agama-agama di dunia meyakini bahwa fungsi utama agama yang
dipeluknya itu adalah memandu kehidupan manusia agar memperoleh
keselamatan di dunia dan keselamatan sesudah hari kematian. Mereka
menyatakan bahwa agamanya menyatakan kasih sayang pada sesama manusia dan
sesama makhluk Tuhan, alam tumbuh-tumbuhan, hewan, hingga benda mati.
Sehingga dalam usahanya untuk membentuk kehidupan yang damai, banyak dari
para ahli dan agamawan dari tiap-tiap agama melakukan dialog-dialog untuk
memecahkan konflik keagamaan. Pada level dunia mulai muncul pandangan
tentang universal religion yaitu suatu agama yang tidak membedakan dari mana
asal teologis dan unsur transcendental suatu agama tetapi memandang tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, kedamaian dan keberlangsungan hidup berdampingan.Di
Indonesia sendiri konflik agama baik yang bersifat murni maupun yang ditumpangi
oleh aspek budaya, politik, ideologi dan kepentingan golongan banyak mewarnai
perjalanan sejarah Indonesia.
11. Pertanyaan tentang mengapa bangsa yang selama ini dikenal santun
dan relegius, berubah beringas dan mudah melakukan tindak
kekerasan pada sesama, jawabanya tidak pernah jelas dan beragam.
Apakah hal ini karena faktor keagamaan, etnisitas, ekonomi dan
politik atau faktor lain, masih menjadi bahan perdebatan panjang.
Fungsi agama pun tetap diperdebatkan oleh para ilmuan, apakah
agama sebagai pemicu konflik atau agama sebagai faktor integrasi
sosial