SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  24
Daerah Konvergensi dan Dinamika Ekonomi Indonesia
Abstrak
Makalah ini menggambarkan pola ketimpangan dan konvergensi pendapatan regional
Indonesia sejak tahun 1979an. Meskipun kerangka pertumbuhan ekonomi sebagian besar
telah diterapkan untuk menganalisis pertumbuhan dan konvergensi lintas negara,
beberapa negara regional telah dilakukan penelitian. Namun, dampak dari kondisi
ekonomi makro di tingkat nasional atas ketimpangan pembangunan ekonomi dan proses
konvergensi perlu disertakan.
Indonesia merupakan studi kasus yang menarik, karena ekonomi indonesia telah melalui
banyak pergolakan dalam beberapa dekade terakhir dari pergolakan eksternal sampai
beberapa perubahan kebijakan utama nasional. Catatan yang berbeda dalam
pembangunan sub nasional telah membuat ketimpangan pembangunan dan pertumbuhan
menjadi topik yang sangat penting.
Hal ini menunjukkan pola yang dipengaruhi oleh beberapa perubahan besar di Indonesia
dalam hal kebijakan dan pembangunan ekonomi, termasuk kondisi ekonomi makro dan
perubahan struktural.
Kata Kunci: Analisis pertumbuhan, Pembangunan dan Perubahan, Ukuran dan Distribusi
Spasial Daerah, Indonesia

Arief Anzarullah et all_PEP

Page 1
1.

PENGANTAR
Tingkat pembangunan yang berbeda antar negara dan wilayah telah menjadi subjek

perhatian di bidang ekonomi pembangunan untuk waktu yang lama. Penelitian terbaru
menempatkan lebih menekankan pada pertumbuhan regional dan konvergensi dalam
suatu negara. Untuk tujuan itu, analisis dan kerangka empiris telah diadaptasi dari teori
pertumbuhan dan pembangunan diterapkan untuk studi internasional lintas negara.
Meskipun sebagian besar kerangka kerja telah diterapkan untuk menganalisis
pertumbuhan lintas negara, beberapa negara regional telah dilakukan penelitian.
Menggunakan kerangka kerja ini, mungkin ada beberapa aspek yang berbeda dalam
pelaksanaan dan interpretasi antara kedua aplikasi. Apa yang akan membedakan
penerapan analisis ketimpangan adalah dampak dari kondisi makro ekonomi yang
dihadapi perekonomian nasional atas ketimpangan pembangunan ekonomi, dan proses
konvergensi, termasuk reformasi ekonomi di tingkat nasional. Selain perbedaan dalam
pengalihan dan kebijakan alokasi investasi dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah, perubahan kebijakan tunggal nasional dapat memiliki efek ekonomi yang berbeda
untuk daerah yang berbeda dan karenanya berdampak pada ketimpangan pendapatan.
Indonesia merupakan studi kasus yang menarik, karena ekonomi indonesia telah
melalui banyak pergolakan dalam beberapa dekade terakhir dari pergolakan eksternal
sampai pada beberapa perubahan kebijakan utama nasional. Sebelum tahun 1982,
Indonesia didominasi dengan ekonomi berbasis sumber daya. Kemudian harus
menyesuaikan diri dengan penurunan harga minyak selama periode 1983-1986. Dari
1987-1992, pentingnya reformasi berkelanjutan berhasil meningkatkan ekspor non migas
tetapi momentum reformasi melambat selama periode 1993-1997. Pada periode tahun
1997-1998, Indonesia mengalami krisis ekonomi dan politik yang mendalam yang
menyebabkan melemahnya pemerintah pusat dan akhirnya ke program desentralisasi
pada tahun 2001.

Arief Anzarullah et all_PEP

Page 2
Selama masa pembangunan ini, catatan pembangunan sub nasional telah membuat
topik penting ketimpangan pembangunan ekonomi dan pertumbuhan. Provinsi
pertambangan yang kaya menunjukkan ketidakpuasan mereka dengan pemerintah pusat,
menuntut pemindahan pendapatan yang lebih besar dan kewenangan yang lebih besar
dalam menyusun perencanaan pembangunan mereka. Ini merupakan salah satu isu utama
pada saat perubahan politik secara cepat setelah krisis ekonomi. Akibatnya, pada tahun
2001 Indonesia telah bergeser secara drastis dari sistem pemerintah yang terpusat ke
sistem desentralisasi (Alm et al, 2001;. Tadjoedin et al, 2001;.. Balisacan et al, 2002)
Makalah ini menggambarkan pola ketimpangan dan konvergensi pendapatan
regional di Indonesia, yang memberi perubahan dalam perekonomian nasional sejak
1970-an. Daftar isi dari sisa makalah adalah sebagai berikut, bagian 2 dan 3 akan
meninjau kembali kerangka kerja dan data yang akan digunakan untuk analisis. Episode
perekonomian Indonesia dari tahun 1970-an hingga tahun 2003 dijelaskan pada bagian 4.
Bagian 5 mengungkapkan ketidaksetaraan dan proses konvergensi selama periode yang
dipelajari. Bagian 6 akan menyimpulkan diskusi.
2.

METODOLOGI
Konsep konvergensi telah banyak digunakan untuk menganalisis ketimpangan

pendapatan antar daerah, juga dikenal sebagai ketimpangan regional. Ada dua konsep
konvergensi umum yang digunakan dalam analisis ketimpangan regional, yaitu β (beta)
dan σ (sigma) konvergensi.
Konsep konvergensi β berfokus pada apakah daerah miskin tumbuh lebih cepat dari
daerah kaya. Di sisi lain, perubahan konvergensi σ merupakan langkah-langkah dalam
dispersi pendapatan per kapita antar negara. Meskipun berfokus pada dua aspek yang
berbeda, kedua konsep konvergensi memiliki hubungan yang kuat dengan satu sama lain.
2.1

Penerapan konvergensi
Konvergensi β dinamai koefisien korelasi parsial antara pertumbuhan pendapatan

dan nilai awal. Pendekatan ini dikembangkan dari karya Solow (1956) dan Swan (1956)
dalam model pertumbuhan mereka. Model Solow-swan menunjukkan bahwa pendapatan
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 3
per kapita tumbuh dari semua perekonomian untuk jangka panjang yang akan
menggunakan rumus :
In yt – In y* = e-βt In y0 – e-βt In y* = e-βt (In y0 – In y*) …………………………….. (1)
Dimana yt adalah pendapatan per kapita saat ini, y0 adalah pendapatan awal per kapita
dan y* adalah pendapatan per kapita negara maju. Studi dalam konvergensi β
menggunakan persamaan lintasan untuk mencari keberadaan dan kecepatan konvergensi.
Lintasan ini diperkirakan dalam bentuk tereduksi
In (yt / y0) / t= α + (eβ –1 ) In y0 + ut ………………………………………… (2)
Nilai negatif dari koefisien (eβ -1) dan β berarti bahwa pertumbuhan tinggi yang dialami
perekonomian yang mulanya berpenghasilan rendah. Ini juga berarti bahwa rata-rata,
negara berpenghasilan rendah mengejar ketertinggalan dari negara yang berpenghasilan
yang lebih tinggi, dengan kata lain konvergensi β. Nilai β juga digunakan untuk
menghitung kecepatan tangkapan proses. Secara khusus, dapat digunakan untuk
memperkirakan saat setengah jalan titik steady state

akan dicapai untuk kecepatan

tertentu. Mengingat persamaan (1) dan asumsi bahwa semua pendapatan akan pergi ke
steady state, titik setengah jalan berarti e-βt dalam persamaan (1) harus setengah eβt bijih
sama dengan 2. Ini menyiratkan bahwa βt sama dengan 0,69. itu misalnya, β adalah sama
dengan 2% maka t akan 35 tahun yang berarti dalam 35 tahun yt semua sudah harus
berada

di

setengah

jalan

dari

perjalanan

dari

y0

ke

*

y.

Dalam literatur pertumbuhan, ada dua jenis konvergensi β yaitu mutlak dan bersyarat.
Konvergensi β mutlak adalah ketika kondisi konvergensi dicapai tanpa mengontrol
variabel lain dalam persamaan (2). Di sisi lain, dalam konvergensi β kondisional, kondisi
konvergensi hanya dapat dicapai jika satu atau lebih variabel dikendalikan. Ilustrasi dapat
diformalkan oleh persamaan
Dalam (yt / y0) / t = α + (eβ -1) Dalam y0 + χ'it yx + ut............................ (3)
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 4
Dimana χ'it adalah vektor dari variabel kontrol. Jika β negatif dicapai tanpa adanya χ'it
ada β mutlak dapat dicapai hanya jika χ'it ada, konvergensi β tidak mutlak tapi bersyarat.
Ini berarti tidak ada konvergensi kecuali beberapa ekonomi atau non faktor ekonomi yang
ditentukan harus sama di seluruh ekonomi. Jika β negatif dengan kami tanpa adanya χ'it
terdapat konvergensi absolut maupun kondisional pada saat yang sama. Namun, ada
kasus-kasus ketika kondisi tertentu tidak harus dikontrol untuk menghasilkan adanya
konvergensi. Migrasi adalah salah satu contoh. Pergerakan tenaga kerja dan modal di
antara negara harus mengarah pada lebih seimbang, proses konvergensi mungkin berhenti
atau setidaknya menjadi lebih lambat.
Bab ini akan fokus pada pembahasan konvergensi β absolut didasarkan pada dua
argumen. Pertama, Sala-i-Martin (1996) berpendapat bahwa keterbukaan dan komersial
integrasi antar daerah dalam satu negara telah membuat adanya konvergensi negara intra
lebih mungkin. Selanjutnya, hasil empiris penelitian menunjukkan negara intra bahwa
nilai β tidak berubah secara substansial diberikan variabel kontrol, yang berarti bahwa
kecepatan konvergensi antara ekonomi nasional sub tidak terpengaruh oleh faktor-faktor
lainnya. Hal ini mungkin tidak berlaku untuk negara berkembang studi, sejak Sala-imartin (1996) melaporkan hasil penelitian hanya dari negara maju. Kedua dan lebih
penting, penelitian ini akan fokus pada proses konvergensi dari waktu ke waktu di masa
lalu. Ini berarti kecepatan konvergensi akan diperiksa dengan kondisi sejarah yang ada.
Akibatnya, tidaklah tepat untuk mengendalikan atau mengatur beberapa kondisi harus
sama

di

seluruh

daerah

jika

itu

bukan

realitas

pada

waktu

itu.

Ekonometris, keberadaan non-dari setiap variabel kontrol berarti istilah error (ut) dalam
persamaan (2) adalah murni acak dan tidak dapat diprediksi oleh variabel apapun,
termasuk salah satu yang berkorelasi dengan pendapatan awal sebagai harapan korelasi
antara variabel independen dan istilah kesalahan. Ini salah satu dari asumsi tiga adalah
variabel eksogen linear independen, yang harus dicapai karena hanya ada satu variabel
eksogen asumsi terakhir, diharapkan nilai nol kesalahan, harus dicapai dengan adanya

Arief Anzarullah et all_PEP

Page 5
intercept dalam persamaan sehingga jika sarana Kesalahan tidak nol akan ditambahkan
atau dikurangi untuk mencegat.
2.2

Penerapan konvergensi
Konsep lain, konvergensi σ, adalah ukuran standar deviasi. Standar deviasi dan nilai

kuadrat nya, varians, mengukur dispersi distribusi dengan jarak total jumlah setiap ratarata mereka. Atau, pengukuran analisis konvergensi σ derajat perbedaan antara
pendapatan, distribusi pendapatan diperkirakan menurun dari waktu ke waktu.
Dalam literatur teori pertumbuhan, pengukuran dispersi dalam konsep konvergensi σ
menggunakan varians nilai logaritma dari pendapatan per kapita. Baumol (1986) telah
mempopulerkan digunakan pengukuran ini untuk menganalisis σ konvergensi antara
ekonom pertumbuhan (Baro dan Sala-i-Martin 1991, Dowrick dan Quiggin 1997). Rumus
untuk varians nilai logaritma adalah
Ada dua keuntungan dari menggunakan nilai logaritma bukan nilai tingkat pendapatan
per kapita. Yang pertama menyangkut efek skala dan second hubungan antara B dan
konvergensi o.
Mengenai efek skala, nilai logaritma akan menghilangkan masalah yang sering terjadi
ketika bentuk dua distribusi dengan skala yang berbeda atau rata-rata rata-rata
dibandingkan. Bentuk yang sama distribusi akan memiliki standar deviasi yang lebih
tinggi jika melibatkan nilai nominal lebih besar. Sebagai contoh, jika semua angka dalam
distribusi telah menjadi dua kali lebih besar maka bentuk distribusi harus sama tetapi
besarnya standar deviasi akan berlipat ganda dan varians akan empat kali lipat.
Mengambil nilai logaritma akan menghilangkan efek skala, karena pengurangan dari dua
nilai logaritma adalah sama dengan nilai logaritma dari rasio angka-angka. Jika berarti
setiap pendapatan individu dalam persamaan (4) sebenarnya skala oleh rata-rata. Dengan
konsep itu, persamaan (4) dapat ditulis kembali sebagai....... (Rumus)....... Jadi, jika
semua nilai dalam distribusi semakin besar dengan proporsi yang sama, varians nilai
logaritma akan sama karena sarana juga akan dikalikan dengan proporsi yang.

Arief Anzarullah et all_PEP

Page 6
3.

DATA
Data terdiri dari 26 propinsi di Indonesia selama periode tahun 1975 - 2002.

Database utama di didirikan dari dua publikasi dari indonesia statistik papan (BPS), yang
merupakan rekening regional dengan produksi atau nilai tambah dan dengan pengeluaran.
Data Populasi diambil dari Database Asian CEIC.
3.1

Provinsi
Beberapa kekhawatiran telah ditujukan kepada diskusi tentang apa tingkat analisis

daerah di Indonesia harus dilakukan, karena ada provinsi dan tingkat kabupaten / kota.
Makalah ini adalah berurusan dengan provinsi meskipun fakta bahwa desentralisasi telah
menempatkan kekuasaan lebih pada alasan level.
Sebelum dan Juli 1976, Indonesia terdiri dari 26 provinsi dan timur timor adalah
provinsi dari 27 Indonesia dari Juli 1976 hingga Agustus 1999. Setelah undang-undang
baru tentang pemerintahan daerah yang disahkan pada tahun 1999, tujuh provinsi baru
yang diusulkan, namun, sampai sekarang, hanya empat telah sepenuhnya didirikan, yaitu
Banten dari Jawa Barat, Maluku Utara dari Maluku, bangka belitung dari selatan
sumatera dan gorontalo dari utara sulawesi.
3.2

Pendapatan proxy
Kami fokus pada pendapatan per kapita dalam analisis ini. Ada proxy pendapatan

tiga yang akan dievaluasi, produk domestik provinsi bruto (PDB) per kapita, non
pertambangan PDB per kapita dan pengeluaran rumah tangga per modal. Alasan untuk
tiga proxy adalah karena penggunaan PDB per kapita telah dikritik, atas dasar bahwa
sebagian besar output pertambangan besar timbul kepada pemerintah pusat dan
perusahaan minyak.
3.3

Harga Tetap
Perbedaan harga antar wilayah merupakan isu penting dalam diskusi kesenjangan

regional, karena pendapatan nominal yang sama akan memberikan keranjang yang
berbeda dari barang dan jasa jika harga berbeda.

Arief Anzarullah et all_PEP

Page 7
4. PEREKONOMIAN INDONESIA
Penelitian Pertumbuhan diprakarsai oleh Solow (1956) dan angsa (1956)
kekhawatiran pertumbuhan jangka panjang. Secara khusus sehubungan dengan proses
ekonomi untuk mencapai jalur pertumbuhan yang seimbang dan karenanya pergi ke
kondisi steady state. Dalam studi negara intra, yang litelature awal seperti barro dan salai-martin (1990) dan sala-i-martin (1996) menggunakan 10 tahun sebagai periode jangka
panjang, tetapi sebagian besar studi terbaru menurun waktu periodd sampai 5 tahunan ,
mengingat kebutuhan untuk pengamatan lainnya menggunakan teknik ekonometrik
canggih.
4.1

Episode Pembangunan Ekonomi sejak tahun 1975
Berdasarkan argumen di atas, harus ada tiga kriteria untuk memilih episode. Ada

kondisi ekonomi internal, orientasi kebijakan dan keadaan eksternal. Lima eposodes
1975-2002 dapat indetified.first adalah periode 1975-1981 ketika pertumbuhan ekonomi
sangat tergantung pada ekspor minyak. Kedua adalah periode 1982-1986 ketika harga
minyak jatuh dan Indonesia harus menyesuaikan ekonominya. The promosi ekspor non
migas selama periode 1987-1992 dari adalah episode ketiga. Episode keempat adalah
reformasi ekonomi yang melambat pada periode 1993-1997. Krisis ekonomi dan
desentralisasi adalah episode kelima.

4.1.1. periode 1975-1981
Tingginya harga minyak internasional yang mendominasi gambaran ekonomi pada
periode 1975-1981. Ini dimulai dengan kenaikan harga minyak besar-besaran pada tahun
1973-an hingga 1974 dipicu oleh embargo minyak tahun 1973 Arab. Sebagai negara
pengekspor minyak, hal ini mengakibatkan peningkatan pendapatan besar bagi
pemerintah pusat Indonesia dan pertamina sebagai perusahaan minyak negara. Aliran
pendapatan besar juga akibat dari kebijakan pemerataan yang memungkinkan pemerintah
pusat untuk mempertahankan pendapatan dari minyak untuk provinsi penghasil
menyebarluaskannya secara nasional. Pendapatan ini sebagian digunakan oleh
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 8
pemerintah pusat dan sebagian mendistribusikan ke seluruh provinsi sebagian besar
didasarkan pada populasi. Pendapatan besar memungkinkan pemerintah pusat untuk
memperluas usaha negara dan semakin membatasi investasi asing (bukit, 2000).
Selama periode ini, Indonesia tumbuh dengan sangat pesat pada 7,7% per tahun.
Pertumbuhan ini sedikit lebih lambat pada tahun 1978 dan 1979 karena kekhawatiran
bahwa harga minyak akan menurun, dan devaluasi besar terjadi pada bulan November
1978. Namun, devaluasi meningkatkan pangsa ekspor nonmigas terhadap PDB dari 7,2%
pada tahun 1978 menjadi 12,8% pada tahun 1979, karena pengaruh nilai tukar, sedangkan
ekspor minyak bagian dari PDB sedikit menurun dari 17,4% menjadi 15,7%. pada tahun
1980, pertumbuhan ekonomi dijemput untuk lebih dari 9%, bukan hanya karena
peningkatan ekspor non minyak tetapi juga karena lain kenaikan karena harga minyak
untuk dimulainya perang Iran-Irak.
4.1.2

Periode 1982-1986
Pada tahun 1982, harga minyak mulai terjun dan terus melakukannya hingga

1986. Ini adalah periode penyesuaian perekonomian Indonesia dengan harga minyak
yang lebih rendah. Pertama, pemerintah harus menyesuaikan diri dengan pendapatan
rendah, sementara pada saat yang sama meningkatkan proporsi yang dedt asing
diperlukan pembayaran. Akibatnya, pemerintah pusat harus memotong kembali
pengeluaran dengan membatalkan beberapa proyek besar. Kedua, pemerintah berusaha
untuk memperkuat ekspor non migas melalui sejumlah kebijakan. Pada tahun 1983,
pemerintah mulai mengubah strategi industrialisasi menuju orientasi ekspor dan rupiah
didevaluasi untuk mendukung strategi (Rachbini, 2003). Reformasi di pajak dan bea
cukai diperkenalkan dalam oleh instruksi presiden pada tahun 1985 untuk mengurangi
ekonomi biaya tinggi. Reformasi perdagangan beberapa juga diperkenalkan, terutama
pada hambatan tarrif, dan rupiah kembali devaluasi pada tahun 1986. Namun, ada
perubahan dalam kebijakan transfer daerah ekonomi dan kebijakan pemerataan tetap di
tempatnya.
Pertumbuhan turun tajam selama periode 1982-1986 dari, dengan rata-rata 4,4% per
tahun. Setelah jatuh hampir 2% pada tahun 1982, pertumbuhan naik dalam dua tahun ke
depan sebelum terjun lagi pada tahun 1985. Pangsa ekspor non migas terhadap PDB
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 9
meningkat setelah jatuh pada tahun 1982. Ini mencapai 13,4% dari total PDB pada tahun
1986. Sementara itu, pangsa ekspor minyak jatuh dari 15,7% pada tahun 1982 menjadi
hanya 6% dari PDB pada tahun 1986.
4.1.3

Periode 1987-1992
Periode 1987-1992 adalah orientasi ekspor periode dengan rasio ekspor terhadap

PDB meningkat dari 16,4% pada tahun 1987 menjadi 25,2% tahun 1992. Hal ini terutama
didorong oleh meningkatnya pangsa ekspor non migas sebagai akibat dari penyesuaian
terhadap harga minyak yang lebih rendah. Selama periode 1987-1992, pangsa ekspor non
migas meningkat sebesar 5,4 persentase poin dari 24% menjadi 29,4% dari total PDB.
Ada juga keputusan untuk mendepresiasi nilai nominal rupiah terhadap dolar pada tingkat
yang cukup stabil, rata-rata 3,3% per tahun sejak devaluasi 1.986 sedangkan inflasi
mencapai 8%. Pertumbuhan PDB meningkat dari 4,9% pada tahun 1987 menjadi 6,5%
pada tahun 1992 dengan rata-rata tahunan sebesar 6,5% untuk seluruh periode.
Perdagangan utama dan deregulasi keuangan terjadi selama periode ini. Dengan
dan tahun 1987, pemerintah datang dengan paket deregulasi yang termasuk insentif
ekspor, monopoli impor, modal asing, saham domestik / saham ditandai, dan promosi
wisata (stan, 1988). Hal ini diikuti oleh tiga deregulasi utama 1988. Paket deregulasi
pertama dirilis pada tanggal 27 Oktober 1988. Ini berfokus pada deregulasi masuk pasar
terutama di lembaga-lembaga keuangan. Kedua adalah November 21 paket yang
berfokus pada perdagangan dan pengiriman. Dan ketiga adalah 22 Desember paket yang
berfokus pada sistem keuangan (simanjuntak, 1989).
4.1.4 periode dari tahun 1993 sampai krisis
Namun, reformasi melambat selama periode 1993-1997. Sebaliknya, modal swasta
dari kedua sumber daya asing dan domestik semakin dominan. Para konglomerat yang
muncul sebelum deregulasi erahad diserap suatu Berbagi peningkatan investasi
(Rachbini, 2003). Akibatnya, pangsa ekspor per PDB mengalami penurunan sedikit dari
23,6% pada tahun 1993 menjadi 22,6% pada tahun 1996 (setelah berada di 25.2.5 pada
tahun 1992). Pada tahun 1997, pangsa ekspor meningkat menjadi 24,7% dari total PDB,
tetapi hanya karena nilai tukar melonjak dari dolar Rp2383/us pada akhir tahun 1996
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 10
terhadap dolar Rp4650/us. Tahun 1993-1996 menjadi hanya 4,6% pertumbuhan itu.
Sebenarnya masih kuat pada kuartal pertama di tahun 7,5% pada tahun dan mulai turun
sebesar 5% pada kedua dan ketiga sebelum pertumbuhan 1% hanya dicapai pada kuartal
terakhir.
Dengan nilai tukar terus menjadi sekitar Rp15, 000/us dolar pada Juni 1998,
Indonesia memiliki masalah mata yang serius. Masalahnya telah menjadi krisis keuangan
dengan runtuhnya pasar saham, bangkrutnya perusahaan lokal, dan masalah serius yang
dihadapi oleh bank (soessastro dan basri, 1998). Hal ini menyebabkan krisis sosial dan
politik ditandai dengan pengunduran diri presiden soeharto pada Mei 1998 setelah setelah
memimpin negara itu selama 32 tahun.
Pengunduran dirinya tidak berhenti krisis. Ada vertikal dan horisontal sengketa af
terwards. Sebuah perselisihan vertikal, yang berarti sengketa antara dua lembaga di
berbagai tingkat birokrasi, didorong oleh pemerintah pusat yang lemah. Beberapa daerah
menuntut bagian lebih besar dari output pertambangan atau kemerdekaan. Pemerintah
pusat berlalu undang-undang berita dua untuk memberikan otonomi yang lebih dan
wewenang kepada pemerintah daerah pada Mei 1999. Undang-undang ini, yang tidak
dilaksanakan sampai tahun 2001, mulai formula pemerataan baru yang memberikan porsi
lebih besar kepada provinsi sumber daya yang kaya. Sengketa ini telah menghasilkan
suara kemerdekaan di timur timor Agustus 1999 yang memisahkan provinsi yang telah
bergabung dengan Indonesia in 1976.
Sengketa dan konflik horisontal muncul di nasional maupun tingkat lokal. Di
tingkat nasional, Pemilu 1999 hanya membawa kedamaian sementara dan presiden
terpilih digantikan oleh wakil presidennya pada Juli 2001 jakarta sangat serius (Barron et
al 2005). Pada satu tahap, konflik tampak sangat serius, tetapi frekuensi agak berkurang
pada tahun 2002.
Periode 1998-2002 episode juga ditandai dengan penurunan 13% dari PDB pada
tahun 1998, diikuti 0,8% pertumbuhan pada tahun 1999 dan melanjutkan pertumbuhan
kuat pada tahun 2000 dari 4,9%. Namun, nilai tukar, yang telah sekitar Rp7 dollar, 000/us
pada akhir tahun 1999, lagi mendaki ke dolar sekitar Rp9.600/us pada tahun 2000 dan
terus Rp10 dollar, 500/us pada tahun 2001. Akibatnya, pertumbuhan diadakan di 3,9%
pada tahun 2001, dan tren yang sedikit meningkat setelah itu.
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 11
4.2

Provinsi econies antara 1975 dan 2002

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 5 pulau. Setiap pulau dipisahkan
oleh sejumlah besar laut diberkahi dengan berbagai jenis atau jumlah tanaman mineral,
tanah dan hewan. Indonesia juga mempunyai sejarah yang cukup besar, ditambah lagi
indonesia mempunyai sumber daya alam yang melimpah.
4.2.1

Populasi
Mayoritas penduduk Indonesia terkonsentrasi di Jawa meskipun kenyataannya

bahwa ia hanya menempati 7% dari luas lahan. Alasan untuk ini adalah bahwa java
memiliki tanah paling subur di negeri ini. Selain itu, pada tahun tahun 1930 Belanda
memutuskan untuk berkonsentrasi pada industrialisasi java. Pertumbuhan penduduk
Indonesia selama periode 1975-2002 bervariasi antarprovinsi, dari 0,7% per tahun di
Yogyakarta menjadi 3,9% per tahun di riau.
Pertumbuhan penduduk telah menurun. ini sebagian disebabkan oleh penurunan
populasi yang signifikan dalam angka kelahiran total dari 4,7 sampai 1980 menurut
sensus hanya 2,8%. Nusa Tenggara Barat, Bengkulu dan Maluku memiliki tingkat
fertilitas tertinggi pada tahun 1980, sedangkan Yogyakarta, Jawa Timur dan Jakarta
adalah yang. Tingkat kesuburan Bengkulu telah menurun drastis menjadi hanya 3,2 pada
tahun 1955. Maluku dan Nusa Tenggara Barat keduanya berhasil memiliki 3,7 sebagai
tingkat kesuburan mereka pada tahun 1955, tepat di bawah 3,8 dengan tingkat kesuburan
tertinggi pada tahun 1995 yang dicapai oleh papua. Jakarta, Yogyakarta dan bali adalah
terendah tingkat pertumbuhannya.
4.2.2

Pendapatan

Pendapatan dari segi produk domestik bruto harga konstan 1993, empat provinsi di Jawa,
termasuk Yogyakarta, telah antara ekonomi-ekonomi terbesar di Indonesia sejak tahun
1975. Keempat provinsi terdiri 47,4% dan 56,4% dari perekonomian Indonesia pada
tahun 1975 dan 2002, masing-masing. Namun, dengan 61,1% dan 57,0% dari total
penduduk Indonesia pada tahun 1975 1nd 2002, populasi mereka juga jauh lebih besar
daripada provinsi lainnya. Akibatnya, kecuali yhe ibukota Jakarta, PDB per kapita
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 12
mereka belum pernah di fife atas. Jakarta PDB per kapita adalah nomor empat pada tahun
1975 (di bawah riau, Kalimantan, dan papua) dan kedua pada tahun 2002 (di bawah timur
Kalimantan dan di atas riau, papua dan bali).
Kalimantan timur, papua dan riau, yang selalu berada di lima besar karena
provinsi yang kaya mineral, dan aceh adalah provinsi yang kaya keenam pada tahun
2002. Namun demikian, sebagian besar manfaat dari pendapatan tambang telah disimpan
oleh pemerintah pusat. Akibatnya, banyak peneliti berpendapat bahwa kesejahteraan
provinsi-provinsi yang tampaknya kaya dengan PDB per kapita yang tinggi yang dinilai
terlalu tinggi.
Pengeluaran per kapita merupakan ukuran lain dari kesejahteraan provinsi
tersebut. Data provinsi untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tersedia dari
tahun 1983. Di sini juga Jakarta juga memiliki angka tertinggi pada tahun 1993
berdasarkan data yang harga konstan. Tiga sumber daya provinsi yang kaya berada di
tempat atas, dengan timur Kalimantan kedua, ketiga dan papua riau kelima, sementara
bali berada di tempat keempat. Meskipun tidak ada provinsi kaya sumber daya di antara
provinsi-provinsi pertumbuhan tertinggi selama periode 1983-2002 dari, pada tahun 2002
empat lima propinsi dengan pengeluaran per kapita tertinggi adalah propinsi yang kaya
akan sumber daya. Jakarta berada di tempat pertama diikuti oleh Kalimantan timur,
papua, riau dan aceh.
PDB Indonesia tumbuh 5,7% per tahun pada periode 1975-2002. Bali, Bengkulu
Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tenggara Barat semua memiliki
pertumbuhan di atas 7,4% per tahun. Namun demikian, untuk mengukur kecepatan
pembangunan, pertumbuhan PDB per kapita dianggap lebih penting. Dengan
pertumbuhan penduduk dari 1,8% per tahun, Indonesia PDB per kapita tumbuh sebesar
sekitar 3,9% per tahun. Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Jakarta dan Sulawesi
Utara memiliki pertumbuhan tertinggi per kapita tahunan semua dengan di atas 5%,
sedangkan lima terendah adalah riau, Sumatra Selatan, papua, Maluku, dan Jambi dengan
di bawah 3% per tahun.

Arief Anzarullah et all_PEP

Page 13
4.2.3

Kinerja yang tinggi

Bali adalah provinsi yang paling cepat berkembang selama periode 1975-2002. Itu juga
ekonomi pertumbuhan yang paling konsisten, dalam hal ini bali selalu berada di antara
provinsi-provinsi dengan pertumbuhan tertinggi dari tahun 1975-1997, sebelum ekonomi
mengalami pertumbuhan negatif pada periode 1998-2002. Alasan di balik konsistensi ini
adalah booming di bidang pariwisata di bali selama 1970-an dan 1980-an. pembukaan
Bandara ngurah rai ke maskapai penerbangan internasional pada awal tahun 1970
memainkan peran penting di samping daya tarik budaya yang unik dan pemandangan
indah sehingga dapat menarik wisatawan mancanegara untuk berwisata ke pulau bali.
Selain pulau bali, indonesia juga mempunyai pulau Nusa Tenggara Barat yang mana
adalah salah satu dari tiga provinsi bawah dalam hal PDB per kapita sejak tahun 1975.
Nusa Tenggara Barat mampu mempertahankan pertumbuhan sebesar 6,0% per tahun.
Alasan utama adalah pertambangan tembaga. Setelah sepuluh tahun eksplorasi,
perusahaan tambang Newmont memulai tahap konstruksi di Batu Hijau pada tahun 1997,
proses pertambangan dimulai pada tahun 1999 dan mendirikan produksi komersial pada
tahun 2000.
Sumatera Barat adalah satu dari provinsi pertumbuhan yang tinggi selama periode
1975-2002. Dalam 5 episode pembangunan, sumatra barat menjadi salah satu dari lima
provinsi yang pertumbuhan ekonomi didominasi oleh pertumbuhan sektor jasa. Hal ini
mungkin didasarkan pada budaya perdagangan dan migrasi keluar. Fakta lain yang
menarik adalah sumatra barat memberikan hasil positif dalam sektor manufaktur
produktivitas selama periode 1998-2002, sedangkan provinsi lainnya mengalami
pertumbuhan yang negatif.
Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta telah secara konsisten berada di antara
provinsi terkaya. Jakarta juga merupakan pusat perdagangan, komunikasi dan transportasi
di Indonesia. Bagian dari sektor jasa yang sangat tinggi dengan 75% pada tahun 1975,
sedikit menurun menjadi 66% pada tahun 2002 karena adanya pesatnya perkembangan
dari sektor manufaktur. Dengan struktur itu, Jakarta merupakan salah satu provinsi yang
paling cepat berkembang selama periode 1987-1997, yang merupakan periode orientasi
ekspor dan perkembangan keuangan yang cepat.
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 14
Jakarta juga menjadi pusat dari modal swasta dalam periode 1993-1997. Alasan yang
sama menyebabkan Jakarta menjadi provinsi yang paling parah terkena krisis keuangan
dalam hal PDB.
Namun, migrasi yang keluar dari Jakarta memperlemah ketegangan dan ini tidak ada
penyusutan dalam hal PDB per kapita selama periode krisis ekonomi selama periode
tahun 1999-2002.

Sulawesi Utara juga di antara lima provinsi yang paling cepat berkembang selama
periode 1987-1997. Namun, Sulawesi Utara tidak mengalami penyusutan PDB dalam
periode 1998-2002. Sebaliknya PDB dan PDB per kapita tumbuh masing-masing sebesar
3,7% dan 2,4%, pada saat krisis di Indonesia. Salah satu alasannya adalah kuat sektor
jasa, dengan Bitung sebagai pelabuhan besar dan Pulau Bunaken sebagai daya tarik
wisata utama. Selain itu, Sulawesi Utara juga memiliki sektor pertanian yang kuat dengan
kelapa dan ikan sebagai komoditas ekspor utama yang meningkat secara dramatis dalam
memperpanjang waktu (Jones dan Sondakh, 2003).
4.2.4

Perubahan Struktural
Meskipun existense dari sumber daya mineral yang kaya provinsi, provinsi

Indonesia lainnya juga mengalami perubahan struktural yang cepat selama periode 19752002. indonesian provinsi memiliki ekonomi terutama pertanian pada tahun 1975, dengan
21 0f 26 provinsi yang memiliki lebih dari sepertiga dari PDB mereka dari pertanian
sembilan provinsi tersebut. memiliki lebih dari setengah dari PDB mereka dari sector.yet
pertanian, tidak memiliki seperti sektor pertanian yang besar pada tahun 2002 dan hanya
5 dari 26 provinsi memiliki lebih dari sepertiga sebagai pangsa pertanian dalam PDB
provinsi mereka. sektor isdustrial sedang berkembang pesat di sebagian besar provinsiprovinsi dari hanya 4 tahun 1975 dengan lebih dari 25% sebagai bagian Indutrial mereka
ke 15 di 2002.The sektor jasa selalu memiliki pangsa yang tinggi di Indonesia PDB,
selalu sekitar 40% sejak 1975 sampai 2002.The sektor masih tumbuh dengan 15 provinsi
yang memiliki lebih dari sepertiga dari PDB mereka dari layanan pada tahun 1975,
meningkat menjadi 20 provinsi pada tahun 2002
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 15
Perdagangan adalah bagian yang sangat penting dari sektor jasa yang diberikan
kondisi geografis Indonesia dan output dibedakan antara saham sektor provinces.the dari
PDB intriasing dari 16% pada tahun 1975 menjadi 18% di 2002.bali, jakarta, jawa tengah
dan jawa timur memiliki pangsa tertinggi di atas 20% pada tahun 2002, sementara aceh
dan papua adalah terendah dengan 7,6% dan 4,7%. transportasi dan sektor keuangan
adalah sekitar 7% sampai 8% dari PDB masing-masing selama periode 1.975-2.002,
sementara transportasi hampir tersebar merata,. keuangan Sektor ini juga besar dengan
pangsa awal mereka adalah 12% 0f PDB pada tahun 1975 tapi kemudian menyusut
menjadi 9% di 2002.east Nusa Tenggara, yogyakarta, dan bengkulu merupakan provinsi
dengan pangsa terbesar dari sektor ini sebesar 25% sampai 18% pada tahun 2002 .
5.

PADA KONVERGENSI PENDAPATAN DAERAH
Analisis konvergensi dimulai dengan membandingkan kinerja pertumbuhan

provinsi masing-masing dengan pendapatan awal (yaitu mutlak b konvergensi). seperti
dapat dilihat dalam gambar #, ada empat provinsi, riau, kalimantan timur, papua dan
jakarta, yang memiliki PDB per kapita atas rata-rata, tetapi hanya jakarta punya di atas
pertumbuhan rata-rata selama periode 1975-2002,0 nly ada provinsi tumbuh kurang dari
rata-rata pertumbuhan rate.As Akibatnya, konvergensi tampaknya terjadi dalam
perekonomian daerah Indonesia itu.
Namun, banyak peneliti menyarankan proses konvergensi di Indonesia mungkin
overstated.inclusion dari sektor pertambangan dalam perhitungan PDB per kapita adalah
output reason.the utama sektor pertambangan tidak merata dengan hanya lima provinsi
yang memiliki contributins sangat besar dalam sektor. sebagai hasilnya, inequaliy daerah
tinggi karena sektor tersebut, tetapi sebagian besar output pertambangan dipegang oleh
pemerintah pusat untuk didistribusikan, yang berarti pendapatan masyarakat di provinsiprovinsi tambang yang kaya tidak dapat diwakili oleh output dari sector.moreover itu,
konvergensi tidak jelas dalam kasus per kapita PDB tanpa pertambangan, di mana 2 dari
7 provinsi dengan rata-rata di atas dan 6 dari 19 provinsi di bawah rata-rata tumbuh di
bawah pertumbuhan rata-rata
Regresi untuk konvergensi mutlak b menegaskan estimasi argument.the atas
koefisien b dalam PDB per kapita untuk seluruh masa 1975-2002 adalah 1,5%, yang
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 16
berarti kesenjangan akan dibagi dua dalam waktu 46 years.it juga statistik sangat
signifikan. di sisi lain, koefisien b untuk GDP per kapita tanpa pertambangan di 19752002 (0,4%) jauh di bawah koefisien dengan pertambangan dan statistik tidak signifikan,
yang berarti bahwa ia tidak dapat mengatakan ada b konvergensi mutlak dalam
pertambangan non per kapita GDP.unfortunately, temuan tersebut tidak dapat
dikonfirmasikan dengan meansures pendapatan lainnya, yaitu konsumsi rumah tangga,
karena tidak tersedianya data. Namun demikian, koefisien untuk data keluar (1983-2002)
menunjukkan koefisien adalah 0,2% pada tahun 1993 harga konstan dan secara statistik
tidak signifikan
hasil menunjukkan konvergensi yang kuat dalam PDB per kapita, tetapi sangat lemah
dalam hal PDB per kapita non pertambangan selama 1975-2002 dan juga dalam
konsumsi per kapita selama periode 1983-2002. hal ini juga berguna untuk
membandingkan beberapa hasil dari konvergensi negara lain studies.generally,
diharapkan bahwa hasil dari negara berkembang akan berbeda dengan satu dari negara
maju karena mekanisme proses konvergensi lebih cocok diterapkan pasar baik deleloped
ekonomi (Solow, 2001)
5.1 Perbandingan dari Konvergensi keseluruhan untuk Negara Lainnya
Cina akan menjadi negara dengan karakteristik sistem perencanaan pada periode 19521965 dan sistem pasar setelah reformasi pada tahun 1993. Besaran koefisien PDB per
kapita Indonesia pada periode 1975-2002 lebih tinggi dari China pada periode 1952-1965
(0,6%) tetapi lebih kecil dari China pada periode 1978-1993 sebesar 1,7% (Jian, Warner
dan Sachs, 1996) atau 2% pada periode 1978-1989 dari (Gundlach, 1997). Disesuaikan
R2 dengan regresi yang relatif tinggi dibandingkan dengan regresi Cina. Meskipun
demikian, besarnya dari konvergensi β untuk pertambangan PDB per kapita lebih rendah
dari konvergensi Cina dalam masa sistem perencanaan. Vietnam, perekonomian lain yang
hanya melalui proses pasar reformasi memiliki tingkat konvergensi yang sangat rendah
sebesar 0,3% selama periode 1995-2000 (Klump dan Nguyen, 2004).
Dibandingkan dengan penelitian negara berkembang lainnya, besarnya 0,4% dari
PDB per kapita non pertambang sebenarnya tidak terlalu rendah. India telah mengalami
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 17
perbedaan regional antara tahun 1961 dan 1991 (Cashin dan Sahay, 1995). Meksiko
hanya akan tercapai 0,2% tingkat konvergensi selama 1970-2003, sementara Argentina
dan Brazil yang sedikit lebih baik dengan masing-masing 0,5% dan 0,6% (Serra et Al,
2006;.. Ferreira, 2000; Azzoni, 2001). Konvergensi tertinggi di kawasan Amerika Latin
pada periode ini adalah Chile dengan 1,2% diikuti oleh Peru dengan 1,1%, semua
didasarkan pada konvergensi PDB per kapita meskipun hal ini tidak setinggi Philiphpines
selama periode 1988-1997 dengan 10,7% (Balisacan dan Fuwa, 2003). Menariknya,
tingkat konvergensi ini tidak selalu rendah selama periode dan itu akan dibahas sebagai
perbandingan terhadap dampak ekonomi pada peristiwa konvergensi regional di
Indonesia nanti.
Hasil dari penelitian negara maju menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari
konvergensi dengan rata-rata 2% (Sala-i-Martin, 1996). Dari 8 negara, Kanada pada
periode 1961-1991 dan Spanyol pada periode 1950-1987 merupakan yang tertinggi
masing-masing sebesar 2,4% dan 2,3%. Namun demikian, tingkat konvergensi PDB per
kapita di Indonesia juga hampir sama dengan koefisien β untuk Perancis (1,6%) dan
Jerman (1,4%), dan lebih tinggi dibandingkan Italia (1,0%) selama periode 1950-1990
(Sala- i-Martin, 1996). Hasil ini telah dikonfirmasi oleh Coulembe dan Lee (1995) untuk
Kanada dan Paci dan Pigliaru (1997) untuk Italia.

5.2

Konvergensi dalam ekonomi berbasis minyak
Pada episode pertama, 1975-1981 ada konvergensi mutlak signficant untuk GDP

per kapita dengan besarnya koefisien diperkirakan 2,0%. waktu dilingkungan untuk
perbedaan tersebut untuk mengurangi separuh dari tahun 1975 nilai koefisien 35 years.the
lebih tinggi dari periode overhall dari 1.975-2.002 estimtion, tapi mengejutkan nilai
disesuaikan hanya 0,19, yang berarti ada faktor yang mempengaruhi proses selain hanya
proses konvergensi karena meskipun sangat signifikan, proses konvergensi hanya
menjelaskan 19% dari growth.this provinsi berarti bahwa ada determinats pertumbuhan
lainnya yang harus duscussed kemudian on.in juga penting untuk dicatat bahwa,
meskipun tidak signifikan, koefisien untuk non pertambangan PDB per kapita relatif
tinggi pada 1,0%
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 18
konvergensi o dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dalam perubahan
ketidaksetaraan, karena menunjukkan tren kesenjangan distribusi dari tahun ke tahun.
Menurut konsep konvergensi. Ada actully varians 1981.the dari PDB per kapita logaritma
inreased dari 0,71 pada tahun 1975 menjadi 0,74 pada 1.977 sebelum turun ke 0,58 pada
tahun 1981. Di sisi lain, varians untuk PDB per kapita pertambangan non berfluktuasi
slighty sepanjang masa dan menurun dari 0,26 pada tahun 1975 menjadi 0,25 1981.these
dua meansurements inequlity juga menunjukkan bahwa perbedaan dalam Econmy daerah
Indonesia itu jauh lebih parah ketika pertambangan exclued dari produk domestik.
Sejak episode pertama indonesia ekonomi didominasi oleh ekonomi berbasis
minyak, diharapkan penjelasan harus berpusat pada kinerja provinsi tambang yang kaya
dibandingkan dengan cerita tentang bagaimana others.The kuat minyak mendominasi
perekonomian dapat dilihat dari kinerja pertambangan provinsi yang kaya, riau.east
Kalimantan dan papua berada di antara propinsi dengan GDP per kapita tertinggi bersama
dengan jakarta dan selatan sumatrain 1975, sedangkan aceh, pusat Kalimantan, bali,
sulawesi utara dan Kalimatan Timur mencapai growth.so tertinggi penangkapan proses
pada periode itu masih disebabkan oleh pertumbuhan yang cepat dari dua provinsi yang
kaya tambang, aceh dan Kalimatan Timur selain pertumbuhan sedikit negatif dari riau,
yang memiliki GDP per kapita tertinggi pada tahun 1975. sebagai hasilnya,. aceh
bergabung dengan PDB tertinggi per kapita di kelompok 1981.while kesenjangan antara
riau dan Kalimatan Timur sebagai yang pertama dan kedua dalam daftar itu sangat dekat.
namun demikian, ada juga pertumbuhan yang tinggi di kedua provinsi pertambangan non
kaya, bali dan sulawesi utara.
Cepat konvergensi di sektor pertambangan sebagai jatuhnya harga minyak
Indonesia adalah etimated t memiliki konvergensi mutlak cepat menyusul jatuhnya harga
minyak dalam besarnya episode.the kedua koefisien itu tinggi sebesar 2,8% itu lebih
tinggi secara statistik signifikan dan adjusted R ². Dibandingkan periode sebelumnya
sebesar 0,30 iterestingly ada tanda perbedaan β di pertambangan non kapita PDB per
meskipun itu bukan estimasi significant.the juga dapat dilakukan untuk konsumsi rumah
tangga dengan koefisien β yang lebih rendah sebesar 1,7% dan lemah signifikan.
Ada juga konvergensi o dalam PDB per kapita dari periode 1981-1986. varians
turun dari 0,58 pada 1981-0,50 pada tahun 1982 dan kemudian terus menurun terus
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 19
menjadi 0,46 pada tahun 1968. di sisi lain, perbedaan peningkatan sedikit dalam PDB per
kapita non pertambangan juga ditangkap oleh slightincrease di dissparity. di adalah 0,23
pada tahun 1982 dan 0,27 pada tahun 1986. varians dari konsumsi rumah tangga per
kapita di kedua harga memiliki kemiringan ke bawah sedikit dari tahun 1983 menuju
1986.they adalah 0,21 pada tahun 1983 dan telah menjadi 0,19 1986.so oleh perbedaan
dalam konsumsi lebih rendah daripada perbedaan dalam PDB non pertambangan dan
memiliki becomeeven rendah dalam periode ini adalah nya. mungkin karena variabel
konsumsi juga mencakup konsumsi dari miming CPNS.
Konvergensi dalam PDB per kapita adalah karena fakta bahwa provinsi
pertambangan dua kaya, riau dan papua, memiliki pertumbuhan paling lambat dan bali,
jawa tengah, barat kalimantan, bengkulu dan barat sumatra, yang memiliki pertumbuhan
tertinggi, semuanya di bawah median fo ini distribution.on pendapatan sisi lain,
divergance PDB pertambangan non per kapita sebagian besar disebabkan oleh
pertumbuhan yang tinggi dari aceh dan Kalimatan Timur di sektor pertambangan non. Ini
menunjukkan theat kedua provinsi itu albe untuk tranfer pendapatan tinggi dari
pertambangan ke sektor pertambangan non selama periode tersebut.
Perlambatan konvergensi selama liberalisasi perdagangan
Kecepatan konvergensi β dalam PDB per kapita telah menjadi jauh lebih lambat
dalam episode ketiga ekonomi indonensian ketika ekonomi sedang membuka oleh
deregulasi perdagangan utama di hppens 1987.it sebagai ekonomi regional yang lebih
baik terhubung ke ekonomi global diuntungkan most.after tersebut mengalami 2,0% dan
laju konvergensi 2,8% selama episode iklan thr pertama, kedua besarnya koefisien β
diperkirakan menjadi rendah sebesar 1,7% selama periode tahun 1986 -. 1.992 Sementara
itu, fot estimasi pertambangan PDB per kapita non koefisien β menunjukkan konvergensi
insignnificant. engkau hasil yang sama diperkirakan untuk koefisien β untuk konsumsi
rumah tangga.
Hasil ini mirip dengan dampak dari liberalisasi perdagangan di Amerika latin
pada awal tahun 1990 yang dilakukan oleh argentina, brazil, Kolombia dan peru. Dalam
agrgentina dan Kolombia kecepatan konvergensi jatuh dari 1,5% dan 1,7% pada periode
1980-1990 menjadi 0,4% dan 0,8% pada periode 1990-2000 masing-masing, namun
kedua negara telah mengalami konvergensi rendah sebelum pada periode 1970-1980
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 20
untuk untuk colombia.nevertheless, peru, yang telah mengalami konvergensi sejak tahun
1970, juga memperlambat kecepatan konvergensi secara signifikan dari 1,8% pada
periode 1980-1970 menjadi 2,0% pada periode 1990-2000 (serra et.al., 2006) dampak
besar liberalisasi perdagangan mengalami konvergensi kuat dalam periode 1970-1980
sebesar 2,1% dan periode 1980-1985 sebesar 3,4% (serra et.al 2006, paluzie 1999,
Hanson, 2003)
Varians dari PDB per kapita diperkirakan telah menurun dari 0,46 pada tahun
1986 menjadi 0,38 di tahun 1992 sebagai tanda convrgence o. Bagaimanapun,
konvergensi lebih lambat di babak pertama dari periode dan kemudian menurun di lereng
curam setelah 1989.in estimasi pertambangan non kapita PDB per, kesenjangan hanya
memiliki sangat sedikit penurunan frrom 0,27 pada tahun 1986 menjadi 0.26 pada tahun
1992, sementara hampir tidak ada konvergensi o n konsumsi rumah tangga namun, ada
kecenderungan terjadi peningkatan kesenjangan terhadap 1.989 menurun setelahnya.
5.5 Disparitas peningkatan konsumsi dalam reformasi memperlambat
Selama episode ini promosi ekspor, lampung, bali, sumatra utara, jakarta utara
dan sulawesi adalah lima provinced yang paling cepat berkembang. Deregasi tambahan
dalam perdagangan dan keuangan meningkatkan kinerja ekonomi negara-provinced yang
memiliki pangsa yang relatif tinggi dari sektor jasa untuk memulai.Bali dan jakarta
memiliki pangsa yang sangat tinggi dari sektor perdagangan dalam GDP mereka, apalagi
jakarta juga memiliki bagian yang besar dari sektor keuangan, sementara bali memiliki
pangsa yang tinggi sektor pariwisata. Utara sumatra sulawesi utara dan dua provinsi
dengan sektor transportasi tertinggi terutama karena mereka juga memiliki pelabuhan
yang relatif baik. Semetara itu, lampung merupakan perbatasan sumatra dan jawa jadi
meskipun tidak memiliki sebagian besar dari sektor jasa tetapi memiliki dampak
meningkatnya mobilitas baik dari dua pulau besar. Kecuali jakarta , provinsi ini tidak di
antara lima provinsi teratas dalam jangka GDP per kapita, meskipun tiga dari mereka,
termasuk jakarta , berada di sepuluh besar. Alasannya karena yang ini propinsi memiliki
ekonomi yang relatif besar dengan populasi yang tinggi.

Arief Anzarullah et all_PEP

Page 21
5.5

Disparitas peningkatan konsumsi dalam reformasi memperlambat

Setelah episode promosi ekspor, proses reformasi terutama pada perdagangan melambat
doen. Namun,

kecepatan

konvergensi

β

lebih

rendah

dibandingkan

periode

sebelumnya. The β magnitudeof koefisien untuk GDP per kapita esmated telah menjadi
hanya 1.0% dan itu adalah signifikan. Sementara itu, konvergensi β dalam GDP per
kapita non pertambangan tidak signifikan. Ini juga ditampilkan dalam tren konvergensi α,
varians yang sedikit menurun pada GDP per kapita dan relatif konstan dalam GDP
pertambangan per kapita.
Perbedaan dalam konsumsi rumah tangga meningkat pada periode ini sebagai
indikasi oleh kedua konvergensi β dan α meskipun statistik tidak signifikan. Pertumbuhan
konsumsi yang tinggi dicapai oleh sebagian besar provinsi di kalimantan dengan
Kalimantan timur, provinsi terkaya di antara mereka, memiliki pertumbuhan
tertinggi. Jawa tengah dan Sumatra barat juga di antara lima besar, sementara Jakrta
berada di peringkat 60.Mengingat jakarta dan Kalimantan barat berada di posisi pertama
dan kedua dalam konsumsi rumah tangga per capita, pertumbuhan yang tinggi dari kedua
provinsi telah memicu keseimbangan meningkat.
Dalam hal GDP per kapita, pertumbuhan propisi yang terkemuka hampir sama dengan
sebelumnya, kecuali untuk lampung yang turun ke 14 dan digantikan oleh papua. Aceh
memiliki pertambangan terendah dalam GDP non kapita. P ertumbuhan pada periode
1992-1996, setelah pertumbuhan tertinggi pada periode sebelumnya. Satu penjelasan
yang mungkin adalah eskalasi konflik setelah pemerintah Indonesia menyatakan aceh
menjadi daerah operasi militer pada tahun 1990. Langkah ini diambil pemerintah karena
bentrok dengan gerakan kemerdekaan aceh (GAM), tapi bukannya memecahkan masalah,
malah operasi ini secara perlahan memperburuk itu.
5.6

Dampak Krisis

Ini mungkin kejutan bagi mereka yang percaya bahwa krisis ekonomi pada tahun 1998
dan 2002 telah mempengaruhi propinsi lainnya. pertama karena memukul sektor
Arief Anzarullah et all_PEP

Page 22
keuangan. konvergensi α bisa memberikan pandangan yang lebih jelas.Meskipun
diperkirakan telah relatif konstan antara tahun 1997 dan 1998 untuk GDP per kapita,
tetapi dua lainnya mengukur, terutama konsumsi rumah tangga, menunjukkan penurunan
yang signifikan pada tahun 1998 kesenjangan dibandingkan 1997. Termasuk pendapatan
GDP per kapita, meningkat pada tahun 1998 sebelum penurunan lagi tahun 2000 dan
menjadi konstan sesudahnya.

Stuasi ini mungkin menunjukkan dampak yang berbeda dari krisis ekonomi dan
sisial-politik, pada perbedaan pendapatan di Indonesia atau karena provinsi kaya telah
berhasil pulih lebih cepat. tetapi orang

telah menderita karena terkena krisis

tersebut. Revolusi china dapat menjadi perbandingan bagaimana sosial-politik krisis
penuh konflik harus diselesaikan. Selama periode 1965-1978, gangguan besar pada
sistem perencanaan pusat di cina kunjung stabil. Namun, dampak pada daerah pertanian
wilayah industri terus tumbuh.
Namun, seperti yang dinyatakan sebelumnya konflik ini juga terjadi di aceh,
jakarta dan juga papua yang termasuk dalam peringkat kelima, kedua dan keempat dalam
GDP per kapita di dampingi Maluku, sulawesi tengah yang menduduki peringkat ke 17
dan 22, Sebagai hasil dari tidak adanya dampak yang jelas dari konflik dengan GDP per
kapita dan konsumsi rumah tangga serta GDP non pertambangan. Namun, di peringkat
non pertambangan ,GDP papua lebih rendah dari peringkat ke 22 lainnya.
Singkatnya, kecepatan konvergansi GDP per kapita provinsi di Indonesia menjadi
lebih lambat dari satu periode ke periode yang lain. setelah ekonomi disesuaikan dengan
turunya harga minyak dan liberalisasi perdagangan. Ada konvergensi dalam GDP
pertambangan non per kapita di salah satu periode ekonomi indonesia , sementara
konsumsi rumah tangga lemah ketika ekonomi sedang menyesuaikan diri dengan
menurunkan harga minyak. Akibatnya, perbedaan dalam GDP per kapita, yang jauh di
atas dua lainnya termasuk pendapatan di awal, telah menutup kesenjangan dalam priode
tersebut karena pertumbuhan yang relatif lambat oleh sektor pertambangan
7.

CONSULATION

Arief Anzarullah et all_PEP

Page 23
Makalah ini telah melihat pola ketimpangan dan konvergensi pendapatan daerah
Indoneisa yang diberikan perubahan dalam perekonomian nasional sejak tahun 1975. Hal
ini juga menunjukkan bahwa konvergensi telah dipengaruhi oleh beberapa perubahan
besar dalam kebijakan Indonesia dan kondisi makroekonomi yang terutama dalam
kaitannya dengan perubahan stuktural dari dominasi sektor pertambangan ke sector
manufaktur. Namun. Hal ini juga menunjukkan bahwa pola perbedaan adalah sebagian
besar datar, yaitu tidak adanya konvergensi, kecuali untuk GDP per kapita.
Umumnya, kecepatan GDP provinsi per kapita konvergensi di Indonesia telah
tumbuh lebih lambat dari satu episode ke yang lain setelah perekonomian disesuaikan
dengan penurunan harga minyak. Tidak ada konvergensi dalam GDP pertambangan non
per kapita di salah satu episode perekonomian Indonesia , sementara konsumsi rumah
tangga lemah berkumpul selama waktu ekonomi sedang membuka tetapi menyimpang di
ibukota waktu terakumulasi selama periode 1992-1996. Perbedaan daerah dalam PDB per
kapita, yang jauh di atas dua lainnya meansures pendapatan pada awalnya, menjadi lebih
dekat selama tahun-episode karena lambatnya pertumbuhan provinsi yang kaya tambang

Arief Anzarullah et all_PEP

Page 24

Contenu connexe

Tendances

Beberapa analisis dalam ekonomi regional
Beberapa analisis dalam ekonomi regionalBeberapa analisis dalam ekonomi regional
Beberapa analisis dalam ekonomi regionalSugeng Budiharsono
 
Pusat pertumbuhan
Pusat pertumbuhanPusat pertumbuhan
Pusat pertumbuhanEka Aprilia
 
Transformasi Struktural di Indonesia
Transformasi Struktural di IndonesiaTransformasi Struktural di Indonesia
Transformasi Struktural di Indonesiajahenfr
 
Rizky hadi rahmannia perwil
Rizky hadi rahmannia perwilRizky hadi rahmannia perwil
Rizky hadi rahmannia perwilrizky hadi
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Pengantar Perekonomian Indonesia
Pengantar Perekonomian IndonesiaPengantar Perekonomian Indonesia
Pengantar Perekonomian Indonesiajahenfr
 
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...Ronykur Ronykur
 
Inflasi dan Pengangguran (mine)
Inflasi dan Pengangguran (mine)Inflasi dan Pengangguran (mine)
Inflasi dan Pengangguran (mine)Tri Yani
 
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pendapatan irlan fery
Pengaruh pertumbuhan ekonomi  terhadap pendapatan irlan feryPengaruh pertumbuhan ekonomi  terhadap pendapatan irlan fery
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pendapatan irlan feryirlan_fery81
 
Handouts pie makro 2012
Handouts pie makro 2012Handouts pie makro 2012
Handouts pie makro 2012bwfitri
 
Keseimbangan ekonomi 2 sektor
Keseimbangan ekonomi 2 sektorKeseimbangan ekonomi 2 sektor
Keseimbangan ekonomi 2 sektorAmalia Damayanti
 
Pengantar ekonomi-makro-pertemuan-1
Pengantar ekonomi-makro-pertemuan-1Pengantar ekonomi-makro-pertemuan-1
Pengantar ekonomi-makro-pertemuan-1alexbaskara
 
Part 3 teori konsumsi, tabungan, dan investasi
Part 3   teori konsumsi, tabungan, dan investasiPart 3   teori konsumsi, tabungan, dan investasi
Part 3 teori konsumsi, tabungan, dan investasimahasiswaunida
 
Resume makro ekonomi (KULIAH)
Resume makro ekonomi (KULIAH)Resume makro ekonomi (KULIAH)
Resume makro ekonomi (KULIAH)Heiha Tambun
 
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4Rostiawati Hasan
 
Pembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regionalPembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regionalEly Goro Leba
 

Tendances (20)

Beberapa analisis dalam ekonomi regional
Beberapa analisis dalam ekonomi regionalBeberapa analisis dalam ekonomi regional
Beberapa analisis dalam ekonomi regional
 
Pusat pertumbuhan
Pusat pertumbuhanPusat pertumbuhan
Pusat pertumbuhan
 
Transformasi Struktural di Indonesia
Transformasi Struktural di IndonesiaTransformasi Struktural di Indonesia
Transformasi Struktural di Indonesia
 
Rizky hadi rahmannia perwil
Rizky hadi rahmannia perwilRizky hadi rahmannia perwil
Rizky hadi rahmannia perwil
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
 
Pengantar Perekonomian Indonesia
Pengantar Perekonomian IndonesiaPengantar Perekonomian Indonesia
Pengantar Perekonomian Indonesia
 
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...
 
Inflasi dan Pengangguran (mine)
Inflasi dan Pengangguran (mine)Inflasi dan Pengangguran (mine)
Inflasi dan Pengangguran (mine)
 
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pendapatan irlan fery
Pengaruh pertumbuhan ekonomi  terhadap pendapatan irlan feryPengaruh pertumbuhan ekonomi  terhadap pendapatan irlan fery
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pendapatan irlan fery
 
Mikro dan-makro
Mikro dan-makroMikro dan-makro
Mikro dan-makro
 
(Pert. 2) teori konsumsi dan investasi
(Pert. 2) teori konsumsi dan investasi(Pert. 2) teori konsumsi dan investasi
(Pert. 2) teori konsumsi dan investasi
 
Tubes Pengek Smt 2
Tubes Pengek Smt 2Tubes Pengek Smt 2
Tubes Pengek Smt 2
 
Handouts pie makro 2012
Handouts pie makro 2012Handouts pie makro 2012
Handouts pie makro 2012
 
Keseimbangan ekonomi 2 sektor
Keseimbangan ekonomi 2 sektorKeseimbangan ekonomi 2 sektor
Keseimbangan ekonomi 2 sektor
 
Pengantar ekonomi-makro-pertemuan-1
Pengantar ekonomi-makro-pertemuan-1Pengantar ekonomi-makro-pertemuan-1
Pengantar ekonomi-makro-pertemuan-1
 
Part 3 teori konsumsi, tabungan, dan investasi
Part 3   teori konsumsi, tabungan, dan investasiPart 3   teori konsumsi, tabungan, dan investasi
Part 3 teori konsumsi, tabungan, dan investasi
 
Resume makro ekonomi (KULIAH)
Resume makro ekonomi (KULIAH)Resume makro ekonomi (KULIAH)
Resume makro ekonomi (KULIAH)
 
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4
Rostiawati 11140756 (5 v ma) materi 4
 
Slide 14 (pe)
Slide 14 (pe)Slide 14 (pe)
Slide 14 (pe)
 
Pembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regionalPembangunan ekonomi regional
Pembangunan ekonomi regional
 

Similaire à Daerah konvergensi dan dinamika ekonomi indonesia

Keterkaitan instrumen kebijakan moneter dengan neraca pembayaran di indonesia...
Keterkaitan instrumen kebijakan moneter dengan neraca pembayaran di indonesia...Keterkaitan instrumen kebijakan moneter dengan neraca pembayaran di indonesia...
Keterkaitan instrumen kebijakan moneter dengan neraca pembayaran di indonesia...cekkembali dotcom
 
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di indonesia se...
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di indonesia se...Analisis faktor yang berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di indonesia se...
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di indonesia se...Awang Budi Kusumo
 
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMIPERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMIGilang Jupriono
 
KAJIAN PENDEKATAN KEYNESIAN DAN MONETARIS TERHADAP DINAMIKA CADANGAN DEVISA ...
KAJIAN PENDEKATAN KEYNESIAN DAN  MONETARIS TERHADAP DINAMIKA CADANGAN DEVISA ...KAJIAN PENDEKATAN KEYNESIAN DAN  MONETARIS TERHADAP DINAMIKA CADANGAN DEVISA ...
KAJIAN PENDEKATAN KEYNESIAN DAN MONETARIS TERHADAP DINAMIKA CADANGAN DEVISA ...Vector Asion
 
Translasi valuta asing dan inflasi ppt
Translasi valuta asing dan inflasi pptTranslasi valuta asing dan inflasi ppt
Translasi valuta asing dan inflasi pptRodinda Prasetiani
 
Atmasphere 20 Juni 2016
Atmasphere 20 Juni 2016Atmasphere 20 Juni 2016
Atmasphere 20 Juni 2016Mac Margono
 
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfAnalisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfpoppy251661
 
PPT Kel. 4 Permintaan Agegat II.pptx
PPT Kel. 4 Permintaan Agegat II.pptxPPT Kel. 4 Permintaan Agegat II.pptx
PPT Kel. 4 Permintaan Agegat II.pptxDindaSyahdaini
 
Perubahan struktur ekonomi indonesia erlina risnandari 11140131 (6 )
Perubahan struktur ekonomi indonesia erlina   risnandari 11140131 (6 )Perubahan struktur ekonomi indonesia erlina   risnandari 11140131 (6 )
Perubahan struktur ekonomi indonesia erlina risnandari 11140131 (6 )erlina risnandari
 
Norma Selestia-43222120010-TM 12.docx
Norma Selestia-43222120010-TM 12.docxNorma Selestia-43222120010-TM 12.docx
Norma Selestia-43222120010-TM 12.docxNormaSelestia
 
Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11Yuca Siahaan
 
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatDampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatOperator Warnet Vast Raha
 
Week 6 perubahan struktur perekonomian yusinadia sekar sari 11140023 5 v-ma
Week 6 perubahan struktur perekonomian  yusinadia sekar sari 11140023   5 v-maWeek 6 perubahan struktur perekonomian  yusinadia sekar sari 11140023   5 v-ma
Week 6 perubahan struktur perekonomian yusinadia sekar sari 11140023 5 v-maYusinadia Sekar Sari
 
Asmu'ah 5 x_11140176_perubahan struktur ekonomi
Asmu'ah 5 x_11140176_perubahan struktur ekonomiAsmu'ah 5 x_11140176_perubahan struktur ekonomi
Asmu'ah 5 x_11140176_perubahan struktur ekonomiAsmu'ah muah
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatHaidar Bashofi
 
Bab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATAN
Bab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATANBab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATAN
Bab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATANxNet8
 

Similaire à Daerah konvergensi dan dinamika ekonomi indonesia (19)

Keterkaitan instrumen kebijakan moneter dengan neraca pembayaran di indonesia...
Keterkaitan instrumen kebijakan moneter dengan neraca pembayaran di indonesia...Keterkaitan instrumen kebijakan moneter dengan neraca pembayaran di indonesia...
Keterkaitan instrumen kebijakan moneter dengan neraca pembayaran di indonesia...
 
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di indonesia se...
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di indonesia se...Analisis faktor yang berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di indonesia se...
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di indonesia se...
 
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMIPERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
 
KAJIAN PENDEKATAN KEYNESIAN DAN MONETARIS TERHADAP DINAMIKA CADANGAN DEVISA ...
KAJIAN PENDEKATAN KEYNESIAN DAN  MONETARIS TERHADAP DINAMIKA CADANGAN DEVISA ...KAJIAN PENDEKATAN KEYNESIAN DAN  MONETARIS TERHADAP DINAMIKA CADANGAN DEVISA ...
KAJIAN PENDEKATAN KEYNESIAN DAN MONETARIS TERHADAP DINAMIKA CADANGAN DEVISA ...
 
Translasi valuta asing dan inflasi ppt
Translasi valuta asing dan inflasi pptTranslasi valuta asing dan inflasi ppt
Translasi valuta asing dan inflasi ppt
 
Atmasphere 20 Juni 2016
Atmasphere 20 Juni 2016Atmasphere 20 Juni 2016
Atmasphere 20 Juni 2016
 
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdfAnalisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
Analisis Neraca Pembayaran Indonesia Pendekatan Model ECM.pdf
 
BMP ESPA4220
BMP ESPA4220BMP ESPA4220
BMP ESPA4220
 
PPT Kel. 4 Permintaan Agegat II.pptx
PPT Kel. 4 Permintaan Agegat II.pptxPPT Kel. 4 Permintaan Agegat II.pptx
PPT Kel. 4 Permintaan Agegat II.pptx
 
Perubahan struktur ekonomi indonesia erlina risnandari 11140131 (6 )
Perubahan struktur ekonomi indonesia erlina   risnandari 11140131 (6 )Perubahan struktur ekonomi indonesia erlina   risnandari 11140131 (6 )
Perubahan struktur ekonomi indonesia erlina risnandari 11140131 (6 )
 
Norma Selestia-43222120010-TM 12.docx
Norma Selestia-43222120010-TM 12.docxNorma Selestia-43222120010-TM 12.docx
Norma Selestia-43222120010-TM 12.docx
 
Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11Analisis pasar by kel 11
Analisis pasar by kel 11
 
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatDampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
 
Week 6 perubahan struktur perekonomian yusinadia sekar sari 11140023 5 v-ma
Week 6 perubahan struktur perekonomian  yusinadia sekar sari 11140023   5 v-maWeek 6 perubahan struktur perekonomian  yusinadia sekar sari 11140023   5 v-ma
Week 6 perubahan struktur perekonomian yusinadia sekar sari 11140023 5 v-ma
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
5 perubahan struktur ekonomi
5 perubahan struktur ekonomi5 perubahan struktur ekonomi
5 perubahan struktur ekonomi
 
Asmu'ah 5 x_11140176_perubahan struktur ekonomi
Asmu'ah 5 x_11140176_perubahan struktur ekonomiAsmu'ah 5 x_11140176_perubahan struktur ekonomi
Asmu'ah 5 x_11140176_perubahan struktur ekonomi
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
 
Bab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATAN
Bab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATANBab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATAN
Bab 4 kemiskinan dan KESENJANGAN PENDAPATAN
 

Plus de Arief Anzarullah

Presentasi kerukunan antar umat beragama
Presentasi kerukunan antar umat beragamaPresentasi kerukunan antar umat beragama
Presentasi kerukunan antar umat beragamaArief Anzarullah
 
Analisa pengaruh neraca pembayaran. (Makalah Ekonomi Internasional)
Analisa pengaruh neraca pembayaran. (Makalah Ekonomi Internasional)Analisa pengaruh neraca pembayaran. (Makalah Ekonomi Internasional)
Analisa pengaruh neraca pembayaran. (Makalah Ekonomi Internasional)Arief Anzarullah
 
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunanKemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunanArief Anzarullah
 
Analisis neraca pembayaran indonesia (full)
Analisis neraca pembayaran indonesia (full)Analisis neraca pembayaran indonesia (full)
Analisis neraca pembayaran indonesia (full)Arief Anzarullah
 
Pengantar Ekonomi Pembagunan
Pengantar Ekonomi Pembagunan Pengantar Ekonomi Pembagunan
Pengantar Ekonomi Pembagunan Arief Anzarullah
 
Instrumen evaluasi kinerja
Instrumen evaluasi kinerjaInstrumen evaluasi kinerja
Instrumen evaluasi kinerjaArief Anzarullah
 

Plus de Arief Anzarullah (15)

IKD- SDA
IKD- SDAIKD- SDA
IKD- SDA
 
Presentasi kerukunan antar umat beragama
Presentasi kerukunan antar umat beragamaPresentasi kerukunan antar umat beragama
Presentasi kerukunan antar umat beragama
 
Gerakan rotasi bumi ikd
Gerakan rotasi bumi ikdGerakan rotasi bumi ikd
Gerakan rotasi bumi ikd
 
Presentasi tenses group 8
Presentasi tenses group 8Presentasi tenses group 8
Presentasi tenses group 8
 
Persaingan Monopolistik
Persaingan MonopolistikPersaingan Monopolistik
Persaingan Monopolistik
 
Analisa pengaruh neraca pembayaran. (Makalah Ekonomi Internasional)
Analisa pengaruh neraca pembayaran. (Makalah Ekonomi Internasional)Analisa pengaruh neraca pembayaran. (Makalah Ekonomi Internasional)
Analisa pengaruh neraca pembayaran. (Makalah Ekonomi Internasional)
 
Manajemen Pemasaran
Manajemen PemasaranManajemen Pemasaran
Manajemen Pemasaran
 
Keterbelakangan
KeterbelakanganKeterbelakangan
Keterbelakangan
 
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunanKemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
 
Analisis neraca pembayaran indonesia (full)
Analisis neraca pembayaran indonesia (full)Analisis neraca pembayaran indonesia (full)
Analisis neraca pembayaran indonesia (full)
 
Suku bunga
Suku bungaSuku bunga
Suku bunga
 
Pengantar Ekonomi Pembagunan
Pengantar Ekonomi Pembagunan Pengantar Ekonomi Pembagunan
Pengantar Ekonomi Pembagunan
 
Resume Kompensasi SDM
Resume Kompensasi SDMResume Kompensasi SDM
Resume Kompensasi SDM
 
Instrumen evaluasi kinerja
Instrumen evaluasi kinerjaInstrumen evaluasi kinerja
Instrumen evaluasi kinerja
 
Persentasi jurnal sdm
Persentasi jurnal sdmPersentasi jurnal sdm
Persentasi jurnal sdm
 

Dernier

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxfitriaoskar
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Dernier (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Daerah konvergensi dan dinamika ekonomi indonesia

  • 1. Daerah Konvergensi dan Dinamika Ekonomi Indonesia Abstrak Makalah ini menggambarkan pola ketimpangan dan konvergensi pendapatan regional Indonesia sejak tahun 1979an. Meskipun kerangka pertumbuhan ekonomi sebagian besar telah diterapkan untuk menganalisis pertumbuhan dan konvergensi lintas negara, beberapa negara regional telah dilakukan penelitian. Namun, dampak dari kondisi ekonomi makro di tingkat nasional atas ketimpangan pembangunan ekonomi dan proses konvergensi perlu disertakan. Indonesia merupakan studi kasus yang menarik, karena ekonomi indonesia telah melalui banyak pergolakan dalam beberapa dekade terakhir dari pergolakan eksternal sampai beberapa perubahan kebijakan utama nasional. Catatan yang berbeda dalam pembangunan sub nasional telah membuat ketimpangan pembangunan dan pertumbuhan menjadi topik yang sangat penting. Hal ini menunjukkan pola yang dipengaruhi oleh beberapa perubahan besar di Indonesia dalam hal kebijakan dan pembangunan ekonomi, termasuk kondisi ekonomi makro dan perubahan struktural. Kata Kunci: Analisis pertumbuhan, Pembangunan dan Perubahan, Ukuran dan Distribusi Spasial Daerah, Indonesia Arief Anzarullah et all_PEP Page 1
  • 2. 1. PENGANTAR Tingkat pembangunan yang berbeda antar negara dan wilayah telah menjadi subjek perhatian di bidang ekonomi pembangunan untuk waktu yang lama. Penelitian terbaru menempatkan lebih menekankan pada pertumbuhan regional dan konvergensi dalam suatu negara. Untuk tujuan itu, analisis dan kerangka empiris telah diadaptasi dari teori pertumbuhan dan pembangunan diterapkan untuk studi internasional lintas negara. Meskipun sebagian besar kerangka kerja telah diterapkan untuk menganalisis pertumbuhan lintas negara, beberapa negara regional telah dilakukan penelitian. Menggunakan kerangka kerja ini, mungkin ada beberapa aspek yang berbeda dalam pelaksanaan dan interpretasi antara kedua aplikasi. Apa yang akan membedakan penerapan analisis ketimpangan adalah dampak dari kondisi makro ekonomi yang dihadapi perekonomian nasional atas ketimpangan pembangunan ekonomi, dan proses konvergensi, termasuk reformasi ekonomi di tingkat nasional. Selain perbedaan dalam pengalihan dan kebijakan alokasi investasi dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, perubahan kebijakan tunggal nasional dapat memiliki efek ekonomi yang berbeda untuk daerah yang berbeda dan karenanya berdampak pada ketimpangan pendapatan. Indonesia merupakan studi kasus yang menarik, karena ekonomi indonesia telah melalui banyak pergolakan dalam beberapa dekade terakhir dari pergolakan eksternal sampai pada beberapa perubahan kebijakan utama nasional. Sebelum tahun 1982, Indonesia didominasi dengan ekonomi berbasis sumber daya. Kemudian harus menyesuaikan diri dengan penurunan harga minyak selama periode 1983-1986. Dari 1987-1992, pentingnya reformasi berkelanjutan berhasil meningkatkan ekspor non migas tetapi momentum reformasi melambat selama periode 1993-1997. Pada periode tahun 1997-1998, Indonesia mengalami krisis ekonomi dan politik yang mendalam yang menyebabkan melemahnya pemerintah pusat dan akhirnya ke program desentralisasi pada tahun 2001. Arief Anzarullah et all_PEP Page 2
  • 3. Selama masa pembangunan ini, catatan pembangunan sub nasional telah membuat topik penting ketimpangan pembangunan ekonomi dan pertumbuhan. Provinsi pertambangan yang kaya menunjukkan ketidakpuasan mereka dengan pemerintah pusat, menuntut pemindahan pendapatan yang lebih besar dan kewenangan yang lebih besar dalam menyusun perencanaan pembangunan mereka. Ini merupakan salah satu isu utama pada saat perubahan politik secara cepat setelah krisis ekonomi. Akibatnya, pada tahun 2001 Indonesia telah bergeser secara drastis dari sistem pemerintah yang terpusat ke sistem desentralisasi (Alm et al, 2001;. Tadjoedin et al, 2001;.. Balisacan et al, 2002) Makalah ini menggambarkan pola ketimpangan dan konvergensi pendapatan regional di Indonesia, yang memberi perubahan dalam perekonomian nasional sejak 1970-an. Daftar isi dari sisa makalah adalah sebagai berikut, bagian 2 dan 3 akan meninjau kembali kerangka kerja dan data yang akan digunakan untuk analisis. Episode perekonomian Indonesia dari tahun 1970-an hingga tahun 2003 dijelaskan pada bagian 4. Bagian 5 mengungkapkan ketidaksetaraan dan proses konvergensi selama periode yang dipelajari. Bagian 6 akan menyimpulkan diskusi. 2. METODOLOGI Konsep konvergensi telah banyak digunakan untuk menganalisis ketimpangan pendapatan antar daerah, juga dikenal sebagai ketimpangan regional. Ada dua konsep konvergensi umum yang digunakan dalam analisis ketimpangan regional, yaitu β (beta) dan σ (sigma) konvergensi. Konsep konvergensi β berfokus pada apakah daerah miskin tumbuh lebih cepat dari daerah kaya. Di sisi lain, perubahan konvergensi σ merupakan langkah-langkah dalam dispersi pendapatan per kapita antar negara. Meskipun berfokus pada dua aspek yang berbeda, kedua konsep konvergensi memiliki hubungan yang kuat dengan satu sama lain. 2.1 Penerapan konvergensi Konvergensi β dinamai koefisien korelasi parsial antara pertumbuhan pendapatan dan nilai awal. Pendekatan ini dikembangkan dari karya Solow (1956) dan Swan (1956) dalam model pertumbuhan mereka. Model Solow-swan menunjukkan bahwa pendapatan Arief Anzarullah et all_PEP Page 3
  • 4. per kapita tumbuh dari semua perekonomian untuk jangka panjang yang akan menggunakan rumus : In yt – In y* = e-βt In y0 – e-βt In y* = e-βt (In y0 – In y*) …………………………….. (1) Dimana yt adalah pendapatan per kapita saat ini, y0 adalah pendapatan awal per kapita dan y* adalah pendapatan per kapita negara maju. Studi dalam konvergensi β menggunakan persamaan lintasan untuk mencari keberadaan dan kecepatan konvergensi. Lintasan ini diperkirakan dalam bentuk tereduksi In (yt / y0) / t= α + (eβ –1 ) In y0 + ut ………………………………………… (2) Nilai negatif dari koefisien (eβ -1) dan β berarti bahwa pertumbuhan tinggi yang dialami perekonomian yang mulanya berpenghasilan rendah. Ini juga berarti bahwa rata-rata, negara berpenghasilan rendah mengejar ketertinggalan dari negara yang berpenghasilan yang lebih tinggi, dengan kata lain konvergensi β. Nilai β juga digunakan untuk menghitung kecepatan tangkapan proses. Secara khusus, dapat digunakan untuk memperkirakan saat setengah jalan titik steady state akan dicapai untuk kecepatan tertentu. Mengingat persamaan (1) dan asumsi bahwa semua pendapatan akan pergi ke steady state, titik setengah jalan berarti e-βt dalam persamaan (1) harus setengah eβt bijih sama dengan 2. Ini menyiratkan bahwa βt sama dengan 0,69. itu misalnya, β adalah sama dengan 2% maka t akan 35 tahun yang berarti dalam 35 tahun yt semua sudah harus berada di setengah jalan dari perjalanan dari y0 ke * y. Dalam literatur pertumbuhan, ada dua jenis konvergensi β yaitu mutlak dan bersyarat. Konvergensi β mutlak adalah ketika kondisi konvergensi dicapai tanpa mengontrol variabel lain dalam persamaan (2). Di sisi lain, dalam konvergensi β kondisional, kondisi konvergensi hanya dapat dicapai jika satu atau lebih variabel dikendalikan. Ilustrasi dapat diformalkan oleh persamaan Dalam (yt / y0) / t = α + (eβ -1) Dalam y0 + χ'it yx + ut............................ (3) Arief Anzarullah et all_PEP Page 4
  • 5. Dimana χ'it adalah vektor dari variabel kontrol. Jika β negatif dicapai tanpa adanya χ'it ada β mutlak dapat dicapai hanya jika χ'it ada, konvergensi β tidak mutlak tapi bersyarat. Ini berarti tidak ada konvergensi kecuali beberapa ekonomi atau non faktor ekonomi yang ditentukan harus sama di seluruh ekonomi. Jika β negatif dengan kami tanpa adanya χ'it terdapat konvergensi absolut maupun kondisional pada saat yang sama. Namun, ada kasus-kasus ketika kondisi tertentu tidak harus dikontrol untuk menghasilkan adanya konvergensi. Migrasi adalah salah satu contoh. Pergerakan tenaga kerja dan modal di antara negara harus mengarah pada lebih seimbang, proses konvergensi mungkin berhenti atau setidaknya menjadi lebih lambat. Bab ini akan fokus pada pembahasan konvergensi β absolut didasarkan pada dua argumen. Pertama, Sala-i-Martin (1996) berpendapat bahwa keterbukaan dan komersial integrasi antar daerah dalam satu negara telah membuat adanya konvergensi negara intra lebih mungkin. Selanjutnya, hasil empiris penelitian menunjukkan negara intra bahwa nilai β tidak berubah secara substansial diberikan variabel kontrol, yang berarti bahwa kecepatan konvergensi antara ekonomi nasional sub tidak terpengaruh oleh faktor-faktor lainnya. Hal ini mungkin tidak berlaku untuk negara berkembang studi, sejak Sala-imartin (1996) melaporkan hasil penelitian hanya dari negara maju. Kedua dan lebih penting, penelitian ini akan fokus pada proses konvergensi dari waktu ke waktu di masa lalu. Ini berarti kecepatan konvergensi akan diperiksa dengan kondisi sejarah yang ada. Akibatnya, tidaklah tepat untuk mengendalikan atau mengatur beberapa kondisi harus sama di seluruh daerah jika itu bukan realitas pada waktu itu. Ekonometris, keberadaan non-dari setiap variabel kontrol berarti istilah error (ut) dalam persamaan (2) adalah murni acak dan tidak dapat diprediksi oleh variabel apapun, termasuk salah satu yang berkorelasi dengan pendapatan awal sebagai harapan korelasi antara variabel independen dan istilah kesalahan. Ini salah satu dari asumsi tiga adalah variabel eksogen linear independen, yang harus dicapai karena hanya ada satu variabel eksogen asumsi terakhir, diharapkan nilai nol kesalahan, harus dicapai dengan adanya Arief Anzarullah et all_PEP Page 5
  • 6. intercept dalam persamaan sehingga jika sarana Kesalahan tidak nol akan ditambahkan atau dikurangi untuk mencegat. 2.2 Penerapan konvergensi Konsep lain, konvergensi σ, adalah ukuran standar deviasi. Standar deviasi dan nilai kuadrat nya, varians, mengukur dispersi distribusi dengan jarak total jumlah setiap ratarata mereka. Atau, pengukuran analisis konvergensi σ derajat perbedaan antara pendapatan, distribusi pendapatan diperkirakan menurun dari waktu ke waktu. Dalam literatur teori pertumbuhan, pengukuran dispersi dalam konsep konvergensi σ menggunakan varians nilai logaritma dari pendapatan per kapita. Baumol (1986) telah mempopulerkan digunakan pengukuran ini untuk menganalisis σ konvergensi antara ekonom pertumbuhan (Baro dan Sala-i-Martin 1991, Dowrick dan Quiggin 1997). Rumus untuk varians nilai logaritma adalah Ada dua keuntungan dari menggunakan nilai logaritma bukan nilai tingkat pendapatan per kapita. Yang pertama menyangkut efek skala dan second hubungan antara B dan konvergensi o. Mengenai efek skala, nilai logaritma akan menghilangkan masalah yang sering terjadi ketika bentuk dua distribusi dengan skala yang berbeda atau rata-rata rata-rata dibandingkan. Bentuk yang sama distribusi akan memiliki standar deviasi yang lebih tinggi jika melibatkan nilai nominal lebih besar. Sebagai contoh, jika semua angka dalam distribusi telah menjadi dua kali lebih besar maka bentuk distribusi harus sama tetapi besarnya standar deviasi akan berlipat ganda dan varians akan empat kali lipat. Mengambil nilai logaritma akan menghilangkan efek skala, karena pengurangan dari dua nilai logaritma adalah sama dengan nilai logaritma dari rasio angka-angka. Jika berarti setiap pendapatan individu dalam persamaan (4) sebenarnya skala oleh rata-rata. Dengan konsep itu, persamaan (4) dapat ditulis kembali sebagai....... (Rumus)....... Jadi, jika semua nilai dalam distribusi semakin besar dengan proporsi yang sama, varians nilai logaritma akan sama karena sarana juga akan dikalikan dengan proporsi yang. Arief Anzarullah et all_PEP Page 6
  • 7. 3. DATA Data terdiri dari 26 propinsi di Indonesia selama periode tahun 1975 - 2002. Database utama di didirikan dari dua publikasi dari indonesia statistik papan (BPS), yang merupakan rekening regional dengan produksi atau nilai tambah dan dengan pengeluaran. Data Populasi diambil dari Database Asian CEIC. 3.1 Provinsi Beberapa kekhawatiran telah ditujukan kepada diskusi tentang apa tingkat analisis daerah di Indonesia harus dilakukan, karena ada provinsi dan tingkat kabupaten / kota. Makalah ini adalah berurusan dengan provinsi meskipun fakta bahwa desentralisasi telah menempatkan kekuasaan lebih pada alasan level. Sebelum dan Juli 1976, Indonesia terdiri dari 26 provinsi dan timur timor adalah provinsi dari 27 Indonesia dari Juli 1976 hingga Agustus 1999. Setelah undang-undang baru tentang pemerintahan daerah yang disahkan pada tahun 1999, tujuh provinsi baru yang diusulkan, namun, sampai sekarang, hanya empat telah sepenuhnya didirikan, yaitu Banten dari Jawa Barat, Maluku Utara dari Maluku, bangka belitung dari selatan sumatera dan gorontalo dari utara sulawesi. 3.2 Pendapatan proxy Kami fokus pada pendapatan per kapita dalam analisis ini. Ada proxy pendapatan tiga yang akan dievaluasi, produk domestik provinsi bruto (PDB) per kapita, non pertambangan PDB per kapita dan pengeluaran rumah tangga per modal. Alasan untuk tiga proxy adalah karena penggunaan PDB per kapita telah dikritik, atas dasar bahwa sebagian besar output pertambangan besar timbul kepada pemerintah pusat dan perusahaan minyak. 3.3 Harga Tetap Perbedaan harga antar wilayah merupakan isu penting dalam diskusi kesenjangan regional, karena pendapatan nominal yang sama akan memberikan keranjang yang berbeda dari barang dan jasa jika harga berbeda. Arief Anzarullah et all_PEP Page 7
  • 8. 4. PEREKONOMIAN INDONESIA Penelitian Pertumbuhan diprakarsai oleh Solow (1956) dan angsa (1956) kekhawatiran pertumbuhan jangka panjang. Secara khusus sehubungan dengan proses ekonomi untuk mencapai jalur pertumbuhan yang seimbang dan karenanya pergi ke kondisi steady state. Dalam studi negara intra, yang litelature awal seperti barro dan salai-martin (1990) dan sala-i-martin (1996) menggunakan 10 tahun sebagai periode jangka panjang, tetapi sebagian besar studi terbaru menurun waktu periodd sampai 5 tahunan , mengingat kebutuhan untuk pengamatan lainnya menggunakan teknik ekonometrik canggih. 4.1 Episode Pembangunan Ekonomi sejak tahun 1975 Berdasarkan argumen di atas, harus ada tiga kriteria untuk memilih episode. Ada kondisi ekonomi internal, orientasi kebijakan dan keadaan eksternal. Lima eposodes 1975-2002 dapat indetified.first adalah periode 1975-1981 ketika pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada ekspor minyak. Kedua adalah periode 1982-1986 ketika harga minyak jatuh dan Indonesia harus menyesuaikan ekonominya. The promosi ekspor non migas selama periode 1987-1992 dari adalah episode ketiga. Episode keempat adalah reformasi ekonomi yang melambat pada periode 1993-1997. Krisis ekonomi dan desentralisasi adalah episode kelima. 4.1.1. periode 1975-1981 Tingginya harga minyak internasional yang mendominasi gambaran ekonomi pada periode 1975-1981. Ini dimulai dengan kenaikan harga minyak besar-besaran pada tahun 1973-an hingga 1974 dipicu oleh embargo minyak tahun 1973 Arab. Sebagai negara pengekspor minyak, hal ini mengakibatkan peningkatan pendapatan besar bagi pemerintah pusat Indonesia dan pertamina sebagai perusahaan minyak negara. Aliran pendapatan besar juga akibat dari kebijakan pemerataan yang memungkinkan pemerintah pusat untuk mempertahankan pendapatan dari minyak untuk provinsi penghasil menyebarluaskannya secara nasional. Pendapatan ini sebagian digunakan oleh Arief Anzarullah et all_PEP Page 8
  • 9. pemerintah pusat dan sebagian mendistribusikan ke seluruh provinsi sebagian besar didasarkan pada populasi. Pendapatan besar memungkinkan pemerintah pusat untuk memperluas usaha negara dan semakin membatasi investasi asing (bukit, 2000). Selama periode ini, Indonesia tumbuh dengan sangat pesat pada 7,7% per tahun. Pertumbuhan ini sedikit lebih lambat pada tahun 1978 dan 1979 karena kekhawatiran bahwa harga minyak akan menurun, dan devaluasi besar terjadi pada bulan November 1978. Namun, devaluasi meningkatkan pangsa ekspor nonmigas terhadap PDB dari 7,2% pada tahun 1978 menjadi 12,8% pada tahun 1979, karena pengaruh nilai tukar, sedangkan ekspor minyak bagian dari PDB sedikit menurun dari 17,4% menjadi 15,7%. pada tahun 1980, pertumbuhan ekonomi dijemput untuk lebih dari 9%, bukan hanya karena peningkatan ekspor non minyak tetapi juga karena lain kenaikan karena harga minyak untuk dimulainya perang Iran-Irak. 4.1.2 Periode 1982-1986 Pada tahun 1982, harga minyak mulai terjun dan terus melakukannya hingga 1986. Ini adalah periode penyesuaian perekonomian Indonesia dengan harga minyak yang lebih rendah. Pertama, pemerintah harus menyesuaikan diri dengan pendapatan rendah, sementara pada saat yang sama meningkatkan proporsi yang dedt asing diperlukan pembayaran. Akibatnya, pemerintah pusat harus memotong kembali pengeluaran dengan membatalkan beberapa proyek besar. Kedua, pemerintah berusaha untuk memperkuat ekspor non migas melalui sejumlah kebijakan. Pada tahun 1983, pemerintah mulai mengubah strategi industrialisasi menuju orientasi ekspor dan rupiah didevaluasi untuk mendukung strategi (Rachbini, 2003). Reformasi di pajak dan bea cukai diperkenalkan dalam oleh instruksi presiden pada tahun 1985 untuk mengurangi ekonomi biaya tinggi. Reformasi perdagangan beberapa juga diperkenalkan, terutama pada hambatan tarrif, dan rupiah kembali devaluasi pada tahun 1986. Namun, ada perubahan dalam kebijakan transfer daerah ekonomi dan kebijakan pemerataan tetap di tempatnya. Pertumbuhan turun tajam selama periode 1982-1986 dari, dengan rata-rata 4,4% per tahun. Setelah jatuh hampir 2% pada tahun 1982, pertumbuhan naik dalam dua tahun ke depan sebelum terjun lagi pada tahun 1985. Pangsa ekspor non migas terhadap PDB Arief Anzarullah et all_PEP Page 9
  • 10. meningkat setelah jatuh pada tahun 1982. Ini mencapai 13,4% dari total PDB pada tahun 1986. Sementara itu, pangsa ekspor minyak jatuh dari 15,7% pada tahun 1982 menjadi hanya 6% dari PDB pada tahun 1986. 4.1.3 Periode 1987-1992 Periode 1987-1992 adalah orientasi ekspor periode dengan rasio ekspor terhadap PDB meningkat dari 16,4% pada tahun 1987 menjadi 25,2% tahun 1992. Hal ini terutama didorong oleh meningkatnya pangsa ekspor non migas sebagai akibat dari penyesuaian terhadap harga minyak yang lebih rendah. Selama periode 1987-1992, pangsa ekspor non migas meningkat sebesar 5,4 persentase poin dari 24% menjadi 29,4% dari total PDB. Ada juga keputusan untuk mendepresiasi nilai nominal rupiah terhadap dolar pada tingkat yang cukup stabil, rata-rata 3,3% per tahun sejak devaluasi 1.986 sedangkan inflasi mencapai 8%. Pertumbuhan PDB meningkat dari 4,9% pada tahun 1987 menjadi 6,5% pada tahun 1992 dengan rata-rata tahunan sebesar 6,5% untuk seluruh periode. Perdagangan utama dan deregulasi keuangan terjadi selama periode ini. Dengan dan tahun 1987, pemerintah datang dengan paket deregulasi yang termasuk insentif ekspor, monopoli impor, modal asing, saham domestik / saham ditandai, dan promosi wisata (stan, 1988). Hal ini diikuti oleh tiga deregulasi utama 1988. Paket deregulasi pertama dirilis pada tanggal 27 Oktober 1988. Ini berfokus pada deregulasi masuk pasar terutama di lembaga-lembaga keuangan. Kedua adalah November 21 paket yang berfokus pada perdagangan dan pengiriman. Dan ketiga adalah 22 Desember paket yang berfokus pada sistem keuangan (simanjuntak, 1989). 4.1.4 periode dari tahun 1993 sampai krisis Namun, reformasi melambat selama periode 1993-1997. Sebaliknya, modal swasta dari kedua sumber daya asing dan domestik semakin dominan. Para konglomerat yang muncul sebelum deregulasi erahad diserap suatu Berbagi peningkatan investasi (Rachbini, 2003). Akibatnya, pangsa ekspor per PDB mengalami penurunan sedikit dari 23,6% pada tahun 1993 menjadi 22,6% pada tahun 1996 (setelah berada di 25.2.5 pada tahun 1992). Pada tahun 1997, pangsa ekspor meningkat menjadi 24,7% dari total PDB, tetapi hanya karena nilai tukar melonjak dari dolar Rp2383/us pada akhir tahun 1996 Arief Anzarullah et all_PEP Page 10
  • 11. terhadap dolar Rp4650/us. Tahun 1993-1996 menjadi hanya 4,6% pertumbuhan itu. Sebenarnya masih kuat pada kuartal pertama di tahun 7,5% pada tahun dan mulai turun sebesar 5% pada kedua dan ketiga sebelum pertumbuhan 1% hanya dicapai pada kuartal terakhir. Dengan nilai tukar terus menjadi sekitar Rp15, 000/us dolar pada Juni 1998, Indonesia memiliki masalah mata yang serius. Masalahnya telah menjadi krisis keuangan dengan runtuhnya pasar saham, bangkrutnya perusahaan lokal, dan masalah serius yang dihadapi oleh bank (soessastro dan basri, 1998). Hal ini menyebabkan krisis sosial dan politik ditandai dengan pengunduran diri presiden soeharto pada Mei 1998 setelah setelah memimpin negara itu selama 32 tahun. Pengunduran dirinya tidak berhenti krisis. Ada vertikal dan horisontal sengketa af terwards. Sebuah perselisihan vertikal, yang berarti sengketa antara dua lembaga di berbagai tingkat birokrasi, didorong oleh pemerintah pusat yang lemah. Beberapa daerah menuntut bagian lebih besar dari output pertambangan atau kemerdekaan. Pemerintah pusat berlalu undang-undang berita dua untuk memberikan otonomi yang lebih dan wewenang kepada pemerintah daerah pada Mei 1999. Undang-undang ini, yang tidak dilaksanakan sampai tahun 2001, mulai formula pemerataan baru yang memberikan porsi lebih besar kepada provinsi sumber daya yang kaya. Sengketa ini telah menghasilkan suara kemerdekaan di timur timor Agustus 1999 yang memisahkan provinsi yang telah bergabung dengan Indonesia in 1976. Sengketa dan konflik horisontal muncul di nasional maupun tingkat lokal. Di tingkat nasional, Pemilu 1999 hanya membawa kedamaian sementara dan presiden terpilih digantikan oleh wakil presidennya pada Juli 2001 jakarta sangat serius (Barron et al 2005). Pada satu tahap, konflik tampak sangat serius, tetapi frekuensi agak berkurang pada tahun 2002. Periode 1998-2002 episode juga ditandai dengan penurunan 13% dari PDB pada tahun 1998, diikuti 0,8% pertumbuhan pada tahun 1999 dan melanjutkan pertumbuhan kuat pada tahun 2000 dari 4,9%. Namun, nilai tukar, yang telah sekitar Rp7 dollar, 000/us pada akhir tahun 1999, lagi mendaki ke dolar sekitar Rp9.600/us pada tahun 2000 dan terus Rp10 dollar, 500/us pada tahun 2001. Akibatnya, pertumbuhan diadakan di 3,9% pada tahun 2001, dan tren yang sedikit meningkat setelah itu. Arief Anzarullah et all_PEP Page 11
  • 12. 4.2 Provinsi econies antara 1975 dan 2002 Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 5 pulau. Setiap pulau dipisahkan oleh sejumlah besar laut diberkahi dengan berbagai jenis atau jumlah tanaman mineral, tanah dan hewan. Indonesia juga mempunyai sejarah yang cukup besar, ditambah lagi indonesia mempunyai sumber daya alam yang melimpah. 4.2.1 Populasi Mayoritas penduduk Indonesia terkonsentrasi di Jawa meskipun kenyataannya bahwa ia hanya menempati 7% dari luas lahan. Alasan untuk ini adalah bahwa java memiliki tanah paling subur di negeri ini. Selain itu, pada tahun tahun 1930 Belanda memutuskan untuk berkonsentrasi pada industrialisasi java. Pertumbuhan penduduk Indonesia selama periode 1975-2002 bervariasi antarprovinsi, dari 0,7% per tahun di Yogyakarta menjadi 3,9% per tahun di riau. Pertumbuhan penduduk telah menurun. ini sebagian disebabkan oleh penurunan populasi yang signifikan dalam angka kelahiran total dari 4,7 sampai 1980 menurut sensus hanya 2,8%. Nusa Tenggara Barat, Bengkulu dan Maluku memiliki tingkat fertilitas tertinggi pada tahun 1980, sedangkan Yogyakarta, Jawa Timur dan Jakarta adalah yang. Tingkat kesuburan Bengkulu telah menurun drastis menjadi hanya 3,2 pada tahun 1955. Maluku dan Nusa Tenggara Barat keduanya berhasil memiliki 3,7 sebagai tingkat kesuburan mereka pada tahun 1955, tepat di bawah 3,8 dengan tingkat kesuburan tertinggi pada tahun 1995 yang dicapai oleh papua. Jakarta, Yogyakarta dan bali adalah terendah tingkat pertumbuhannya. 4.2.2 Pendapatan Pendapatan dari segi produk domestik bruto harga konstan 1993, empat provinsi di Jawa, termasuk Yogyakarta, telah antara ekonomi-ekonomi terbesar di Indonesia sejak tahun 1975. Keempat provinsi terdiri 47,4% dan 56,4% dari perekonomian Indonesia pada tahun 1975 dan 2002, masing-masing. Namun, dengan 61,1% dan 57,0% dari total penduduk Indonesia pada tahun 1975 1nd 2002, populasi mereka juga jauh lebih besar daripada provinsi lainnya. Akibatnya, kecuali yhe ibukota Jakarta, PDB per kapita Arief Anzarullah et all_PEP Page 12
  • 13. mereka belum pernah di fife atas. Jakarta PDB per kapita adalah nomor empat pada tahun 1975 (di bawah riau, Kalimantan, dan papua) dan kedua pada tahun 2002 (di bawah timur Kalimantan dan di atas riau, papua dan bali). Kalimantan timur, papua dan riau, yang selalu berada di lima besar karena provinsi yang kaya mineral, dan aceh adalah provinsi yang kaya keenam pada tahun 2002. Namun demikian, sebagian besar manfaat dari pendapatan tambang telah disimpan oleh pemerintah pusat. Akibatnya, banyak peneliti berpendapat bahwa kesejahteraan provinsi-provinsi yang tampaknya kaya dengan PDB per kapita yang tinggi yang dinilai terlalu tinggi. Pengeluaran per kapita merupakan ukuran lain dari kesejahteraan provinsi tersebut. Data provinsi untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tersedia dari tahun 1983. Di sini juga Jakarta juga memiliki angka tertinggi pada tahun 1993 berdasarkan data yang harga konstan. Tiga sumber daya provinsi yang kaya berada di tempat atas, dengan timur Kalimantan kedua, ketiga dan papua riau kelima, sementara bali berada di tempat keempat. Meskipun tidak ada provinsi kaya sumber daya di antara provinsi-provinsi pertumbuhan tertinggi selama periode 1983-2002 dari, pada tahun 2002 empat lima propinsi dengan pengeluaran per kapita tertinggi adalah propinsi yang kaya akan sumber daya. Jakarta berada di tempat pertama diikuti oleh Kalimantan timur, papua, riau dan aceh. PDB Indonesia tumbuh 5,7% per tahun pada periode 1975-2002. Bali, Bengkulu Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tenggara Barat semua memiliki pertumbuhan di atas 7,4% per tahun. Namun demikian, untuk mengukur kecepatan pembangunan, pertumbuhan PDB per kapita dianggap lebih penting. Dengan pertumbuhan penduduk dari 1,8% per tahun, Indonesia PDB per kapita tumbuh sebesar sekitar 3,9% per tahun. Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Jakarta dan Sulawesi Utara memiliki pertumbuhan tertinggi per kapita tahunan semua dengan di atas 5%, sedangkan lima terendah adalah riau, Sumatra Selatan, papua, Maluku, dan Jambi dengan di bawah 3% per tahun. Arief Anzarullah et all_PEP Page 13
  • 14. 4.2.3 Kinerja yang tinggi Bali adalah provinsi yang paling cepat berkembang selama periode 1975-2002. Itu juga ekonomi pertumbuhan yang paling konsisten, dalam hal ini bali selalu berada di antara provinsi-provinsi dengan pertumbuhan tertinggi dari tahun 1975-1997, sebelum ekonomi mengalami pertumbuhan negatif pada periode 1998-2002. Alasan di balik konsistensi ini adalah booming di bidang pariwisata di bali selama 1970-an dan 1980-an. pembukaan Bandara ngurah rai ke maskapai penerbangan internasional pada awal tahun 1970 memainkan peran penting di samping daya tarik budaya yang unik dan pemandangan indah sehingga dapat menarik wisatawan mancanegara untuk berwisata ke pulau bali. Selain pulau bali, indonesia juga mempunyai pulau Nusa Tenggara Barat yang mana adalah salah satu dari tiga provinsi bawah dalam hal PDB per kapita sejak tahun 1975. Nusa Tenggara Barat mampu mempertahankan pertumbuhan sebesar 6,0% per tahun. Alasan utama adalah pertambangan tembaga. Setelah sepuluh tahun eksplorasi, perusahaan tambang Newmont memulai tahap konstruksi di Batu Hijau pada tahun 1997, proses pertambangan dimulai pada tahun 1999 dan mendirikan produksi komersial pada tahun 2000. Sumatera Barat adalah satu dari provinsi pertumbuhan yang tinggi selama periode 1975-2002. Dalam 5 episode pembangunan, sumatra barat menjadi salah satu dari lima provinsi yang pertumbuhan ekonomi didominasi oleh pertumbuhan sektor jasa. Hal ini mungkin didasarkan pada budaya perdagangan dan migrasi keluar. Fakta lain yang menarik adalah sumatra barat memberikan hasil positif dalam sektor manufaktur produktivitas selama periode 1998-2002, sedangkan provinsi lainnya mengalami pertumbuhan yang negatif. Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta telah secara konsisten berada di antara provinsi terkaya. Jakarta juga merupakan pusat perdagangan, komunikasi dan transportasi di Indonesia. Bagian dari sektor jasa yang sangat tinggi dengan 75% pada tahun 1975, sedikit menurun menjadi 66% pada tahun 2002 karena adanya pesatnya perkembangan dari sektor manufaktur. Dengan struktur itu, Jakarta merupakan salah satu provinsi yang paling cepat berkembang selama periode 1987-1997, yang merupakan periode orientasi ekspor dan perkembangan keuangan yang cepat. Arief Anzarullah et all_PEP Page 14
  • 15. Jakarta juga menjadi pusat dari modal swasta dalam periode 1993-1997. Alasan yang sama menyebabkan Jakarta menjadi provinsi yang paling parah terkena krisis keuangan dalam hal PDB. Namun, migrasi yang keluar dari Jakarta memperlemah ketegangan dan ini tidak ada penyusutan dalam hal PDB per kapita selama periode krisis ekonomi selama periode tahun 1999-2002. Sulawesi Utara juga di antara lima provinsi yang paling cepat berkembang selama periode 1987-1997. Namun, Sulawesi Utara tidak mengalami penyusutan PDB dalam periode 1998-2002. Sebaliknya PDB dan PDB per kapita tumbuh masing-masing sebesar 3,7% dan 2,4%, pada saat krisis di Indonesia. Salah satu alasannya adalah kuat sektor jasa, dengan Bitung sebagai pelabuhan besar dan Pulau Bunaken sebagai daya tarik wisata utama. Selain itu, Sulawesi Utara juga memiliki sektor pertanian yang kuat dengan kelapa dan ikan sebagai komoditas ekspor utama yang meningkat secara dramatis dalam memperpanjang waktu (Jones dan Sondakh, 2003). 4.2.4 Perubahan Struktural Meskipun existense dari sumber daya mineral yang kaya provinsi, provinsi Indonesia lainnya juga mengalami perubahan struktural yang cepat selama periode 19752002. indonesian provinsi memiliki ekonomi terutama pertanian pada tahun 1975, dengan 21 0f 26 provinsi yang memiliki lebih dari sepertiga dari PDB mereka dari pertanian sembilan provinsi tersebut. memiliki lebih dari setengah dari PDB mereka dari sector.yet pertanian, tidak memiliki seperti sektor pertanian yang besar pada tahun 2002 dan hanya 5 dari 26 provinsi memiliki lebih dari sepertiga sebagai pangsa pertanian dalam PDB provinsi mereka. sektor isdustrial sedang berkembang pesat di sebagian besar provinsiprovinsi dari hanya 4 tahun 1975 dengan lebih dari 25% sebagai bagian Indutrial mereka ke 15 di 2002.The sektor jasa selalu memiliki pangsa yang tinggi di Indonesia PDB, selalu sekitar 40% sejak 1975 sampai 2002.The sektor masih tumbuh dengan 15 provinsi yang memiliki lebih dari sepertiga dari PDB mereka dari layanan pada tahun 1975, meningkat menjadi 20 provinsi pada tahun 2002 Arief Anzarullah et all_PEP Page 15
  • 16. Perdagangan adalah bagian yang sangat penting dari sektor jasa yang diberikan kondisi geografis Indonesia dan output dibedakan antara saham sektor provinces.the dari PDB intriasing dari 16% pada tahun 1975 menjadi 18% di 2002.bali, jakarta, jawa tengah dan jawa timur memiliki pangsa tertinggi di atas 20% pada tahun 2002, sementara aceh dan papua adalah terendah dengan 7,6% dan 4,7%. transportasi dan sektor keuangan adalah sekitar 7% sampai 8% dari PDB masing-masing selama periode 1.975-2.002, sementara transportasi hampir tersebar merata,. keuangan Sektor ini juga besar dengan pangsa awal mereka adalah 12% 0f PDB pada tahun 1975 tapi kemudian menyusut menjadi 9% di 2002.east Nusa Tenggara, yogyakarta, dan bengkulu merupakan provinsi dengan pangsa terbesar dari sektor ini sebesar 25% sampai 18% pada tahun 2002 . 5. PADA KONVERGENSI PENDAPATAN DAERAH Analisis konvergensi dimulai dengan membandingkan kinerja pertumbuhan provinsi masing-masing dengan pendapatan awal (yaitu mutlak b konvergensi). seperti dapat dilihat dalam gambar #, ada empat provinsi, riau, kalimantan timur, papua dan jakarta, yang memiliki PDB per kapita atas rata-rata, tetapi hanya jakarta punya di atas pertumbuhan rata-rata selama periode 1975-2002,0 nly ada provinsi tumbuh kurang dari rata-rata pertumbuhan rate.As Akibatnya, konvergensi tampaknya terjadi dalam perekonomian daerah Indonesia itu. Namun, banyak peneliti menyarankan proses konvergensi di Indonesia mungkin overstated.inclusion dari sektor pertambangan dalam perhitungan PDB per kapita adalah output reason.the utama sektor pertambangan tidak merata dengan hanya lima provinsi yang memiliki contributins sangat besar dalam sektor. sebagai hasilnya, inequaliy daerah tinggi karena sektor tersebut, tetapi sebagian besar output pertambangan dipegang oleh pemerintah pusat untuk didistribusikan, yang berarti pendapatan masyarakat di provinsiprovinsi tambang yang kaya tidak dapat diwakili oleh output dari sector.moreover itu, konvergensi tidak jelas dalam kasus per kapita PDB tanpa pertambangan, di mana 2 dari 7 provinsi dengan rata-rata di atas dan 6 dari 19 provinsi di bawah rata-rata tumbuh di bawah pertumbuhan rata-rata Regresi untuk konvergensi mutlak b menegaskan estimasi argument.the atas koefisien b dalam PDB per kapita untuk seluruh masa 1975-2002 adalah 1,5%, yang Arief Anzarullah et all_PEP Page 16
  • 17. berarti kesenjangan akan dibagi dua dalam waktu 46 years.it juga statistik sangat signifikan. di sisi lain, koefisien b untuk GDP per kapita tanpa pertambangan di 19752002 (0,4%) jauh di bawah koefisien dengan pertambangan dan statistik tidak signifikan, yang berarti bahwa ia tidak dapat mengatakan ada b konvergensi mutlak dalam pertambangan non per kapita GDP.unfortunately, temuan tersebut tidak dapat dikonfirmasikan dengan meansures pendapatan lainnya, yaitu konsumsi rumah tangga, karena tidak tersedianya data. Namun demikian, koefisien untuk data keluar (1983-2002) menunjukkan koefisien adalah 0,2% pada tahun 1993 harga konstan dan secara statistik tidak signifikan hasil menunjukkan konvergensi yang kuat dalam PDB per kapita, tetapi sangat lemah dalam hal PDB per kapita non pertambangan selama 1975-2002 dan juga dalam konsumsi per kapita selama periode 1983-2002. hal ini juga berguna untuk membandingkan beberapa hasil dari konvergensi negara lain studies.generally, diharapkan bahwa hasil dari negara berkembang akan berbeda dengan satu dari negara maju karena mekanisme proses konvergensi lebih cocok diterapkan pasar baik deleloped ekonomi (Solow, 2001) 5.1 Perbandingan dari Konvergensi keseluruhan untuk Negara Lainnya Cina akan menjadi negara dengan karakteristik sistem perencanaan pada periode 19521965 dan sistem pasar setelah reformasi pada tahun 1993. Besaran koefisien PDB per kapita Indonesia pada periode 1975-2002 lebih tinggi dari China pada periode 1952-1965 (0,6%) tetapi lebih kecil dari China pada periode 1978-1993 sebesar 1,7% (Jian, Warner dan Sachs, 1996) atau 2% pada periode 1978-1989 dari (Gundlach, 1997). Disesuaikan R2 dengan regresi yang relatif tinggi dibandingkan dengan regresi Cina. Meskipun demikian, besarnya dari konvergensi β untuk pertambangan PDB per kapita lebih rendah dari konvergensi Cina dalam masa sistem perencanaan. Vietnam, perekonomian lain yang hanya melalui proses pasar reformasi memiliki tingkat konvergensi yang sangat rendah sebesar 0,3% selama periode 1995-2000 (Klump dan Nguyen, 2004). Dibandingkan dengan penelitian negara berkembang lainnya, besarnya 0,4% dari PDB per kapita non pertambang sebenarnya tidak terlalu rendah. India telah mengalami Arief Anzarullah et all_PEP Page 17
  • 18. perbedaan regional antara tahun 1961 dan 1991 (Cashin dan Sahay, 1995). Meksiko hanya akan tercapai 0,2% tingkat konvergensi selama 1970-2003, sementara Argentina dan Brazil yang sedikit lebih baik dengan masing-masing 0,5% dan 0,6% (Serra et Al, 2006;.. Ferreira, 2000; Azzoni, 2001). Konvergensi tertinggi di kawasan Amerika Latin pada periode ini adalah Chile dengan 1,2% diikuti oleh Peru dengan 1,1%, semua didasarkan pada konvergensi PDB per kapita meskipun hal ini tidak setinggi Philiphpines selama periode 1988-1997 dengan 10,7% (Balisacan dan Fuwa, 2003). Menariknya, tingkat konvergensi ini tidak selalu rendah selama periode dan itu akan dibahas sebagai perbandingan terhadap dampak ekonomi pada peristiwa konvergensi regional di Indonesia nanti. Hasil dari penelitian negara maju menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari konvergensi dengan rata-rata 2% (Sala-i-Martin, 1996). Dari 8 negara, Kanada pada periode 1961-1991 dan Spanyol pada periode 1950-1987 merupakan yang tertinggi masing-masing sebesar 2,4% dan 2,3%. Namun demikian, tingkat konvergensi PDB per kapita di Indonesia juga hampir sama dengan koefisien β untuk Perancis (1,6%) dan Jerman (1,4%), dan lebih tinggi dibandingkan Italia (1,0%) selama periode 1950-1990 (Sala- i-Martin, 1996). Hasil ini telah dikonfirmasi oleh Coulembe dan Lee (1995) untuk Kanada dan Paci dan Pigliaru (1997) untuk Italia. 5.2 Konvergensi dalam ekonomi berbasis minyak Pada episode pertama, 1975-1981 ada konvergensi mutlak signficant untuk GDP per kapita dengan besarnya koefisien diperkirakan 2,0%. waktu dilingkungan untuk perbedaan tersebut untuk mengurangi separuh dari tahun 1975 nilai koefisien 35 years.the lebih tinggi dari periode overhall dari 1.975-2.002 estimtion, tapi mengejutkan nilai disesuaikan hanya 0,19, yang berarti ada faktor yang mempengaruhi proses selain hanya proses konvergensi karena meskipun sangat signifikan, proses konvergensi hanya menjelaskan 19% dari growth.this provinsi berarti bahwa ada determinats pertumbuhan lainnya yang harus duscussed kemudian on.in juga penting untuk dicatat bahwa, meskipun tidak signifikan, koefisien untuk non pertambangan PDB per kapita relatif tinggi pada 1,0% Arief Anzarullah et all_PEP Page 18
  • 19. konvergensi o dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dalam perubahan ketidaksetaraan, karena menunjukkan tren kesenjangan distribusi dari tahun ke tahun. Menurut konsep konvergensi. Ada actully varians 1981.the dari PDB per kapita logaritma inreased dari 0,71 pada tahun 1975 menjadi 0,74 pada 1.977 sebelum turun ke 0,58 pada tahun 1981. Di sisi lain, varians untuk PDB per kapita pertambangan non berfluktuasi slighty sepanjang masa dan menurun dari 0,26 pada tahun 1975 menjadi 0,25 1981.these dua meansurements inequlity juga menunjukkan bahwa perbedaan dalam Econmy daerah Indonesia itu jauh lebih parah ketika pertambangan exclued dari produk domestik. Sejak episode pertama indonesia ekonomi didominasi oleh ekonomi berbasis minyak, diharapkan penjelasan harus berpusat pada kinerja provinsi tambang yang kaya dibandingkan dengan cerita tentang bagaimana others.The kuat minyak mendominasi perekonomian dapat dilihat dari kinerja pertambangan provinsi yang kaya, riau.east Kalimantan dan papua berada di antara propinsi dengan GDP per kapita tertinggi bersama dengan jakarta dan selatan sumatrain 1975, sedangkan aceh, pusat Kalimantan, bali, sulawesi utara dan Kalimatan Timur mencapai growth.so tertinggi penangkapan proses pada periode itu masih disebabkan oleh pertumbuhan yang cepat dari dua provinsi yang kaya tambang, aceh dan Kalimatan Timur selain pertumbuhan sedikit negatif dari riau, yang memiliki GDP per kapita tertinggi pada tahun 1975. sebagai hasilnya,. aceh bergabung dengan PDB tertinggi per kapita di kelompok 1981.while kesenjangan antara riau dan Kalimatan Timur sebagai yang pertama dan kedua dalam daftar itu sangat dekat. namun demikian, ada juga pertumbuhan yang tinggi di kedua provinsi pertambangan non kaya, bali dan sulawesi utara. Cepat konvergensi di sektor pertambangan sebagai jatuhnya harga minyak Indonesia adalah etimated t memiliki konvergensi mutlak cepat menyusul jatuhnya harga minyak dalam besarnya episode.the kedua koefisien itu tinggi sebesar 2,8% itu lebih tinggi secara statistik signifikan dan adjusted R ². Dibandingkan periode sebelumnya sebesar 0,30 iterestingly ada tanda perbedaan β di pertambangan non kapita PDB per meskipun itu bukan estimasi significant.the juga dapat dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dengan koefisien β yang lebih rendah sebesar 1,7% dan lemah signifikan. Ada juga konvergensi o dalam PDB per kapita dari periode 1981-1986. varians turun dari 0,58 pada 1981-0,50 pada tahun 1982 dan kemudian terus menurun terus Arief Anzarullah et all_PEP Page 19
  • 20. menjadi 0,46 pada tahun 1968. di sisi lain, perbedaan peningkatan sedikit dalam PDB per kapita non pertambangan juga ditangkap oleh slightincrease di dissparity. di adalah 0,23 pada tahun 1982 dan 0,27 pada tahun 1986. varians dari konsumsi rumah tangga per kapita di kedua harga memiliki kemiringan ke bawah sedikit dari tahun 1983 menuju 1986.they adalah 0,21 pada tahun 1983 dan telah menjadi 0,19 1986.so oleh perbedaan dalam konsumsi lebih rendah daripada perbedaan dalam PDB non pertambangan dan memiliki becomeeven rendah dalam periode ini adalah nya. mungkin karena variabel konsumsi juga mencakup konsumsi dari miming CPNS. Konvergensi dalam PDB per kapita adalah karena fakta bahwa provinsi pertambangan dua kaya, riau dan papua, memiliki pertumbuhan paling lambat dan bali, jawa tengah, barat kalimantan, bengkulu dan barat sumatra, yang memiliki pertumbuhan tertinggi, semuanya di bawah median fo ini distribution.on pendapatan sisi lain, divergance PDB pertambangan non per kapita sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan yang tinggi dari aceh dan Kalimatan Timur di sektor pertambangan non. Ini menunjukkan theat kedua provinsi itu albe untuk tranfer pendapatan tinggi dari pertambangan ke sektor pertambangan non selama periode tersebut. Perlambatan konvergensi selama liberalisasi perdagangan Kecepatan konvergensi β dalam PDB per kapita telah menjadi jauh lebih lambat dalam episode ketiga ekonomi indonensian ketika ekonomi sedang membuka oleh deregulasi perdagangan utama di hppens 1987.it sebagai ekonomi regional yang lebih baik terhubung ke ekonomi global diuntungkan most.after tersebut mengalami 2,0% dan laju konvergensi 2,8% selama episode iklan thr pertama, kedua besarnya koefisien β diperkirakan menjadi rendah sebesar 1,7% selama periode tahun 1986 -. 1.992 Sementara itu, fot estimasi pertambangan PDB per kapita non koefisien β menunjukkan konvergensi insignnificant. engkau hasil yang sama diperkirakan untuk koefisien β untuk konsumsi rumah tangga. Hasil ini mirip dengan dampak dari liberalisasi perdagangan di Amerika latin pada awal tahun 1990 yang dilakukan oleh argentina, brazil, Kolombia dan peru. Dalam agrgentina dan Kolombia kecepatan konvergensi jatuh dari 1,5% dan 1,7% pada periode 1980-1990 menjadi 0,4% dan 0,8% pada periode 1990-2000 masing-masing, namun kedua negara telah mengalami konvergensi rendah sebelum pada periode 1970-1980 Arief Anzarullah et all_PEP Page 20
  • 21. untuk untuk colombia.nevertheless, peru, yang telah mengalami konvergensi sejak tahun 1970, juga memperlambat kecepatan konvergensi secara signifikan dari 1,8% pada periode 1980-1970 menjadi 2,0% pada periode 1990-2000 (serra et.al., 2006) dampak besar liberalisasi perdagangan mengalami konvergensi kuat dalam periode 1970-1980 sebesar 2,1% dan periode 1980-1985 sebesar 3,4% (serra et.al 2006, paluzie 1999, Hanson, 2003) Varians dari PDB per kapita diperkirakan telah menurun dari 0,46 pada tahun 1986 menjadi 0,38 di tahun 1992 sebagai tanda convrgence o. Bagaimanapun, konvergensi lebih lambat di babak pertama dari periode dan kemudian menurun di lereng curam setelah 1989.in estimasi pertambangan non kapita PDB per, kesenjangan hanya memiliki sangat sedikit penurunan frrom 0,27 pada tahun 1986 menjadi 0.26 pada tahun 1992, sementara hampir tidak ada konvergensi o n konsumsi rumah tangga namun, ada kecenderungan terjadi peningkatan kesenjangan terhadap 1.989 menurun setelahnya. 5.5 Disparitas peningkatan konsumsi dalam reformasi memperlambat Selama episode ini promosi ekspor, lampung, bali, sumatra utara, jakarta utara dan sulawesi adalah lima provinced yang paling cepat berkembang. Deregasi tambahan dalam perdagangan dan keuangan meningkatkan kinerja ekonomi negara-provinced yang memiliki pangsa yang relatif tinggi dari sektor jasa untuk memulai.Bali dan jakarta memiliki pangsa yang sangat tinggi dari sektor perdagangan dalam GDP mereka, apalagi jakarta juga memiliki bagian yang besar dari sektor keuangan, sementara bali memiliki pangsa yang tinggi sektor pariwisata. Utara sumatra sulawesi utara dan dua provinsi dengan sektor transportasi tertinggi terutama karena mereka juga memiliki pelabuhan yang relatif baik. Semetara itu, lampung merupakan perbatasan sumatra dan jawa jadi meskipun tidak memiliki sebagian besar dari sektor jasa tetapi memiliki dampak meningkatnya mobilitas baik dari dua pulau besar. Kecuali jakarta , provinsi ini tidak di antara lima provinsi teratas dalam jangka GDP per kapita, meskipun tiga dari mereka, termasuk jakarta , berada di sepuluh besar. Alasannya karena yang ini propinsi memiliki ekonomi yang relatif besar dengan populasi yang tinggi. Arief Anzarullah et all_PEP Page 21
  • 22. 5.5 Disparitas peningkatan konsumsi dalam reformasi memperlambat Setelah episode promosi ekspor, proses reformasi terutama pada perdagangan melambat doen. Namun, kecepatan konvergensi β lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. The β magnitudeof koefisien untuk GDP per kapita esmated telah menjadi hanya 1.0% dan itu adalah signifikan. Sementara itu, konvergensi β dalam GDP per kapita non pertambangan tidak signifikan. Ini juga ditampilkan dalam tren konvergensi α, varians yang sedikit menurun pada GDP per kapita dan relatif konstan dalam GDP pertambangan per kapita. Perbedaan dalam konsumsi rumah tangga meningkat pada periode ini sebagai indikasi oleh kedua konvergensi β dan α meskipun statistik tidak signifikan. Pertumbuhan konsumsi yang tinggi dicapai oleh sebagian besar provinsi di kalimantan dengan Kalimantan timur, provinsi terkaya di antara mereka, memiliki pertumbuhan tertinggi. Jawa tengah dan Sumatra barat juga di antara lima besar, sementara Jakrta berada di peringkat 60.Mengingat jakarta dan Kalimantan barat berada di posisi pertama dan kedua dalam konsumsi rumah tangga per capita, pertumbuhan yang tinggi dari kedua provinsi telah memicu keseimbangan meningkat. Dalam hal GDP per kapita, pertumbuhan propisi yang terkemuka hampir sama dengan sebelumnya, kecuali untuk lampung yang turun ke 14 dan digantikan oleh papua. Aceh memiliki pertambangan terendah dalam GDP non kapita. P ertumbuhan pada periode 1992-1996, setelah pertumbuhan tertinggi pada periode sebelumnya. Satu penjelasan yang mungkin adalah eskalasi konflik setelah pemerintah Indonesia menyatakan aceh menjadi daerah operasi militer pada tahun 1990. Langkah ini diambil pemerintah karena bentrok dengan gerakan kemerdekaan aceh (GAM), tapi bukannya memecahkan masalah, malah operasi ini secara perlahan memperburuk itu. 5.6 Dampak Krisis Ini mungkin kejutan bagi mereka yang percaya bahwa krisis ekonomi pada tahun 1998 dan 2002 telah mempengaruhi propinsi lainnya. pertama karena memukul sektor Arief Anzarullah et all_PEP Page 22
  • 23. keuangan. konvergensi α bisa memberikan pandangan yang lebih jelas.Meskipun diperkirakan telah relatif konstan antara tahun 1997 dan 1998 untuk GDP per kapita, tetapi dua lainnya mengukur, terutama konsumsi rumah tangga, menunjukkan penurunan yang signifikan pada tahun 1998 kesenjangan dibandingkan 1997. Termasuk pendapatan GDP per kapita, meningkat pada tahun 1998 sebelum penurunan lagi tahun 2000 dan menjadi konstan sesudahnya. Stuasi ini mungkin menunjukkan dampak yang berbeda dari krisis ekonomi dan sisial-politik, pada perbedaan pendapatan di Indonesia atau karena provinsi kaya telah berhasil pulih lebih cepat. tetapi orang telah menderita karena terkena krisis tersebut. Revolusi china dapat menjadi perbandingan bagaimana sosial-politik krisis penuh konflik harus diselesaikan. Selama periode 1965-1978, gangguan besar pada sistem perencanaan pusat di cina kunjung stabil. Namun, dampak pada daerah pertanian wilayah industri terus tumbuh. Namun, seperti yang dinyatakan sebelumnya konflik ini juga terjadi di aceh, jakarta dan juga papua yang termasuk dalam peringkat kelima, kedua dan keempat dalam GDP per kapita di dampingi Maluku, sulawesi tengah yang menduduki peringkat ke 17 dan 22, Sebagai hasil dari tidak adanya dampak yang jelas dari konflik dengan GDP per kapita dan konsumsi rumah tangga serta GDP non pertambangan. Namun, di peringkat non pertambangan ,GDP papua lebih rendah dari peringkat ke 22 lainnya. Singkatnya, kecepatan konvergansi GDP per kapita provinsi di Indonesia menjadi lebih lambat dari satu periode ke periode yang lain. setelah ekonomi disesuaikan dengan turunya harga minyak dan liberalisasi perdagangan. Ada konvergensi dalam GDP pertambangan non per kapita di salah satu periode ekonomi indonesia , sementara konsumsi rumah tangga lemah ketika ekonomi sedang menyesuaikan diri dengan menurunkan harga minyak. Akibatnya, perbedaan dalam GDP per kapita, yang jauh di atas dua lainnya termasuk pendapatan di awal, telah menutup kesenjangan dalam priode tersebut karena pertumbuhan yang relatif lambat oleh sektor pertambangan 7. CONSULATION Arief Anzarullah et all_PEP Page 23
  • 24. Makalah ini telah melihat pola ketimpangan dan konvergensi pendapatan daerah Indoneisa yang diberikan perubahan dalam perekonomian nasional sejak tahun 1975. Hal ini juga menunjukkan bahwa konvergensi telah dipengaruhi oleh beberapa perubahan besar dalam kebijakan Indonesia dan kondisi makroekonomi yang terutama dalam kaitannya dengan perubahan stuktural dari dominasi sektor pertambangan ke sector manufaktur. Namun. Hal ini juga menunjukkan bahwa pola perbedaan adalah sebagian besar datar, yaitu tidak adanya konvergensi, kecuali untuk GDP per kapita. Umumnya, kecepatan GDP provinsi per kapita konvergensi di Indonesia telah tumbuh lebih lambat dari satu episode ke yang lain setelah perekonomian disesuaikan dengan penurunan harga minyak. Tidak ada konvergensi dalam GDP pertambangan non per kapita di salah satu episode perekonomian Indonesia , sementara konsumsi rumah tangga lemah berkumpul selama waktu ekonomi sedang membuka tetapi menyimpang di ibukota waktu terakumulasi selama periode 1992-1996. Perbedaan daerah dalam PDB per kapita, yang jauh di atas dua lainnya meansures pendapatan pada awalnya, menjadi lebih dekat selama tahun-episode karena lambatnya pertumbuhan provinsi yang kaya tambang Arief Anzarullah et all_PEP Page 24