SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  72
Imunodefisiensi

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)
Pendahuluan
Menurunnya daya tahan tubuh pada anak-anak adalah kelompok
gangguan heterogen di mana ada kerusakan pada fungsi normal
dari sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan:
 peningkatan kerentanan terhadap infeksi,
 autoimunitas atau
 keganasan.
Menurunnya daya tahan tubuh dapat berupa
o Primer
o Sekunder
Imunodefisiensi primer adalah kongenital, sedangkan
imonodefisiensi sekunder ada penyakit yang mendasari, misalnya,
luka bakar yang parah, malnutrisi, obat-obat imunosupresi,HIV.

Key words: primary, secondary, immune deficiency, clinical warning, treatment, prognosis
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

2
Immune Deficiency

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

3
Imunodefisiensi Primer
Ada peningkatan prevalensi khususnya bentuk 'nonklasik' dari defisiensi imun di mana cacat dalam
sistem kekebalan tubuh. Bentuk ini mungkin
terjadi di masa bayi tapi kemudian membaik dan
dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Oleh
karena itu, ekspresi klinis defisiensi imun adalah
suatu spektrum dari 'normal' sampai bentuk
parah. Insiden semua PID pediatrik saat ini adalah
sekitar 1:2000, bentuk yang lebih berat seperti
defisiensi imun berat gabungan, “severe
combined imunodeficiency” (SCID) jarang terjadi
(sekitar 1 dari 70 000).
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

4
Penemuan awal seorang anak dengan PID,
penting karena pengobatan yang berhasil
tergantung pada diagnosis dini.
Mayoritas anak-anak dengan tanda-tanda atau
gejala kecurigaan disfungsi kekebalan yang
mendasari akan sebenarnya memiliki sistem
kekebalan tubuh normal. Namun, pertimbangan
kemungkinan PID adalah kunci untuk diagnosis
dan pengurangan morbiditas dan mortalitas.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

5
Pathogenesis
Sistem kekebalan tubuh manusia bekerja pada
tiga tingkatan (Gambar 1). Tingkatan ini tidak
bertindak independen satu sama lain, dan
interaksi mereka dapat menjadi kompleks.
Defisiensi imun, primer dan sekunder,
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh pada
satu atau kombinasi dari tiga tingkat tersebut.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

6
Gambar 1.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

7
1. Anatomi dan fisiologis: Kulit dan membran mukosa
memberikan garis penting pertahanan pertama. Ini termasuk:
 kulit, mukosa
 mekanisme pembersihan mukosiliar,
 pH lambung rendah dan
 lisosom bacteriolytic dalam cairan seperti air mata dan air liur.
 Bersin, batuk.
Cacat pada hambatan-hambatan ini, seperti
 luka bakar,
 pasien dengan infus sentral atau
 intubasi endotrakeal
mengalami peningkatan kerentanan terhadap infeksi.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

8
2. Imunitas bawaan (Innate Immunity):
Makrofag/monosit, eosinofil dan neutrofil, sel
NK penting dalam pertahanan terhadap banyak
mikroorganisme (Gambar 2). Mereka juga
memiliki peran penting dalam inisiasi dan arah
respon imun adaptif dan penghapusan patogen
ditargetkan oleh respon imun adaptif. Sistem
kekebalan tubuh bawaan mengenali
mikroorganisme sebagai benda asing oleh
reseptor pola pengenalan (misalnya, reseptor
Toll-like), yang mengikat protein glikosilasi pada
permukaan sel bakteri.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

9
Gambar 2. Neutrofil, Eosinofil, makrofag dan sel NK pada pemusnahan sel
yang terinfeksi (tengah), menggunakan lytic enzymes, perforin, TNF,
granzymes

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

10
Cacat genetik ini, misalnya, pengembangan
neutrofil atau sinyal Toll Like Receptor,
mengakibatkan menurunnya daya tahan
tubuh. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh
bawaan juga dapat mengenali, dengan
aviditas yang lebih baik, opsonisasi patogen
yang dilapisi antibodi dan/atau komplemen,
sering bertindak sebagai mekanisme terakhir
dalam jalur imun adaptif (Gambar 3, 4).
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

11
Gambar 3. Effector mechanisms against
extracellular pathogens
OPSONISATION
Bacteria in extracellular space

+
Ab

OPSONISATION

Fc receptor
binding

Phagocytosis
Gambar 4. Effector mechanisms against extracellular pathogens
COMPLEMENT Activation
Bacteria in plasma

Lysis

+
Ab &
COMPLEMENT

Opsonisation

Complement &
Fc receptor
binding

Phagocytosis
3. Sistem imun adaptif terdiri dari sel limfosit T (CD4
dan 8) dan limfosit B (CD19) dan dirancang untuk
memberikan pertahanan spesifik dan
meningkatkan perlindungan terhadap infeksi
ulang berikutnya dengan organisme yang sama
dengan pengembangan tanggapan memori
(Gambar 4).

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

14
Gambar 4.
IL-12/ IL-1

Ag

IL-6
IL-4

L

MHC-I

CTLAPC MHC-II Th0

Th-2

IL-5

B-Cell

IL-2, IFN-γ

IL-1
TNF-β, IFN-γ

IL-10

Sel Abnormal FASL

Th.1

SEL MEMORI

SEL PLASMA

I L-2
IFN-γ
L

SEL-NK
SEL-NK AKTIF

Memory Cells

FC-R

SITOTOKSIN

ADCC

SEL-LISIS

AKTIVASI sel limfosit T dan B dalam sistem imun adaptif
SEL ABNORMAL
Respon tubuh terhadap vaksinasi adalah
contoh dari respon adaptif dan lebih cepat,
lebih kuat, lebih tepat sasaran dan dimediasi
IgG atau CD8 dengan tantangan berulang
(Gambar 5). SCID, bentuk yang paling parah
dari PID, memiliki cacat pada fungsi B-dan Tsel.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

16
Gambar 5.

Th1 Cell

CTL

CTL: Cytotoxic Lymphocyte
DTH: Delayed Type Hypersensitivity

CD8

DTH

IgG
Anak Normal

Anak normal, terutama yang berusia kurang dari 2
tahun, memiliki sistem kekebalan yang relatif belum
matang. Beberapa alasan bahwa bayi terutama
berada pada risiko lebih besar terhadap infeksi.
Meskipun T dan B limfosit yang umumnya lebih tinggi
pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa
sepanjang tahun pertama kehidupan, mayoritas
adalah sel naif yang perlahan-lahan membentuk sel
memori. Limfosit T menghasilkan interleukin dan
interferon dan menginduksi produksi IgG dari limfosit
B neonatal. Immunoglobulin G (IgG) produksi
perlahan meningkat selama bulan-bulan pertama
kehidupan.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

18
Dengan memudarnya IgG ibu transplasenta sejak lahir,
berarti bahwa sampai usia 6 bulan bayi memiliki
kekurangan imunoglobulin sementara. Bayi prematur
mulai dengan tingkat IgG maternal lebih rendah, dan
oleh karena itu, memiliki tingkat palung yang lebih
rendah dan mencapai kompetensi kekebalan
kemudian setelah kelahiran. Perubahan kadar
imunoglobulin serum dengan usia ditunjukkan pada
gambar 6. Defisiensi antibodi relatif ini ditambah
dengan neutrofil rendah yang lebih mudah habis
selama infeksi, terutama pada neonatus, dan
komplemen yang tidak mencapai fungsi dewasa untuk
beberapa bulan membuat bayi lebih rentan terhadap
infeksi berat.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

19
GAMBAR 6
Serum immunoglobulin levels and age

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

20
Anak di bawah usia 2 tahun juga sering tidak dapat
memulai respon sel T-independen untuk
polisakarida. Mereka lebih rentan terhadap
organisme polisakarida seperti pneumococcus,
meningokokus dan hemofilus B. Respon ini
umumnya matang antara 2 dan 5 tahun. Bentuk
konjugat vaksin seperti Hib, meningokokus C dan
Prevenar 13 perlu diberikan di bawah usia ini
daripada vaksin polisakarida polos.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

21
Sistem kekebalan tubuh yang matur sering kontak
pertama dengan berbagai infeksi yang membuat
anak-anak rentan untuk mengalami infeksi umum.
Frekuensi dari infeksi tersebut sangat beragam,
hingga 11 infeksi pernafasan/tahun pada masa
bayi, 8 di tahun-tahun prasekolah dan 4 pada
anak-anak usia sekolah, yang dapat berlangsung
8-14 hari dan menghasilkan kumulatif 'masa sakit'
dari 3-5 bulan per tahun untuk bayi dan 1-2 bulan
per tahun untuk anak-anak prasekolah/sekolah.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

22
Kapan menduga Imunodefisiensi
Yang paling umum gejala yang muncul pada anak dengan
diduga defisiensi imun adalah infeksi saluran
pernapasan atas dan bawah berulang. Pada anakanak, sebagian besar infeksi adalah virus, biasanya
sembuh sepenuhnya. Infeksi ini juga umum pada anakanak dengan PID. Namun, anak-anak dengan PID
menunjukkan fitur-fitur lain, misalnya, gagal tumbuh,
manifestasi kulit dan kondisi autoimun, yang dapat
memberikan petunjuk untuk diagnosis yang
mendasarinya. Sekitar 50% dari anak-anak yang
dengan infeksi berulang akan normal, 30% akan
menjadi atopi, 10% akan menjadi penyakit kronis dan
hanya 10% ternyata PID.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

23
Berbagai kelompok telah mengembangkan model
untuk memungkinkan diferensiasi PID dari pasien
non-PID. Biasanya ini didasarkan pada asumsi
bahwa anak-anak dengan PID dibandingkan
dengan anak normal lebih cenderung infeksi serius
(misalnya, meningitis, abses peritonsillar),
dan/atau infeksi persisten (misalnya, tidak
membaik dengan pengobatan yang tepat),
dan/atau infeksi yang tidak biasa (misalnya,
Burkholderia cepacia atau Pneumocystis carinii),
dan/atau infeksi berulang.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

24
Model “10 tanda peringatan” (Tabel 1a,b) telah
digunakan selama beberapa tahun untuk membantu
mengidentifikasi kemungkinan resiko PID. Dua ulasan
terbaru dalam kelompok pasien telah menunjukkan
bahwa tanda-tanda peringatan memiliki sensitivitas
dan spesifisitas rendah. Sebuah tinjauan terhadap
kasus-kasus anak dievaluasi untuk PID di sebuah
pusat rujukan mengungkapkan bahwa dari 140 anak
diselidiki untuk PID, 23% didiagnosis dengan PID.
Mayoritas dari mereka memiliki kekurangan antibodi,
dengan satu kasus neutropenia bawaan dan satu
sindrom 22q11.2. Model “10 tanda peringatan”
memiliki sensitivitas 63% dan spesifisitas 23% dalam
kohort ini. Lebih dari sepertiga anak-anak dengan PID
tidak memiliki tanda-tanda peringatan dini ini.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

25
Tabel 1a. 10 Tanda Peringatan:
1.

Oral thrush, diare kronis atau gagal tumbuh pada bulan-bulan pertama
kehidupan
2. Infeksi berulang dengan bakteri patogen, organisme oportunistik dan
virus
3. Pneumonitis yang tidak jelas
4. Lesi kulit yang luas, seperti ruam dengan eritroderma atau eksim yang
tidak menyelesaikan dengan terapi sederhana
5. Tertunda pelepasan tali pusat (lebih dari 30 hari)
6. Hepatosplenomegali, limfadenopati
7. Cacat jantung bawaan, khususnya anomali conotruncal
8. Riwayat keluarga PID atau kematian pada bayi
9. Temuan laboratorium limfopenia (limfosit count <3400 sel / mL),
cytopenias lain atau leukositosis tanpa infeksi, immunoglobulin M (IgM)
kurang dari 0,2 g / L, IgA kurang dari 0,05 g / L atau hipokalsemia.
10. Tidak adanya bayangan thymus pada radiograf

Menurunnya daya tahan tubuh yang klasik hadir pada remaja akhir atau dewasa awal
termasuk variabel umum immunodeficiency (CVID), mungkin sebagai perpanjangan
hypogammaglobulinemia transien bayi.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

26
Recurrent oral thrush

HIV

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

27
Varicella haemorrhagica
Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Sepsis

Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Vaccinia

Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
BCG-itis
Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Tabel 1b

1.

6.

2.

7.

3.

8.

4.

9.

5.

10.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

32
Tiga faktor penting dalam diagnosis PID:
riwayat keluarga PID,
penggunaan intravena (IV) antibiotik dan
kegagalan tumbuhkembang.
Diagnosa terbanyak pada anak-anak adalah:
 cacat T-cell (56%),
 defisiensi antibodi (21%),
 cacat fagosit (17%) dan defisiensi komplemen (5%).
Tiga fitur ini mampu mengidentifikasi PID di lebih dari
96% pasien dengan neutrofil dan melengkapi PID, 86%
dari T-sel PID dan 60% PID antibodi. Pada anak dengan
PID lebih parah (termasuk SCID), menunggu
penampilan dua atau lebih tanda-tanda peringatan
akan menunda diagnosis lebih dari sepertiga pasien.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

33
Pola klinis presentasi
Dapat berguna untuk mempertimbangkan defisiensi
imun, yang memberikan petunjuk untuk diagnosis
yang mendasari dan dapat membimbing penyelidikan
awal.
Masyarakat Eropa untuk immunodeficiencies (ESID)
telah menghasilkan pedoman untuk membantu dalam
mengevaluasi pasien dengan kemungkinan PID,
diperbarui pada tahun 2011, dengan
mengelompokkan mereka ke dalam tujuh pola klinis.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

34
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

35
Specific Condition

Hyper IgE Syndrome
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

36
DiGeorge Syndrome…..

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

37
Wiskott Aldrich Syndrome…

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

38
Ataxia-Telengietasia

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

39
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

40
Ataxia-telangiectasia
Ataksia-telangiektasia (AT) adalah kompleks
autosomal resesif, gangguan multisistem ditandai
dengan gangguan neurologis progresif, ataksia
cerebellar, immunodeficiency variabel dengan
kerentanan terhadap infeksi sinopulmonary,
gangguan pematangan organ, hipersensitivitas xray, mata dan kulit telangiektasia, dan
kecenderungan untuk keganasan.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

41
Severe Combined Immunodeficiency

Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Imunodefisiensi Sekunder
Anak-anak mungkin dengan defisiensi imun
sekunder ada gangguan yang mendasarinya.
Imunodefisiensi sekunder lebih sering terjadi
pada anak-anak daripada PID, terutama pada
anak-anak dirawat di rumah sakit atau unit
perawatan intensif. Sejarah dan pemeriksaan
yang cermat dapat membantu membedakan
antara defisiensi imun primer dan sekunder.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

43
Clinical Features of secondary immune
deficiency

•
•
•
•
•
•
•
•

Syndromes
Failure to Thrive
Bacterial infection
Viral Infection
Opportunistic infection
Chronic diarrhea
Blood abnormality
Skin lesions
Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Gangren

Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Meningococcemia

Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Disseminated Morbilli

Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Disseminated varicella

Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Varicella gangrenosa

Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Varicella haemorrhagica
Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Milliary tuberculosis

Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Systemic Lupus Erythematosus

Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
HIV

Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
HIV

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

54
Pneumocystis Carinii

Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
Diagnosis
PEMERIKSAAN:
Pemeriksaan dirancang untuk mengidentifikasi patologi
yang mendasari mungkin mengingat pola presentasi.
Pemeriksaan rinci yang diperlukan untuk setiap
kategori dapat ditemukan, juga penjelasan tentang apa
yang harus dilakukan apakah hasilnya abnormal atau
normal tetapi masih ada kekhawatiran klinis. Pada
sebagian besar pasien, penyelidikan umum seperti
hitung darah lengkap/diferensial dan imunoglobulin
adalah investigasi lini pertama. Pada pasien dengan
infeksi yang tidak biasa atau gagal tumbuh, T-sel-atau
defisiensi imun gabungan perlu diselidiki, karena itu,
subset limfosit dan tes HIV harus dimasukkan. SCID
harus diperlakukan sebagai darurat medis.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

56
Pemeriksaan fisik memberikan informasi penting ketika
mengevaluasi anak untuk defisiensi imun. Pemeriksaan
jaringan kesehatan umum, pertumbuhan, kulit dan limfoid
sangat penting dan mungkin menerangkan infeksi berulang,
alergi, penyakit kronis atau kekurangan imun spesifik.
Beberapa kekurangan imun berhubungan dengan eksim
termasuk SCID, sindrom Omenn, hiper IgE dan sindrom
Wiskott-Aldrich. Kelambatan penyembuhan luka, granuloma
kulit dan impetigo mungkin merupakan defisiensi kekebalan
yang mendasari. Menurunnya daya tahan tubuh dapat juga
menyebabkan kekurangan atau pertumbuhan berlebih dari
jaringan limfoid (misalnya, kelenjar getah bening, amandel,
limpa). Tidak adanya jaringan limfoid menunjukkan SCID atau
defisiensi imun gabungan. Limfadenopati dan
hepatosplenomegali dapat dilihat pada defisiensi antibodi
(misalnya, defisiensi imun umum variabel, CVID), cacat
apoptosis (misalnya, defisiensi ligan Fas) dan HIV. Adenitis
supuratif biasanya terlihat pada penyakit granulomatosa
kronis.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)
57
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

58
Advance Laboratory Examination

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

59
Pemeriksaan Umum:
Neutropenia
Neutropenia didefinisikan sebagai penurunan sirkulasi atau
neutrofil mutlak menghitung sampai <1,5 × 109 / L.
Diklasifikasikan sebagai:
 ringan (1,0-1,5 × 109 / L),
 sedang (0,5-1,0 × 109 / L) atau
 berat (<0,5 × 109 / L).
Penting untuk diingat bahwa ada variasi dengan usia dan asal etnis.
Penyebab paling umum dari neutropenia transien adalah infeksi
pasca virus pada anak-anak normal. Neutropenia sering
kebetulan ketika hitung darah lengkap diperiksa untuk alasan
lain selain defisiensi imun. Bentuk yang lebih parah dari
neutropenia yang berhubungan dengan disfungsi kekebalan
klinis dapat diklasifikasikan menjadi bawaan, siklis, idiopatik dan
karena obat-obatan, infeksi, atau keganasan
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

60
Lymphopaenia

Defisiensi imun harus selalu dipertimbangkan pada
anak dengan jumlah limfosit yang rendah ( < 2 ×
109/L ), terutama pada anak usia kurang dari 6 bulan,
meskipun mayoritas akan menjadi sekunder untuk
penyakit virus. Namun, perlu diingat bahwa 80 % dari
anak-anak dengan SCID akan limfopenia dan jumlah
limfosit masih rendah tidak boleh diabaikan. Jumlah
limfosit cocok harus digunakan sebagai bayi kurang
dari 3 bulan mungkin memiliki jumlah limfosit total
yang lebih tinggi daripada bayi yang lebih tua. Tidak
ada bukti bahwa SCID dianggap dalam salah satu ini
meskipun sembilan pasien memiliki fitur klinis yang
konsisten dengan kemungkinan SCID. Lymphopaenia
Persistent pada anak < 2 tahun harus diskrining awal
untuk SCID.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

61
Subpopulasi Lymphocyte

Lymphocyte CD4+, CD8+ harus dibandingkan
dengan rentang referensi usia yang sama
tetapi neutrofil sering kali berbeda dengan
infeksi, terutama jika yang parah.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

62
Immunoglobulins dan tanggap kebal vaksin
Imunoglobulin diproduksi oleh limfosit B dan sel plasma,
imunoglobulin memainkan peran sentral dalam sistem
kekebalan tubuh adaptif dan diklasifikasikan ke dalam IgA,
IgG, IgM, IgD dan IgE. IgG merupakan 75% dari semua
imunoglobulin dan merupakan satu-satunya jenis yang dapat
melewati plasenta dan karenanya sebagian besar
bertanggung jawab untuk melindungi bayi dalam beberapa
bulan pertama kehidupan. Nilai Immunoglobulin harus
selalu ditafsirkan dengan rentang usia tertentu dan dalam
konteks klinis. Jika imunoglobulin tidak ada, kehilangan
protein juga harus dipertimbangkan, misalnya,
lymphangiectasia kongenital, sindrom nefrotik, chylothorax,
yang sering dikaitkan dengan albumin rendah dan limfosit
populasi.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

63
Tidak jarang menemukan bahwa hasil imunoglobulin
mutlak anak lebih rendah dari nilai normal. Jika anak
mengalami infeksi berulang, maka signifikansi hasil ini
dipertanyakan. Hal ini kemudian berguna untuk melihat
fungsi immunoglobulin untuk melihat apakah anak telah
menanggapi vaksin utama mereka. Tanggapan pasien untuk
protein (tetanus) atau konjugasi (Hib atau Prevenar) vaksin
sering dinilai. Hasil ' rendah' ​tidak berarti ' tidak' tetapi
sering adalah karena memudarnya titer antibodi setelah
vaksinasi, yang jika tidak ada kekurangan antibodi biasanya
akan merespon dengan cepat dosis vaksin penguat (diukur
4-6 minggu postvaccination). Pada pasien yang lebih tua
dari 5 tahun, respon mereka terhadap Pneumovax primer
sebelumnya dinilai untuk melihat apakah mereka memiliki
kekurangan tertentu yang berhubungan dengan vaksin
polisakarida.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

64
Antara 1 di 300 dan 2000 anak memiliki selektif
IgA defisiensi (sIgA). Sebagian besar anak
dengan sIgA tidak memiliki atau gejala
minimal. Namun beberapa memiliki infeksi
saluran pernapasan atau pencernaan secara
signifikan. sIgA dapat dikaitkan dengan
antibodi lain atau kekurangan komplemen
dan perlu dipertimbangkan pada pasien.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

65
Fungsi Komplemen
Kekurangan komplemen jarang terjadi,
meningkatkan kerentanan anak untuk
organisme, misalnya, pneumokokus berulang,
atau infeksi meningokokus Hib. Dapat terlihat
sebagai kegagalan vaksinasi. Jika kekurangan
komplemen diduga, harus dianalisis untuk
tingkat C3 serta penanda fungsi komplemen,
jalur klasik dan alternatif, misalnya, CH50 dan
AP50.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

66
anafilaktosin

opsonin

Kemotaksis netrofil
lisis
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

67
Pengobatan
Sebelum pengobatan definitif, anak-anak dengan SCID,
gabungan T-sel dan kekurangan-B dan bentuk lain dari
imunodefisiensi harus diberikan antibiotik profilaksis,
antivirus, misalnya asiklovir (dan antijamur jika berat) dan
infeksi penyerta harus ditangani secara agresif. Penting untuk
dicatat bahwa vaksin hidup, termasuk:
 Bacillus Calmette-Guerin (BCG),
 gondok, campak, rubella (MMR) dan
 vaksin rotavirus
Tidak boleh diberikan pada anak-anak dengan SCID/dicurigai
SCID atau cacat T-limfosit. Tidak semua jenis vaksin bakteri dan
virus hidup yang kontraindikasi pada semua jenis defisiensi
imun, sehingga setelah diagnosis didirikan maka program
vaksinasi tertentu dapat direkomendasikan.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

68
Anak-anak dengan PID ringan atau mereka yang
sedang diselidiki untuk kemungkinan PID sering
diberikan antibiotik profilaksis, pengobatan
agresif infeksi akut. Anak-anak dengan defisiensi
antibodi sering membutuhkan terapi pengganti
imunoglobulin. Diberikan Subkutan
immunoglobulin (SCIg) secara rutin kepada anakanak yang stabil, orang tua dapat mengelola ini di
rumah setelah pelatihan dengan hasil sebanding
dengan IV immunoglobulin (IVIG) dan memiliki
peningkatan yang signifikan dalam kualitas hidup
keluarga.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

69
Prognosis
PID adalah sekelompok gangguan heterogen, dan pengobatan
tergantung pada diagnosis yang mendasarinya. Penemuan
awal/identifikasi anak dengan PID adalah kunci untuk
pengobatan. Banyak PID relatif berbahaya dan
menyebabkan penyakit kadang-kadang sementara yang lain
mungkin cepat fatal. Untuk bentuk yang paling parah dari
PID (SCID), pemulihan kekebalan dapat dicapai dengan
transplantasi sumsum tulang, terapi gen atau penggantian
enzim. SCID membawa kematian hampir 100% dalam tahun
pertama kehidupan, dan prognosis tergantung pada
diagnosis yang cepat dan pengobatan definitif. Pasien yang
didiagnosis dengan SCID saat lahir karena riwayat keluarga
yang positif memiliki mortalitas meningkat signifikan.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

70
Reference
Jyothi S, Lissauer S, Welch S, Hackett S. Immune deficiencies in
children: an overview. Arch Dis Child Educ Pract
Ed, 2013;98:186-96.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

71
Thank you

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

72

Contenu connexe

Tendances

Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan AutoimnitasToleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan AutoimnitasAbdul Hakim
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)PRAMITHA GALUH
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitSurya Seftiawan Pratama
 
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesAmat Rajasa
 
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilSofie Krisnadi
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinMita Yurike
 
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif ObatDiagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif ObatMettaFerdy FerdianFamily
 
perbedaan gram positif dan gram negatif
perbedaan gram positif dan gram negatifperbedaan gram positif dan gram negatif
perbedaan gram positif dan gram negatifTitis Sari
 
Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasiwidipta
 
glomerulonefritis anak
glomerulonefritis anakglomerulonefritis anak
glomerulonefritis anakSuzika Dewi
 
Amoeba
AmoebaAmoeba
AmoebaFa Fa
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimeRiskymessyana99
 

Tendances (20)

Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan AutoimnitasToleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
 
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faeses
 
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
 
Soal dan Jawaban Bakteriologi
Soal dan Jawaban BakteriologiSoal dan Jawaban Bakteriologi
Soal dan Jawaban Bakteriologi
 
Leukosit
LeukositLeukosit
Leukosit
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
 
Memahami Autoimun
Memahami AutoimunMemahami Autoimun
Memahami Autoimun
 
Kuliah sistem imun+alergi
Kuliah sistem imun+alergiKuliah sistem imun+alergi
Kuliah sistem imun+alergi
 
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif ObatDiagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
 
perbedaan gram positif dan gram negatif
perbedaan gram positif dan gram negatifperbedaan gram positif dan gram negatif
perbedaan gram positif dan gram negatif
 
imunoserologi
imunoserologiimunoserologi
imunoserologi
 
Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasi
 
glomerulonefritis anak
glomerulonefritis anakglomerulonefritis anak
glomerulonefritis anak
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
 
Amoeba
AmoebaAmoeba
Amoeba
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting Time
 

Similaire à Imunodefisiensi

Kuliah semester vii, imunodefisiensi
Kuliah semester vii, imunodefisiensiKuliah semester vii, imunodefisiensi
Kuliah semester vii, imunodefisiensiAriyanto Harsono
 
Imunisasi Pada Lansia.pptx
Imunisasi Pada Lansia.pptxImunisasi Pada Lansia.pptx
Imunisasi Pada Lansia.pptxNailahRahmah1
 
Interaksi infeksi dan penyakit autoimun
Interaksi infeksi dan penyakit autoimunInteraksi infeksi dan penyakit autoimun
Interaksi infeksi dan penyakit autoimunSoroy Lardo
 
Aids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndrome
Aids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndromeAids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndrome
Aids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndromeOperator Warnet Vast Raha
 
Aids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndrome
Aids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndromeAids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndrome
Aids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndromeOperator Warnet Vast Raha
 
Analisis gejala klinis dan peningkatan kekebalan tubuh untuk mencegah penyaki...
Analisis gejala klinis dan peningkatan kekebalan tubuh untuk mencegah penyaki...Analisis gejala klinis dan peningkatan kekebalan tubuh untuk mencegah penyaki...
Analisis gejala klinis dan peningkatan kekebalan tubuh untuk mencegah penyaki...AhmadRaySuryaSurengg
 
BAB II (1).pdf
BAB II (1).pdfBAB II (1).pdf
BAB II (1).pdfDedekAdrsi
 
Konsep dasar imunisasi pada anak
Konsep dasar imunisasi pada anakKonsep dasar imunisasi pada anak
Konsep dasar imunisasi pada anakdiana diana
 
Modul 2 kb 3 imunisas
Modul 2 kb 3 imunisasModul 2 kb 3 imunisas
Modul 2 kb 3 imunisaspjj_kemenkes
 
Infeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdf
Infeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdfInfeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdf
Infeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdfdradekurnia24
 
Makalah kia
Makalah kiaMakalah kia
Makalah kiaUlaa12
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologiAzmi Yunita
 
Infeksi opertunistik
Infeksi opertunistikInfeksi opertunistik
Infeksi opertunistikGilang Rizki
 

Similaire à Imunodefisiensi (20)

Kuliah semester vii, imunodefisiensi
Kuliah semester vii, imunodefisiensiKuliah semester vii, imunodefisiensi
Kuliah semester vii, imunodefisiensi
 
Imunisasi Pada Lansia.pptx
Imunisasi Pada Lansia.pptxImunisasi Pada Lansia.pptx
Imunisasi Pada Lansia.pptx
 
Hyper IgE Syndrome
Hyper IgE SyndromeHyper IgE Syndrome
Hyper IgE Syndrome
 
Interaksi infeksi dan penyakit autoimun
Interaksi infeksi dan penyakit autoimunInteraksi infeksi dan penyakit autoimun
Interaksi infeksi dan penyakit autoimun
 
Aids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndrome
Aids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndromeAids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndrome
Aids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndrome
 
Bruton syndrom
Bruton syndrom Bruton syndrom
Bruton syndrom
 
Aids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndrome
Aids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndromeAids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndrome
Aids merupakan singkatan dari aquired immune deficiency syndrome
 
Analisis gejala klinis dan peningkatan kekebalan tubuh untuk mencegah penyaki...
Analisis gejala klinis dan peningkatan kekebalan tubuh untuk mencegah penyaki...Analisis gejala klinis dan peningkatan kekebalan tubuh untuk mencegah penyaki...
Analisis gejala klinis dan peningkatan kekebalan tubuh untuk mencegah penyaki...
 
Imunisasi biokimia
Imunisasi biokimiaImunisasi biokimia
Imunisasi biokimia
 
BAB II (1).pdf
BAB II (1).pdfBAB II (1).pdf
BAB II (1).pdf
 
Konsep dasar imunisasi pada anak
Konsep dasar imunisasi pada anakKonsep dasar imunisasi pada anak
Konsep dasar imunisasi pada anak
 
Modul 2 kb 3 imunisas
Modul 2 kb 3 imunisasModul 2 kb 3 imunisas
Modul 2 kb 3 imunisas
 
Infeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdf
Infeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdfInfeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdf
Infeksi_Susunan_Saraf_Pusat_pada_Anak_Sebuah_Studi_Potong_Lintang.pdf
 
Aplikasi imunologi
Aplikasi imunologiAplikasi imunologi
Aplikasi imunologi
 
Aplikasi imunologi
Aplikasi imunologiAplikasi imunologi
Aplikasi imunologi
 
imunologi
imunologiimunologi
imunologi
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologi
 
Makalah kia
Makalah kiaMakalah kia
Makalah kia
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologi
 
Infeksi opertunistik
Infeksi opertunistikInfeksi opertunistik
Infeksi opertunistik
 

Plus de Ariyanto Harsono

Pediatric Sjogren syndrome
Pediatric Sjogren syndromePediatric Sjogren syndrome
Pediatric Sjogren syndromeAriyanto Harsono
 
9 Obat untuk mengobati Asma Alergi
9 Obat untuk mengobati Asma  Alergi9 Obat untuk mengobati Asma  Alergi
9 Obat untuk mengobati Asma AlergiAriyanto Harsono
 
Steven Johnson Syndrome-TEN
Steven Johnson Syndrome-TENSteven Johnson Syndrome-TEN
Steven Johnson Syndrome-TENAriyanto Harsono
 
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asmaRisiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asmaAriyanto Harsono
 
Immunomodulation Induced by Echinacea
Immunomodulation Induced by Echinacea Immunomodulation Induced by Echinacea
Immunomodulation Induced by Echinacea Ariyanto Harsono
 
Juvenile idiopathic arthritis
Juvenile idiopathic arthritisJuvenile idiopathic arthritis
Juvenile idiopathic arthritisAriyanto Harsono
 
Best practice of allergen immunotherapy
Best practice of allergen immunotherapyBest practice of allergen immunotherapy
Best practice of allergen immunotherapyAriyanto Harsono
 
Best practice of Allergen Immunotherapy
Best practice of Allergen ImmunotherapyBest practice of Allergen Immunotherapy
Best practice of Allergen ImmunotherapyAriyanto Harsono
 
Penanganan Dermatitis Atopik
Penanganan Dermatitis AtopikPenanganan Dermatitis Atopik
Penanganan Dermatitis AtopikAriyanto Harsono
 
Health economics perspective in allergy prevention in children
Health economics perspective in allergy prevention in childrenHealth economics perspective in allergy prevention in children
Health economics perspective in allergy prevention in childrenAriyanto Harsono
 
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergiFormula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergiAriyanto Harsono
 
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virus
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virusRespons imun pada bayi dan anak terhadap virus
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virusAriyanto Harsono
 
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.Ariyanto Harsono
 

Plus de Ariyanto Harsono (20)

Pediatric Sjogren syndrome
Pediatric Sjogren syndromePediatric Sjogren syndrome
Pediatric Sjogren syndrome
 
9 Obat untuk mengobati Asma Alergi
9 Obat untuk mengobati Asma  Alergi9 Obat untuk mengobati Asma  Alergi
9 Obat untuk mengobati Asma Alergi
 
Steven Johnson Syndrome-TEN
Steven Johnson Syndrome-TENSteven Johnson Syndrome-TEN
Steven Johnson Syndrome-TEN
 
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asmaRisiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
 
Immunomodulation Induced by Echinacea
Immunomodulation Induced by Echinacea Immunomodulation Induced by Echinacea
Immunomodulation Induced by Echinacea
 
Vernal conjunctivitis
Vernal conjunctivitisVernal conjunctivitis
Vernal conjunctivitis
 
Rheumatic Fever
Rheumatic FeverRheumatic Fever
Rheumatic Fever
 
Juvenile idiopathic arthritis
Juvenile idiopathic arthritisJuvenile idiopathic arthritis
Juvenile idiopathic arthritis
 
Takayasu arteritis
Takayasu arteritisTakayasu arteritis
Takayasu arteritis
 
Ebola
EbolaEbola
Ebola
 
Sleroderma
SlerodermaSleroderma
Sleroderma
 
Best practice of allergen immunotherapy
Best practice of allergen immunotherapyBest practice of allergen immunotherapy
Best practice of allergen immunotherapy
 
Best practice of Allergen Immunotherapy
Best practice of Allergen ImmunotherapyBest practice of Allergen Immunotherapy
Best practice of Allergen Immunotherapy
 
Atopic dermatitis update
Atopic dermatitis  updateAtopic dermatitis  update
Atopic dermatitis update
 
Penanganan Dermatitis Atopik
Penanganan Dermatitis AtopikPenanganan Dermatitis Atopik
Penanganan Dermatitis Atopik
 
Health economics perspective in allergy prevention in children
Health economics perspective in allergy prevention in childrenHealth economics perspective in allergy prevention in children
Health economics perspective in allergy prevention in children
 
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergiFormula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
 
Sindroma pseudo asma
Sindroma pseudo asmaSindroma pseudo asma
Sindroma pseudo asma
 
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virus
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virusRespons imun pada bayi dan anak terhadap virus
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virus
 
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
 

Dernier

PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfsaptari3
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 

Dernier (20)

PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 

Imunodefisiensi

  • 2. Pendahuluan Menurunnya daya tahan tubuh pada anak-anak adalah kelompok gangguan heterogen di mana ada kerusakan pada fungsi normal dari sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan:  peningkatan kerentanan terhadap infeksi,  autoimunitas atau  keganasan. Menurunnya daya tahan tubuh dapat berupa o Primer o Sekunder Imunodefisiensi primer adalah kongenital, sedangkan imonodefisiensi sekunder ada penyakit yang mendasari, misalnya, luka bakar yang parah, malnutrisi, obat-obat imunosupresi,HIV. Key words: primary, secondary, immune deficiency, clinical warning, treatment, prognosis Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 2
  • 3. Immune Deficiency Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 3
  • 4. Imunodefisiensi Primer Ada peningkatan prevalensi khususnya bentuk 'nonklasik' dari defisiensi imun di mana cacat dalam sistem kekebalan tubuh. Bentuk ini mungkin terjadi di masa bayi tapi kemudian membaik dan dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Oleh karena itu, ekspresi klinis defisiensi imun adalah suatu spektrum dari 'normal' sampai bentuk parah. Insiden semua PID pediatrik saat ini adalah sekitar 1:2000, bentuk yang lebih berat seperti defisiensi imun berat gabungan, “severe combined imunodeficiency” (SCID) jarang terjadi (sekitar 1 dari 70 000). Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 4
  • 5. Penemuan awal seorang anak dengan PID, penting karena pengobatan yang berhasil tergantung pada diagnosis dini. Mayoritas anak-anak dengan tanda-tanda atau gejala kecurigaan disfungsi kekebalan yang mendasari akan sebenarnya memiliki sistem kekebalan tubuh normal. Namun, pertimbangan kemungkinan PID adalah kunci untuk diagnosis dan pengurangan morbiditas dan mortalitas. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 5
  • 6. Pathogenesis Sistem kekebalan tubuh manusia bekerja pada tiga tingkatan (Gambar 1). Tingkatan ini tidak bertindak independen satu sama lain, dan interaksi mereka dapat menjadi kompleks. Defisiensi imun, primer dan sekunder, mempengaruhi sistem kekebalan tubuh pada satu atau kombinasi dari tiga tingkat tersebut. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 6
  • 7. Gambar 1. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 7
  • 8. 1. Anatomi dan fisiologis: Kulit dan membran mukosa memberikan garis penting pertahanan pertama. Ini termasuk:  kulit, mukosa  mekanisme pembersihan mukosiliar,  pH lambung rendah dan  lisosom bacteriolytic dalam cairan seperti air mata dan air liur.  Bersin, batuk. Cacat pada hambatan-hambatan ini, seperti  luka bakar,  pasien dengan infus sentral atau  intubasi endotrakeal mengalami peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 8
  • 9. 2. Imunitas bawaan (Innate Immunity): Makrofag/monosit, eosinofil dan neutrofil, sel NK penting dalam pertahanan terhadap banyak mikroorganisme (Gambar 2). Mereka juga memiliki peran penting dalam inisiasi dan arah respon imun adaptif dan penghapusan patogen ditargetkan oleh respon imun adaptif. Sistem kekebalan tubuh bawaan mengenali mikroorganisme sebagai benda asing oleh reseptor pola pengenalan (misalnya, reseptor Toll-like), yang mengikat protein glikosilasi pada permukaan sel bakteri. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 9
  • 10. Gambar 2. Neutrofil, Eosinofil, makrofag dan sel NK pada pemusnahan sel yang terinfeksi (tengah), menggunakan lytic enzymes, perforin, TNF, granzymes Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 10
  • 11. Cacat genetik ini, misalnya, pengembangan neutrofil atau sinyal Toll Like Receptor, mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh bawaan juga dapat mengenali, dengan aviditas yang lebih baik, opsonisasi patogen yang dilapisi antibodi dan/atau komplemen, sering bertindak sebagai mekanisme terakhir dalam jalur imun adaptif (Gambar 3, 4). Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 11
  • 12. Gambar 3. Effector mechanisms against extracellular pathogens OPSONISATION Bacteria in extracellular space + Ab OPSONISATION Fc receptor binding Phagocytosis
  • 13. Gambar 4. Effector mechanisms against extracellular pathogens COMPLEMENT Activation Bacteria in plasma Lysis + Ab & COMPLEMENT Opsonisation Complement & Fc receptor binding Phagocytosis
  • 14. 3. Sistem imun adaptif terdiri dari sel limfosit T (CD4 dan 8) dan limfosit B (CD19) dan dirancang untuk memberikan pertahanan spesifik dan meningkatkan perlindungan terhadap infeksi ulang berikutnya dengan organisme yang sama dengan pengembangan tanggapan memori (Gambar 4). Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 14
  • 15. Gambar 4. IL-12/ IL-1 Ag IL-6 IL-4 L MHC-I CTLAPC MHC-II Th0 Th-2 IL-5 B-Cell IL-2, IFN-γ IL-1 TNF-β, IFN-γ IL-10 Sel Abnormal FASL Th.1 SEL MEMORI SEL PLASMA I L-2 IFN-γ L SEL-NK SEL-NK AKTIF Memory Cells FC-R SITOTOKSIN ADCC SEL-LISIS AKTIVASI sel limfosit T dan B dalam sistem imun adaptif SEL ABNORMAL
  • 16. Respon tubuh terhadap vaksinasi adalah contoh dari respon adaptif dan lebih cepat, lebih kuat, lebih tepat sasaran dan dimediasi IgG atau CD8 dengan tantangan berulang (Gambar 5). SCID, bentuk yang paling parah dari PID, memiliki cacat pada fungsi B-dan Tsel. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 16
  • 17. Gambar 5. Th1 Cell CTL CTL: Cytotoxic Lymphocyte DTH: Delayed Type Hypersensitivity CD8 DTH IgG
  • 18. Anak Normal Anak normal, terutama yang berusia kurang dari 2 tahun, memiliki sistem kekebalan yang relatif belum matang. Beberapa alasan bahwa bayi terutama berada pada risiko lebih besar terhadap infeksi. Meskipun T dan B limfosit yang umumnya lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa sepanjang tahun pertama kehidupan, mayoritas adalah sel naif yang perlahan-lahan membentuk sel memori. Limfosit T menghasilkan interleukin dan interferon dan menginduksi produksi IgG dari limfosit B neonatal. Immunoglobulin G (IgG) produksi perlahan meningkat selama bulan-bulan pertama kehidupan. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 18
  • 19. Dengan memudarnya IgG ibu transplasenta sejak lahir, berarti bahwa sampai usia 6 bulan bayi memiliki kekurangan imunoglobulin sementara. Bayi prematur mulai dengan tingkat IgG maternal lebih rendah, dan oleh karena itu, memiliki tingkat palung yang lebih rendah dan mencapai kompetensi kekebalan kemudian setelah kelahiran. Perubahan kadar imunoglobulin serum dengan usia ditunjukkan pada gambar 6. Defisiensi antibodi relatif ini ditambah dengan neutrofil rendah yang lebih mudah habis selama infeksi, terutama pada neonatus, dan komplemen yang tidak mencapai fungsi dewasa untuk beberapa bulan membuat bayi lebih rentan terhadap infeksi berat. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 19
  • 20. GAMBAR 6 Serum immunoglobulin levels and age Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 20
  • 21. Anak di bawah usia 2 tahun juga sering tidak dapat memulai respon sel T-independen untuk polisakarida. Mereka lebih rentan terhadap organisme polisakarida seperti pneumococcus, meningokokus dan hemofilus B. Respon ini umumnya matang antara 2 dan 5 tahun. Bentuk konjugat vaksin seperti Hib, meningokokus C dan Prevenar 13 perlu diberikan di bawah usia ini daripada vaksin polisakarida polos. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 21
  • 22. Sistem kekebalan tubuh yang matur sering kontak pertama dengan berbagai infeksi yang membuat anak-anak rentan untuk mengalami infeksi umum. Frekuensi dari infeksi tersebut sangat beragam, hingga 11 infeksi pernafasan/tahun pada masa bayi, 8 di tahun-tahun prasekolah dan 4 pada anak-anak usia sekolah, yang dapat berlangsung 8-14 hari dan menghasilkan kumulatif 'masa sakit' dari 3-5 bulan per tahun untuk bayi dan 1-2 bulan per tahun untuk anak-anak prasekolah/sekolah. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 22
  • 23. Kapan menduga Imunodefisiensi Yang paling umum gejala yang muncul pada anak dengan diduga defisiensi imun adalah infeksi saluran pernapasan atas dan bawah berulang. Pada anakanak, sebagian besar infeksi adalah virus, biasanya sembuh sepenuhnya. Infeksi ini juga umum pada anakanak dengan PID. Namun, anak-anak dengan PID menunjukkan fitur-fitur lain, misalnya, gagal tumbuh, manifestasi kulit dan kondisi autoimun, yang dapat memberikan petunjuk untuk diagnosis yang mendasarinya. Sekitar 50% dari anak-anak yang dengan infeksi berulang akan normal, 30% akan menjadi atopi, 10% akan menjadi penyakit kronis dan hanya 10% ternyata PID. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 23
  • 24. Berbagai kelompok telah mengembangkan model untuk memungkinkan diferensiasi PID dari pasien non-PID. Biasanya ini didasarkan pada asumsi bahwa anak-anak dengan PID dibandingkan dengan anak normal lebih cenderung infeksi serius (misalnya, meningitis, abses peritonsillar), dan/atau infeksi persisten (misalnya, tidak membaik dengan pengobatan yang tepat), dan/atau infeksi yang tidak biasa (misalnya, Burkholderia cepacia atau Pneumocystis carinii), dan/atau infeksi berulang. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 24
  • 25. Model “10 tanda peringatan” (Tabel 1a,b) telah digunakan selama beberapa tahun untuk membantu mengidentifikasi kemungkinan resiko PID. Dua ulasan terbaru dalam kelompok pasien telah menunjukkan bahwa tanda-tanda peringatan memiliki sensitivitas dan spesifisitas rendah. Sebuah tinjauan terhadap kasus-kasus anak dievaluasi untuk PID di sebuah pusat rujukan mengungkapkan bahwa dari 140 anak diselidiki untuk PID, 23% didiagnosis dengan PID. Mayoritas dari mereka memiliki kekurangan antibodi, dengan satu kasus neutropenia bawaan dan satu sindrom 22q11.2. Model “10 tanda peringatan” memiliki sensitivitas 63% dan spesifisitas 23% dalam kohort ini. Lebih dari sepertiga anak-anak dengan PID tidak memiliki tanda-tanda peringatan dini ini. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 25
  • 26. Tabel 1a. 10 Tanda Peringatan: 1. Oral thrush, diare kronis atau gagal tumbuh pada bulan-bulan pertama kehidupan 2. Infeksi berulang dengan bakteri patogen, organisme oportunistik dan virus 3. Pneumonitis yang tidak jelas 4. Lesi kulit yang luas, seperti ruam dengan eritroderma atau eksim yang tidak menyelesaikan dengan terapi sederhana 5. Tertunda pelepasan tali pusat (lebih dari 30 hari) 6. Hepatosplenomegali, limfadenopati 7. Cacat jantung bawaan, khususnya anomali conotruncal 8. Riwayat keluarga PID atau kematian pada bayi 9. Temuan laboratorium limfopenia (limfosit count <3400 sel / mL), cytopenias lain atau leukositosis tanpa infeksi, immunoglobulin M (IgM) kurang dari 0,2 g / L, IgA kurang dari 0,05 g / L atau hipokalsemia. 10. Tidak adanya bayangan thymus pada radiograf Menurunnya daya tahan tubuh yang klasik hadir pada remaja akhir atau dewasa awal termasuk variabel umum immunodeficiency (CVID), mungkin sebagai perpanjangan hypogammaglobulinemia transien bayi. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 26
  • 27. Recurrent oral thrush HIV Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 27
  • 28. Varicella haemorrhagica Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
  • 33. Tiga faktor penting dalam diagnosis PID: riwayat keluarga PID, penggunaan intravena (IV) antibiotik dan kegagalan tumbuhkembang. Diagnosa terbanyak pada anak-anak adalah:  cacat T-cell (56%),  defisiensi antibodi (21%),  cacat fagosit (17%) dan defisiensi komplemen (5%). Tiga fitur ini mampu mengidentifikasi PID di lebih dari 96% pasien dengan neutrofil dan melengkapi PID, 86% dari T-sel PID dan 60% PID antibodi. Pada anak dengan PID lebih parah (termasuk SCID), menunggu penampilan dua atau lebih tanda-tanda peringatan akan menunda diagnosis lebih dari sepertiga pasien. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 33
  • 34. Pola klinis presentasi Dapat berguna untuk mempertimbangkan defisiensi imun, yang memberikan petunjuk untuk diagnosis yang mendasari dan dapat membimbing penyelidikan awal. Masyarakat Eropa untuk immunodeficiencies (ESID) telah menghasilkan pedoman untuk membantu dalam mengevaluasi pasien dengan kemungkinan PID, diperbarui pada tahun 2011, dengan mengelompokkan mereka ke dalam tujuh pola klinis. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 34
  • 35. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 35
  • 36. Specific Condition Hyper IgE Syndrome Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 36
  • 37. DiGeorge Syndrome….. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 37
  • 38. Wiskott Aldrich Syndrome… Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 38
  • 40. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 40
  • 41. Ataxia-telangiectasia Ataksia-telangiektasia (AT) adalah kompleks autosomal resesif, gangguan multisistem ditandai dengan gangguan neurologis progresif, ataksia cerebellar, immunodeficiency variabel dengan kerentanan terhadap infeksi sinopulmonary, gangguan pematangan organ, hipersensitivitas xray, mata dan kulit telangiektasia, dan kecenderungan untuk keganasan. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 41
  • 42. Severe Combined Immunodeficiency Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
  • 43. Imunodefisiensi Sekunder Anak-anak mungkin dengan defisiensi imun sekunder ada gangguan yang mendasarinya. Imunodefisiensi sekunder lebih sering terjadi pada anak-anak daripada PID, terutama pada anak-anak dirawat di rumah sakit atau unit perawatan intensif. Sejarah dan pemeriksaan yang cermat dapat membantu membedakan antara defisiensi imun primer dan sekunder. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 43
  • 44. Clinical Features of secondary immune deficiency • • • • • • • • Syndromes Failure to Thrive Bacterial infection Viral Infection Opportunistic infection Chronic diarrhea Blood abnormality Skin lesions Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
  • 47. Disseminated Morbilli Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
  • 48. Disseminated varicella Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
  • 49. Varicella gangrenosa Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
  • 50. Varicella haemorrhagica Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
  • 51. Milliary tuberculosis Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
  • 52. Systemic Lupus Erythematosus Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
  • 53. HIV Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
  • 54. HIV Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 54
  • 55. Pneumocystis Carinii Prof DR.dr. Ariyanto Harsono SpAK
  • 56. Diagnosis PEMERIKSAAN: Pemeriksaan dirancang untuk mengidentifikasi patologi yang mendasari mungkin mengingat pola presentasi. Pemeriksaan rinci yang diperlukan untuk setiap kategori dapat ditemukan, juga penjelasan tentang apa yang harus dilakukan apakah hasilnya abnormal atau normal tetapi masih ada kekhawatiran klinis. Pada sebagian besar pasien, penyelidikan umum seperti hitung darah lengkap/diferensial dan imunoglobulin adalah investigasi lini pertama. Pada pasien dengan infeksi yang tidak biasa atau gagal tumbuh, T-sel-atau defisiensi imun gabungan perlu diselidiki, karena itu, subset limfosit dan tes HIV harus dimasukkan. SCID harus diperlakukan sebagai darurat medis. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 56
  • 57. Pemeriksaan fisik memberikan informasi penting ketika mengevaluasi anak untuk defisiensi imun. Pemeriksaan jaringan kesehatan umum, pertumbuhan, kulit dan limfoid sangat penting dan mungkin menerangkan infeksi berulang, alergi, penyakit kronis atau kekurangan imun spesifik. Beberapa kekurangan imun berhubungan dengan eksim termasuk SCID, sindrom Omenn, hiper IgE dan sindrom Wiskott-Aldrich. Kelambatan penyembuhan luka, granuloma kulit dan impetigo mungkin merupakan defisiensi kekebalan yang mendasari. Menurunnya daya tahan tubuh dapat juga menyebabkan kekurangan atau pertumbuhan berlebih dari jaringan limfoid (misalnya, kelenjar getah bening, amandel, limpa). Tidak adanya jaringan limfoid menunjukkan SCID atau defisiensi imun gabungan. Limfadenopati dan hepatosplenomegali dapat dilihat pada defisiensi antibodi (misalnya, defisiensi imun umum variabel, CVID), cacat apoptosis (misalnya, defisiensi ligan Fas) dan HIV. Adenitis supuratif biasanya terlihat pada penyakit granulomatosa kronis. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 57
  • 58. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 58
  • 59. Advance Laboratory Examination Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 59
  • 60. Pemeriksaan Umum: Neutropenia Neutropenia didefinisikan sebagai penurunan sirkulasi atau neutrofil mutlak menghitung sampai <1,5 × 109 / L. Diklasifikasikan sebagai:  ringan (1,0-1,5 × 109 / L),  sedang (0,5-1,0 × 109 / L) atau  berat (<0,5 × 109 / L). Penting untuk diingat bahwa ada variasi dengan usia dan asal etnis. Penyebab paling umum dari neutropenia transien adalah infeksi pasca virus pada anak-anak normal. Neutropenia sering kebetulan ketika hitung darah lengkap diperiksa untuk alasan lain selain defisiensi imun. Bentuk yang lebih parah dari neutropenia yang berhubungan dengan disfungsi kekebalan klinis dapat diklasifikasikan menjadi bawaan, siklis, idiopatik dan karena obat-obatan, infeksi, atau keganasan Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 60
  • 61. Lymphopaenia Defisiensi imun harus selalu dipertimbangkan pada anak dengan jumlah limfosit yang rendah ( < 2 × 109/L ), terutama pada anak usia kurang dari 6 bulan, meskipun mayoritas akan menjadi sekunder untuk penyakit virus. Namun, perlu diingat bahwa 80 % dari anak-anak dengan SCID akan limfopenia dan jumlah limfosit masih rendah tidak boleh diabaikan. Jumlah limfosit cocok harus digunakan sebagai bayi kurang dari 3 bulan mungkin memiliki jumlah limfosit total yang lebih tinggi daripada bayi yang lebih tua. Tidak ada bukti bahwa SCID dianggap dalam salah satu ini meskipun sembilan pasien memiliki fitur klinis yang konsisten dengan kemungkinan SCID. Lymphopaenia Persistent pada anak < 2 tahun harus diskrining awal untuk SCID. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 61
  • 62. Subpopulasi Lymphocyte Lymphocyte CD4+, CD8+ harus dibandingkan dengan rentang referensi usia yang sama tetapi neutrofil sering kali berbeda dengan infeksi, terutama jika yang parah. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 62
  • 63. Immunoglobulins dan tanggap kebal vaksin Imunoglobulin diproduksi oleh limfosit B dan sel plasma, imunoglobulin memainkan peran sentral dalam sistem kekebalan tubuh adaptif dan diklasifikasikan ke dalam IgA, IgG, IgM, IgD dan IgE. IgG merupakan 75% dari semua imunoglobulin dan merupakan satu-satunya jenis yang dapat melewati plasenta dan karenanya sebagian besar bertanggung jawab untuk melindungi bayi dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Nilai Immunoglobulin harus selalu ditafsirkan dengan rentang usia tertentu dan dalam konteks klinis. Jika imunoglobulin tidak ada, kehilangan protein juga harus dipertimbangkan, misalnya, lymphangiectasia kongenital, sindrom nefrotik, chylothorax, yang sering dikaitkan dengan albumin rendah dan limfosit populasi. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 63
  • 64. Tidak jarang menemukan bahwa hasil imunoglobulin mutlak anak lebih rendah dari nilai normal. Jika anak mengalami infeksi berulang, maka signifikansi hasil ini dipertanyakan. Hal ini kemudian berguna untuk melihat fungsi immunoglobulin untuk melihat apakah anak telah menanggapi vaksin utama mereka. Tanggapan pasien untuk protein (tetanus) atau konjugasi (Hib atau Prevenar) vaksin sering dinilai. Hasil ' rendah' ​tidak berarti ' tidak' tetapi sering adalah karena memudarnya titer antibodi setelah vaksinasi, yang jika tidak ada kekurangan antibodi biasanya akan merespon dengan cepat dosis vaksin penguat (diukur 4-6 minggu postvaccination). Pada pasien yang lebih tua dari 5 tahun, respon mereka terhadap Pneumovax primer sebelumnya dinilai untuk melihat apakah mereka memiliki kekurangan tertentu yang berhubungan dengan vaksin polisakarida. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 64
  • 65. Antara 1 di 300 dan 2000 anak memiliki selektif IgA defisiensi (sIgA). Sebagian besar anak dengan sIgA tidak memiliki atau gejala minimal. Namun beberapa memiliki infeksi saluran pernapasan atau pencernaan secara signifikan. sIgA dapat dikaitkan dengan antibodi lain atau kekurangan komplemen dan perlu dipertimbangkan pada pasien. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 65
  • 66. Fungsi Komplemen Kekurangan komplemen jarang terjadi, meningkatkan kerentanan anak untuk organisme, misalnya, pneumokokus berulang, atau infeksi meningokokus Hib. Dapat terlihat sebagai kegagalan vaksinasi. Jika kekurangan komplemen diduga, harus dianalisis untuk tingkat C3 serta penanda fungsi komplemen, jalur klasik dan alternatif, misalnya, CH50 dan AP50. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 66
  • 68. Pengobatan Sebelum pengobatan definitif, anak-anak dengan SCID, gabungan T-sel dan kekurangan-B dan bentuk lain dari imunodefisiensi harus diberikan antibiotik profilaksis, antivirus, misalnya asiklovir (dan antijamur jika berat) dan infeksi penyerta harus ditangani secara agresif. Penting untuk dicatat bahwa vaksin hidup, termasuk:  Bacillus Calmette-Guerin (BCG),  gondok, campak, rubella (MMR) dan  vaksin rotavirus Tidak boleh diberikan pada anak-anak dengan SCID/dicurigai SCID atau cacat T-limfosit. Tidak semua jenis vaksin bakteri dan virus hidup yang kontraindikasi pada semua jenis defisiensi imun, sehingga setelah diagnosis didirikan maka program vaksinasi tertentu dapat direkomendasikan. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 68
  • 69. Anak-anak dengan PID ringan atau mereka yang sedang diselidiki untuk kemungkinan PID sering diberikan antibiotik profilaksis, pengobatan agresif infeksi akut. Anak-anak dengan defisiensi antibodi sering membutuhkan terapi pengganti imunoglobulin. Diberikan Subkutan immunoglobulin (SCIg) secara rutin kepada anakanak yang stabil, orang tua dapat mengelola ini di rumah setelah pelatihan dengan hasil sebanding dengan IV immunoglobulin (IVIG) dan memiliki peningkatan yang signifikan dalam kualitas hidup keluarga. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 69
  • 70. Prognosis PID adalah sekelompok gangguan heterogen, dan pengobatan tergantung pada diagnosis yang mendasarinya. Penemuan awal/identifikasi anak dengan PID adalah kunci untuk pengobatan. Banyak PID relatif berbahaya dan menyebabkan penyakit kadang-kadang sementara yang lain mungkin cepat fatal. Untuk bentuk yang paling parah dari PID (SCID), pemulihan kekebalan dapat dicapai dengan transplantasi sumsum tulang, terapi gen atau penggantian enzim. SCID membawa kematian hampir 100% dalam tahun pertama kehidupan, dan prognosis tergantung pada diagnosis yang cepat dan pengobatan definitif. Pasien yang didiagnosis dengan SCID saat lahir karena riwayat keluarga yang positif memiliki mortalitas meningkat signifikan. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 70
  • 71. Reference Jyothi S, Lissauer S, Welch S, Hackett S. Immune deficiencies in children: an overview. Arch Dis Child Educ Pract Ed, 2013;98:186-96. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 71
  • 72. Thank you Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 72