Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai konsep taqwa dalam Islam. Secara ringkas, taqwa didefinisikan sebagai ketakutan kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dokumen tersebut juga menjelaskan ciri-ciri seseorang yang bertaqwa seperti bersikap adil, sabar, dan menahan amarah. Ilmu pengetahuan dipandang penting untuk memahami dan melaksanakan ajar
2. “PRIBADI YANG BERTAQWA”
Nama Kelompok:
Muhammad Arsyad Fadly (20133020029)
Wahyudin (20133020030)
Ridho Tri Ananto (20133020031)
Rofi Nurizha (20133020032)
3. “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami
telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan
(juga) kepada kamu, bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir Maka
(ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah
kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji” (An Nisaa’:131)
5. Pengertian Taqwa
Secara etimologis , kata “taqwa” berasal dari bahasa arab.
Kata taqwa memiliki kata dasar waqa yang berarti
menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memerhatikan, dan
menjauhi. Adapun secara terminologis, kata “taqwa” berarti
menjalankan apa yang diperintahankan oleh Allah dan menjauhi
segala apa yang dilarang-Nya.
Para penerjemah Al-Qur’an
mengartikan
“taqwa”
sebagai
kepatuhan, kesalihan, kelurusan, perilaku baik, teguh melawan
kejahatan, dan takut kepada Tuhan.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan
beragama Islam. (Ali Imran 102)
6. Definisi Taqwa
Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya
merupakan tindakan seseorang untuk melindungi dirinya dari
hukuman Allah dengan ketundukan total kepada-Nya. Asal-usul
taqwa adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dari kejahatan dan
hal-hal yang meragukan (syubhat).
Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang
berbunyi, “Bertaqwalah kamu sekalian dengan sebenar-benarnya
taqwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan
muslim”, bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak
ditentang, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.
Taqwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan
kita melihat-Nya dan jika kita tidak melihat-Nya maka ketahuilah
bahwa Dia melihat kita. Taqwa adalah tidak terus menerus
melakukan maksiat dan tidak terpedaya dengan ketaatan. Taqwa
kepada Allah adalah jika dalam pandangan Allah seseorang selalu
berada dalam keadaan tidak melakukan apa yang dilarang-Nya, dan
Dia melihatnya selalu.
7. Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa
“ketakwaan bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah
namun
melalaikan
yang
wajib”.
Beliau
rahimahullah
berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa
di siang hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya.
Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan
segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang
diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu
dikaruni amal kebaikan maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan
Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan
membenarkan berbagai berita yang datang dari Allah dan beribadah
kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at, bukan dengan tata
cara yang diada-adakan (baca: bid’ah). Ketakwaan kepada Allah itu
dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka
hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah, baik ketika
dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah
keramaian/di hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya
Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah.
8. Makna Taqwa
Dalam Al-Quran hanya terdapat satu ayat yang secara eksplisit
menyebut kata haqiq (haqiqat), tapi ada 227 ayat yang tafsirnya
lain, akan tetapi memiliki hakikat yang sama dengan hakikat
tersebut. Diantaranya :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan
beragama Islam. (Ali Imran:102)
9. Apa yang telah kami ciptakan itulah yang benar, yang datang dari
tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang yang ragu-ragu (Ali
Imran:60)
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Al
Ashr:1-3)
10. Pada mulanya, ketika ayat tadi (hakikat taqwa) turun, banyak
diantara para sahabat yang gelisah, karena hakikat berarti taat yang
terus menerus, tidak pernah mendurhakai, syukur secara terus
menerus dan tidak pernah mengingkari, mengingat terus dan tidak
pernah melupakan-Nya. Kemudian sahabat itu berkata, tidak
mungkin seorang hamba mampu bertaqwa dengan sebenarbenarnya taqwa (hakikatnya) sesuai bunyi ayat tadi.
11. Tiga Tingkatan
Pribadi Muslim
1.
2.
3.
Disebut Islam (Muslim), yaitu
baru tingkat penyerahan diri
kepada
Tuhan.
Misalnya
sholat,
maka
ia
akan
melakukan dalam kondisi yang
formal dan tidak membantah.
Disebut Iman (Mukmin), yaitu
apabila yang dilakukan dan
diucapkan tergurat sampai
kedalam hati dan tidak
puas, karena baru sebatas
menjalankan rukun islam.
Disebut
Ihsan
(Muhsin), tingkatan ini adalah
tingkatan
kepastian
dan
kesadaran batin, yaitu dalam
menyembah Allah seolah-olah
melihat-Nya. (H.R. Muslim).
Dari tiga tahap tersebut, maka
tahapan ketigalah yang
tertinggi, karena telah terbuka
kesadarannya (tabir ma’rifat).
Selanjutnya menjadikan dirinya
sebagai batas tertinggi dalam
merealisasikan perintah pada awal
waktu, dan terpelihara dari segala
yang dilarang (termasuk makruh
sekalipun). Jadi, seorang muslim yang
berlatih meningkatkan kadar
keislamannya dari tahap ke
tahap, maka ia termasuk yang
berlayar di atas perahu ke tingkat
taqwa. Artinya mukmin yang tidak
pernah naik ke kelas yang lebih
tinggi, ialah kelompok yang hanya
melaksanakan sebagian perintah, ala
kadarnya dan selalu dipenghujung
waktu. Kelompok seperti inilah yang
masih jauh dari hakikat taqwa.
12. Ciri Orang Yang Bertaqwa
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran:134)
Ayat di atas menyatakan orang yang bertaqwa dan
mulia, minimal mempunyai lima syarat:
13. 1.
2.
3.
4.
5.
Bersadaqah dalam kondisi apapun yang dialami, baik lapang
ataupun sempit, merugi atau beruntung.
Siap menahan amarahnya. Yakni, hamper-hampir tidak pernah
marah dan kalu terpaksa marah cepat sekali berhenti.
Memaafkan kesalahan orang adalah baik, tapi tidaklah
sempurna tanpa disertai memperlihatkan kebaikan, misalnya
dengan mencarikan solusi.
Sesudah
memperlihatkan
kebaikan
dan
mencarikan
solusi, tidaklah sempurna tanpa mencintainya. Yakni berubah
mencintainya, sekalipun pernah bermusuhan.
Mencintainya tidaklah sempurna, tanpa memperlakukan seperti
mencintai dirinya sendiri. Artinya, cinta yang diperlihatkan cinta
sejati. Dan itulah yang dapat mencabut total akar permusuhan.
Seseorang akan disebut bertaqwa jika memiliki beberapa ciri. Dia
seorang yang melakukan rukun Iman dan Islam, menepati janji, jujur
kepada Allah, dirinya, orang lain dan menjaga amanah. Dia mencintai
saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Manusia taqwa
adalah sosok yang tidak pernah menyakiti dan tidak zhalim pada
sesama, berlaku adil di waktu marah dan ridha, bertaubat dan selalu
beristighfar kepada Allah.
14. Agar seseorang bisa mencapai taqwa diperlukan saran-sarana. Dia
harus
merasa
selalu
berada
dalam
pengawasan
Allah, memperbanyak dzikir, memiliki rasa takut dan harap kepada
Allah. Komitmen pada agama Allah. Meneladani perilaku para salafus
saleh, memperdalam dan memperluas ilmu pengetahuannya sebab
hanya orang berilmulah yang akan senantiasa takut kepada Allah.
“Agar seseorang bertaqwa dia harus selalu berteman dengan orangorang yang baik, menjauhi pergaulan yang tidak sehat dan kotor.
Sahabat yang baik laksana penjual minyak wangi dimanapun kita
dekat maka akan terasa wanginya dan teman jahat laksana tukang
besi, jika membakar pasti kita kena kotoran abunya” (HR. Bukhari)
Membaca Al-Qur`an dengan penuh perenungan dan
mengambil ‘ibrah juga merupakan sarana yang tak kalah pentingnya
untuk
mendaki
tangga-tangga
menuju
puncak
taqwa.
Instrospeksi, menghayati keagungan Allah, berdoa dengan khusyu’
adalah sarana lain yang bisa mengantarkan kita ke gerbang taqwa.
Pakaian dan makanan kita yang halal dan thayyib serta membunuh
angan yang jahat juga sarana yang demikian dahsyat yang akan
membawa kita menuju singgasana taqwa.
15. Adapun ciri-ciri lain orang bertaqwa (yaitu) Orang-orang
yang berinfaq (karena Allah SWT), baik diwaktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mereka
yang pemaaf terhadap (kesalahan) manusia. Dan Allah mencintai
orang-orang yang berbuat kebajikan.
Taqwa memiliki tiga tingkatan. Ketika seseorang melepaskan
diri dari kekafiran dan mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah, dia
disebut orang yang taqwa. Didalam pengertian ini semua orang
beriman tergolong taqwa meskipun mereka masih terlibat beberapa
dosa. Jika seseorang menjauhi segala hal yang tidak disukai Allah
SWT dan RasulNya (SAW), ia memiliki tingkat taqwa yang lebih
tinggi. Yang terakhir, orang yang setiap saat selalu berupaya
menggapai cinta Allah SWT, ia memiliki tingkat taqwa yang lebih
tinggi lagi.
Allah SWT telah menjabarkan berbagai ciri-ciri orang yang
benar-benar taqwa. Mereka menafkahkan rizkinya di jalan Allah SWT
dalam keadaan lapang maupun sempit.
16. Dengan kata lain, jika mereka memiliki uang seribu dollar
diinfaqkannya paling tidak satu dollar, dan jika hanya memiliki seribu
sen mereka infaqkan satu sen. Menafkahkan rizki di jalan Allah SWT
adalah jalan-hidup mereka. Allah SWT (atas kehendakNya)
menjauhkan mereka dari kesulitan (bala’) kehidupan lantaran
kebajikan yang mereka perbuat ini. Lebih dari itu, seseorang yang
suka menolong orang lain tidak akan mengambil atau memakan
harta orang lain, malahan ia lebih suka berbuat kebaikan bagi
sesamanya. ‘Aisyah RA sekali waktu pernah menginfaqkan sebutir
anggur karena pada waktu itu ia tidak memiliki apa-apa lagi.
Beberapa muhsinin (orang yang selalu berbuat baik) menginfaqkan
sebutir bawang.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Selamatkanlah dirimu dari api nereka dengan berinfaq, meskipun
hanya dengan sebutir kurma.” (Bukhari & Muslim)
17. Hati Yang Bersih Sebagai Penyempurna Taqwa
Orang yang bertaqwa tidak otomatis terbebas dari kesalahan dan
dosa , apalagi orang yang hanya bertaqwa secara lisan . Taqwa yang
sebenarnya ada dalam hati dan tindakan,bukan dalam lisan dan
penampilan .Orang yang memakai peci, sorban, sarung, atau
jilbab, belum tentu hatinya benar-benar bertaqwa kepada Allah.
Apa yang harus kita lakukan agar menjadi orang yang benar-benar
bertaqwa kepada Allah?
Modal Utama yang harus kita miliki adalah ilmu. Sebab dengan ilmu
kita dapat mengetahui dan memahami segala perintah Allah dan
laranagan-Nya.
Bagaimana kita dapat melaksanakan perintah Allah, sementara kita
tidak mengetahui apa saja yang diperintahkannya?
Karena itulah mencari ilmu sangat dianjurkan, bahkan diwajibkan
dalam Islam. Dengan ilmu, kita bisa mengetahui apa yang wajib kita
kerjakan dan yang wajib kita tinggalkan.Ibadah yang dilakukan tanpa
ilmu takkan berarti apa-apa.
18. Salah Satu Bentuk Taqwa
Sesungguhnya kenikmatan Allah kepada kita sangat banyak.
Oleh karena itu, kita wajib bersyukur dengan sebenar-benarnya atas
semua kenikmatan itu. Yaitu bersyukur dengan hati, lisan dan
anggota badan. Bersyukur dengan hati, yaitu dengan mengakui
bahwa kenikmatan itu datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah dan menyebutnyebut kenikmatan tersebut, jika tidak dikhawatirkan hasad. Dan
bersyukur dengan anggota badan, yaitu menggunakan anggota
badan kita ini untuk taat kepada-Nya, dengan bertakwa kepada-Nya
secara sebenar-benarnya. Takwa ini merupakan perintah Allah
kepada seluruh manusia.
19. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An Nisaa’:1)
20. Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan
baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang
saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena
Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah
dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan
baginya jalan keluar. (At Thalaq:2)
21. Kesimpulan
Ketaqwaan bermakna luas. Hal ini dapat diketahui dari
definisi para ulama yang menerangkan bahwa ketakwaan ialah upaya
seorang hamba membuat pelindung antara dirinya dengan sesuatu
yang ia takuti. Dengan begitu, seorang hamba yang ingin bertakwa
kepada Allah Azza wa Jalla, berarti ia ingin membangun pelindung
antara dirinya dari Allah Azza wa Jalla yang ia takuti kemarahan dan
kemurkaan-Nya, dengan melaksanakan amal ketaatan dan menjauhi
larangan-Nya.