3. TERJEMAH AYAT
Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat“.
4. TERJEMAH
AYAT
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra
mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-
saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki
mereka, atau putra-putra saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah
mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.
5. MAKNA MUFRADAT
( ), yakni hendaknya mereka menahan
pandangannya dari pandangan yang tidak halal.
( ), yakni hendaknya mereka memelihara
kemaluannya dari sesuatu yang tidak halal melakukannya.
Perbedaan antara ( ) dengan memakai
( ) dan ( ) dengan tidak memakai ( )
adalah bahwa dalam memandang ada keleluasaan,
karena boleh memandang selain antara pusat dan lutut
wanita mahram, wajah dan kedua telapak tangan wanita
lain, kedua telapak kakinya menurut salah satu dua
riwayat. Sementara dalam hal memelihara kemaluan tidak
ada keleluasaan, sebagaimana disebutkan dalam tafsir al-
Kasysyaf. Cukuplah perbedaannya adalah bahwa
dibolehkan memandang kecuali yang dikecualikan,
dilarang jima’ kecuali yang dikecualikan . Maksudnya
adalah dasar dalam kemaluan adalah dilarang, dan dalam
memandang adalah boleh.
6. MAKNA
MUFRADAT
Didahulukannya menahan pandangan dari
pada memelihara kemaluan karena
memandang dapat membawa pada
perzinahan.
( ) : lebih baik dan lebih suci.
( ) : sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat dalam hal pandangan dan
kemaluan, lalu Dia membalas apa yang
mereka lakukan.
7. MAKNA
MUFRADAT
( ) : Hendaklah mereka
(wanita yang beriman) menahan
pandangannya, maka karenanya mereka tidak
memandang laki-laki yang tidak halal bagi mereka.
( ) : dan memelihara
kemaluannya dengan memeliharanya dari zina.
Yakni dengan memelihara kemaluan dari perbuatan
yang tidak dihalalkan.
( ) : menampakkan.
( ) : perhiasannya seperti pakaian dan
celupan. Atau mereka tidak menampakkan tempat-
tempat (anggota badan) perhiasan kepada orang
yang tidak halal untuk ditampakkan.
8. MAKNA
MUFRADAT
( ) kecuali yang (biasa) nampak
daripadanya ketika melakukan sesuatu seperti
pakaian dan cincin, karena dalam menutupinya ada
kesulitan. Pendapat lain mengatakan bahwa yang
dimaksud itu adalah wajah dan telapak tangan. Jadi
boleh melihatnya bagi laki-laki lain jika tidak timbul
fitnah, menurut salah satu dua pendapat, karena ia
bukan aurat. Pendapat lain mengatakan haram
melihat wajah, karena wajah itu tempat timbulnya
fitnah. Baidhawi berkata : Yang nampak adalah
bahwa ini dalam shalat, bukan dalam
memandang, karena seluruh badan wanita yang
merdeka adalah aurat . Tidak halal bagi selain
suami dan mahram melihatnya kecuali dalam
keadaan darurat seperti dalam
pengobatan, pengajaran, transaksi, dan kesaksian.
9. MAKNA
MUFRADAT
( / Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung ke dadanya).
Yakni hendaknya mereka menutupi
kepala, leher, dada dengan kudung. ( ) adalah
yang digunakan wanita untuk menutup kepalanya.
Sedangkan ( ) adalah bentuk jama’ dari ( )
, yaitu pembukaan di atas baju, yang bisa
menampakkan sebagian dada.
( / dan janganlah menampakkan
perhiasannya,) , perhiasan yang tersembunyi, atau
tempat-tempat dipakainya perhiasan, yaitu selain
wajah dan dua telapak tangan. Ini disebutkan dua
kali untuk menjelaskan kepada siapa boleh
menampakkan perhiasan dan kepada siapa tidak
boleh menampakkannya.
10. MAKNA
MUFRADAT
( /kecuali kepada suami mereka).
( ) bentuk jama’ dari ( ) , yaitu suami. Karena
mereka adalah yang dituju dari perhiasan itu.
Mereka boleh melihat seluruh tubuh isterinya,
sekalipun kemaluan, tapi makruh.
( / atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka) … sampai firman-Nya (
/ atau budak-budak yang mereka
miliki) . Ini untuk menghilangkan kesulitan karena
banyknya berbaur dan bergaul, dan karena sedikit
timbulnya fitnah dari pihak mereka. Sebab tabiat
manusia tidak mau menyentuh kerabatnya. Oleh
karena itu mereka boleh melihatnya kecuali antara
pusat dan lutut. Mereka haram melihat antara pusat
dan lutut kecuali suami.
11. MAKNA
MUFRADAT
Firman Allah ( / atau wanita-wanita
Islam) mengecualikan wanita-wanita kafir.
Maka menurut jumhur ulama wanita-wanita
Islam tidak boleh membuka auratnya di
hadapan wanita-wanita kafir, karena mereka
tidak merasa berat memberikan sifat-sifat
mereka kepada laki-laki. Ulama madzhab
Hambali membolehkannya, karena yang
dimaksud adalah jenis wanita, bukan
seluruhnya.
12. MAKNA
MUFRADAT
( ) : atau budak-budak yang
mereka miliki.
( / atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita)). ( ) yaitu
kebutuhan/keinginan terhadap wanita. Tentang
orang yang dikebiri ada perbedaan pendapat.
( )
: atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita untuk jima’, karena mereka masih
kecil dan belum baligh. Kepada mereka boleh
menampakkan perhiasan selain antara pusat
dan lutut. ( ) isim jenis, bentuk mufrad
(tunggal) dalam posisi jama’.
13. MAKNA
MUFRADAT
( / Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan). Yaitu gelang
kaki yang bergerincing yang menimbulkan perhatian dan
kecenderungan laki-laki. Ini lebih kuat dari pada larangan
menampakkan perhiasan, dan lebih menunjukkan
larangan meninggikan suara.
( /Dan bertobatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman) dari yang pandangan yang dilarang yang telah
kamu lakukan.
( / supaya kamu beruntung), yakni
beruntung dengan kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan
selamat dari dosa dengan diterimanya taubat.
Dalam ayat ini ada dominasi laki-laki terhadap wanita.
14. SEBAB NUZUL AYAT
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari
Muqatil, ia berkata : Jabir bin Abdullah
menyampaikan berita kepada kami bahwa
Asma binti Martsad berada di kebun kurma
miliknya. Wanita-wanita berdatangan
masuk padanya dalam keadaan tidak
memakai sarung, sehingga gelang kaki
mereka nampak kelihatan, dada dan
pinggang mereka juga kelihatan. Asma
berkata : Alangkah buruknya ini. Lalu
turunlah ayat (
).
15. SEBAB NUZUL
AYAT
Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ali –semoga Allah
memuliakannya- bahwa seorang laki-laki di zaman
Rasulullah saw melewati salah satu jalan di Madinah. Ia
melihat seorang wanita, dan wanita itu pun melihatnya.
Setan membisikkan kepada keduanya bahwa masing-
masing memandang yang lain semata-mata karena
mengaguminya. Ketika laki-laki itu berjalan ke samping
kebun dalam keadaan memandangi wanita itu, dia
membentur dinding kebun dan hidungnya pecah. Ia
berkata : Saya tidak akan membasuh darah ini sampai
saya mendatangi Rasulullah saw dan memberitahukannya
keadaanku. Lalu laki-laki itu mendatangi beliau dan
menceritakan kisahnya. Nabi saw bersabda : “Ini adalah
siksaan dosamu”. Dan Allah menurunkan ayat : (
) dst.
16. SEBAB NUZUL
AYAT
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Hadhrami
bahwa seorang wanita memakai dua
gelang kaki dari perak, dan memakai gelang
dari batu aki , lalu dia melewati pada satu
kaum, ia memukulkan kakinya, gelang kaki
itu menimpa pada gelang batu aki sehingga
bersuara. Lalu Allah menurunkan ayat : (
)
17. MUNASABAH AYAT
Ayat ini jelas hubungannya dengan ayat sebelumnya,
karena masuk ke rumah merupakan dugaan melihat aurat.
Oleh karena itu Allah memerintahkan orang-orang yang
beriman laki-laki dan wanita untuk menahan
pandangannya dalam bentuk hukum yang umum yang
mencakup orang yang minta izin untuk masuk rumah
orang lain dan yang lainnya. Orang yang minta izin masuk
rumah orang lain wajib menahan pandangan ketika
meminta izin dan masuk rumah, untuk mencegah dari
pelanggaran melakukan yang diharamkan. Begitu juga
wanita wajib tidak menampakkan perhiasannya kepada
siapa pun kecuali kepada mahramnya, karena dalam hal
itu akan menimbulkan fitnah yang mendorong terjatuh
pada yang haram. Seperti memandang yang merupakan
jalan menuju perzinahan. Berkumpulnya hukum
memandang dan hijab akan menutup jalan lahirnya
kerusakan.
18. TAFSIR/PENJELASAN AYAT
( /Katakanlah
kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan
pandangannya). Yakni katakan wahai
Muhammad kepada hamba-hamba-Ku yang
mukmin : tahanlah pandangan kalian dari yang
diharamkan Allah atas kalian. Janganlah kalian
memandang kecuali pandangan yang
dibolehkan kepada kalian. Ungkapan dengan
( ) merupakan isyarat bahwa sifat
orang-orang yang beriman adalah segera
melaksanakan perintah Allah. Yang dimaksud
dengan menahan pandangan adalah bukan
memejamkan mata, tetapi menundukkan
pandangan karena malu.
19. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Min dalam lafaz ( ) menunjukkan
sebagian, yakni hendaknya mereka menahan
sebagian pandangan mereka, maka pandangan
mereka jatuh pada yang diharamkan. Ketika itu
maksudnya mencela orang yang banyak
memandang pada yang haram, sebagaimana
disebutkan dalam sebab nuzul ayat yang
diriwayatkan oleh Ibnu Mardaweih. Untuk
membedakan perintah antara menahan
pandangan dan memelihara kemaluan adalah
bahwa pada dasarnya dalam kemaluan itu
haram kecuali yang dikecualikan. Sedangkan
dalam pandangan, maka pada dasarnya adalah
boleh kecuali yang dikecualikan sebagaimana
telah dijelaskan.
20. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Jika pandangan itu jatuh pada yang diharamkan
tanpa disengaja, maka wajib memejamkan mata
dan segera memalingkan pandangan. Sesuai
dengan hadits yang diriwayatkan Imam
Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’I dari
Jarir bin Abdullah al-Bajali ra, ia berkata : Saya
bertanya kepada Nabi saw tentang pandangan
secara tiba-tiba, lalu beliau memerintahkanku untuk
memalingkan pandanganku.
Abu Daud meriwayatkan dari Buraidah, ia berkata :
Rasulullah saw bersabda kepada Ali: “Wahai
Ali, janganlah pandangan itu diikuti dengan
pandangan kedua, karena pandangan pertama
untukmu, sedangkan pandangan kedua bukan
untukmu”.
21. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Said
al-Khudri, ia berkata, Rasulullah saw
bersabda : “Jauhilah olehmu duduk di
jalanan”, para sahabat bertanya : Kami mesti
duduk di jalanan untuk bicara-bicara. Lalu
Rasulullah saw bersabda : “Jika kalian tidak
mau, maka berikanlah hak jalan”. Mereka
bertanya : Apa itu hak jalan wahai
Rasulullah? Beliau menjawab :”Menahan
pandangan, tidak mengganggu, menjawab
salam, memerintahkan yang baik, dan
mencegah kemunkaran”.
22. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Sebab perintah menahan pandangan adalah
menutup jalan menuju
kerusakan, menghalangi sampainya pada
dosa, karena pandangan merupakan jalan
menuju perzinahan. Sebagian ulama salaf
berkata : “Pandangan adalah bagaikan anak
panah beracun bagi hati”. Oleh karena itu
dalam ayat ini Allah mengumpulkan antara
perintah memelihara kemaluan dengan
perintah memelihara pandangan yang dapat
mendorong perbuatan yang dilarang
sesungguhnya, yaitu zina. Allah berfirman :
23. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
( /dan memelihara
kemaluannya), yakni dari melakukan
perbuatan keji seperti zina, homosexual, dan
dari melihatnya seseorang pada perbuatan
keji tersebut. Sebagaimana hadits yang
diriwayatkan Imam Ahmad dan
Ashabussunan :”
/jagalah auratmu
kecuali dari isterimu dan budak yang
kamu miliki”.
24. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Allah berfirman menjelaskan hikmah dua
perintah di atas : ( /yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka).
Yakni menahan pandangan dan memelihara
kemaluan adalah lebih baik , lebih mensucikan
hati, dan lebih membersihkan agama mereka.
Sebagaimana dikatakan : Barangsiapa menjaga
pandangannya, maka Allah akan memberikan
cahaya pada mata hatinya, atau ke dalam
hatinya. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu
Umamah ra dari Nabi saw, beliau bersabda :
“Tidaklah ada seorang muslim pun yang
memandang kecantikan wanita, kemudian ia
menahan pandangannya, kecuali Allah akan
menggantikan baginya ibadah yang ia
merasakan kenikmatannya”.
25. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
( ) adalah yang merupakan isim tafdhil
(kata yang menunjukkan lebih) menunjukkan
secara lebih bahwa menahan pandangan
dan memelihara kemaluan dapat
mensucikan jiwa dari kotoran kehinaan.
Tafdhil di sini hanya dalam perkiraan, atau
dengan memandang dugaan mereka bahwa
dalam melihat itu bermanfaat.
26. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
( /sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat). Yakni
sesungguhnya Allah mengetahui secara sempurna semua
perbuatan yang mereka lakukan, tidak ada yang
tersembunyi sedikitpun. Ini merupakan ancaman dan janji,
sebagaimana Allah berfirman : (
/ Dia mengetahui (pandangan) mata yang
khianat dan apa yang disembunyikan oleh
hati.[QS.Ghafir:19]). Dia mengetahui curi-curi pandangan
dan seluruh anggota badan. ( ) yang berasal dari kata
( ) yaitu pengetahuan yang kuat yang sampai pada
batin segala sesuatu. Imam Bukhari meriwayatkan dalam
kitab shahihnya dalam ta’liqnya dan Imam Muslim dari Abu
Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : “Ditulis
bagi manusia bagiannya dari zina, tidak diragukan lagi ia
mengetahui hal itu, zina dua mata adalah melihat, zina
lisan adalah mengucapkan, zina dua telinga adalah
mendengar, zina dua tangan adalah memegang, zina dua
kaki adalah melangkah, jiwa berangan dan menginginkan,
kemaluan membuktikan atau mendustakannya”.
27. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Berbeda dengan kebiasaan firman Allah yang pada
umumnya panggilan terhadap wanita masuk pada
panggilan terhadap laki-laki, Allah SWT memerintahkan
kepada kaum mukmin wanita untuk menahan pandangan
dan memelihara kemaluan sebagaimana Allah
memerintahkan kepada kaum laki-laki, sebagai penguat
terhadap yang diperintahkan, dan menjelaskan sebagian
hukum yang khusus bagi kaum wanita, yaitu larangan
menampakkan perhiasan, hijab, larangan terhadap yang
mengundang perhatian terhadap perhiasan. Allah
berfirman (
/ Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya, ). Yakni katakan wahai Rasul
juga kepada wanita mukmin : tahanlah pandangan kamu
dari yang diharamkan Allah, yaitu memandang kepada
selain suami kamu, dan peliharalah kemaluanmu dari zina
dan semacamnya seperti perbuatan lesbian
28. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Oleh karena itu wanita sama sekali tidak boleh melihat
laki-laki lain dengan syahwat atau tidak dengan syahwat
menurut pendapat banyak ulama berdasarkan hadits yang
diriwayatkan Abu Daud dan Tirmidzi dari Ummu Salamah
bahwa beliau bersama Maimunah berada di sisi Rasulullah
saw, lalu datanglah Ibnu Ummi Maktum dan masuk. (kata
Ummu Salamah) Hal itu setelah Allah memerintahkan hijab
kepada kami. Rasulullah saw bersabda : “Berhijablah
kamu berdua darinya”. Ummu salamah berkata : bukankah
dia (Ibnu Ummi Maktum) itu buta, tidak melhat dan tidak
mengenal kami? Rasulullah saw menjawab : “Apakah
kamu berdua buta, bukankah kamu berdua melihatnya”?
Dalam kitab al-Muwaththa’ dari Aisyah bahwa beliau
memakai hijab dari seorang buta, lalu beliau ditanya : dia
itu tidak melihat anda. Beliau menjawab : Tetapi saya
melihatnya.
29. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Sekelompok ulama yang lain membolehkan wanita
memandang laki-laki lain tanpa syahwat selain antara lutut
dan pusat. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Bukhari
dan Muslim bahwa Rasulullah saw pernah melihat orang-
orang Habasyah (Etiopia) sedang bermain tombak pendek
pada hari raya di dalam masjid, sedangkan Aisyah Ummul
Mukminin melihat mereka di belakang beliau, beliau
menghalanginya dari mereka sampai ia bosan dan pulang.
Ini pendapat yang paling mudah di zaman sekarang ini.
Ulama kelompok kedua ini berpendapat bahwa perintah
memakai hijab dari Ibnu Ummi Maktum menunjukkan pada
sunnah. Demikian juga berhijabnya Aisyah ra dari seorang
buta adalah tindakan kehati-hatian beliau. Ini dikuatkan
dengan masih terusnya wanita pergi keja ke pasar, ke
mesjid, dan bepergian dengan memakai cadar sehingga
laki-laki tidak melihatnya. Sedangkan laki-laki tidak
diperintahkan memakai cadar agar tidak dilihat wanita. Ini
merupakan dalil berbedanya hukum antara laki-laki dan
wanita.
30. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Kemudian Allah SWT menyebutkan beberapa
hukum khusus bagi wanita, yaitu :
1. ( / dan
janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
daripadanya). Maksudnya : janganlah mereka
menampakkan perhiasan bagi orang lain
sedikitpun ketika memakai perhiasan.
Perhiasan adalah segala bentuk perhiasan
yang dipakai. Oleh karena itu menampakkan
tempat dipakainya perhiasannya lebih utama
untuk dilarang. Atau maksudnya : janganlah
mereka menampakkan tempat-tempat
perhiasan. Yang disebutkan perhiasan tapi
yang dimaksud adalah tempatnya. Pengertian
ini berdasarkan firman Allah ( ).
31. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Pengertian kedua ini lebih utama, sebab perhiasan itu
sendiri bukan yang dimaksud dari larangan. Apapun
maknanya, yang jelas ada hubungan kuat antara
perhiasan dan tempatnya. Yang dimaksud adalah larangan
menampakkan bagian-bagian tubuh yang menjadi tempat
perhiasan, seperti dada, telinga, leher, pergelangan
tangan, lengan, dan betis.
Adapun yang dimaksud dengan ( ) adalah
wajah, dua telapak tangan dan cincin, sebagaimana
diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan jamaah. Pendapat ini
pendapat yang masyhur menurut jumhur. Pendapat ini
didukung hadits yang diriwayatkan Abu Daud dari Aisyah
ra bahwa Asma binti Abu Bakar masuk ke rumah Nabi
saw dengan memakai kain tipis, lalu beliau berpaling
darinya dan berkata : “Wahai Asma, sesunggunya wanita
apabila telah haidh tidak pantas terlihat kecuali ini”, beliau
mengisyaratkan pada wajah dan kedua telapak tangannya.
Ini adalah hadits mursal.
32. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Berdasarkan ini, ulama-ulama madzhab
Hanafi, Maliki, dan Syafi’I dalam satu
riwayatnya berkata : sesungguhnya wajah dan
dua telapak tangan tidak termasuk aurat. Jadi
yang dimaksud dengan ( ) adalah
yang nampak sesuai dengan adat kebiasaan.
Diriwayatkan dari Abu Hudzaifah ra bahwa dua
telapak kaki juga bukan termasuk aurat, karena
lebih sulit menutupnya dari pada menutup dua
telapak tangan, terutama penduduk kampung.
Diriwayatkan juga dari Abu Yusuf bahwa hasta
tidak termasuk aurat , karena terdapat kesulitan
dalam menutupnya.
33. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Imam Ahmad dan Syafi’I dalam salah satu
pendapatnya yang paling benar berpendapat
bahwa tubuh wanita merdeka seluruhnya adalah
aurat, berdasarkan hadits-hadits yang lalu tentang
pandangan yang tiba-tiba dan haramnya
pandangan berikutnya. Dan juga berdasarkan
hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu
Abbas bahwa Nabi saw pada hari lebaran adha
membonceng Fadhl bin Abbas di belakangnya, lalu
Fadhl melihat wanita yang bersih dari suku
Khasy’amiyah ketika bertanya kepada beliau. Nabi
saw memegang dagunya dan memalingkan
wajahnya dari melihatnya.
Jadi yang dimaksud dengan firman Allah (
) adalah yang nampak sendiri bukan dengan
sengaja.
34. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Pendapat yang kuat menurut fiqh dan syara’ adalah
bahwa wajah dan kedua telapak tangan tidak
termasuk aurat jika tidak terjadi fitnah. Jika
dikhawatirkan timbul fitnah, terjadi desakan, dan
banyak kefasikan, maka wajib menutup wajah.
Adapun dalil-dalil pendapat kedua dimaksudkan
sebagai kehati-hatian, khawatir timbul fitnah, dan
melepaskan diri dari godaan setan. Menurut syara’
dalam keadaan terpaksa boleh melihat wanita lain
seperti dalam
khitbah, kesaksian, pengadilan, transaksi, pengobat
an, dan pendidikan. Dalam kondisi ini semua boleh
melihat wajah dan kedua telapak tangan saja. Juga
dokter laki-laki jika tidak ada dokter wanita boleh
melihat tempat penyakit untuk pengobatan.
35. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
2. ( / Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,). Yakni
hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke atas
bagian dada untuk menutupi rambut, leher, dan dada.
di sini maksudnya menurunkan, menjatuhkan dan
menutupi. jama’ dari , yaitu sesuatu yang
digunakan wanita untuk menutupi kepalanya.
jama’ dari , yaitu pembukaan di bagian atas baju
yang bisa menampakkan sebagian leher. Ini merupakan
perintah yang bersifat bimbingan untuk menutup sebagian
tempat perhiasan dalam wanita. Imam Bukhari
meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata : Semoga Allah
merahmati wanita-wanita muhajirin yang pertama ketika
Allah menurunkan ayat ( )
mereka menyobek kain sarungnya untuk menutupi
kepalanya.
36. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
3. (
/ dan janganlah menampakkan
perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-
putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra
saudara laki-laki mereka). Yakni janganlah mereka
menampakkan perhiasannya yang tersembunyi kecuali
kepada suami mereka, karena mereka yang dimaksud
untuk bersenang-senang dan melihat; atau bapak-bapak
dan kakek-kakek si wanita; atau bapak suami, atau anak
laki-laki isteri; atau anak laki-laki suami; atau saudara laki-
laki dan saudara perempuan; atau anak saudara laki-laki;
atau anak laki-laki saudara perempuan sekandung, atau
sebapak, atau seibu.
37. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Mereka semua adalah mahram, seorang wanita
boleh menampakkan perhiasannya kepada mereka
tanpa dandanan. Mereka adalah kerabat dari
keturunan, yaitu 5 macam. Di antara mereka ada
dua orang dari kerabat lantaran hubungan
perkawinan, yaitu bapak suami dan anak suami.
Tetapi dalam ayat ini tidak disebut mahram karena
keturunan dari pihak paman,karena paman
disamakan dengan bapak. Demikian juga tidak
disebutkan mahram karena hubungan
persusuan, tetapi hadits
menyebutkannya, sebagaimana diriwayatkan oleh
Imam Ahmad,Bukhari, Muslim, Abu
Daud, Nasa’I, Ibnu Majah dari Aisyah : “Haram
kerabat karena persusuan sebagaimana haramnya
kerabat karena keturunan”.
38. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
(
/ atau wanita-wanita
Islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita). Mereka jenis lain yang wanita boleh
menampakkan perhiasannya selain antara pusat
dan lututnya. Yaitu : wanita-wanita
Islam, budak, pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai syahwat/keinginan terhadap
wanita, dan anak-anak kecil yang belum mengerti
tentang aurat wanita karena usianya yang masih
kecil dan belum pernah memperhatikan tentang
masalah sex.
39. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang
wanita, budak, pelayan laki-laki, dan anak-anak.
Jumhur ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
para wanita adalah wanita seagama, bukan wanita ahli
dzimmah. Oleh karena itu, wanita muslimah tidak boleh
menampakkan tubuhnya selain wajah dan telapak tangan
di hadapan wanita kafir, agar si wanita kafir itu tidak
menjelaskan sifatnya kepada suaminya atau yang lain.
Jadi wanita kafir itu baginya seperti laki-laki lain.
Sedangkan wanita muslimah juga haram menjelaskan sifat
wanita muslimah lain kepada suaminya atau laki-laki lain.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim bahwa Rasulullah saw bersabda : “Janganlah
seorang wanita berbaur dengan wanita lain, lalu dia
menjelaskan sifatnya kepada suaminya seolah-olah dia
meliahtnya“.
40. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Dalil jumhur ulama adalah hadits yang diriwayatkan Said
bin Mansur, Ibnu al-Mundzir, dan Baihaqi dalam kitab
Subnannya dari Umar bin Khattab, bahwa ia menulis surat
kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah ra : “Ada berita sampai
kepadaku bahwa wanita-wanita muslimah masuk ke kamar
kecil bersama wanita-wanita musyrik, berita ini datang dari
kamu, maka tidak halal bagi seorang wanita yang beriman
kepada Allah dan hari akhir auratnya dilihat kecuali oleh
(wanita) penganut agamanya”.
Sekelompok ulama, di antaranya ulama madzhab Hanbali
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan wanita-wanita
itu adalah wanita muslimah dan wanita kafir secara umum.
Maka idhafah dalam firman Allah () adalah untuk
menyerupai, yakni dari jenis mereka. Jadi aurat wanita
bagi wanita lain secara mutlak adalah antara pusat dan
lutut saja.
41. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Adapun yang dimaksud dengan ( / budak-
budak yang mereka miliki,), menurut kebanyakan ulama
adalah mencakup laki-laki dan wanita. Maka boleh bagi
wanita menampakkan selain antara pusat dan lututnya
kepada budaknya, baik laki-laki maupun wanita. Dalil
mereka adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, Abu Daud, Ibnu Mardaweih, Baihaqi dari Anas ra
bahwa Nabi saw datang membawa budak pada Fatimah
untuk dihadiahkan kepadanya. Fatimah memakai baju
yang pabila ditutupkan ke kepalanya, tidak sampai ke
kakinya, dan apabila ditutupkan ke kakinya tidak sampai
ke kepalanya. Ketika Nabi saw melihat yang terjadi, beliau
bersabda : “Tidak apa-apa, ini bapakmu dan budakmu”.
Segolongan ulama berpendapat bahwa budak itu khusus
budak wanita, karena budak laki-laki sama dengan laki-laki
merdeka dalam pengharaman.
42. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Adapun ( /pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan terhadap wanita) adalah
mereka yang melayani orang-orang untuk mendapatkan
kelebihan makanan tanpa mempunyai keinginan dan
kecenderungan terhadap wanita.
Para ulama berbeda pendapat tentang mereka. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa mereka adalah laki-laki
tua yang syhwatnya sudah habis, atau orang yang tolol
yang tidak mengerti sedikitpun tentang masalah
wanita, atau orang yang dipasektomi, atau pelayan orang
hanya untuk mencari makan, atau banci. Pendapat yang
dapat dijadikan patokan adalah setiap laki-laki yang tidak
punya keinginan terhadap wanita, tidak dikhawatirkan
timbul fitnah, dan tidak menjelaskan sifat wanita kepada
laki-laki lain.
43. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Imam Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’I
meriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata : Ada
seorang laki-laki banci masuk ke rumah isteri-
isteri Nabi saw, mereka menganggapnya
termasuk yang tidak punya keinginan terhadap
wanita, lalu Nabi saw masuk sedangkan si laki-
laki itu sedang menjelaskan sifat seorang
wanita : apabila si wanita itu menghadap, ia
menghadap dengan empat, dan apabila
membelakangi, ia membelakangi dengan
delapan. Lalu Rasulullah saw bersabda : “Saya
melihat orang ini mengetahui apa yang ada di
sini, jangan sekali-kali ia masuk kepada kalian”.
Beliau pun mengusirnya dari rumah.
44. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Adapun anak-anak adalah mereka yang belum
mengerti tentang keadaan dan aurat wanita, dan
belum nampak pada mereka kecenderungan sex
yang kuat karena usianya yang kecil. Apabila anak-
anak itu masih kecil belum memahami hal itu tidak
mengapa masuk ke tempat wanita. Adapun anak
remaja atau mendekati remaja sebelum baligh yang
bisa menceritakan apa yang ia lihat, maka tidak
boleh masuk ke tempat wanita. Dalilnya adalah
wajibnya si anak meminta izin ketika masuk rumah
pada tiga waktu yang dijelaskan Allah dalam al-
Qur’an (QS. An-Nur:59).
Kelompok ulama lain berpendapat bahwa wanita
tidak haram menampakkan perhiasanya terhadap
anak kecil kecuali anak itu mempunyai kerinduan
terhadap wanita, baik sudah remaja ataupun belum.
Kebolehan di sini lebih luas dari pada pendapat
pertama.
45. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Kemudian Allah melarang sesuatu yang
menyebabkan timbulnya fitnah, firman-Nya : (
/ Dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan). Yakni seorang wanita tidak boleh
memukulkan kedua kakinya dalam berjalan supaya
orang-orang mengetahui suara gelang
kakinya, karena itu merupakan dugaan timbulnya
fitnah dan kerusakan, mengundang
perhatian, membangkitkan gejolak syahwat, dan
berburuk sangka bahwa wanita itu tukang berbuat
kefasikan. Jadi memperdengarkan suara perhiasan
sama dengan menampakkannya, bahkan lebih
dahsyat, sedangkan tujuannya adalah menutupi.
46. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Ini mencakup semua yang akan membawa pada
fitnah dan kerusakan, seperti menggerakkan
tangan yang ada gelangnya, menggerakkan tali
rambut, memakai parfum dan perhiasan ketika
keluar rumah sehingga laki-laki mencium baunya
dan terpesona denganperhiasannya. Abu Daud,
Tirmidzi, dan Nasa’I meriwayatkan dari Abu Musa
al-’Asy’ari ra dari Nabi saw, beliau bersabda :
“Setiap mata berzina, dan wanita apabila memakai
parfum lalu melewati majlis laki-laki, maka ia itu
begitu dan begitu”. Maksudnya berzina.
Abu Daud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu
Hurairah ra, ia berkata : Saya mendengar
Rasulullah saw bersabda : “Allah tidak menerima
shalat seorang wanita yang memakai wangi-
wangian untuk pergi ke mesjid sehingga ia pulang,
lalu ia mandi seperti mandi junub”.
47. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
Lam pada firman Allah ( ) adalah lam akibat
atau menjadi. Jadi memukulkan kaki di hadapan
laki-laki lai dilarang secara mutlak, baik dengan
tujuan memberitahukan atau tidak. Karena akibat
memukulkan kaki yang ada gelangnya dan
semacamnya (sepatu yang tumitnya tinggi) orang
mengetahui perhiasan yang disembunyikan, lalu
terjadilah fitnah terhadapnya.
Madzhab hanafi dalam larangan ini mengambil
dalil bahwa suara wanita aurat, karena jika
memperdengarkan suara gelang kakinya saja
dilarang, maka memperdengarkan suaranya lebih
utama untuk dilarang. Yang jelas bahwa suara
wanita bukan auarat apabila tidak menimbulkan
fitnah. Dalilnya adalah bahwa isteri-isteri Nabi saw
meriwayatkan hadits kepada laki-laki lain.
48. TAFSIR/PENJELASAN
AYAT
( / Dan
bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung.). Yakni
kembalilah untuk taat kepada Allah wahai orang-orang
yang beriman semua, laksanakanlah sifat dan akhlak
terpuji yang diperintahkan-Nya, tinggalkanlah yang
dilarang Allah seperti tidak menahan pandangan, tidak
memelihara kemaluan, masuk rumah orang lain tanpa
izin, sifat dan akhlak jahiliyah yang tercela, niscaya kamu
akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Mereka dipanggil dengan sifat iman untuk mengingatkan
bahwa keimanan yang benar akan membawa pemiliknya
pada ketundukan, taubat dan istighfar , karena taubat
menyebabkan keberuntungan dan kebahagiaan.
49. PELAJARAN YANG TERKANDUNG
DALAM AYAT
1. Wajib menahan pandangan dari dari laki-laki
atau wanita yang tidak halal.
2. Wajib memelihara kemaluan dari peglihatan
orang yang tidak halal dan dari perbuatan keji.
3. menahan pandangan dan memelihara
kemaluan adalah yang paling suci dalam
agama dan lebih jauh dari dosa.
4. Aurat ada 4 macam :
a. Aurat laki-laki bersama laki-laki. Boleh melihat
seluruh tubuhnya kecuali antara pusat dan lututnya.
50. PELAJARAN YANG TERKANDUNG DALAM
AYAT
b. Aurat wanita bersama wanita. Yaitu seperti laki
bersama laki-laki. Wanita kafir tidak seperti wanita
muslimah menurut pendapat yang paling kuat. Jadi
ia tidak boleh melihat badan wanita muslimah.
c. Aurat wanita bersama laki-laki. Jika wanita itu
wanita lain maka seluruh tubuhnya aurat kecuali
wajah dan kedua telapak tangan.
d. Aurat laki-laki bersama wanita. Jika laki-laki itu laki-
laki lain, maka auratnya bersama wanita adalah
antara pusat dan lututnya. Menurut satu
pendapat, auratnya adalah seluruh tubuhnya seperti
wanita di hadapan laki-laki lain kecuali wajah dan
kedua telapak tangannya. Pendapat pertama
adalah pendapat yang paling benar.
51. PELAJARAN YANG TERKANDUNG
DALAM AYAT
5. Wanita wajib menutup rambut, leher dan
dadanya.
6. Wanita tidak boleh menampakkan
perhiasannya kecuali di hadapan laki-laki
yang dikecualikan pada ayat di atas.
7. Wanita haram melakukan sesuatu yang
dapat menimbulkan fitnah, seperti
menghentakkan sepatu atau
sandal, berdandan dan memakai wangi-
wangian.
8. Seorang mukmin laki-laki dan wanita wajib
bertaubat , sebab manusia tidak lepas dari
sifat lupa dan lalai dalam melaksnakan hak-
hak Allah swt.