SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  18
Télécharger pour lire hors ligne
1
2
3
KAMUS MINI
ILMU HADIS BARAT
4
5
Membuka Mata Hati
6
Judul Asli : Kamus Mini Ilmu Hadis Barat
Penulis : Dr. Asrar Mabrur Faza, M.A.
Copy Right 2014 © PENERBIT RIWAYAH MEDAN
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan I : Januari 2014
Diterbitkan oleh : Penerbit Riwayah
Jl. Vetpur II Blok C No. 84
Komplek Perumahan Veteran
Deli Serdang, Sumatera Utara
7
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Allah swt.. Salawat dan
salam kepada Nabi Muhammad saw., keluarga,
sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa
berpegang kepada Alquran dan sunah Rasulullah.
Untuk menjadi pegangan tentu berawal dari upaya
pengkajian terhadap Alquran dan Sunah. Khususnya
Sunah, banyak pakar yang melakukan kajian/analisis
terhadap sumber kedua ajaran Islam ini, tidak hanya
dari kalangan hadisolog (pakar hadis) muslim sendiri,
tetapi juga hadisolog Barat.
Mengutip keterangan Kamaruddin Amin yang
diperolehnya dari gurunya, Harald Motzki, setidaknya
ada empat metode analisis yang digunakan oleh
hadisolog Barat untuk melacak penanggalan (dating)
sebuah hadis. Pertama, analisis matan oleh Ignaz
8
Goldziher dan Marston Speight. Kedua, analisis sanad
oleh Joseph Schacht dan G.H.A. Juynboll. Ketiga,
penanggalan atas dasar kitab-kitab koleksi hadis, juga
oleh Schacht dan Juynboll. Keempat, analisis sanad
dan matan oleh Harald Motzki dan G. Schoeler.
Dalam penerapan empat metode tersebut,
seringkali menggunakan istilah-istilah (mus¯ala¥±t)
teknis yang terkadang membingungkan para pembaca
pemula terkait dengan diskursus hadis di Barat. Oleh
karena itu, “Kamus Mini Ilmu Hadis Barat” ini akan
menjelaskan pemaknaan terminologis bagi istilah-istilah
teknis tersebut.
Akhirnya, dengan mengharap rida Allah swt.,
semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para peminat
studi hadis khususnya dan para akademisi dan
masyarakat pada umumnya, selamat membaca.
Deliserdang, 31 Desember 2013
Asrar Mabrur Faza
9
Daftar Isi
Kata Pengantar ― 7
Daftar Isi ― 9
Argumentum e Silentio ― 11
Backward-Projection ― 12
Canonical Collections ― 13
Common Link ― 14
Dating ― 17
Diving Strand ― 18
Fabricator ― 18
Family Isnad ― 19
Inverted Common Link ― 20
Inverted Partial Common Link ― 20
Isn±d-cum-Matn Analysis ― 21
Partial Common Link ― 22
10
Real Common Link ― 23
Real Partial Common Link ― 23
Seeming Common Link ― 24
Seeming Partial Common Link ― 24
Single Strand ― 25
Spider Strand ― 26
Lampiran-Lampiran ― 27
Daftar Pustaka ― 35
11
***
Argumentum e Silentio, yaitu pembuktian
ketiadaan hadis pada suatu masa, dengan
memperlihatkan bahwa hadis yang dimaksud
tidak digunakan sebagai argumen dalam suatu
masalah hukum yang seharusnya merujuk
kepada hadis tersebut (Schacht, 1979: 140).
Teori ini digunakan pertama kali secara sistematis
oleh Joseph Schacht (Amin, 2009: 174).
Misalnya: Gautier. H.A. Juynboll (1935-2010)
menemukan ada beberapa rawi (transmitters)
dari hadis: Man ka©©aba ‘alayya yang
merupakan guru dari M±lik. Tetapi anehnya,
M±lik tidak mencantumkan hadis tersebut dalam
kitab al-Muwa¯¯±’-nya. Berdasarkan hal ini,
Juynboll menyimpulkan bahwa hadis: Man
12
ka©©aba ‘alayya, adalah hasil dari suatu
pemalsuan. Sebab menurut Juynboll, jika hadis
tersebut memang ada didengar M±lik dari salah
satu gurunya, maka sudah tentu hadis tersebut
bisa ditemukan dalam kitab al-Muwa¯¯±’ (Amin,
2009: 177, 178).
***
Backward-Projection, yaitu penyandaran
doktrin dari beberapa orang kepada pemegang
otoritas masa lampau secara serampang,
sehingga terbentuklah isn±d, semakin ke belakang
masanya, isn±d tersebut semakin berkembang,
menyebar dan komplit (Schacht, 1979: 163, 165
lihat juga Masrur, 2007: 93 dan Amin, 2009:
138). Dari istilah ini, dirumuskan beberapa teori,
seperti: back projection atau backwards growth of
isn±ds (penyandaran isn±d ke belakang), the most
perfect and complete isn±ds are the latest
(semakin lengkap sebuah isn±d semakin
13
belakangan munculnya), spread of isn±ds
(penyebaran isn±d), dan isn±ds by-passing the
common link are later (isn±d yang melewati
common link adalah lebih belakangan) (Amin,
2009: 480, 481).
***
Canonical Collections, yaitu kumpulan/
kitab-kitab hadis resmi, atau yang dikenal dengan
kutub sittah (enam kitab hadis standar). Kitab-
kitab hadis yang disusun sebelum kutub sittah
disebut Pre-canonical Collections, dan sesudah-
nya disebut Post-canonical Collections. (Amin,
2009: 379). Istilah canonical collection di-
perkenalkan oleh Fuat Sezgin dalam salah satu
tulisannya, Geschichte des arabischen Schrifttums
(Amin, 2008: 259).
14
Misalnya: ¢a¥³¥ al-Bukh±r³, ¢a¥³¥ Muslim,
Sunan Ab­ D±wud, Sunan al-Tirmi©³, Sunan al-
Nas±‘³, dan Sunan Ibn M±jah untuk Canonical
Collections. Musnad A¥mad dan Muwa¯¯±’ M±lik
untuk pre-canonical collections. Sedangkan
Musnad al-¦umaid³, ¢a¥³¥ Ibn Khuzaimah, dan
¢a¥³¥ Ibn ¦ibb±n untuk post-canonical
collections (Amin, 2009: 356).
***
Common Link, atau common transmitter
yaitu rawi tertua dalam jaringan isn±d, yang
menjadi awal/sumber penyebaran jalur-jalur
periwayatan yang ada, dan rawi tersebut bukan
merupakan figur abad pertama hijriah, demikian
menurut Schacht (Amin, 2009: 142, 143 lihat
juga Schacht, 1979: 171, 172). Jadi, posisi
common link dalam bundel isn±d adalah sebagai
pusat “mata rantai bersama” (mad±r) dari jalur-
jalur periwayatan lain setelahnya, atau sebagai
15
“rawi penghubung” antara tingkatan rawi
sebelumnya dengan tingkatan rawi sesudahnya.
Dalam teori Schacht dan Juynboll, seorang
common link adalah fabricator hadis, tetapi
menurut Harald Motzki dan Gregor Schoeler,
tidak mesti dipahami sebagai fabricator (Amin,
2009: 171). Menurut Motzki, common link adalah
adalah penghimpun (hadis) sistematis perdana
yang menyampaikan hadis dari abad pertama
dan melengkapinya dengan nama-nama
informan dalam isn±d-nya (Amin, 2009: 167).
Langkah-langkah analisis isn±d dengan metode
common link, yaitu: menentukan hadis yang akan
diteliti, menelusuri hadis dalam berbagai kitab
hadis, menghimpun seluruh isn±d hadis,
menyusun dan merekonstruksi seluruh jalur isn±d
dalam satu bundel isn±d, dan terakhir mendeteksi
common link (Masrur, 2007: 80). Teori common
link pertama kali diperkenalkan oleh Joseph
Schacht (1902-1969) dalam bukunya, The
16
Origins of Muhammadan Jurisprudence (Arfa,
1995: 28), kemudian dikembangkan oleh G.H.A.
Juynboll dan Joseph Van Ess (Amin, 2010: 16).
Dalam pengembangannya terhadap teori
common link Schacht, Juynboll memperkenalkan
beberapa istilah seperti: diving strand, partial
common link, seeming common link, single
strand, dan spider strand (Amin, 2010: 16 dan
Amin, 2009: 164, 170, 230, 243).
Misalnya: Lihat bundel 1. Itu adalah bundel
sanad hadis dari: “La¥m al-¡aid lakum f³ al-
i¥r±m ¥al±l m± lam ta¡³d­hu au yu¡±da lakum”
(Daging sembelihan halal bagi kalian pada waktu
ihram, selama kalian tidak menyembelihnya
sendiri atau minta disembelihkan) (al-Mu¯¯alib³:
1774). Terkait dengan bundel tersebut, Joseph
Schacht mengatakan bahwa ‘Amr adalah
common link dalam isn±d ini. Menurutnya, ‘Amr
adalah orang yang tanpa ragu-ragu membuat
hadis tersebut menjadi bisa terhubung antara
dirinya dan rawi (transmitter) anonim secara
langsung (Schacht, 1979: 172). Untuk
memperjelas lagi posisi common link, dapat
17
diihat pada bundel 3 dan 7. Bundel 5 adalah
bundel hadis: “innama al-a‘m±lu bi al-niyah”
riwayat al-Nas±’³ (Lihat al-Nas±’³, 2009, 1: 78-
79, 6: 159, 7: 15). Pada bundel 5, Ya¥y± bin
Sa‘³d al-An¡±r³ disebut sebagai common link
(Amin, 2009: 43).
***
Dating, yaitu penanggalan yang merupakan tu-
juan dari analisis hadis yang dilakukan oleh para
hadisolog Barat (Amin, 2009: 85, 155).
Misalnya: Setiap kali Juynboll melakukan studi
terhadap hadis, dia selalu berupaya menjawab
tiga pertanyaan tentang penanggalan hadis,
yaitu: dimana pertama kali hadis tersebut dibuat,
sejak kapan hadis dibuat, dan siapa yang
bertanggungjawab membuat hadis tersebut
(Juynboll, 2008: 7 lihat juga Amin, 2009: 161).
18
***
Diving Strand, yaitu isn±d yang meng-
hindar atau menyelam/menyalib di bawah
common link dan riwayat single strand, baik dari
Nabi ke common link, atau dari common link ke
generasi belakangan sampai masa seorang
kolektor hadis (Amin, 2009: 163).
Misalnya: Lihat bundel 3. Lihat juga bundel 6.
Itu adalah bundel sanad hadis: “al-¡aum l³ wa
an± ajz³ bihi” dari beberapa riwayat. Dalam
bundel 6, tampak bahwa jalur al-Baihaq³ sampai
kepada ‘Abd al-‘Az³z disebut sebagai diving
strand (Amin, 2009: 288).
***
Fabricator, yaitu istilah yang digunakan untuk
menunjukkan status seorang common link yaitu
sebagai pemalsu atau pencetus awal (originator)
sebuah hadis, dan telah menyebarkan hadis
19
tersebut kepada beberapa muridnya (partial
common link) (Masrur, 2007: xxiii, 68).
Misalnya: Menurut Juynboll, Syu‘bah adalah
seorang common link, yang pertama kali
menyebarkan, bertanggung atas susunan matan
(wording), dan isn±d hadis-hadis yang berkaitan
dengan balasan neraka bagi orang-orang yang
berdusta atas nama Nabi saw. (Masrur, 2007:
131-133).
***
Family Isnad, yaitu penggunaan sanad dari
jalur anggota keluarga – seperti dari ayah kepada
anak atau cucu, bibi kepada kemenakan, tuan
kepada hamba sahaya yang telah merdeka dan
seterusnya – sebagai salah satu indikator
keotentikan atau pengelabuan untuk mengaman-
kan kemunculan sebuah hadis (Schacht, 1979:
170).
20
Misalnya: Jalur: ‘an M±lik ‘an Hisy±m bin
‘Urwah ‘an ab³hi (M±lik dari Hisy±m dari
ayahnya, ‘Urwah), dalam kitab Muwa¯¯±’ M±lik.
(Ibn Anas 2003, 1: 195)
***
Inverted Common Link (ICL), atau
common link terbalik, yaitu rawi yang menerima
riwayat dari semua atau beberapa orang guru,
kemudian meriwayatkannya kepada (jarang lebih
dari) seorang murid (Masrur, 2007: xxiii, 76).
Misalnya: Lihat bundel 2.
***
Inverted Partial Common Link
(IPCL), atau periwayat bersama sebagian
terbalik, yaitu rawi (transmitter) yang menerima
21
hadis lebih dari seorang guru, kemudian
meriwayatkannya (jarang lebih) kepada satu
orang (Masrur, 2007: 70).
Misalnya: Lihat bundel 7.
***
Isnād-cum-Matn Analysis, yaitu metode
analisis hadis dengan menentukan kualitas rawi
bukan hanya didasarkan kepada komentar atau
penilaian ulama, tetapi lebih mengandalkan
analisis terhadap matn atau teks dari rawi
tersebut. Metode ini diperkenalkan pertama kali
oleh Jan Hendrik Kramers dan Joseph van Ess,
serta banyak digunakan oleh Harald Motzki.
Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan
analisis isn±d-cum-matn; Pertama, mengumpul-
kan semua varian hadis dari berbagai kitab, baik
pre-canonical, canonical, maupun post-canonical
22
collections. Kedua, pembuatan diagram untuk
mengetahui mad±r (common link), sumber hadis
dari generasi ke generasi. Ketiga, pengujian
kebenaran diagram sanad dengan analisis matan.
Keempat, perbandingan antara grup varian
matan dengan grup varian isn±d (Amin, 2010:
28-30).
***
Partial Common Link (PCL), yaitu
murid common link atau yang lain, dan memiliki
banyak (dua orang atau lebih) murid lagi (Amin,
2009: 162, lihat juga Masrur, 2007: 69).
Misalnya: Lihat bundel 3 dan 7. Lihat juga
bundel 5. Pada bundel 5, ¦amm±d bin Zaid, Ibn
al-Mub±rak dan M±lik disebut sebagai partial
common link (Amin, 2009: 43).
23
***
Real Common Link, yaitu istilah yang
digunakan untuk menunjukkan siapakah
sebenarnya yang menempati posisi common link
dalam suatu strand berdasarkan persyaratan yang
telah ditetapkan oleh Juynboll (Amin, 2010: 21).
Seorang rawi hanya dapat disebut sebagai real
common link jika memiliki beberapa partial
common link, demikian menurut Juynboll (Amin,
2009: 163, 229).
***
Real Partial Common Link, yaitu istilah
yang digunakan untuk menunjukkan posisi rawi
pada PCL yang sebenarnya. Menurut Juynboll, rawi
yang berada posisi real partial common link
haruslah memiliki beberapa partial common links
(Amin, 2009: 229).
24
***
Seeming Common Link, yaitu rawi
(transmitter) yang pada awalnya berposisi sebagai
common link, tetapi berubah menjadi “tampak
seperti common link”, karena setelah diteliti ulang
terbukti hanya memiliki satu real partial common
link dan sejumlah single strand.
Misalnya: Menurut Juynboll, N±fi‘ (maul± Ibn
‘Umar) tidak layak berada pada posisi real
common link, dia hanyalah sebagai seeming
common link, sebab tidak pernah memiliki lebih
dari satu partial common link yang dapat
dipercaya secara historis. Dengan kesimpulan
ini, Juynboll mengingkari 1.088 jalur N±fi‘ dari
kitab-kitab kanonik hadis (Amin, 2009: 230).
***
Seeming Partial Common Link, yaitu
istilah yang digunakan untuk menunjukkan
25
bahwa seorang rawi yang pada mulanya
ditetapkan sebagai partial common link, namun
setelah penelitian yang mendalam ternyata hanya
“tampak seperti partial common link”, karena
hanya memiliki satu partial common link.
Misalnya: Pada bundel 4, sekilas terlihat bahwa
rawi 4 dan 5 adalah rawi yang berada pada
posisi PCL. Tetapi menurut Juynboll, kedua rawi
tersebut sesungguhnya hanyalah seeming partial
common link (Masrur, 2007: 74).
***
Single Strand, yaitu jalur periwayatan
tunggal antara common link dan Nabi (Amin
2009: 162).
Misalnya: Lihat bundel 3.
26
***
Spider Strand (“jalur laba-laba”) yaitu
struktur isn±d yang terdiri dari beberapa single
strand yang menyokong “seeming common link”
(Amin, 2009: 230).
Misalnya: Lihat bundel 4. Pada bundel tersebut
terdapat “rawi 1” yang sebenarnya adalah
seeming common link. Oleh karena itu,
beberapa strand yang menyokongnya inilah
yang disebut dengan spider strand (Masrur,
2007: 74).

27
Lampiran-Lampiran
28
Nabi Nabi Nabi
J±bir J±bir J±bir
Seseorang dari
bani Salamah
Mu¯¯alib Mu¯¯alib
‘Amr bin Ab³
‘Amr, bekas
budak Mu¯¯alib
‘Abdul ‘Aziz bin
Mu¥ammad
Ibr±him bin
Mu¥ammad
Sulaim±n bin
Bil±l
anonim
Sy±fi‘³ Sy±fi‘³ Sy±fi‘³
Bundel 1
29
Kolektor
Rawi
Rawi
ICL
Rawi Rawi Rawi Rawi
Rawi Rawi Rawi Rawi
Saksi Mata Saksi Mata Saksi Mata Saksi Mata
Bundel 2
30
Kolektor 7 Kolektor 4 Kolektor 5 Kolektor 1 Kolektor 2
Kolektor 8
Kolektor 6 Kolektor 3
Rawi
Rawi Rawi
Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi
Rawi
Rawi
Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi
Rawi Rawi
Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi
Pcl 1 Pcl 2 Pcl 3 Pcl 4 Pcl 5
Common Link
Tabiin Tabiin
Diving Tabiin Single Strand
Sahabat Sahabat
Nabi
Bundel 3
31
Kolektor 7 Kolektor 5 Kolektor 3
Kolektor 6 Kolektor 4 Kolektor 2 Kolektor 1
Rawi Rawi Rawi
Rawi
Rawi Rawi Rawi Rawi 5
Rawi
Rawi Rawi Rawi 4
Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi
Rawi Rawi 2 Rawi
Rawi 1
Rawi
Tabiin Rawi 3
Sahabat Sahabat
alternatif
Nabi
Bundel 4
32
Al-Nas±’³
Is¥±q bin Ibr±h³m Ya¥y± bin ¦ab³b Sulaim±n Suwaid al-¦±r³£ Ibn Man¡­r
Ibn Q±sim al-Qa‘nab³
Ab­ Kh±lid ¦amm±d Ibn al-Mub±rak M±lik
Ya¥y± bin Sa‘³d al-An¡±r³
Mu¥ammad bin Ibr±h³m
‘Alqamah
‘Umar bin al-Kha¯¯±b
Bundel 5
33
Bundel 6
Al-Baihaq³
‘Al³ bin A¥mad Ibn ‘Abdill±h
Ibn ‘Ubaid ¦am³d bin Mu¥ammad
Ibn Khuzaimah al-Nas±‘³ Ab­ Ya‘l± Muslim ‘Abd bin ¦am³d Mu‘a©
bin al-Mu£ann±
Ibn ¦anbal Ya‘q­b Ibn al-Mun©ir ‘Al³ bin ¦arb Ibn Ab³ Syaibah Ibn ‘Umar
Ibn Fu«ail
‘Abd al-‘Az³z
Ibn Murrah
Abu Salih
Ab­ Sa‘³d Ab­ Hurairah
Nabi
34
Kolektor
Kolektor Kolektor
Kolektor Kolektor
IPCL Rawi PCL IPCL IPCL
Rawi IPCL Rawi
IPCL Rawi
Rawi
Rawi
Rawi PCL PCL PCL Rawi
Rawi Rawi Rawi
PCL Rawi
Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi
PCL PCL Rawi PCL Rawi PCL
Rawi
Common Link Rawi
Tabiin Rawi Rawi
Tabiin
Sahabat
Nabi
Bundel 7
35
Daftar Pustaka
Amin, Kamaruddin. Menguji Kembali Keakuratan
Metode Kritik Hadis. Cet. I; Jakarta Selatan:
Hikmah, 2009.
_______. “Muslim Western Scholarship of ¦ad³th
and Western Scholar Reaction: A Study on
Fuat Sezgin’s Approach to ¦ad³th
Scholarship”, Al-J±mi‘ah 46, no. 2 (2008
M/1429 H): h. 253-276.
_______. “Western Methods of Dating vis-a-vis
Ulumul Hadis: Refleksi Metodologis atas
Diskursus Kesarjanaan Hadis Islam dan
Barat” Pidato Penerimaan Jabatan Guru
Besar, Makassar: UIN Alauddin, Desember
2010.
Arfa, Faisar Ananda. “The Existence of Islamic Law
In The First Century of The Hijra: A Study in
Authenticity” Tesis tidak diterbitkan, Faculty
36
of Graduate Studies and Research, Institute
of Islamic Studies McGill University,
Montreal, 1995.
Ibn Anas, M±lik. al-Muwa¯¯±’. Jilid I. Dubai:
Majm­‘ah al-Furq±n al-Tij±riyah, 2003.
Juynboll, G.H.A. Muslim tradition. Cambridge:
Cambridge University Press, 2008.
Masrur, Ali. Teori Common Link G.H.A. Juynboll:
Melacak Akar Kesejarahan Hadits Nabi. Cet.
I; Yogyakarta: LKiS, 2007.
al-Mu¯¯alib³, Ab­ ‘Abdill±h Mu¥ammad bin Idr³s al-
Sy±fi‘³ al-Qurasy³. al-Umm. Riyad: Bait al-
Afk±r al-Dauliyah, t.th.
al-Nas±’³. Sunan al-Nas±’³. Jilid I, VI, VII. Beirut: D±r
al-Fikr, 2009.
Schacht, Joseph. The Origins of Muhammadan
Jurisprudence. Oxford: The Clarendon Press,
1979.

Contenu connexe

Tendances (13)

Rasm al-ur'an
Rasm al-ur'anRasm al-ur'an
Rasm al-ur'an
 
3 'am dan khas
3 'am dan khas3 'am dan khas
3 'am dan khas
 
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiiiPpt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
Ppt urutan surat dan ayat al qur’an asl iiiiiiiiii
 
Al fatiha
Al fatihaAl fatiha
Al fatiha
 
Ulumul qur'an 2
Ulumul qur'an 2Ulumul qur'an 2
Ulumul qur'an 2
 
Al fiqhu’l-akbar-lil-al-imam-ash-syafi'i
Al fiqhu’l-akbar-lil-al-imam-ash-syafi'iAl fiqhu’l-akbar-lil-al-imam-ash-syafi'i
Al fiqhu’l-akbar-lil-al-imam-ash-syafi'i
 
Bahan kuliah ulumul qur'an
Bahan kuliah ulumul qur'anBahan kuliah ulumul qur'an
Bahan kuliah ulumul qur'an
 
Buku Pedoman MUI ttg Syiah 4
Buku  Pedoman MUI ttg Syiah 4Buku  Pedoman MUI ttg Syiah 4
Buku Pedoman MUI ttg Syiah 4
 
Memahami bacaan sholat3
Memahami bacaan sholat3Memahami bacaan sholat3
Memahami bacaan sholat3
 
Ilmu ilmu matan
Ilmu ilmu matanIlmu ilmu matan
Ilmu ilmu matan
 
Ilmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsIlmu rijal al hadits
Ilmu rijal al hadits
 
Al fatiha
Al fatihaAl fatiha
Al fatiha
 
Aliran sesat
Aliran sesatAliran sesat
Aliran sesat
 

En vedette

Lampiran riwayat hidup ibn hajar disertasi
Lampiran riwayat hidup ibn hajar disertasiLampiran riwayat hidup ibn hajar disertasi
Lampiran riwayat hidup ibn hajar disertasiAsrar Mabrur Faza New
 
Nilai semester ulumul hadis 1 2014 2015
Nilai semester ulumul hadis 1 2014 2015Nilai semester ulumul hadis 1 2014 2015
Nilai semester ulumul hadis 1 2014 2015Asrar Mabrur Faza New
 
“Mencantikkan” makna sekuler agar tidak menakutkan dengan perspektif hadis
“Mencantikkan” makna sekuler agar tidak menakutkan dengan perspektif hadis“Mencantikkan” makna sekuler agar tidak menakutkan dengan perspektif hadis
“Mencantikkan” makna sekuler agar tidak menakutkan dengan perspektif hadisAsrar Mabrur Faza New
 
KULIT BUKU KAMUS MINI ILMU HADIS BARAT
KULIT BUKU KAMUS MINI ILMU HADIS BARATKULIT BUKU KAMUS MINI ILMU HADIS BARAT
KULIT BUKU KAMUS MINI ILMU HADIS BARATAsrar Mabrur Faza New
 
وقاية عن الفرقة بين الزوجين - رسالة
وقاية عن الفرقة بين الزوجين - رسالةوقاية عن الفرقة بين الزوجين - رسالة
وقاية عن الفرقة بين الزوجين - رسالةAsrar Mabrur Faza New
 
Nilai semester al tafsir wa al-mufassirun semester vii tafsir hadis 2014-2015
Nilai semester al tafsir wa al-mufassirun semester vii tafsir hadis 2014-2015Nilai semester al tafsir wa al-mufassirun semester vii tafsir hadis 2014-2015
Nilai semester al tafsir wa al-mufassirun semester vii tafsir hadis 2014-2015Asrar Mabrur Faza New
 
KULIT BUKU ALQURAN YANG RAMAH: AYAT-AYAT SEKULARISME, PLURALISME DAN LIBERALI...
KULIT BUKU ALQURAN YANG RAMAH: AYAT-AYAT SEKULARISME, PLURALISME DAN LIBERALI...KULIT BUKU ALQURAN YANG RAMAH: AYAT-AYAT SEKULARISME, PLURALISME DAN LIBERALI...
KULIT BUKU ALQURAN YANG RAMAH: AYAT-AYAT SEKULARISME, PLURALISME DAN LIBERALI...Asrar Mabrur Faza New
 

En vedette (10)

Lampiran riwayat hidup ibn hajar disertasi
Lampiran riwayat hidup ibn hajar disertasiLampiran riwayat hidup ibn hajar disertasi
Lampiran riwayat hidup ibn hajar disertasi
 
Nilai semester ulumul hadis 1 2014 2015
Nilai semester ulumul hadis 1 2014 2015Nilai semester ulumul hadis 1 2014 2015
Nilai semester ulumul hadis 1 2014 2015
 
Kulit Buku Pintu-Pintu Bening Hati
Kulit Buku Pintu-Pintu Bening HatiKulit Buku Pintu-Pintu Bening Hati
Kulit Buku Pintu-Pintu Bening Hati
 
Isi buku Pintu-Pintu Bening Hati
Isi buku Pintu-Pintu Bening HatiIsi buku Pintu-Pintu Bening Hati
Isi buku Pintu-Pintu Bening Hati
 
“Mencantikkan” makna sekuler agar tidak menakutkan dengan perspektif hadis
“Mencantikkan” makna sekuler agar tidak menakutkan dengan perspektif hadis“Mencantikkan” makna sekuler agar tidak menakutkan dengan perspektif hadis
“Mencantikkan” makna sekuler agar tidak menakutkan dengan perspektif hadis
 
KULIT BUKU KAMUS MINI ILMU HADIS BARAT
KULIT BUKU KAMUS MINI ILMU HADIS BARATKULIT BUKU KAMUS MINI ILMU HADIS BARAT
KULIT BUKU KAMUS MINI ILMU HADIS BARAT
 
وقاية عن الفرقة بين الزوجين - رسالة
وقاية عن الفرقة بين الزوجين - رسالةوقاية عن الفرقة بين الزوجين - رسالة
وقاية عن الفرقة بين الزوجين - رسالة
 
Nilai semester al tafsir wa al-mufassirun semester vii tafsir hadis 2014-2015
Nilai semester al tafsir wa al-mufassirun semester vii tafsir hadis 2014-2015Nilai semester al tafsir wa al-mufassirun semester vii tafsir hadis 2014-2015
Nilai semester al tafsir wa al-mufassirun semester vii tafsir hadis 2014-2015
 
Kulit buku
Kulit bukuKulit buku
Kulit buku
 
KULIT BUKU ALQURAN YANG RAMAH: AYAT-AYAT SEKULARISME, PLURALISME DAN LIBERALI...
KULIT BUKU ALQURAN YANG RAMAH: AYAT-AYAT SEKULARISME, PLURALISME DAN LIBERALI...KULIT BUKU ALQURAN YANG RAMAH: AYAT-AYAT SEKULARISME, PLURALISME DAN LIBERALI...
KULIT BUKU ALQURAN YANG RAMAH: AYAT-AYAT SEKULARISME, PLURALISME DAN LIBERALI...
 

Similaire à ISNAD-CUM-MATN

Similaire à ISNAD-CUM-MATN (20)

SYIAH DI DALAM MUSNAD IBN HANBAL
SYIAH DI DALAM MUSNAD IBN HANBALSYIAH DI DALAM MUSNAD IBN HANBAL
SYIAH DI DALAM MUSNAD IBN HANBAL
 
ushul fiqh
ushul fiqhushul fiqh
ushul fiqh
 
Asbab An-Nuzul
Asbab An-NuzulAsbab An-Nuzul
Asbab An-Nuzul
 
Menggagas fikih mazhab kritis
Menggagas fikih mazhab kritisMenggagas fikih mazhab kritis
Menggagas fikih mazhab kritis
 
Isi ulumul hadist
Isi ulumul hadistIsi ulumul hadist
Isi ulumul hadist
 
Untuk teman teman 2
Untuk teman   teman 2 Untuk teman   teman 2
Untuk teman teman 2
 
Untuk teman teman 2
Untuk teman   teman 2 Untuk teman   teman 2
Untuk teman teman 2
 
Tarikh tasyrik 8
Tarikh tasyrik 8Tarikh tasyrik 8
Tarikh tasyrik 8
 
Dr. Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Quran; menyoal otentisitas alquran
Dr. Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Quran; menyoal otentisitas alquranDr. Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Quran; menyoal otentisitas alquran
Dr. Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Quran; menyoal otentisitas alquran
 
Risalah Pengantar Memahami Aswaja
Risalah Pengantar Memahami AswajaRisalah Pengantar Memahami Aswaja
Risalah Pengantar Memahami Aswaja
 
Sunan Bonang.pptx
Sunan Bonang.pptxSunan Bonang.pptx
Sunan Bonang.pptx
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah
Ahlussunnah  Wal Jama'ahAhlussunnah  Wal Jama'ah
Ahlussunnah Wal Jama'ah
 
FUAT SEZGIN TOKOH HADIS ORIENTALIS
FUAT SEZGIN TOKOH HADIS ORIENTALISFUAT SEZGIN TOKOH HADIS ORIENTALIS
FUAT SEZGIN TOKOH HADIS ORIENTALIS
 
Untuk presentasi
Untuk presentasi Untuk presentasi
Untuk presentasi
 
Untuk presentasi
Untuk presentasi Untuk presentasi
Untuk presentasi
 
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAWSEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
 
Ilmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsIlmu rijal al hadits
Ilmu rijal al hadits
 
Pemikiran hukum islam
Pemikiran hukum islamPemikiran hukum islam
Pemikiran hukum islam
 
Pemikiran hukum islam
Pemikiran hukum islamPemikiran hukum islam
Pemikiran hukum islam
 
Hukum Keluarga dalam Tafsir Adhwa' al-Bayan
Hukum Keluarga dalam Tafsir Adhwa' al-BayanHukum Keluarga dalam Tafsir Adhwa' al-Bayan
Hukum Keluarga dalam Tafsir Adhwa' al-Bayan
 

Dernier

contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 

Dernier (20)

contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 

ISNAD-CUM-MATN

  • 1. 1 2
  • 3. 5 Membuka Mata Hati 6 Judul Asli : Kamus Mini Ilmu Hadis Barat Penulis : Dr. Asrar Mabrur Faza, M.A. Copy Right 2014 © PENERBIT RIWAYAH MEDAN Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan I : Januari 2014 Diterbitkan oleh : Penerbit Riwayah Jl. Vetpur II Blok C No. 84 Komplek Perumahan Veteran Deli Serdang, Sumatera Utara
  • 4. 7 Kata Pengantar Puji syukur ke hadirat Allah swt.. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw., keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa berpegang kepada Alquran dan sunah Rasulullah. Untuk menjadi pegangan tentu berawal dari upaya pengkajian terhadap Alquran dan Sunah. Khususnya Sunah, banyak pakar yang melakukan kajian/analisis terhadap sumber kedua ajaran Islam ini, tidak hanya dari kalangan hadisolog (pakar hadis) muslim sendiri, tetapi juga hadisolog Barat. Mengutip keterangan Kamaruddin Amin yang diperolehnya dari gurunya, Harald Motzki, setidaknya ada empat metode analisis yang digunakan oleh hadisolog Barat untuk melacak penanggalan (dating) sebuah hadis. Pertama, analisis matan oleh Ignaz 8 Goldziher dan Marston Speight. Kedua, analisis sanad oleh Joseph Schacht dan G.H.A. Juynboll. Ketiga, penanggalan atas dasar kitab-kitab koleksi hadis, juga oleh Schacht dan Juynboll. Keempat, analisis sanad dan matan oleh Harald Motzki dan G. Schoeler. Dalam penerapan empat metode tersebut, seringkali menggunakan istilah-istilah (mus¯ala¥±t) teknis yang terkadang membingungkan para pembaca pemula terkait dengan diskursus hadis di Barat. Oleh karena itu, “Kamus Mini Ilmu Hadis Barat” ini akan menjelaskan pemaknaan terminologis bagi istilah-istilah teknis tersebut. Akhirnya, dengan mengharap rida Allah swt., semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para peminat studi hadis khususnya dan para akademisi dan masyarakat pada umumnya, selamat membaca. Deliserdang, 31 Desember 2013 Asrar Mabrur Faza
  • 5. 9 Daftar Isi Kata Pengantar ― 7 Daftar Isi ― 9 Argumentum e Silentio ― 11 Backward-Projection ― 12 Canonical Collections ― 13 Common Link ― 14 Dating ― 17 Diving Strand ― 18 Fabricator ― 18 Family Isnad ― 19 Inverted Common Link ― 20 Inverted Partial Common Link ― 20 Isn±d-cum-Matn Analysis ― 21 Partial Common Link ― 22 10 Real Common Link ― 23 Real Partial Common Link ― 23 Seeming Common Link ― 24 Seeming Partial Common Link ― 24 Single Strand ― 25 Spider Strand ― 26 Lampiran-Lampiran ― 27 Daftar Pustaka ― 35
  • 6. 11 *** Argumentum e Silentio, yaitu pembuktian ketiadaan hadis pada suatu masa, dengan memperlihatkan bahwa hadis yang dimaksud tidak digunakan sebagai argumen dalam suatu masalah hukum yang seharusnya merujuk kepada hadis tersebut (Schacht, 1979: 140). Teori ini digunakan pertama kali secara sistematis oleh Joseph Schacht (Amin, 2009: 174). Misalnya: Gautier. H.A. Juynboll (1935-2010) menemukan ada beberapa rawi (transmitters) dari hadis: Man ka©©aba ‘alayya yang merupakan guru dari M±lik. Tetapi anehnya, M±lik tidak mencantumkan hadis tersebut dalam kitab al-Muwa¯¯±’-nya. Berdasarkan hal ini, Juynboll menyimpulkan bahwa hadis: Man 12 ka©©aba ‘alayya, adalah hasil dari suatu pemalsuan. Sebab menurut Juynboll, jika hadis tersebut memang ada didengar M±lik dari salah satu gurunya, maka sudah tentu hadis tersebut bisa ditemukan dalam kitab al-Muwa¯¯±’ (Amin, 2009: 177, 178). *** Backward-Projection, yaitu penyandaran doktrin dari beberapa orang kepada pemegang otoritas masa lampau secara serampang, sehingga terbentuklah isn±d, semakin ke belakang masanya, isn±d tersebut semakin berkembang, menyebar dan komplit (Schacht, 1979: 163, 165 lihat juga Masrur, 2007: 93 dan Amin, 2009: 138). Dari istilah ini, dirumuskan beberapa teori, seperti: back projection atau backwards growth of isn±ds (penyandaran isn±d ke belakang), the most perfect and complete isn±ds are the latest (semakin lengkap sebuah isn±d semakin
  • 7. 13 belakangan munculnya), spread of isn±ds (penyebaran isn±d), dan isn±ds by-passing the common link are later (isn±d yang melewati common link adalah lebih belakangan) (Amin, 2009: 480, 481). *** Canonical Collections, yaitu kumpulan/ kitab-kitab hadis resmi, atau yang dikenal dengan kutub sittah (enam kitab hadis standar). Kitab- kitab hadis yang disusun sebelum kutub sittah disebut Pre-canonical Collections, dan sesudah- nya disebut Post-canonical Collections. (Amin, 2009: 379). Istilah canonical collection di- perkenalkan oleh Fuat Sezgin dalam salah satu tulisannya, Geschichte des arabischen Schrifttums (Amin, 2008: 259). 14 Misalnya: ¢a¥³¥ al-Bukh±r³, ¢a¥³¥ Muslim, Sunan Ab­ D±wud, Sunan al-Tirmi©³, Sunan al- Nas±‘³, dan Sunan Ibn M±jah untuk Canonical Collections. Musnad A¥mad dan Muwa¯¯±’ M±lik untuk pre-canonical collections. Sedangkan Musnad al-¦umaid³, ¢a¥³¥ Ibn Khuzaimah, dan ¢a¥³¥ Ibn ¦ibb±n untuk post-canonical collections (Amin, 2009: 356). *** Common Link, atau common transmitter yaitu rawi tertua dalam jaringan isn±d, yang menjadi awal/sumber penyebaran jalur-jalur periwayatan yang ada, dan rawi tersebut bukan merupakan figur abad pertama hijriah, demikian menurut Schacht (Amin, 2009: 142, 143 lihat juga Schacht, 1979: 171, 172). Jadi, posisi common link dalam bundel isn±d adalah sebagai pusat “mata rantai bersama” (mad±r) dari jalur- jalur periwayatan lain setelahnya, atau sebagai
  • 8. 15 “rawi penghubung” antara tingkatan rawi sebelumnya dengan tingkatan rawi sesudahnya. Dalam teori Schacht dan Juynboll, seorang common link adalah fabricator hadis, tetapi menurut Harald Motzki dan Gregor Schoeler, tidak mesti dipahami sebagai fabricator (Amin, 2009: 171). Menurut Motzki, common link adalah adalah penghimpun (hadis) sistematis perdana yang menyampaikan hadis dari abad pertama dan melengkapinya dengan nama-nama informan dalam isn±d-nya (Amin, 2009: 167). Langkah-langkah analisis isn±d dengan metode common link, yaitu: menentukan hadis yang akan diteliti, menelusuri hadis dalam berbagai kitab hadis, menghimpun seluruh isn±d hadis, menyusun dan merekonstruksi seluruh jalur isn±d dalam satu bundel isn±d, dan terakhir mendeteksi common link (Masrur, 2007: 80). Teori common link pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Schacht (1902-1969) dalam bukunya, The 16 Origins of Muhammadan Jurisprudence (Arfa, 1995: 28), kemudian dikembangkan oleh G.H.A. Juynboll dan Joseph Van Ess (Amin, 2010: 16). Dalam pengembangannya terhadap teori common link Schacht, Juynboll memperkenalkan beberapa istilah seperti: diving strand, partial common link, seeming common link, single strand, dan spider strand (Amin, 2010: 16 dan Amin, 2009: 164, 170, 230, 243). Misalnya: Lihat bundel 1. Itu adalah bundel sanad hadis dari: “La¥m al-¡aid lakum f³ al- i¥r±m ¥al±l m± lam ta¡³d­hu au yu¡±da lakum” (Daging sembelihan halal bagi kalian pada waktu ihram, selama kalian tidak menyembelihnya sendiri atau minta disembelihkan) (al-Mu¯¯alib³: 1774). Terkait dengan bundel tersebut, Joseph Schacht mengatakan bahwa ‘Amr adalah common link dalam isn±d ini. Menurutnya, ‘Amr adalah orang yang tanpa ragu-ragu membuat hadis tersebut menjadi bisa terhubung antara dirinya dan rawi (transmitter) anonim secara langsung (Schacht, 1979: 172). Untuk memperjelas lagi posisi common link, dapat
  • 9. 17 diihat pada bundel 3 dan 7. Bundel 5 adalah bundel hadis: “innama al-a‘m±lu bi al-niyah” riwayat al-Nas±’³ (Lihat al-Nas±’³, 2009, 1: 78- 79, 6: 159, 7: 15). Pada bundel 5, Ya¥y± bin Sa‘³d al-An¡±r³ disebut sebagai common link (Amin, 2009: 43). *** Dating, yaitu penanggalan yang merupakan tu- juan dari analisis hadis yang dilakukan oleh para hadisolog Barat (Amin, 2009: 85, 155). Misalnya: Setiap kali Juynboll melakukan studi terhadap hadis, dia selalu berupaya menjawab tiga pertanyaan tentang penanggalan hadis, yaitu: dimana pertama kali hadis tersebut dibuat, sejak kapan hadis dibuat, dan siapa yang bertanggungjawab membuat hadis tersebut (Juynboll, 2008: 7 lihat juga Amin, 2009: 161). 18 *** Diving Strand, yaitu isn±d yang meng- hindar atau menyelam/menyalib di bawah common link dan riwayat single strand, baik dari Nabi ke common link, atau dari common link ke generasi belakangan sampai masa seorang kolektor hadis (Amin, 2009: 163). Misalnya: Lihat bundel 3. Lihat juga bundel 6. Itu adalah bundel sanad hadis: “al-¡aum l³ wa an± ajz³ bihi” dari beberapa riwayat. Dalam bundel 6, tampak bahwa jalur al-Baihaq³ sampai kepada ‘Abd al-‘Az³z disebut sebagai diving strand (Amin, 2009: 288). *** Fabricator, yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukkan status seorang common link yaitu sebagai pemalsu atau pencetus awal (originator) sebuah hadis, dan telah menyebarkan hadis
  • 10. 19 tersebut kepada beberapa muridnya (partial common link) (Masrur, 2007: xxiii, 68). Misalnya: Menurut Juynboll, Syu‘bah adalah seorang common link, yang pertama kali menyebarkan, bertanggung atas susunan matan (wording), dan isn±d hadis-hadis yang berkaitan dengan balasan neraka bagi orang-orang yang berdusta atas nama Nabi saw. (Masrur, 2007: 131-133). *** Family Isnad, yaitu penggunaan sanad dari jalur anggota keluarga – seperti dari ayah kepada anak atau cucu, bibi kepada kemenakan, tuan kepada hamba sahaya yang telah merdeka dan seterusnya – sebagai salah satu indikator keotentikan atau pengelabuan untuk mengaman- kan kemunculan sebuah hadis (Schacht, 1979: 170). 20 Misalnya: Jalur: ‘an M±lik ‘an Hisy±m bin ‘Urwah ‘an ab³hi (M±lik dari Hisy±m dari ayahnya, ‘Urwah), dalam kitab Muwa¯¯±’ M±lik. (Ibn Anas 2003, 1: 195) *** Inverted Common Link (ICL), atau common link terbalik, yaitu rawi yang menerima riwayat dari semua atau beberapa orang guru, kemudian meriwayatkannya kepada (jarang lebih dari) seorang murid (Masrur, 2007: xxiii, 76). Misalnya: Lihat bundel 2. *** Inverted Partial Common Link (IPCL), atau periwayat bersama sebagian terbalik, yaitu rawi (transmitter) yang menerima
  • 11. 21 hadis lebih dari seorang guru, kemudian meriwayatkannya (jarang lebih) kepada satu orang (Masrur, 2007: 70). Misalnya: Lihat bundel 7. *** Isnād-cum-Matn Analysis, yaitu metode analisis hadis dengan menentukan kualitas rawi bukan hanya didasarkan kepada komentar atau penilaian ulama, tetapi lebih mengandalkan analisis terhadap matn atau teks dari rawi tersebut. Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Jan Hendrik Kramers dan Joseph van Ess, serta banyak digunakan oleh Harald Motzki. Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan analisis isn±d-cum-matn; Pertama, mengumpul- kan semua varian hadis dari berbagai kitab, baik pre-canonical, canonical, maupun post-canonical 22 collections. Kedua, pembuatan diagram untuk mengetahui mad±r (common link), sumber hadis dari generasi ke generasi. Ketiga, pengujian kebenaran diagram sanad dengan analisis matan. Keempat, perbandingan antara grup varian matan dengan grup varian isn±d (Amin, 2010: 28-30). *** Partial Common Link (PCL), yaitu murid common link atau yang lain, dan memiliki banyak (dua orang atau lebih) murid lagi (Amin, 2009: 162, lihat juga Masrur, 2007: 69). Misalnya: Lihat bundel 3 dan 7. Lihat juga bundel 5. Pada bundel 5, ¦amm±d bin Zaid, Ibn al-Mub±rak dan M±lik disebut sebagai partial common link (Amin, 2009: 43).
  • 12. 23 *** Real Common Link, yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukkan siapakah sebenarnya yang menempati posisi common link dalam suatu strand berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Juynboll (Amin, 2010: 21). Seorang rawi hanya dapat disebut sebagai real common link jika memiliki beberapa partial common link, demikian menurut Juynboll (Amin, 2009: 163, 229). *** Real Partial Common Link, yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukkan posisi rawi pada PCL yang sebenarnya. Menurut Juynboll, rawi yang berada posisi real partial common link haruslah memiliki beberapa partial common links (Amin, 2009: 229). 24 *** Seeming Common Link, yaitu rawi (transmitter) yang pada awalnya berposisi sebagai common link, tetapi berubah menjadi “tampak seperti common link”, karena setelah diteliti ulang terbukti hanya memiliki satu real partial common link dan sejumlah single strand. Misalnya: Menurut Juynboll, N±fi‘ (maul± Ibn ‘Umar) tidak layak berada pada posisi real common link, dia hanyalah sebagai seeming common link, sebab tidak pernah memiliki lebih dari satu partial common link yang dapat dipercaya secara historis. Dengan kesimpulan ini, Juynboll mengingkari 1.088 jalur N±fi‘ dari kitab-kitab kanonik hadis (Amin, 2009: 230). *** Seeming Partial Common Link, yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukkan
  • 13. 25 bahwa seorang rawi yang pada mulanya ditetapkan sebagai partial common link, namun setelah penelitian yang mendalam ternyata hanya “tampak seperti partial common link”, karena hanya memiliki satu partial common link. Misalnya: Pada bundel 4, sekilas terlihat bahwa rawi 4 dan 5 adalah rawi yang berada pada posisi PCL. Tetapi menurut Juynboll, kedua rawi tersebut sesungguhnya hanyalah seeming partial common link (Masrur, 2007: 74). *** Single Strand, yaitu jalur periwayatan tunggal antara common link dan Nabi (Amin 2009: 162). Misalnya: Lihat bundel 3. 26 *** Spider Strand (“jalur laba-laba”) yaitu struktur isn±d yang terdiri dari beberapa single strand yang menyokong “seeming common link” (Amin, 2009: 230). Misalnya: Lihat bundel 4. Pada bundel tersebut terdapat “rawi 1” yang sebenarnya adalah seeming common link. Oleh karena itu, beberapa strand yang menyokongnya inilah yang disebut dengan spider strand (Masrur, 2007: 74). 
  • 14. 27 Lampiran-Lampiran 28 Nabi Nabi Nabi J±bir J±bir J±bir Seseorang dari bani Salamah Mu¯¯alib Mu¯¯alib ‘Amr bin Ab³ ‘Amr, bekas budak Mu¯¯alib ‘Abdul ‘Aziz bin Mu¥ammad Ibr±him bin Mu¥ammad Sulaim±n bin Bil±l anonim Sy±fi‘³ Sy±fi‘³ Sy±fi‘³ Bundel 1
  • 15. 29 Kolektor Rawi Rawi ICL Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Saksi Mata Saksi Mata Saksi Mata Saksi Mata Bundel 2 30 Kolektor 7 Kolektor 4 Kolektor 5 Kolektor 1 Kolektor 2 Kolektor 8 Kolektor 6 Kolektor 3 Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Pcl 1 Pcl 2 Pcl 3 Pcl 4 Pcl 5 Common Link Tabiin Tabiin Diving Tabiin Single Strand Sahabat Sahabat Nabi Bundel 3
  • 16. 31 Kolektor 7 Kolektor 5 Kolektor 3 Kolektor 6 Kolektor 4 Kolektor 2 Kolektor 1 Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi 5 Rawi Rawi Rawi Rawi 4 Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi 2 Rawi Rawi 1 Rawi Tabiin Rawi 3 Sahabat Sahabat alternatif Nabi Bundel 4 32 Al-Nas±’³ Is¥±q bin Ibr±h³m Ya¥y± bin ¦ab³b Sulaim±n Suwaid al-¦±r³£ Ibn Man¡­r Ibn Q±sim al-Qa‘nab³ Ab­ Kh±lid ¦amm±d Ibn al-Mub±rak M±lik Ya¥y± bin Sa‘³d al-An¡±r³ Mu¥ammad bin Ibr±h³m ‘Alqamah ‘Umar bin al-Kha¯¯±b Bundel 5
  • 17. 33 Bundel 6 Al-Baihaq³ ‘Al³ bin A¥mad Ibn ‘Abdill±h Ibn ‘Ubaid ¦am³d bin Mu¥ammad Ibn Khuzaimah al-Nas±‘³ Ab­ Ya‘l± Muslim ‘Abd bin ¦am³d Mu‘a© bin al-Mu£ann± Ibn ¦anbal Ya‘q­b Ibn al-Mun©ir ‘Al³ bin ¦arb Ibn Ab³ Syaibah Ibn ‘Umar Ibn Fu«ail ‘Abd al-‘Az³z Ibn Murrah Abu Salih Ab­ Sa‘³d Ab­ Hurairah Nabi 34 Kolektor Kolektor Kolektor Kolektor Kolektor IPCL Rawi PCL IPCL IPCL Rawi IPCL Rawi IPCL Rawi Rawi Rawi Rawi PCL PCL PCL Rawi Rawi Rawi Rawi PCL Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi Rawi PCL PCL Rawi PCL Rawi PCL Rawi Common Link Rawi Tabiin Rawi Rawi Tabiin Sahabat Nabi Bundel 7
  • 18. 35 Daftar Pustaka Amin, Kamaruddin. Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis. Cet. I; Jakarta Selatan: Hikmah, 2009. _______. “Muslim Western Scholarship of ¦ad³th and Western Scholar Reaction: A Study on Fuat Sezgin’s Approach to ¦ad³th Scholarship”, Al-J±mi‘ah 46, no. 2 (2008 M/1429 H): h. 253-276. _______. “Western Methods of Dating vis-a-vis Ulumul Hadis: Refleksi Metodologis atas Diskursus Kesarjanaan Hadis Islam dan Barat” Pidato Penerimaan Jabatan Guru Besar, Makassar: UIN Alauddin, Desember 2010. Arfa, Faisar Ananda. “The Existence of Islamic Law In The First Century of The Hijra: A Study in Authenticity” Tesis tidak diterbitkan, Faculty 36 of Graduate Studies and Research, Institute of Islamic Studies McGill University, Montreal, 1995. Ibn Anas, M±lik. al-Muwa¯¯±’. Jilid I. Dubai: Majm­‘ah al-Furq±n al-Tij±riyah, 2003. Juynboll, G.H.A. Muslim tradition. Cambridge: Cambridge University Press, 2008. Masrur, Ali. Teori Common Link G.H.A. Juynboll: Melacak Akar Kesejarahan Hadits Nabi. Cet. I; Yogyakarta: LKiS, 2007. al-Mu¯¯alib³, Ab­ ‘Abdill±h Mu¥ammad bin Idr³s al- Sy±fi‘³ al-Qurasy³. al-Umm. Riyad: Bait al- Afk±r al-Dauliyah, t.th. al-Nas±’³. Sunan al-Nas±’³. Jilid I, VI, VII. Beirut: D±r al-Fikr, 2009. Schacht, Joseph. The Origins of Muhammadan Jurisprudence. Oxford: The Clarendon Press, 1979.