Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo'a, "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan orang-orang yang wafat mendahului kami dengan membawa iman. Dan janganlah Engkau memberikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al-Hasyr: 10)
3. AL-QUR’AN MENGANJURKAN BERDO’A UNTUK
ORANG YANG TELAH WAFAT
SEKALIGUS MENJELASKAN BAHWA UKHUWAH
ISLAMIYAH TIDAK TERPUTUS KARENA KEMATIAN
وَالَّذِينََ جَاءُوا مِ نَ بَ عدِهِ مَ يَ قُولُونََ رَب نََّا اغْفِرَّْ لَنَا وَلِِِخْوَانَِّنَا ال ذِينََّ سَبَ قُونَا
بِالِِْيمَانَِّ وَلََّ تََْعَلَّْ فَِّ قُ لُوبِنَا غِلًَّّ لِل ذِينََّ آَمَنُوا رَب نَا إِن كََّ رَءُو فَّ رَحِي مَّ
] ]الحشر/ 10
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar),
mereka berdo'a, "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan orang-orang
yang wafat mendahului kami dengan membawa iman. Dan janganlah
Engkau memberikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun
lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al-Hasyr: 10)
4. Pahala sedekah sampai pada orang
yang telah wafat
عَ نَ عاََ ئِشَةََ أَنََّ رَجُلاَ أََ تَى النَّبََِّ صَلََّى الله عليه وسل م فَ قَالََ , يَا رََسُولََ الله
إِنََّ اُ مي اف تُلِتَ تَ نَ فسُ هَا وَلََ تُوصَِ وََأَظُنُّ هَا لَ وَ تَكَلَّمَ تَ تَصََدَّقَ تَ اَفَ لَهَا اَ ج رَ إِ نَ
) تَصَدَّق تَُ عَ ن هَا قَالََ نَ عَ مَ )رواه مسلم, 1672
"Dari 'Aisyah-radhiyallahu 'anha, "Seorang laki-laki berkata
kepada Nabi SAW, "Ibu saya meninggal dunia secara
mendadak dan tidak sempat berwasiat. Saya menduga jika ia
dapat berwasiat, tentu ia akan berwasiat untuk bersedekah.
Apakah ia akan mendapat pahala jika saya bersedekah atas
namanya? "Nabi SAW menjawab, "Ya"." (HR. Muslim,
[1672])
5. Sedekah bisa berupa Dzikir atau Tahlil
عَ نَ أَبَِ ذَ رَ أَنََّ نَا ا سَا مِ نَ أَ صحَابَِ النَّ بَ قَالُوا للنَّ بَ صلى الله عليه وس لم يَارَسُ ولََ
الله ذَهَبََ أَ هلَُ الدَُّ ثُّورَِ با لأُجُ ورَِ يُصَلُّونََ كََمَا نُصَل ي وَيََصُومُونََ كَمَا نَصَُومَُ وََ ي تََصَدََّ
قُونََ بِفُضَولَِ أَ موَا لِِِ مَ قَالََ أَوََ لَ يسََ قَ دَ جََعَلََ اللهَُ لَكُ مَ مَا تَصَدَّقُونََ إِنََّ بِكُ لَ تَ سبِ يحَ ةَ
صَدَقَةاَ وَكُ لَ تَ كبِ ي رَ ةَ صَدَقَةاَ وَكُ لَ تَمِ يدَ ةَ صَدَقَةاَ وََكُ لَّ تَ هْلِيْ لَ ةَّ صََّدَقَة )رواه مسلم,
.)1674
"Dari Abu Dzarr , ada beberapa sahabat bertanya kepada Nabi , "Ya
Rasulullah, orang-orang yang kaya bisa (beruntung) mendapatkan
banyak pahala. (Padahal) mereka shalat seperti kami shalat. Mereka
berpuasa seperti kami berpuasa. Mereka bersedekah dengan kelebihan
harta mereka. Nabi menjawab, "Bukankah Allah telah menyediakan
untukmu sesuatu yang dapat kamu sedekahkan? Sesungguhnya setiap
satu tasbih (yang kamu baca) adalah sedekah, setiap takbir adalah
sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap bacaan La ilaaha
Illallah adalah sedekah." (HR. Muslim,[1674]).
6. Kata Ibn Taimiyyah:
Pahala Tahlil sampai kepada orang yang telah meninggal dunia
وَسُئِلََّ: عَ منَّْ "هَل لََّ سَبْعِيََّْ أَلْفََّ مَ ر ةَّ وَأَهَّْدَاهَُّ لِلْمَي تَِّ يَكُوْنَُّ بَ رَاءَة لِلْمََّي تَِّ مِنََّ الن ارَِّ" حَدِيْ ثَّ
صَحِيْ ح؟ أَمَّْ لَ؟ وَاِذَا هَل لََّ الْنْسَانَُّ وَاَهْدَاهَُّ إِلََّ الْمَي تَِّ يَصِلَُّ إِلَيْهَِّ ثَ وَابُهَُّ اَمَّْ لَ؟ فَأَجَابََّ:
إِذَا هَل لََّ الِْنْسَانَُّ هَكَذَا: سَبْ عُوْنََّ اَلْ فا اَوَّْ اَقََّ لَّ اَوَّْ اكَْثَ رََّ. وَاُهْدِيَتَّْ اِلَيْهَِّ نَ فَعَهَُّ اللَُّ بِذَلِكََّ
وَلَيْسََّ هَذَا حَدِيْ ث ا صَحِيْ حا وَلََّ ضَعِيْ فا. وَاللَُّ أَعْلَمَُّ. )مجموع فتاوى ابن تيمية,
.)24/323
“Syaikh Ibn Taimiyyah ditanya, tentang orang yang membaca tahlil 70.000 kali dan
dihadiahkan kepada mayit, agar diselamatkan oleh Allah dari siksa api neraka, apakah
hal itu berdasarkan hadits shahih atau tidak? Dan apabila seseorang membaca tahlil
lalu dihadiahkan kepada mayit, apakah pahalanya sampai atau tidak?” Syaikh Ibn
Taimiyyah menjawab, “Apabila seseorang membaca tahlil 70.000 kali baik lebih atau
kurang, lalu pahalanya dihadiahkan kepada mayit, maka hal tersebut bermanfaat bagi
mayit, dan ini bukan hadits shahih dan bukan hadits dha’if. Wallahu a’lam.” (Majmu’
Fatawa Ibn Taimiyyah, juz 24, hal. 323).
7. Selamatan tujuh hari kematian
عَ ن سَُ فيَانَ قََالَ طََاوُ وسُ إَِنَّ اَل مَ وتَى ي فتَ نُ ونَ فَِِ قَُ بُ ورِهَِ م سََ ب اعا فََكَانُواَ
يَ ستَحِبُّ ونَ أََ ن يَُّط عَمَ عََ ن هُ م تَِ لَكَ اَ لَْيَّامََ. )رواه اَلإمام أَحمد فَِكَتاب
)2/ الزهد, الحاوي لَلفتاوى, 178
“Dari Sufyan, berkata, “Imam Thawus berkata,
“sesungguhnya orang yang meninggal akan diuji di dalam
kubur selama tujuh hari, oleh karena itu mereka (kaum salaf)
menganjurkan bersedekah makanan yang pahalanya untuk
keluarga yang meninggal selama tujuh hari tersebut.” (HR. al-
Imam Ahmad dalam kitab al-Zuhud, al-Hawii Lilfataawi juz 2,
hal. 178)
8. Memberi Makan Kepada Penta’ziah
عَ نَ عَ بدَِ اللهَِ ب نَِ عَ م رو رَضِيََ اللهَُ عََ ن هُمَا أَنََّ رَجُلاَ سَأَلََ النَّبََِّ صلى
الله عليه وسلم أَيَُّ ا لإِ سلَمَِ خَ ي رَ قَالََ: تُط عِمَُ الطَّعَامََ, وَتَ قَرَأَُ السَّلَمََ
) عَلَى مَ نَ عَرَف تََ وَمَ نَ لََْ تَ عرِف )صحيح البخاري, رقم 11
Dari Abdullah bin Amr RA, ada seorang laki-laki
bertanya pada Nabi SAW, “Perbuatan apakah yang
paling baik di dalam ajaran orang islam?” Rasulullah
SAW menjawab, “menyuguhkan makanan dan
mengucapkan salam, baik kepada orang yang engkau
kenal atau tidak” (HR. al-Bukhari)
9. وَعَنِ اَ لأَ حنَفِ بَ نِ قََ ي س قََالََ: حِ يَْ طَُعَِنَ عَُمَرُ أََمَرَ صَُهَ يباا أََ ن يََُصَل يَ بَِالنَّاسَِ
ثَلَثاا, وَأَمَرَ بَِأَ ن يَعَلَ لَِلنَاسِ طََعَاامَا, )ذكر اَلحافظ اَبن حَجر فَِكَتابه "َالمطالبَ
1(, وقال إَسناده حَسن (َ / العالية فَِ زَوائد اَلمسانيد اَلثمانية" ) 199
Dari al-Ahnaf bin Qais dia berkata: ketika sayyidina Umar RA
menjelang wafat (karena ditikam dengan pisau oleh Abu lu’lu’ah
al-Majusi) beliau menugas Suhaib untuk melaksanakan shalat
dengan orang banyak tiga kali dan memerintahkan agar
menyuguhkan makanan untuk mereka. (dinukil oleh al-Hafizh
Ibnu Hajar dalam kitab al-Mathalib al-’Aliyah, Juz I, hal.
199, dengan sanad yang hasan)
10. Membakar Dupa
قَالََ رَسُولَُ اللهَِ صَلَّى اللهَُ عَلَ يَهَِ وَسَلَّمََ إِذَا أ جَْ رَتَُ ال مَي تََ
فَأَ جِْرُوهَُ ثَلَثاا )رواه أحمد(
Apabila engkau mengukup mayyit, ulangilah
tiga kali. (HR. Ahmad)
1 رقم 813 ( قال الِيثمى / 3 رقم 14580 ( والبزار كما فى كشف الأستار ) 385 / أخرجه أحمد ) 331
7/ 3 رقم 6494 ( . وأخرجه أي ا ضا : ابن حبان ) 301 / 3/26 ( : رجاله رجال الصحيح . والبيهقى ) 405 (
1 ، رقم 1310 ( ، وقال : صحيح على شرط مسلم . ووافقه الذهبى / رقم 3031 ( ، والحاكم ) 506
11. Membaca Shalawat ketika bubar acara
عن جابر أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : مََا جَلَسََ قَ و مَ
مَلِ ا سا ثََُّ تَ فَرَّقُ وا عَ نَ غَ يَ صََلَ ةَ عَلَى النب صلى الله عليه و سلم
إلْ تَ فَرَّقُوا عَلَى أَن تَََ مِ نَ رِي حَِ ا لَِ ي فَةَِ )رواه النسائي ج 6 / ص
)109
Dari Jabir RA bahwa Rsulullah SAW bersabda, “Apabila suatu
kaum berkumpul kemudian mereka bubar tanpa membaca
shalawat kepada Nabi SAW, maka sama dengan bubarnya orang
dari tempat bangkai yang berbau busuk. (HR. Nasa’i, Juz VI, hal.
109)
12. Mengantar jenazah dengan
membaca Tahlil
عن ابن عمر رضي الله عنه, قَالََ لَ نَكُ نَ نَ سَمَعَُ مِ نَ رَسُ ولَِ الله
صَلَّى اللهَُ عَلَ يهَِ وَسَلَّمََ, وَهُوََ يََ شِي خَ لفََ ا لَنَازَةَِ, إِلََّْ قَ ولَُ: لََْ إِلَهََ إِلََّْ
الله, مُ بدِيًّا, وَرَاجِاعا. أخرجه ابن عدى فِ الكامل. )نصب الراية فِ
)212 / تخريج أحاديث الِداية, 2
Ibn Umar RA berkata, “Tidak pernah terdengar dari
Rasulullah SAW ketika mengantarkan jenazah
kecuali ucapan: La Ilaaha Illallah, pada waktu
berangkat dan pulangnya” (HR. Ibnu ‘Adi)
14. “Al-Thabrani telah meriwayatkan dalam Al-Muj’am al-Kabir dan Ibn Mandah, dari
Abu Umamah dari Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang saudaramu
meninggal dunia, lalu kalian meratakan tanah di atas makamnya, maka hendaklah salah
seorang kamu berdiri di bagian kepalanya dan katakanlah, “Wahai fulan bin fulanah”,
maka sesungguhnya ia mendengar tapi tidak menjawab panggilan itu. Kemudian
katakan, “Wahai fulan bin fulanah”, maka ia akan duduk dengan sempurna. Kemudian
katakan, “Wahai fulan bin fulanah”, maka sesungguhnya ia berkata, “Berilah kami
petunjuk, semoga Allah mengasihimu”, tetapi kalian tidak merasakannya. Lalu katakan,
“Ingatlah janji yang kamu pegang ketika keluar dari dunia, yaitu bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah, bahwa Muhammad utusan Allah, bahwa kamu rela menerima
Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai Nabi dan Al Qur’an
sebagai pemimpin.” Maka pada saat itu, Malaikat Munkar dan nakir akan saling
berpegangan tangan dan berkata, “Mari kita pergi. Kita tidak duduk di samping orang
yang telah dituntun jawabannya.” Nantinya Allah akan memberikan jawaban terhadap
kedua malaikat itu.” Seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, jika Ibu mayit itu
tidak diketahui?” Beliau menjawab, “Nisbatkan kepada Hawwa, “Wahai fulan bin
hawwa”. (SyeikhMuhammad binAbdulWahabAl-Najdi,AhkamTamanniAl-Maut,hal 19)
15. Kaum wahabi menolak tanpa dasar
Kitab Ahkam Tamanni Al-Maut adalah karya SyeikhMuhammad
bin Abdul Wahhab, pendiri aliran wahabi. Kitab ini diterbitkan
oleh Universitas Ibn Saud, Riyadh, Saudi Arabia dan telah diteliti
oleh Syeikh Abdurrahman binMuhammad Al-Sadhan dan Syeikh
Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, dua ulama senior kaum
Wahabi yang kharismatik di Saudi Arabia. Terbitnya kitab Ahkam
Tamanni Al-Maut ini menggemparkan dunia pemikiran Wahabi,
karena tanpa disadari olehmereka, isi kitab yangmereka terbitkan
ini mengandung hadits-hadits yang bertentangan dengan ajaran
dan ideologi kaumWahabi selama ini. Akhirnya, tanpa dalil yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, Syeikh Shalih Al-
Fauzan –tokohWahabi yang sangat fanatik-, berfatwa bahwa kitab
ini palsu, bukan tulisan pendiriWahabi.
16. Komentar al-Hafidz IbnuHajar al- ‘Asqallani tentang hadits Al-
Thabrani tersebut dalam kitabnya Al-TalkhishAl-Habir (2/ 135)
وَاِ سنَادُهُ صََالِ ح وََقَ د قََ وَّاهُ اَل ضيَاءُ فََِِ اََ حكَامِهَِ
Sanad hadits ini shalih (kuat) dan al-Dhiya’ menilainya kuat
dalam kitab Ahkam-nya
Kata Al-Suyuthi dalam Al-Fiyahnya
وَخُ ذهُ حََ يثُ حََافِ ا ظ عََلَ يهِ نََ ص اََ و مَِن مَُصََنَّ ف معِهِ صَََُُ
Yang menentukan hadits itu shahih atau dha’if itu seorang
hafidz, baik dalam pernyataannya maupun kitab yang
ditulisnya
17. قَالََ رَسُ ولَُ اللهَِ صَلَّى اللهَُ عَلَ يهَِ وَسَلَّمََ : نَ هََ يتُكُ مَ عَ نَ زِيَارَةَِ ال قُبُ ورَِ فَ زُ ورُ وهَا )رواه
) ومسلم، رقم 594
“Rasulullah SAW bersabda: aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka
sekarang berziarahlah” (HR. Muslim [594])
قَالََ اِب نَُ حَزَ مَ اِنََّ زِيَارَةََ ال قُبُ ورَِ وَاجِبَة وََلَ وَ مَرَّةاَ وَاحِدَةاَ فِىَ ال عُ مرَِ لِوُرَُ ودَِ ا لَْ مرَِ بِهَِ
) )العسقلنى، فتح البارى، ج 3 ص 188
Kata Ibn Hazm wajib ziarah kubur walaupun sekali seumur hidup, karena adanya
perintah tentang hal itu .( fathul bari juz 3 hal 188)
عَ نَ أَبَِ هُرَي رَةََ قَال زَارََ النَّبَُِّ صَلَّى اللهَُ عَلَ يهَِ وَسَلَّمََ قَ ب رََ أُ مهَِ فَ بََكَى وَأَب كَى مَ نَ حَ ولَهَُ
) )رواه مسلم رقم 2304
“Dari Abi Hurairah, berkata bahwa Rasulullah SAW berziarah ke pesarean
ibundanya dan beliau menangis serta membuat orang di sekitarnya menangis”
(HR. Muslim [2304])
18. سََِ عتَُ الشَّافِعِيََّ يَ قُ ولَُ: اِ نَ لِأََتَ بَ رَّكَُ بِأَبَِ حَنِ ي فََةََ وَأَجِ يءَُ اِلََ قَ بِهَِ فَِِ
كُ لَ يَ و مَ فَإِذَا عُرِضَ تَ لَِ حَاجَة صََلَ يتَُ رَ كعَتَ يَِْ وَجِ ئَتَُ اِلََ قَ بِهَِ
) وَسَأَل تَُ اللهََ تَ عَالََ ا لحَاجَةََ عِ ندَهَُ.)تاريخ بغداد,ج 1 ص 122
Saya mendengar Imam Syafi’i RA berkata: “Sesungguhnya aku
mengambil barakah dari Imam Abu Hanifah dan aku berziarah
ke makamnya setiap hari. Jika aku dihadapkan pada suatu
kebutuhan, aku shalat dua rakaat kemudian mendatangi
makam beliau, dan memohon kepada Allah SWT untuk
mengabulkan kebutuhanku.” (Tarikh Baghdad, juz 1 hal 122)
19. عَ نَ أَبَِ ذَ رَ قَالََ قَالََ رَسُولَُ اللهَِ صلى الله عليه وَسلم: يَا أَبَا ذَ رَ إِذَا طَبَ ختََ مََرَقَةاَ
) فَأَ كثِ رَ مَاءَهَا وَتَ عَاهَ دَ جِيَانَكََ )رواه مسلم: 4785
“Dari Abi Dzarr RA ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Abu
Dzar, jika kamu memasak kuah, maka perbanyaklah airnya, dan bagi-bagikanlah
kepada tetanggamu.” (Shahih Muslim, 4785)
قَالََ شَ يخُنَا ال عَارِفَُ الشَّ عرَاوِي: كَانََ التَّابِعَُ ونََ ي رسِلُ ونََ ا لِدَِيَّةََ لِأَخِ يَهِ مَ وَيَ قُ ولُ ونََ ن علَمَُ
غِنَاكََ عَ نَ مِث لَِ هَذَا وَإِنَََّّا أَ رسَ لنَا ذَلِكََ لِتَ علَمََ أَنَّكََ مِنَّا عَلَى بَا لَ )المناوَّى، فيض القدير،
) ج 3 ص 273
“Syaikh kami al-Arif al-Sya’rawi menyatakan bahwa para tabi’in memiliki
kebiasaan memberikan hadiah kepada saudara-saudaranya. Mereka
berkata, “Kami tahu bahwa engkau tidak membutuhkan benda yang kami
berikan ini. tapi kami memberikannya kepadamu agar kamu tahu bahwa
kami masih peduli dan menganggapmu sebagai sahabat.” (Faidh al-Qadir, juz
III, hal 272)
20. عَ نَ أَنَسَِ ب نَِ مَالِ كَ قَالََ مَا زَالََ رَسُولَُ اللهَِ ي قنُتَُ فَِِ ال فَ جرَِ حََتََّّ فَارَقََ
الدُّن يَا.)رواه أحمد والدارقطني(.
“Diriwayatkan dari Anas Ibn Malik . Beliau berkata, “Rasulullah senantiasa
membaca qunut ketika shalat subuh sehingga beliau wafat.” (Musnad Ahmad bin
Hanbal, juz III, hal. 162 [12679], Sunan al-Daraquthni, juz II, hal. 39 [9]).
Sanad hadits ini shahih sehingga dapat dijadikan pedoman. Imam
Nawawi di dalam kitab al-Majmu’ menegaskan:
حَدِي ثَ صَحِ ي حَ رَوَاهَُ جََْاعَة مِنََ ا لحُفَّاظَِ وَصَحَّحُ وهَُ وَمَِِّ نَ نَصََّ عَلََى صِحَّتِهَِ ا لحَافِظَُ
أَب وَ عَ بدَِ اللهَِ مَُُمَّدَُ ب نَُ عَلِ يَ ال بَ لخِي، وَا لحَاكِمَُ أَب وَ عَ بدَِ اللهَِ فَِِ مََوَاضِعََ مِ نَ كُتُبَِ
.) ال بَ ي هَقِي وَرَوَاهَُ الدَّارَقُط نِيَ مِ نَ طُرُ قَ بِأََسَانِ يدََ صَحِ يحَ ةَ )المجموع ج 3 ص 504
“Hadits tersebut adalah shahih. Diriwayatkan oleh banyak ahli hadits dan mereka
kemudian menyatakan kesahihannya. Di antara orang yang menshahihkannya
adalah al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ali al-Balkhi serta al-Hakim Abu
Abdillah di dalam beberapa tempat di dalam kitab al-Baihaqi. Al-Daraquthni juga
meriwayatkannya dari berbagai jalur sanad yang shahih.” (Al-Majmu’, juz III, hal.
504).
21.
22. Definisi Tawassul
طَلَبَُ حُصُ ولَِ مَ ن فَعَ ةَ أَ وَ ان دِفَاعَِ مَضَرَّ ةَ مِنََ اللهَِ بِذِ كرَِ ا سمَِ نَ بَ أَ وَ
) وَِ لَ إِ كرَااما لِ لمُتَ وَسَّلَِ بِهَِ )العبدري, الشرح القويم, ص 378
“Memohon datangnya manfaat (kebaikan) atau
terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah SWT
dengan menyebut nama seorang Nabi atau Wali untuk
memuliakan (ikram) keduanya.” (Al-Hafizh Al-‘Abdari, Al-
Syarh Al-Qiyam, Hal.378)
23. وَا ستَعِ ي نُوا بِالصَّ بَِ وَالصَلَةَِ وَاِن هََّا لَكَبِ ي رَة اِلََّْ عََلَى ا لَْاشِعِ يََْ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu’” (QS. Al-
Baqarah: 45)
يَا أَي هَُّا الَّذِينََ آَمَنُوا اتَّ قُوا اللهََ وَاب تَ غُوا إِلَ يهَِ ال وَسَِيلَةََ وَجَاهِدُوا فَِِ
سَبِيلِهَِ لَعَلَّكُ مَ تُ فلِحُونََ.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-
Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu
mendapat keberuntungan” (QS. Al-Maidah: 35)
24. KONTROVERSI SUNNI - WAHABI
أَدْرِكْنِِْ يََّا رََّسُوْلَ اَّللَِّ
(Tolonglah aku wahai Rasulullah [dengan didoakan
kepada Allah])
Redaksi di atas menurut mayoritas
kaum Muslimin sejak generasi
sahabat hingga kini, adalah benar
dan tidak syirik.
Sementara menurut Ibn Taimiyah (abad ke-8 Hijriah),
dan menurut Wahabi (abad ke-12 Hijriah), redaksi
tersebut tidak benar, syirik akbar, murtad dan
masuk neraka selama-lamanya.
25. Dalil-dalil Kaum Sunni
HADITS UTSMAN BIN HUNAIF
Rasulullah
mengajarkan
laki-laki tuna
netra yang ingin
sembuh dari
kebutaannya
agar berdoa
dengan disertai
memanggil Nabi
dalam doanya
dengan redaksi
“Ya Muhammad
(Wahai
Muhammad)”.
26. Takhrij (Otentisifikasi)
Hadits Utsman bin Hunaif
Sanad hadits Utsman
bin Hunaif di atas,
shahih diriwayatkan
oleh banyak ulama
antara lain:
1. Ahmad bin Hanbal
2. Abd bin Humaid
3. Al-Tirmidzi
4. Al-Nasa’i
5. Ibn al-Sunni
6. Ibn Majah dan lain-lain
27. HADITS USTMAN BIN HUNAIF
DIAMALKAN SELAMA-LAMANYA
Dalam riwayat Ibnu Abi Khaitsamah terdapat
tambahan: “Apabila kamu mempunyai hajat,
lakukanlah doa seperti itu.” Hal ini membuktikan
bahwa doa yang mengandung tawasul Ya Muhammad
berlaku selama-lamanya, tidak terbatas ketika Nabi
masih hidup.
28. Istighatsah Sahabat Dengan Nabi
Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Seorang sahabat datang ke makam Nabi lalu
berkata: “Wahai Rasulullah, mintakanlah hujan bagi
umatmu, mereka sedang menghadapi kelaparan.” Ini
menjadi bukti bahwa beristighatsah dengan orang
yang sudah wafat bukanlah syirik menurut sahabat.
29. Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi
Abdurrahman bin Sa’ad berkata, “Kaki Ibnu
Umar mati rasa (tidak dapat digerakkan)”. Lalu
seorang laki-laki berkata kepadanya: “Panggil
orang yang paling kamu cintai”. Lalu Ibn Umar
berkata: “Ya Muhammad”.
30. Nabi Mengetahui Shalawat Yang Kita Baca
Dari Tempat Yang Dekat Dan Jauh
Rasulullah : “Barang siapa yang membaca
shalawat di dekat makamku, maka aku
mendengarnya. Dan barang siapa yang
membaca shalawat dari tempat yang jauh,
maka aku mengetahuinya”. Hadits ini
dishahihkan oleh al-Hafizh Ibn Hajar.
31. عَ نَ أَ بَ جُحَ ي فَةََ قَالََ صَلَّى رَسُولَُ اللهَِ الظُّ هرََ رَ كعَتَ يَِْ وَال عَ صَرََ رَ كعَتَ يَِْ وَب يََْ
يَدَي هَِ عَنَ زَة . كَانََ يَُرَُّ مِ نَ وَرَائِهَا ال مََ رأَةَُ وَقَامََ النَّاسَُ فَجَعَلُوا يَأ خُذُونََ يَدَي هَِ
فَ يَ مسَحُونََ بَِِا وُجُوهَهُ م، فَأَخَ ذتَُ بِيََدِهَِ فَ وَضَ عتُ هَا عَلَى وَ جهَِي فَإِذَا هِيََ أَب رَدَُ
.) مِ نَ الثَّ لجَِ وَأَط يَبَُ رَائِحَةاَ مِ نَ ال مِ سكَِ )صحيح البخاري، 3289
“Dari Abi Juhaifah ia berkata, “Pada sebuah perjalanan,
Rasulullah melaksanakan shalat Dhuhur dan Ashar dua
rakaat, sedangkan di depannya terdapat tongkat dan ada
seorang perempuan yang berjalan di belakangnya. (setelah
shalat) orang-orang berdiri memegang tangan Rasulullah dan
menyentuhkannya ke wajah mereka. Akupun berdiri dan
memegang tangan beliau dan menyentuhkannya ke wajahku.
Maka aku merasakan tangan beliau lebih sejuk dari salju dan
lebih harum dibandingkan minyak misik.” (Shahih al-Bukhari,
[3289]).
32. Bersalaman setelah shalat
تُط لَبَُ ال مُصَافَحَةَُ فَهِيََ سُنََّة عَقِبََ الصَّلَةَِ كُل هََا وَعِ ندََ كُ لَ
) لَقِ يَ )حاشية الطحاوي على ما رقي الفلح, ج 1,ص 345
“Dianjurkan berjabat tangan dan hukumnya
sunnah untuk dilakukan setiap selesai shalat dan
tiap kali bertemu” (Hasyiyah al-Thahawi ‘Ala
Maraaqi al-Falah, juz 1, hal 345)